5 Bab 5 Konsep RDTR

38
PT. Ahassa Ciptanika 5−1 Konsep Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan meliputi konsep rencana struktur dan rencana pola ruang berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Beberapa dasar pertimbangan dalam menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yaitu: 1. Posisi strategis wilayah perencanaan yang berada di bagian pusat kota Medan 2. Direncanakannya pusat primer di lahan eks Bandara Polonia, Kecamatan Medan Polonia yang merupakan bagian dari wilayah perencanaan 3. Merupakan kawasan dengan jumlah bangunan tua/cagar budaya terbanyak di Kota Medan, merupakan bagian dari Kota Medan Lama 4. Memiliki Perguruan Tinggia skala Regional Universitas USU di Kecamatan Medan Baru 5. Perumahan kepadatan rendah (rumah tunggal) di Kecamatan Medan Petisah 6. Pusat kegiatan komersial skala kota di wilayah Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan) dan Medan Petisah 7. Sistem jaringan yang ada pada bagian utaran wilayah perencanaan berbentuk grid sistem dengan akses yang mudah keberbagai arah. 5.1 KONSEP RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PERENCANAAN Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2006-2016 ditetapkan 2 pusat primer yaitu Belawan dan Polonia. Berdasarkan arahan rencana tersebut pusat primer Polonia merupakan pusat primer yang akan mempengaruhi perkembangan wilayah perencanaan karena berada pada wilayah perencanaan. Berdasarkan hasil analisis di wilayah perencanaan dapat ditetapkan bahwa pusat primer tidak hanya di Polonia namun juga pada wilayah pusat kota lama Medan (kecamatan Medan Barat). Dan wilayah tersebut sebagian

description

Laporan Antara

Transcript of 5 Bab 5 Konsep RDTR

Page 1: 5 Bab 5 Konsep RDTR

− PT. Ahassa Ciptanika

5−1

Konsep Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan meliputi konsep rencana

struktur dan rencana pola ruang berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan.

Beberapa dasar pertimbangan dalam menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kawasan

Perkotaan yaitu:

1. Posisi strategis wilayah perencanaan yang berada di bagian pusat kota Medan

2. Direncanakannya pusat primer di lahan eks Bandara Polonia, Kecamatan Medan

Polonia yang merupakan bagian dari wilayah perencanaan

3. Merupakan kawasan dengan jumlah bangunan tua/cagar budaya terbanyak di Kota

Medan, merupakan bagian dari Kota Medan Lama

4. Memiliki Perguruan Tinggia skala Regional Universitas USU di Kecamatan Medan

Baru

5. Perumahan kepadatan rendah (rumah tunggal) di Kecamatan Medan Petisah

6. Pusat kegiatan komersial skala kota di wilayah Kecamatan Medan Barat (Kelurahan

Kesawan) dan Medan Petisah

7. Sistem jaringan yang ada pada bagian utaran wilayah perencanaan berbentuk grid

sistem dengan akses yang mudah keberbagai arah.

5.1 KONSEP RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH PERENCANAAN

Mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2006-2016 ditetapkan 2 pusat

primer yaitu Belawan dan Polonia. Berdasarkan arahan rencana tersebut pusat primer

Polonia merupakan pusat primer yang akan mempengaruhi perkembangan wilayah

perencanaan karena berada pada wilayah perencanaan. Berdasarkan hasil analisis di wilayah

perencanaan dapat ditetapkan bahwa pusat primer tidak hanya di Polonia namun juga pada

wilayah pusat kota lama Medan (kecamatan Medan Barat). Dan wilayah tersebut sebagian

Page 2: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−2

berada pada wilayah perencanaan. Namun demikian pusat primer pada wilayah Kota Medan

Lama hanya akan berperan sebagai kawasan pemerintahan dan jasa dengan kegiatan yang

telah ada saat ini bukan untuk pengembangan kegiatan baru. Pengembangan kegiatan baru

tetap diarahkan pada CBD Polonia.

Berdasarkan konsep pusat primer di atas, maka dalam merencanakan wilayah perencanaan

ditetapkan dua arahan pengembangan yaitu:

a. Bagian utara wilayah perencanaan (Kecamatan Medan Petisah dan sebagian Medan Barat)

merupakan kawasan telah berkembang dengan potensi sebagai berikut:

sistem jaringan jalan telah baik yaitu dengan pola grid,

struktur aktivitas perdagangan, jasa dan pemerintahan juga telah terbentuk,

ruang terbuka hijau banyak ditemukan baik dalam bentuk taman, jalur hijau jalan

maupun lapangan olahraga,

perumahan yang ada merupakan perumahan teratur dengan kepadatan rendah

berupa rumah tipe villa dan tunggal, kepadatan sedang berupa rumah tipe deret dan

kepadatan tinggi berupa ruko dan rumah vertikal (apartemen).

Dengan potensi-potensi di atas, maka kawasan ini hanya perlu mempertahankan kondisi

yang telah dicapainya dan meningkatkan kualitas lingkungan yang ada. Pada kawasan ini

tidak diarahkan untuk pengembangan kegiatan baru dengan skala pelayanan kota. Namun

demikian pengembangan bangunan campuran vertikal perlu dikembangkan pada kawasan

ini sehingga lahan yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan tetap

mempertahankan RTH yang telah ada. Perumahan yang dikembangkan adalah perumahan

vertikal, perumahan dengan kepadatan rendah tidak dikembangkan lagi pada kawasan ini.

b. Bagian selatan wilayah perencanaan (Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, Medan

Polonia) merupakan kawasan transisi di mana kawasan ini perlu penyesuaian dalam

beberapa aspek agar wilayah ini dapat menyatu dengan rencana CBD Polonia sebagai

pusat primer baru. Aspek-asepk yang perlu disesuaikan dan diselaraskan diantaranya:

Sistem jaringan jalan, sehingga wilayah barat dan timur dapat menyatu dengan melalui

Kecamatan Medan Polonia sebagai akses untuk membuka CBD baru Kota Medan.

Tanpa pembukaan akses barat-timur tersebut maka perkembangan CBD Polonia

akan terhambat.

Page 3: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−3

Perlu direncanakan jaringan jalan baru dengan sistem grid pada kawasan eks Bandara

Polonia, sehingga keteraturan dan kemudahan akses kawasan utara dapat etrwujud

pula di bagian selatan ini.

Aktivitas kegiatan perdagangan dan jasa terutama perkantoran dengan skala

pelayanan kota dan regional diarahkan di Kecamatan Medan Polonia sebagai

komponen pembentuk pusat primer baru.

Aktivitas kegiatan perdagangan dan jasa di Kecamatan Medan Baru dan Medan

Maimun yang berkembang diarahakan dengan skala pelayanan tersier atau

kecamatan. Aktivitas perdagangan dan jasa baru dapat dikembangkan asalkan

merupakan kegiatan yang menunjang pusat primer Polonia,

Perumahan yang ada perlu ditata kembali agar berubah dari perumahan tidak

terstruktur menjadi perumahan terstruktur dengan kepadatan sedang dan tinggi.

Pengembangan perumahan baru diarahkan kepada perumahan vertikal dengan

kepadatan tinggi namun dilengkapi dengan RTH yang memadai. Pengembangan ini

terutama diarahkan keapda Kecamatan Medan Polonia, namun demikian

pengembangan di Kecamatan Medan Baru pun perlu diarahkan pada perumahan

vertikal pula.

Ruang terbuka hijau yang ada baru berupa taman pulau jalan dan jalur hijau jalan

(walaupun tidak sebanyak dan selebar pada kawasan utara), untuk itu maka perlu

diperbanyak RTH berupa taman agar fungsi ekologis dari RTH tersebut meningkat.

Dengan adanya lahan eks Bandara Polonia, kemungkinan membengun suatu RTH

berupa taman/hutan kota yang terencana dapat diwujudkan.

Di samping pengembangan RTH berupa taman baik taman kota maupun lingkungan,

perlu pula dikembangkan RTH sempadan sungai yang melintasi wilayah perencanaan.

