ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

63
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti dialami setiap individu. Manusia lahir, berkembang dewasa, menjadi tua dan akhirnya meninggal merupakan suatu siklus kehidupan yang tidak terpisahkan. Umur panjang dan hidup sehat merupakan impian setiap individu, keinginan ini juga diiringi dengan harapan agar kualitas hidup pada hari tuanya tidak terlalu berkurang oleh kemunduran fisik dan mental. Namun perubahan lingkungan dan gaya hidup yang buruk dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. Untuk memperoleh kualitas hidup yang baik, penerapan pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting. Karenanya, kita akan tampak lebih muda dari usia yang sesungguhnya, dapat memperpanjang usia harapan hidup dan memungkinkan kita menjalani masa tua dengan kualitas hidup yang lebih baik. Saat ini jumlah populasi penduduk usia lanjut di kawasan Asia Pasifik meningkat secara signifikan, dari 410 juta orang pada tahun 2007, diperkirakan akan mencapai jumlah 733 juta orang pada tahun 2015 dan 1,3 miliar orang pada tahun 2050. Pada tahun 2025, diperkirakan 15% populasi dunia adalah penduduk usia lanjut. Indonesia sebagai negara dengan populasi terpadat ke-empat, dan pada tahun 2020 diperkirakan akan memiliki 11% populasi penduduk usia lanjut atau 28,8 juta orang (Amri, 2009).

Transcript of ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

Page 1: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti

dialami setiap individu. Manusia lahir, berkembang dewasa, menjadi tua dan

akhirnya meninggal merupakan suatu siklus kehidupan yang tidak terpisahkan.

Umur panjang dan hidup sehat merupakan impian setiap individu, keinginan ini

juga diiringi dengan harapan agar kualitas hidup pada hari tuanya tidak terlalu

berkurang oleh kemunduran fisik dan mental. Namun perubahan lingkungan dan

gaya hidup yang buruk dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. Untuk

memperoleh kualitas hidup yang baik, penerapan pola hidup sehat merupakan hal

yang sangat penting. Karenanya, kita akan tampak lebih muda dari usia yang

sesungguhnya, dapat memperpanjang usia harapan hidup dan memungkinkan kita

menjalani masa tua dengan kualitas hidup yang lebih baik.

Saat ini jumlah populasi penduduk usia lanjut di kawasan Asia Pasifik

meningkat secara signifikan, dari 410 juta orang pada tahun 2007, diperkirakan

akan mencapai jumlah 733 juta orang pada tahun 2015 dan 1,3 miliar orang pada

tahun 2050. Pada tahun 2025, diperkirakan 15% populasi dunia adalah penduduk

usia lanjut. Indonesia sebagai negara dengan populasi terpadat ke-empat, dan pada

tahun 2020 diperkirakan akan memiliki 11% populasi penduduk usia lanjut atau

28,8 juta orang (Amri, 2009).

Page 2: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

2

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh

manusia tidak dapat berkembang lagi, sebaliknya akan mengalami penurunan

karena proses penuaan. Namun anggapan bahwa bertambahnya usia harus disertai

dengan segala kekurangan dan ketidakberdayaan semestinya dihilangkan. Usia

boleh bertambah tetapi kemampuan fisik dan psikis harus tetap baik sehingga

manusia dapat menjalani hidup dengan kualitas yang lebih baik. Mengingat angka

harapan hidup semakin meningkat, maka pada tahun 1993 dicetuskan konsep baru

Anti Aging Medicine (AAM). Ada 3 pokok penting dalam konsep baru yang

memberi harapan baru bagi umat manusia. Pertama, bahwa penuaan dapat

dianggap sama dengan suatu penyakit yang dapat dicegah, diobati, dan bahkan

dikembalikan ke keadaan semula. Dengan demikian, manusia tidak lagi harus

membiarkan begitu saja proses penuaan dengan segala keluhannya, dan bila perlu

mendapatkan pengobatan atau perawatan. Kedua, manusia bukanlah semacam

orang hukuman yang terperangkap dalam takdir genetiknya. Ketiga, manusia

mengalami keluhan atau gejala penuaan karena kadar hormonnya menurun, bukan

kadar hormon menurun karena manusia menjadi tua (Pangkahila, 2011).

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, dan dengan

semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ

tubuh dan terjadi perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun sistem pada

tubuh (Baskoro and Konthen, 2008). Pada dasarnya penyebab penuaan

dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal

ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi,

apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetik. Faktor eksternal yang

Page 3: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

3

utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi

lingkungan, stres dan kemiskinan (Fowler, 2003; Pangkahila, 2011).

Proses penuaan menyebabkan penurunan berbagai fungsi organ tubuh

sehingga dapat memicu munculnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif

adalah suatu penyakit yang timbul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh,

dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Penyakit degeneratif dapat dikatakan

pula sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003).

Salah satu penyakit degeneratif yang sering terjadi adalah diabetes mellitus.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 23 juta orang

atau sekitar 8% dari total populasi orang di Amerika Serikat menderita diabetes.

Prevalensi diabetes total ini meningkat sebesar 13,5% dari tahun 2005 sampai

tahun 2007. Saat ini diperkirakan ada sekitar 24% dari populasi menderita

diabetes yang tidak terdiagnosis (Anonim, 2011).

Di Indonesia, yang memiliki jumlah penduduk melebihi 200 juta jiwa, sejak

awal abad ini telah menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus

terbanyak ke-4 di dunia, setelah Amerika Serikat, India dan China (Suyono,

2005). Menurut laporan nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

prevalensi diabetes mellitus tertinggi di daerah perkotaan yang ada di Indonesia

terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku (11,1%) dan di beberapa kota seperti

Jakarta mencapai 6,6 % dan Bali mencapai 3,0 % (Depkes, 2008).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis, yang disebabkan adanya

kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan

dengan baik dan menumpuk dalam pembuluh darah karena pankreas tidak cukup

Page 4: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

4

memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa darah dan tubuh yang tidak

dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi tersebut, sehingga

menyebabkan keadaan hiperglikemia (Wijaya et al., 2011). Diabetes mellitus

ditandai dengan sekumpulan gejala karena gangguan metabolik dengan

karakterisik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Masharani et al., 2004).

Tipe diabetes yang banyak dialami adalah non-insulin dependent diabetes

mellitus (NIDDM / Tipe 2). Adanya kegagalan sekresi insulin oleh sel beta

pankreas dan resistensi penggunaan insulin di tingkat perifer menjadi penyebab

terjadinya diabetes mellitus tipe 2 ini. Peningkatan glukosa darah sewaktu adalah

salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyakit

diabetes (Bhat et al., 2011).

Penatalaksanaan diabetes mellitus selalu dimulai dengan pendekatan non

farmakologis, berupa perencanaan makan / terapi nutrisi medik, kegiatan jasmani,

dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih atau obesitas. Bila

dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes belum tercapai,

maka dilanjutkan dengan penggunaan obat atau terapi farmakologis dengan

pemberian obat hipoglikemik oral (OHO). Pada kasus tertentu, dokter akan

memberikan injeksi insulin yang harganya cukup mahal. Penggunaan terapi

farmakologis baik dengan OHO seperti Glibenklamid, maupun dengan injeksi

insulin tidak boleh sembarangan. Hal ini dikhawatirkan apabila penggunaannya

tidak terkontrol, penderita dapat mengalami hipoglikemik, sehingga perlu dicari

Page 5: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

5

obat alternatif lain yang diharapkan memiliki efek sama seperti obat antidiabetik,

dengan efek samping yang minimal (Suyono, 2005).

Penelitian yang dilakukan Marles dan Farnworth tahun 1996 menunjukkan

bahwa ada lebih dari 1200 spesies tanaman obat yang dapat digunakan untuk

pengobatan terhadap diabetes dan 50% dari tanaman tersebut telah dibuktikan

secara ilmiah memiliki efek antihiperglikemi (Wijaya et al., 2011).

Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tumbuhan yang termasuk dalam

keluarga kopi-kopian (Rubiaceae). Mengkudu mulanya berasal dari wilayah

daratan Asia Tenggara, terpusat di Polinesia, India, dan Cina, kemudian menyebar

sampai ke Malaysia, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasifik, Tahiti, Hawai,

Puerto Rico, Karibia, Kanada, sampai ke Indonesia. Semua bagian mengkudu

digunakan sebagai obat sejak jaman dahulu. Bahkan para tabib di Kepulauan

Pasifik menganggap mengkudu sebagai tanaman suci. Hal itu disebabkan khasiat

obat yang dimilikinya dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Tanaman

mengkudu dikenal sebagai raja dari jenis buah yang ada (Bangun, 2002; Dewi,

2012).

Tanaman mengkudu ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian

1500m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol

berwarna putih. Buah yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki

totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik – bintik hitam. Di

berbagai daerah mengkudu sering digunakan sebagai bahan obat-obatan dan

dipercaya dapat mengobati berbagai macam penyakit (Bangun, 2002; Dewi,

2012).

Page 6: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

6

Riset medis tentang khasiat mengkudu dimulai pada tahun 1950, dengan

ditemukannya zat anti bakteri terhadap Escherichia coli, M. pyrogenes dan P.

aeruginosa. Pada tahun 1972, Heinicke menemukan senyawa xeronin dan

proxeronin dalam jumlah besar pada buah mengkudu, senyawa ini merupakan zat

penting dalam tubuh yang mengatur fungsi dan bentuk protein spesifik sel-sel

tubuh. Pada tahun 1980, mengkudu terbukti dapat menurunkan tekanan darah.

Pada tahun 1993, peneliti menemukan zat anti kanker (Damnacanthal) dalam buah

mengkudu (Bangun, 2002; Dewi, 2012).

