BAB 4 Pemeriksaan Refleks

27
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Sistem Saraf B. Waktu, Tanggal Praktikum Waktu : 15.00-17.00 Tanggal: Jumat, 30Mei 2014 C. Tujuan Praktikum Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks 2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks 3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks 5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis D. Dasar Teori Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ [Spirometri] Page 1

description

buku

Transcript of BAB 4 Pemeriksaan Refleks

BAB IPENDAHULUANA. Judul PraktikumSistem Saraf

B. Waktu, Tanggal PraktikumWaktu : 15.00-17.00Tanggal: Jumat, 30Mei 2014

C. Tujuan PraktikumTujuan Instruksional Khusus1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis

D. Dasar Teori

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex. Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas (Pearce, 2009).

System saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dan reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae). Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut . system saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama : neuron dan sel-sel pendukung disebut juga glia , yang memberikan struktur dalam system saraf serta melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu neuron (Campbell, 2004).

Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian: otak dan sumsum tulang belakang. Masing-masing bagian ini akan menghantarkan impuls dari kelompok bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak. Tubuh kita memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu alat indera. Bagian tubuh ini disebut reseptor. Reseptor ini memiliki syaraf-syaraf khusus yang bisa mendeteksi rangsangan tertentu. Misalnya: rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan, rasa sakit pada kulit , bau pada hidung, rasa pada lidah , suara pada telinga. Setelah itu syaraf-syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan sinyal listrik menuju otak. Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian otak akan mengirim respon menuju organ yang disebut efektor. Efektor meliputi : otot, kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada yang dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya dikirim bila kita menghendakinya (Abim, 2010)Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum terminale, yang menembus kantung dura meter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang berukuran panjang sekitar 45cm ini, pada bagian depannya dibelah sebuah fisura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah sebuah fisura yang sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal. Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar anterior dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu membagi diri lagi menjadi serabut primer anteriordan serabut primer posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan oto punggung sedang serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan rangsangan karena dirangsang oleh impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).

Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-serabut efferent yang membawa impuls sampai pada cornu posterior, selanjutnya melalui suatu interneuron stimulus diteruskan kepada cornu anterior, dan melalui serabut-serabut motoris (efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor yang terdapat pada otot, maka otot digerakkan. Serabut-serabut yang lain membawa stimulus nyeri, raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke otak, ada yang tidak melalui cornu posterior medulla spinalis. Stimulus temperature berjalan bersama-sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana berjalan bersama-sma dengan stimulus raba. Stimulus motoris merupakan serabut-serabut descendens yang berpangkal pada area motoris cortex cerebri. Sel betz pada gyrus precentralis mengirim axonnya turun ke caudal dan membentuk tractus corticospinalis berjalan melalui corona radiate, capsula interna, pedunculus cerebri, mencephalon, pons, medulla oblongata, sampai ke perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis 2/3 bagian dari serabut- serabut tadi mengadakan persilangan dengan pihak lainny membentuk decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri di dalam funiculus lateralis medulla spinals sebagai tractus corticospinalis lateralis (Buranda, 2008).

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks :1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali ke neuron eferen4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar (Syaifuddin,2006).

E. Alat Bahan dan Cara Kerja

1. Alat dan Bahana. Palu Refleks

2. Cara Kerjaa. Reflek Fisiologis1) Refleks Fisiologis Ekstremitas Atas Refleks Bisepa) Pasienduduk di lantaib) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksa

Refleks Trisepa) Pasien duduk dengan rileksb) Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa c) Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani Refleks Brakhio Radialisa) Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep b) Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks Refleks Periosteum radialisa) Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan b) Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis Refleks Periosteum ulnarisa) Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan pronasi b) Ketukan pada periosteum os. Ulnaris

2) Refleks Fisiologis Ekstremitas Bawah RefleksPatelaa) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai b) Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat c) Tanganpemeriksamemegangpahapasiend) Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain b. Refleks Patologis1) Refleks Hoffmann-tromera) Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksab) Ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderitac) Hasil positif: fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari. 2) Refleks Graspinga) Gores palmar dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk. b) Hasil positif: Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa.

3) Reflek palmomentalGarukan pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral.

4) Refleks noutingKetukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral5) Mayer reflekFleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis.

6) Reflek babinskiLakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.

7) Reflek oppenheimLakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

8) Reflek gordonLakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

9) Refleks chaeferLakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti babinski.

10) Reflek caddockLakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

11) Reflek rossolimoPukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.

12) Reflek mendel-bacctrerewPukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.

BAB IIISI DAN PEMBAHASANA. HasilProbandus 1Nama: Henokh Aldebaran NgiliJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 19 tahunNo.Macam-macam gerak refleksGerak refleksKeterangan

FleksiEkstensiMonosinapsPolisinaps

1Refleks Brakhio radialis--

2Refleks Periosteum radialis--

3Refleks Periosteum ulnaris--

4Refleks Biceps--

5Refleks Triceps--

6Refleks Patella--

Probandus 2Nama: Mego Triwasongo SambonaJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 19 tahunNo.Macam-macam gerak refleksGerak refleksKeterangan

FleksiEkstensiMonosinapsPolisinaps

1Refleks Brakhio radialis---

2Refleks Periosteum radialis---

3Refleks Periosteum ulnaris---

4Refleks Biceps--

5Refleks Triceps--

6Refleks Patella--

B. Pembahasan

Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis. Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada manusia.

