REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

47
BAGIAN NEUROLOGI REFARAT FAKULTAS KEDOKTERAN JUN 2014 UNIVERSITAS HASANUDDIN REFLEKS FISIOLOGIS DISUSUN OLEH : Ummu Asma binti Mohd Rosli C111 10 877 Noor Syahanim binti Ismail C 111 10 840 Rinoldy Putra Mangiri C 111 10 173 Zulhidayah C 111 10 134 PEMBIMBING: dr. Febriyanto Powatu SUPERVISOR : dr. David Gunawan, Sp.S DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

description

referat

Transcript of REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Page 1: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

BAGIAN NEUROLOGI REFARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUN 2014

UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFLEKS FISIOLOGIS

DISUSUN OLEH :

Ummu Asma binti Mohd Rosli C111 10 877

Noor Syahanim binti Ismail C 111 10 840

Rinoldy Putra Mangiri C 111 10 173

Zulhidayah C 111 10 134

PEMBIMBING:

dr. Febriyanto Powatu

SUPERVISOR :

dr. David Gunawan, Sp.S

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN NEUROLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

1

Page 2: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

LEMBAR PENGESAHAN

yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Ummu Asma’ Binti Mohd Rosli C 111 10 877

Noor Syahanim binti Ismail C 111 10 840

Rinoldy Putra Mangiri C 111 10 173

Zulhidayah C 111 10 134

Judul refarat : Refleks Fisiologis

Universitas : Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

.

Makassar, 4 Jun 2014

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. David Gunawan, Sp.S dr.Febriyanto Powatu

2

Page 3: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN…………………………..………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………..……..............................ii

I. PENDAHULUAN………………………………………………………..1

II. DEFINISI…………………………………………………….…………..2

III. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REFLEK……………...…….2

IV. JENIS REFLEKS DAN APLIKASI KLINISNYA………….....…….7

V. DIAGNOSA…………………………………………………...………..20

VI. KELAINAN PADA REFLEKS FISIOLOGIS……………….……...23

DAFTAR

PUSTAKA……………………………………………………………….24

LAMPIRAN

3

Page 4: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

REFLEKS FISIOLOGIS

A. PENDAHULUAN

Refleks adalah suatu gerakan yang tidak sengaja dilakukan yang

merupakan respon dari sistem saraf terhadap stimulus. Gerak refleks terdiri dari 5

komponen yaitu: reseptor, saraf sensorik (saraf aferen), sinapsis pada medulla

spinalis, saraf motorik (saraf eferen), dan organ target (efektor). Komponen-

komponen ini bekerja sama untuk mengatur operasi dalam tubuh untuk

mempertahankan homeostasis. Tingkat regulasi yang paling sederhana adalah

refleks, yang merupakan respon involunter terhadap rangsangan. Refleks yang

menggunakan neuron somatik adalah berkedip ketika sesuatu bergerak dekat

dengan mata, batuk ketika suatu benda asing masuk di tenggorokan, dan menarik

diri dari sesuatu yang menyakitkan. Semua kegiatan dikendalikan oleh neuron

otonom yang merupakan respon refleks. Banyak refleks yang diciptakan dan

berkembang sebelum kelahiran. Refleks berkembang ketika seseorang

mengulangi respon yang sama setiap kali stimulus tertentu terjadi. Sebuah refleks

terjadi pada dasarnya dengan cara yang sama setiap kali stimulus tertentu terjadi

karena sistem jalur saraf yang menyebabkan itu tegas didirikan.(1)

Refleks merupakan penyesuaian untuk mencegah respon atau

membalikkan situasi yang diciptakan oleh stimulus. Misalnya, refleks batuk

menghapus benda asing yang masuk di saluran udara. Oleh karena itu refleks ini

adalah sistem umpan balik negatif yang membantu mempertahankan homeostasis.

Respon yang dihasilkan oleh refleks lainnya berkontribusi terhadap homeostasis

dengan meningkatkan kondisi bagi tubuh. Misalnya, bau makanan menyebabkan

refleks yang meningkatkan sekresi air liur, yang akan berguna ketika seseorang

mulai makan karena itu membuat menelan lebih mudah. Beberapa refleks secara

bersamaan menggunakan impuls sensorik dari beberapa jenis organ indra, seperti

4

Page 5: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

mata, telinga, reseptor kulit, dan proprioseptor. Proprioseptor mendeteksi gerakan

dan ketegangan pada otot dan sendi.(1)

Beberapa refleks memerlukan sejumlah besar koordinasi oleh otak dan

sumsum tulang belakang dan interneuron sinapsis. Beberapa dipengaruhi oleh

impuls motorik sukarela atau dengan aktivitas otak yang lebih tinggi seperti

emosi dan pemikiran, yang mengirimkan impuls ke memodifikasi sinapsis

refleks.(1)

Refleks-refleks yang penting bagi neurologi klinis dapat di bagi menjadi 5

kelompok, yaitu: refleks tendon dalam, refleks superfisial, refleks batang otak,

refleks patologis, dan refleks primitif. Refleks tendon dalam seperti refleks trisep,

bisep, brakhioradialis, ulnaris, patella, achilless dan mandibula. Refleks

superfisial seperti refleks dinding perut, refleks kremaster, dan refleks plantar.