Mengkudu mengandung banyak zat aktif yang sangat berguna bagi

kesehatan tubuh, antara lain : asam kaproat, asam asperulosidik, asam askorbik,

asam kaprilik, etil kaproat, asam heksanoat, asam oktanoat, etil kaprilat,

glukopiranosa, flavonoid, proxeronin dan xeronin. Zat aktif yang memiliki khasiat

untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah xeronin dan flavonoid (Blanco et

al., 2005).

Xeronin berfungsi untuk meregenerasi sel dan reseptor sel tubuh, termasuk

pankreas yang menghasilkan insulin sebagai regulator glukosa darah (Wang et

al., 2002; Heinicke, 2008). Sedangkan flavonoid berperan sebagai antioksidan

sehingga produksi radikal bebas dalam tubuh berkurang. Flavonoid juga berperan

dalam memperbaiki kerusakan pada sel beta pankreas sehingga pankreas dapat

kembali mensekresi insulin, yang berefek pada penurunan kadar glukosa darah

(Mahendra, 2007; Choi et al., 2009; Oben, 2009).

Page 7: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dirumuskan

rumusan masalah sebagai berikut :

Apakah pemberian ekstrak buah mengkudu secara oral dapat menurunkan

kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemberian ekstrak buah mengkudu secara oral dapat

menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Manfaat Ilmiah : memberikan informasi mengenai efektivitas

konsumsi ekstrak buah mengkudu terhadap penurunan kadar

glukosa darah tikus diabetes mellitus.

2) Manfaat Klinis : mungkin bisa digunakan sebagai suplementasi

terapi diabetes mellitus.

3) Manfaat Sosial : sebagai acuan bagi masyarakat untuk memahami

kemungkinan manfaat konsumsi ekstrak buah mengkudu bagi

kesehatan, terutama bagi penderita diabetes mellitus.

Page 8: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penuaan

Penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti

dialami setiap individu. Manusia lahir, berkembang dewasa, menjadi tua dan

akhirnya meninggal merupakan suatu siklus kehidupan yang tidak terpisahkan.

Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh manusia

tidak dapat berkembang lagi, sebaliknya akan mengalami proses penuaan. Namun

anggapan bahwa bertambahnya usia harus disertai dengan segala kekurangan dan

ketidakberdayaan semestinya dihilangkan. Usia boleh bertambah tetapi

kemampuan fisik dan psikis harus tetap baik sehingga manusia dapat menjalani

hidup dengan kualitas yang lebih baik (Pangkahila, 2011).

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, dan dengan

semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ

tubuh dan perubahan fisik baik tingkat seluler, organ, maupun sistem tubuh

(Baskoro and Konthen, 2008). Pada dasarnya penyebab penuaan dikelompokkan

menjadi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal ialah radikal bebas,

hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan

yang menurun dan genetik. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak

sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan

(Fowler, 2003; Pangkahila, 2011).

Page 9: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

9

Proses penuaan yang disertai dengan penurunan berbagai fungsi organ tubuh

dapat memicu munculnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif adalah suatu

penyakit yang timbul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan

normal menjadi lebih buruk. Penyakit degeneratif dapat dikatakan pula sebagai

penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003).

2.2 Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu

penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh, dari keadaan

normal menjadi lebih buruk. Dari berbagai hasil penelitian modern diketahui

bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki hubungan yang cukup kuat

dengan bertambahnya usia seseorang. Penyakit degeneratif dapat dikatakan pula

sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan (Karyani, 2003).

Penyakit degeneratif dapat terjadi karena adanya proses penuaan, tidak

termasuk penyakit menular dan berlangsung kronis seperti penyakit jantung

koroner, hipertensi, diabetes mellitus, obesitas dan lainnya (Powers, 2008).

2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit kronis, yang disebabkan

adanya kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat

digunakan dengan baik dan menumpuk dalam pembuluh darah karena pankreas

tidak cukup memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa darah dan tubuh

tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi tersebut, sehingga

Page 10: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

10

menyebabkan keadaan hiperglikemia (Wijaya et al., 2011). Diabetes mellitus

ditandai dengan sekumpulan gejala karena gangguan metabolik dengan

karakterisik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin atau kedua-duanya (Masharani et al., 2004).

Menurut World Health Organization (WHO), definisi diabetes mellitus

adalah kadar glukosa puasa ≥ 126 mg/dL (7 mmol/L) dan kadar glukosa darah

sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L), dimana kadar glukosa darah antara 100 dan

125 mg/dL (6,1 sampai 7,0 mmol/L) dapat dikatakan suatu keadaan pre diabetes

(Perkeni, 2011).

2.2.2 Epidemiologi Diabetes Mellitus

Prevalensi penyakit diabetes melitus telah mencapai tingkat atau proporsi

epidemik di beberapa negara dan menjadi sebuah perhatian yang penting dalam

dunia kesehatan. Di Amerika Serikat, diabetes diderita oleh 8% dari populasi

penduduk usia dewasa pada tahun 2005. Berbagai penelitian epidemiologi

menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi

diabetes melitus di berbagai penjuru dunia (Anonim, 2011).

World Health Organization (WHO) telah memprediksi adanya peningkatan

jumlah penderita diabetes yang cukup besar untuk tahun-tahun mendatang. Untuk

Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun

2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Indonesia yang mempunyai

jumlah penduduk melebihi 200 juta jiwa, sejak awal abad ini telah menjadi negara

dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbanyak ke-4 di dunia, setelah

Page 11: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

11

Amerika Serikat, India dan China (Suyono, 2005). Menurut laporan nasional Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diabetes mellitus tertinggi di

daerah perkotaan yang ada di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku

(11,1%) dan di beberapa kota seperti Jakarta mencapai 6,6 % dan Bali mencapai

3,0 % (Depkes, 2008).

2.2.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes mellitus

diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan etiologinya. Klasifikasi ini telah

disahkan oleh WHO dan telah dipakai di seluruh dunia (Powers, 2008; Perkeni,

2011).

1. Diabetes Mellitus tipe 1 (IDDM - insulin dependent diabetes mellitus)

Destruksi sel β, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, melalui

proses imunologik maupun idiopatik.

2. Diabetes Mellitus tipe 2 (NIDDM - non-insulin dependent diabetes mellitus)

Bervariasi, mulai yang terutama dominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relatif sampai yang terutama dominan defek sekresi insulin disertai

resistensi insulin.

3. Diabetes Mellitus tipe lain

- Defek genetik fungsi sel β

- Defek genetik kerja insulin

- Penyakit eksokrin pankreas

- Endokrinopati

Page 12: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

12

- Karena obat atau zat kimia

- Infeksi

- Sebab imunologi yang jarang

- Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

4. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes yang terjadi selama kehamilan.

2.2.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Patogenesis diabetes mellitus, terutama tipe 2 sangatlah kompleks dan

berhubungan juga dengan faktor genetik dan faktor lingkungan (Buse et al.,

2003).

Pada orang normal, insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas

meregulasi transport glukosa darah untuk digunakan, dengan berikatan dengan

reseptor – reseptor yang ada di jaringan perifer, sebagian jaringan lemak dan

jaringan otot. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, terjadi resistensi dari

aktivitas insulin, sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor – reseptornya di

jaringan perifer, sebagian jaringan lemak dan jaringan otot, sehingga insulin tidak

dapat digunakan (Chew and Leslie, 2006).

Pada awalnya, kondisi resistensi insulin ini dikompensasi oleh peningkatan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Namun dengan bertambahnya usia, respon

dari sel beta pankreas akan semakin menurun dan tidak mampu lagi

mempertahankan kemampuannya dalam mensekresi insulin. Pada fase berikutnya,

produksi insulin semakin menurun, menyebabkan produksi glukosa hati yang

Page 13: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

13

berlebihan, mengakibatkan peningkatan glukosa dalam darah dan keadaan ini

yang disebut dengan hiperglikemia (Vail, 2004).

2.2.4.1 Penurunan Sekresi Insulin

Dalam keadaan normal, perangsangan sel beta pankreas menstimulasi

sintesis insulin yang kemudian disekresikan ke dalam darah untuk meregulasi

glukosa darah. Sintesis insulin dimulai dari pre-proinsulin (prekursor insulin) pada

retikulum endoplasma sel beta pankreas. Dengan bantuan enzim peptidase, pre-

proinsulin akan dipecah menjadi proinsulin yang kemudian dihimpun dalam

secretory vesicles dalam sel. Dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin akan

diurai menjadi insulin dan C-peptide yang siap disekresikan secara bersamaan

melalui membran sel apabila diperlukan (Weyer et al., 2000).

Produksi dan sekresi insulin oleh sel beta pankreas terutama dipengaruhi

oleh meningkatnya kadar glukosa darah. Untuk masuk ke dalam sel, glukosa harus

berikatan dengan senyawa lain sebagai kendaraan pembawanya. Senyawa ini

disebut GLUT atau Glucose Transporter. Pada sel beta pankreas, terdapat GLUT2

yang diperlukan untuk membawa glukosa dalam darah melewati membran sel dan

masuk ke dalam sel. Proses tersebut merupakan langkah yang penting karena

glukosa yang masuk ke dalam sel beta pankreas akan mengalami glikolisis dan

fosforilasi sehingga menghasilkan ATP yang dibutuhkan untuk mensekresikan

insulin ke dalam darah (Sugiharto, 2010).

Di samping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-obatan juga

memiliki efek yang sama dalam merangsang sel beta. Penurunan sekresi insulin

umumnya disebabkan oleh kerusakan pada sel beta pankreas (Gerich, 1998).

