bab 6 noni

11
BAB VI PEMBAHASAN Hasil penelitian yang akan dijelaskan didalam bab pembahasan ini adalah menilai keefektifan antara daun kamboja, daun lidah buaya dan NaCL terhadap proses penyembuhan luka infeksi pada tikus putih. Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan di laboratorium stik muhammadiyan Pontianak pada tanggal 21 april sampai 4 mei 2014. 6.1 Pembahasan Penelitian Berdasarkan hasil didapatkan dari one-way ANOVA (F(2,18) = .0,12, p=0,988) dengan tarif signifikan 5% F. tabel sebesar 3.55, jadi F hitung < F. tabel (0,012<3.55) dan nilai p. value lebih besar dari 5% (p=0,988>0,05) sehingga disimpulkan tidak ada perbedaan presentase penyembuhan luka antara kamboja,lidah buaya, dan Nacl.berdasarkan statistic tersebut, menunjukkan 43

description

hasil

Transcript of bab 6 noni

Page 1: bab 6 noni

BAB VI

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang akan dijelaskan didalam bab pembahasan ini adalah

menilai keefektifan antara daun kamboja, daun lidah buaya dan NaCL terhadap

proses penyembuhan luka infeksi pada tikus putih. Berdasarkan pengumpulan

data yang dilakukan di laboratorium stik muhammadiyan Pontianak pada tanggal

21 april sampai 4 mei 2014.

6.1 Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil didapatkan dari one-way ANOVA (F(2,18) = .0,12,

p=0,988) dengan tarif signifikan 5% F. tabel sebesar 3.55, jadi F hitung < F. tabel

(0,012<3.55) dan nilai p. value lebih besar dari 5% (p=0,988>0,05) sehingga

disimpulkan tidak ada perbedaan presentase penyembuhan luka antara

kamboja,lidah buaya, dan Nacl.berdasarkan statistic tersebut, menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang signifikan atau sama efektifnya antara kamboja dan

lidah buaya dalam proses penyembuhan luka infeksi.

Berdasarkan uji statistic T test rata-rata hari penyembuhan luka antara

kamboja dan lidah buaya memiliki nilai p=0,004 yakni p< 0,05. Nilai kamboja

dan Nacl memiliki nilai p=0,553 yakni p>0,05. Nilai lidah buaya dan Nacl

memiliki nilai P=0,046 yakni p<0,05. Kesimpulannya terdapat perbedaan yang

signifikan pada perlakuan (kamboja & lidah buaya) dan (lidah buaya & Nacl)

terdapat perbedaan yang signifikan

43

Page 2: bab 6 noni

44

Sebagian besar kasus luka yang terinfeksi disebabkan oleh bakteri, yang

berasal baik dari kulit, bagian lain dari tubuh atau lingkungan luar. Kulit

mengandung bakteri (flora normal) yang biasanya tidak berbahaya jika kulit

masih utuh. Namun, pelindung dibentuk oleh kulit terganggu ketika ada luka, dan

ini flora normal mampu menjajah daerah luka. Hal ini mengakibatkan kerusakan

jaringan lebih lanjut dan dapat memperpanjang penyembuhan luka dengan

mempromosikan peradangan, yang memperpanjang proses penyembuhan luka.

Bakteri yang peneliti gunakan dalam penelitian ini menggunakan bakteri

Staphylococcus aureus .

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dressing yang

menggunakan Nacl memiliki nilai yang tertinggi berdasarkan uji komputerisasi

(SPSS).Menurut teori lilley &aucker (1999) natrium klorida 0,9% adalah larutan

fisiologis yang ada di seluruh tubuh,karena alas an ini, tidak ada reaksi

hipersensitivitas dari natrium klorida. Normal saline aman digunakan untuk

kondisi apapun. Handrson(1992) menyatakan bahwa natrium klorida mempunyai

Na dan Cl yang sama seperti plasma.larutan ini tidak mempengaruhi sel darah

merah. NaCL 0,9% mempunyai larutan isotonic yang aman untuk tubuh, tidak

iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembapan

sekitar luka dan membentu luka menjalani proses penyembuhan. Selain itu

dilakukan pembersihan luka adalah untuk meningkatkan, memperbaiki dan

mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari terjadinya

infeksi,membuang jaringan nekrosis dan debris (inetna,2004:16).

