BAB I Meningitis

26
BAB I PENDAHULUAN Infeksi pada sistem saraf pusat ( SSP ) dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu terutama yang melibatkan meninges ( meningitis) dan terbatas pada parenkim ( ensefalitis ). Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu piamater ( Lapisan dalam), arachnoid ( Lapisan tengah) dan duramater ( lapisan luar ). Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai meninges. 1,2 Penyebab paling umum dari meningitis adalah infeksi virus yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang spesifik. 3,4 Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur yang merupakan bentuk yang jarang dan umumnya hanya terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. 4 Penyakit ini kebanyakan terjadi pada usia ekstrem <5 tahun dan >60 tahun, rumah padat penduduk, sosio ekonomi rendah, dan keadaan atau penyakit seperti fraktur basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf, terpapar manusia yang terkena meningitis tanpa profilaksis, diabetes mellitus, insufisiensi adrenal atau ginjal, immunosuppression, HIV, spelenktomi atau anemia sickle 1

description

Stase Saraf

Transcript of BAB I Meningitis

Page 1: BAB I Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi pada sistem saraf pusat ( SSP ) dapat dibagi menjadi 2 kategori

yaitu terutama yang melibatkan meninges ( meningitis) dan terbatas pada

parenkim ( ensefalitis ). Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu piamater ( Lapisan

dalam), arachnoid ( Lapisan tengah) dan duramater ( lapisan luar ).

Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada

selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal

sebagai meninges.1,2 Penyebab paling umum dari meningitis adalah infeksi virus

yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang spesifik.3,4

Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri dan jamur yang merupakan

bentuk yang jarang dan umumnya hanya terjadi pada orang dengan sistem

kekebalan tubuh yang lemah.4

Penyakit ini kebanyakan terjadi pada usia ekstrem <5 tahun dan >60 tahun,

rumah padat penduduk, sosio ekonomi rendah, dan keadaan atau penyakit seperti

fraktur basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf,

terpapar manusia yang terkena meningitis tanpa profilaksis, diabetes mellitus,

insufisiensi adrenal atau ginjal, immunosuppression, HIV, spelenktomi atau

anemia sickle cell, alcoholism, sirosis hepatis, keganasan, sinusitis, 5,6

Gejala yang paling umum dari meningitis yaitu demam, sakit kepala

yang berat dan terus menerus, kaku leher terutama ketika mencoba untuk

menyentuh dagu ke dada, muntah, kebingungan, penurunan tingkat kesadaran dan

kejang.7

Komplikasi dapat bervariasi tergantung tingkat keparahan dari seseorang

dan dapat bersifat sementara atau permanen. Semakin parah infeksi meningitis

semakin besar komplikasi yang didapatkan. Komplikasi lebih sering terjadi pada

meningitis yang disebabkan oleh bakteri dari pada meningitis yang diakibatkan

oleh virus.8 Begitu besarnya kerugian yang diakibatkan oleh meningitis, sebagai

dokter umum harus dapat mendiagnosa lebih awal dari meningitis guna mencegah

komplikasi yang lebih lanjut.

1

Page 2: BAB I Meningitis

BAB II

MENINGITIS

1. DEFINISI

Meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh peradangan pada selaput

pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang dikenal sebagai

meninges (radang pada arachnoid dan piamater). Peradangan biasanya disebabkan

oleh infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.1

Meningitis secara anatomis dibagi menjadi inflamasi dura, kadang-kadang

disebut sebagai pachymeningitis (jarang) dan leptomeningitis yang lebih umum

dan didefinisikan sebagai peradangan pada jaringan arakhnoid dan ruang

subaraknoid.9 Penyebab paling umum dari meningitis di Amerika Serikat adalah

infeksi virus yang biasanya dapat sembuh sepenuhnya tanpa pengobatan yang

spesifik.5,6 Namun, meningitis juga dapat disebabkan oleh bakteri yang dapat

menyebabkan kematian atau kerusakan otak dan meningitis jamur merupakan

bentuk yang jarang dari meningitis dan umumnya hanya terjadi pada orang

dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.6

Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak meningitis dibagi

menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.

Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi disertai

cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling sering dijumpai adalah

kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau meningitis bakteri

adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus

meningitis Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering

terjadi.10

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 Lapisan selaput otak/meningens

Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selubung meninges.