Page 14: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

14

2.2.4.2 Resistensi Insulin

Resistensi insulin adalah kondisi di mana jumlah normal insulin tidak

memadai untuk menghasilkan respon insulin normal dari sel lemak, sel otot dan

sel hati. Resistensi insulin pada sel lemak akan menurunkan efek insulin,

mengakibatkan peningkatan hidrolisis cadangan trigliserida, dan meningkatkan

konsentrasi asam lemak bebas dalam darah. Resistensi insulin pada sel otot

mengurangi ambilan glukosa dan menurunkan penyimpanan glukosa sebagai

glikogen. Sedangkan resistensi insulin pada sel hati menyebabkan gangguan

sintesis glikogen dan kegagalan untuk menekan produksi glukosa. Peningkatan

konsentrasi asam lemak bebas dalam darah, berkurangnya ambilan glukosa otot,

dan peningkatan produksi glukosa hati berkontribusi terhadap peningkatan kadar

glukosa darah (Weyer et al., 2000).

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan

dengan reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran

sel. Pada diabetes melitus tipe 2, yakni jenis diabetes yang paling sering

ditemukan, gangguan metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama

yakni sekresi insulin tidak adekuat dan resistensi insulin di perifer (Weyer et al.,

2000).

Resistensi insulin dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain gaya

hidup tidak sehat, diet dengan gizi tidak seimbang, kegemukan, dan kurang

olahraga. Usaha memperbaiki hal di atas dapat meningkatkan kepekaan sel

terhadap insulin sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk dimetabolisme

(Weyer et al., 2000).

Page 15: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

15

2.2.5 Gejala Klinis Diabetes Mellitus

Gejala klinis diabetes mellitus (Babar and Skugor, 2009; Perkeni 2011) :

1) Gejala khas penderita diabetes antara lain:

a. Poliuria

b. Polidipsia

c. Polifagia

d. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

2) Gejala tidak khas penderita diabetes antara lain :

a. Lemas

b. Kesemutan

c. Luka yang sulit sembuh

d. Gatal

e. Mata kabur

f. Disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita

Apabila ditemukan gejala khas diabetes, pemeriksaan darah abnormal satu

kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak

ditemukan gejala khas diabetes, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa

darah abnormal untuk menegakkan diagnosis diabetes (Purnamasari, 2005).

2.2.6 Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria saja. Untuk

menegakkan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

Page 16: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

16

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.

Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan

menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer (Perkeni,

2011).

Diagnosis untuk penderita diabetes dapat ditegakkan berdasarkan beberapa

kriteria dan pemeriksaan. Kriteria diagnosis yang ditetapkan menurut The

American Diabetes Assosiation (ADA) antara lain (Hoogwerf, 2009; Perkeni

2011) :

1. Gejala klasik diabetes + glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa

diartikan pasien tidak mendapat asupan kalori tambahan sedikitnya 8 jam.

2. Gejala klasik diabetes + glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL. Penilaian

glukosa darah sewaktu ini adalah cara yang sering dilakukan untuk

mendiagnosis diabetes. Glukosa darah sewaktu merupakan hasil

pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan

terakhir.

3. Hasil pemeriksaan glukosa darah pada test toleransi glukosa darah oral

(TTGO) ≥ 200 mg/dL. Pemeriksaan dilakukan 2 jam setelah pemberian 75

gram glukosa pada orang dewasa atau 1,75 gram/kgBB pada anak – anak

yang dilarutkan dalam 250 ml air.

Menurut ADA tahun 2011, Pemeriksaan HbA1c (>6.5%) sudah

dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana

laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik. Penggunaan nilai HbA1c

dianggap sensitif untuk digunakan sebagai screening bagi penderita diabetes.

Page 17: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

17

HbA1c merupakan hasil glikosilasi Hb, yang berikatan dengan glukosa /

karbohidrat pada gugus asam amino. Mekanisme pembentukan HbA1c pada

penderita diabetes dapat terjadi karena adanya reaksi non enzimatik glukosa dan

Hb di dalam sel darah merah (reaksi Maillard). Reaksi Maillard adalah reaksi

antara karbohidrat terutama gula pereduksi dengan gugus amino primer yang

hasilnya berupa produk berwarna cokelat (Buse et al., 2003; Perkeni 2011).

Peningkatan nilai HbA1c lebih dari 6.5% selalu berhubungan dengan

diagnosis diabetes mellitus, tetapi penderita diabetes dapat memiliki nilai HbA1c

di bawah range. Peningkatan nilai HbA1c merupakan tes yang spesifik untuk

mendiagnosis diabetes tetapi bukan merupakan tes yang sensitif (Hoogwert,

2009). Namun bagaimanapun HbA1c merupakan metode yang paling efektif

untuk mengawasi efektivitas pengobatan diabetes (Buse et al., 2003).

2.2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2, yaitu

(Soegondo, 2005) :

1. Pendekatan non farmakologis, yaitu dengan pemberian edukasi,

perencanaan makan atau terapi nutrisi medik, aktivitas fisik atau kegiatan

olah raga dan penurunan berat badan bila didapatkan berat badan lebih

atau obesitas.

2. Penatalaksanaan terapi medikamentosa atau intervensi farmakologi

Apabila dengan langkah-langkah pendekatan non farmakologik tersebut

belum mampu mencapai sasaran terapi, yaitu glukosa darah darah yang

Page 18: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

18

terkontrol dengan baik, maka dilanjutkan dengan penatalaksanaan terapi

medikamentosa atau intervensi farmakologi, disamping tetap menerapkan

pengaturan makan dan aktivitas fisik yang sesuai.

Terapi medikamentosa terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan (Perkeni,

2011).

1. Golongan Pemicu Insulin (Insulin Secretagogue)

1) Golongan Sulfonilurea (Glibenklamid)

Glibenklamid merupakan antidiabetik oral derivat sulfonilurea

generasi kedua dimana rantai samping alifatik digantikan oleh

cyclohexyl group dan mempunyai struktur lebih kompleks dibanding

generasi pertama.

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin dari

pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh

glukosa karena ternyata pada saat hiperglikemi gagal merangsang

sekresi insulin dalam jumlah yang cukup, obat-obat tersebut masih

mampu merangsang sekresi insulin pada dosis tinggi (Tony dan

Suharto, 2005). Mekanisme kerja sulfonilurea termasuk menurunkan

kadar glukagon dalam darah, meningkatkan pengikatan insulin pada

jaringan target dan reseptor, dan menghambat penghancuran insulin

oleh hati (Mycek et al., 2001).

Absorpsi derivat sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat

diberikan per oral. Setelah absorpsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan

Page 19: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

19

ekstrasel. Dalam darah sebagian terikat dalam protein darah terutama

albumin (70-90%). Glibenklamid dimetabolisme dalam hati, hanya

25% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui

empedu dan tinja. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih dari

serum sesudah 36 jam (Tony dan Suharto, 2005).

2) Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan

sulfonilurea, yaitu dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh sel

beta pankreas. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid

(derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini

diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan dieksresi

dengan cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia post

prandial.

2. Golongan Peningkat Sensitivitas Insulin (Insulin Sensitizing)

1) Biguanid (Metformin)

Bekerja dengan cara menurunkan glukosa darah darah melalui

pengaruhnya terhadap kerja insulin di tingkat seluler dan menurunkan

produksi glukosa darah hati. Metformin tidak memiliki efek stimulasi

pada sel beta pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia

dan penambahan berat badan (Babar and Skugor, 2009).

Page 20: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

20

2) Thiazolidinedione (TZD)

TZD bekerja meningkatkan sensitivitas otot, lemak dan hepar

terhadap insulin baik endogen maupun eksogen. Data mengenai efek

TZD dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pemakaian

monoterapi adalah penurunan A1C sebesar 0,5-1,4 %. Efek samping

yang paling sering dikeluhkan adalah penambahan berat badan dan

retensi cairan sehingga terjadi edema perifer dan peningkatan kejadian

gagal jantung kongestif.

3. Golongan Penghambat Glukoneogenesis

Metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa

perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.

Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi

ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien

dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro-

vaskular, sepsis, renjatan, gagal jantung). Metformin dapat

memberikan efek samping mual. Untuk mengurangi keluhan tersebut

dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus

diperhatikan bahwa pemberian metformin secara titrasi pada awal

penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau efek samping

obat tersebut (Perkeni, 2011).

Page 21: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

21

4. Golongan Penghambat α – Glukosidase

Acarbose

Bekerja secara lokal dan hampir tidak diabsorbsi. Penghambat α-

glukosidase bekerja menghambat kerja enzim α-glukosidase di saluran

pencernaan, sehingga pemecahan polisakharida di usus halus menjadi

monosakharida yang dapat diabsorpsi berkurang, dengan demikian

peningkatan kadar glukosa postprandial dihambat. Monoterapi dengan

penghambat α-glukosidase tidak mengakibatkan hipoglikemia.

Golongan ini tidak se-efektif metformin dan sulfonilurea dalam

menurunkan kadar glukosa darah; A1C dapat turun sebesar 0,5 – 0,8%.

Meningkatnya karbohidrat di usus besar mengakibatkan peningkatan

produksi gas dan keluhan gastrointestinal.

5. Insulin

Insulin merupakan obat tertua untuk diabetes, dan paling efektif

dalam menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis

adekuat, insulin dapat menurunkan kadar A1C sampai mendekati target

terapeutik. Tidak seperti obat hipoglikemik lain, insulin tidak memiliki

dosis maksimal. Terapi insulin berkaitan dengan peningkatan berat badan

dan hipoglikemia (Nathan et al., 2008).

Page 22: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

22

2.2.8 Mekanisme Streptozotocin Menginduksi Diabetes Mellitus

Induksi percobaan diabetes menggunakan streptozotocin sangat mudah

untuk dilakukan. Penyuntikan streptozotocin menyebabkan degradasi pulau

langerhans sel beta pankreas (Abeeleh et al., 2009). Streptozotocin secara selektif

terakumulasi di dalam sel beta pankreas melalui transporter glukosa GLUT2 yang

infinitasnya rendah, yang ada di dalam membran darah (Lenzen, 2008).