Dan refleks primitif meliputi refleks snouting, menetek, palomental, dan glabella.(2)

B. DEFINISI

Refleks merupakan respon dari beberapa neuron yang diatur oleh tubuh

untuk bereaksi dengan cepat di saat bahaya, untuk menghindari ancaman. Refleks

merupakan respon cepat, secara tiba-tiba, tidak terpelajar, respon involunter

terhadap rangsangan tertentu disebut refleks. Dalam penyakit saraf, refleks

fisiologis normal dapat meningkat, menurun atau hilang, dan refleks superfisial.(3,4)

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REFLEKS

Sistem refleks adalah salah satu fungsi sistem nervous. Neuron diatur

untuk memungkinkan tubuh untuk bereaksi dengan cepat pada saat bahaya,

bahkan sebelum kita menyadari ancaman itu. Respon yang terjadi cepat,

5

Page 6: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

involunter ini dikenali sebagai gerak refleks. Ada empat sifat penting dari

refleks(3,4):

1. Refleks stimulasi: refleks yang tidak bersifat spontan tapi berespon terhadap

masukan sensorik.

2. Refleks cepat: refleks yan g umumnya melibatkan hanya beberapa interneuron

dan penundaan synaptic yang minimum.

3. Refleks involunter: refleks yang terjadi tanpa disedari dan sulit untuk

dihambat.Apabila diberi stimulasi yang adekuat maka terjadi refleks secara

otomatis.

4. Refleks stereotip: refleks terjadi pada dasarnya dengan cara yang sama setiap

waktu, responnya bisa diprediksi

Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling

sederhana yang dikenali sebagai lengkung refleks. Lengkung refleks ini

dibentuk oleh(3,4) :

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya di

kulit,otot dan tendon.

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan

saraf pusat (medula spinalis-batang otak)

3. Interneuron(pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis

kembali ke neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat

otot atau kelenjar

6

Page 7: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Gambar 1 : Lengkung Refleks

Muscle spindel merupakan reseptor perengangan yang mengirim

informasi kepada spinal kord dan otak mengenai panjang otot and perubahan

panjang otot. Reseptor ini paling banyak ditemukan di otot-otot yang

memerlukan kontrol yang baik. Masing-masing muscle spindel terdiri kapsul

jaringan ikat yang terdiri daripada yang membentuk sekelompok serat saraf

kecil yang dikenal sebagai serat intrafusal. Seratnya dimodifikasi sehingga

ujang seratnya kontraktil tetapi bagian tengahnya kekurangan miofibril. Ujung

kontraktil ini mendapat persarafannya sendiri dari gamma motor neuron.

Bagian tengah yang non-kontraktil dibungkus oleh ujung saraf sensoris

langsung oleh alpha motor neuron yang mempersarafi otot dimana spindel

berada.(3,4)

Saat otot beristirahat,daerah sentral dari masing-masing muscle spindel

akan cukup tertarik untuk mengaktifkan serat sensorik. Hasilnya neuron dari

spindel aktif secara tonik mengirimkan arus stabil potensial aksi ke CNS.

Karena itu, meskipun dalam posisi istirahat otot tetap memiliki ketegangan

tertentu dikenali sebagai tonus otot.(3,4)

Muscle spindel dilabuhkan secara paralel ke serat otot extrafusal.

Pengerakan yang menyebabkan pemanjangan otot meregangkan muscle

spindel dan menyebabkan serat sensorisnya terstimulasi. Hal ini menyebabkan

refleks kontraksi otot yang mencegah otot melakukan over-stretching. Jaras

refleks yang mana regangan otot menyebabkan respon kontraksi disebut

sebagai stretch refleks.(3,4)

Golgi tendon berespon pada ketegangan otot. Reseptor ini ditemukan pada

persimpangan tenson dan serat otot. Organ golgi tendon berespon secara

primer ke tension otot yang berkembang selama kontraksi isometrik dan

7

Page 8: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

menyebabkan refleks relaksasi. Respon ini berlawanan dengan refleks

kontraksi oleh muscle spindel.(3,4)

Organ golgi tendon disusun oleh tiga ujung saraf bebas yang membelit

serat kolagen dalam kapsul jaringan ikat. Saat ototnya berkontraksi, tendon

akan menjadi komponen elastis fase isometrik kontraksi. Kontraksi akan

menarik serat didalam tendon golgi dengan kuat menjepit ujung sensoris saraf

afferen dan menyebabkan sarafnya terstimulasi.(3,4)

Input afferen dari aktivitas orgon golgi mengeksitasi inhibitory

interneurons di spinal cord. Interneuron menghambat aphla motor neuron

yang mempersarafi otot dan kontraksi otot menurun. Dengan kata lain, organ

golgi mencegah kontraksi berlebihan yang mungkin melukai otot.(3,4)

Stretch refleks merupakan pergerakan disekeliling sendi paling flexibel

dikontrol sekelompok otot sinergis dan antagonis yang terkoordinasi.

Kumpulan pathway yang mengkontrol dikenal sebagai unit myotatic. Refleks

paling sederhana pada unit myotatic adalah monosynaptic stretch refleks yang

hanya melibatkan dua neuron, neuron sensorik dari muscle spindel dan

neuron somatik motor neuron ke otot. Reflex hentakan lutut adalah contoh

monosynaptic stretch refleks.(3) Saat tendon pattelar diketuk dengan palu kecil.