Meninges terdiri daripada tiga jaringan ikat membran yang terletak di

bagian luar organ sistem saraf pusat. Fungsi dari lapisan selaput otak

ini adalah:

2

Page 3: BAB I Meningitis

1. Melapisi dan memberikan proteksi kepada struktur organ

sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis).

2. Memberikan proteksi pembuluh darah yang terdapat di otak

dan menutupi sinus venosus.

3. Mengandungi likour serebrospinalis

4. Membentuk partisi/ bagian bagian dari otak.(3)

Struktur meninges dari luar adalah, dura mater, araknoid mater, dan

pia mater.

Gambar 1 (dipetik dari kepustakaan 3 )

Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :

a. Piamater

Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan

sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak

yang sangat erat akan menyediakan darah untuk struktur-

struktur ini.

b. Arachnoid

3

Page 4: BAB I Meningitis

Merupakan selaput halus yang memisahkan piameter dan

duramater.

c. Duramater

Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras

berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.(4)

3. EPIDEMIOLOGI

Insiden meningitis bervariasi sesuai dengan etiologi dan hubungannya

dengan sumber pelayanan medis. Insiden ini lebih tinggi di negara-negara

berkembang karena kurangnya akses pelayanan untuk pencegahan, seperti

vaksinasi. Di negara-negara berkembang, kejadian meningitis dilaporkan 10 kali

lebih tinggi daripada di negara-negara maju.

Meningitis mempengaruhi semua ras. Di Amerika Serikat, orang kulit

hitam memiliki resiko lebih tinggi dari orang kulit putih dan orang Hispanik.

Hampir 4100 kasus dengan 500 kematian yang terjadi setiap tahun di Amerika

Serikat, meningitis bakteri terus menjadi sumber signifikan dari morbiditas dan

mortalitas. Kejadian tahunan di Amerika Serikat adalah 1,33 kasus per 100.000

penduduk.

Tingkat fatalitas kasus keseluruhan pada orang dewasa adalah 34 %. Di

antara agen bakteri yang menyebabkan meningitis, S pneumoniae dikaitkan

dengan salah satu kematian tertinggi 19-26 % .14

Insidens aseptic meningitis 10,9 kasus per 100.000 penduduk. Hal ini

terjadi pada segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama

selama musim panas. Tidak ada perbedaan ras dilaporkan. Aseptic meningitis

cenderung terjadi 3 kali lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.Virus

adalah penyebab utama meningitis aseptik. Enterovirus terdapat di seluruh dunia,

kebanyakan infeksi enterovirus terjadi pada individu yang lebih muda dari 15

tahun, dengan tingkat serangan tertinggi pada anak-anak yang lebih muda dari 1

tahun.

4

Page 5: BAB I Meningitis

Brucella dihubungkan dengan kejadian meningitis kronis dan memiliki

distribusi terutama di Timur Tengah, India, Meksiko, dan Amerika Tengah dan

Selatan. Meningitis Tb diperkirakan 62-411 kasus per 100.000 penduduk.15

Umur dan daya tahan tubuh sangat mempengaruhi terjadinya meningitis.

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan

distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Pada meningitis bakteri 3,3 kasus per

100.000 penduduk laki-laki dibandingkan 2,6 kasus per 100.000 penduduk

perempuan. Namun, untuk meningitis yang disebabkan oleh virus kejadian pria

dan wanita sama.

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan

jemaah haji), Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang

berkembang dibandingkan pada negara maju. Insidensi tertinggi terjadi didaerah

yang disebut dengan the African Meningitis belt, yang luas wilayahnya

membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia meliputi 21 negara. Kejadian

penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens Rate 1-20 per 100.000

penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik. Di daerah Malawi,

Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan oleh

Haemophilus influenza 20-40 per 100.000 penduduk.

