BAB IV Yohana Noni

43
70 BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan. Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel dan Convention Hall Grand Dafam Lampung memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah

description

Lapran kerja praktik bab berisi pelaksanaan pekerjaan

Transcript of BAB IV Yohana Noni

Page 1: BAB IV Yohana Noni

70

BAB IVPELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak

terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan

apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam

pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan

Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan.

Pelaksanaan proyek pembangunan Hotel dan Convention Hall Grand Dafam

Lampung memiliki beberapa bagian pekerjaan utama diantaranya adalah

pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, dan pekerjaan arsitektur. Semua pekerjaaan

ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama

lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda pelaksanaannya maka

akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.

Adapun pekerjaan yang diamati penulis memulai kerja praktik pada proyek

pembangunan Grand Dafam Lampung merupakan pekerjaan struktur yang terdiri

dari pekerjaan kolom, balok, pelat, dan shear wall pada lantai 1, lantai 2, lantai

3 , lantai 4, lantai 5, lantai 6, lantai 7, dan lantai 8, serta pengendalian mutu

pekerjaan.

Page 2: BAB IV Yohana Noni

71

A. Pekerjaan Kolom dan Shear wall

Kolom merupakan konstruksi beton yang berfungsi sebagai tiang dari suatu

bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari

struktur yang berada di atasnya seperti balok, pelat dan atap yang kemudian

didistribusikan ke pondasi. Perbedaan dimensi kolom yang dibuat disebabkan

karena perencanaan pembebanan yang berbeda-beda pada setiap lantainya.

Karena kolom berfungsi sebagai penerus gaya akibat pembebanan, maka

semakin ke bawah gaya yang diterima oleh kolom akan semakin besar,

sehingga mempengaruhi dimensi dan penulangan yang harus digunakan.

Pada kolom struktur digunakan tulangan D22, serta untuk sengkang

digunakan tulangan D10. Semua kolom menggunakan mutu beton yang sama

yaitu K-400 dengan fc’ = 33,2 MPa.

Spesifikasi kolom

Mutu tulangan : BJTD 40 (f’y = 3900 kg/cm2)

Diameter tulangan vertikal : D22

Diameter tulangan pengikat : D10-100/150

Selimut beton : 40 mm

Dimensi kolom

Tipe Kolom

Dimensi(mm)

Tulangan Vertikal

TulanganPengikat

Tulangan Horizontal

Tumpuan Lapangan

K1 900 x 900 24D224D10-

100/150D10-100 D10-150

K2 300 x 600 12D22D10-

100/150D10-100 D10-150

Page 3: BAB IV Yohana Noni

72

K3 300 x 700 12D222D10-

100/150D10-100 D10-150

K4 600 x 600 8D222D10-

100/150D10-100 D10-150

K5 600 x 900 20D224D10-

100/150D10-100 D10-150

K6 300 x 500 12D22D10-

100/150D10-100 D10-150

Shear wall adalah suatu elemen struktur yang berfungsi sebagai struktur

penahan bangunan untuk menahan gaya horizontal seperti gaya gempa dan

gaya akibat beban lift dan tangga. Pada prinsipnya pekerjaan shear wall sama

dengan pekerjaan kolom. Tulangan shear wall yang digunakan pada proyek

pembangunan Grand Dafam Lampung beragam yaitu tulangan utama baja ulir

dengan diameter D19–150 dan D22-150, sengkang yang digunakan D16–150

dan D13-150, tulangan pengikat digunakan tulangan diameter 16 (D16) dan

13 (D13). Mutu beton yang digunakan adalah f’c = 33,2 MPa.

Tahap-tahap pekerjaan kolom dan Shear wall adalah sebagai berikut:

1. Penentuan As Pada Kolom

Penentuan as kolom atau pemberian marking diperoleh dari hasil

pekerjaan tim survei yang melakukan pengukuran dan pematokan.

Marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar

penentuan letak bekisting dan tulangan kolom. Penentuan as kolom

dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. Hal ini bertujuan agar

letak kolom yang akan dikerjakan sesuai dengan koordinatnya.

Page 4: BAB IV Yohana Noni

73

Gambar 45. Penentuan Titik As Kolom dan Shear wall

2. Pabrikasi Tulangan Kolom dan Shear wall

a. Pemotongan Tulangan

Dalam proses ini dilakukan pemotongan besi sesuai dengan diameter

dan panjang yang diperlukan seperti yang tertera dalam daftar potong.

Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter.

Gambar 46. Bar Cutter

b. Pembengkokan Tulangan

Dalam proses ini pembengkokan besi/tulangan yang sudah dipotong

sesuai dengan kebutuhan. Bar bender memiliki tumpuan-tumpuan

Page 5: BAB IV Yohana Noni

74

pengukur untuk membengkokkan tulangan sesuai dengan ukuran yang

dibutuhkan.

Gambar 47. Bar Bender Machine

3. Perakitan Tulangan Kolom dan Shear wall

Perakitan tulangan kolom dilakukan di lahan proyek bagian depan, ketika

tulangan kolom selesai di kerjakan maka akan di angkat menggunakan

tower crane untuk dipasang.

Gambar 48. Perakitan Tulangan Kolom

4. Pemasangan Tulangan Kolom dan Shear wall

Tulangan kolom dipasang dengan menyambungkan tulangan kolom pada

lantai sebelumnya. Penyambungan dibantu oleh tower crane dan tiga

Page 6: BAB IV Yohana Noni

75

pekerja pembesian. Satu orang sebagai pengarah tower crane dan yang

lain memasang tulangan kolom.

Gambar 49. Pemasangan Tulangan Kolom

5. Pemasangan Beton Tahu (Beton Decking)

Pemasangan beton decking bertujuan memberi selimut beton pada kolom.

Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai ukuran selimut

beton yang diinginkan. Pemasangan beton decking dilakukan dengan cara

mengikatkan beton pada tulangan kolom dengan kawat bendrat.

Gambar 50. Pemasangan Beton Decking

Page 7: BAB IV Yohana Noni

76

6. Pemasangan Bekisting dan Pelurusan Kolom dan Shear wall

Pada proyek ini rangka bekisting terbuat dari baja pengganti bekisting

kayu yang sebelumnya telah dilapisi permukaan bagian dalamnya dengan

multiplek phenolfilm yang berukuran 120 mm x 240 mm dengan tebal 20

mm. Hal ini akan mempercepat proses pengerjaan dan menghemat biaya

karena dapat dipakai berulang-ulang. Akan tetapi, kelemahannya adalah

saat mengangkat dan memindahkannya dibutuhkan bantuan tower crane

sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pemasangannya.

Sebelum dipasang, bekisting Phenol Film dirakit terlebih dahulu dengan

pengikat berupa baut hingga menjadi bentuk yang direncanakan. Setelah

itu, permukaan bagian dalam bekisting diberi oli agar mudah dilepaskan

saat dibongkar, selanjutnya dipasang bandul/pemberat supaya kolom bisa

dibuat tegak lurus terhadap lantai. Pemasangan bekisting ini dilakukan

diatas kolom yang telah dibentuk terlebih dahulu sesuai dengan ukuran

dimensi kolom.

Gambar 51. Bekisting Phenolfilm dengan pengikat

Page 8: BAB IV Yohana Noni

77

Gambar 52. Proses Pemasangan Bekisting Kolom dan Shear wall

Pelurusan bekisting kolom dan shear wall bertujuan agar bekisting kolom

tidak miring atau bergeser dan tegak lurus vertikal ketika proses

pengecoran.

Page 9: BAB IV Yohana Noni

78

Langkah-langkah pelurusan bekisting kolom dan shear wall sebagai

berikut:

a. Membuat titik tengah pada bagian atas dan bawah sebagai titik

patokan.

b. Memasang paku pada bagian atas kolom dan diujungnya diikatkan

seutas benang sebagai tempat untuk mengikatkan unting-unting

(bandulan).

c. Memasang unting-unting (bandulan) pada sisi yang bersebelahan dan

mengikatkan pada benang yang telah dipasang dengan jarak tertentu

dari sisi bekisting.

d. Mengukur jarak unting-unting (bandulan) bagian bawah dari sisi

bekisting. Jika jarak unting-unting bagian bawah (b) sama dengan

bagian atas (a) maka kolom tersebut telah tegak berdiri. Apabila

ternyata jarak tersebut tidak sama maka bekisting digeser hingga

diperoleh jarak a dan b sama. Proses ini biasa dinamakan

vertikalisasi.