Keberadaan sempadan sungai ini belum dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

RTH suatu kota, namun digunakan sebagai lahan perumahan tidak terstruktur yang

secara visual sedikit mengganggu.

Page 4: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−4

Gambar 5.1

Peta Arahan Pengembangan Wilayah Studi

Pembuakaan akses Pembuakaan akses

Pembuakaan akses

Pembuakaan akses

Bagian Utara

Bagian Selatan

Bagian dari Pusat Primer / Pusat Kota

Lama Medan

Rencana CBD (Pusat Primer)

Polonia

Page 5: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−5

5.1.1 Konsep Rencana Struktur Pelayanan Kegiatan

Di samping arahan pengembangan di atas dalam menentukan konsep struktur tata ruang

wilayah perencanan, maka direncanakan konsep sistem pelayanan. Di mana dalam RTRW

Kota Medan wilayah perencanaan lebih diarahkan untuk dikembangkan pusat pelayanan

tersier. Arahan pengembangan pusat-pusat di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Tabel V.1

Arahan Struktur Ruang Wilayah Perencanaan

No Jenis Pusat Jumlah Cakupan

Pelayanan (2016)

Lokasi Jumlah

1 Pusat Primer 1 1.750.000 Kec. Medan Polonia 1 Kec. Medan Polonia 1

2 Pusat Sekunder 1 360.000

Kec. Medan barat (Kel. Kesawan)

1

Kec. Medan Polonia 1

3 Pusat Tersier

2 120.000

Kec. Medan Petisah 1 Kec. Medan Petisah 3

Kec. Medan Maimun 2 Kec. Medan Baru 2 Kec. Medan Polonia 2

4 Pusat Lingkungan

11 30.000

Kec. Medan barat 2 Sumber : hasil analisis, 2007

Page 6: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−6

Page 7: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−7

5.1.2 Rencana Sistem Transportasi

Rencana pengembangan jaringan jalan di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Penataan hirarki jalan yang menerus meliputi jalan arteri primer, arteri sekunder,

kolektor primer, kolektor sekunder dan jalan lokal sesuai dengan karakteristik hirarki

jalan yang berlaku

Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi jalan akses lokal,

menghilangkan gangguan pada badan jalan dan pengendalian pemanfaatan ruang pada

jalan tersebut.

Meningkatkan fungsi jaringan jalan yang ada dengan cara pelebaran jalan, pembatasan

parkir pada jalan tersebut, pembatasan penggunaan badan jalan untuk keperluan yang

lain, perbaikan perkerasan, dan pengaturan lalu lintas angkutan umum

Meningkatkan akses menuju rencana pusat Pimer Polonia melalui peningkatan jalan yang

ada dan pembangunan jalan baru yaitu akses penghubung barat-timur (Jalan Yamin

Ginting – Jl. Brigjen Katamso) minimal sebanyak 2 ruas jalan.

Menata kembali ruas-ruas jalan di bagian selatan wilayah perencanaan dengan tetap

mensinkronkan jalan-jalan tersebut dengan rencana jalan pada Kecamatan Polonia.

Berikut rencana dimensi pola melintang jalan sesuai hirarki jalan.

Tabel V.2

Arahan Rencana Geometrik Jalan

Lebar minimun No. Hirarki jalan

Rumaja Rumija Ruwasja

1 Arteri primer 8 12 20

2 Kolektor Primer 7 10 16

3 Arteri Sekunder 8 12 20

4 Kolektor

Sekunder

7 10 16

Sumber: Pedoman Teknis Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, 1999 dan Hasil Rencana, 2005

Dalam merencanaan dimensi pola melintang jalan tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan

adalah (sumber: Pedoman Teknis Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, 1999):

Page 8: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−8

Lebar jalur ideal dan minimun untuk masing-masing kelas jalan adalah:

untuk arteri primer ideal 3,75 m dan minimun 3,5 m

untuk arteri sekunder ideal 3,50 m dan minimun 3 m

untuk kolektor primer ideal 3,25 m dan minimun 2,75 m

untuk kolektor sekunder ideal 3 m dan minimun 2,75 m

Lebar bahu minimun adalah 0,5 m

Untuk utilitas, disarankan:

Untuk utilitas yang berada di atas muka tanah paling tidak 0,6 m dari tepi paling

luar bahu jalan atau sisi luar perkerasan jalan

Untuk utilitas yang berada di bawah muka tanah harus ditempatkan paling tidak

1,2 m dari sisi paling luar bahu jalan atau sisi luar perkerasan jalan

Untuk jalan dengan 2 arah yang memiliki 4 lajur diwajibkan menyediakan median dengan

lebar minimal 1 m. Selain berfungsi sebagai pembatas, median dapat dimanfaatkan untuk

beberapa fungsi sesuai dengan lebarnya, diantaranya sebagai:

Ruang penempatan fasilitas pendukung jalan

Dimanfaatkan sebagai jalur hijau

Cadangan jalur

Penempatan fasilitas untuk mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan yang

berlawanan arah

Jalur hijau berfungsi sebagai elemen pelestarian nilai estetis lingkungan, usaha mereduksi

polusi udara dan jalur hijau pada median dibuat dengan mempertimbangkan pengurangan

silau cahaya lampu dari kendaraan berlawanan. Lebar jalur hijau ideal minimal 2 m

namun dapat disesuaikan dengan ketersediaan lahan.

Page 9: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−9

Gambar 5-3

Konsep Rencana Jaringan Jalan

Rencana Jalan Tembus

Konsep Rencana Jaringan Jalan: Penyesuaian hirarki jalan antara jalan arteri dan kolektor

Penambahan jalan di selatan (eks Bandara Polonia dengan jalan kolektor sekunder)

Page 10: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−10

5.1.3 Rencana Jaringan Utilitas

5.1.3.1 Jaringan Listrik

Hampir seluruh wilayah di Kota Medan sudah terjangkau jeringan listrik, Namur saat ini

kenyatannya di lapangan sering terjadi gangguan dalam pemakainnya. Dalam tiap harinya

pemadaman terjadi. Hal dikarenakan karena kurangnya pasokan listrik terhadap wilayah

perencanaan khususnya dan Kota Medan pada umumnya. Untuk itu diharapkan persoalan ini

dapat segera teratasi karena kerugian yang diakibatkan oleh pemadaman tersebut sangat

besar baik dari dunia usaha maupun kehidupan sosial masyarakat.

Pada umumnya pengembangan jaringan listrik mengikuti pola jaringan jalan, kecuali jaringan

SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi). Pengembangan jaringan listrik oleh PLN didasarkan

oleh adanya permintaan dari masyarakat, sehingga apabila akan direncanakan suatu kawasan

yang membutuhkan jaringan listrik baru, PLN akan mengembangkan jaringan listrik baru di

kawasan tersebut apabila ada permintaan. Berikut ini dapat dilihat standar kebutuhan listrik

untuk beberapa penggunaan bangunan.

Tabel V.3 Standar Kebutuhan Listrik

No Penggunaan Standar Kebutuhan

1 Perumahan/permukiman 150 watt/jam 2

Pendidikan 5%

3 Peribadatan 5% 4 Kesehatan 100% 5 Perdagangan 125% 6 Perkantoran 15% 7 Rekreasi dan Olah Raga 20% 8 Industri 125% 9 Penerangan Jalan 10%

Sumber: PLN, 2005

5.1.3.2 Jaringan Telekomunikasi

Pada umumnya rencana pengembangan saluran telepon tetap dari TELKOM mengikuti

kecenderungan pekembangan kawasan terbangun. Apabila suatu kawasan diniliai layak untuk

dikembangkan jaringan telepon baru yang secara ekonomi efisien, maka TELKOM akan

Page 11: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−11

membuat jaringan telepon tetap baru di kawasan tersebut. Apabila penetrasi saluran telepon

tetap (Fixed Telephone) sulit untuk memasuki suatu kawasan karena berbagai alasan seperti

kondisi geografis, pengembangan jaringan saluran telepon tetap tidak efisien, dll, pemohon

saluran telepon dapat menggunakan saluran telepon tetap tanpa kabel (Fixed Wireles

Telephone) yang tidak tergantung pada jaringan kabel. Pemerintah melalui TELKOM

menyediakan jasa layanan telekomunikasi berupa telepon umum, baik dalam bentuk kartu

maupun koin, yang umumnya tersedia pada tempat-tempat umum yang banyak dikunjungi.

