bab 1 baru
-
Upload
reriaringga -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of bab 1 baru
PRA RENCANA PABRIK
ETHYLBENZENE DARI ETHYLENE DAN BENZENE DENGAN PROSES
KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh:
RERI ARINGGA 1314902MUCHAMMAD MUCHLIS 1314908
JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG2015
LEMBAR PERSETUJUAN
PRA RENCANA PABRIK
ETHYLBENZENE DARI ETHYLENE DAN BENZENE DENGAN PROSES
KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN
PROPOSAL SKRIPSI
DiajukansebagaiSyaratMemenuhiWisudaSarjanaPadaJenjang Strata Satu (S-1)Di InstitutTeknologiNasional Malang
Disusun Oleh:
RERI ARINGGA 1314902MUCHAMMAD MUCHLIS 1314908
Malang, 31 Maret 2015
Menyetujui,
KetuaJurusanTeknik Kimia
Jimmy, ST. MT.
NIP Y 1039900330
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Etilbenzene atau sering juga disebut phenylethane dan ethylbenzol merupakan
senyawa alkylaromatik dengan rumus kimia C6H5CH2CH3 dan berat molekul 106,168.
Lebih dari 99% digunakan untuk pembuatan styrene, ethylantraquinon dan benzoic acid.
Styrene merupakan produk yang dibutuhkan industri kimia dengan skala besar, yang mana
menggunakan etilbenzene sebagai bahan baku utama. Etilbenzene diproduksi dengan
proses alkylasi benzene dan ethylene.
Etilbenzene dikomersialkan pertama kali pada tahun 1930 oleh Dow Chemical di
Amerika dan BASF di Jerman. Pada tahun 1965, 10% dari produksi etilbenzene di amerika
adalah superfraksinasi campuran xylene, pada tahun 1986 sejumlah turunan etilbenzene
yang dihasilkan tidak layak untuk diproduksi karena peningkatan biaya energi.
Prosess alkilasi aromatic hidrokarbon dengan olefin menggunakan katalis
alumuniumklorida pertama kali dikemukakan oleh M.Balshon pada tahun 1879
bagaimanapun juga Charles friedel dan James M.Chraft adalah perintis dan penemu awal
dengan katalis alumunium klorida. Beberapa tahun kemudian proses yang dikerjakan
Friedel-Chraft dengan reaksi kimia yang dominan digunakan dalam etilbenzene.
Secara umum etilbenzene diproduksi dengan menggunakan fasa cair dengan katalis
alumunium klorida dan zeolit sedangkan pada fasa uap salah satunya dengan menggunakan
katalis zeolit. Etilbenzene digunakan sebagai bahan baku dalam industri styrene, etil
antraquinon, benzoic acid dan industri pembuatan cat.
(Ullmann’s, 2005)
1.2. Bahan Baku dan Produk
1.2.1. Bahan Baku
1. Benzena
Rumus molekul : C6H6
Sifat fisika dan kimia
- Berat molekul : 78,11
- Titik didih : 80,1 OC
- Titik beku : 5,5 OC
- Densitas : 54,55 lb/ft3
- Viskositas : 0,6468 cp
- Spesifik gravity : 0,879
- Kemurnian : 99 % mol
- Larutan tak berwarna, dapat bercampur dengan alcohol, eter, aseton, CCl4,
karbon disulfit, asam asetat dan sedikit larut dalam air.
(Othmer, 1950)
2. Etilena
Rumus molekul : C2H4
Sifat fisika dan kimia
- Berat molekul : 28,05
- Titik didih : 9,5 OC
- Densitas : 0,56674 g/cm3
- Spesifik gravity : 0,978
- Kemurnian : 99,5 % mol
- Larutan tak berwarna dan berbau harum, mudah menguap dan mudah
terbakar
(Othmer, 1950)
1.2.2. Bahan Pembantu
Katalisator
Jenis : Zeolit
Bentuk : bola
Diameter : 3 mm
Porositas : 0,34 mm
Unsur – unsur : Silika dan Alumunium
Rasio : 80% berat
Temperatur : 110 -200 OC
Bulk density : 990 kg/m3
1.2.3. Produk
Ethylbenzene
Rumus molekul : C6H5CH2CH3
Sifat fisika dan kimia
- Berat molekul : 106,17
- Titik didih : 136,2 OC
- Viskositas : 7,635 mol/L
- Density : 0,86262 g/cm3
- Spesifik gravity : 0,861
- Kemurnian : 99 % mol
- Larutan tak berwarna dan berbau harum, larut dengan alkohol, eter, karbon
tetraklorida dan mudah terbakar.