Ketukan akan meregangkan otot quadriceps. Ini akan mengaktifkan muscle

spindel dan mengaktifkan potensial aksi melalui serat sensoris ke spinal kord.

Neuron sinaps secara langsung ke motor neuron mengkontrol kontraksi otot

quadriceps. Eksitasi dari motor neuron menyebabkan unit motorik dari

quadriceps berkontaksi dan kaki bagian bawah maju ke depan.(3,4)

Withdrawl refleks merupakan refleks fleksi merupakan polysinaptic reflex

pathway yang menyebabkan tangan atau kaki tertarik saat ada rangsang nyeri,

misalnya saat terkena peniti atau kompor panas. Saat kaki kontak dengan titik

paku, nocireseptor di kaki mengirim sensor informasi ke spinal kord. Disini

sinyal akan berdivergen mengaktifkan multipel eksitatori interneuron.

8

Page 9: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Beberapa neuron ini mengeksitasi alpha motor neuron meyebabkan kontraksi

otot fleksi tungkai terstimulus. Beberapa interneuron secara simultan

mengaktivasi inhibitory interneuron yang menyebabkan relaksasi sekelompok

otot antagonis. Karena inhibisi resiprok inilah tungkai akan fleksi menarik

dari stimulus nyeri. Tipe refleks ini membutuhkan waktu yang lama dari

stretch refleks kerena proses sinaptic yang lebih besar (sliverthorn).(3,4)

Gambar 2 : Withdrawl Refleks

9

Page 10: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

D. JENIS REFLEKS DAN APLIKASI KLINISNYA

Refleks Tendon Dalam

1. Refleks Bisep

Refleks tendon bisep diperiksa dengan meminta pasien melemaskan

lengannya dan melakukan pronasi lengan bawah di pertengahan di antara

fleksi dan ekstensi. Pemeriksa harus meletakkan ibu jarinya dengan kuat pada

tendon biseps lalu kemudian palu reflex dipukulkan pada ibu jari pemeriksa.

Pemeriksa harus mengamati kontraksi biseps yang diikuti fleksi siku. Refleks

ini menguji saraf pada radiks C5 – C6. Aferen terletak pada N.

Musculocutaneus, eferen terletak pada N. Musculocutaneus. Jika terdapat lesi

pada traktus kortikospinalis, maka didapatkan refleks yang berlebihan. Jika

lesi pada arkus refleks perifer atau kerusakan pada segmen traksi C5 – C6 di

sisi yang diuji, maka didapatkan respon tertahan atau tidak ada.(2, 5,8,11)

Gambar 3 Refleks

Biseps(2)

2. Refleks Trisep

Refleks tendon trisep diperiksa dengan memfleksikan lengan bawah

pasien pada siku dan menarik lengan itu ke arah dada. Ketuklah tendon triseps

di atas insersi prosesus olekranon ulna kirakira 1-2 inci di atas siku. Harus

terjadi kontraksi segera pada triseps dengan ekstensi siku. Lengkung refleks

melalui N. Radialis yang pusatnya terletak di C6 – C8 Aferen terletak pada N.

Radialis dan eferen terletak pada N. Radialis.(2, 5, 8,11)

10

Page 11: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Gambar 4. Refleks Triseps(2)

3. Refleks Brakhioradialis

Lengan bawah di fleksikan serta di pronasikan sedikit.kemudian di

ketok pada prosesus stiloideus radius. Sebagai jawaban lengan bawah

akan berfleksi dan bersupinasi. Lengkung refleks melalui nervus radialis,

yang pusatnya terletak di C5-C6. Aferen terletak pada N. Radialis, eferen

terletak pada N. Radialis.(2, 5,8,11)

Gambar 5. Refleks Brachioradialis(2)

4. Refleks Ulnaris

Lengan bawah disemifleksi dan semipronasi, kemudian di ketok

pada prosesus stiloideus dan ulna. Hal ini mengakibatkan gerakan pronasi

pada lengan bawah dan juga kadang-kadang adduksi pada pergelangan

11

Page 12: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

tangan.lengkung refleks melalui nervus medianus yang pusatnya terletak

di C5-Th1. Aferen tyerletak pada N. Ulnaris, eferen terletak pada N.

Ulnaris.(2,5,8,11)

5. Refleks Patella

Untuk melakukan refleks patella, yang dikenal pula sebagai

sentakan lutut, mintalah pasien duduk dengan tungkai terjuntai di samping

tempat tidur. Letakkan tangan pemeriksa pada M. Kuadriseps pasien.

Ketuk tendon patella dengan kuat dengan dasar palu refleks. Refleks

patella mengakibatkan M. Kuadrisep femoris akan berkontraksi dan

mengakibatkan gerakan ekstensi tungkai bawah. Lengkung refleks ini

melalui L2, L3, L4. Aferen terletak pada N. Femoralis, eferen terletak

pada N. Femoralis.(2, 5,8,11)

Gambar 6. Refleks Patella(2)

12

Page 13: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Gambar 7. Refleks Achilles(4)

6. Refleks Achilles

Refleks Achilles, yang dikenal pula sebagai sentakan pergelangan

kaki dibangkitkan dengan posisi kaki pasien terjuntai di samping tempat

tidur. Tungkai harus difleksikan pada pinggul dan lutut. Pemeriksa harus

meletakkan tangannya di bawah kaki pasien untuk melakukan dorsofleksi

pada pergelangan kaki. Tendo Achilles diketuk tepat di atas insersinya

pada permukaan posterior kalkaneus dengan ujung lebar palu refleks.

