BAB I LATAR BELAKANG A....

25
1 BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUAN Perubahan sosial dalam masyarakat adalah pokok bahasan yang penting dalam sosiologi. Perubahan merupakan gejala sosial yang dialami oleh setiap masyarakat. Masyarakat memiliki kecenderungan untuk semakin maju dan berkembang, seiring dengan kemajuan pola pikir dan tingkat kemampuannya. Menurut J.P. Gillin dan J.L. Gillin (wordpress,dederosadi 2012), perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, dan ideologi karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Seperti halnya dengan perubahan sosial pada diri seseorang dalam menggunakan pakaian khususnya dalam menggunakan jilbab. Secara etimologis (dikutip dari kumpulan sejarah) jilbab berasal dari bahasa arab jalaba yang berarti menghimpun atau membawa. Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran disebut chador, di India dan Pakistan disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab. Pada tahun 1983 perdebatan tentang penggunaan "jilbab" disekolah antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Noegroho Notosoesanto yang kemudian direspon oleh MUI, masih menggunakan kata kerudung. Noegroho menyatakan bahwa pelajar yang karena suatu alasan merasa harus memakai kerudung, pemerintah akan membantunya pindah ke sekolah yang seragamnya memakai kerudung. Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga mengadakan pertemuan khusus dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menegaskan bahwa seragam harus sama bagi semua orang berkaitan dengan peraturannya, karena bila tidak sama berarti bukan seragam.

Transcript of BAB I LATAR BELAKANG A....

Page 1: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

1  

BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Perubahan sosial dalam masyarakat adalah pokok bahasan yang penting dalam

sosiologi. Perubahan merupakan gejala sosial yang dialami oleh setiap masyarakat.

Masyarakat memiliki kecenderungan untuk semakin maju dan berkembang, seiring dengan

kemajuan pola pikir dan tingkat kemampuannya. Menurut J.P. Gillin dan J.L. Gillin

(wordpress,dederosadi 2012), perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara hidup yang telah

diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,

komposisi penduduk, dan ideologi karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru

dalam masyarakat. Seperti halnya dengan perubahan sosial pada diri seseorang dalam

menggunakan pakaian khususnya dalam menggunakan jilbab.

Secara etimologis (dikutip dari kumpulan sejarah) jilbab berasal dari bahasa arab

jalaba yang berarti menghimpun atau membawa. Istilah jilbab digunakan pada negeri-negeri

berpenduduk muslim lain sebagai jenis pakaian dengan penamaan berbeda-beda. Di Iran

disebut chador, di India dan Pakistan disebut pardeh, di Libya milayat, di Irak abaya, di

Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut hijab.

Pada tahun 1983 perdebatan tentang penggunaan "jilbab" disekolah antara Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Noegroho Notosoesanto yang kemudian direspon oleh MUI,

masih menggunakan kata kerudung. Noegroho menyatakan bahwa pelajar yang karena suatu

alasan merasa harus memakai kerudung, pemerintah akan membantunya pindah ke sekolah

yang seragamnya memakai kerudung. Sebelumnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga

mengadakan pertemuan khusus dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan menegaskan

bahwa seragam harus sama bagi semua orang berkaitan dengan peraturannya, karena bila

tidak sama berarti bukan seragam.

Page 2: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

2  

Di Indonesia, kemudian penggunaan kata "jilbab" digunakan secara luas sebagai

busana kerudung yang menutupi sebagaian kepala perempuan (rambut dan leher) yang

dirangkai dengan baju yang menutupi tubuh kecuali telapak tangan dan kaki. Dimana kriteria

jilbab yang benar harus menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak. Dan

pakaianpun itu seharusnya tidak tipis, tidak ketat sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh,

tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan

pakaian untuk mencari popularitas.

Menutup aurat bagi perempuan muslim adalah wajib hukumnya. Aurat adalah bagian

tubuh yang terlarang bila dilihat orang lain yang bukan mukhrimnya dan tubuh perempuan

yang boleh terlihat hanya muka dan pergelangan tangan hingga jari-jari saja. Untuk menutup

aurat bagian kepala salah satunya yaitu jilbab. Jilbab yaitu kain yang digunakan para

perempuan untuk menutup bagian kepala, rambut, hingga leher. Dengan menggunakan jilbab

ini maka kepala dan rambut perempuan akan tertutup. Muslimah yang taat akan agama Islam

itu mereka akan melakukan sesuatu yang diajarkan oleh agamanya salah satunya yaitu

menutup aurat dengan berjilbab. Jilbab dalam Islam merupakan sebuah sistem nilai dan sosial

masyarakat Muslim.

Pada awalnya belum banyak wanita muslim yang mengenakan jilbab khususnya di

Indonesia, mungkin hanya sebagian wanita saja yang mengenakannya, diantaranya mereka

yang menuntut ilmu disuatu pesantren ataupun sekolah yayasan Islam saja. Berjilbab saat itu

dianggap para perempuan sebagai sesuatu yang aneh, tidak modis, tidak flexibel bahkan

kampungan. Model jilbab dan baju muslim pada saat itu tidak banyak dan tidak beragam

sehingga membuat para wanita muslim enggan mengenakan jilbab. Apalagi para remaja-

remaja perempuan mereka jarang mengenakan jilbab dan lebih senang dan percaya diri

dengan tidak mengenakan jilbab. Akan tetapi seiring perkembangan zaman perkembangan

jilbab mulai tumbuh di kalangan perempuan yang mengenakannya khususnya para remaja

Page 3: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

3  

perempuan, mereka merasa nyaman dan percaya diri dengan mengenakan jilbab, bisa kita

lihat banyaknya mahasiswi mengenakan jilbab saat kuliah.

Pemakaian jilbab yang dahulu sebagai paksaan bila dikenakan oleh para perempuan

muslim khususnya remaja akan tetapi lambat laun keberadaan jilbab mengalami perubahan.

Jilbab yang diidentikkan dengan sesuatu yang tidak modern dan jilbab merupakan suatu

kearifan seorang perempuan sebagai orang yang menggunakannya pada saat itu. Jilbab

merupakan simbol agama Islam bahwa mereka adalah perempuan muslim, akan tetapi

sekarang pandangan masyarakat khususnya remaja perempuan muslim berubah, penggunaan

jilbab dikenakan bukan karena sebagai simbol agama Islam akan tetapi sebagai lifestyle

apalagi dikalangan mahasiswi saat ini, keberadaan jilbab itu tidak terlepas dari para public

figure di indonesia itu sendiri, para perancang jilbab pertama kali memasarkan jilbabnya pada

para public figure alhasil para public figure itu akan terlihat cantik modis walaupun memakai

jilbab (menutup aurat), hal inilah yang menjadikan para muslimah untuk mengenakan jilbab

untuk menunjang tampilannya seperti para artis-artis, agar terlihat cantik.