Mekanisme dari streptozotocin adalah terjadinya perpindahan gugus methyl dari

streptozotocin menuju molekul DNA, sehingga menyebabkan rantai DNA pada

sel beta pankreas terputus. Dalam upaya untuk memperbaiki DNA, poli (ADP-

ribose) polymerase distimulasi secara berlebihan sehingga menurunkan kadar

NAD+ dan ATP. Dengan menipisnya energi yang disimpan pada sel menyebabkan

kematian pada sel beta, sehingga menghambat sintesis pro-insulin dan

menginduksi terjadinya keadaan hiperglikemia. Streptozotocin menghambat

sekresi insulin dan menyebabkan insulin dependent diabetes mellitus (IDDM)

(Lenzen, 2008). Secara klinis, gejala dari diabetes pada tikus akan terlihat jelas

dalam 2-4 hari setelah penyuntikan secara intraperitoneal dengan dosis tunggal

(Abeeleh et al., 2009).

Streptozotocin juga mengaktivasi spesies oksigen reaktif seperti

superoksida (O2-), radikal hidroksil (

-OH) dan hidrogen peroksida (H2O2) (Li,

2001).

Page 23: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

23

Gambar 2.1 Struktur Kimia Streptozotocin

2.3 Tanaman Obat

2.3.1 Definisi Tanaman Obat

Tanaman rempah dan obat sudah lama dikenal banyak mengandung

senyawa fitokimia yang bermanfaat dalam pencegahan maupun pengobatan

penyakit (Winarti dan Nurjanah, 2005). Tanaman obat adalah tanaman yang

memiliki khasiat obat karena mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati

penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tetapi mengandung

efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi untuk mengobati dan

mencegah terjadinya penyakit (Esha Flora Plants and Tissue Culture, 2008).

Senyawa fitokimia yang terkandung dalam tanaman obat mempunyai

peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam

pencegahan penyakit degeneratif (Esha Flora Plants and Tissue Culture, 2008).

Page 24: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

24

2.3.2 Penggunaan Tanaman Obat

1. Waktu Pengumpulan

Untuk memperoleh bahan terbaik dari tanaman obat, perlu

diperhatikan waktu pengumpulan atau pemetikan bahan berkhasiat.

Pedoman waktu pengumpulan bahan secara umum :

a. Daun : dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum

buah menjadi masak.

b. Bunga : dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar

c. Buah : dipetik dalam keadaan masak

d. Biji : dikumpulkan dari buah yang masak sempurna

e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) :

dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhan berhenti.

2. Pencucian dan Pengeringan

Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih,

sebaiknya dengan air yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera

dimanfaatkan bila diperlukan pemakaian yang segar. Namun, bisa pula

dikeringkan untuk disimpan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi

kadar air dan mencegah pembusukan oleh bakteri. Bahan kering juga

mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

Pengeringan bahan obat :

a) Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat

dipotong-potong terlebih dahulu.

Page 25: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

25

b) Pengeringan dapat langsung dibawah sinar matahari atau memakai

pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan tidak

terlalu cepat.

c) Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mengangin-anginkan

bahan di tempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang

aliran udaranya baik (Tanaman obat, 2012).

2.4 Mengkudu

2.4.1 Ciri Umum Mengkudu

Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tumbuhan yang termasuk

dalam keluarga kopi-kopian (Rubiaceae). Mengkudu mulanya berasal dari

wilayah daratan Asia Tenggara, terpusat di Polinesia, India, dan Cina, kemudian

menyebar sampai ke Malaysia, Australia, New Zealand, Kepulauan Pasifik,

Tahiti, Hawai, Puerto Rico, Karibia, Kanada, sampai ke Indonesia. Semua bagian

mengkudu digunakan sebagai obat sejak jaman dahulu. Bahkan para tabib di

Kepulauan pasifik menganggap mengkudu sebagai tanaman suci. Hal itu

disebabkan khasiat obat yang dimilikinya dapat menyembuhkan berbagai jenis

penyakit. Tanaman mengkudu dikenal sebagai raja dari jenis buah yang ada

(Bangun, 2002; Dewi, 2012).

Tanaman mengkudu ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian

1500m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3-8 m, memiliki bunga bongkol

berwarna putih. Buah yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki

Page 26: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

26

totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik – bintik hitam

(Bangun, 2002; Dewi, 2012).

Gambar 2.2 Buah Mengkudu

Pohon mengkudu tidak begitu besar, tingginya antara 4-6 m. batang

bengkok-bengkok, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang yang

tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu-abuan atau cokelat kekuning-

kuningan, berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya bersegai empat. Kayu

mengkudu mudah sekali dibelah setelah dikeringkan. Bisa digunakan untuk

penopang tanaman lada (Bangun, 2002; Dewi, 2012).

Gambar 2.3 Pohon Mengkudu

Page 27: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

27

Berdaun tebal mengkilap. Daun mengkudu terletak berhadap-hadapan.

Ukuran daun besar-besar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-lanset, berukuran

15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek. Pangkal daun berbentuk

pasak. Urat daun menyirip. Warna hijau mengkilap, tidak berbulu. Pangkal daun

pendek, berukuran 0,5-2,5 cm. ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi

tiga lebar. Daun mengkudu dapat dimakan sebagai sayuran. Nilai gizi tinggi

karena banyak mengandung vitamin A (Bangun, 2002; Dewi, 2012).

Gambar 2.4 Daun Mengkudu

Kelopak bunga tumbuh menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam

bahkan ada yang berdiameter 7,5-10 cm. Permukaan buah seperti terbagi dalam

sel-sel poligonal (segi banyak) yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula

buah berwarna hijau, menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah

matang, warnanya putih transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-

buah batu berbentuk piramida, berwarna cokelat merah. Setelah lunak, daging

buah mengkudu banyak mengandung air yang aromanya seperti keju busuk. Bau

itu timbul karena pencampuran antara asam kaprik dan asam kaproat (senyawa

Page 28: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

28

lipid atau lemak yang gugusan molekulnya mudah menguap, menjadi bersifat

seperti minyak atsiri) yang berbau tengik dan asam kaprilat yang rasanya tidak

enak. Diduga kedua senyawa ini bersifat aktif sebagai antibiotik (Bangun, 2002;

Dewi 2012).

Klasifikasi botani Mengkudu menurut Nelson (2006) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Filum : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentinales

Famili : Rubiaceae

Subfamili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Species : Morinda Citrifolia

2.4.2 Komposisi Mengkudu

Kandungan mengkudu dapat dijelaskan sebagai berikut (Nayak, 2007;

Dewi, 2012) :

Terpenoid, senyawa hidrokarbon isometrik yang juga terdapat pada lemak

/ minyak esensial (essential oils), membantu tubuh dalam proses sintesis

organik dan pemulihan sel-sel tubuh.

Page 29: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

29

Zat asam, seperti asam askorbat yang terdapat dalam buah mengkudu

merupakan sumber Vitamin C, antioksidan kuat yang berfungsi untuk

menetralisir radikal bebas.

Nutrisi, mengkudu dikatakan sebagai bahan makanan bergizi lengkap. Zat

nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan

mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun

mengkudu.

Scopoletin, berfungsi untuk memperlebar pembuluh darah yang

mengalami penyempitan dan melancarkan peredaran darah. Selain itu juga

terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri, bersifat fungisida,

berfungsi sebagai anti-peradangan dan anti-alergi.

Zat anti kanker, damnacanthal yang terdapat pada mengkudu diyakini

paling efektif melawan sel-sel abnormal.

Zat pewarna, kulit akar mengkudu mengandung zat pewarna merah yang

diberi nama morindon dan morindin.

Selenium, salah satu mineral yang banyak terdapat pada mengkudu dan

merupakan antioksidan yang hebat.

Flavonoid, golongan senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan.

Antioksidan melindungi jaringan terhadap kerusakan oksidatif akibat

radikal bebas, yang berasal dari proses-proses dalam atau dari luar tubuh,

dan memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan

efektivitas vitamin C).

Page 30: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

30

Zat anti bakteri, yang terkandung dalam buah mengkudu telah terbukti

dapat mematikan bakteri penyebab infeksi, seperti Pseudomonas

aeruginosa, Proteus morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,

dan Escherichia coli. Penelitian lebih lanjut menunjukkan zat anti bakteri

dalam mengkudu dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti

Salmonella dan Shigella.

Xeronin dan Proxeronin, merupakan salah satu alkaloid penting yang

terdapat dalam buah mengkudu. Xeronin juga dihasilkan oleh tubuh

namun dalam jumlah yang terbatas. Xeronin berfungsi untuk

mengaktifkan enzim yang mengatur fungsi protein dalam sel. Buah

mengkudu hanya mengandung sedikit xeronin, tetapi mengandung bahan

pembentuk (prekursor) xeronin, yaitu proxeronin dalam jumlah besar. Di

dalam tubuh manusia (usus) enzim proxeronase dan zat-zat lain akan

mengubah proxeronin menjadi xeronin. Fungsi utama xeronin adalah

mengatur bentuk dan rigiditas (kekerasan) protein-protein spesifik yang

terdapat di dalam sel. Hal ini penting mengingat bila protein-protein

tersebut berfungsi abnormal maka tubuh kita akan mengalami gangguan

kesehatan.

2.4.3 Manfaat Mengkudu

Berdasarkan penelitian secara seksama yang telah dilakukan oleh banyak

peneliti, terdapat lebih dari 61 senyawa berkhasiat yang dikandung dalam buah

mengkudu. Senyawa-senyawa ini bekerja secara sinergis satu sama lain. Beberapa

Page 31: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

31

senyawa dalam buah mengkudu berperan aktif dalam pengobatan penyakit

tertentu secara bersamaan (Dalimartha, 2001; Vaillant et al., 2007).