Page 10: BAB IV Yohana Noni

79

Gambar 53. Bekisting Kolom dan Unting-Unting (Bandulan)

e. Setelah pemeriksaan selesai, bekisting dirapatkan sisinya dengan

dipasang penyangga yaitu pipe support yang diangkur pada pelat

lantai sekaligus berfungsi untuk memastikan bekisting tidak bergeser

pada saat pengecoran melakukan pemeriksaan kembali terhadap

bekisting kolom untuk mengetahui tegak atau tidaknya kolom.

f. Setelah pemeriksaan selesai dan bekisting kolom dinyatakan tegak,

maka selanjutnya bekisting kolom dikencangkan dan dirapatkan

keempat sisinya untuk menghindari keluarnya beton pada saat

pengecoran.

g. Memasang pipe support/penyangga pada sisi-sisi kolom agar kolom

tidak goyang pada saat pengecoran.

7. Pengecoran Kolom dan Shear wall

Page 11: BAB IV Yohana Noni

80

Hal penting yang dilakukan sebelum pengecoran adalah uji slump beton.

Uji slump dilakukan menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan sisi

15 cm. Pelakasanaan di lapangan, setiap satu mixer truck diambil 2 atau

lebih benda uji untuk test slump, yang dipadatkan dengan cara penusukan

sebanyak 25 kali. Akan tetapi untuk mempermudah pekerjaan, uji slump

dilakukan hanya beberapa kali saja (pada beberapa mixer truck).

Gambar 54. Uji Slump

Langkah-langkah pengecoran kolom adalah sebagai berikut:

a. Seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan

compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.

b. Beton diorder dari bathcing plant dibawa menggunakan mixer truck.

Kemudian beton dibawa ke lokasi pengecoran menggunakan concrete

bucket yang telah dipasang selang tremie dengan bantuan tower crane.

c. Selang tremie dimasukkan kedalam bekisting kolom dengan posisi

tegak atau vertikal.

d. Katup concrete bucket dibuka oleh salah satu pekerja yang berada

diatas concrete bucket untuk menyalurkan beton ke dalam bekisting

dengan tinggi jatuh adukan ±1 m untuk menghindari terjadinya

Page 12: BAB IV Yohana Noni

81

segregasi. Segregasi adalah pemisahan berbagai bahan campuran

beton yang disebabkan ukuran partikel dan berat jenis yang relatif

berbeda. Beton yang akan dicor harus langsung ke tempat yang jadi

posisi akhirnya. Mulailah dari pojok bekisting.

e. Pemadatan beton dilakukan dengan cara digetarkan, untuk

mengeluarkan udara yang terperangkap dalam beton, sehingga beton

memadat memenuhi bekisting dengan menggunakan vibrator.

f. Masukkan vibrator secara vertikal kira-kira sejarak 15 cm setelah

pemadatan yang telah terlebih dulu dilakukan, diamkan sekitar 5

sampai 15 detik. Angkat vibrator pelan pelan dengan kecepatan

sekitar 7.5 cm/detik

g. Usahakan jari-jari pengaruh vibrator saling overlapping sehingga

semua beton bisa terpadatkan dan menjangkau lapisan di bawah yang

sedang dipadatkan.

Gambar 55. Pengecoran Kolom dan Shear wall

8. Pembongkaran Bekisting Kolom dan Shear wall

Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton. Hal

ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Setelah ±12 jam dari

waktu pengecoran maka selanjutnya bekisting dibongkar dengan

menggunakan bantuan tower crane dan pekerja.

Page 13: BAB IV Yohana Noni

82

Langkah-langkah pembongkaran kolom dan shear wall adalah sebagai

berikut:

a. Pembongkaran bekisting kolom, hal pertama yang harus dilakukan

adalah membuat ijin pembongkaran. Alat keamanan yang diperlukan

adalah sarung tangan, safety shoes, dan helm pengaman.

b. Proses pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati–hati agar

tidak merusak struktur beton dan untuk menghindari rusaknya

bekisting kolom, sehingga bekisting tersebut dapat di pergunakan

kembali.