Refleks Tendon Achilles mengakibatkan berkontraksinya M. Trisesps sure

dan memberikan gerak plantar fleksi pada kaki. Lengkung refleks ini

melalui S1 – S2. Aferen terletak pada N. Tibialis, eferen terletak pada N.

Tibialis.(2,5,8,11)

Gambar 8. Refleks Achilles(2)

13

Page 14: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

7. Refleks Mandibula

Refleks mandibula atau biasa disebut Jaw-Jerk Refleks. Penderita

diminta membuka mulutnya sedikit dan telunjuk pemeriksa di tempatkan

melintang di dagu. Setelah itu, telunjuk diketuk-refleks (refleks hammer)

yang mengakibatkan berkontraksinya otot maseter sehingga mulut

merapat. Pusat refleks ini terletak di Pons. (2,5,8,11)

Gambar 9. Refleks Rahang Bawah(2)

I. Refleks Superfisial

1. Refleks Dinding Perut

Pada lengkung refleks ini, rangkaian neuron suprasegmental juga

dilibatkan, sehingga bila teradapat kerusakan suprasegmental refleks dinding

perut ini menjadi negatif. Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggores

dinding perut dengan benda yang agak runcing maka otot (m.rektus

abdominis) akan berkontraksi. Refleks ini dilakukan pada berbagi lapangan

dinding perut yaitu di epigastrium(otot yang berkontraksi diinervasi oleh

Th6,Th7), perut baguan atas (Th7,Th9), perut bagian tengah (Th9,Th11) perut

bagian bawah (Th11,Th12 dan lumbal atas). Pada kontraksi otot, terlihat pusar

bergerak kearah otot yang berkontraksi.(2,5,8,11)

14

Page 15: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Refleks superfisialis dinding perut sering negatif pada wanita

normal yang banyak anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek,

demikian juga pada orang gemuk dan orang lanjut usia, juga pada bayi

baru lahir sampai usia 1 tahun. Pada orang muda yang otot-otot dinding

pertunya berkembang baik, bila refleks ini negatif, hal ini mempunyai

nilai patologis. Bila refleks dinding perut superfisialis negatif disertai

refleks dinding dalam perut meninggi hal ini menunjukkan lesi traktus

piramidalis di tempat yang lebih diatas dari Th6. Refleks dinding perut

superfisialis biasanya cepat lelah dan akan menghilang setelah beberapa

kali dilakukan. (2,5,8,11)

Gambar 10. Refleks Dinding Perut(8)

2. Refleks Cremaster

Refleks ini dibangkitkan dengan jalan menggoreskan atau

menyentuh bagian pangkal paha. Terlihat scrotum berkontraksi. Pada lesi

traktus piramidalis, refleks ini negatif. Refleks ini dapat negatif pada

orang lanjut usia, penderita hidrokel, varikokel, orkhitis atau epididimitis.

Lengkung refleks melalui L1.L2. Aferen terletak pada N. Ilioinguinal,

eferen terletak pada N. Genitofemoralis.(2, 5,8,11)

15

Page 16: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Gambar 11. Refleks Kremaster(8)

3. Refleks Plantar

Refleks ini dibangkitkan dengan menggoreskan telapak kaki

bagian lateral. Dapat ditemukan refleks normal dan releks

patologis(Babinski). Refleks ini pada orang normal, ditemukan ada fleksi

plantar kaki dan jari kaki bersama dengan adduksi jari-jari kaki itu.

Gerakan utama adalah fleksi plantar pada ibu jari kaki yaitu pada sendi

metatarsophalangeal. Respon ini adalah cukup cepat dan bisa disertai

fleksi pinggul dan lutut pada sisi yang dirangsang.(2,6)

Gambar 12. Refleks Plantar(2)

16

Page 17: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

II. Refleks Batang Otak

1. Refleks batuk (tracheobronchial suctioning)

Refleks trakea dan faring Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di

faring bagian posterior. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan

trakeobronkial (tracheobronchial suctioning).(10)

Secara  umum,  tes  apnea  dilakukan  setelah  pemeriksaan  refleks 

batang  otak  yang  kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila

kondisi prasyarat terpenuhi, yaitu(11) :

Suhu tubuh ≥ 36,5 °C atau 97,7 °F

Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)

PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg)

PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial ≥ 200 mmHg)

2. Refleks Kornea

Refleks Kornea adalah salah satu refleks penting batang

otak.Untuk menguji adanya refleks kornea adalah dengan menyentuh

ujung kornea dengan ujung kapas pembersih untuk menghasilkan stimulus

yang adekuat.Mati batang otak menghasilkan refleks cornae yang negatif.