Dalam industri mode pakaian, pakaian perempuanlah yang paling cepat berubah dan

banyak variannya dibandingkan dengan model pakaian para pria. Di Indonesia sendiri, sangat

pesat pertumbuhan pakaian perempuan apalagi sepuluh tahun terakhir ini salah satunya

munculnya jilbab dengan berbagai varian dan model setiap saat berganti. Model jilbab yang

mengalami kemajuan dalam hal bentuk, model dan gaya sangat varian sebagai penunjang

penampilan para perempuan muslim.

Banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan jilbab saat ini diantaranya yaitu

keberadaan tayangan di televisi seperti sinetron di Indonesia saat ini yang para pemain

sinetronnya mengenakan jilbab terlihat modis dan terlihat cantik, itulah yang menyebabkan

para kaum hawa khususnya anak muda untuk meniru model yang dikenakan oleh para artis.

Page 4: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

4  

Media massa dan perkembangan teknologi yang mutakhir membuat para mahasiswa

ini mendapatkan model berjilbabnya. Bisa dilihat gaya mereka berjilbab meniru para public

figure yang sering terlihat di layar kaca televisi, internet ataupun majalah muslim dan jilbab

seperti model jilbab yang dikenakan oleh para artis. Dan artis inilah yang merupakan trend

setter para remaja. Ketika artis marak berjilbab, mempunyai dampak positif semakin banyak

perempuan yang memakai jilbab karena artis telah menjadi public figure dan idola

masyarakat. Model jilbab yang dikenakan para public figure tersebut banyak ditiru dan ikut

dikenakan oleh banyak kelompok remaja dan mahasiswi. Model jilbab yang ditampilkan para

artis yang inovatif,modis dan trendy itu memacu para khalayak atau masyarakat ingin

menirunya. Dengan mereka meniru para public figure ini mereka bisa disebut sebagai orang

yang gaul karena selalu mengikuti perkembangan model saat ini. ’’Jilbab gaul’’ adalah

ekspresi generasi muda yang menuntut kebebasan dalam berpakaian, para perempuan Islam

yang ingin mengikuti ajaran agama dengan mengenakan jilbab tetapi juga tetap ingin

mengikuti perkembangan zaman (tren mode) dengan mempopulerkan model ’’jilbab gaul’’

tersebut. Peran media sangat berpengaruh dalam perkembangan model jilbab tersebut karena

bisa dilihat mereka banyak yang meniru model jilbab yang dikenakan oleh para artis.

Adanya Perguruan tinggi swasta Islam yang mewajibkan para mahasiswi untuk

mengenakan jilbab inilah yang memicu perkembangan model jilbab itu sendiri dikalangan

Kampus ,dengan banyaknya mahasiwa yang sebelum masuk di kampus ini tidak mengenakan

jilbab akan tetapi sekarang mereka mengenakan jilbab dalam kesehariannya di Kampus

karena sudah menjadi aturan, maka dari itulah mereka berlomba-lomba mengenakan jilbab

yang lagi trend saat ini dengan gaya yang up to date. Dengan model dan gaya jilbab yang

dikenakan untuk menutup kepalanya agar terlihat modis dan trendy, maka mereka akan

merasa percaya diri bila mengenakannya. Bentuk daripada model jilbab yang dikenakan dan

Page 5: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

5  

ditampilkan oleh para mahasiswa itu sendiri menunjukkan suatu identitas diri orang yang

mengenakannya.

Pesatnya laju pertumbuh gaya berpakaian saat ini, tampilan luar seseorang itu

memiliki nilai tertinggi dalam segala penampilan. Salah satunya yaitu penampilan para

mahasiswi mengenakan jilbab, karena bagi kaum perempuan muslim untuk menunjukkan

identitas dirinya ditunjukkan dengan pemakaian jilbab yang mengikuti mode saat ini. Oleh

karena itu, untuk dapat berpenampilan yang cantik itulah perempuan remaja mengkonsumsi

jilbab yang secara tidak langsung dapat membentuk gaya hidup tersendiri bagi mereka.

Meskipun dorongan agama yang paling banyak menjadi alasan yang utama untuk

mengenakan jilbab akan tetapi dorongan untuk cantik itu lebih besar yaitu jilbab bisa

dijadikan salah satu penunjang fisik dari seorang perempuan . Hal ini disebabkan karena

jilbab itu tidak memiliki bentuk yang tetap, apalagi tunggal. Jadi jilbab bukan lagi semata-

mata simbol dan kewajiban agama tetapi sebagai lifestyle.

Di lingkungan Kampus swasta Islam itu sendiri, setiap mahasiswi yang mengenakan

jilbab itu mempunyai gaya tersendiri yang menurut mereka cocok dengan mereka. Jilbab

yang dikenakan dianggap mode tersendiri untuk berpenampilan modis di Kampus. Bahkan

diantara mereka itu bisa menemukan mode tersendiri atau meniru para model jilbab seperti

artis yang sedang trendy dan hal ini bisa membedakan antara mahasiswi satu dengan yang

lainnya. Hal ini bisa menimbulkan terjadinya persaingan diantara para mahasiswi untuk

berpenampilan modis dengan “jilbab gaul” nya tersebut.

Di Perguruan tinggi swasta Islam ini, para mahasiwinya sangat mengikuti model

dalam berpakaian yaitu berjilbab. Pada saat ini mereka banyak yang meniru para public

figure, gejolak para mahasiswi muda yang belum mempunyai tanggung jawab, membuat

mereka membeli barang-barang yang lagi trendy saat ini tak kecuali jilbab, bisa kita lihat saat

Page 6: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

6  

ini keberadaan jilbab ini yang telah memasyarakat bagi para kaum muslimah dan perempuan

dan mahasiswi sebagai objek konsumsinya, para mahasiswi yang mengenakan jilbab selalu

ingin menampilkan penampilan jilbab yang modis dan trendy dan mengikuti perkembangan

pada saat ini. Seiring dengan pesatnya perkembangan model berjilbab ini bagi kaum hawa

muslim jilbab dijadikan sebagai gaya hidup bagi para remaja, kaum hawa dan mahasiswi.

Banyaknya model jilbab yang ditampilkan oleh para public figure yang ditiru oleh

para kelompok remaja atau mahasiswi ini, menunjukkan identitas diri bagi mereka. Memakai

jilbab seperti jilbab yang dikenakan oleh para public figure ini menunjukkan jiwa pada

dirinya dan agar mereka diakui keberadaannya. Suatu gaya yang mulai menjadi modus

keberadaan manusia modern, dimana orang yang bergaya salah satu dalam berpenampilan

jilbab akan lebih bisa memperlihatkan identitas mereka.