Gambar 56. Pembongkaran Bekisting

B. Pekerjaan Balok

Balok merupakan merupakan bagian struktur yang memikul beban dari pelat

lantai kemudian disalurkan ke kolom, dan menghubungkan satu kolom

dengan kolom yang lainnya. Ada 2 jenis balok, yaitu balok induk dan balok

anak. Balok induk merupakan balok yang bertumpu pada kolom, sedangkan

balok anak bertumpu pada balok induk. Ukuran balok anak lebih kecil dari

balok induk. Gaya – gaya luar yang bekerja pada struktur akan menyebabkan

Page 14: BAB IV Yohana Noni

83

lentur pada balok. Oleh karena itu, ukuran balok harus disesuaikan dengan

beban yang akan dipikul. Semua balok pada proyek ini menggunakan

fc’ 24,9 MPa.

Tahap-tahap pekerjaan balok adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Scaffolding

Scaffolding adalah alat yang berfungsi untuk menyangga bekisting.

Berbeda dengan pekerjaan kolom maupun shear wall, pada pekerjaan

balok dibutuhkan scaffolding. Pada proyek pembangunan Grand Dafam

Lampung balok dan pelat dibuat monolit/menyatu, sehingga pekerjaannya

dilakukan secara bersamaan. Sebelum dipasang scaffolding, dibuat as

marking terlebih dahulu untuk digunakan sebagai penunjuk mengenai

lokasi suatu objek. Hal ini akan memudahkan dalam pekerjaan-pekerjaan

berikutnya.

Gambar 57. Penentuan As Marking

Page 15: BAB IV Yohana Noni

84

Gambar 58. Pemasangan Scaffolding

2. Pemasangan Bekisting Balok

Peralatan dan bahan yang digunakan pada bekisting balok proyek

pembangunan Grand Dafam Lampung menggunakan bahan multiplek.

Karena dimensi balok yang berbeda dan bervariasi, maka dibutuhkan

bahan yang mudah dibentuk, kuat, tidak menempel pada beton saat dicor,

dan mudah didapat. Kelemahan dari bekisting multiplek ini adalah hanya

dapat digunakan beberapa kali karena bahannya yang terbuat dari kayu.

Langkah-langkah pemasangan bekisting balok adalah sebagai berikut:

a. Bekisting balok dibuat dengan menggunakan multiplek.

b. Pemasangan bekisting balok bagian bawah dilakukan setelah

pekerjaan perancah selesai dikerjakan.

c. Sebagai tumpuan dalam pemasangan tulangan balok, dari bekisting

bagian bawah didirikan bekisting disisi kanan dan disisi kiri

menggunakan waterpass. Waterpass berguna untuk mendapatkan

elevasi yang sama rata pada daerah tumpuan yang dihubungkan

dengan sehelai benang sepanjang balok tersebut.

Page 16: BAB IV Yohana Noni

85

d. Bekisting balok diluruskan mengikuti benang dengan mengetuk stut

(penahan segitiga/besi/kayu) bekisting balok.

e. Setelah pemasangan bekisting selesai, persiapan penulangan balok

dapat mulai.

Gambar 59. Pemasangan Bekisting Balok

3. Pembesian/Penulangan Balok

Pada proyek pembangunan Grand Dafam Lampung, pekerjaan pembesian

balok diawali dengan pemotongan besi sesuai dengan diameter dan

panjang yang diperlukan seperti yang tertera dalam daftar potong.

Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter. Kemudian

dilanjutkan dengan pembengkokan besi/tulangan yang sudah dipotong

sesuai dengan kebutuhan. Pembengkokan ini tidak boleh diikuti dengan

pemanasan karena pemanasan akan mengurangi mutu tulangan. Perakitan

dilakukan langsung di lokasi karena dimensi antar balok berbeda-beda.

Perakitan tulangan ini sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara, pada

proyek ini terlebih dahulu dimasukan beberapa tulangan yang sifatnya

menerus, kemudian dimasukan sengkang. Hal ini bertujuan untuk

membuat rangka utama dari balok, jika rangka sudah terbentuk maka

Page 17: BAB IV Yohana Noni

86

selanjutnya tinggal menambahkan tulangan di daerah lapangan dan

tumpuan, tulangan bagian atas dan bawah sesuai dengan jumlah yang

ditentukan, dan pengaturan jarak dan jumlah sengkang. Perlu

ditambahkan beton tahu (decking) pada bagian bawah tulangan dengan

maksud menciptakan selimut beton.

