BAB IV Yohana Noni
-
Upload
yohana-noni-naibaho -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
description
Transcript of BAB IV Yohana Noni
70
BAB IVPELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak
terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam
pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan.
Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel dan Convention Hall Grand Dafam
Lampung memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah
pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Semua pekerjaaan
ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama
lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda pelaksanaannya maka
akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.
Adapun pekerjaan yang diamati penulis memulai kerja praktik pada proyek
pembangunan Grand Dafam Lampung merupakan pekerjaan struktur yang terdiri
dari pekerjaan kolom, balok, pelat, dan shear wall pada lantai 1, lantai 2, lantai
3 , lantai 4, lantai 5, lantai 6, lantai 7, dan lantai 8, serta pengendalian mutu
pekerjaan.
71
A. Pekerjaan Kolom dan Shear wall
Kolom merupakan konstruksi beton yang berfungsi sebagai tiang dari suatu
bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari
struktur yang berada di atasnya seperti balok, pelat dan atap yang kemudian
didistribusikan ke pondasi. Perbedaan dimensi kolom yang dibuat disebabkan
karena perencanaan pembebanan yang berbeda-beda pada setiap lantainya.
Karena kolom berfungsi sebagai penerus gaya akibat pembebanan, maka
semakin ke bawah gaya yang diterima oleh kolom akan semakin besar,
sehingga mempengaruhi dimensi dan penulangan yang harus digunakan.
Pada kolom struktur digunakan tulangan D22, serta untuk sengkang
digunakan tulangan D10. Semua kolom menggunakan mutu beton yang sama
yaitu K-400 dengan fc’ = 33,2 MPa.
Spesifikasi kolom
Mutu tulangan : BJTD 40 (f’y = 3900 kg/cm2)
Diameter tulangan vertikal : D22
Diameter tulangan pengikat : D10-100/150
Selimut beton : 40 mm
Dimensi kolom
Tipe Kolom
Dimensi(mm)
Tulangan Vertikal
TulanganPengikat
Tulangan Horizontal
Tumpuan Lapangan
K1 900 x 900 24D224D10-
100/150D10-100 D10-150
K2 300 x 600 12D22D10-
100/150D10-100 D10-150
72
K3 300 x 700 12D222D10-
100/150D10-100 D10-150
K4 600 x 600 8D222D10-
100/150D10-100 D10-150
K5 600 x 900 20D224D10-
100/150D10-100 D10-150
K6 300 x 500 12D22D10-
100/150D10-100 D10-150
Shear wall adalah suatu elemen struktur yang berfungsi sebagai struktur
penahan bangunan untuk menahan gaya horizontal seperti gaya gempa dan
gaya akibat beban lift dan tangga. Pada prinsipnya pekerjaan shear wall sama
dengan pekerjaan kolom. Tulangan shear wall yang digunakan pada proyek
pembangunan Grand Dafam Lampung beragam yaitu tulangan utama baja ulir
dengan diameter D19–150 dan D22-150, sengkang yang digunakan D16–150
dan D13-150, tulangan pengikat digunakan tulangan diameter 16 (D16) dan
13 (D13). Mutu beton yang digunakan adalah f’c = 33,2 MPa.
Tahap-tahap pekerjaan kolom dan Shear wall adalah sebagai berikut:
1. Penentuan As Pada Kolom
Penentuan as kolom atau pemberian marking diperoleh dari hasil
pekerjaan tim survei yang melakukan pengukuran dan pematokan.
Marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar
penentuan letak bekisting dan tulangan kolom. Penentuan as kolom
dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. Hal ini bertujuan agar
letak kolom yang akan dikerjakan sesuai dengan koordinatnya.
73
Gambar 45. Penentuan Titik As Kolom dan Shear wall
2. Pabrikasi Tulangan Kolom dan Shear wall
a. Pemotongan Tulangan
Dalam proses ini dilakukan pemotongan besi sesuai dengan diameter
dan panjang yang diperlukan seperti yang tertera dalam daftar potong.
Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter.
Gambar 46. Bar Cutter
b. Pembengkokan Tulangan
Dalam proses ini pembengkokan besi/tulangan yang sudah dipotong
sesuai dengan kebutuhan. Bar bender memiliki tumpuan-tumpuan
74
pengukur untuk membengkokkan tulangan sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.
Gambar 47. Bar Bender Machine
3. Perakitan Tulangan Kolom dan Shear wall
Perakitan tulangan kolom dilakukan di lahan proyek bagian depan, ketika
tulangan kolom selesai di kerjakan maka akan di angkat menggunakan
tower crane untuk dipasang.
Gambar 48. Perakitan Tulangan Kolom
4. Pemasangan Tulangan Kolom dan Shear wall
Tulangan kolom dipasang dengan menyambungkan tulangan kolom pada
lantai sebelumnya. Penyambungan dibantu oleh tower crane dan tiga
75
pekerja pembesian. Satu orang sebagai pengarah tower crane dan yang
lain memasang tulangan kolom.
Gambar 49. Pemasangan Tulangan Kolom
5. Pemasangan Beton Tahu (Beton Decking)
Pemasangan beton decking bertujuan memberi selimut beton pada kolom.
Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai ukuran selimut
beton yang diinginkan. Pemasangan beton decking dilakukan dengan cara
mengikatkan beton pada tulangan kolom dengan kawat bendrat.
Gambar 50. Pemasangan Beton Decking
76
6. Pemasangan Bekisting dan Pelurusan Kolom dan Shear wall
Pada proyek ini rangka bekisting terbuat dari baja pengganti bekisting
kayu yang sebelumnya telah dilapisi permukaan bagian dalamnya dengan
multiplek phenolfilm yang berukuran 120 mm x 240 mm dengan tebal 20
mm. Hal ini akan mempercepat proses pengerjaan dan menghemat biaya
karena dapat dipakai berulang-ulang. Akan tetapi, kelemahannya adalah
saat mengangkat dan memindahkannya dibutuhkan bantuan tower crane
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pemasangannya.
Sebelum dipasang, bekisting Phenol Film dirakit terlebih dahulu dengan
pengikat berupa baut hingga menjadi bentuk yang direncanakan. Setelah
itu, permukaan bagian dalam bekisting diberi oli agar mudah dilepaskan
saat dibongkar, selanjutnya dipasang bandul/pemberat supaya kolom bisa
dibuat tegak lurus terhadap lantai. Pemasangan bekisting ini dilakukan
diatas kolom yang telah dibentuk terlebih dahulu sesuai dengan ukuran
dimensi kolom.
Gambar 51. Bekisting Phenolfilm dengan pengikat
77
Gambar 52. Proses Pemasangan Bekisting Kolom dan Shear wall
Pelurusan bekisting kolom dan shear wall bertujuan agar bekisting kolom
tidak miring atau bergeser dan tegak lurus vertikal ketika proses
pengecoran.
78
Langkah-langkah pelurusan bekisting kolom dan shear wall sebagai
berikut:
a. Membuat titik tengah pada bagian atas dan bawah sebagai titik
patokan.
b. Memasang paku pada bagian atas kolom dan diujungnya diikatkan
seutas benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting
(bandulan).
c. Memasang unting-unting (bandulan) pada sisi yang bersebelahan dan
mengikatkan pada benang yang telah dipasang dengan jarak tertentu
dari sisi bekisting.
d. Mengukur jarak unting-unting (bandulan) bagian bawah dari sisi
bekisting. Jika jarak unting-unting bagian bawah (b) sama dengan
bagian atas (a) maka kolom tersebut telah tegak berdiri. Apabila
ternyata jarak tersebut tidak sama maka bekisting digeser hingga
diperoleh jarak a dan b sama. Proses ini biasa dinamakan
vertikalisasi.