Maraknya pemakaian jilbab selebritis dikalangan mahasiswi di lingkungan kampus

itu, menjadikan jilbab yang dikenakan biasanya adalah jilbab yang lagi nge-trend pada saat

ini dikalangan anak muda yang sering disebut “jilbab gaul”, para mahasiswi yang

mengenakan jilbab tersebut seperti tidak begitu memperhatikan aturan dan akidah pemakaian

jilbab yang telah diatur dalam Al-Quran akan tetapi mereka langsung memakai saja tidak

melihat apakah jilbab yang dikenakan itu sesuai akidahnya, dan bisa dikatakan mereka

semata-mata memburu gaya saja.

Bisa saya lihat fenomena yang menonjol saat ini pada kelompok remaja dan para

mahasiswi dimana jilbab seharusnya digunakan karena untuk menutup aurat akan tetapi saat

ini dijadikan sebagai lifestyle. Keberadaan jilbab juga tak lepas dari pengaruh fashion,

sehinnga jilbab saat ini menjadi mode bagi para mahasiswi. Warna,corak, bahan ,dan

modelnya saat ini yang bervariasi menjadi daya tarik sendiri untuk para perempuan untuk

mengenakannya. Bahkan saat ini nama model jilbab diambil dari para artis yang pertama

Page 7: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

7  

kali mempopulerkan model jilbab tersebut. Hal inilah yang menyebabkan para mahasiswi

mulai mengikuti trend berjilbab layaknya para selebritis di Indonesia.

Pada saat ini menjamurnya toko busana muslim di Yogyakarta ikut memudahkan

para mahasiswi untuk memiliki jilbab selebritis tersebut. Di Jogja saja banyak toko yang

menjual jilbab dengan harga yang terjangkau hanya puluhan ribu saja bisa ditemui di pasar

Beringharjo. Keadaan inilah semakin memanjakan para mahasiswi untuk tampil lebih tren

dan modis dengan biaya yang relatif murah.

Jilbab yang dahulu hanya dipakai oleh segelintir wanita muslim saja akan tetapi

lambat laun keberadaan jilbab saat ini justru mencapai status elitis dan modis ketika para artis

berbondong-bondong mengenakannya. Dan banyaknya masyarakat yang menirunya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun popularitas jilbab

selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY?

2. Identitas apa yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui budaya populer jilbab selebritis dikalangan mahasiswi Fakultas Ekonomi

UMY

2. Mengetahui faktor-faktor yang turut membentuk konstruksi jilbab selebritis.

3. Mengetahui pembentukan identitas dikalangan mahasiswi

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang sosial

mengenai dinamika kehidupan dan perilaku para mahasiswi di lingkungan Kampus UMY

Page 8: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

8  

(Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti

masalah yang sama. Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam

mengadakan penelitian, serta sebagai sarana pembuktian antara teori yang ada dengan

kenyataan di lapangan. Dari perspektif teoritis penelitian ini akan menambah pengetahuan

tentang fenomena jilbab selebritis di lingkungan Fakultas Ekonomi UMY saat ini.

Disamping itu penelitian ini ditujukan agar menambah referensi akademis yang bisa

digunakan oleh para peneliti yang memiliki ketertarikan pada masalah yang serupa.

E. TINJAUAN PUSTAKA

a. Jilbab dan Cara Berpakaian

Menurut Lisanul Arab secara etimologi (dalam kamus standar dalam Bahasa Arab,

kamus besar bahasa Indonesia, 1990) Jilbab berarti selendang, atau pakaian lebar yang

dipakai wanitauntuk menutupi kepada, dada dan bagian belakang tubuhnya. Sedangkan Al

Mu'jamal-Wasit, Jilbab berarti pakaian yang dalam (gamis) atau selendang (khimar), atau

pakaian untuk melapisi segenap pakaian wanita bagian luar untukmenutupi semua tubuh

seperti halnya mantel. Sementara kerudung sendiri di dalam Al Qur'an disebut dengan istilah

khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31.

Dengan tema yang peneliti angkat, adapun tinjauan pustaka yang ditampilkan diantaranya,

Cecile Laborde dalam kutipan skripsi berjudul “Female Autonomy, Education and the Hijab”

memberikan pemikirannya menjadi tiga bagian, dimana bagian pertama menetapkan sebuah

republik perfeksionis kasus untuk larangan dalam berjilbab, berdasarkan asumsi pencerahan

tentang progresif sekuler rasionalisme, otonomi untuk pendidikan, dan kritik dari pra-

modern, patriarkal dengan sifat Islam. Bagian kedua tunggangan respon kritis, yang menolak

republik paternalisme dan menghubungkan wawasan dari sosiologi pasca-modern agama

Page 9: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

9  

dengan radikal feminis teori badan perempuan. Pada bagian ketiga, ia menunjukkan bahwa

kedua argumen, bahkan pada interpretasi yang paling simpatik hadir di sini, adalah cacat.

Cecile berpendapat bahwa meskipun larangan pada jilbab tidak dapat dibenarkan, republiken

benar-benar khawatir tentang bahaya dominasi dalam masyarakat sipil. Cecile kemudian

berangkat dari teori 'republik kritis' non-dominasi yang menghindari perangkap paternalisme

tanpa koersif, bagaimanapun, meninggalkan individu tanpa bantuan dalam menghadapi

dominasi.

Ismail Machfud (Fenomena Jilbab Funky, 1998) “Fenomena Jilbab Funky (Sebuah

Kajian Terhadap Penggunaan Jilbab Funky di Kalangan Mahasiswa Fakultas Agama

Islam-Universitas Muhammadiyah Malang)”, dari hasil penelitian tersebut, diketahui

bahwa pertama, dikalangan mahasiswi FAI terdapat tiga macam jenis jilbab, yaitu, jilbab

besar, jilbab standart dan jilbab funky. Namun, jenis kedua adalah yang terbanyak di antara

peminatnya di kalangan mahasiswi FAI. Kedua, faktor yang menyebabkan mahasiswi

gemar menggunakan jenis jilbab funky adalah a) ingin tampak modis, b) mencari

kepraktisan dalam menggunakan jilbab, c) mengikuti trend (perkembangan jenis busana

modern) dari ketiga faktor tersebut, ternyata yang menjadi latar belakang utama mahasiswi

menggunakan jilbab funky adalah karena kurangnya wawasan keagamaan dan pengaruh

keluarga, lingkungan, budaya serta media massa. Ketiga, latar belakang mahasiswi yang

menggunakan jilbab funky tidak semua berlatar belakang pendidikan umum, namun

banyak dari mereka berlatar belakang pendidikan keagamaan (pesantren), hal ini penulis

ketahui dari delapan orang mahasiswi yang menjadi informan. Kedelapan mahasiswi

pengguna jilbab funky tersebut diketahui kelima mahasiswi berlatar belakang pendidikan