Gambar 60. Pembesian Balok

4. Pengecoran Balok

Pengecoran balok dilakukan dengan menggunakan beton ready mix. Hal

ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pekerjaan. Pengangkutan

beton dari lokasi pembuatan pengecoran menggunakan mobil khusus

pengangkut adukan beton yang disebut ready mix truck .

Pada proses pengecoran, beton akan dituang ke bucket dari mixer truck

yang sudah dipesan sebelumnya dari penyedia beton (Sorento Nusantara).

Pertama, seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan

compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.

Selanjutnya, beton dituang ke dalam bekisting sedikit demi sedikit

menggunakan selang tremie setelah beton dituang dimasukan juga vibrator

Page 18: BAB IV Yohana Noni

87

untuk memadatkan beton dan tidak terjadi rongga udara di dalam beton.

Selang dimasukan ke dalam bekisting dengan ketinggian ± 1m dari dasar.

Hal ini dimaksudkan agar jatuhnya agregat kasar dan agregat halus secara

bersamaan dan merata.

5. Pembongkaran Bekisting Balok

Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton. Hal

ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Selanjutnya bekisting

dibongkar dengan menggunakan bantuan tower crane dan pekerja.

Proses pembongkaran bekisting balok adalah sebagai berikut:

a. Membongkar sebagian scaffolding dibawah balok yang sudah di cor

untuk digunakan kembali dalam proses pekerjaan balok selanjutnya,

sebagian scaffolding tidak dibongkar agar dapat digunakan sebagai

injakan tenaga kerja dalam pembongkaran dan penampungan material

hasil bongkaran bekisting.

b. Setelah beton berumur ± 7 × 24 jam, maka balok sudah dapat bisa

dibongkar.

Pembongkaran bekisting balok dilakukan oleh pekerja menggunakan

linggis. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak

merusak struktur beton dan multiplek agar dapat digunakan kembali untuk

bekisting balok selanjutnya.

Page 19: BAB IV Yohana Noni

88

Gambar 61. Pembongkaran Bekisting Balok

C. Pekerjaan Pelat

Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun

beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur.

Semua pelat pada proyek ini menggunakan mutu beton yang sama yaitu fc’ =

24,9 MPa. Untuk tebal pelat yang dipakai yaitu 120 mm.

Tahap-tahap pekerjaan pelat adalah sebagai berikut:

1. Pemasangan Scaffolding

Sama dengan pada pekerjaan balok, pada pekerjaan pelat juga dibutuhkan

scaffolding. Pemasangan scaffolding pelat lantai bersamaan dengan

pemasangan scaffolding balok untuk lebih menghemat waktu. Pada

proyek pembangunan Grand Dafam Lampung balok dan pelat dibuat

monolit/menyatu, sehingga pekerjaannya dilakukan secara bersamaan.

Page 20: BAB IV Yohana Noni

89

Gambar 62. Pemasangan Scaffolding

2. Pemasangan Bekisting Pelat

Peralatan dan bahan yang digunakan pada bekisting pelat proyek

pembangunan Grand Dafam Lampung sama dengan pemasangan bekisting

pada balok. Yaitu menggunakan bahan multiplek, kelemahan dari

bekisting multiplek ini adalah hanya dapat digunakan beberapa kali karena

bahannya yang terbuat dari kayu.

Langkah-langkah pemasangan bekisting pelat adalah sebagai berikut:

a. Bekisting pelat dibuat dengan menggunakan multiplek Pemasangan

bekisting pelat dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan

balok selesai.

b. Untuk mendapatkan elevasi yang sama rata pada daerah pelat yang

akan dipasang bekisting, digunakan waterpass.

c. Setelah pemasangan bekisting selesai, persiapan penulangan balok

dapat mulai.

Page 21: BAB IV Yohana Noni

90

Gambar 63. Pemasangan Bekisting Pelat

3. Pembesian/Penulangan Pelat

Pada proyek pembangunan Grand Dafam Lampung, pekerjaan pembesian

pelat diawali dengan pemotongan besi sesuai dengan diameter dan panjang

yang diperlukan. Pemotongan besi ini dilakukan dengan alat bar cutter.

Kemudian dilanjutkan perakitan pelat yang dilakukan langsung di lokasi.

Setelah perakitan pada pelat dilakukan, perlu ditambahkan beton tahu

(decking) pada bagian bawah tulangan dengan maksud menciptakan

selimut beton.