WHO (2005) melaporkan pada tahun 1996, Afrika mengalami wabah

meningitis yang tercatat sebagai epidemik terbesar dalam sejarah dengan lebih

dari 250.000 kasus dan 25.000 kematian (CFR=10%) yang terdaftar. Dari masa

krisis tersebut hingga tahun 2002 terdapat 223.000 kasus baru, daerah yang telah

terkena dampak tersebut adalah Burkina Faso, Chad, Ethiopia dan Nigeria. Pada

tahun 2002, terjadi wabah meningitis di Burkina Faso dan Ethiopia dengan

Insidens Rate 65%.Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor resiko seperti Infeksi

Saluran Pernafasan Atas (ISPA), infeksi HIV, kepadatan penduduk, dan status

sosial ekonomi yang rendah.

Tahun 2009, Afrika melaporkan 78.416 kasus meningitis dan 4.053

kematian (CFR=5,2%). Menurut WHO, pada tahun 2005 terjadi 111 kasus

meningitis di Delhi-India dengan 15 kematian (CFR=13,5%).

5

Page 6: BAB I Meningitis

Data South East Asian Medical Information Center (SEAMIC) Health

Statistic (2002) melaporkan bahwa pada tahun 2000 dan 2001 di Indonesia,

terdapat masing-masing 1.937 dan 1.667 kasus kematian karena meningitis

dengan CSDR 9,4 dan 8 per 1000.000 penduduk.Penelitian yang dilakukan oleh

Mesranti, di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005 – 2008 terdapat 148

kasus meningitis dan 71 kasus mengalami kematian (CFR=47,1%) dengan jumlah

penderita meningitis purulenta 63 orang (42,6%), sedangkan penderita meningitis

serosa 85 orang (57,4%).16

Di Indonesia, Meningitis merupakan penyebab kematian pada semua

umur dengan urutan ke 17 (0,8%) setelah malaria. Meningitismerupakan penyakit

menular pada semua umur dengan proporsi 3,2%. 17

4. FAKTOR RISIKO

Beberapa keadaan, kelainan atau penyakit yang memudahkan terjadinya

meningitis yaitu

1. Kepadatan penduduk       

Penyakit infeksi menyebar lebih cepat pada kelompok yang lebih besar

dan berkumpul bersama-sama.

2. Kondisi medis tertentu

Infeksi sistemik atau focal (septicemia, otitis media supurativa kronik,

tuberculosis paru-paru), trauma atau tindakan-tindakan tertentu (fraktur

basis kranii, pungsi atau anastesi lumbal, operasi/tindakan bedah saraf),

kelainan darah yaitu anemia sel sabit dan hemoglobinopati,kelainan yang

berhubungan dengan immunosupression misalnya alcoholism, diabetes

mellitus.

3. Bekerja dengan penyebab patogen

Ahli mikrobiologi yang secara rutin terpapar patogen dan memiliki resiko

lebih tinggi.

4. Perjalanan wisatawan

Wisatawan yang berpergian ke daerah Sub-Sahara Afrika atau ke Mekah

selama musim Haji dan Umrah terutama saat musim kemarau juga

beresiko untuk meningitis meningokokus.6,18

6

Page 7: BAB I Meningitis

5. ETIOLOGI

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti

virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :

1. Meningitis bakteri:

a. Pneumococcus

b. Meningococcus

c. Haemophilus influenza

d. Staphylococcus

e. Escherichia coli

f. Salmonella

g. Mycobacterium tuberculosis

Age Group Causes

neonatus Group B Streptococci, Escherichia coli, Listeria

monocytogenes

Bayi Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae,

Streptococcus pneumoniae

Anak anak N. meningitidis, S. Pneumoniae

Dewasa S. pneumoniae, N. meningitidis, Mycobacteria

(dipetik dari kepustakaan 5)

2. Virus :

a. Enterovirus

b. Mumps

c. Herpes virus

7

Page 8: BAB I Meningitis

d. Arbovirus

e. Kasus yang sangat jarang: LMCV (lymphocytic

choriomeningitis virus)

3. Jamur :

a. Cryptococcus neoformans

b. Coccidioides immitris

c. Candida (jarang)

d. Histoplasma (terutama pada kasus immunocompromise)

Meningitis juga bisa berlaku pada kasus non infeksi terutama pada kasus

seperti AIDS, kanker, diabetes, trauma fisik atau oleh karena obat obatan yang

bisa menurunkan sistem imunitas tubuh. (5)

