BAB 5 baru
-
Upload
diah-lestari -
Category
Documents
-
view
62 -
download
0
description
Transcript of BAB 5 baru
139
BAB 5
MASALAH KHUSUS
ANALISIS KERUSAKAN BETON
PADA PROYEK APARTEMEN TITANIUM SQUARE
5.1 URAIAN UMUM
Kerusakan struktur atau pun non struktur dapat terjadi pada bangunan
sudah berdiri maupun pada masa berjalannya pembangunan yang disebabkan oleh
faktor dari bangunan itu sendiri maupun faktor dari luar. Tingkat kerusakan yang
terjadi mulai dari yang ringan hingga kerusakan yang berat.
Kerusakan pada bnagunan harus secepatnya diperbaiki sehingga dapat
digunakan kembali, untuk itu diperlukan beberapa penanganan, baik dengan
melakukan perbaikan maupun perkuatan. Investigasi sangat diperlukan dalam
proses perbaikan untuk mendapatkan data-data kerusakan melalui visual ataupun
dengan bantuan pengujian non-destructive (pengujian yang tidak merusak objek
yang di sedang di uji). Dari data investigasi tersebut, kemudian dilakukan analisis
dan evaluasi pada struktur untuk menetapkan kerusakan yang terjadi, serta
penanganan yang akan dilakukan.
140
Seperti halnya pada proyek pembangunan Apartement Titanium Square ini
banyak mengalami kerusakan beton pada kolom dan balok, kerusakan yang sering
terjadi adalah kerusakan berupa pengeroposan dan keretakan. Analisis dilakukan
dengan memperdalam secara visual, sehingga dapat diketahui penyebab-penyebab
kerusakan serta dapat dihitung luas area yang mengalami kerusakan tersebut.
142
5.2 HASIL INVESTIGASI LAPANGAN
Dari penglihatan kasat mata pembangunan Apartement Titanium Square
banyak sekali mengalami kerusakan beton. Kerusakan tersebut bukan dikarenakan
dalam sistem pengerjaannya saja, tetapi para pekerja yang kurang teliti dalam
prosees perancangan bekisting sampai pengecoran, sehingga terjadilah kerusakan-
kerusakan beton pada bangunan tersebut. kerusakan tersebut dapat disebabkan
oleh beberapa faktor berikut ini:
1. Agragat terlalu kasar
2. Kurangnya butiran halus yang termasuk semen
3. Kurangnya pengawasan pemasangan bekisting
4. Pemadatan yang tidak sempurna
5. Pengaruhnya cuaca pada saat pengecoran
Lebih lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa jenis kerusakan,
penyebab kerusakan terjadi, dan metode perbaikan yang akan dilakukan.
5.2.1 JENIS-JENIS KERUSAKAN
a. Keretakan pada Beton
Retak terjadi bila beton baru mengering dengan cepat maka permukaannya
akan mengalami tegangan tarik yang lebih tingi dari kekuatan tariknya. Hal ini
dapat menyebabkan keretakan. Retak juga mungkin terjadi bila terdapat
perbedaan temperature yang tingi (sampai 200C) antara bagian dalam dan bagian
luar beton, akibat perbedaan muai.
143
Beton bertulang sebenarnya adalah sebuah struktur yang tidak bisa
menghindari retak, karena beton mempunyai kekuatan tarik yang kecil.
Mengingat bahwa tegangan tarik selalu terjadi pada waktu peneriman beban
maka tegangan itu diteruskan kepada penulangan, sehingga beton memiliki
karekteristik sebagai berikut:
1. Memiliki kuat tekan sangat tinggi
2. Karakter beton memiliki kuat tarik rendah yang menyebabkan beton
mudah mengalami daerah tarik.
3. Beton mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
4. Beton mengalami kembang-susut bila terjadi perubahan suhu
5. Beton bersifat getas (rapuh).
Ada beberapa jenis retak yang dapat terjadi lapangan, yang akan di jelaskan pada
tabel 5.1 dibwah ini.
Tabel 5.1 Jenis-Jenis Retak
Jenis Retak Waktu Terjadi Penyebab utama
Penurunan Plastis Beberapa jam
pertama setelah set
pertama
Gerakan vertical,
kehilangan
kelembaban.
Retak susut plastis Beberapa jam
pertama
Gereakan plastis
(bukan penurunan).