79
Gambar 53. Bekisting Kolom dan Unting-Unting (Bandulan)
e. Setelah pemeriksaan selesai, bekisting dirapatkan sisinya dengan
dipasang penyangga yaitu pipe support yang diangkur pada pelat
lantai sekaligus berfungsi untuk memastikan bekisting tidak bergeser
pada saat pengecoran melakukan pemeriksaan kembali terhadap
bekisting kolom untuk mengetahui tegak atau tidaknya kolom.
f. Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dinyatakan tegak,
maka selanjutnya bekisting kolom dikencangkan dan dirapatkan
keempat sisinya untuk menghindari keluarnya beton pada saat
pengecoran.
g. Memasang pipe support/penyangga pada sisi-sisi kolom agar kolom
tidak goyang pada saat pengecoran.
7. Pengecoran Kolom dan Shear wall
80
Hal penting yang dilakukan sebelum pengecoran adalah uji slump beton.
Uji slump dilakukan menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan sisi
15 cm. Pelakasanaan di lapangan, setiap satu mixer truck diambil 2 atau
lebih benda uji untuk test slump, yang dipadatkan dengan cara penusukan
sebanyak 25 kali. Akan tetapi untuk mempermudah pekerjaan, uji slump
dilakukan hanya beberapa kali saja (pada beberapa mixer truck).
Gambar 54. Uji Slump
Langkah-langkah pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
a. Seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan
compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.
b. Beton diorder dari bathcing plant dibawa menggunakan mixer truck.
Kemudian beton dibawa ke lokasi pengecoran menggunakan concrete
bucket yang telah dipasang selang tremie dengan bantuan tower crane.
c. Selang tremie dimasukkan kedalam bekisting kolom dengan posisi
tegak atau vertikal.
d. Katup concrete bucket dibuka oleh salah satu pekerja yang berada
diatas concrete bucket untuk menyalurkan beton ke dalam bekisting
dengan tinggi jatuh adukan ±1 m untuk menghindari terjadinya
81
segregasi. Segregasi adalah pemisahan berbagai bahan campuran
beton yang disebabkan ukuran partikel dan berat jenis yang relatif
berbeda. Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi
posisi akhirnya. Mulailah dari pojok bekisting.
e. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk
mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton
memadat memenuhi bekisting dengan menggunakan vibrator.
f. Masukkan vibrator secara vertikal kira-kira sejarak 15 cm setelah
pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5
sampai 15 detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan
sekitar 7.5 cm/detik
g. Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga
semua beton bisa terpadatkan dan menjangkau lapisan di bawah yang
sedang dipadatkan.
Gambar 55. Pengecoran Kolom dan Shear wall
8. Pembongkaran Bekisting Kolom dan Shear wall
Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton. Hal
ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Setelah ±12 jam dari
waktu pengecoran maka selanjutnya bekisting dibongkar dengan
menggunakan bantuan tower crane dan pekerja.
82
Langkah-langkah pembongkaran kolom dan shear wall adalah sebagai
berikut:
a. Pembongkaran bekisting kolom, hal pertama yang harus dilakukan
adalah membuat ijin pembongkaran. Alat keamanan yang diperlukan
adalah sarung tangan, safety shoes, dan helm pengaman.
b. Proses pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati–hati agar
tidak merusak struktur beton dan untuk menghindari rusaknya
bekisting kolom, sehingga bekisting tersebut dapat di pergunakan
kembali.
Gambar 56. Pembongkaran Bekisting
B. Pekerjaan Balok
Balok merupakan merupakan bagian struktur yang memikul beban dari pelat
lantai kemudian disalurkan ke kolom, dan menghubungkan satu kolom
dengan kolom yang lainnya. Ada 2 jenis balok, yaitu balok induk dan balok
anak. Balok induk merupakan balok yang bertumpu pada kolom, sedangkan
balok anak bertumpu pada balok induk. Ukuran balok anak lebih kecil dari
balok induk. Gaya – gaya luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan
83
lentur pada balok. Oleh karena itu, ukuran balok harus disesuaikan dengan
beban yang akan dipikul. Semua balok pada proyek ini menggunakan
fc’ 24,9 MPa.