Nervus cranialis dan bagian otak yang terlibat adalah nervus

oculomotor,nervus facialis, nervus trimingal dan batang otak tengah.(10)

3. Refleks pupil

Refleks pupil melibatkan nervus cranialis opticus,oculomotor dan

otak tengah.Pemeriksaan reflex pupil harus dilakukan dalam tempat yang

gelap dan cahaya diarah kedua mata satu persatu dan reaksinya

diperhatikan. Bila tidak ada refleks batang otak, pemeriksaa harus

menemukan adanya pupil yang oval atau bulat pada posisi tengah dengan

17

Page 18: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

dilatasi (4 – 6 mm) tanpa adanya respon terhadap cahaya terang. Ukuran

pupil , refleks cahaya pupil dan reflex kornea penting dalam pemeriksaan

pasien tidak sadar. Serat simpatik (pupillodilator) berjalan ke seluruh

batang otak, sementara serat parasimpatis (pupilloconstrictor, saraf kranial

ketiga adalah "sirkuit" di tingkat otak tengah. Sebuah lesi tectal (dorsal)

otak tengah secara khusus melibatkan serabut parasimpatis, menyebabkan

pupil yang besar .Pupil yang besar,’blown’ yang tidak responsif terhadap

stimulus cahaya langsung sering adalah karena kompresi saraf oculomotor

ipsilateral (CN III) dari lobus temporal yang bengkak (herniasi uncal). Ini

adalah keadaan darurat karena edema bersifat progresif dan herniasi

batang otakmenyebabkan mati batang otak(kematian). (10)

4. Refleks okulosefalik

Refleks okulosefalik, atau doll’s eyes reflex merupakan gerakan

reflek yang diuji dengan menggerakkan kepala secara vertical atau dari

sisi yang satu ke sisi yang lainnya, yang mula-mula dilakukan perlahan-

lahan dan kemudian secara cepat; gerakan bola mata terjadi dengan arah

yang berlawanan terhadap gerakan kepala. Respon ini diperantarai oleh

mekanisme batang otak yang berasal dari dalam labirin dan propioseptor

servikal. Respons tersebut dalam keadaan normal akan disupresi oleh

fiksasi visual yang dimediasi hemisfer serebri pada pasien yang sadar;

namun respon ini akan muncul jika hemisfer serebri mengalami supresi

atau inaktif. Lintasan neuron untuk gerakan refleks bola mata yang

horizontal memerlukan keutuhan daerah disekitar nervus kranialis VI

(abducens) dan dihubungan dengan nervus kranialis III

(okulomotor).kontralateral lewat fasikulus longitudinalis medialis.(10)

5. Refleks oculovestibular

18

Page 19: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Untuk menguji refleks oculovestibular di periksa dengan rangsang

kalori, melalui telinga dengan air dingin, dokter menanamkan setidaknya

20 ml air es ke telinga pasien koma. Pada pasien dengan batang otak utuh ,

mata akan bergerak lateral ke arah telinga yang terkena . Pada pasien

dengan cedera otak parah, tatapan akan tetap di garis tengah.(10)

III. REFLEKS PRIMITIF

Refleks primitive akan muncul dan menghilang ketika bayi atau anak

sudah mencapai usia tertentu dalam pertumbuhan. Jika suatu reflex primitive

itu hilang atau berterusan melebihi umur yang sepatunya reflex itu

menghilang, hal ini dapat memberi gambaran sustu disfungsi pada sistim saraf

pusat (SSP). Walaupun telah banyak reflex primitive yang dideskripsikan,

namun refleks Moro, grasp, tonic neck dan parachute adalah paling releven

secara klinis. 13

1. Reflex Moro

Reflex ini muncul sejak lahir,mulai menghilang sekitar usia 2

bulam.refleks ini terjadi ketika bayi mendadak berubah posisi kepalanya

lebih rendanh.Dapat juga terjadi jika suara keras.Kaki dan kepala akan

ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas ekstensi dan abduksi dengan

telapak tangan keatas dan ibu jari fleksi.Refleks ini akan menghilang saat

usia 3-5 bulan. Refleks Moro bisa dipicu dengan menopang bayi pada

posisi semierect dan melepaskan kepala bayi untuk jatuh ke belakang

keatas telapak tangan pemeriksa. Respon normal merupakan ekstensi dan

aduksi yang simetris kedua lengan dan jari-jari, diikuti oleh fleksi kedua

lengan disertai suara tangisan bayi. Respon yang asimetris bisa disebabkan

oleh fraktur klavikula, jejas pada plexus brachialis atau hemiparese.

19

Page 20: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Ketiadaan refleks moro pada bayi merupakan petanda jelas terdapat

disfungsi SSP pada bayi tersebut. (13)

Gambar 13. Refleks Moro(12)

2. Refleks Palmar

Refleks palmar (palmar grasp) bisa dipicu dengan meletakkan

jari pada tapak tangan bayi, ketika usia kehamilan sudah mencapai 37

minggu, refleks ini sudah cukup kuat, dimana pemeriksa bisa

mengangkat bayi dari tempat tidur dengan traksi yang sederhana.(13)

Gambar 14. Refleks palmar(12)

20

Page 21: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

3. Reflex Plantar

Refleks plantar (plantar reflex) bisa terlihat dengan

meletakkan ibu jari pada telapak kaki bayi pada ruang di bawah ibu

jari.(13)

Gambar 14. Refleks plantar(12)

4. Refleks Tonic Neck

Refleks tonic neck dihasilkan dengan mealingkan kepala bayi

ke satu sisi secara manual dan bayi akan kelihatan posturnya seperti

bermain pedang (fencing postur) yaitu ekstensi lengan pada ke sisi

kepala yang dipalingkan dan fleksi pada lengan kontralateral. Respon

tonic neck dimana bayi kaku pada fencing postur memberikan

gambaran bahwa terdapat kelainan pada SSP.(13)