Gambar 64. Pemasangan tulangan dan Beton Tahu (Decking)

Page 22: BAB IV Yohana Noni

91

4. Pengecoran Pelat

Sebelum dilakukan pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan

pada area (curing) yang akan dicor yang akan berpengaruh terhadap

kekuatan beton misalnya kayu, potongan kawat, paku, sebuk gergaji.

Pengecoran pelat dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan beton

ready mix. Hal ini bertujuan untuk menghemat waktu dan biaya pekerjan.

Pada proses pengecoran, beton akan dituang ke bucket dari mixer truck

yang sudah dipesan sebelumnya dari penyedia beton (Sorento Nusantara).

Pertama, seluruh permukaan bekisting dibersihkan dengan menggunakan

compressor untuk menghilangkan sampah dan debu di bekisting.

Selanjutnya, beton dituang ke dalam bekisting menggunakan bucket

dibantu selang tremie. Setelah beton dituang dimasukan juga vibrator

untuk memadatkan beton dan tidak terjadi rongga udara di dalam beton.

Selang dimasukan ke dalam bekisting dengan ketinggian ± 1m dari dasar.

Hal ini dimaksudkan agar jatuhnya agregat kasar dan agregat halus secara

bersamaan dan merata.

Gambar 65. Pengecoran Pelat Lantai

Page 23: BAB IV Yohana Noni

92

5. Pembongkaran Bekisting Pelat

Pembongkaran dapat dilakakukan setelah beton mencapai mutu beton.

Hal ini dapat dilihat dari data pengujian sampel beton. Selanjutnya

bekisting dibongkar dengan menggunakan bantuan tower crane dan

pekerja.

Pembongkaran bekisting balok dilakukan oleh pekerja menggunakan

linggis. Pembongkaran harus dilakukan dengan hati–hati agar tidak

merusak struktur beton dan multiplek agar dapat digunakan kembali untuk

bekisting pelat selanjutnya.

Gambar 66. Pembongkaran bekisting pelat

D. Pengawasan Proyek

1. Tinjauan Umum

Pengawasan pada pelaksanaan pembangunan suatu proyek harus

dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan terjadi

penyimpangan terhadap peraturan yang telah ditetapkan dalam dokumen

kontrak. Selain itu, pengawasan proyek dimaksudkan untuk menjamin

kesesuaian hasil pembangunan dengan rencana pelaksanaan proyek,

Page 24: BAB IV Yohana Noni

93

program pelaksanaan proyek, perintah dari pengelola proyek dan

ketentuan–ketentuan lain yang ditetapkan serta disyaratkan dalam

dokumen kontrak, termasuk tindakkan korelatif terhadap penyimpangan

tersebut. Selama proses pekerjaan masih berjalan, pengawasan proyek

berfungsi sebagai alat untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang sesuai

dengan rencana pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai, pengawasan

proyek berfungsi sebagai alat evaluasi proyek tersebut.

Pengawasan proyek bukan merupakan alat untuk menunjukkan

keburukan atau kekurangan dari sistem manajemen yang sudah ada,

karena wujud nyata pengawasan proyek merupakan tindakan

pengendalian terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan. Hasil dari

pengawasan dapat dijadikan pedoman pelaksanaan pekerjaan berikutnya.

Pengendalian proyek dilakukan dengan cara tertentu dan teliti agar dapat

dimanfaatkan kembali serta diperoleh biaya yang seekonomis mungkin.

Dengan merumuskan suatu metode pengendalian proyek yang cermat

dan efisien, diharapkan bisa membantu perencanaan proyek agar lebih

terarah dan berkembang.

Secara umum pengawasan proyek meliputi hal–hal sebagai berikut.

a. Penentuan Standar

Semua kriteria proyek sebagai tolak ukur dalam menilai hasil karya

pembangunan dari segi mutu, biaya, dan waktu harus senantiasa

disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Syarat–syarat (RKS).

Page 25: BAB IV Yohana Noni

94

b. Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pembangunan suatu proyek harus diperiksa

dengan melihat kesesuaian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan

rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditetapkan evaluasi atau

pengamatan terhadap hasil–hasil pemeriksaan, untuk menjadi bahan

pertimbangan dan sebagai acuan pada pelaksanaan proyek

selanjutnya.

c. Tindakan korelatif

Suatu tindakan harus diambil jika ada penyimpangan terhadap

rencana semula. Hal ini ditujukan untuk mengadakan perbaikan,

memperbaiki penyimpangan, dan mengantisipasi keadaan yang tidak

terduga, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan berikutnya akan

diperoleh syarat–syarat pelaksanaan, penyesuaian, serta modifikasi

gambar.