Keagamaan (pesantren), dan ketiga mahasiswi lainnya adalah mahasiswi yang berlatar

belakang pendidikan umum. Dari ketiga pembahasan diatas penulis simpulkan bahwa

pendidikan prakuliah baik pendidikan keagamaan maupun umum, tidak menjadi pengaruh

Page 10: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

10  

dalam penggunaan jilbab funky (gaul) dikalangan mahasiswi fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Malang.

b. Mahasiswi dan Lifestyle masa kini

Chaney(1996) dalam bukunya ‘Lifestyle-sebuah pengantar komprehensif’

menjelaskan bahwa gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam penggunaan, pemahaman,

atau penghargaan artefak – artefak budaya material untuk menegosiasikan permainan

kriteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya. Gaya hidup selanjutnya

merupakan cara-cara terpola dan menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-

hari dengan nilai sosial atau simbolik, ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara

bermain dengan identitas.

c. Public Figure dan artis dengan Gaya Berjilbab Mahasisiwi

Artis adalah sesorang yang melibatkan dirinya dalam bidang seni. bisa seni suara, seni

tari, seni lukis, dan seni-seni lainnya yang memiliki nilai-nilai positif bagi pelakon dan

penikmat seni tersebut. walaupun seni memiliki makna yang luas, tetap saja seni dibatasi

dengan budaya dan keadaan dimana seni itu tumbuh dan berkembang. Sehingga bisa saja

seni, suatu daerah tidak pantas untuk diterapkan di daerah lainnya, hal ini tidak menutup

kemungkinan bahwa ada juga sebagian yang pantas.

Publik figur sendiri adalah seseorang yang menjadi panutan, contoh, suri tauladan,

tentu saja dalam hal yang positif, bagi orang yang melihat,mengagumi dan

menghormatinnya. sehinnga sebagai suri teladan sebagai panutan dan sebagai contoh

seorang publik figur harus dapat berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur,

mengikuti norma-norma yang berlaku dimana ia bermasyarakat.

Page 11: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

11  

Ketika seorang artis yang terekspose media dan banyak ditonton orang berpakaian

menarik dengan modifikasi dari cara berpakaian dan menadopsi cara berpakaian orang-

orang arab dan dikembangkan menurut kreatifitas mereka msing-masing dan karena artis

selalu muncul di televisi dan kemudian cara berpakaianya menjadi trend tersendiri

terutama dikalangan mahasiswi. Tak berbeda jauh seorang public figure yang sebagai

contoh dan suri tauladan yang memberikan contoh-contoh kebaikan kemudian

menginspirasi perempuan untuk berpakaian seperti dirinya dengan berbagai alasan yang

mendukung seseorang semakin mengagumi sosok idolanya. Cara berpakaian seorang

ustad perempuan dan artis-artis yang di adopsi oleh mahasiswi-mahasiswi dalam berjilbab

kemudia menjadi trend bagaimana pencitraanya apakan seorang artis belum tentu seorang

pulic figure.

d. Trend dan Trendsetter Mahasiswi

Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan

kejadiannya berdasarkan fakta. Sedangkan trendsetter sendiri adalah merupakan frase

yang digunakan untuk mendefinisikan seseorang yang menjadi panutan dalam hal tertentu,

karena keunikan dan kreatifitasnya, sehingga selalu membuat terobosan (breakthrough) di

tengah kemapanan yang ada. Walaupun trendsetter memiliki arti luas dan bidang yang

bermacam-macam (fashion/mode, gudget, information technology, automotif, dll),

biasanya frasa ini dipergunakan dalam hal mode atau fashion, dan lebih spesifik lagi

dalam lingkungan kaum perempuan. Kita lihat pesohor-pesohor negeri ini yang kadang

membawa mode cara berdandan yang unik, yang kemudian ditiru oleh sebagian besar

masyarakat, misalnya Maia Ahmad (Dengan model rambut bob-panjang depan), Agnes

Monica (dengan kaos kedombrangan ala 80-an-celana pendek atau potongan rambut

harajuku-nya) dan sebagainya. Namun, ternyata untuk menjadi trendsetter, Anda tidak

perlu harus menjadi pesohor terlebih dahulu. Karena Anda pun bisa menjadi trendsetter di

Page 12: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

12  

lingkungan Anda seperti, kampus, tempat kerja, teman-temang satu gank, atau bahkan

dalam lingkungan keluarga. Bahkan trendsetter berjilbab kini juga sedang menjamur dan

banyak perempuan muda mengikuti bahkan jadi trendsetter berjilbab mereka berusaha

berpakaian unik tetapi tetap menutup auratnya akan tetapi perkembanganya makna

berjilbab yang sebenarnya bergeser demi trend dan menjadi trendsetter.

e. Fashion dan Substansi pada Mahasiswi Masa Kini

Fashion telah lama menjadi bagian dari hidup manusia. Yang perlu diupayakan

adalah menjadikan fashion sebagai alat untuk mengekspresikan substansi diri. Fashion

adalah medium ekspresi sekaligus sebagai alat untuk menangkap esensi diri. Di sisi lain

fashion adalah simbol dari dilema. Banyak aspek yang bertentangan hidup di dalamnya.

Fashion adalah pencipta sekaligus pemecah kepastian identitas. Fashion adalah simbol

kebebasan sekaligus tanggung jawab yang mengikat dengan batas. Fashion menawarkan

kebaruan yang tak pernah sungguh baru.

Fashion atau mode adalah hal yang slalu nampak di permukaan, selain itu fashion

juga mencerminkan sesuatu yang lebih dalam, yakni praktek-praktek sosial yang sedang

diterima oleh masyarakat pada suatu waktu dan tempat tertentu. Di dalamnya berunsur

cara atau seni berpakaian, aksesoris, sampai dengan sepatu. Lebih dalam dari itu, fashion

mencerminkan semangat dari suatu jaman tertentu.