Riset medis tentang khasiat mengkudu dimulai pada tahun 1950, dengan

ditemukannya zat anti bakteri terhadap Echerchia coli, M. pyrogenes dan P.

aeruginosa. Pada tahun 1972, Heinicke menemukan senyawa xeronin dan

proxeronin dalam jumlah besar pada buah mengkudu, senyawa ini merupakan zat

penting dalam tubuh yang mengatur fungsi dan bentuk protein spesifik sel-sel

tubuh. Pada tahun 1980, mengkudu terbukti dapat menurunkan tekanan darah.

Pada tahun 1993, peneliti menemukan zat anti kanker (Damnacanthal) dalam buah

mengkudu (Bangun, 2002; Dewi, 2012).

2.4.4 Efek Buah Mengkudu terhadap Kadar Glukosa Darah

Keadaan hiperglikemia pada DM dapat meningkatkan konsentrasi radikal

bebas dalam tubuh, melalui beberapa mekanisme yaitu jalur autooksidasi glukosa,

jalur glikosilasi protein, dan jalur aktivasi poliol. Pada jalur Poliol, glukosa diubah

menjadi sorbitol dengan bantuan enzim aldose reduktase, selain itu terjadi

pembentukan advance glucosylation end products (AGEPs) dari fruktosa-3-fosfat

dan 3-deoksiglucosone yang mana jika berikatan dengan reseptor AGEPs akan

terbentuk radikal bebas. Sel beta pankreas akan mengalami kerusakan bila sering

terpapar radikal bebas dan hal tersebut akan berefek pada penurunan produksi

insulin (Soegondo, 1999).

Page 32: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

32

Mengkudu mengandung banyak zat aktif yang sangat berguna bagi

kesehatan tubuh. Zat aktif yang memiliki khasiat untuk menurunkan kadar

glukosa darah adalah xeronin dan flavonoid (Blanco et al., 2005).

Buah mengkudu mengandung sedikit xeronin, tetapi banyak mengandung

proxeronin yang berfungsi sebagai prekursor xeronin (Blanco et al., 2005).

Xeronin berfungsi untuk meregenerasi sel dan reseptor sel tubuh, termasuk

pankreas yang menghasilkan insulin sebagai regulator glukosa darah (Wang et

al., 2002; Heinicke, 2008).

Buah mengkudu juga mengandung flavonoid yang berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat mencegah komplikasi atau progresifitas DM dengan

cara membersihkan radikal bebas yang berlebih, memutuskan rantai radikal bebas

(Soewonto, 2001) dan memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose

reduktase (Mills and Bone, 2002). Dengan peran flavonoid sebagai antioksidan

maka produksi radikal bebas dalam tubuh berkurang. Flavonoid juga berperan

dalam memperbaiki kerusakan pada sel beta pankreas sehingga pankreas dapat

kembali mensekresi insulin, yang berefek pada penurunan kadar glukosa darah

(Mahendra, 2007; Choi et al., 2009; Oben, 2009).

2.4.5 LD50 Ekstrak Etanol Buah Mengkudu

Efek toksik suatu bahan obat dapat ditentukan dengan menghitung LD50

(Lethal Dose 50), artinya dosis yang dapat membunuh 50% binatang percobaan.

Semakin tinggi nilai LD50, berarti bahan obat tersebut semakin aman untuk

dikonsumsi. Dalam literatur didapatkan bahwa LD50 ekstrak buah mengkudu

Page 33: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

33

adalah 5,39 gr/kgBB tikus putih jantan. Hal ini berarti LD50 ekstrak buah

mengkudu cukup tinggi sehingga aman untuk dikonsumsi (Waspodo, 2000).

Page 34: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

34

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Penuaan merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari dan pasti

dialami setiap individu. Proses penuaan yang disertai dengan penurunan berbagai

fungsi organ tubuh dapat memicu munculnya penyakit degeneratif, salah satu

yang akhir-akhir ini meningkat prevalensinya adalah penyakit diabetes mellitus.

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis, yang disebabkan adanya

kelainan metabolisme karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan

dengan baik dan menumpuk dalam pembuluh darah karena pankreas tidak cukup

memproduksi insulin untuk metabolisme glukosa darah dan tubuh yang tidak

dapat secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi tersebut, sehingga

menyebabkan keadaan hiperglikemia.

Faktor internal berupa genetik, metabolisme tubuh yang lambat dan

hormonal maupun faktor eksternal berupa asupan makanan tinggi karbohidrat dan

kurangnya olahraga berperan pada peningkatan kadar glukosa darah.

Mengkudu adalah tanaman obat yang mengandung zat aktif xeronin dan

flavonoid yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Xeronin berfungsi

untuk meregenerasi sel dan reseptor sel tubuh, termasuk pada pankreas.

Sedangkan flavonoid berperan sebagai antioksidan sehingga produksi radikal

bebas dalam tubuh berkurang, selain itu juga berperan dalam memperbaiki

Page 35: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

35

kerusakan pada sel beta pankreas sehingga mempunyai efek menurunkan kadar

glukosa darah.

3.2 Konsep

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian pustaka maka disusun

kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 3.1 Konsep Penelitian

Keterangan Gambar :

Diteliti

------------------ Tidak diteliti

FAKTOR EKSTERNAL

Asupan makanan

(diet tinggi KH)

Kurang olahraga

FAKTOR INTERNAL

Genetik

Metabolisme tubuh

yang lambat

Hormonal

Ekstrak Buah

Mengkudu

Kadar Glukosa Darah

Tikus DM

Page 36: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

36

3.3 Hipotesis Penelitian

Pemberian ekstrak buah mengkudu secara oral dapat menurunkan kadar

glukosa darah tikus diabetes mellitus.

Page 37: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimental, dengan

pretest posttest control group design (Pocock, 2008). Pengambilan sampel

dilakukan secara random, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok.

Rancangan penelitian dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :

O1 P0 O2

P S R

O3 P2 O4

Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

O1 = Observasi kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol pre test

O2 = Observasi kadar glukosa darah sewaktu kelompok kontrol post test

O3 = Observasi kadar glukosa darah sewaktu kelompok perlakuan pre test

O4 = Observasi kadar glukosa darah sewaktu kelompok perlakuan post test

P0 = diberi perlakuan dengan plasebo (aquades 2 cc)

P1 = diberi perlakuan dengan 1000 mg/kgBB ekstrak etanol buah mengkudu

dengan volume 2 cc

Page 38: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

38

Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah

5 ml per ekor tikus yang beratnya ± 200 gr (Ngatidjan, 2006).

Perhitungan dosis yang digunakan selama penelitian adalah sebagai berikut :

- Dosis Streptozotocin untuk menimbulkan keadaan diabetik pada tikus

putih adalah 50 mg/kgBB;

Dosis untuk tikus 200 gr = (200/1000) x 50 mg = 10 mg / ekor

- Dosis ekstrak etanol buah mengkudu sebagai antidiabetik pada tikus

adalah 1000 mg/kgBB;

Dosis untuk tikus 200 gr = (200/1000) x 1000 mg = 200 mg / ekor

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 60 hari pada bulan Mei – Juli 2013.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah tikus putih jantan sesuai dengan sampel

yang telah ditentukan dalam penelitian, yang dikondisikan dalam keadaan

diabetes.

Page 39: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

39

4.3.2 Kriteria Subjek

4.3.2.1 Kriteria Inklusi :

Tikus putih jantan Rattus norvegicus dari galur wistar

Kondisi diabetes, dengan kadar glukosa darah sewaktu ≥200mg/dL

Umur 2 – 3 bulan

Berat badan tikus ± 200 gr

4.3.2.2 Kriteria Drop Out :

Apabila tikus mati pada saat penelitian

4.4 Penentuan Besar dan Cara Pengambilan Sampel

4.4.1 Penentuan Besar Sampel

Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus

(Pocock, 2008)

2 σ2

Rumus : n = x f (α,β)

(µ2 - µ1)2

Keterangan :

n = jumlah sampel

σ = simpangan baku (SD) = 21,068

α = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

tingkat kemaknaan (1- α) = 0,95

β = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)

f (α,β) = nilai pada tabel (= 10,5)

Page 40: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

40

µ1 = rerata glukosa darah puasa sebelum perlakuan = 137,5

µ2 = rerata glukosa darah puasa setelah perlakuan = 89,8

(Henri, 2010)

Berdasarkan rumus di atas didapatkan sampel tiap kelompok sebesar 4,1

ekor, dibulatkan menjadi 5 ekor. Untuk menghindari drop out maka ditambah

10% sehingga sampel menjadi 5,5 ekor dibulatkan menjadi 6 ekor / kelompok,

sehingga total jumlah sampel menjadi 12 ekor.

4.4.2 Cara Pengambilan Sampel

Diambil 12 ekor tikus putih jantan sesuai kriteria inklusi, kemudian

dikelompokkan menjadi 2 kelompok secara random, yaitu :

- kelompok kontrol yang diberi aquades.

- kelompok perlakuan yang diberi 200 mg ekstrak etanol buah mengkudu.

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Klasifikasi Variabel

a. Variabel bebas : ekstrak etanol buah mengkudu

b. Variabel tergantung : kadar glukosa darah sewaktu

c. Variabel kendali : strain, jenis kelamin, umur dan BB tikus

4.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Tikus jantan diabetes mellitus adalah tikus yang dibuat menjadi

diabetes dengan pemberian dosis tunggal Streptozotocin 10 mg/ekor,

Page 41: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

41

disuntikkan secara intraperitoneal, sehingga kadar glukosa darah

sewaktu menjadi ≥ 200 mg/dL (Animalarticle, 2011).

2. Streptozotocin adalah suatu nitrosourea analog, yang disintesis oleh

bakteri Streptomycetes archromogenes, yang memiliki efek

diabetogenik dengan menyebabkan kerusakan sebagian sel beta

pankreas, disuntikkan secara intraperitoneal, dengan dosis tunggal 10

mg/ekor.