Tahap-tahap pekerjaan balok adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan Scaffolding
Scaffolding adalah alat yang berfungsi untuk menyangga bekisting.
Berbeda dengan pekerjaan kolom maupun shear wall, pada pekerjaan
balok dibutuhkan scaffolding. Pada proyek pembangunan Grand Dafam
Lampung balok dan pelat dibuat monolit/menyatu, sehingga pekerjaannya
dilakukan secara bersamaan. Sebelum dipasang scaffolding, dibuat as
marking terlebih dahulu untuk digunakan sebagai penunjuk mengenai
lokasi suatu objek. Hal ini akan memudahkan dalam pekerjaan-pekerjaan
berikutnya.
Gambar 57. Penentuan As Marking
84
Gambar 58. Pemasangan Scaffolding
2. Pemasangan Bekisting Balok
Peralatan dan bahan yang digunakan pada bekisting balok proyek
pembangunan Grand Dafam Lampung menggunakan bahan multiplek.
Karena dimensi balok yang berbeda dan bervariasi, maka dibutuhkan
bahan yang mudah dibentuk, kuat, tidak menempel pada beton saat dicor,
dan mudah didapat. Kelemahan dari bekisting multiplek ini adalah hanya
dapat digunakan beberapa kali karena bahannya yang terbuat dari kayu.
Langkah-langkah pemasangan bekisting balok adalah sebagai berikut:
a. Bekisting balok dibuat dengan menggunakan multiplek.
b. Pemasangan bekisting balok bagian bawah dilakukan setelah
pekerjaan perancah selesai dikerjakan.
c. Sebagai tumpuan dalam pemasangan tulangan balok, dari bekisting
bagian bawah didirikan bekisting disisi kanan dan disisi kiri
menggunakan waterpass. Waterpass berguna untuk mendapatkan
elevasi yang sama rata pada daerah tumpuan yang dihubungkan
dengan sehelai benang sepanjang balok tersebut.
85
d. Bekisting balok diluruskan mengikuti benang dengan mengetuk stut
(penahan segitiga/besi/kayu) bekisting balok.
e. Setelah pemasangan bekisting selesai, persiapan penulangan balok
dapat mulai.
Gambar 59. Pemasangan Bekisting Balok
3. Pembesian/Penulangan Balok
Pada proyek pembangunan Grand Dafam Lampung, pekerjaan pembesian
balok diawali dengan pemotongan besi sesuai dengan diameter dan
panjang yang diperlukan seperti yang tertera dalam daftar potong.
Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter. Kemudian
dilanjutkan dengan pembengkokan besi/tulangan yang sudah dipotong
sesuai dengan kebutuhan. Pembengkokan ini tidak boleh diikuti dengan
pemanasan karena pemanasan akan mengurangi mutu tulangan. Perakitan
dilakukan langsung di lokasi karena dimensi antar balok berbeda-beda.
Perakitan tulangan ini sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara, pada
proyek ini terlebih dahulu dimasukan beberapa tulangan yang sifatnya
menerus, kemudian dimasukan sengkang. Hal ini bertujuan untuk
membuat rangka utama dari balok, jika rangka sudah terbentuk maka
86
selanjutnya tinggal menambahkan tulangan di daerah lapangan dan
tumpuan, tulangan bagian atas dan bawah sesuai dengan jumlah yang
ditentukan, dan pengaturan jarak dan jumlah sengkang. Perlu
ditambahkan beton tahu (decking) pada bagian bawah tulangan dengan
maksud menciptakan selimut beton.