Apa yang kita pakai mencerminkan siapa kita merupakan hal yang mendasar dari

fashion kita dalam berpakaian. Apa yang kita pakai mencerminkan jiwa kita. Selera kita

mencerminkan ‘bahasa’ yang kita yakini. Dan apa yang kita yakini mempengaruhi

tindakan maupun keputusan yang kita buat. Fashion sebagai industri tidak bisa secara

elitis menentukan apa yang menjadi ‘jiwa’ masyarakat. Fashion harus muncul dari

sanubari masyarakat itu sendiri. Jika ini terjadi maka fashion sungguh merupakan

Page 13: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

13  

cerminan dari kedalaman diri. Inilah yang saya sebut sebagai fashion dengan substansi.

Fashion dengan substansi adalah fashion yang berusaha menangkap jiwa penggunanya.

Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk mencipta identitas diri seutuhnya.

Mereka menemukan kenyamanan di dalamnya. Fashion diciptakan sekaligus menciptakan

manusia yang membuatnya.

Maka di masa depan, fashion bukanlah sekedar industri, melainkan medium untuk

mengenali dan menyalurkan hasrat manusia. Dan karena hasrat manusia begitu beragam,

maka fashion pun juga merupakan perayaan keberagaman. Ketika dunia dihimpit

fundamentalisme sempit, fashion bisa memberikan contoh tata kelola keberagaman

peradaban. Fashion adalah simbol dari pembebasan.

Keindahan yang ditawarkan fashion mampu menarik manusia dari keterasingan

dirinya. Justru di tengah peradaban yang semakin rumit, fashion menemukan ruang-ruang

ekspresinya untuk membuat hidup semakin bermakna. Fashion menawarkan pembebasan

di tengah himpitan kerja dan tanggung jawab kehidupan. Ia memberikan warna ketika

dunia terasa buta dan hampa.

Fashion dan substansi yang ada cerminan identitas diri seorang perempuan berjilbab

akan terasa biasa ketika dia tetap pada syariat berjilbab yang ada. Tetapi dia akan

mendapatkan status lebih dengan memodifikasi jilbab mereka dan akan lebih menunjukan

identitas mereka dan berasal dari kelas sosial yang bagaimana. Adapun perbedaaan

berdasarkan apa yang ada dalam masyarakat tentang bagaimana seseorang memaknai

jilbab mereka,

Page 14: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

1.

2. Ketitahuyanolehsanberlawdala

3. BenIsla

4. Hamen

Su

F. Keran

a. Media

L

penemua

sejatinya

Ji

ika zaman daun delapan p

ng mengenakh setiap oran

ntun dalam rsikap, salaluwan jenis, dan

am batin.

ntuk keyakinam.

anya perempnggunakanya

umber : www

ngka Teorit

Massa dan M

Lebih lanjut

an-penemuan

a sebuah pen

Jilbab Dulu

lbab Dulu

ahulu contohnpuluhan ke bekan jilbab sanng. Memiliki

berbicara, u menahan pn memiliki aur

nan batin me

uan tertentua.

.indojilbab.co

ik

Masyarakat

pembahasa

n penelitian

ncitraan me

u dan Sekara

nya saja di erelakang, oranngat dihorma banyak ilmusopan dalamandangan dara tersendiri d

emeluk agam

u yang beran

om, definisi ji

Simulasi

an ini, didu

n. Seperti h

erupakan ba

Tabel. I

ang (Makna

ra ng ati u, m

ari di

ma

ni

1.

2. Namukeruddiartikerud

3. Hanyanut.

4. Saat berbatelah maya

5. Mahamengmengberga

ilbab dalam a

ukung teori

halnya teori

gian atau s

dan Cara Pe

Jilbab

un, jilbab ddung (khimakan dalam

dung yang tid

ya sebagai si

ini, kerudagai macam

hangat dibica maupun ling

asiswi atau ggunakan jiggunakan jilbaya trendi.

al-quran dan ji

i tambahan

Baudrillard

alah satu m

emakaian )

b Sekarang

di sini diarar). Khimarbahasa indoak lebar dan t

imbol dari a

dung dimodipernak-perni

carakan di kgkungan fakta

remaja pereilbab karenbab tetap b

ilbab zaman s

yang akan

d (1993) te

model dari s

1

rtikan sebagr yang biasonesia sebagtidak panjang

gama yang

iskan dengaik mode yankalangan duna.

empuan banyna meskipuisa gaul ata

sekarang

n mendukun

entang bahw

simulasi yan

14

gai sa

gai g.

di

an ng nia

ya un au

ng

wa

ng

Page 15: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

15  

dimaksudkan oleh Baudrillard. Sebagaimana yang juga dinyatakan oleh Yasraf Amir Piliang

(hantu-hantu politik dan matinya sosial, 2003: 134) bahwa simulasi adalah citra tanpa

referensi (suatu simulacrum). Simulakrum sendiri dapat dipahami sebagai sebuah cara

pemenuhan kebutuhan masyarakat modern atas tanda (Piliang, 2003: 134), atau penampakan

yang menyatakan diri sebagai realitas (Petit Robert dalam Haryatmoko, 2010: 23).

Baudrillard (simulacra and simulacrum, yasraf amir pailing.1983) sendiri menggunakan

simulasi untuk membandingkan sebuah model dengan realitas, yang mana hal tersebut

dilakukan atau dibuat berdasarkan hasil acak dari model yang dibandingkan (atau lebih

tepatnya direpresentasikan) dengan realitas itu sendiri. Simulasi Inilah masyarakat yang

hidup dengan silang-sengkarut kode, tanda, dan model yang diatur sebagai produksi dan

reproduksi dalam sebuah simulacra (Lechte, 1994: 235). Simulacra adalah ruang dimana

mekanisme simulasi berlangsung dan ada tiga macam yaitu pertama, simulacra yang

berlangsung semenjak era Renaisans hingga permulaan Revolusi Industri. Simulacra pada

tingkatan ini merupakan representasi dari relasi alamiah berbagai unsur kehidupan. Kedua,

simulacra yang berlangsung seiring dengan perkembangan era industrialisasi Baudrillard

menunjukkan bahwa citra yang sampai pada masyarakat modern telah mensimulasi (atau

lebih tepatnya memanipulasi) pandangan masyarakat itu sendiri atas realitas yang terjadi di

sekitarnya. Artinya bahwa masyarakat telah terpengaruhi oleh media sehingga apa yang ada

disekitarnya menjadi tampak tak ada bedanya dengan apa yang ada di media sehingga citra

media tentang perempuan berjilbab nampak tak ada bedanya dengan apa yang biasa orang

kenakan di kehidupan nyata. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya berpakaian seseorang

secara spesifik memiliki penjabaran teoritisnya sendiri-sendiri. Penjelasan–penjelasan atas

teori tersebut kemudian menjadi sub-bab pembahasan pada bab 3.