3. Kadar glukosa darah sewaktu adalah kadar gula darah tikus putih yang

diukur 2 jam setelah makan. Pengukuran kadar gula darah dilakukan

dengan cara mengambil darah tikus putih diabetes melalui medial

canthus sinus orbitalis dengan menggunakan tabung mikro kapiler

sebanyak 1 ml tiap ekor. Kemudian diperiksa kadar gula darahnya

pada laboratorium klinik dengan metode glucose oxidase.

4. Ekstrak etanol buah mengkudu adalah ekstrak yang dibuat dari buah

mengkudu yang sudah masak, diekstraksi dengan larutan etanol 96%,

dan dilarutkan dalam aquades, diberikan satu kali sehari, dengan

menggunakan sonde, sebanyak 2 cc yang setara dengan dosis

200mg/200grBB, kepada tikus diabetes selama 7 hari.

5. Placebo adalah cairan aquades yang diberikan satu kali sehari dengan

menggunakan sonde, sebanyak 2 cc kepada tikus diabetes selama 7

hari.

Page 42: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

42

4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian

Bahan :

1. Makanan ternak (sentrat 594)

2. Plasebo (aquades)

3. Streptozotocin

4. Ekstrak etanol buah mengkudu

Instrumen :

1. Kandang tikus

2. Tabung mikrohematokrit

3. Spuit injeksi 3cc

4. Sonde lambung

5. Alat fiksasi tikus

6. Alat timbangan

7. Mixer Maserasi - Homogizer

8. Kertas saring Whatman

9. Rotary evaporator

10. Buku dan alat pencatatan data

Hewan Percobaan :

- Tikus jantan galur Wistar, usia 2 - 3 bulan dan berat ± 200 gr

Page 43: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

43

4.7 Prosedur Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu

Prosedur pembuatan ekstrak etanol buah mengkudu (Dewi, 2012) :

1. Buah mengkudu yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

mengkudu segar yang diperoleh dari daerah Bogor pada bulan Mei 2013.

2. Buah mengkudu diseleksi, dibersihkan, dan diambil zat aktifnya dengan

cara ekstraksi.

3. Ekstraksi dilakukan dengan memotong kecil-kecil buah mengkudu yang

telah bersih.

4. Potongan buah mengkudu dikeringkan selama 2–3 hari dalam oven.

5. Potongan buah mengkudu yang sudah kering, dihaluskan, kemudian

dimaserasi dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:5

(berat/volume) selama 24 jam, kemudian disaring dengan kertas saring.

6. Residu dimaserasi sekali lagi dengan cara yang sama, dengan tujuan untuk

memaksimalkan penarikan zat aktif pada bahan yang akan diekstraksi.

7. Ekstrak atau filtrat hasil maserasi ditampung menjadi satu, kemudian

diuapkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada suhu 45-

50ºC, sampai pelarut habis menguap, sehingga diperoleh ekstrak kasar

buah mengkudu.

Page 44: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

44

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Pemeliharaan Tikus Percobaan

Pemeliharaan tikus percobaan dilakukan di Laboratory Animal Unit

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan

memperhatikan hal berikut :

1. Tikus dipelihara dalam ruangan yang berventilasi cukup,

dikandangkan masing-masing secara individu.

2. Suhu ruangan berkisar 28o-32

o C.

3. Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum dalam bentuk

pellet dan pakan tikus.

4. Setiap hari dilakukan pembersihan kandang, untuk menjaga kesehatan

tikus percobaan.

5. Penerangan diatur dengan siklus 12 jam terang dan 12 jam gelap

(siklus terang dimulai jam 06.00 pagi sampai dengan 18.00 petang).

4.8.2 Pelaksanaan Pemeriksaan

1. Diambil 15 ekor tikus putih jantan galur wistar yang berumur 2 – 3

bulan dengan berat ± 200 gram

2. Semua tikus diadaptasikan selama 7 hari terlebih dahulu sebelum

diberi perlakuan

3. Pada hari ke-8, semua tikus dipuasakan selama 8 jam, lalu diberi

suntikan streptozotocin dosis tunggal 10 mg/ekor secara intraperitoneal

Page 45: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

45

untuk membuat keadaan diabetes mellitus (DM), dengan kadar glukosa

darah sewaktu ≥ 200 mg/dL.

4. Setelah 3 hari, semua tikus diambil darahnya sebanyak 1 ml melalui

medial canthus sinus orbitalis, untuk diperiksa kadar glukosa darah

sewaktu sebelum perlakuan.

5. Diambil 12 ekor tikus dengan diabetes mellitus (glukosa darah ≥

200mg/dL)

6. Semua tikus diabetes dengan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200

mg/dL kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara random, yaitu :

- kelompok 1 sebagai kelompok kontrol (PO)

- kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan (P1)

7. Semua kelompok tikus diberi perlakuan menurut kelompoknya, yaitu :

a) Kelompok 1

Selama periode perlakuan (7 hari) tikus diberi makanan standar

secara ad libitum.

Di samping pemberian makanan standar tikus juga diberikan

aquades 2 cc secara sonde.

Setelah 7 hari perlakuan (hari ke-19 sejak penelitian dimulai),

semua tikus dari kelompok 1 diambil serum darahnya untuk

diperiksa kadar glukosa darah sewaktu setelah perlakuan.

b) Kelompok 2 :

Selama periode perlakuan (7 hari) tikus diberi makanan standar

secara ad libitum.

Page 46: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

46

Di samping pemberian makanan standar tikus diberikan ekstrak

etanol buah mengkudu (200mg/200grBB) sebanyak 2 cc secara

sonde.

Setelah 7 hari perlakuan (hari ke-19 sejak penelitian dimulai),

semua tikus dari kelompok 2 diambil serum darahnya untuk

diperiksa kadar glukosa darah sewaktu setelah perlakuan.

8. Dilakukan analisis data untuk membandingkan hasil dari kedua

kelompok tikus tersebut.

4.8.3 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

a. Darah vena diambil melalui medial canthus sinus orbitalis sekitar 1 ml

dengan menggunakan tabung mikro kapiler.

b. Darah kemudian diperiksa di laboratorium klinik dengan

menggunakan metode glucose oxidase, yaitu 1 ml darah tikus putih di

centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit kemudian

diambil serumnya. Kurang lebih 0,5 ml serum dimasukkan ke dalam

sample cup, kemudian dimasukkan ke dalam alat pemeriksa (stardust)

dan didapatkan kadar gula darah tikus putih dengan satuan mg/dL.

Page 47: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

47

4.9 Alur Penelitian

Tikus jantan sehat 15 ekor, BB ± 200gr, 2-3 bulan

Adaptasi 7 hari

Hari ke-8, tikus dipuasakan selama 8 jam, lalu disuntikkan streptozotocin

10mg/200grBB tikus, dilihat 3 hari kemudian

Hari ke-11, diperiksa kadar glukosa darah sewaktu pre test

Dipilih 12 ekor tikus dengan kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL, lalu dibagi ke

dalam 2 kelompok, masing-masing 6 ekor

7 hari

Setelah pelakuan 7 hari (hari ke-19) diperiksa kadar glukosa darah sewaktu post test

Gambar 4.2. Alur penelitian

Kontrol

(Aquades)

Ekstrak Etanol

Buah Mengkudu

Page 48: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

48

4.10 Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah – langkah sebagai

berikut :

1. Analisis deskriptif

2. Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk.

Data berdistribusi normal karena (p) > 0,05.

3. Uji homogenitas varian dengan Uji Levene (Uji F).

Varian data homogen karena (p) > 0,05.

4. Uji komparasi. Data menyebar normal maka digunakan Uji t untuk

menguji hipotesis.

5. Data diolah dengan program SPSS Version 20 for windows.

Page 49: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

49

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 12 ekor tikus putih jantan Rattus

norvegicus dari galur wistar yang berumur 2-3 bulan, berat badan ± 200gram, dan

diinduksi diabetes sebagai sampel, yang terbagi menjadi 2 kelompok masing-

masing berjumlah 6 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol yang diberi 2 cc aquades

dan kelompok perlakuan yang diberi 2 cc ekstrak etanol buah mengkudu. Dalam

pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji

komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data kadar glukosa darah sewaktu baik sebelum perlakuan maupun sesudah

perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji

Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada

Tabel 5.1.

Tabel 5.1

Hasil Uji Normalitas Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu masing-masing Kelompok

Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok perlakuan n p Keterangan

Page 50: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

50

Kadar Glukosa Darah Kontrol pre

Kadar Glukosa Darah Ekstrak Mengkudu pre

Kadar Glukosa Darah Kontrol post

Kadar Glukosa Darah Ekstrak Mengkudu post

6

6

6

6

0,774

0,479

0,178

0,133

Normal

Normal

Normal

Normal

5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok

Data kadar glukosa darah sewaktu antar kelompok baik sebelum perlakuan

maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan Levene’s test.

Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Hasil Uji Homogenitas antar Kelompok Data Kadar Glukosa Darah Sewaktu Sebelum

dan Sesudah Diberikan Perlakuan

Variabel F p Keterangan

Kadar Glukosa Darah Sewaktu pre

Kadar Glukosa Darah Sewaktu post

2,72

2,23

0,130

0,166

Homogen

Homogen

5.3 Uji Komparabilitas Kadar Glukosa Darah Sewaktu

5.3.1 Analisis Efek antar Kelompok Sebelum Perlakuan

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar glukosa darah

sewaktu antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol buah

Page 51: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

51

mengkudu. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.3

berikut.

Tabel 5.3

Rerata kadar glukosa darah sewaktu antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok subjek n

Rerata

kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dL)

SB t

p

Aquades

Ekstrak mengkudu

6

6

319,33

320,49

12,66

18,11

0,129 0,900

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar glukosa darah sewaktu

kelompok kontrol (aquades 2 cc) adalah 319,3312,66 mg/dL dan rerata kelompok

perlakuan dengan ekstrak etanol buah mengkudu adalah 320,4918,11 mg/dL. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 0,129 dan nilai p =

0,900. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa

ekstrak etanol buah mengkudu, rerata kadar glukosa darah sewaktunya tidak berbeda

secara bermakna (p > 0,05).