Namun, dengan terjadinya peningkatan yang sangat drastis kepada penggunaan telepon

seluler serta semakin menjamurnya jasa wartel, kegunaan Telepon Umum yang disediakan

oleh TELKOM menjadi tidak populer. Kondisi ini menyebabkan banyaknya sarana telepon

umum yang kemudian terbengkalai tidak terawat dan tidak dapat berfungsi. Oleh karena itu

pengadaan telepon umum baru lebih diarahkan untuk melengkapi telepon umum yang sudah

ada di Wilayah Perencanaan, sedangkan untuk fasilitas telepon umum yang sudah ada lebih

diarahkan pada peningkatan pemeliharaan dan kualitasnya

5.1.3.3 Jaringan Air Bersih

Rencana penyediaan air bersih di Wilayah Perencanaan dibedakan dalam skala pelayanannya,

yaitu skala regional dan skala Wilayah Perencanaan, serta skala rumah tangga. Berikut akan

diuraikan satu-persatu.

1. Skala Regional dan Skala Wilayah Perencanaan

a. Merealisasikan strategi pengelolaan sumber daya air

b. Upaya pelestarian sumber air permukaan dan tanah (melalui prokasih dan pembatasan

pengambilan air tanah)

c. Sistem Perpipaan

Melakukan optimasi sistem :

• Memanfaatkan kapasitas sisa dengan memperluas cakupan pelayanan dengan

menambah jaringan distribusi dan pemasangan SL dan HU baru

• Menekan tingkat kebocoran sehingga air idle dapat dimanfaatkan untuk

peningkatan cakupan pelayanan

• Peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan operasi dan pemeliharaan

sesuai dengan standar operasi dan prosedur.

Melakukan pengembangan sistem:

Page 12: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−12

• Pembangunan sistem penyediaan air bersih baru untuk daerah yang belum

terlayani

• Membuka peluang untuk kemitraan dengan masyarakat dan swasta

d. Sistem Non Perpipaan

Melakukan optimasi sistem :

• Peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan

Melakukan pengembangan sistem:

• Pembangunan sistem penyediaan air bersih non perpipaan baru untuk

daerah yang belum terlayani

2. Skala Wilayah atau Rumah Tangga

a. Berpartisipasi dalam melakukan penghematan pemakaian air

b. Turut melestarikan sumber air tanah tingkat pencemaran dari limbah rumah tangga

masing-masing dan berpartisipasi membuat sumur resapan.

5.1.3.4 Jaringan Air Kotor

Pengelolan air kotor di Wilayah Perencanaan tercakup dalam skala pelayanan regional yang

meliputi Kota Medan. Oleh karena itu, rencana pengelolaan air kotor ke depannya dilakukan

utuk skala regional (skala Kota Medan) dan skala Wilayah Perencanaan, yaitu melalui upaya:

a. Merealisasikan strategi pengelolaan sumber daya air

b. Upaya pelestarian sumber air permukaan dan tanah (melalui prokasih)

c. Air Limbah Domestik

Sistem Off Site (terpusat)

• Melakukan optimasi sistem:

→ Memanfaatkan kapasitas sisa IPAL Bojong Soang dengan

memperluas cakupan pelayanan dengan menambah saluran

pengumpul dan pemasangan Sambungan Langganan baru

→ Peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan operasi dan

pemeliharaan sesuai dengan standar operasi dan prosedur.

Sistem On Site (Setempat)

• Melakukan optimasi sistem:

→ Perencanaan dan pembangunan sarana sanitasi setempat (terutama

tangki septik yg dilengkapi bidang resapan) di daerah dengan

kepadatan penduduk rendah

Page 13: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−13

→ Untuk daerah dengan kepadatan tinggi serta yang berlokasi di

sekitar sungai direncanakan dan dibangun sarana sanitasi setempat

komunal

→ Penyuluhan tentang sarana air limbah setempat

→ Promosi tentang penyedotan tinja

• Melakukan pengembangan sistem

→ Perencanaan dan pembangunan sarana sanitasi setempat (terutama

tangki septik yang dilengkapi bidang resapan) di daerah dengan

kepadatan penduduk rendah dan jauh dari jaringan sistem terpusat

→ Bila daerah dengan kepadatan rendah berubah menjadi kepadatan

tinggi maka sistem setempat diinterkoneksi menjadi sistem terpusat

→ Alternatif kerjasama pengoperasian dengan swasta

5.1.3.5 Drainase

Pengembangan jaringan drainase di Wilayah Perencanaan direncanakan sesuai dengan skala

regional dan skala Wilayah Perencanaan; serta sesuai dengan kala wilayah dan rumah tangga.

1. Skala Regional dan Skala Wilayah Perencanaan

a. Melakukan optimasi sistem

Peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan operasi dan pemeliharaan sesuai dengan

standar operasi dan prosedur

b. Melakukan pengembangan sistem

Pembangunan sistem penyediaan drainase baru untuk daerah yang belum terlayani dengan

mengacu kepada master plan atau DED sektor drainase yang tersedia

2. Skala Wilayah atau Rumah tangga

a. Berpartisipasi dalam melakukan melakukan pemeliharaan saluran drainase di lingkungan

terkait

b. Turut mengendalikan limpasan air hujan sekaligus melestarikan sumber air tanah dengan

membuat sumur resapan.

Page 14: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−14

5.1.3.6 Persampahan

Pengelolaan persampahan perlu ditangani secara bersama-sama, yaitu oleh pemerintah,

swasta, dan masyarakat. Untuk itu rencana pengelolaan persampahan dibedakan menjadi 2,

yang didasarkan pada skala cakupannya, antara lain:

1. Skala Regional (Skala Kota Medan dan Skala Wilayah Perencanaan)

a. Kegiatan terpadu melakukan kegiatan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycling)

b. Melakukan optimasi sistem

Peningkatan kualitas pelayanan dengan melakukan operasi dan

pemeliharaan sesuai dengan standar operasi dan prosedur.

Optimasi pengoperasian TPA yang ada

Sosialisasi dan kegiatan –kegiatan 3R yang berkelanjutan

c. Melakukan pengembangan sistem:

Perluasan daerah pelayanan

Mempercepat pengadaan TPA baru (sesuai konsep GBWMC),

dengan kriteria lokasi sebagai berikut:

Table V.4 Kriteria Tempat Pembuangan Sampah

No. Parameter Kriteria A Lingkungan fisik 1 Kondisi Fisik Pematusan tanahnya buruk Muka air tanah < 1 m ke permukaan Permeabilitas tinggi 2 Kondisi hidrogeologi Jarak ke sumber air > 25 m Jarak dari sungai > 50 m Jarak di luar pengaruh bangjir 10 tahunan 3 Kondisi topografi kemiringan < 15 % 4 Kondisi tanah/ lahan Kebutuhan lahan 5 – 10 m2 Status kepemilikan tanah di lahan umum,

milik perorangan dengan ijin pemilik 5 Iklim Arah angin baik bila tidak mengarah ke

permukiman 6 Utilitas Tersedia akses jalan yang bisa dimasuki

truk sampah B Lingkungan biologis, kimia dan sosekbud 1 Batas administrasi Sebaiknya dalam batas wilayah administrasi

kota 2 Bau Sebaiknya di luar jangkauan pemukiman 3 Keamanan dan

ketertiban Lokasi aman dan tidak mengganggu

masyarakat (perlu ijin masyarakat sekitar) Aman dari bahaya kebakaran Ada jaminan ketertiban dari pemda