Media massa sejalan dengan sifat dasarnya adalah institusi media yang memproduksi

dan penyedia informasi memang sedikit banyak akan terlibat dalam proses perubahan

Page 16: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

16  

masyarakat, di antaranya ketika dalam masyarakat mengalami semacam transformasi

identitas sosial baik yang terjadi pada individu maupun dalam masyarakat keseluruhannya.

Tentu saja di sini media massa bukanlah satu-satunya faktor yang menggerakkan perubahan

tersebut. Disamping faktor-faktor lain yang demikian kompleks, media massa hanyalah salah

satu agent yang turut memainkan peranan tertentu dalam suatu perubahan masyaraka

Tabel .II

Peran media, gaya perempuan berjilbab dan konsumerisme

Sumber tabel 2 :. http://www.bimbingan.org/proses-komunikasi-massa.htm

Berdasarkan ilustrasi di atas remaja perempuan tidak dapat lepas dari pengaruh media

massa, khususnya majalah, televisi dan internet. Remaja cenderung ingin tahu dan juga

mencari informasi tentang hal-hal yang diminatinya. Berdasarkan pengamatan penulis

terhadap majalah-majalah yang beredar diperuntukkan untuk segmen remaja, kebanyakan

merupakan majalah fashion dan musik. Majalah-majalah fashion dan musik adalah majalah

yang paling populer di kalangan remaja perempuan, dan sebagian besar majalah tersebut

diakses oleh remaja perempuan. Majalah mengkronstruksikan budaya-budaya tertentu yang

dianggap ideal dan budaya tersebut diamini oleh pembacanya. Pembaca majalah merupakan

audiens pasif sehingga mereka cenderung untuk menerima teks-teks yang tersaji di majalah.

Hal ini terutama disebabkan karena tujuan sebagian besar orang membaca majalah untuk

Industri jilbab selebriti

Media (tv, majalah, tabloid, dll)

Public figure (artis dan selebritis

Penonton atau Masyarakat konsumtif

Style jilbab atau gaya berjilbab

Media (tv, majalah, tabloid, dll)

Page 17: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

17  

memperoleh informasi tertentu, informasi itu kemudian menjadi knowledge mereka.

Berdasarkan pengamatan penulis juga, majalah remaja dan fashion biasanya memuat tips-tips

yang berkaitan dengan kecantikan, pergaulan dan fashion. Teks-teks tersebut tidak hanya

informatif, tetapi juga persuasif.

Pengaruh public figure bagi masyarakat konsumerisme dalam hal ini cara mereka

berpakaian dengan mnggunakan jilbab telah mengkonstruksi mereka dalam hal berpakaian,

ada beberapa contoh artis atau selebritis yang membawa pengaruh dari pengaruh yang ada

kemudian merekapun mengimitasi gaya mereka berpakaian sehingga sampai kepada

msyarakat dengan gaya jilbab mereka yng menunjukan ciri khas mereka sebagai contoh gaya

jilbab aktris atau selebritis marshanda dia mnjadikan gaya jilbab segi empat dengan dalaman

bandana atau bando sebagai ciri khasnya dalam menggunakan jilbab selain itu gaya

femininnya dengan memadu padankan warna jilbab dengan pakainya pastinya menjadi

pelengkap ciri khasnya dalam menggunakan jilbab, selain itu zaskia mecca yang seorang

selebritis juga mempunya ciri sendiri meskipun ciri tersebut tidak terlalu menonjol, gaya

zaskia dalam berjilbab lebih sering menggunakan jilbab simpel atau ninja dengan padu padan

jilbab paris atau kadang pilihan jilbab zaskia cenderung jilbab langsung pake dengan model

sendiri tanpa menggunakan jarum atau hiasan lain dan pakaian yang sedikit dengan warna-

warna muda dan cenderung terlihat santai. Kemudian bagi masyarakat konsumerisme gaya

pakaian yang mereka tiru akan menjadi identitas diri di lingkungan sosial mereka.

Biasanya artikel- artikel menurut Barnard Malcolm yang berisi informasi tentang

tokoh, tempat, review buku dan makanan juga menjadi isi majalah. Gambar-gambar yang

tersaji dalam majalah remaja dan fashion juga menarik sehingga membuat pembacanya

masuk ke imaji tertentu yang mereka anggap indah. Fotografi fashion tidak diragukan lagi

berperan sebagai pemasok utama citra dan menjadi salah satu media paling kuat dalam

menciptakan dan mengkomunikasikan citra laki-laki dan perempuan. Foto-foto dalam

Page 18: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

18  

majalah itu mendorong para perempuan untuk mebayangkan seperti apa mereka terlhat di

mata laki-laki, dalam situasi seperti ini dan dengan pakaian itu, tanpa berniat berbuat dalam

dirinya pada situasi pakaian itu.

b. Gaya Hidup (postmodern)

Terminologi seperti information revolution, globalization, postmodern society mulai

menjadi wacana-wacana intelektual yang menarik pasca penemuan komputer dan teknologi

digital ini. Hubungan sosial ataupun interaksi di dalam masyarakat berubah total dari

sebelumnya. Dengan adanya perkembangan new media, baru-baru ini interaksi sosial

berpindah dari tempat-tempat yang real menjadi tempat-tempat yang semu atau maya.

Dampak Globalisasi yang melukiskan keterkaitan dan ketergantungan antar manusia di dunia

melalui perdagangan, investasi, budaya populer, dan bentuk interaksi lain sehingga batas-

batas suatu negara menjadi relatif. Hal ini digambarkan Anthony Giddens, bahwasanya

mayoritas umat manusia menyadari sebenarnya setiap individu turut ambil bagian dalam

dunia yang harus berubah tanpa terkendali, yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan

terhadap hal yang sama, perubahan, ketidakpastian dan realita sosial yang mungkin terjadi.

Mcluhan, ahli komunikasi, membahasakan dunia menjadi sebuah global village, sebuah desa

global. Dimana semua masyarakat manusia dibuat untuk menjadi sebuah masyarakat global.

Namun, desa identik dengan tradisi yang kuat padahal era global ini membuat manusia tidak

memiliki tradisi mapan, melainkan menjadi village massif yang telah kehilangan kohesi sosial

dan ideologi. Dalam konteks ini, Jean Baudrillard (Strinati, 2010 : 14) melukiskan situasi ini

sebagai implosion, dengan perkembangan media baik media massa, elektronik, dan new

media, semuanya telah menyatukan manusia kemudian membiarkannya meledak kedalam

batas-batas geografis bangsa, ideologi, kelas, yang cair dan luluh begitu saja. Masyarakat

menjadi penuh ketidakpastian tanpa identitas yang jelas dan kuat. Masyarakat ini dapat

disebut sebagai masyarakat postmodern, masyarakat yang terlahir pasca modernisasi,

Page 19: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

19  

masyarakat post-industrial society. Masyarakat yang tidak lagi mencintai reasoning,

masyarakat yang meyakini kebenaran itu tidaklah mutlak namun kebenaran dapat diciptakan

secara personal dan relatif, masyarakat yang skeptis, masyarakat yang melahirkan

spiritualitas baru, masyarakat yang unik karena erat kaitannya dengan media.