21

Page 22: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

Gambar 16. Refleks Tonic neck.(12)

5. Refleks Parachute

Refleks ini muncul pada usia 4-9 bulan.Pemeriksaan

memengang anak pada dada dengan kedua tangannya,kemudian

posisiskan dengan cepat kepala ank ke bawah,maka lenganb anak akan

ekstensi seolah-olah menahan berat badannya. (14) Refleks parachute

data diliat pada bayi yang lebih besar, bisa dipicu dengan memegang

tubuh bayi dan merendahkan tubuh bayi secara tiba-tiba seolah-oleh

bayi sedang jatuh. Kedua lengan bayi akan ekstensi. (14)

Gambar 17. Refleks parachute(12)

6. Refleks Rooting

Refleks ini ditunjukkan sejak lahir dan membantu proses

menyusui refleks ni akan menghilang saat usia 4 bulan.bayi akan

menggerakkan kepalanya menuju sesuatu yang menyentuh pipinya dan

mulutnya.(14)

7. Refleks Sucking

Refleks ini berhungan dengan reflex rooting yang menyebabkan

bayi akan langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. (14)

22

Page 23: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

8. Refleks Walking

Saat tumit kaki disentuhkan pada suatu permukaan yang

rata,bayi akan terdorong untuk berjalan untuk menempatkan satu

kakinya didpan kaki yang lainnya. (14)

9. Refleks Landau

Anak disangga satu tangan pemeriksa di dadanya sehingga

posisis tengkurap,normal jika terdapat ekstensi pada tubuh,dan anak

akan mengangkat kepala sehingga kepala berada sedikit di bawah

bidang horizontal. (14)

Refleks Onset Perkembangan

sempurna

Durasi

Menggenggam 28 minggu 32 minggu 2-3 bulan

Rooting 32 minggu 36 minggu Kurang prominen

setelah usia 1

bulan

Moro 28-32 minggu 37 minggu 5-6 bulan

Tonic nech 35 minggu 1 bulan 6-7 bulan

Parachute 7-8 bulan 10-11 bulan Seumur hidup

Tabel 1. Refleks primitif dan perkembangannya.(13)

23

Page 24: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

E. DIAGNOSA

Pemeriksaan refleks perlu dilakukan dengan menggunakan peralatan;

peralatan yang biasa digunakan adalah reflex-hammer dan pen light; reflex-

hammer yang paling baik adalah yang terbuat dari karet karena bahan dari

karet ini tidak akan mengakibatkan nyeri. Nyeri harus dihindari pada

pemeriksaan refleks karena akan mengakibatkan bias interpretasi. Pasien

harus dalam keadaan rileks pada area yang akan diperiksa, dan area tersebut

harus bebas sehingga dapat memberikan reaksi refleks yang maksimal. Bagian

(anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas)

tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya. (2)

Stimulasi harus dilakukan dengan cepat dan secara langsung, ada

ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila posisi

dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.Intensitas harus dalam

rentang normal, yaitu yang tidak mengakibatkan sakit atau nyeri. Reaksi yang

terbentuk akan bergantung pada tonus otot, sehingga akan memerlukan

'kontraksi minimal' yang biasanya diperiksa. Jika pemeriksa ingin

membandingkan sisi kanan dan kiri, posisi ekstremitas harus simetri kiri dan

kanan. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi

tangan dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang

cukup.(1)

Sebuah refleks dapat diinterpretasikan sebagai refleks menurun,

normal, meningkat, atau hiperaktif. Berikut adalah kriteria secara kuantitatif:

0: Tidak berespon

+1: Agak menurunm di bawah normal

+2: Normal, rata-rata

+3: lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis (tidak perlu dianalisis &

tindak lanjut)

24

Page 25: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

+4: Hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus, dan sering

mengindikasikan adanya suatu penyakit(2,5)

CARA KERJA

Refleks superficial

Refleks Stimulus Respons Afferent Efferent

Refleks

dinding

perut

Goresan dinding

perut daerah,

epigastrik,

supraumbilical,

infra Umbilical

dari lateral ke

medial.

kontraksi

dinding perut

n. intercostal T 5 –

7 ( epigastrik )

n. intercostal T 7 –

9 (supra umbilical)

n. intercostal T 9 –

11 ( umbilical )

n. intercostals T 11

– L 1 (infra

umbilical)

n.iliohypogastricu

n. ilioinguinalis

idem

Refleks

cremaster

goresan pada

kulit paha

sebelah medial

dari atas

kebawah

elevasi testis

Ipsilateral

n. ilioinguinal ( L

1-2 )

n.

genitofemoral

is

Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )

Refleks

biseps

( B P

R ) :

ketokan pada jari

pemeriksa yang

ditempatkan pada

tendon. biseps

fleksi lengan

pada sendi siku

n.

musculucutaneus

( c 5-6 )

idem

25

Page 26: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

brachii, posisi

lengan setengah

ditekuk pada

sendi siku.