5.3.2 Analisis Efek Perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar glukosa darah sewaktu

antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol buah mengkudu.

Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

Page 52: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

52

Tabel 5.4

Rerata Kadar Glukosa Darah Sewaktu antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan

Kelompok subjek n

Rerata

kadar glukosa darah

sewaktu (mg/dL)

SB t

p

Aquades

Ekstrak Mengkudu

6

6

321,01

272,70

12,08

39,16

2,89 0,016

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar glukosa darah sewaktu

kelompok kontrol (aquades 2 cc) adalah 321,0112,08 mg/dL dan rerata kelompok

perlakuan dengan ekstrak etanol buah mengkudu adalah 272,7039,16 mg/dL. Analisis

kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 2,89 dan nilai p =

0,016. Hal ini berarti bahwa rerata kadar glukosa darah sewaktu kedua kelompok

sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol buah mengkudu berbeda secara

bermakna (p < 0,05).

Page 53: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

53

Ka

da

r

glu

ko

sa

d

ar

ah

m

g/

dL

Gambar 5.1 Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Sebelum dan Sesudah

Pemberian Ekstrak Etanol Buah Mengkudu pada Kedua Kelompok

Gambar 5.1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar glukosa darah

sewaktu pada kelompok perlakuan dengan ekstrak etanol buah mengkudu, sedangkan

pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah sewaktu.

Page 54: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

54

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih

jantan Rattus norvergicus galur wistar, usia 2-3 bulan, dengan berat badan ± 200

gram, yang diinduksi diabetes. Penggunaan tikus jantan sebagai subjek

disebabkan karena sifatnya lebih stabil, tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi

dan kehamilan seperti pada tikus betina. Tikus usia 2,5 bulan memiliki persamaan

dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan

intrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Jumlah sampel yang digunakan adalah 12 ekor tikus, yang dibagi menjadi

2 (dua) kelompok masing-masing 6 ekor tikus, yaitu kelompok kontrol (aquades 2

cc) dan kelompok perlakuan dengan ekstrak etanol buah mengkudu.

6.2 Pemberian Streptozotocin

Streptozotocin merupakan zat diabetogenik yang biasanya digunakan pada

hewan percobaan. Induksi percobaan diabetes menggunakan streptozotocin sangat

mudah untuk dilakukan. Penyuntikan streptozotocin menyebabkan degradasi

sebagian dari pulau Langerhans sel beta pankreas (Abeeleh et al., 2009).

Streptozotocin secara selektif terakumulasi di dalam sel beta pankreas melalui

transporter glukosa GLUT2 yang infinitasnya rendah, yang ada di dalam membran

darah. Streptozotocin menghambat sekresi insulin dan menyebabkan insulin

Page 55: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

55

dependent diabetes mellitus (IDDM) (Lenzen, 2008). Secara klinis, gejala dari

diabetes pada tikus akan terlihat jelas dalam 2-4 hari setelah penyuntikan secara

intraperitoneal dengan dosis tunggal. Pada penelitian ini kedua kelompok tikus

wistar disuntikkan streptozotocin secara intraperitoneal, dengan dosis tunggal 10

mg/200grBB tikus, setelah sebelumnya tikus dipuasakan selama 8 jam. Setelah

menunggu 3 hari, tikus kembali diambil darahnya untuk diukur kadar glukosa

darah sewaktu. Tikus dapat dikatakan diabetes jika kadar glukosa darah sewaktu

di atas 200 mg/dL (Animalarticle, 2011).

6.3 Ekstrak Mengkudu Menurunkan Kadar Glukosa Darah Sewaktu

Pada penelitian ini kelompok perlakuan diberi ekstrak buah mengkudu

1000 mg/kgBB selama 7 hari. Pengambilan dosis 1000 mg/kgBB didasarkan atas

penelitian yg sudah pernah dilakukan sebelumnya dimana dosis 500 mg/kgBB

tidak menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna.

Pada penelitian ini terdapat penurunan kadar glukosa darah sewaktu yang

signifikan pada tikus wistar yang diinduksi diabetes dengan streptozotocin dosis

tunggal secara intraperitoneal setelah diberikan ekstrak etanol buah mengkudu

secara oral.

Hal ini disebabkan karena mengkudu mengandung banyak zat aktif yang

sangat berguna bagi kesehatan tubuh, antara lain: asam kaproat, asam

asperulosidik, asam askorbik, asam kaprilik, etil kaproat, asam heksanoat, asam

oktanoat, etil kaprilat, glukopiranosa, flavonoid, proxeronin dan xeronin. Zat aktif

Page 56: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

56

yang memiliki khasiat untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah xeronin dan

flavonoid (Blanco et al., 2005).

Buah mengkudu mengandung sedikit xeronin, tetapi banyak mengandung

proxeronin yang berfungsi sebagai prekursor xeronin (Blanco et al., 2005).

Xeronin berfungsi untuk meregenerasi sel dan reseptor sel tubuh, termasuk

pankreas yang menghasilkan insulin sebagai regulator glukosa darah (Wang et

al., 2002; Heinicke, 2008).

Buah mengkudu juga mengandung flavonoid yang berperan sebagai

antioksidan sehingga dapat mencegah komplikasi atau progresivitas DM dengan

cara membersihkan radikal bebas yang berlebih, memutuskan rantai radikal bebas

(Soewonto, 2001) dan memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose

reduktase (Mills and Bone, 2002). Dengan peran flavonoid sebagai antioksidan

maka produksi radikal bebas dalam tubuh berkurang. Flavonoid juga berperan

dalam memperbaiki kerusakan pada sel beta pankreas sehingga pankreas dapat

kembali mensekresi insulin, yang berefek pada penurunan kadar glukosa darah

(Mahendra, 2007; Choi et al., 2009; Oben, 2009).

Keadaan hiperglikemia pada DM dapat meningkatkan konsentrasi radikal

bebas dalam tubuh, melalui beberapa mekanisme yaitu jalur autooksidasi glukosa,

jalur glikosilasi protein, dan jalur aktivasi poliol. Pada jalur Poliol, glukosa diubah

menjadi sorbitol dengan bantuan enzim aldose reduktase, selain itu terjadi

pembentukan advance glucosylation end products (AGEPs) dari fruktosa-3-fosfat

dan 3-deoksiglucosone yang mana jika berikatan dengan reseptor AGEPs akan

terbentuk radikal bebas. Sel beta pankreas akan mengalami kerusakan bila sering

Page 57: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

57

terpapar radikal bebas dan hal tersebut akan berefek pada penurunan produksi

insulin (Soegondo, 1999).

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa ekstrak etanol buah mengkudu

memiliki efek penurunan kadar glukosa darah sewaktu lebih besar daripada

kelompok kontrol. Penurunan kadar glukosa darah ini diduga disebabkan oleh

peningkatan sekresi insulin yang mungkin terjadi akibat adanya proses regenerasi

sel beta pankreas dengan bantuan bahan aktif yang terkandung dalam buah

mengkudu. Hal ini dapat dibuktikan lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan

terhadap kadar C-peptide yang diproduksi bersamaan dengan insulin dari

proinsulin (Weyer et al., 2000). Faktor lain yang diduga menurunkan kadar

glukosa darah adalah terjadinya penurunan resistensi insulin oleh adanya

kandungan antioksidan kuat dalam ekstrak buah mengkudu. Pada kondisi

hiperglikemia, pembentukkan ROS meningkat disertai dengan ekspresi Tumour

necrosis factor-α (TNF-α) yang kemudian memperparah stres oksidatif. Stres

oksidatif dapat menyebabkan terjadinya komplikasi diabetes dan akan semakin

memperparah kondisi penderita diabetes. Untuk itu normalisasi kadar ROS di

dalam mitokondria sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan oksidatif

lebih lanjut. Namun bagaimana mekanisme kerjanya secara pasti masih belum

diketahui dengan jelas sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Page 58: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

58

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian pemberian ekstrak etanol

buah mengkudu pada tikus jantan galur wistar didapatkan simpulan sebagai

berikut : Pemberian ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) secara oral dapat

menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes mellitus.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pembanding kontrol positif

berupa obat hipoglikemik oral.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimal

ekstrak etanol buah mengkudu terhadap penurunan kadar glukosa darah

dan mekanisme kerja ekstrak mengkudu secara lebih detail.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada manusia untuk mendapatkan

data yang lebih terpercaya sehingga penggunaannya lebih efektif dan

tepat guna.

Page 59: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

59

DAFTAR PUSTAKA

Abeeleh, M.A., Ismail, Z.B., Alzaben, K.R., Abu-halaweh, S.A., Al-Essa, M.K., Abuabeeleh, J., Alsmady, M.M. 2009. Induction of Diabetes Mellitus in Rats Using Intraperitoneal Streptozotocin : A Comparison between 2 Strains of Rats. European Journal of Scientific Research. Vol 32(3) : 398-402.

Amri, A.B. 2009. UI Bangun Pusat Studi Penelitian. Available from : http://nasional.vivanews.com/news/read/76514ui_bangun_pusat_studi_penuaan. Accessed at 10/11/2012.

Animalarticle. 2011. Normal Rat Blood Glucose Level. Available at : www.animalarticle.info/Normal-Rat-Blood-Glucose-Level. Accessed at 06/21/2012.

Anonim. 2011. Diabetes Mellitus Type 2. Available at : www.newsmedical.net/health/Diabetes-Mellitus-Type-2-Pathophysiology. Accessed at 02/08/2012.

Babar, T., and Skugor, M. 2009. Diabetes Mellitus Treatment. Current Clinical Medicine. 2nd Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. p. 358-363.