Dalam perkembanganya di lingkungan pendidikan bahwa mahasiswi mulai

terpengaruhi dengan hadirnya media seperti yang dikatakan Baudrillard media membuat

konstruksi baru atau dalam teori postmo mereka terjadi dekonstruksi dengan merambahnya

gaya hidup mewah dengan pengaruh media pada mahasiswi. Gaya berpakaian yang glamaour

seperti mereka yang berprofesi sebagai selebritis. Mereka menjadi satu dan membentuk

sebuah cara berpakain atau gaya berpakaian ala mereka

c. Identitas

Sebagaimana pakaian pada umumnya, maka jilbab juga memiliki fungsi yang sama.

Menurut J.Erkelens dkk, pakaian adalah suatu penanda yang paling jelas dari sekian banyak

penanda penampilan luar, dengan apa orang membedakan diri mereka dari orang lain dan

pada gilirannya diidentifikasikan sebagai sebuah kelompok tertentu (Nordhold, 1997: 57).

Giddens sendiri berpendapat bahwa komodifikasi kedirian (selfhood), melalui genre-genre

narasi media (media narratives), begitu pula strategi-strategi pemasaran, menekankan gaya

pada biaya investasi makna personal ( Chaney, 1996: 14). Suatu gaya hidup adalah sebuah

identitas diri bagi seseorang, dalam hal berbusana khususnya berjilbab, orang yang

mengenakan “jilbab gaul” ala artis bisa mebuat penampilan seseorang menonjol dan

menjadikan suatu identitas bagi dirinya, karena mereka bisa meniru berjilbab ala para artis,

disamping itu mereka para pengguna “jilbab gaul” tersebut mendapatkan cap atau label

sebagai anak gaul karena mereka telah mengikuti trend yang lagi in saat ini.

Page 20: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

20  

Identitas diri dan perilaku individu seseorang dipengaruhi dengan adanya interaksi

atau proses yang secara terus-menerus dengan lingkungan yang ada dengan unsur-unsur yang

ada seperti unsur budaya, sosial, produksi, dan adanya distribusi. Salah satu pencetus teori

identitas adalah Sheldon Styker (1980). Teori memusatkan perhatiannya pada hubungan

saling mempengaruhi diantara individu dengan struktur sosial yang lebih besar lagi

(masyarakat). Individu dan masyarakat dipandang sebagai dua sisi dari satu mata uang.

Seseorang dibentuk oleh interaksi, namun struktur sosial membentuk interaksi. Dalam hal ini

Styker tampaknya setuju dengan perspektif struktural, khususnya teori peran. Namun dia

juga memberi sedikit kritik terhadap teori peran yang menurutnya terlampau tidak peka

terhadap kreativitas individu. Identitas terbentuk karena adanya konstruksi sosial yang ada di

masyarakat. Identitas terbangun karena adanya suatu interkasionisme simbolik yang dija

dikan suatu pembeda antara satu dengan yang lainnya. Jilbab dijadikan sebagai identitas oleh

kaum muda jaman sekarang, jilbab bukan sekedar use value atau nilai guna dalam artian tidak

sekedar sebagai penutup aurat, melainkan sekarang ini sudah menjadi sign value atau nilai

tanda yang artinya sebagai identitas bagi pribadin atau sesuatu yang menunjukkan identitas

seseorang. Jilbab yang dulu sebagai simbol agama dan berfungsi untuk menutup aurat, namun

saat ini jilbab memiliki makna lain, hal ini karena adanya model jilbab yang dinilai baik dan

stylist sehingga banyak yang meniru. Pemakaian berbagai model jilbab juga akan

mempengaruhi suatu identitas, seseorang yang memakai jilbab dengan model apik akan

mendapatkan perhatian dan label sebagai orang yang peka terhadap fashion dan dicap sebagai

orang kalangan menengah keatas.

Page 21: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

21  

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena dimaksud untuk memperoleh

pemahaman dari fenomena sosial dengan pendekatan diskripsi-interpretatif. Untuk

mengetahui lingkup dari subyek penelitian sebagai sumber, tempat memperoleh

keterangan(fakta) maka dalam penelitian kualitatif digunakan penentuan satuan kajian (Lexy

J Moleong. Hal. 165). Satuan kajiannya adalah perseorangan yaitu mereka yang menjadi

bagian dari mahasiswi UMY. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan

pemahaman yang berdasarkan pada metedologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah sosial.

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang

menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap suatu keadaan

atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis

dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya.

Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu

terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk

menghasilkan dan menguji hipotesis. Sehinnga dapat dihasilkan hasil tentang mahasiswi

dengan jilbab bergaya seperti selebritis yang ada di UMY dapat dengan baik dan memperoleh

hasil penelitian yang mendalam.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomi di UMY (Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta) tepatnya terletak di jalan Lingkar Selatan Tamantirto Kasihan

Bantul Yogyakarta, pemilihan lokasi ini dikarenakan mahasiswi UMY yang diwajibkan

Page 22: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

22  

untuk mengenakan jilbab bila kuliah. Didasarkan pada sebuah fakta, dimana keberadaan

mahasiswi dalam suatu jurusan bisa mempengaruhi identitas diri mereka. Di UMY khususnya

mahasiswi Fakultas Ekonomi banyak ditemui mahasiswi yang mengenakan “jilbab gaul” ala

artis. UMY juga dipilih oleh penulis karena terdapatnya fenomena-fenomena yang dianggap

perlu dianalisis dalam kacamata sosiologi, dan UMY yang dekat dengan tempat tinggal

peneliti sehingga dapat mempermudah proses penelitian yang lebih dalam, dapat

meminimalisis biaya, waktu, dan tenaga dalam proses penelitian.

3.Teknik Pemilihan Informan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki kriteria khusus dalam pemilihan

informan, yang akan membantu peneliti dalam pengambilan data primer dan informasi.