Gambar 60. Pembesian Balok
4. Pengecoran Balok
Pengecoran balok dilakukan dengan menggunakan beton ready mix. Hal
ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pekerjaan. Pengangkutan
beton dari lokasi pembuatan pengecoran menggunakan mobil khusus
pengangkut adukan beton yang disebut ready mix truck .
Pada proses pengecoran, beton akan dituang ke bucket dari mixer truck
yang sudah dipesan sebelumnya dari penyedia beton (Sorento Nusantara).
Pertama, seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan
compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.
Selanjutnya, beton dituang ke dalam bekisting sedikit demi sedikit
menggunakan selang tremie setelah beton dituang dimasukan juga vibrator
87
untuk memadatkan beton dan tidak terjadi rongga udara di dalam beton.
Selang dimasukan ke dalam bekisting dengan ketinggian ± 1m dari dasar.
Hal ini dimaksudkan agar jatuhnya agregat kasar dan agregat halus secara
bersamaan dan merata.
5. Pembongkaran Bekisting Balok
Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton. Hal
ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Selanjutnya bekisting
dibongkar dengan menggunakan bantuan tower crane dan pekerja.
Proses pembongkaran bekisting balok adalah sebagai berikut:
a. Membongkar sebagian scaffolding dibawah balok yang sudah di cor
untuk digunakan kembali dalam proses pekerjaan balok selanjutnya,
sebagian scaffolding tidak dibongkar agar dapat digunakan sebagai
injakan tenaga kerja dalam pembongkaran dan penampungan material
hasil bongkaran bekisting.
b. Setelah beton berumur ± 7 × 24 jam, maka balok sudah dapat bisa
dibongkar.
Pembongkaran bekisting balok dilakukan oleh pekerja menggunakan
linggis. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak
merusak struktur beton dan multiplek agar dapat digunakan kembali untuk
bekisting balok selanjutnya.
88
Gambar 61. Pembongkaran Bekisting Balok
C. Pekerjaan Pelat
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun
beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur.
Semua pelat pada proyek ini menggunakan mutu beton yang sama yaitu fc’ =
24,9 MPa. Untuk tebal pelat yang dipakai yaitu 120 mm.
Tahap-tahap pekerjaan pelat adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan Scaffolding
Sama dengan pada pekerjaan balok, pada pekerjaan pelat juga dibutuhkan
scaffolding. Pemasangan scaffolding pelat lantai bersamaan dengan
pemasangan scaffolding balok untuk lebih menghemat waktu. Pada
proyek pembangunan Grand Dafam Lampung balok dan pelat dibuat
monolit/menyatu, sehingga pekerjaannya dilakukan secara bersamaan.
89
Gambar 62. Pemasangan Scaffolding
2. Pemasangan Bekisting Pelat
Peralatan dan bahan yang digunakan pada bekisting pelat proyek
pembangunan Grand Dafam Lampung sama dengan pemasangan bekisting
pada balok. Yaitu menggunakan bahan multiplek, kelemahan dari
bekisting multiplek ini adalah hanya dapat digunakan beberapa kali karena
bahannya yang terbuat dari kayu.
Langkah-langkah pemasangan bekisting pelat adalah sebagai berikut:
a. Bekisting pelat dibuat dengan menggunakan multiplek Pemasangan
bekisting pelat dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan
balok selesai.
b. Untuk mendapatkan elevasi yang sama rata pada daerah pelat yang
akan dipasang bekisting, digunakan waterpass.
c. Setelah pemasangan bekisting selesai, persiapan penulangan balok
dapat mulai.
90
Gambar 63. Pemasangan Bekisting Pelat
3. Pembesian/Penulangan Pelat
Pada proyek pembangunan Grand Dafam Lampung, pekerjaan pembesian
pelat diawali dengan pemotongan besi sesuai dengan diameter dan panjang
yang diperlukan. Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter.
Kemudian dilanjutkan perakitan pelat yang dilakukan langsung di lokasi.