Refleks

triceps

( T P R )

ketukan pada

tendon otot

triseps brachii,

posisi lengan

fleksi pada sendi

siku dan sedikit

pronasi

extensi lengan

bawah disendi

siku

n. radialis ( C 6-

7-8 )

idem

Refleks

patella

( K P R )

ketukan pada

tendon patella

ekstensi

tungkai bawah

karena

kontraksi

m.quadriceps

Femoris

n. femoralis ( L

2-3-4 )

idem

Refleks

achilles

(APR))

ketukan pada

tendon Achilles

plantar fleksi

kaki karena

kontraksi m.

gastrocnemius

n. tibialis ( L. 5-

S, 1-2 )

idem

Tabel 2. Cara kerja refleks fisiologis.(5)

26

Page 27: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

F. KELAINAN PADA REFLEKS FISIOLOGIS

1. Kelainan Upper Motor Neuron (UMN)

Semua neuron yang menyalirkan impuls motorik secara langsung ke LMN atau

melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. (9)

Lesi pada UMN adalah lesi pada persarafan di atas kornu anterior atau nukleus

motorik dari saraf kranial. Secara umum, gejala dari kelainan UMN dapat berupa (9):

spastisitas, di mana terjadi peningkatan tonus otot ekstensor ekstremitas

bawah atau ekstensor ekstremitas atas.

Kelemahan pada otot fleksor ekstremitas bawah atau ekstremitas atas, , namun

tidak didapatkan atrofi otot.

Reflex Babinski positif. Reflex ini muncul ketika ibu jari kaki bergerak ke

atas dan 4 jari lainnya “mekar” (seperti kipas) setelah telapak kaki dirangsang.

Peningkatan reflex tendon dalam (hiperrefleks).

Pada kerusakan di wilayah susunan UMN, reflex tendon lebih peka daripada

keadaaan biasa (=normal). Keadaan abnormal itu dinamakan hiperefleksia.

Dalam hal ini gerak otot bangkit secara berlebihan, kendatipun perangsangan

pada tendon sangat lemah. Hiperefleksia merupakan keadaan setelah impuls

inhibisi dari susunan pyramidal dan ekstrapiramidal tidak dapat disampaikan

kepada motoneuron.

Klonus

Hiperefleksia sering diiringi oleh klonus. Tanda ini adalah gerak otot

reflektorik, yang bangkit secara berulnag-ulang selama perangsangan masih

berlangsung. Pada lesi UMN kelumpuhannya disertai oleh klonus kaki, yang

dapat dibangkitkan sebagai berikut. Tungkai diletakkan dalam posisi fleksi di

lutut dan di pergelangan kakai, kemudian kaki didorsofleksikan secara

maksimal dan tetap dipertahankan dalam posisi itu untuk sementara waktu,

akibat penarikan tendon Achilles yang berkepanjangan itu,kaki bergerak

27

Page 28: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

berselingan dorsofleksi dan plantarfleksi secara reflektorik. Di samping tonus

kaki, di klinik juga dapat dijumpai klonus lutut. Cara pembangkitannya adalah

sebagai berikut. Penarikan pada tendon otot kuadriseps femoris melalui

pendorongan tulang patella kea rah distal akan menghasilkan kontraksi otot

kuadriseps femoris secara berulang-ulang selama masih dilakukannya

pendorongan patellar itu.

UMN terdiri dari traktus pyramidal dan traktus ekstrapiramidal.

Kelainan pada traktus pyramidal akan menghilangkan transmisi semua

gerakan volunteer dari korteks motoric ke sel korona anterior, sehingga

mengakibatkan paralisa otot-otot yang dipersarafi oleh sel-sel ini. Bila terjadi

secara mendadak, interupsi ini akan menyebabkan supresi reflex regang otot

sehingga paralisa yang terjadi pada mulanya adalah flasid. (sampai reflex

tersebut kembali pulih). Lesi kecil di kapsula interna dapat meyebabkan

interupsi serabut-serabut pyramidalyang padat dan menyebabkan kelumpuhan

spastik otot-otot tubuh kontralateral, sedangkan lesi di korona radiate dengan

ukuran yang relative sama biasanya hanya menyebabkan paralisa otot

sebagian (hanya pada lengan dan tungkai). Kerusakan traktus pyramidal di

bawah dekusasio akan menyebabkan hemiplegia yang ipsilateral.(9)

Manifestasi klinis dari lesi-lesi pada perjalanan traktus piramidalis (9):

Lesi subkortikal (hematom, inferk, tumor, dan sebagainya). Paresis

kontralateral lengan atau tangan serta melibatkan gerakan-gerakan

keterampilan.lesi kecil di orteks area 4 akan menyebabkan paresis flasid dan

sering disertai terjadinya serangan epilepsy fokal (Jackson).

Lesi kapsula interna. Hemiplegia spastik (sehubungan dengan serabut

pyramidal dan ekstrapiramidal yang tersusun padat). Keterlibatan traktus

kortikobulbar akan menyebabkan terjadinya paralisa fasial dan hipoglosus

28

Page 29: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

kontralateral. Kebanyakan nucleus motoric saraf kranial mempunyai intervasi

bilateral.

Lesi pedunkulus akan menyebabkan terjadinya hemiplegia spastik yang

kontralateral dan disertai dengan paralisa N. III ipsilateral.

Lesi pons dapat menyebabkan hemiplegia kontralateral atau bilateral.