Pengendalian proyek meliputi:

1. Pengawasan mutu material.

2. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

3. Evaluasi kemajuan pekerjaan.

2. Pengawasan Mutu Material

Pada proyek ini tidak dilakukan uji laboratorium untuk mengawasi mutu

material yang digunakan, pengawasan hanya dilaksanakan dengan

pengamatan langsung di lapangan, hal ini karena material-material

(bahan-bahan) yang digunakan telah memenuhi standar. Sebelum masuk

ke lokasi proyek, material diperiksa dan disetujui oleh pengawas proyek,

Page 26: BAB IV Yohana Noni

95

apakah telah sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Jika

mutu dan spesifikasi material yang masuk tidak sesuai dengan RKS maka

pengawas proyek berhak untuk menolak dan mengeluarkannya dari

lokasi proyek. Keputusan diambil setelah dilakukan konsultasi antara

pengawas dengan kontraktor, sehingga dapat dicari alternatif

penggantinya. Material yang perlu diawasi antara lain:

a. Semen

Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah merk, jumlah, dan

kondisi semen yang tiba di lokasi dalam keadaan baik dan sesuai

dengan pesanan. Bila belum digunakan, semen ditumpuk di tempat

yang baik seperti di gudang dengan memakai alas supaya terhindar

dari kelembaban yang dapat menurunkan kualitas semen tersebut.

b. Agregat Halus (Pasir)

Pengawasan yang dilaksanakan untuk material pasir adalah sebagai

berikut.

1. Dengan melihat warna dan variasi butiran apakah mengandung

lumpur atau tidak. Bila pasir berwarna coklat tanah maka pasir

mengandung banyak lumpur.

2. Dengan melihat apakah pasir yang digunakan tidak mengandung

kotoran yang berlebihan.

3. Dengan memeriksa kadar air pasir dengan menggenggam pasir,

apabila setelah genggaman dibuka pasir menggumpal berarti

kadar airnya cukup tinggi.

Page 27: BAB IV Yohana Noni

96

4. Dari hasil pengawasan diketahui bahwa pasir yang digunakan

mempunyai kualitas yang cukup baik yaitu tidak berwarna

coklat, tidak mengandung kotoran yang berlebih serta tidak

mengandung kadar air yang tinggi.

c. Agregat Kasar (Kerikil/Split)

Pengawasan yang dilaksanakan meliputi tekstur, kadar air, kadar

lumpur, ketahanan dari pengaruh cuaca, dan kebersihan kerikil.

Kerikil yang baik harus memiliki tekstur yang kasar, runcing

(bersudut) dan berwarna hitam, selain itu kerikil harus tidak mudah

pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti panas matahari dan

hujan. Dari hasil pengamatan secara visual di lapangan di ketahui

kerikil yang digunakan memiliki tekstur yang bagus, tahan terhadap

perubahan cuaca serta memiliki kadar air maupun lumpur yang

rendah.

d. Baja Tulangan

Pengawasan terhadap baja tulangan meliputi kebersihan, jenis dan

diameter tulangan apakah telah sesuai dengan perencanaan atau

tidak. Sebaiknya baja tulangan diletakkan ditempat yang tidak

lembab dan terlindung dari hujan.

Pada proyek ini baja tulangan diletakkan di lokasi terbuka, sehingga

baja tulangan langsung terkena cuaca panas maupun hujan.