Kehilangan
kelembaban
Retak susut
pengeringan
Beberapa hari- bulan Kehilangan
kelembaban
Retak rambut halus Beberapa hari- bulan Susut permukan
minor
Retak termal Hari-bulan untuk
gerakan awal
Muai jangka panjang
dan kontraksi panas
144
Bulan-tahun untuk
gerakan musiman
hidarasi
Retak tarik, susut
karbonasi
Bulan-tahun Karbondiosida dari
udara
Retak korosi
tulangan
Bulan-tahun Pemekaran tulangan
oleh karat
Korosi tulangan
karena kadar ion
klorida
Bulan-tahun Pemekaran tulangan
oleh karat
Pop-out dan retak
mapping
Bulan- tahun Pengembangan
agregat karena
kelembaban. Reaksi
alkali agregat
Dari jenis-jenis keretakan diatas banyak sekali yang harus diperhatikan
agar tidak terjadi kertakan pada beton. Sehingga harus memperhatikan kinerja
pada saat pelaksanaan pengecoran. Dibawah ini adalah gambar keretakan yang
terjadi di lapangan.
Gambar 5.1 Keretakan Balok Tangga
145
Gambar 5.2 Keretakan di plat lantai
Gambar 5.3 Hasil perbaikan plat lantai
Pada gambar 5.2 itu terjadi pada plat lantai, yang dapat terlihat di lantai
dasar, dan gambar 5.3 adalah hasil perbaikan plat lantai.
146
b. Pengeroposan pada Beton
Keropos adalah adanya rongga udara yang mengurangi kepadatan beton
sehingga cenderung melemahkan sifat mekanismenya. Jika rongga saling
berkaitan, seperti pada beton yang pemadatannya kurang baik, air akan lebih
leluasa berpenatrasi ke dalam tubuh beton. Jika ada pembekuan, ekspansi total
dapat menyebabkan kerusakan ( keropos). Jika airnya mengandung bahan yang
agresif, atau agregat yang terlalu kasar serangan akan terjadi di dalam beton dan
bukan hanya di bagian luar saja.
Dibawah ini adalah gambaran pengeroposan yang terjadi di Titanium
Square
Gambar 5.4 Pengeroposan di balok
147
Gambar 5. 5 Kerusakan plat lantai
Pada gambar 5.4 menggambarkan kerusakanyang terjadi pada balok, yang
disebabkan kurangnya memperhatikan pemasangan bekisting dan penggetaran
yang kurang baik, sehingga beton yang dihasilkan tidaklah sempurna.
Pada gambar 5.5 kerusakan yang dialami pada plat lantai, yang disebabkan
karena bekisting yang rapuh sehingga pada saat pengecoran di laksanakan
plywood yang dipasang pada bekisting mengalami keretakan sehingga beton yang
di tuang pada pelat lantai tidak dapat tertahan dengan baik, sehingga beton yang
dihasilkan sangatlah tidak baik seperti pada gambar di atas.
5.2.2 PENYEBAB KERUSAKAN
a. Faktor-faktor terjadinya keretakan
1. Air-Semen
Faktor air-semen adalah yang paling utama. Semakin banyak air, semakin
besar susut pengeringannya. Semakin tinggi kadar semen semakin tinggi
pula susut kimiawinya. Volumenya dari produk hidrasi adalah lebih kecil
148
25% dari semula. Ini menambah porositas dari pasta. Sehingga beton
mengalami keretakan pada sebuah bangunan.
2. Pengecoran pada Cuaca Panas
Cuaca adalah salah satu faktor utama yang dapat membuat beton menjadi
retak. Kondisi dilapangan, panas atau dingin, tenang atau berangin, mungkin
sangatlah berbeda dengan kondisi di laboratorium atau kondisi yang diperkirakan.
Temperatur yang ideal adalah 10 – 16 0C. Beberapa peraturan melarang
pelaksanaan pengecoran pada temperatur lebih dari 29 – 320C, apalagi bila
disertai dengan angin yang berkecepatan lebih dari 1 kg/m2/jam.