Seringkali tidak semua serabut pyramidal terlibat, dan mengingat serabut-

serabut yang ke nucleus N.VII dan N.XII terletak lebih dorsal, maka kedua

saraf ini biasanya tetap intak. Sebaliknya, lesi-lesi ini sering disertai oleh

kelumpuhan N.VI dan N. V ipsilateral.

Lesi pyramid biasanya menyebabkan hemiparesis flasid kontralateral (bukan

hemiplegia karena traktus yang terlibat hanya traktus piramidalis)

Lesi servikal. Keterlibatan traktus piramidalis lateralis (akibat Amyotrophic

Lateral Sclerosis/ ALS, atau multiple sclerosis) akan menyebabkn hemiplegia

spastik ipsilateral. Spastisitas ini dikaitkan dengan kerusakan traktus

pyramidal dan traktus ekstrapiramidal.

Lesi torakal. Interupsi traktus pyramidalis lateralis akan menyebabkan

monoplegia ipsilateral tungkai, sedangakn kerusakan yang bilateral akan

menyebabkan paraplegia.

Lesi kornu anterios. Kelumpuhan yang terjadi akibat lesi ini adalah ipsilateral

dan bersifat flasid akibat gangguan LMN.

Lesi dekusasio traktus piramidalis akan menampilkan sindrom yang dikenal

sebagai hemiplegia alternans.

Gangguan pada traktus ekstrapiramidal dikategorikan menjadi dua kelompok :

Kelompok hyperkinesia yang menampilkan gejala seperti khorea, atetse,

dystonia, hemibalismus

Kelompok parkinsonisme yang mencakup trias : rigiditas, tremor, serta

hipokinesia.

29

Page 30: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

2. Kelainan Lower Motor Neuron (LMN)

Neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan

terakhir ke sel otot skeletal dinamakan ‘lower motoneuron’ (LMN). (9)

Gangguan pada LMN memiliki gambaran klinis yang berbeda dengan

UMN. Gangguan LMN atau saraf perifer akan menyebabkan kelumpuhan otot

yang dipersarafinya dan bersifat flasid. Gejala-gejala gangguan LMN dapat

berupa (9):

Parese atau paralisis otot. Kelainan ini tampak pada tahap awal gangguan

LMN.

Hipotonia atau atonia. Kelainan di mana tonus otot berkurang atau tidak ada

sama sekali yang muncul pada tahap awal gangguan LMN.

Hiporefleksia atau arefleksia. Kelainan ini biasanya muncul pada tahap awal

gangguan LMN.

Fibrilasi otot. Hal ini terjadi ketika serabut otot kehilangan kontak dengan

axonnya yang mengakibatkan munculnya potensial aksi spontan berupa

kontraksi serabut otot. Kelainan ini tidak terlibat kasat mata, namun dapat

dideteksi dengan elektromiografi (EMG). Fibrilasi biasanya terlihat pada

tahap akhir denervasi otot.

Fasikulasi. Kelainan ini merupakan kontraksi otot (Twitching) kecil, local, dan

bersifat involuntar. Berbeda dengan fibrilasi, kelainan fasikulasi terlihat di

bawah kulit. Fasikulasi biasanya terlihat pada tahap akhir denervasi otot.

Atrofi otot yang muncul pada tahap akhir denervasi otot.\refleks babainski

umumnya negatif.

30

Page 31: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

DAFTAR PUSTAKA

1. The Nervous System. In: Ryerson M-H, editor. Biology: McGraw Hill; 2010.

p. 364 - 403.

2. William W, Campbell. De Jong's The Neurologic Examination. 6th ed. United

States of America;2012

3. The Spinal Cord, Spinal Nerves and Somatic Reflexes. Anatomy and

Physiology. fifth ed: Saladin. p. 481 - 513.

4. John E. Hall, Arthur C. Guyton. Textbook of Medical Physiology.11 th ed.

United States of America. Elsevier Saunders.

5. Merchut DMP. Neurological Examination of Sensation Reflexes and Motor

Function. 2011:1 -15.

6. Khwaja GA. Plantar Reflex. JIACM. 2005 July - September 2005;6(3):193 -7.

7. Schott JM, Rossor MN. The gasp and other primitive reflexes. jnnp.

2003;74:558 - 60.

8. Lumbantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:

FKUI; 1998.

9. Mardjono Mahar, Shidarta Priguna. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian

Rakyat; 1967.

10. Arbour Richard. Brain Death: Assessment, Controversy, and Confounding

Factors. American Association of Critical Care Nurse; 2013.

11. Alan Glass, Allyson R. Zazulia. Clinical Skills: Neurological Examination,

Lecture Notes, 2011

12. Howletta AA, Jangaard KA. Evaluating the Newborn: Diagnostic Approach.

In : Goldbloom RB editor. Pediatric Clinical Skills 4 th ed. Canada : Saunders

Elsevier;2011.p 38-55.

31

Page 32: REFEARAT Neurologi- Refleks Fisiologis

13. Lehman RK , Schor NF. Neurologic Evaluation. In : Kliegman RM, Stanton

BF, St. Geme III JW, Schor NF, Behrman RE, editors. Nelson Textbook of

Pediatrics 19th ed. United States of America : Elsevier Saunders;2011.p

14. Sofiati Dian, Lisda Amalia, Aih Cahyani. Pemeriksaan Fisik Dasar Neurologi

Berbasis Ilustrasi Kasus.1st ed.Bandung;2013.

32