Page 15: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−15

2. Skala Wilayah atau Rumah Tangga

a. Berpartisipasi dalam melakukan pengelolaan sampah termasuk 3R di lingkungan rumah

b. Berpartisipasi dalam melakukan pembayaran retribusi secara tepat waktu

c. Pengembang perumahan baru baik skala kecil dan besar, diwajibkan untuk menyediakan

TPS skala lingkungan

Secara umum rencana penanganan persampahan di Wilayah Perencanaan dapat dilihat pada

Gambar 5.4

Page 16: 5 Bab 5 Konsep RDTR

− PT. Ahassa Ciptanika

5−16

N o D efinisi Sum ber Sam pah

1 Perm ukim an BiasaLingkungan perm ukim an dengan m em iliki penghasilan > Individu tak langsung W adah G erobak TPS/Bakm enengah ke baw ah, terletak pada kaw asan tak > Sw akelola Individual Kom unalteratur, lahan & luas bangunan terpencar & kecil

TPA Truk

2 Perm ukim an TeraturLingkungan perm ukim an dengan m em iliki penghasilan > Kom unal tidak langsung W adah G erobak TPS/Bakm enengah ke atas, terletak pada kaw asan teratur Individual Kom unallahan & luas bangunan terbatas, um um nya beradapada kom pleks-kom pleks perum ahan/perm ukim an TPA Truk

> Individu langsung W adah Truk TPAIndividual

3 K aw asan PasarLingkungan tem pat perdagangan harian, biasanya > Kom unal langsung Petugas G erobak/ TPS/pagi sam pai sore hari dan term asuk dalam radius sapu keranjang Kontiner200 m eter. Pada m alam hari tidak ada penghuni yangm enetap, biasanya sebagian besar adalah sam pah TPAorganik

Petugas G erobak/ TPAsapu keranjang

4 K aw asan K om ersial K antor [kantor, pertokoan ,hotel/bar, rum ah m akan]Lingkungan dengan lokasi um um nya terletak d i pinggir > Kom unal langsung W adah Truk TPAjalan besar/raya & pada kaw asan teratur Individual

5 Tem pat U m um [jalan, tam an & parit] > Kom unal tidak langsung Petugas G erobak/ TPS/> D ibakar sapu keranjang Kontiner

Pola Penanganan Siklus

Gambar 5.4 Diagram Penanganan Persampahan

Page 17: 5 Bab 5 Konsep RDTR

− PT. Ahassa Ciptanika

5−17

5.2 KONSEP RENCANA POLA RUANG

Konsep rencana pola ruang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan akan mengacu

kepada rencana pola ruang yang terdapat di Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan.

Secara umum pola ruang di Wilayah Perencanaan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar

yakni kawasan lindung dan budidaya. Pola ruang yang sudah diidentifikasi di wilayah

perencanaan adalah sebagai berikut:

Tabel V.5 Rencana Pola Ruang Wilayah Perencanaan

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Lindung Kawasan perlindungan

setempat Sempadan sungai

Kawasan suaka alam dan

cagar budaya Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

RTH Hutan Kota Taman kota Budidaya Perumahan Terstruktur kepadatan rendah kepadatan sedang kepadatan tinggi Tidak Terstruktur kepadatan rendah kepadatan sedang kepadatan tinggi Perdagangan Berkelompok Spesialist Campuran Koridor Spesialist Campuran Node (Simpul) Mix Land Use Jasa (Pelayanan) Berkelompok Spesialist Campuran Koridor Spesialist Campuran Node (Simpul) Mix Land Use RTH Kota (Urban

Facilities) Taman lingkungan

Tempat Pemakaman Umum (TPU)

Taman Rekreasi RTH Infrastruktur/ Utilitas Industri Berkelompok Berkelompok

Page 18: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−18

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Koridor Koridor Node (Simpul) Node (Simpul) Transportasi Bandara Bandara Pelabuhan Pelabuhan Terminal Tipe A Terminal Tipe A Terminal Tipe B Terminal Tipe C Stasiun Stasiun Fasilitas Pendidikan Kesehatan Kebudayaan Olahraga Rekreasi Peribadatan Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Pemerintahan Pemerintahan Militer/pertahanan Militer/pertahanan

Sumber: Hasil Analisis, 2007

Page 19: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−19

Page 20: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−20

5.2.1 Kawasan Lindung

Kriteria kawasan lindung yang dirangkum dari beberapa sumber terkait yakni sebagai berkut:

Tabel V.6

Kriteria Kawasan Lindung

Definisi Fungsi Kriteria 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya

1.1 Kawasan hutan berfungsi lindung

Hutan konservasi Hutan lindung dan atau kawasan hutan lainnya

dnegan nilai skor > 125 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) dan atau

Lereng lapangan > 40% dan pada daerah yang tanahnya peka terhadap erosi dengan kelerengan lapangan lebih dari 25%, dan atau

Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 2000 meter atau lebih di atas permukaan laut

1.2 Kawasan resapan air Kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1000 mm/thn

Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm

Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1m/hari

Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap permukaan lahan setempat

Kelerangan kurang dari 15% Kedudukan muka air tanah dangkal lebih tinggi

dari kedudukan muka air tanah dalam 2. Kawasan suaka alam 2.1 Kawasan cagar alam Kawasan sarat dan atau perairan yang ditunjuk

mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dnegan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya

Kondisi alam baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia

2.2 Kawasan suaka margasatwa

Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasi

Memiliki keanekaragaman dan keunikan satwa Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat

jenis satwa yang bersangkutan

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan

3. Kawasan pelestarian alam

Page 21: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−21

Definisi Fungsi Kriteria 3.1 Taman hutan raya Kawasan yang ditunjuk mempunyai luasan

tertentu, yang dapat merupakan hutan dan atau bukan kawasan hutan

Memiliki arsitektur bentang alam dan akses yang baik untuk kepentingan pariwisata

3.2 Taman wisata alam Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan

Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau

4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan

Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan

Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya.

5. Kawasan rawan bencana alam

5.1 Kawasan rawan bencana gunung berapi

Kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang terpengaruh langsung dan tidak langsung, dengan tingkat kerawanan yang berbeda;

Kawasan berupa lembah yang akan menjadi daerah aliran lahar dan lava.

5.2 Kawasan rawan gempa bumi

Daerah yang mempunyai sejarah kegempaan yang merusak;

Daerah yang dilalui oleh patahan aktif; Daerah yang mempunyai catatan kegempaan

dengan kekuatan (magnitudo) lebih besar dari 5 pada skala richter;

Daerah dengan batuan dasar berupa endapan lepas seperti endapan sungai, endapan pantai dan batuan lapuk;

Kawasan lembah bertebing curam yang disusun batuan mudah longsor.

5.3 Kawasan rawan gerakan tanah

Daerah dengan kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah, terutama jika kegiatan maanusia menimbulkan gangguan pada lereng di kawasan ini

5.4 Kawasan rawan banjir Daerah yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana banjir

6. Kawasan perlindungan setempat

Page 22: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−22

Definisi Fungsi Kriteria 6.1 Sempadan sungai Sekurang-kurangnya 5 m di sebelah luar

sepanjang kaki tanggul di luar kawasan perkotaan dan 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan;

Sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri sungai kecil yang tidak bertanggul luar kawasan perkotaan;

Sekurang-kurangnya 10 m dari tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m;

Sekurang-kurangnya 15 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m;

Sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m;

Sekurang-kurangnya 100 m dari tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai jalur hijau.