Komite ACI 305 mendefinisikan cuaca panas sebagai “kombinasi dari
temperatur tinggi, kadar lengas relatif yang rendah, dan kecepatan angin yang
cenderung memperlembab mutu beton segar atau beton keras, atau menghasilkan
sifat yang tidak normal.” Petunjuk FIP (Federation Internatinale du Beton) untuk
konstruksi beton di cuaca panas memberikan tambahan faktor iklim dan radiasi
matahari. Dalam terminologi kondisi iklim lokal:
a. Temperatur udara rata-rata 30 50C (ekstrem adalah 20
0C sampai 38
0C).
b. Kelembabam relatif 50-80% (ekstrem 30-100%).
c. Kecepatan angin pada level tanah l0-20km/jam.
149
A. Pengaruh Temperatur pada Beton
Temperatur yang tinggi menambah kecepatan hidrasi semen. Ini
mengakibatkan dua pengaruh yang saling berlawanan pada kekuatan beton, yaitu
pada kekuatan awal dan akhir. Kecepatan hidrasi yang lebih tinggi setelah setting
mengakibatkan kekuatan yang lebih tinggi pada usia dini di bawah kondisi panas-
lembab. Kecepatan reaksi tinggi selama tahap setting semen menghasilkan
struktur pasta yang tidak seragam. Kisaran yang lebih lebar dari derajat hidrasi
pada nilai rata-rata sebagai penyebab struktur pasta yang kurang baik.
Kekuatan resultan dari temperatur konstan pada setting perawatan pada
temperatur tinggi mengakibatkan kekuatan awal lebih tinggi tetapi kekuatan
jangka panjanag yang lebih rendah. Jadi menggunakan abu terbang (fly ash) atau
kerak (slag) sebagai pengganti sebagian semen akan menunda lebih lanjut
perkembangan hidrasi beton, khususya untuk elemen tebal.
Retak akibat potensial perbedaan termis bisa terjadi ketika panas hidrasi
berkembang di dalam elemen yang tebal terhalangi dari disipasi cepat ke bagian
luar, akibat rendahnya konduktivitas beton. Perbedaan temperatur tercipa antara
permukaan yang mendingin cepat dan bagian dalam yang lambat. Untuk dimensi
minimum elemen yang lebih dari 2 meter, kenaikan temperatur adalah 120C per
100kg/m3 dalam kadar semen. Secara praktis, faktor-faktor yang mempengaruhi
panas adalah:
1. Jumlah semen/ semua pengikat.
2. Jenis semen portland, yaitu komposisi kimia dan kecepatan panas hidrasi.
150
3. Persentase pengganti semen dengan abu terbang.
4. Ukuran penuangan, dimensi minimal.
5. Jenis bekisting
6. Temperatur beton, dan lingkungannya.
Pengaruh temperatur pada beton segar adalah percepatan pada kecepatan kondisi
hidrasi semen. Ini mengakibitkan:
1. Slump loss yang tinggi
Kenaikan temperatur beton segar dapat mempercepat turunnya nilai slump
beton (slump loss). Pada gambar 5.6 menunjukan penurunan slump
dengan naiknya temperatur beton. Suatu campuran dengan slump sebesar
5-10 cm pada temperatur 200C akan berubah menjadi 2,5-7,5 cm pada
300C dengan kadar air yang sama. Setiap kenaikan 10
0C dapat
mengakibatkan penurunan slump sampai 2,5 cm.
Gambar 5.6 Grafik penurunan slump Sumber: Paul N, 2007
151
2. Kebutuhan air meningkat
Gambar 5.7 menunjukan kebutuhan air dengan naiknya temperatur beton
untuk memperoleh nilai slump beton yang sama. Jika temperatur naik dari
20 ke 350C maka diperlukan air sebanyak 7 kg/m
3, untuk slump 75mm
yang sama. Tambahkan air tersebut mengurangi kekuatan 12-15%.
Penambahan air untuk menambah kelecakan harus dilarang, kecuali bila di
buktikan bahwa batas faktor air-semen belum dilampaui, dan bila hidrasi
belum dimulai. Penambahan air sekitar 7 kg air/ 100
untuk mencapai
kelecekan yang sama. Bila ingin mempertahankan rasio air/semen yang
sama untuk kekuatan yang sama, kadar semen juga ditambah sekitar 10
sampai 20 kg (untuk rasio air/semen 0,3 sampai 0,7).