Bangun, A.P. 2002. Khasiat dan Manfaat Mengkudu. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Baskoro, A., and Konthen, P.G. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah Lengkap pada 5th Bali Endrocrine Update 2nd Bali Aging and Geriatric Update Symposium. Bali 11-13 April 2008.

Bhat, M., Zinjarde, S.S., Bhargava, S.Y., Kumar, A.R., Joshi, B.N. 2011. Antidiabetic Indian Plants : A Good Source of Potent Amylase Inhibitors. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Vol 2011.

Blanco, Y.C., Vaillant, F., Perez, A.M., Reynes, M., Brilloute, J.M., Brat, P. 2005. The Noni Fruit (Morinda citrifolia L.): A review of agricultural research, nutritional and therapeutic properties. Available from : www.personal.psu.Edu/szn109/MARDI/noni1.pdf. Accessed at 10/11/2012.

Buse, J.B., and Polonsky, K.S. 2003. Disorders of Carbohydrate and Lipid Metabolism – Type 2 Diabetes Mellitus. William Texbook of Endrocrinology. 10th Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders. p.805-832.

Chew, S.L., and Leslie, D. 2006. Diabetes Mellitus. Clinical Endrocrinology and Diabetes. London : Churchill Livingstone Elsevier. p.56-57.

Choi, S.J., Kang, S.W., Li, J., Kim, J.L., Bae, J.Y., Kim, D.S., Shin, S.Y., Jun,

J.G., Wang, M.H., Kang, Y.H. 2009. Blockade of Oxidized LDL-

Triggered Endothelial Apoptosis by Quercetin and Rutin through

Differential Signaling Pathways Involving. Journal of Agricultural and

Food Chemistry. Vol 57(5) : 2079-86.

Page 60: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

60

Dalimartha, N.S. 2001. 36 Resep Tumbuhan untuk Menurunkan Kolesterol.

Jakarta : Penebar Swadaya.

Depkes. 2008. Laporan Nasional : Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Available at : www.ppid.depkes.co.id/index. Accessed at 10/11/2012.

Dewi, N. 2012. Budidaya, Khasiat & Cara Olah Mengkudu Untuk Mengobati Berbagai Penyakit. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Baru Press.

Esha Flora Plants and Tissue Culture. 2008. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan. Available at : indonesia-herbal.blogspot.com/2008/11 /tanaman-obat-indonesia-untuk-pengobatan.html. Accessed at 10/11/2012.

Fowler, B.D. 2003. Anti-Aging Medical Teurapeutics : Functional and Biological Markers of Aging. American Academy of Anti Aging Medicine. Vol 5 : 43-52.

Gerich, J.E. 1998. The Genetic Basis of Type 2 Diabetes Mellitus: Impaired Insulin Secretion versus Impaired Insulin Sensitivity. Endocrine Reviews. Vol. 19: 491-503.

Heinecke, R. 2008. Xeronin and Cell Regeneration. Available from : www.resorthealth.com/research/heinecke.html. Accessed at 12/11/2012.

Henri, C. 2010. “Perbandingan Kombinasi Infusa Sambiloto, Mengkudu, Biji

Alpukat, Kumis Kucing, Kombinasi keji Beling, Lidah Buaya, Sambiloto,

Mahkota Dewa, serta Kombinasinya sebagai Anti Diabetik pada Mencit

yang diinduksi Aloksan” (tesis). Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Hoogwert, B.J. 2009. Diabetes Mellitus: Disease Management. Current Clinical Medicine. 2nd Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier. p.350-354.

Karyani, I. 2003. Mencegah Penyakit Degeneratif Dengan Makanan. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta, Vol : 140.

Lenzen, S. 2008. Review : The Mechanisms of Alloxan and Streptozotocin- induced Diabetes. Diabetologia. Vol 51 : 216-226.

Li, L. 2001. Streptozotocin in Free Radical and Biology Program. Iowa : The

University of Iowa. p. 3-4.

Mahendra, B., Rachmawati, N.H., Evi. 2007. Atasi stroke dengan tanaman obat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Masharani, U., Karam J.H., German M.S. 2004. Pancreatic hormones & diabetes mellitus. In : Greenspan F.S., Gardner D.G., editors. Basic & Clinical Endocrinology. 7th. Ed. USA : McGraw-Hill. p.658-63, 669-70, 683, 690, 693-7.

Mills, S. and Bone, K. 2002. Principle of phytotherapy modern herbal medicine :

Principle of herbal pharmacology. Toronto : Churchill Livingstone. p.32-

34.

Page 61: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

61

Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. 2001. Insulin dan obat-obat Hipoglikemik Oral. (Azwar Agoes, Pentj). Jakarta : Widya Medika. hal.259-65.

Nathan, M.N., Buse, J.B., Mayer, B.D., Ferrannini, E., Holman, R.R., Sherwin, R. 2008. Medical management of Hyperglycemia in Type 2 Diabetes A consensus Algorithm for the Initiation and Adjustment of Therapy. A consensus statement of the American Diabetes Association and the European Association for the Study of Diabetes. Diabetes Care. Vol 31 : 1-11.

Nayak, B.S., Isitor, G.N., Maxwell, A., Bhogadi, V., Ramdath, D.D. 2007. Wound

healing activity of Morinda Citrifolia fruit juice on diabetes-induced rat.

Journal of Wound Care. Vol 16 : 83-6

Ngatidjan. 2006. Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta : PAU Bioteknologi UGM. hal : 86.

Oben, J.E. 2009. Methods and Related Compositions Using Specifics Flavonoids and Indanes to Reduce Weight and Inhibit Lipase, Alpha-Amylase and Alpha-Glucosidase Activity in Mammals. Available from : http://www.faqs.org/patents/app/20090076129#ixzz2jQrNMJ0u. Accessed at 12/11/2012.

Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan sehat. Cetakan ke 1. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. hal : 1-3, 9-10, 36-40.

Perkeni. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Available at : www.perkeni.org. Accessed 05/01/2013.

Pocock, S. 2008. Clinical Trial : A Practical Approach. Chichester : John Willey & Sons. p.127-128.

Powers, A.C. 2008. Diabetes Mellitus. Harrisons Principles of Internal Medicine. 7th Edition. USA : McGraw-Hill. p.2275-2304.

Purnamasari. D. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Jakarta : Internal Publishing. hal : 1880-1883.

Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). hal : 30-32 , 43-44, 54,57.

Soegondo, S. 1999. Naskah lengkap penyakit dalam PIT 99 : Mekanisme

komplikasi diabetes mellitus, aspek ilmu-ilmu dasar pada keadaan klinik.

Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam

FKUI. hal : 87-97.

Soegondo, S. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Farmakoterapi Pada Pengendalian Glikemia Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta : Internal Publishing. hal : 1884-1890.

Page 62: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

62

Soewonto, H. 2001. Kursus Penyegar 2001 Radikal bebas dan antioksidan dalam

kesehatan dasar, aplikasi, dan pemanfaatan bahan alam : Antioksidan

eksogen sebagai lini pertahanan kedua dalam menanggulangi peran

radikal bebas. Jakarta : Bagian Biokimia FKUI. hal : 1-25.

Sugiharto, P. 2010. Insulin : Mekanisme Sekresi. Available from :

http://puradini.wordpress.com/2010/06/15/insulin-mekanisme-sekresi/.

Accessed at 06/21/2012.

Suyono, S. 2005. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus di Indonesia. Jakarta : Internal Publishing. hal : 1873-1879.

Tanaman Obat. 2012. Petunjuk Penggunaan Tanaman Obat. Available at : www.tanaman-obat.com. Accessed at 02/21/2012.

The National Institute of Health Research and Development, Minister of Health, Republic of Indonesia. Report on result of National Basic Health research (RISKESDAS) 2007.

Tony, H., dan Suharto, B. 2005. Insulin, glukagon dan antidiabetik oral. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. hal : 467-81.

Vail, B. 2004. Diabetes Mellitus. Current Diagnosis and Treatment in Family Medicine. USA : McGraw-Hill Companies. p.424-442.

Vaillant, F., Blanco, Y.C., Perez, A.M., Belleville, M.P., Zuniga, C., Brat, P.

2007. The ripening and aging of noni fruit (Morinda citrifolia L.) :

Microbiological flora and antioxidant compounds. Journal of The Science

of Food and Agriculture. Vol 87(9) : 1710-6.

Wang, M.Y., West, B.J., Jensen, C.J., Nowicki, D., Chen, S., Palu, A.K. 2002.

Morinda citrifolia (Noni): A literature review and recent advances in Noni

research. Acta Pharmacologica Sinica. Vol 23(12) : 1127-38.

Waspodo, I.S. 2000. Mengkudu : Si Noni Jelek Berkhasiat Obat. Available from :

http//www.deherba.com/intisari/2000/maret. Accessed at 10/11/2012.

Weyer, C., Bogardus, C., Mort, D.M., Tataranni, P.A., Pratley, R.E. 2000. Insulin

resistance and insulin secretory dysfunction are independent predictors of

worsening of glucose tolerance during each stage of type 2 diabetes

development. Diabetes Care. Vol 24: 89-94.

Wijaya, C.H., Rahminiwati, M., Wu, M.C., Lo, D. 2011. Inhibition of α-Glukosidase and α-Amylase Activities of some Indonesian Herbs : In Vitro Study. The 12th ASEAN Food Conference 2011. Bangkok 16-18 June.

Winarti, C., dan Nudjanah, N. 2005. Peluang Tanaman Rempah dan Obat Sebagai Sumber Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 24(2) : 47-55.

Page 63: ORAL ADMINISTRATION OF WITH NONI FRUIT (Morinda citrifolia)

63

World Health Organization. 2005. Prevention of Blindness from Diabetes Mellitus: Report of a WHO consultation. Geneva, Switzerland.

World Health Organization. 2006. Definition and Diagnosis od Diabetes Mellitus and intermediate hyperglycemia : report of a WHO/IDF consultation. WHO Document Production services. Geneva, Switzerland.