6.2 Kawasan sekitar mata air

Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/11/1980)

7. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ

Merupakan areal tempat pengembangan plasma nutfah tertentu dan tidak membahayakan

8. Taman buru Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan

Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan sehingga memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga dan kelestarian satwa

Sumber: UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, PP No. 47 tahun 1997 tentang RTRWN, Keppres 32 Tahun 1992 tentang Kawasang Lindung

Sementara itu, jenis kawasan lindung yang terdapat di wilayah perencanaan adalah kawasan

perlindungan setempat dan kawasan cagar budaya. Untuk itu terdapat beberapa kebijakan

umum terkait dengan perencanaan kawasan lindung di wilayah perencanaan:

1. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan lindung

2. Menerapkan aturan dan pengendalian yang ketat bagi pengembangan kawasan di daerah

kawasan lindung

3. Mewajibkan pembuatan sumur resapan pada daerah terbangun di kawasan-kawasan

lindung

Page 23: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−23

5.2.1.1 Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat yang dimaksud disini adalah daerah sempadan sungai yang

memiliki luas yang cukup signifikan di wilayah perencanaan. Adapun sungai-sungai yang

melewati wilayah perencanaan adalah:

1. Sistem Sungai Badera – Sungai Belawan

2. Sistem Sungai Deli – Babura, dengan anak sungainya :

o Sungai Sikambing, dengan anak sungainya :

Sei Selayang

Sei Putih

o Sungai Babura, dengan anak sungainya :

Sei Siput

Sei Berkala

3. Sistem Sungai Kera, dengan anak sungainya :

o Parit Emas

o Parit Martondi

4. Sistem Sungai Percut dan Sei Tuan, dengan anak sungainya :

o Sungai Buncong

o Sungai Pelangkah

o Sei Percut Denai

Ketetapan lebar sempadan sungai yang melewati kawasan perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Lebar sempadan 3-5 meter untuk sungai yang bertanggul

2. 10-15 meter untuk sungai yang tidak bertanggul

5.2.1.2 Kawasan Cagar Budaya

Berdasarkan RTRW Kota Medan kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian

bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya Kota

Medan. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di sekitar

bangunan bernilai budaya tinggi dan situs yang mempunyai manfaat tinggi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan

mempertahankan bentuk asli bangunan.

Page 24: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−24

Kawasan cagar budaya wilayah perencanaan mencakup kawasan:

a. Kawasan Pusat Kota Bersejarah, kawasan

Merdeka bangunan pertama rumah milik

Nienhuiz karena pada lokasi ini Nienhuiz

mulai mendirikan pabrik tembakau dan

perumahan pegawai tembakau deli dan

perkebunan dan Istana Maimun Gedung Bank

Indonesia, Kantor Pos, Statsiun Kereta Api.

b. Kawasan Etnis India di Kelurahan Madrasulun dan Etnis Cina di Kesawan yang

berdekatan dengan kawasan pusat kota lama (Lapangan Merdeka).

c. Bangunan-bangunan Bersejarah.

Rencana pengelolaan bangunan bersejarah direkomendasikan untuk tetap memfungsikan

kondisi awal bangunan tersebut, namun perlu ditetapkan peraturan bangunan untuk

tidak merubah kondisi arsitekur bangunan dan untuk selalu melakukan pemeliharaan

agar kondisi bangunan tidak rusak. Berdasarkan analisis dan merujuk pada Dinas Tata

Kota bangunan-bangunan yang harus dilestarikan di wilayah perencanaan adalah :

1. Bangunan Gereja: • Jl. Pemuda : Gereja Room Katholik

• Jl. Sudirman sudut Jl. Ke Polonia : Gereja HKBP

• Jl. H. Zainul Arifin sudut Jl. T. Umar : Gereja Kristen Indonesia

2. Bangunan Toapekong; • Jl. Hang Tua Dalam dekat Sei Babura : Toapekong

• Jl. Jend. A. Yani : Toapekong Tong A Fei

3. Bangunan Rumah Sakit: • Jl. Sudirman, sudut Jl. Ke Polonia : Rumah Sakit Elisabet

• Jl. Prof. H.M. Yamin, SH. : R.S. Pringadi

• Jl. Putri Hijau : R.S. Perusahaan Negara

Perkebunan (PNP)

4. Bangunan Sekolah: • Jl. Pemuda :Rumah Sekolah TK Room Katholik

• Jl. Sudirman : Rumah Sekolah Immanuel

Page 25: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−25

5. Bangunan-Bangunan Lama: • Jl. Jend. A. Yani antara Jl. Pl. Merah

dan Jl. Raden Saleh : Toko-toko, Kantor Bank Kanan,

kirinya bagian depannya tidak

diperbolehkan dirobah bentuknya

• Jl. Balai Kota : Kantor Walikota Medan dan

Kantor Pos Kantor Bank Indonesia

(Hotel Debur) sekarang Hotel

Darma Deli

• Jl. Pemuda : Bank Duta samping Perisai Plaza

Bank South Asia

Ex. Kantor Sospol Kota Medan

• Jl. Kol. Sugiono (Jl. Wazir) : Istana Maimon

Kantor P.U. Sumatera Utara

Ex. Bank Bukopin

• Jl. Palang Merah : Ex. Bank Koperasi

Bangunan Palang Merah Indonesia

Bangunan Lama di samping Hotel

Danau Toba

• Jl. H. Zainul Arifin : Bangunan Sejarah

Musium Kodam I Bukit Barisan

Kantor Penerangan

• Jl. Diponegoro : Kodam I Bukit Barisan

Kantor Gubsu

Kantor Pengadilan Negeri Medan

Kantor Pengadilan Tinggi Medan

• Jl. Sudirman : Rumah Dinas Walikota Medan

Rumah Dinas Gusbu

Bekas Kantor Permina

(KAPOLDA)

• Jl. Brigjend. Katamso : Bekas Kantor Perkebunan HVA

• Jl. Prof. H.M. Yamin, SH. Sudut Jl. Gaharu : Rispa Perkebunan

Kantor Telkom

Kantor PJKA

Laboratorium USU

Page 26: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−26

5.2.1.3 Ruang Terbuka Hijau

Dalam RTRW Kota Medan, Ruang Terbuka Hijau dikelompokkan ke dalam kawasan lindung.

Sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-Undang No 26 tahun 2007, dimana masing-

masing kota atau wilayah harus memiliki luasan RTH minimal 20% dari luas wilayahnya

masing-masing.

Oleh karena itu, ruang terbuka hijau yang telah ada saat ini di Wilayah Perencanaan tidak

hanya dipertahankan luasannya tetapi juga ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya sehingga

target luas ruang terbuka hijau (20 % dari luas kota) dapat terpenuhi.

Jenis RTH yang ada di Wilayah Perencanaan adalah:

Taman pasif, seperti: taman sisi jalan, taman pinggir jalan, jalur penghijauan jalan, taman

pulau jalan.

Taman aktif, seperti taman umum kota.

Lapangan Olah Raga

Penjualan tanaman hias dan bunga di ruang terbuka

Pemakaman

Ruang terbuka bukan sarana lingkungan (lahan budidaya atau lahan kosong belum

terbangun)

Ruang terbuka pengaman (yang terbentuk karena sempadan jalan, sempadan sungai,

sempadan rel KA, sempadan SUTET).