(Othmer, 1950)
1.3. Analisis Pasar
Pemasaran produk ethylbenzene untuk memenuhi kebutuhan industri dalam
negeri yang tersebar di seluruh Indonesia. Berikut analisa pasar untuk mengetahui
potensi produk terhadap pasar.
Tabel 1.1. Analisis Pasar
No Reaktan /
produk
Rumus
molekul
Berat
molekul
Harga
(US$ / MT)
1 Benzene C6H6 78,11 1391
2 Ethylene C2H4 28,05 1291
3 Ethylbenzene C6H5CH2CH3 106,17 1999
Reaksi:
C6H6 + C2H4 → C6H5CH2CH3
EP = Produk – Reaktan
=[106,17 x 1999]-[(78,11x1391)+(28,05x1291)]
=67370,27 US$ / MT
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa pabrik ethylbenzene dapat didirikan di
tahun 2019
1.4. Menentukan Kapasitas
Untuk memenuhi kebutuhan ethylbenzene, Indonesia masih harus
mengimpor dari Negara lain. Oleh karena itu perlu didirikan pabrik ethylbenzene
untuk memenuhi kebutuhan industri di Indonesia.
Tabel 1.2.
TahunImpor
(Kg/Tahun)% kenaikan
2006 1,365,894.00 -
2007 1,988,765.00 0.456017
2008 2,598,076.00 0.306377
2009 3,847,890.00 0.481054
2010 5,538,655.00 0.439401
2011 6,988,943.00 0.261848
Rata – rata 0.388939258
1.5. Lokasi Perusahaan
Letak geografi suatu pabrik memberikan pengaruh yang besar terhadap
suksesnya usaha suatu industri. Oleh karena itu, penentuan letak/lokasi pabrik harus
didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan baik secara teknis maupun ekonomis,
yang meliputi : biaya produksi, distribusi bahan baku dan produk, disamping tidak
mengabaikan kelestarian lingkungan hidup.
1.5.1. Faktor –faktor utama
Lokasi pabrik ethylbenzene yang direncanakan akan ditempatkan di cilegon,
Banten dengan beberapa pertimbangan:
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ethylbenzene yaitu ethylene dan
benzene. Ethylene dibeli dari PT. Candra Asri Cilegon, Banten. Sedangkan
benzene dibeli dari PT. Pertamina UP IV Cilacap, oleh karena itu dengan lokasi
pabrik yang dekat dengan pengambilan bahan baku maka akan mempermudah
dan menghemat biaya pengiriman.
b. Pemasaran
Lokasi pemasaran sangat mempengaruhi harga produk dan biaya transportasi.
Dengan letak pasar yang sangat berdekatan dengan lokasi pabrik maka akan
mengurangi biaya transportasi dan harga produk.
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dapat direkrut dari tenaga ahli dan
berpengalaman dibidangnya dan tenaga kerja local yang berasal dari lingkungan
masyarakat sekitar pabrik
d. Utilitas
Kebutuhan air proses dapat dipenuhi dari pengolahan air sungai Cidanau,
Cilegon, Banten. Sedangkan sumber listrik dapat dipenuhi dari PLN.
e. Sarana dan prasarana
Sebagai kawasan industri yang cukup besar di Indonesia, sarana transportasi,
telekomunikasi dan prasarana penunjang lainnya, cilegon merupakan daerah
industri.
f. Karakteristik lokasi
Karakteristik lokasi yang dimaksud adalah sikap masyarakat setempat yang
sangat mendukung bagi sebuah kawasan industri terpadu di Merak, Cilegon,
Banten.
g. Kebijaksanaan pemerintah
Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, pemerintah telah
menetapkan daerah Cilegon sebagai kawasan industri yang terbuka bagi investor
asing. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahan dalam
perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut teknis pelaksanaan pendirian
suatu pabrik.
1.5.2. Peta lokasi
BAB II
SELEKSI DAN URAIAN PROSES
2.1. Macam – Macam Proses
Ada beberapa proses dalam produksi Ethylbenzene, antara lain:
1. Proses fase liquid dengan katalis alumunium klorida
2. Proses fase vapor dengan katalis zeolit
3. Proses fase liquid dengan katalis zeolit
4. Proses campuran fase liquid-vapor dengan katalis zeolit
(Ullmann’s, 2005)
2.1.1. Proses fase liquid dengan katalis alumunium chloride
Proses fase liquid dengan katalis alumunium chloride banyak dilakukan pada tahun
1930 sampai 1980. Alkilasi benzene dalam katalis alumunium klorida bersifat eksotermis
(∆H=-114 kj/mol). Umumnya proses alumunium klorida ada tiga fase dalam reaktor.