Setelah perakitan pada pelat dilakukan, perlu ditambahkan beton tahu
(decking) pada bagian bawah tulangan dengan maksud menciptakan
selimut beton.
Gambar 64. Pemasangan tulangan dan Beton Tahu (Decking)
91
4. Pengecoran Pelat
Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan
pada area (curing) yang akan dicor yang akan berpengaruh terhadap
kekuatan beton misalnya kayu, potongan kawat, paku, sebuk gergaji.
Pengecoran pelat dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan beton
ready mix. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pekerjan.
Pada proses pengecoran, beton akan dituang ke bucket dari mixer truck
yang sudah dipesan sebelumnya dari penyedia beton (Sorento Nusantara).
Pertama, seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan
compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.
Selanjutnya, beton dituang ke dalam bekisting menggunakan bucket
dibantu selang tremie. Setelah beton dituang dimasukan juga vibrator
untuk memadatkan beton dan tidak terjadi rongga udara di dalam beton.
Selang dimasukan ke dalam bekisting dengan ketinggian ± 1m dari dasar.
Hal ini dimaksudkan agar jatuhnya agregat kasar dan agregat halus secara
bersamaan dan merata.
Gambar 65. Pengecoran Pelat Lantai
92
5. Pembongkaran Bekisting Pelat
Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton.
Hal ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Selanjutnya
bekisting dibongkar dengan menggunakan bantuan tower crane dan
pekerja.
Pembongkaran bekisting balok dilakukan oleh pekerja menggunakan
linggis. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak
merusak struktur beton dan multiplek agar dapat digunakan kembali untuk
bekisting pelat selanjutnya.
Gambar 66. Pembongkaran bekisting pelat
D. Pengawasan Proyek
1. Tinjauan Umum
Pengawasan pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek harus
dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan terjadi
penyimpangan terhadap peraturan yang telah ditetapkan dalam dokumen
kontrak. Selain itu, pengawasan proyek dimaksudkan untuk menjamin
kesesuaian hasil pembangunan dengan rencana pelaksanaan proyek,
93
program pelaksanaan proyek, perintah dari pengelola proyek dan
ketentuan–ketentuan lain yang ditetapkan serta disyaratkan dalam
dokumen kontrak, termasuk tindakkan korelatif terhadap penyimpangan
tersebut. Selama proses pekerjaan masih berjalan, pengawasan proyek
berfungsi sebagai alat untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang sesuai
dengan rencana pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai, pengawasan
proyek berfungsi sebagai alat evaluasi proyek tersebut.
Pengawasan proyek bukan merupakan alat untuk menunjukkan
keburukan atau kekurangan dari sistem manajemen yang sudah ada,
karena wujud nyata pengawasan proyek merupakan tindakan
pengendalian terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil dari
pengawasan dapat dijadikan pedoman pelaksanaan pekerjaan berikutnya.
Pengendalian proyek dilakukan dengan cara tertentu dan teliti agar dapat
dimanfaatkan kembali serta diperoleh biaya yang seekonomis mungkin.
Dengan merumuskan suatu metode pengendalian proyek yang cermat
dan efisien, diharapkan bisa membantu perencanaan proyek agar lebih
terarah dan berkembang.
Secara umum pengawasan proyek meliputi hal–hal sebagai berikut.
a. Penentuan Standar
Semua kriteria proyek sebagai tolak ukur dalam menilai hasil karya
pembangunan dari segi mutu, biaya, dan waktu harus senantiasa
disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS).
94
b. Pemeriksaan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek harus diperiksa
dengan melihat kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditetapkan evaluasi atau
pengamatan terhadap hasil–hasil pemeriksaan, untuk menjadi bahan
pertimbangan dan sebagai acuan pada pelaksanaan proyek
selanjutnya.
c. Tindakan korelatif
Suatu tindakan harus diambil jika ada penyimpangan terhadap
rencana semula. Hal ini ditujukan untuk mengadakan perbaikan,
memperbaiki penyimpangan, dan mengantisipasi keadaan yang tidak
terduga, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan berikutnya akan
diperoleh syarat–syarat pelaksanaan, penyesuaian, serta modifikasi
gambar.