Secara lebih rinci RTH di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut:

Tabel V.7 Taman dan Jalur Hijau di Wilayah Perencanaan

No. Nama Tanaman Luas (m2) No. Nama Tanaman Luas

(m2) 1 Ahmad Yani 14.453 35 Stand Medan Fair 1.600 2 Segitiga Sudirman 600 36 Segitiga Jl. Sei Rotan 388 3 Bundaran Sudirman 2.300 37 Boulevard Jl. Gatot Subroto 40.000 4 Jl. Gurita/Jl. Samanhudi 144 38 Planting Box Jl. Gatot Subroto 3.200 5 Jl. Samanhudi/Jl. Juanda 1.400 39 Bundaran Majestik (Tugu SIB) 1.911 6 Jl. Iman Bonjol 800 40 Kantor Perpustakaan Medan 1.454 7 Halaman Dispenda Medan 10.000 41 Jl. Sriwijaya/Jl. Nibung 270

8 Segitiga depan Rumah Gubsu 40 42 Lapangan Volley Jl. Imam Bonjol 3.700

9 Rumah Dinas Walikota Medan 2.500 43 Simpang Wahid Hasyim 120

Page 27: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−27

No. Nama Tanaman Luas (m2) No. Nama Tanaman Luas

(m2) 10 Jl. Masdulhak 1.680 44 Kantor KONI Gajah Mada 3.100 11 Jl. H. Misbah 1.675 45 Jl. Jamin Ginting 172 12 Jl. Juanda Baru 125 46 Planting Box Jl. Jamin Ginting 110 13 Jl. Walikota 945 47 Jl. Juanda Simpang Mongonsidi 350 14 Uskup Agung (boulevard) 800 48 Kantor Dharma Wanita 1.500 15 Jl. Rivai 640 49 Sei Tuntung 1.133 16 Depan Hotel Pardede 68 50 Sei Serapu 900 17 Jl. Mangkubumi/Suprapto 228 51 Segitiga Jl. Badur 100 18 Pot-pot di Jl. Brigjen Katamso 500 52 Segitiga Jl. H.M. Yamin SH 126 19 Istana Maimoon 4.100 53 Boulevard Jl. H.M. Yamin SH 2.000 20 Depan Istana Plaza 200 54 Air Mancur Petisah 362

21 Jl. Juanda (depan Brigjen. Katamso) 149 55 Segitiga S. Parman 33

22 Jl. K.H.A. Dahlan/Gerilla 228 56 Taman Jl. Mongonsidi simp. Jl. Cipto 380

23 Jl. K.H.A. Dahlan/Samanhudi 144 57 Jl. Jamin Ginting simp. Jl. Sei Wampu 115

24 Bundaran Polonia/Tugu Pemersatu 490 58 Taman Jl. Gatot Subroto simp.

Jl. Kaki Lima 18

25 Lily Suheri 1.800 59 Taman Jl. Gatot Subroto simp. Jl. Sekip 280

26 Segitiga Monumen Lily Suheri 12 60 Taman Depan Puskesmas Pdg. Bulan 120

27 Kantor DPRD Kota Medan 650 61 Jl. Sei Wampu/Jl. Iskandar Muda 120

28 Lap. Tenis Jl. Imam Bonjol 6.978 62 Taman Sudut Jl. Mangkubumi 228

29 Jl. Diponegoro 144 63 Taman Depan Waspada Jl. Suprapto 228

30 Boulevard Jl. Kapt. Maulana Lubis 300 64 Taman Depan Mesjid Jl. Jamin

Ginting 270

31 Segitiga Cik Ditiro 900 65 Jl. Juanda simp. Jl. Katamso 149

32 Jl. Sei Wampu Depan BRIMOB 172 66 Planting Box Jl. Merak Jingga 25

33 Segitiga Simpang Kampus USU 267 67 Planting Box Depan Deli Plaza 36

34 Depan Wisma Kodam I/BB 5.400 Sub Total 60.832 Sub Total 64.498

Total 125.330 Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016

Page 28: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−28

Tabel V.8 Tempat Pemakaman Umum di Wilayah Perencanaan

No Nama Pemakaman Luas Areal (Ha)

Kelurahan/ Kecamatan Keterangan

1 Abdullah Lubis Jl. Abdullah Lubis

1,50 Babura/ Medan Baru

Kristen

2 Padang Bulan Jl. Jamin Ginting

2,00 Medan Baru Kristen

3 Gajah Mada Ujung Jl. Gajah Mada/Sei Wampu

1,90 Medan Baru Kristen

4 Gajah Mada Lama Jl. Gajah Mada/Iskandar Muda

1,90 Medan Petisah Kristen

5 Sei Batu Gingging Jl. Sei Batu Gingging

1,50 Babura/ Medan Baru

Islam

Total 8,8 Ha Sumber: RTRW Kota Medan 2006-2016

Berdasarkan data di atas, maka luas RTH publik di wilayah perencanaan adalah 21,3 Ha atau

sekitar 1% dari luas keseluruhan wilayah perencanaan. Selain RTH publik, masing-masing

kota atau kabupaten juga harus menyediakan RTH privat minimal 10% dari luas kota. Untuk

itu usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan target luas RTH diantaranya:

Tabel V.9

Rencana Pengembangan RTH di Wilayah Perencanaan

No Jenis RTH Rencana Pengembangan RTH Lokasi Pengembangan

1 Tata Hijau Pekarangan

• Berbentuk taman/ penghijauan di pekarangan

• Fungsi: tempat tumbuh tanaman, peresapan air, peneduh, estetika, pelembut dan penyatu bentuk bangunan, serta kenyamanan penghuni

• Persyaratan: area hijau dengan KDH minimal 10%. Untuk perumahan tipe Villa atau kepadatan rendah KDH adalah 30 - 50% untuk kavling besar dan sangat besar

Seluruh Wilayah

2 Tata Hijau Lingkungan Perumahan

• Berbentuk taman/RTH sesuai dengan jumlah dan kepadatan penduduk

• Fungsi: taman, tempat bermain, lapangan olah raga, penetralisir polusi udara

• Jenis RTH: taman untuk 250; 2.500; dan 30.000 penduduk

• Persyaratan: sesuai dengan tingkat pelayanan

Seluruh Wilayah

Page 29: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−29

No Jenis RTH Rencana Pengembangan RTH Lokasi Pengembangan

Taman di Pusat Sekunder • Kebutuhan 0,2 s/d 0,3 m2/ orang untuk

120.000 - 480.000 penduduk. Luas 3,6 s/d 9,6 ha

• Fungsi: taman dan lapangan olah raga dengan stadion mini

Pusat Sekunder

Taman di Pusat Tersier • Kebutuhan 0,2 s/d 0,3 m2/ orang untuk

30.000 - 120.000 penduduk. Luas 0,9 – 2,4 ha

• Fungsi: taman dan lapangan olah raga

Pusat Kecamatan

3. Tata Hijau

Sepanjang Jalur Sungai

• Fungsi: penahan erosi, menjaga ketersediaan air, memberikan lingkungan yang mendukung kehidupan, keamanan, dan keselamatan terhadap banjir

• Dimensi: 5 meter di tepi sungai bertanggul, dan 10 - 50 meter di tepi sungai tak bertanggul

Daerah sempadan sungai

4. Tata Hijau Jalur Tegangan Tinggi

• Fungsi: pengaman lokasi perumahan dan aktivitas lain dari bahaya yang dapat terjadi, pembatas fisik dengan daerah sekelilingnya, pengaman agar tidak digunakan secara liar

• Dimensi: minimal 20 meter dari as menara dan disesuaikan dengan KVA

Kawasan yang dilakui tegangan tinggi

5. Tata Hijau Pemakaman

• Fungsi: keindahan, kenyamanan visual, pembatas fisik, resapan air dan pembentuk iklim mikro

• Persyaratan: jarak pepohonan renggang, dengan penutup tanah dari rumput. Secara bertahap dikurangi penggunaan penutup makam dengan perkerasan

Seluruh pemakaman di wilayah perencanaan

6. Tata Hijau Jalur Kereta Api

• Fungsi: pengaman dari bahaya yang dapat terjadi, pengaman agar tidak digunakan secara liar, dan peredam bising

• Dimensi: minimal 10 meter

Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat

7. Tata Hijau Jalur Jalan

Jalan Arteri • Fungsi: Peneduh, penyerap polusi,

pencegah erosi, dan estetika • Persyaratan: kiri kanan jalan, jarak tanam

10 meter • Kriteria: akar tidak merusak jalan, batang

lurus, daun dan bunga tidak mudah rontok, perawatan mudah, perakaran dalam, percabangan rapat dan tidak mudah patah

Jalan Gatot Subroto, Jalan Yamin Ginting, Jalan Brigjen Katamso

Page 30: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−30

No Jenis RTH Rencana Pengembangan RTH Lokasi Pengembangan

Jalan Kolektor • Fungsi: Peneduh, penyerap polusi,

pencegah erosi, estetika dan pembatas fisik antara kendaraan dengan pejalan kaki

• Persyaratan: pohon peneduh di kiri kanan jalan, dan tanaman pemecah silau di bagian median