6. PATOFISIOLOGI

Mikroorganisma menginvasi ke jaringan selaput otak hanya apabila telah

memasuki ruang subaraknoid. Biasanya, bakteri atau agen yang menginvasi ini

tersebar ke bagian otak melewati pembuluh darah setelah berlakunya proses

kolonisasi akibat infeksi di traktus respiratorius bagian atas. Selain dari adanya

invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman juga

bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab

lainnya adalah adanya rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang

memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal dengan lingkungan luar.(6)

Agen penyebab

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarachnoid

Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan cerebrospinal, dan ventrikuler

Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

8

Page 9: BAB I Meningitis

Kerusakan neurologist

(dipetik dari kepustakaan 6)

7. MANIFESTASI KLINIK

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke

tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh

mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu

tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap

hiperekstensi. Kesadaran menurun.tanda Kernig’s dan Brudzinsky positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta

virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang

tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita

merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta

penglihatan menjadi kurang jelas.

Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel,

muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,

badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat

gerakan tidak beraturan.(4)

Gejala meningitis meliputi :

9

Page 10: BAB I Meningitis

Gejala infeksi akut

Panas

Nafsu makan tidak ada

Anak lesu

Gejala kenaikan tekanan intracranial

Kesadaran menurun

Kejang-kejang

Ubun-ubun besar menonjol

Gejala rangsangan meningeal

kaku kuduk

Kernig

Brudzinky I dan II positif (4)

8. DIAGNOSIS

Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila menemukan

gejala dan tanda-tanda klinis meningitis. Gejala dan tanda dari infeksi akut,

peningkatan tekanan intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan.

Untuk mengkonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa

tes darah dan cairan sumsum tulang belakang. (4)

Pemeriksaan Rangsangan Meningeal

a. Pemeriksaan Kaku Kuduk

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan

rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan

pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak

dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan

rotasi kepala.

b. Pemeriksaan Tanda Kernig

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi

panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa

10

Page 11: BAB I Meningitis

rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut

135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha

biasanya diikuti rasa nyeri.

c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)

Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah

kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala

dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bilapada

pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.

d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)

Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi

panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila

pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut

kontralateral.(7)

Pemeriksaan Penunjang Meningitis

a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein

cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan

intrakranial.

a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,

sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,

jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)

beberapa jenis bakteri.

b. Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap

Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

11

Page 12: BAB I Meningitis

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja.

Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan

LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.(7)

c. Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin

dilakukan CT Scan.

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus

paranasal, gigi geligi) dan foto dada.(7)

9. TIPE MENINGITIS

Tipe meningitis yang sering menyerang pada anak adalah:

Viral meningitis

Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan

umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya

meningkat di musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen

pengantar virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara

lain virus herpes dan virus penyebab flu perut.

Bacterial meningitis

Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.

Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul

bercak kemerahan dan kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang

menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh

dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

Meningitis Tuberkulosis Generalisata

Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda

perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat

labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.

Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.

12

Page 13: BAB I Meningitis

Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan

otak, darah, radiologi, test tuberkulin.

Selain dari tipe-tpe meningitis yang dibahas di atas, terdapat juga tipe meningitis

yang disebabkan oleh jamur seperti meningitis Kriptikokus. (4)

PERBANDINGAN GAMBARAN LCS ANTARA MENINGITIS PURULENTA,

TB, VIRAL, DAN JAMUR

PURULENTA TUBERKULOSA VIRUS JAMUR

Tekanan >180

mm H20

Bila didiamkan

terbentuk pelikula

Mikroskopis :

kuman TBC

Pemeriksaan

mikroskopik

Biakan cairan

otak

Pemeriksaan

serologik serum

dan cairan otak

Kultur

bakteri

negatif

Warna Keruh sampai

purulen

Jernih atau

xantokrom

Jernih Jernih

Sel Leukosit

meningkat

95 % PMN

Meningkat,

<500/mm3, MN

dominan

Meningkat antara

10-1000/mm3

10 -500

sel/mm3

dengan

dominasi

limfosit

Protein Meningkat,

>75 mg%

meningkat Normal / sedikit

meningkat

Meningkat

Klorida Menurun,

<700 mg%

menurun Normal

13

Page 14: BAB I Meningitis

Glukosa Menurun, <40

mg %, atau <

40 % gula

darah

menurun Normal Menurun,

sekitar 15-35

mg

10. PENATALAKSANAAN.

Jika berdasarkan pemeriksaan penderita didiagnosa sebagai meningitis,

maka pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik

untuk menjamin kesembuhan serta mengurang atau menghindari resiko

komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita tergantung dari jenis

bakteri yang ditemukan.(8)