Meskipun demikian baja tulangan tetap dalam kondisi layak

digunakan karena cukup bersih dari kotoran maupun korosi karena

tidak terlalu lama ditempatkan di lokasi terbuka. Dalam perakitan

Page 28: BAB IV Yohana Noni

97

tulangan, baja tulangan yang digunakan telah sesuai dengan gambar

baik dari segi jenis dan diameter yang digunakan.

e. Kayu

Pengawasan dilakukan dengan memeriksa apakah ukuran dan jenis

kayu telah sesuai dengan pesanan serta dalam kondisi baik, antara

lain harus lurus dan tidak terdapat cacat kayu (retak, mengandung

banyak kadar air, terserang rayap, dan cacat mata kayu).

f. Air

Pengawasan dilakukan secara visual yaitu dengan melihat apakah air

yang digunakan telah bersih dari kotoran yang larut maupun rapuh

seperti lumpur, minyak, serpihan kayu, dan sampah. Dari hasil

pengamatan, kondisi air yang digunakan sangat layak karena

menggunakam air sumur bor dan telah menuhi syarat-syarat diatas.

g. Pengawasan Mutu Beton dan Kuat Tekan Beton

Pengawasan beton ready mix dapat dilakukan dengan melakukan uji

slump di lokasi proyek dan uji di laboratorium. Dari uji slump dapat

diperoleh tingkat kelecakan beton dalam pengecoran, sedangan dari

uji beton di laboratorium dapat diketahui apakah beton ready mix

telah memenuhi persayaratan nilai kuat tekan yang direncanakan.

Page 29: BAB IV Yohana Noni

98

Gambar 67. Pelaksanaan Uji Slump

Pada proyek ini mutu beton ready mix yang digunakan yaitu fc’ = 24,9

MPa dan 33,2 MPa dengan slump 15±2 cm dan dilaksanakan

pengambilan sampel berbentuk kubus dengan panjang sisi 15 cm.

Kemudian dilakukan pengujian kuat tekan di laboratorium Sorento

Nusantara.

Gambar 68. Pengambilan Sampel Uji

Page 30: BAB IV Yohana Noni

99

Gambar 69. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Kubus

3. Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan

Supaya diperoleh hasil pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan perlu

diadakan pengawasan terhadap jalannya pekerjaan.

Pada proyek ini pengawasan yang dilaksanakan selama pelaksanaan

pekerjaan meliputi antara lain sebagai berikut.

a. Perakitan tulangan yaitu jumlah tulangan yang digunakan, ukuran

tulangan, jarak antar tulangan, dan sambungan tulangan.

b. Perakitan bekisting yang meliputi ukuran dari bekisting dan cara

pemasangan.

c. Proses pengecoran yang dilakukan dengan memperhatikan cara

pemadatan, penulangan, dan tinggi jatuh adukan beton.

d. Proses finishing yaitu kesesuaian penempatan bahan dengan gambar,

kelurusan, jumlah, dan cara pemasangan bahan-bahan finishing.

e. Pada pekerjaan beton bertulang, beton tahu digunakan, tinggi jatuh

adukan beton kolom sesuai dengan ketentuan yaitu maksimal 2 m

dari masing-masing lantai. Pada pekerjaan beton bertulang

digunakannya vibrator untuk membantu pemadatan beton pada saat

Page 31: BAB IV Yohana Noni

100

pengecoran beton kolom maupun balok. Secara keseluruhan proses

pelaksanaan pekerjaan telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan

RKS.

4. Evaluasi Kemajuan Pekerjaan

Untuk mengetahui sejauh mana realisasi pekerjaan yang telah dicapai

dalam sebuah proyek maka diperlukan suatu evaluasi yaitu berupa

laporan kerja. Dari laporan tersebut bisa diketahui jenis dan volume

pekerjaan yang telah dilaksanakan, perubahan-perubahan yang

dilakukan, kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan cara mengatasinya.

Dalam proyek ini laporan kerja tersusun dalam tiga bentuk yaitu:

a. Laporan Harian

Laporan harian dibuat oleh kontraktor pelaksana yang berisi laporan

pelaksanaan pekerjaan dalam satu hari yang memuat tentang jumlah

tenaga kerja, bahan yang diterima maupun ditolak, volume pekerjaan

yang dicapai, keadaan cuaca, pekerjaan tambahan, pekerjaan kurang,

perubahan pekerjaan dan hal-hal lain.

b. Laporan Mingguan

Laporan mingguan dibuat oleh kontraktor pelaksana dan

subkontraktor. Laporan ini berisi besarnya proges pekerjaan yang

dilakukan dalam satu minggu, baik progres rencana maupun proges

realisasi.

Page 32: BAB IV Yohana Noni

101

c. Laporan Bulanan

Setelah laporan harian dievaluasi dan disetujui, selanjutnya pihak

konsultan pengawas membuat laporan bulanan yang memuat tentang

kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek selama periode satu bulan.