• Kriteria: bentuk informal, tekstur rapat, akar tidak mengganggu jalan perawatan mudah

Jalan Lokal • Fungsi: Pengendali polusi, menahan sinar

matahari, penahan kecapatan angin, pembatas fisik antara kendaraan dengan pejalan kaki

Sumber: Hasil Analisis, 2007

5.2.2 Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya di wilayah perencanaan diklasifikasikan atas perumahan, perdagangan,

jasa, industri, fasilitas, pemerintahan serta militer/pertahanan. Masing-masing klasifikasi

tersebut akan dirinci sebagai berikut:

Tabel V.10

Klasifikasi Penggunaan Lahan Budidaya Wilayah Perencanaan

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Rumah Tunggal Rumah Kopel

Perumahan kepadatan rendah

Rumah Dinas Rumah Deret Guest House Asrama Townhouse Panti Jompo

Perumahan kepadatan sedang

Panti Asuhan Yatim Piatu Rumah Susun Rendah (<5 lantai) Rumah Susun Sedang (5-8 lantai) Rumah Susun Tinggi (>8 lantai) Kost-kostan

Perumahan

Perumahan kepadatan tinggi

Rumah tidak terstruktur/ perumahan kampung

Serba-serbi Minimarket Kelontong

Budidaya

Perdagangan Toko/Pertokoan

Makanan/kue/minuman/bakery

Page 31: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−31

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Buah-buahan/sayur Obat/kosmetik (alat-alat/bahan-bahan kesehatan) Pakaian/sepatu/tas/kacamata/ aksessoris Buku/ATK Daging/sosis/ayam Kain/bahan pakaian Perhiasan/emas/jewelry Ikan hias/aquarium/pet shop Elektronik (TV, mesin cuci, dll) Alat musik Komputer/HP (Hi-tech) Sepeda/motor dan aksesorisnya Mobil (showroom/dealer) Onderdil/perlengkapan mobil dan motor/helm Alat-alat olah raga Furniture/meubel Bahan bangunan Best/kaca/cat (bahan bangunan A ) Kusen/pasir/bata/batu/las/tralis (bahan bangunan B) Peralatan dan pasokan pertanian Tanaman/florist Pasar harian Pasar lingkungan Pasar kecamatan/BWK Pasar induk

Pasar Tradisional

Perdagangan informal (bukan yang di jalan) Swalayan/supermarket Hypermarket Pusat perbelanjaan/shopping centre/electronic centre/ otomotif centre

Pasar Modern

Mall Pasar induk Penyalur grosir Grosir Trade centre (ITC)

Mix-used Ruko SPBU SPBU

Hotel/penginapan/losmen/cottage Gedung Pertemuan/Gedung Pameran Restoran/rumah makan/pujasera Bioskop/teater/gedung pertunjukan

Jasa (Pelayanan) Akomodasi

Hiburan malam./karaoke/bilyard/pub-bar/diskotek

Page 32: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−32

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Laundry Lembaga keuangan/bank/asuransi/ koperasi/pegadaian Jasa bangunan/kontraktor/ properti/developer Jasa profesi Travel/agen perjalanan Asosiasi profesi/atlit/parpol/LSM/artis Agen/distributor Pendukung perkantoran (warnet, martel, rental komputer, fotokopi) Pusat riset dan pengembangan IPTEK

Perkantoran swasta

Radio/stasiun TV (telekomunikasi) Salon/spa Klinik kecantikan Fitness/gym Laboratorium kesehatan

Kesehatan dan Kecantikan

Toko obat Bengkel Car wash Rental kendaraan/layanan angkutan

Kendaraan bermotor dan elektronik

Penitipan kendaraan Pool kendaraan (taxi, bus, angkot) Hasil industri Pergudagangan Penimbunan barang bekas Kursus/bimbel/training centre Pendidikan Day care/penitipan anak Rumah duka Pemakaman Krematorium

Industri besar Industri kecil / home industri Industri pergudangan

Industri

Indusri bahari

Terminal Stasiun Lapangan parkir umum

Transportasi Darat

Gedung parkir

TK SD/MI SLTP/MTS SMU/MA/SMAK Akademi

Fasilitas Pendidikan Pendidikan

Perguruan Tinggi Fasilitas Kesehatan Kesehatan Rumah Sakit tipe A

Page 33: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−33

Hirarki I Hirarki II Hirarki III Hirarki IV Rumah Sakit tipe B Rumah Sakit tipe C Rumah Sakit tipe D Rumah Sakit gawat darurat Rumah Sakit bersalin/RS Ibu dan Anak Puskesmas Puskesmas pembantu Balai pengobatan Posyandu Klinik/poliklinik Museum Galeri seni Kebudayaan Perpustakaan Lapangan olahraga Lapangan golf, driving range Gedung olahraga

Olahraga Rekreasi

Pemancingan umum Masjid Langgar Gereja Pura Kelenteng

Fasilitas Peribadatan

Wihara Kantor instansi pemerintahan provinsi Sumatera Utara Kantor Pos Provinsi Polda Kantor instansi pemerintahan Kota Medan Kantor kecamatan Kantor Kelurahan Balai pertemuan Kantor Pos Kantor PLN Pemadam Kebakaran Pos Polisi

Pemerintahan Pemerintahan

Polsek/ Polsekta

Militer/pertahanan Militer/pertahanan

Sumber: Hasil Analisis, 2007

Page 34: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−34

Rencana penggunaan lahan untuk masing-masing penggunaan lahan di atas adalah sebagai

berikut:

5.2.2.1 Perumahan

Saat ini wilayah perencanaan masih didominasi oleh guna lahan perumahan dengan

kecenderungan terjadi percampuran kegiatan di dalamnya. Rencana pengembangan kawasan

perumahan di wilayah perencanaan diarahkan untuk masng-masing kecamatan, yakni sebagai

berikut:

A. Kecamatan Medan Maimun

Kecamatan Medan Maimun merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi di

wilayah perencanaan dengan ketinggian bangunan rata-rata di atas 2 lantai. Untuk itu arahan

pengembangan perumahan di wilayah ini adalah perumahan kepadatan tinggi dengan

kecenderungan pemanfaatan lahan bercampur (mix land use).

Tingkat kepadatan yang tinggi yang kurang teratur akan mengarah kepada penurunan kualitas

lingkungan perumahan yakni munculnya perumahan-perumahan kumuh. Untuk itu di

kawasna ini diarahkan untuk melakukan peremajaan kota (urban renewal) dengan

menyediakan LISIBA dan KASIBA yang telah dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan

selain itu juga sesuai dengan persyaratan pembakuan tata lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan dan selain itu juga sesuai dengan persayaratan pembakuan tata lingkungan tempat

tinggal atau lingkunagan hunian dan pelayanan lingkungan untuk membangun kaveling tanah

matang.

B. Kecamatan Medan Petisah

Lingkungan perumahan di Kecamatan Medan Petisah masih didominasi oleh bangunan lama

dengan karakteristik bangunan perumahan tunggal dengan kepadatan rendah. Kawasan ini

merupakan kawasan perumahan yang teratur dengan infrastruktur yang sudah berkembang

baik meskipun sekarang-sekarang ini banyak infrastruktur yang rusak atau tidak beroperasi

secara optimal.

Karakter lain di kecamatan ini adalah kawasan pengembangan baru dengan karakter lahan

yang datar, didominasi dengan banyaknya rumah tunggal dan rumah deret dengan kepadatan

relatif tinggi. Di zona ini, keteraturan bangunan perumahan cukup bervariasi. Ada komplek-

Page 35: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−35

komplek perumahan yang telah tertata rapi dengan kelengkapan infrastruktur yang baik.

Kondisi lingkungan perumahan seperti ini agar tetap dipertahankan. Kecenderungan

perubahan penggunaan bangunan di wilayah ini sangat tinggi sehingga perlu diberlakukan

aturan yang cukup ketat untuk menjaga kelestarian lingkungan.