Pemilihan informan ini ditujukan untuk memberikan batasan agar peneliti tidak keluar dari

batas yang dibahas. Peneliti lebih mengutamakan kualitas informasi daripada kuantitas

informasi. Jumlah informan yang tidak ditentukan sebelumnya, akan tetapi ditentukan disaat

terjun ke lapangan. Adapun informan atau subjek yang akan diteliti adalah Mahasiswi

Fakultas Ekonomi di UMY. Berdasarkan judul dan rumusan masalah, maka ada beberapa ciri

atau kriteria informan yang akan dibidik oleh penulis, antara lain : mahaisiswi yang

fashionable, mahasiswi fashionable dicirikan sebagai wanita yang berpakaian ala anak gaul

layaknya artis atau public figure, selalu mengikuti perkembangan trend dalam berbusana tak

terkecuali dalam hal berkerudung, senantiasa memakai model jilbab yang sedang in di

kalangan selebritis saat ini.

4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan data primer dan sekunder, data primer

diperoleh langsung dari lapangan, pengumpulan data secara primer ini dapat memberikan

gambaran mengenai keadaan serta dapat mengidentifikasi permasalahan serta menjawab

Page 23: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

23  

semua pertanyaan penelitian. Penggunaan data primer dalam penelitian sosial dapat

dikumpulkan dengan tiga cara yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data

sekunder bisa diperoleh diantaranya dari buku, catatan sipil, jurnal, internet.

a. Observasi

Observasi cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan

pencatatan secara langsung dan sistematis atas fenomena sosial yang akan diteliti.

Hasil pengamatan merupakan keadaan sebenarnya yang terjadi (riil) dari objek yang

diteliti. Peneliti melakukan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik dengan fenomena yang sedang diamati. Melalui observasi ini peneliti bisa

mempelajari mengenai fenomena sosial, khususnya fenomena mengenai model-model

“jilbab gaul” yang dikenakan oleh para mahasisiwi di Kampus UMY Fakultas

Ekonomi.

b. Wawancara

Wawancara sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara yang akan diteliti. Dengan kata lain,

wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau

pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Dalam penelitian ini wawancara

dilakukan untuk keperluan mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat. Oleh

karena itu, wawancara difokuskan untuk mencari sebuah pengungkapan atau wawasan

tentang pikiran atau sudut pandang yang menarik dan cukup bernilai untuk diketahui.

Sifat wawancara terstruktur dipandu interview guide, tergantung dari

informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi

yang dihadapi orang yang diwawancarai. Wawancara dapat dilakukan setiap individu

tanpa dibatasi oleh faktor usia, data yang diperoleh dari wawancara dapat langsung

diketahui obyektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka. Wawancara ini

Page 24: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

24  

dilakukan di UMY tepatnya di fakultas Ekonomi, tatap muka dengan 8 mahasiswi

sebagai informanya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu yang

menyediakan informasi tentang suatu subyek yang didasarkan pada catatan atau

dokumen-dokumen yang digunakan untuk melengkapi sebuah data yang diperlukan

dalam suatu penelitian. Dalam melakukan teknik dokumentasi, seorang peneliti

sebaiknya memegang prinsip-prinsip dokumentasi yaitu ; metode yang tepat,

keseimbangan jumlah dokumentasi, kesederhanaan dan desain yang sesuai.

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto dan hasil wawancara yang didapat dari

informan.

H. Teknis Analisis Data

Analisis data kualitatif meliputi proses reduksi data, penyajian data, serta penarikan

kesimpulan dan verifikasi ( Salim, 2006;22). Hal ini yang membedakannya dengan penelitian

kuantitatif. Dimana analisis dapat dilakukan tidak hanya setelah pengumpulan, namun juga

ketika pengumpulan data sedang berlangsung. Ditambah dengan sifat wawancara yang

mendalam, diharapkan informasi yang didapat akan lebih aktual dan terpercaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah pembahasan tentang imitasi jilbab selebritis

dikalangan mahasiswi, alasan senang meniru gaya para selebritis dalam hal berjilbab.

Pendekatan kualitatif merupakan teknik yang paling cocok untuk memahami dan

menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Adapun data yang diperoleh tidak semuanya

akan dipakai oleh peneliti hanya data yang relevan yang akan digunakan. Data diambil dari

para informan dengan teknik wawancara, setelah data terkumpul maka data diklasifikasikan

berdasarkan fokus penelitian. Setelah data terkumpul maka dianalisis berdasarkan fokus

Page 25: BAB I LATAR BELAKANG A. PENDAHULUANetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/66923/potongan/S1-2014... · Turki charshaf, dan tudung di Malaysia, sementara di negara Arab-Afrika disebut

25  

kajian penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian dikaitkan dengan kerangka teori, dari

situlah data diolah dan ditarik kesimpulan.

I. Sistematika Penulisan

Hasil data dari penelitian disajikan dalam bentuk penjalasan data dengan uraian

kalimat hasil temuan dan analisa. Bentuk dari penyajian data tertulis dalam lima bab. Dimana

pada Bab I menjelaskan pendahuluan yang merupakan perluasan dari proposal, kemudian

Bab II berisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta, gambaran umum keberadaan dan letak

UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), profil mengenai UMY(Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta) yang menjadi lokasi penelitian, dan penjelasan mengenai jilbab

selebritis. Disamping itu penulis juga akan menjawab tentang alasan dan faktor pendorong

penggunaan jilbab model selebritis yang banyak digunakan mahasiswi UMY. Pada Bab III

berikutnya mulai masuk kebagian analisis, mendiskripsikan jawaban dari rumusan masalah

pertama yaitu ‘Mengapa jilbab selebritis populer dan faktor apa yang membangun populer

jilbab selebritis di kalangan mahasiswi ekonomi UMY’ termasuk didalamnya menjelaskan

pola terbentuknya jilbab selebritis itu beserta faktor yang membangun. Mendiskripsikan

mengenai profil informan. Masuk pada analisis kedua di Bab IV mengenai ‘Identitas apa

yang terbentuk ketika mengimitasi jilbab selebritis”, pada bab ini penulis akan menjelaskan

pola-pola konsumsi jilbab selebriti dikalangan mahasiswi, dengan memberikan penjelasan

mengenai pola-pola konsumsi dan gejala-gejala social yang ada di Kampus UMY maka

penulis dapat memberikan dan menjelaskan gambaran-gambaran mengenai fenomena

konsumsi dan keterkaitannya dengan ilmu social,maka dapat ditarik kesimpulan yang

nantinya akan terangkum dalam bab selanjutnya. Pada akhirnya analisa-analisa sebelumnya

akan ditarik kesimpulan diakhir Bab V merupakan kesimpulan akhir bab dan beberapa

catatan kritis mengenai jilbab selebritis dikalangan mahasiswi UMY.