BAB 5

4
BAB 5 PENUTUP 5.1 SIMPULAN Dari hasil Stressing Girder Satu Arah Persegmental pada Flyover Medan- Kualanamu yang dilakukan secara teknis maka dapat disimpulkan : 1. Bahan beton prategang pada Box Girder bentang 40,8 m mutu beton K-600 yang artinya 600 Mpa ( N/mm2) atau beton dengan f’c = 60 Mpa, dan pada Box Girder bentang 25,6 dan bentang 30,8 m mutu beton K-500 yang artinya 500 Mpa ( N/mm2) atau beton dengan f’c = 50 Mpa terbukti mampu meningkatkan kemampuan layanan jembatan untuk memikul beban rencana. 2. Gaya prategang pada girder segmen C1 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm² yang memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 % dengan tipe alat jacking YCQ300Q – 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan : Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % ( penarikan awal ) adalah = 1550 KN dan besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% (penarikan akhir) adalah = 6159KN. Penarikan tendon yang didapat dilapangan Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan- Kualanamu 47

description

bab 5 teknik pelaksanaan stressing girder flyover medan kualanamu

Transcript of BAB 5

BAB 5

PENUTUP5.1 SIMPULAN

Dari hasil Stressing Girder Satu Arah Persegmental pada Flyover Medan- Kualanamu yang dilakukan secara teknis maka dapat disimpulkan :1. Bahan beton prategang pada Box Girder bentang 40,8 m mutu beton K-600 yang artinya 600 Mpa ( N/mm2) atau beton dengan fc = 60 Mpa, dan pada Box Girder bentang 25,6 dan bentang 30,8 m mutu beton K-500 yang artinya 500 Mpa ( N/mm2) atau beton dengan fc = 50 Mpa terbukti mampu meningkatkan kemampuan layanan jembatan untuk memikul beban rencana. 2. Gaya prategang pada girder segmen C1 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm yang memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 % dengan tipe alat jacking YCQ300Q 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :

Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % ( penarikan awal ) adalah = 1550 KN dan besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% (penarikan akhir) adalah = 6159KN. Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 157 mm dan idealnya 156 mm maka terjadi perpanjangan 1mm. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai minimum 145 mm dan nilai maximum yang didapat 167 mm sehingga penarikan tendon sesuai dari hasil yang diberikan.3. Gaya prategang pada girder segmen pada girder segmen C2 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm yang memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 % dengan tipe alat jacking YCQ300Q 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :

Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % (penarikan awal) adalah = 1550 KN

Dan besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% (penarikan akhir) adalah = 6159 KN. Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 169 mm dan idealnya 169 mm maka tidak terjadi perpanjangan. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai minimum 157 mm dan nilai maximum yang didapat 181 mm sehingga penarikan tendon sesuai dari hasil yang diberikan .4. Gaya prategang pada girder segmen pada girder segmen C3 yang jumlah strand nya 36 buah, dengan luas area 98,7 mm yang memiliki modulus elastis 212371.663 mm dengan alat jacking yang memiliki kekuatan 75 % dengan tipe alat jacking YCQ300Q 200 yang panjang girdernya 25,6m dapat dihasilkan :

Besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 25 % ( penarikan awal) adalah = 1550 KN Dan besar gaya stressing pada saat tarikan tendon 100% (penarikan akhir) adalah = 6159 KN. Penarikan tendon yang didapat dilapangan sebesar 174 mm dan idealnya 175 mm maka terjadi perpanjangan 1mm. Sesuai data perpanjangan tendon PT. WiKa Beton memberikan nilai minimum 163 mm dan nilai maximum yang didapat 187 mm sehingga penarikan tendon sesuai dari hasil yang diberikan .5.1 SARAN

Dari kesimpulan diatas maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Perlu dilakukan evaluasi terhadap pekerjaan stressing girder. Meski dalam hitungan awal penarikan tendon telah diberikan nilai minimum dan maksimum oleh PT.WIKA namun kenyataannya dilapangan sering terjadi perpanjangan beberapa mm dari hasil yang diberikan, sehingga kesalahan dalam pelaksanaan dapat memperbesar gaya prategangnya.2. Perlu dilakukan pemahaman pelaksanaan lebih lanjut terhadap metode pekerjaan stressing girder 5M (Material, Method, Man Power, Money, dan Machine) lebih detail sebagai bahan perbandingan.

Laporan Studi Kasus Prestressing Girder Jalan Bebas Hambatan Medan-Kualanamu 48