C. Kecamatan Medan Baru

Karakater lingkungan perumahan di Kecamatan Medan Baru sangat bervariasi antara

kepadatan tinggi dan rendah, serta antara perumahan teratur dan tidak teratur. Bagian utara

dari kecamatan ini pola perumahannya menyerupai perumahan di Kecamatan Medan Petisah,

yakni didominasi oleh perumahan tunggal dan deret dengan kepadatan antara sedang dan

tinggi. Di bagian selatan kecamatan Medan Baru lingkungan perumahan mengarah kepada

perumahan kepadatan tinggi yang tidak teratur. Hal ini disebabkan karena aktivitas

pendidikan yang berkembang di daerah ini mengakibatkan permintaan akan tempat tinggal

tinggi sehingga pemanfaatan lahan dilakukan seoptimal mungkin. Selain itu, pada kecamatan

ini juga terdapat enclave-enclave perumahan terstruktur dengan kepadatan rendah dan

bersifat eksklusif dari lingkungan sekitarnya. Untuk itu perlu dilakukan sinkronisasi

lingkungan untuk menciptakan lingkungan perumahan yang harmonis.

5.2.2.2 Perdagangan

Fasilitas perdagangan yang terdapat di wilayah perencanaan sudah mencukupi kebutuhan

masyarakat sampai akhir tahun perencanaan. Penyediaan fasilitas perdagangan mengikuti

standar perencanaan yang saat ini berlaku di Indonesia, yakni sebagai berikut:

Tabel V.11 Standar Pelayanan Fasilitas Perdagangan

Jenis Fasilitas Perdagangan Jumlah Penduduk Pendukung (Jiwa)

Luas Bangunan tiap Unit (m2)

Pusat Pertokoan Mini 6.000 3.000 Pasar/ Pertokoan Lingkungan 30.000 12.500 Pasar/ Pertokoan 60.000 18.000 Pusat Perbelanjaan & Niaga A 120.000 36.000 Pusat Perbelanjaan & Niaga B 480.000 65.000 Pusat Perbelanjaan Utama 1.500.000 96.000

Sumber: Buku Pedoman Standar Perencanaan Kebutuhan Sarana Kota, Dinas Tata Kota DKI Jakarta, PedomanStandar Fasilitas, Departemen Pekerjaan Umum, Hasil Analisa, 2005

Page 36: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−36

Berdasarkan standar kebutuhan tersebut, maka kebutuhan wilayah perencanaan akan fasilitas

perdagangan adalah sebagai berikut:

Tabel V.12 Rencana Kebutuhan Fasilitas Perdagangan Wilayah Perencanaan ahun 2016

Kebutuhan Fasilitas No Kecamatan Jumlah Penduduk Pertokoan Pasar

1 Medan Maimun 56433 19 2 2 Medan Petisah 105280 35 4 3 Medan baru 51315 17 2

Jumlah 213028 71 8

Saat ini sudah terdapat 15 pusat perbelanjaan modern di wilayah perencanaan dengan

sebaran 7 di Medan Maimun, 5 di Medan Petisah dan 3 di Medan Baru. Pusat perbelanjaan

tersebut banyak berlokasi di ruas-ruas di jalan utama diantaranya di Jalan Gatot Subroto,

jalan Iskandar Muda dan Jalan Brigjen Katamso. Sedangkan pusat perbelanjaan non formal,

terdapat 8 titik lokasi aktivitas perdagangan sektor nonformal yang terdiri dari kategori

pasar inpres, pasar non inpres dan pasar lingkungan/ malam hari dengan total pedagang

mencapai 2.624 pedagang. Mayoritas pedagang menggunakan fasilitas kios dan tenda.

Melihat kebutuhan dan kondisi fasilitas perdagangan yang ada saat ini, maka tidak diperlukan

penambahan jumlah fasilitas perdagangan, karena di lain sisi beberapa pusat perdagangan

tidak beroperasi lagi.

5.2.2.3 Jasa (Pelayanan)

Kegiatan jasa sangat beragam di wilayah perencanaan, mulai dari jasa akomodasi,

perkantoran, kesehatan, pendidikan, pergudangan, otomotif dan jasa-jasa lainnya. Saat ini

aktivitas jasa-jasa tersebut tersebar sangat tidak beraturan, tidak berbentuk pola yang jelas.

Untuk itu perlu dilakukan pengaturan lebih lanjut mengenai alokasi ruang jasa-jasa tersebut

agar tercipta lingkungan perkotaan yang indah.

Berdasarkan kondisi dan kecenderungan tersebut maka kegiatan jasa direncanakan sebagai

barikut:

Perkembangan kegiatan jasa diarahkan pada lokasi yang memang diperuntukan untuk

kegiatan tersebut

Page 37: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−37

Semua kegiatan jasa diwajibkan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti parkir sesuai

dengan tingkat aktivitasnya

Kegiatan jasa pelayanan, profesi dan pariwisata pada jalan arteri dan kolektor diarahkan

pada gedung perkantoran/ rukan sehingga penyediaan fasilitas penunjang dapat dilakukan

secara bersama

Kegiatan jasa pada kawasan perumahan dibatasi agar tidak mengganggu kenyamanan

lingkungan sebagai tempat hunian

Pengarahan lokasi kegiatan jasa diarahkan sesuai karakteristik dan skala pelayanan.

5.2.2.4 Industri

Sebagai daerah perkotaan, khususnya daerah pusat kota, sektor industri sebaiknya tidak

dikembangkan di wilayah perencanaan. Pengembangan industri diarahkan keluar wilayah

perencanaan. Industri yang masih dibiarkan berlokasi di wilayah perencanaan adalah industri

kecil/rumah tangga yang tidak memiliki polusi.

5.2.2.5 Fasilitas

Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas pendidikan, kesehatan dan peribadatan. Jumlahnya

saat ini sudah memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga tidak memerlukan penambahan

lagi. Fasilitas yang sudah tersedia dioptimalkan penggunaannya.

5.2.2.6 Pemerintahan

Tidak semua perkantoran pemerintahan di Kota Medan membentuk satu kesatuan

penggunaan lahan. Umumnya membentuk kumplan-kumpulan perkantoran yang terdiri dari

2 (dua) sampai 4 (empat) satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Pusat kantor pemerintahan

di wilayah perencanaan terletak di Kecamatan Medan Maimun dan Medan Barat baik pusat

pemerintahan Provinsi Sumatera Utara maupun Kota Medan. Kawasan pusat kota selain

identik dengan pusat perdagangan dan jasa juga identik dengan kawasan pusat pemerintahan.

Hal ini tetap dipertahankan di wilayah perencanaan dengan menjaga perkembangan

lingkungan sekitarnya sehingga nilai estetis dan fungsional kawasan tidak terganggu.

5.2.2.7 Militer/Pertahanan

Di wilayah perencanaan terdapat beberapa kawasan militer antara lain Kawasan TNI AU,

kepolisian Sumatera Utara, Mabes TNI dan lain-lain. Pengembangan kawasan militer tersebut

Page 38: 5 Bab 5 Konsep RDTR

Penyusunan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Medan Laporan Antara

PT. Ahassa Ciptanika 5−38

dipertahankan sesuai dengan kondisi eksisting karena selain memiliki fungsi strategis

pertahanan dan keamanan bagi Kota Medan juga sebagian memiliki nilai cagar budaya karena

terdiri dari bangunan tua yang memiliki nilai sejarah.

Pemanfaatan ruang untuk kawasan militer dipertahankan sesuai dengan kondisi eksisting.

Apabila di kemudian hari dilakukan alih fungsi, maka fungsi yang diutamakan adalah bagi

fasilitas sosial dan umum. Untuk bangunan cagar budaya dapat dilakukan benefisiasi, yaitu

penggunaan bangunan cagar budaya untuk kepentingan umum yang sesuai seperti

perpustakaan, pusat penelitan, dll.