Aromatic liquid, gas ethylene dan katalis liquid fase sempurna (material berwarna coklat
kemerahan yang disebut “red oil”).
Campuran katalis, benzene kering dan recycle polyalkylbenzene secara kontinyu
diumpankan ke dalam reaktor dan diaduk sampai larut sempurna.ethylene dan katalis
dimasukkan kedalam reaksi campuran melalui sprayer dan 100% ethylene dikonversi.
Rasio Ethylene kadar rendah : benzene digunakan untuk menentukan yield optimum
produk ethylbenzene. Karena rasio ditingkatkan, terjadi reaksi samping seperti mengatur
ulang isomer dan transalkilasi. Selanjutnya alkilasi ethylbenzene pasti kembali ke bentuk
polialkilbenzene.kehilangan dalam yield mengakibatkan diminimalkannya recycle material
ke reaktor. karena reaksi yang terjadi menutup kesetimbangan termodinamik.
Buangan dari reaktor didinginkan dan dikeluarkan menuju settler, dimana katalis
yang fase berat dari organic fase liquid dan recycle.organik dicuci dengan air dan kaustik
untuk menghilangkan AlCl3 terlarut dan pengotor lain. Fase cair dari tahap persiapan di
netralkan dan dihilangkan sebagai larutan alumunium klorida dan endapan alumunium
hidroksida.
Benzene yang tak bereaksi dihilangkan pada kolom pertama distilasi. Kolom kedua
memisahkan produk dari komponen polialkil. Produk bawah kolom kedua diumpankan ke
kolom terakhir dimana recycle polialkibenzena di pisahkan dari yang tidak bisa direcycle
yaitu campuran residu. Residu mengandung polycyclic aromatic kemudian dibakar sebagai
bahan bakar.
Flow sheet:
Keterangan:
a : reaktor
b : flash drum
c : kolom benzene
d : kolom EB
e : kolom PEB
f : dryer
Gambar 2.1. Proses fase liquid dengan katalis alumunium klorida
2.1.2. Proses fase vapor dengan katalis zeolit
Proses ini telah dilakukan sejak tahun 1940. Tetapi waktu itu proses ini tidak
mampu menyaingi proses fase liquid dengan katalis alumunium chloride. Proses Alkar
dikembangkan oleh UOP, berdasarkan katalis boron trifluoride. Cara tersebut berhasil pada
tahun 1960. Proses mobil badger dikembangkan pada tahun 1970an.
Proses fase vapor dengan katalis zeolit memiliki reaktor yang beroperasi pada suhu
400-450 OC dan 2-3 Mpa (20-30 bar). Pada suhu >99% dari ketetapan panas proses dan
reaksi panas eksotermik dapat dijadikan sebagai steam. Tahap reaksi ini termasuk dalam
reaktor 2 pararel multibed, pemanas dan pealatan pemanfaatan panas. Kerja katalis adalah
termasuk transalkilasi dan alkilasi yang terjadi dalam single reaktor.
Katalis diaktifkan kembali dengan hasil yang berbentuk seeperti arang dan
dibutuhkan regenerasi secara periodic. Regenerasi dilakukan selama 36 jam dan
membutuhkan 6-8 minggu operasi. Katalis kurang sensitive terhadap air, sulfur dan zat
beracun lainnya seperti katalis asam.
Buangan reaktor melewati tahap pemurnian sebagai vapor panas. Aliran panas
tersebut dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk kolom distilasi, yang mengolah kembali
benzene yang tidak bereaksi untuk recycle dalam reaktor. Proses ini dilakukan pada kolom
kedua distilasi. Produk ethylbenzene mempunyai kelebihan panas pada kolom ketiga.
Produk bawah dari kolom dikirimkan pada kolom terakhir, dimana alkylbenzene dapat di
recycle dan polyalkilbenzene dapat dipisahkan dari residu yang tidak dapat di recycle.