Pengendalian proyek meliputi:
1. Pengawasan mutu material.
2. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan.
3. Evaluasi kemajuan pekerjaan.
2. Pengawasan Mutu Material
Pada proyek ini tidak dilakukan uji laboratorium untuk mengawasi mutu
material yang digunakan, pengawasan hanya dilaksanakan dengan
pengamatan langsung di lapangan, hal ini karena material-material
(bahan-bahan) yang digunakan telah memenuhi standar. Sebelum masuk
ke lokasi proyek, material diperiksa dan disetujui oleh pengawas proyek,
95
apakah telah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Jika
mutu dan spesifikasi material yang masuk tidak sesuai dengan RKS maka
pengawas proyek berhak untuk menolak dan mengeluarkannya dari
lokasi proyek. Keputusan diambil setelah dilakukan konsultasi antara
pengawas dengan kontraktor, sehingga dapat dicari alternatif
penggantinya. Material yang perlu diawasi antara lain:
a. Semen
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah merk, jumlah, dan
kondisi semen yang tiba di lokasi dalam keadaan baik dan sesuai
dengan pesanan. Bila belum digunakan, semen ditumpuk di tempat
yang baik seperti di gudang dengan memakai alas supaya terhindar
dari kelembaban yang dapat menurunkan kualitas semen tersebut.
b. Agregat Halus (Pasir)
Pengawasan yang dilaksanakan untuk material pasir adalah sebagai
berikut.
1. Dengan melihat warna dan variasi butiran apakah mengandung
lumpur atau tidak. Bila pasir berwarna coklat tanah maka pasir
mengandung banyak lumpur.
2. Dengan melihat apakah pasir yang digunakan tidak mengandung
kotoran yang berlebihan.
3. Dengan memeriksa kadar air pasir dengan menggenggam pasir,
apabila setelah genggaman dibuka pasir menggumpal berarti
kadar airnya cukup tinggi.
96
4. Dari hasil pengawasan diketahui bahwa pasir yang digunakan
mempunyai kualitas yang cukup baik yaitu tidak berwarna
coklat, tidak mengandung kotoran yang berlebih serta tidak
mengandung kadar air yang tinggi.
c. Agregat Kasar (Kerikil/Split)
Pengawasan yang dilaksanakan meliputi tekstur, kadar air, kadar
lumpur, ketahanan dari pengaruh cuaca, dan kebersihan kerikil.
Kerikil yang baik harus memiliki tekstur yang kasar, runcing
(bersudut) dan berwarna hitam, selain itu kerikil harus tidak mudah
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti panas matahari dan
hujan. Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan di ketahui
kerikil yang digunakan memiliki tekstur yang bagus, tahan terhadap
perubahan cuaca serta memiliki kadar air maupun lumpur yang
rendah.
d. Baja Tulangan
Pengawasan terhadap baja tulangan meliputi kebersihan, jenis dan
diameter tulangan apakah telah sesuai dengan perencanaan atau
tidak. Sebaiknya baja tulangan diletakkan ditempat yang tidak
lembab dan terlindung dari hujan.
Pada proyek ini baja tulangan diletakkan di lokasi terbuka, sehingga
baja tulangan langsung terkena cuaca panas maupun hujan.