Page 3: bab 6 noni

45

Tanaman kamboja (Plumeria Acuminate) dipercaya memiliki kandungan

senyawa agoniadin, plumierid, asam plimerat, lipeol, dan asam serotinat,

plumerid merupakan suatu zat pahit beracun. Kandungan kimia getah tanaman ini

adalah damar dan asam plumeria, sedangkan kulitnya mengandung zat pahit

beracun. Akar dan daun kamboja mengandung senyawa saponin, flavanoid, dan

polifenol, selain itu daunnya juga mengandung alkaloid. Tumbuhan ini

mengandung fulvoplimierin, yang memperlihatkan daya mencegah pertumbuhan

bakteri, selain itu juga mengandung minyak atsiri antara lain: geraniol, farsenol,

sitronelol, fenetilalkohol dan linalool. Kulit batang kamboja mengandung

flavanoid, alkaloid, polifenol.( Arief Hariana, 2008 dalam chandra I.G,febrian,

dkk. 2013).

Adanya kandungan saponin dapat memicu pembentukan kolagen, yaitu

protein struktural yang berperan dalam proses penyembuhan luka ( Wardani, 2009

dalam Syarfati, dkk. 2011) saponin bekerja pada fase inflamasi dalam

penyembuhan luka karena saponin berfungsi sebagai antibakteri. Flavanoid

bekerja dengan cara membentuk cross linking dengan kolagen. Proses ini

dibutuhkan untuk memperkuat integritas struktur kolagen yang sangat

berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan luka sehingga dapat

menyebabkan jumlah sel radang termasuk limfosit dapat menurun lebih cepat

karena adanya proses perbaikan jaringan yang rusak. Penurunan jumlah sel

radang menandakan bahwa penyembuhan masuk ke tahap berikutnya, sehingga

dapat mempercepat proses inflamasi. Selain itu penurunan sel radang akan

mengurangi jumlah mediator kimia yang dihasikan ( Hardiono, 2012 dalam

Page 4: bab 6 noni

46

wahyuni, endang, dkk,). Alkaloid berperan pada fase inflamasi yang bertujuan

menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel –sel

mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Peran

zat aktif alkaloid, berfungsi sebagai detoksifikasi yang dapat menetralisir racun-

racun yang sudah terlanjur masuk kedalam tubuh melalui luka.

Dalam penelitian pengaruh pemberian daun kamboja (Plumeria

Acuminate) terhadap penyembuhan luka bakar oleh laboratorium Universitas

Brawijaya Malang selama 10 hari, didaptkan faktor pemberian ekstrak daun

kamboja yang dalam dugaan bisa menyembuhkan luka bakar, dan ternyata hasil

penelitian membuktikan bahwa ekstrak daun kamboja bisa menyembuhkan luka

bakar.

Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tumbuhan yang tidak asing lagi

bagi masyarakat Indonesia. Di beberapa negara, lidah buaya seringkali digunakan

sebagai langkah pertolongan pertama pada bagian tubuh yang terluka (luka sayat

maupun luka bakar). Lidah buaya mengandung banyak zat-zat aktif yang sangat

bermanfaat dalam mempercepat penyembuhan luka karena mengandung antara

lain glukomanan, lignin, vitamin A, vitamin C, enzim-enzim, serta asam amino

yang sangat penting untuk regenerasi sel-sel. Lidah buaya menstimulasi faktor

pertumbuhan epidermis, meningkatkan fungsi fibroblas, dan pembentukan

pembuluh darah baru sehingga dapat mempercepat penyembuhan dan penutupan

luka (Nur Atik,2009 dalam Furnawathi, 2006).