Gambar 5.7 Grafik kebutuhan air bertambah dengan naiknya teperatur Sumber: Paul N, 2007
3. Waktu pengikat (set) lebih cepat
Ini diindikasikan oleh semakin singkatnyawaktu setting semen ( tes vicat)
atau beton (tes perlawanan penetrasi). Bertambahnya keceptan evaporsi air
menghasilkan pengakuan lebih lanjut dari campuran. Bahan kimia
152
tambahan set-retarding diperlukan untuk memperpanjang waktu set, atau
plasticiser untuk mengembalikan kelecakan. Pengerasan beton dengan air
bisa mengakibatkan bertambahnya rasio air/semen efektif dan kehilangan
kekuatan.
4. Susut dan retak yang tinggi
Mengalami susut dan retak dikarenakan dengan kelembaban relatif rendah,
tingginya kecepatan angin, dan tingginya radiasi matahari dari permukaan
yang tidak di lindungi.
d. Faktor-Faktor Terjadinya Pengeroposan
1. Air
Fungsi air pada campuran beton adalah membantu reaksi kimia yang
menyebabkan berlangsungnya proses pengikat serta sebagai pelicin antara
campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan dengan tetap menjaga
workabilitas.
Air diperlukan pada pembuatan semen yang berpengaruh terhadap sifat
kemudahan pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut, dan keawetan
beton. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari
berat semen saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai
sulit jika kurang dari 35%. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai
sebagai pelumas, tambahan air ini tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan
beton menjadi lebih rendah dan beton menjadi keropos.
153
2. Pemasangan Bekisting yang Kurang Rapat
Bekisting adalah konstruksi sementara yang dipergunakan untuk
mendukung dan memberikan bentuk pada beton. Bekisting harus mampu
menahan tekanan atau berat dari beton yang masih basah, beban pelaksanaan,
tidak menimbulkan kebocoran, keruntuhan, atau bahaya pada bekerja. Bekisting
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mudah dilaksanakan dan dilepas.
Pengaturannya harus memungkinkan orang dan peralatan untuk bekerja
dengan leluasa dalam proses pengecoran, pemadatan, penyelesaian, dan
perawatan. Pada sambungan bekisting diusahakan agar rapat. Jika tidak rapat
maka beton yang tertuang akan lolos dari bekisting dan akan mengakibatkan
kerusakan (pengeroposan) pada beton. Seperti halnya yang terjadi pada proyek
Titanium Square yang mengalami kerusakan (pengeroposan) pada plat lantai,
balok, dan kolom.
Dibawah ini adalah gambar-gambar pengeroposan yang terjadi di
lapangan.
Gambar 5.8 Pengeroposan di balok
154
Gambar 5.9 pengeroposan di Kolom
Pada gambar 5.8 dan 5.9 menggambarkan kerusakanyang terjadi pada
balok (5.8), kolom (5.9) yang disebabkan kurangnya memperhatikan pemasangan
bekisting dan penggetaran yang kurang baik, sehingga beton yang dihasilkan
tidaklah sempurna..
Gambar 5.10 Bekisting yang rapuh
155
Gambar 5.11 Pengeroposan plat lantai
Gambar 5.12 plat lantai yang sudah diperbaiki
Pada gambar 5.10 menujukan bahwa pekerja tidak memperhatikan
bekisting yang digunakan, beton yang dituangkan ke dalam tidak dapat ditahan
dengan bekisting sepenuhmya, sehingga beton yang dihasilkan seperti pada
156
gambar 5.11. Setelah mengalami kerusakan seperti proyek langsung memperbaiki
plat lantai tersebut sesuai pada gambar 5.12.
3. Pemadatan Beton yang Tidak Benar
Pemadatan pada beton haruslah benar-benar diperhatikan, karena ada
beberapa proses pemadatan yang mengakibatkan pengeroposan pada beton,
contohnya:
a. Memadatkan beton dengan cara menyentuh batang vibrator ke besi
tulangan beton,
b. Meratakan cor-coran beton menggunakan batang vibrator,
c. Meninggalkan batang vibrator di atas area pengecoran dalam keadaan
hidup, walaupun cor-coran beton belum ada, dan
d. Pemadatan dengan waktu yang sangat singkat.
157
5.3 ANALISIS LUAS KERUSAKAN
Gambar 5.13 keterangan kerusakan
Luas kerusakan:
Panjang x Lebar = 840.131320412
Luas yang mengalami kerusakan:
tinggialas2
1
Pada bidang pertama di dapat hasil sebesar: 7280911602
1
Pada bidang ke dua di dapat hasil sebesar: 6240801562
1