Meskipun demikian baja tulangan tetap dalam kondisi layak
digunakan karena cukup bersih dari kotoran maupun korosi karena
tidak terlalu lama ditempatkan di lokasi terbuka. Dalam perakitan
97
tulangan, baja tulangan yang digunakan telah sesuai dengan gambar
baik dari segi jenis dan diameter yang digunakan.
e. Kayu
Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah ukuran dan jenis
kayu telah sesuai dengan pesanan serta dalam kondisi baik, antara
lain harus lurus dan tidak terdapat cacat kayu (retak, mengandung
banyak kadar air, terserang rayap, dan cacat mata kayu).
f. Air
Pengawasan dilakukan secara visual yaitu dengan melihat apakah air
yang digunakan telah bersih dari kotoran yang larut maupun rapuh
seperti lumpur, minyak, serpihan kayu, dan sampah. Dari hasil
pengamatan, kondisi air yang digunakan sangat layak karena
menggunakam air sumur bor dan telah menuhi syarat-syarat diatas.
g. Pengawasan Mutu Beton dan Kuat Tekan Beton
Pengawasan beton ready mix dapat dilakukan dengan melakukan uji
slump di lokasi proyek dan uji di laboratorium. Dari uji slump dapat
diperoleh tingkat kelecakan beton dalam pengecoran, sedangan dari
uji beton di laboratorium dapat diketahui apakah beton ready mix
telah memenuhi persayaratan nilai kuat tekan yang direncanakan.
98
Gambar 67. Pelaksanaan Uji Slump
Pada proyek ini mutu beton ready mix yang digunakan yaitu fc’ = 24,9
MPa dan 33,2 MPa dengan slump 15±2 cm dan dilaksanakan
pengambilan sampel berbentuk kubus dengan panjang sisi 15 cm.
Kemudian dilakukan pengujian kuat tekan di laboratorium Sorento
Nusantara.
Gambar 68. Pengambilan Sampel Uji
99
Gambar 69. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kubus
3. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Supaya diperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan perlu
diadakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan.
Pada proyek ini pengawasan yang dilaksanakan selama pelaksanaan
pekerjaan meliputi antara lain sebagai berikut.
a. Perakitan tulangan yaitu jumlah tulangan yang digunakan, ukuran
tulangan, jarak antar tulangan, dan sambungan tulangan.
b. Perakitan bekisting yang meliputi ukuran dari bekisting dan cara
pemasangan.
c. Proses pengecoran yang dilakukan dengan memperhatikan cara
pemadatan, penulangan, dan tinggi jatuh adukan beton.
d. Proses finishing yaitu kesesuaian penempatan bahan dengan gambar,
kelurusan, jumlah, dan cara pemasangan bahan-bahan finishing.
e. Pada pekerjaan beton bertulang, beton tahu digunakan, tinggi jatuh
adukan beton kolom sesuai dengan ketentuan yaitu maksimal 2 m
dari masing-masing lantai. Pada pekerjaan beton bertulang
digunakannya vibrator untuk membantu pemadatan beton pada saat
100
pengecoran beton kolom maupun balok. Secara keseluruhan proses
pelaksanaan pekerjaan telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
RKS.
4. Evaluasi Kemajuan Pekerjaan
Untuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah dicapai
dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa
laporan kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume
pekerjaan yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang
dilakukan, kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan cara mengatasinya.
Dalam proyek ini laporan kerja tersusun dalam tiga bentuk yaitu:
a. Laporan Harian
Laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana yang berisi laporan
pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari yang memuat tentang jumlah
tenaga kerja, bahan yang diterima maupun ditolak, volume pekerjaan
yang dicapai, keadaan cuaca, pekerjaan tambahan, pekerjaan kurang,
perubahan pekerjaan dan hal-hal lain.
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan dibuat oleh kontraktor pelaksana dan
subkontraktor. Laporan ini berisi besarnya proges pekerjaan yang
dilakukan dalam satu minggu, baik progres rencana maupun proges
realisasi.
101
c. Laporan Bulanan
Setelah laporan harian dievaluasi dan disetujui, selanjutnya pihak
konsultan pengawas membuat laporan bulanan yang memuat tentang
kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek selama periode satu bulan.