Pada percobaan pemukulan pada bagian petella, kaki bergerak kedepan seolah menendang, dan pada saat membaca, tendangan atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,pada waktu lutut praktikan dipukul, maka lutut memberikan respon dengan adanya gerakan refleks yaitu dengan menggerakan lututnya. Refleks pada lutut ini disebut refleks sumsum tulang belakang, karena saraf penghubungnya terletak di dalam sumsum tulang belakang. (Indiastuty, 2005)

Pada percobaan refleks periosteum radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os. Radial. Jalannya impuls pada refleksperiosteum radialis yaitu dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akanmenggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawahpada siku dan supinasi tangan. Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impulssaraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudianmelanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m.brachioradialis

Refleks adalah rangsangan sensorik atau respon terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak terdapat pada manusia.

Refleks fisiologi terbagi menjadi dua yaitu, refleks fisiologi ekstremitas atas dan refleks fisiologi ekstremitas bawah. Refleks ekstremitas atas terdiri dari Refleks Bisep, Refleks Trisep, Refleks Brakhioradialis, Refleks Periosteum Radialis, dan Refleks Periosteum Ulnaris.

Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan bahwa refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons normal adalah fleksi pada siku dan kontraksi biseps.

Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan bahwa untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan di samping badan. Pemeriksa menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.

Pada pemeriksaan refleks brakhioradialis didapatkan dengan cara penguji menopang lengan pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep. Kemudian palu diketukkan pada tendon brakhioradialis di radius distal, normalnya menyebabkan gerakkan menyentak pada radius.

Pada pemeriksaan refleks patella didapatkan bahwa refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk dengan posisi kaki rileks dan menggantung. Respon normalnya kontraksi otot kuadriseps dan ekstensi lutut.

Pada pemeriksaan refleks periosteum radialis didapatkan bahwa refleks tersebut ditimbulkan dengan cara lengan bawah pasien sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan. Pengetukan dilakukan di periosteum lengan ujung distal os. Radialis normalnya fleksi lengan bawah dan supinasi lengan.

Pada pemeriksaan refleks periosteum ulnaris, lengan bawaah sedikit difleksikan, sikap tangan antara supinasi dan pronasi diketuk pada periosteum os. Ulnaris normalnya pronasi tangan.

Pemeriksaan refleks patologi yaitu refleks babinski, refleks Hoffman tromer, graspring refleks, refleks snouting. Respons Babinski diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka normalnya terjadi kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi. Refleks babinski memiliki konsolidasi yaitu refleks oppenheim, timbul akibat penggoresan di tulang tibia dari proksimal ke distal, respon normalnya seperti refleks babinski. Selanjutnya refleks gordon, dengan cara pemeriksaan dengan memencet otot gastrocnemius, responnya normalnya sama seperti refleks babinski. Kemudian ada juga refleks schaefer yang keluar jika dilakukan pemencetan pada tendon achiles maka akan timbul efek seperti babinski. Selain itu, refleks caddock yang dilakukan goresan pada tepi lateral punggung kaki, efeknya sama seperti babinski.

Pada pemeriksaan refleks patologi hoffman tromer dihasilkan respon ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi cara pemeriksaannya dengan tangan pasien disentilkan oleh pemeriksa. Kemudian grasping refleks menimbulkan reflek langsung menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal.sedangkan untuk orang yang normal tidak ada genggaman. Dan selanjutnya pada refleks snouting timbul respon refleks menyusu dan pemeriksaan reflek ini dilakukan pada tendon orbicularis oris. Contohnya pada bayi.jika pada bayi akan menggaruk bibir dengan tongue spatel itu jika normal sedangkan untuk orang dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral pada refleks snouting.

C. Aplikasi Klinis

Aplikasi klinis refleks terjadi pada penyakit HIV. Keterlibatan sistim saraf pada infeksi HIV dapat terjadi secara langsung karena virus tersebut dan tidak langsung akibat infeksi oportunistik immunocompromised. Studi dinegara barat melaporkan komplikasi pada sistim saraf terjadi pada 30-70% penderita HIV, bahkan terdapat laporan neuropatologik yang mendapat kelainan pada 90 spesimen post mortem dari penderita HIV yang diperiksa. Pemeriksaan neurologis dijumpai sensorium apatis, tanda peninggian tekanan intrakranial, dari saraf kranial dijumpai pupil anisokor, refleks cahaya (+) menurun pada mata kiri, mata kiri tidak bisa dibuka, dan digerakkan. Sudut mulut kesan tertarik ke kiri. Hipertonus, kekuatan motorik sulit dinilai kesan parese ke empat ekstremitas didapati peninggian refleks biceps, APR/KPR. Refleks patologis Babinski kiri dan kanan (+). (Silaban, 2010)

Selain itu gangguan pada refleks dapat mengindikasikan suatu penyakit seperti cereberal palsy terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang di sertai klonus dan refleks babinski yang positif. Tonus yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun seseorang dalam kedaan tidur. (Mardiani, 2006)

BAB IIIKESIMPULAN

1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung refleks. Terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron eferen, dan organ reseptor. 2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal. Sementara refleks patologis adalah refleks yang terjadi pada orang abnormal. 3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari pemeriksaan refleks bisep, trisep, brakhioradialis, periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari refleks hoffman tromer, refleks grasping, refleks snouting, refleks babinski, refleks oppenheim, refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock. Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks caddock. 4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis berupa sebagai berikut: a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan kontraksi bisep b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan kontraksi trisep disendi siku c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan menyentak pada radius d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi lengan bawah dan supinasi tangan e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi tangan f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep dan ekstensi lutut

5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan muncul berupa sebagai berikut: a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi. b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi. c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal. d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks menyusu.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiani, Elita. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian Cerebral Palsy (Studi Kasus di YPAC Semarang). http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf. Diakses pada 12 Mei 2012 Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada Penderita HIV-AIDS. repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382. Diakses pada 12 Mei 2012.Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta,Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, JakartaPearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia, Jakarta

[Spirometri]Page 4