Flow sheet:
Keterangan
a : reaktor alkilasi
b : reaktor kedua
c : benzene recovery
d : EB recovery
e : PEB recovery
f : stabilizer
Gambar 2.2. Proses fase vapor dengan katalis zeolit
2.1.3. Proses fase liquid dengan katalis zeolit
Reaktor alkilasi pada fase liquid dan menggunakan katalis pada semua bed masukan
ethylene. Konversi ethylene adalah 100% dalam reaktor alkilasi dan reaktor beroperasi
secara adiabatic. Reaksi panas eksotermis dimanfaatkan lagi untuk produksi steam sebagai
sumber panas kolom destilasi.
Reaktor transalkilasi dalam plant EBmax dapat menjadi fase vapour maupun fase
liquid. Reaktor transalkilasi dirancang sebagai fase liquid karena menghemat energy.
Reaksi transalkilasi dibuat dalam fase liquid menggunakan katalis mobil trans-4.
Reaktor alkilasi dan transalkilasi memiliki buangan yang dialirkan ke tahap destilasi
yang memiliki tiga kolom. Kolom pertama adalah kolom benzene dan memisahkan benzene
yang tak terkonversi dari panas yang berlebih untuk direcyle ke reaktor. Kolom benzene
bawah yaitu kolom EB yang mengolah kembali produk EB yang kelebihan panas dan
diumpankan ke kolom PEB dimana PEB difraksinasi dan direcycle ke reaktor transalkilasi.
Aliran bawah kolom PEB dihilangkan sebagai residu dan umumnya digunakan sebagai
bahan bakar.
Flow sheet:
Keterangan;
a : kolom benzene
b : kolom PEB
c : kolom EB
d : vent gas
Gambar 2.3. Proses fase liquid dengan katalis zeolit
2.1.4. Proses campuran fase liquid-vapor dengan katalis zeolit
Reaktor alkilasi terdiri dari dua bagian yaitu destilasi berkatalis dan destilasi
standard. Benzene diumpankan pada atas reaktor alkilasi dan ethylene diumpankan sebgai
vapor pada bagian bawah bagian destilasi berkatalis dengan aliran berlawanan, aliran
reaktan alkilasi dalam destilasi berkatalis membentuk kesetimbangan vapor liquid. Ethylene
yang terlarut bereaksi dengan katalis memproduksi ethylbenzene. Reaksi panas eksotermis
dibuat sebagai uap untuk kebutuhan destilasi produk reaksi alkilasi, ethylbenzene,
diethylbenzene dan yang dihasilkan sebagai produk lainnya, kemudian diteruskan fraksinasi
dan dikeluarkan dari destilasi berkatalis. Pada tahap paling bawah reaktor alkilasi terjadi
pada destilasi standard dan aliran bawah berisi ethylbenzene, polyethylbenzene, dan produk
lain.
Flow sheet:
Keterangan :
a : alkilator
b : reaktor akhir
c : transalkilator
d : kolom benzene
e : kolom EB
f ; PEB kolom
g : light kolom
Gambar 2.4. Proses campuran fase liquid-vapor dengan katalis zeolit
2.2. Seleksi Proses
Dari 4 macam proses ethylbenzene, dilakukan perbandingan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Macam – macam proses pembuatan ethylbenzene
NO Parameter Proses
Fase liquid (AlCl3)
Fase vapor (zeolit)
Fase liquid (zeolit)
Fase campuran liquid- vapor
(zeolit)
1.Bahan Baku Benzene dan
ethylene
Benzene dan
ethylene
Benzene dan
ethylene
Benzene dan
ethylene
2. Aspek Teknis
- suhu
- tekanan
- Katalis
- Yield
180–230 OC
2,5-3,5 MPa
AlCl3
99 %
350-450 OC
1-3 MPa
Zeolit
99 %
289 OC
4 MPa
Zeolit
99 %
150-195 OC
1,6 – 2,1 MPa
Zeolit
99 %
3. Aspek
ekonomi
besar besar besar sedang
Berdasarkan uraian diatas dipilih fase campuran liquid vapor dengan katalis zeolit,
karena kondisi operasi yang rendah, maka biaya produksi lebih rendah daripada proses
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2014. Data: Ekspor Menurut Komoditi 2009-2014 (ethylbenzene), diakses tanggal 20 maret 2015.
Othmer, D.F., Kirk, R.E. 1998. Encyclopedia of Chemical Tecnologi, vol 22, 4th edition, Jhon Willey and Sons Ibc, New York.
Ullmann’s. 2005. Encyclopedia of Industrial Chemistry, 4th edition, Jhon Willey and Sons Ibc, New York.