Page 5: bab 6 noni

47

Kandungan bahan aktif yang dimilki nya seperti lidah buaya yaitu Lignin :

mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, sehingga memudahkan gel ke

kulit. Saponin: mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptik,

juga sebagai pencuci yang sangat baik. Kompleks antharaquinone aloin

Barbaloin, iso-barbaloin, antharanol, Aloe emodin, antharacene, aloetic acid,

ester asam, sinamat, asam krisophanat, eteral oil, resistanol: sebagai bahan aktif,

penghilang rasa sakit, mengurangi racun, senyawa antibakteri, mempunyai

kandungan antibiotik. Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, cholin, asam folat:

sebagai bahan penting menjalankan fungsi tubuh secara normal dan sehat. Enzim

oksidase, amilase, katalase, lipase, protoase: mengatur proses –proses kimia

dalam tubuh, dan menyembuhkan luka dalam dan luar. Mono & polisakarida,

selulosa, glukosa, mannosa, aldopentosa, rhamnosa: memenuhi kebutuhan

metabolisme tubuh, dan berfungsi untuk memproduksi mucopolisakarida. Enzim

protease bekerja sama dengan glukomanan mampu memecah bakteri yang

menyerang luka. Salah satu enzim dalam lidah buaya dapat memecah bradykinin,

senyawa penyebab rasa nyeri yang terbentuk di luka sehingga rasa nyeri tersebut

dapat hilang. Sementara itu, asam krisofan mendorong penyembuhan kulit yang

mengalami kerusakan. Karena itu pula, getah lidah buaya bersifat antiseptik

sekaligus meredam rasa sakit. Komposisi kimia gel lidah buaya

Publikasi American Pediatric Medical Associ-ation menunjukkan bahwa

pengolesan krim yang mengandung 25% lendir lidah buaya pada per-mukaan luka

selama 6 hari dapat mengurangi ukuran luka sebesar 51%. Sedangkan berdasar-

Page 6: bab 6 noni

48

kan hasil penelitian Junaid (3) konsentrasi ekstrak lidah buaya dalam bentuk

serbuk yang digunakan untuk luka bakar adalah 0,2 %( Nur Ida, 2012).

Penelitian Dr. Bill Wolfe pada tahun 1969 membuktikan bahwa lidah

buaya sangat efektif membunuh bakteri penyebab infeksi. Diantaranya bakteri

Staphylococcus aureus. Dalam penelitian (Aditya Agung P. 2010) Pemberian

topikal gel lidah buaya (Aloe vera L.) dapat mempercepat penyembuhan luka

sayat pada tikus putih (Rattus Norvegicus) dibandingkan dengan kontrol dengan

nilai p < 0,001. Jumlah rata – rata neutrofil lebih rendah pada kelompok yang

diberi gel lidah buaya (Aloe vera L.) dibandingkan kontrol. Jumlah rata – rata

monosit dan limfosit lebih tinggi kelompok yang diberi gel lidah buaya (Aloe vera

L.) dibandingkan dengan kontrol.

Dari Hasil Observasi Yang Dilakukan Peneliti Pada Kamboja Dan Lidah

Buaya Dapat Disimpulkan Bahwa Luka Dari Kelompok Kamboja Dan Lidah

Buaya sama Efektif Nya Dalam Proses Penyembuhan Luka infeksi.

Page 7: bab 6 noni

49

6.2 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,peneliti ingin

menyampaikan keterbatasan serta hambatan yang dialami selama penelitian

dilakukan, dimana hambatan-hambatan tersebut dapat mempengaruhi hasil dari

penelitian maupun menjadi factor penghambat lainnya, adapun beberapa diantara

nya adalah:

1. Keterbatasan yang dihadapi adalah kondisi dari tempat penelitian,yang

memiliki suhu berbeda-beda,dengan tanpa menggunakan pendingin

ruangan ,kondisi yang tidak sesuai dengan suhu ruangan yang ditentukan

2. Peneliti mencurigai adanya luka yang tidak terinfeksi,dikarenakan tanda-

tanda infeksi hampir sama dengan respon inflmasi dalam penyembuhan

luka

3. Adanya perbedaan pemberian dosis antara Nacl dengan kelompok

perlakuan daun kamboja dan lidah buaya, yang seharusnya diberikan dosis

yang sama

4. Keterbatasan peneliti dari perlukaan, yang mungkin dapat

mengkontaminasi bakteri yang lain yang menghambat proses infeksi

5. Peneliti tidak dapat mengontrol dressing luka yang terlepas selama

perawatan luka

6. Peneliti tidak dapat mengontrol dressing yang terkontaminasi dengan

kotoran hewan.

7. Kurangnya pengalaman dari peneliti dalam melakukan penelitian karena

baru melakukan penelitian.