Farmakologis

a. Obat anti inflamasi :

1) Meningitis tuberkulosa :

a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500

gr selama 1 ½ tahun.

b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1

tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 –

2 kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali

sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.(9)

b. Pengobatan simtomatis :

14

Page 15: BAB I Meningitis

1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6/mg/kg/dosis

kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

b) Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif :

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.(9)

Perawatan

a. Pada waktu kejang

1. Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2. Hisap lender.

3. Hindari dari mencoba untuk mameasuki sesuatu ke dalam mulut

penderita.

4. Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

5. Hindarkan penderita dari rudapaksa (misalnya jatuh).(9)

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1. Beri makanan melalui sonde.

2. Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi

penderita sesering mungkin.

3. Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau salep antibiotika.(9)

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi dan pada inkontinensia alvi lakukan

lavement.

d. Pemantauan ketat:

1. Tekanan darah

2. Respirasi

15

Page 16: BAB I Meningitis

3. Nadi

4. Produksi air kemih

5. Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.(9)

Pencegahan

Langkah dalam mencegah meningitis antara lain:

1. Cuci tangan anda secara benar untuk menghindari terkena penyebab infeksi.

2. Tetap sehat. Jaga sistem imun anda berfungsi dengan baik dengan cukup

istirahat, olahraga teratur dan makan makanan sehat dan bergizi.

3. Tutup mulut dan hidung anda ketika bersin atau batuk.

4. Jika anda sedang hamil, berhati-hatilah dengan apa yang anda konsumsi.(10)

11. KOMPLIKASI

a. cairan subdural.

b. Hidrosefalus.

c. Sembab otak

d. Abses otak

e. Renjatan septic.

f. Pneumonia (karena aspirasi)

g. Koagulasi intravaskuler menyeluruh.(9)

12. PROGNOSIS

Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau

mental atau meninggal tergantung :

a. umur penderita.

b. Jenis kuman penyebab

c. Berat ringan infeksi

d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan.

e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan

16

Page 17: BAB I Meningitis

f. Adanya dan penanganan penyakit.(9)

BAB III

KESIMPULAN

Meningitis memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi terutama yang

disebabkan oleh bakteri dengan komplikasi yang didapatkan yang dapat bersifat

sementara dan permanen.

Diagnosa dini dapat mencegah komplikasi yang lebih lanjut dengan

mengenali beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya meningitis.

Pencegahan meningitis dapat dilakukan baik dengan vaksinasi maupun

dengan profilaksis.

17

Page 18: BAB I Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Chapter 64 : the central nervous sytem II infection. Dalam : Chandrasoma

P. and Taylor C. R. Concise pathology. Edisi III. Mc Graw Hills 1998.

2. Infection of the nervous sytem. Dalam ; Abbas k. dan Mitchell F.Robin

basic pathology . Saunders. 2007. Hal 874.

3. Meninges. Dalam ; Marieb E.dan Hoehn. K. Human anatomy and

physiology. Edisi VII. Pearson education.2007

4. Israr Y.A. 2008, Meningitis URL : http://yayankhar.co.nr/pdf

5. Shmaefsky, B. Meningitis (Deadly Diseases and Epidemics),

Menaker, J. Journal of Emergency Medicine, July 2005.

6. Bachur R.G 2011. Pediatric meningitis and eencephalitis URL:

http://emedicine.medscape.com/article

7. Mann K, Jackson MA. Meningitis. Pediatr Rev. Dec 2008;29(12):417-29

8. Sodikin. 2010. Penyakit meningitis URL :

http://obatpropolis.com/penyakit meningitis

9. Thigpen MC, Whitney CG, Messonnier NE, Zell ER, Lynfield R, Hadler

JL, et al. Bacterial meningitis in the United States, 1998-2007. N Engl J

Med. May 26 2011;364(21):2016-25.

10. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jilid 5. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press ; 2011.hlm.161-168,183-185.

18