BAB 4 Pemeriksaan Refleks

33
BAB I PENDAHULUAN A. Judul Praktikum Sistem Saraf B. Waktu, Tanggal Praktikum Waktu : 15.00-17.00 Tanggal: Jumat, 30Mei 2014 C. Tujuan Praktikum Tujuan Instruksional Khusus 1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks 2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks 3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks 5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis D. Dasar Teori Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ [Spirometri] Page 1

Transcript of BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Page 1: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Sistem Saraf

B. Waktu, Tanggal Praktikum

Waktu : 15.00-17.00

Tanggal: Jumat, 30Mei 2014

C. Tujuan Praktikum

Tujuan Instruksional Khusus

1. Mengetahui terjadinya mekanisme refleks

2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks

3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan

patologis dengan benar

4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks

5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis

D. Dasar Teori

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak

yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak reflex.Untuk terjadi gerak refleks,

maka dibutuhkan struktur sebagai berikut: organ sensorik (yang menerima

impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan impuls), sumsum

tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung menghantarkan

impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan organ

motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian

dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak

sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali

tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja.Gerak

refleks dapat dihambat oleh kemauan sadar; misalnya, bukan saja tidak

[Spirometri] Page 1

Page 2: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh

permukaan panas(Pearce, 2009).

System saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih:

input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran

atau konduksi sinyal dan reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi

cahaya di mata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan

informasi yang berasal dari stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan.

Kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai.Sebagian besar

integrasi dilakukan dalam system saraf pusat yaitu otak dan sumsum

tulang belakang (pada vertebrae). Output motoris adalah penghantaran

sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau

sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus

tersebut .system saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama : neuron dan

sel-sel pendukung disebut juga glia , yang memberikan struktur dalam

system saraf serta melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu

neuron (Campbell, 2004).

Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian: otak dan sumsum

tulang belakang. Masing-masing bagian ini akan menghantarkan impuls

dari kelompok bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak.Tubuh kita

memiliki bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu

alat indera.Bagian tubuh ini disebut reseptor.Reseptor ini memiliki syaraf-

syaraf khusus yang bisa mendeteksi rangsangan tertentu. Misalnya:

rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan, suhu, gesekan,  rasa sakit

pada kulit , bau pada hidung, rasa pada lidah , suara pada telinga. Setelah

itu syaraf-syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan sinyal

listrik menuju otak. Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita.

Kemudian otak akan mengirim respon menuju organ yang disebut efektor.

Efektor meliputi : otot, kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada

yang dikirim secara otomatis, ada pula yang hanya dikirim bila kita

menghendakinya (Abim, 2010)

[Spirometri] Page 2

Page 3: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada

medulla oblongata, menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum,

dan berakhir diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua. Disini

medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian

sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum terminale, yang

menembus kantung dura meter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang

belakang berukuran panjang sekitar 45cm ini, pada bagian depannya

dibelah sebuah fisura anterior yang dalam, sementara bagian belakang

dibelah sebuah fisura yang sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat

dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan lumbal.Dari

penebalan ini, pleksus-pleksus saraf bergerak guna melayani anggota

badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk saraf-

saraf interkostalis (Pearce, 2006).

Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh

dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada

saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang

menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja.Gerak refleks dapat dihambat

oleh kemauan sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda

panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas

itu.Saraf-saraf spinal.Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang

muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar

anterior dan akar posterior.Serabut saraf motorik membentuk akar entrior

yang berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna

bersama membentuk saraf spinalis gabungan.Penyatuan ini terjadi sebelum

serabut saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu

membagi diri lagi menjadi serabut primer anteriordan serabut primer

posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan oto punggung

sedang serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi

fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada

daerah torax ( Pearce, 2009).

[Spirometri] Page 3

Page 4: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi

secara tiba-tiba diluar kesadaran kita.Refleks fleksor, penarikan kembali

tangan secara refleks dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu

reaksi perlindungan.Refleks ekstensor (polisinaps), rangsangan dari

reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada anggota badan yang juga

berkaitan dengan ekstensi anggota badan.Gerak refleks merupakan bagian

dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak

sadar.Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya

gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik

yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang

menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior

dan selanjutnya serabut sel-sel akan melanjutkan impuls-impuls menuju

substansi pada kornu posterior medulla spinalis. Sumsum tulang belakang

menghubungkan antara impuls menuju kornu anterior medulla spinalis.Sel

saraf menerima impuls dan mengahntar impuls-impuls ini melalui serabut

motorik. Organ motorik melaksanakan rangsangan karena dirangsang

oleh impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).

Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-serabut efferent yang

membawa impuls sampai pada cornu posterior, selanjutnya melalui suatu

interneuron stimulus diteruskan kepada cornu anterior, dan melalui

serabut-serabut motoris (efferent) stimulus disamapaikan kepada efektor

yang terdapat pada otot, maka otot digerakkan. Serabut-serabut yang lain

membawa stimulus nyeri, raba, suhu, proprioceptive dan interoceptive

menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke otak, ada yang tidak melalui

cornu posterior medulla spinalis. Stimulus temperature berjalan bersama-

sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana berjalan bersama-sma

dengan stimulus raba.Stimulus motoris merupakan serabut-serabut

descendens yang berpangkal pada area motoris cortex cerebri. Sel betz

pada gyrus precentralis mengirim axonnya turun ke caudal dan

membentuk tractus corticospinalis berjalan melalui corona radiate, capsula

interna, pedunculus cerebri, mencephalon, pons, medulla oblongata,

[Spirometri] Page 4

Page 5: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

sampai ke perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis 2/3 bagian

dari serabut- serabut tadi mengadakan persilangan dengan pihak lainny

membentuk decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri  di dalam

funiculus lateralis medulla spinals sebagai tractus corticospinalis lateralis

(Buranda, 2008).

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut

lengkung refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks :

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu

rangsangan misalnya kulit

2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls

menuju kesusunan saraf pusat (medula spinalis-batang otak)

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan

dianalisis kembali ke neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili

oleh suatu serat otot atau kelenjar(Syaifuddin,2006).

E. Alat Bahan dan Cara Kerja

1. Alat dan Bahan

a. Palu Refleks

2. Cara Kerja

a. Reflek Fisiologis

1) RefleksFisiologisEkstremitasAtas

o Refleks Bisep

a) Pasienduduk di lantai

b) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan

ekstensi dan sedikit pronasi, lengan

diletakkan di atas lengan pemeriksa

[Spirometri] Page 5

Page 6: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

o RefleksTrisep

a) Pasiendudukdenganrileks

b) Lengan pasien diletakkan di atas lengan

pemeriksa

c) Pukullah tendo trisep melalui fosa

olekrani

o Refleks Brakhio Radialis

a) Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan

refleks bisep

b) Pukullah tendo brakhioradialis pada

radius distal dengan palu refleks

[Spirometri] Page 6

Page 7: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

o Refleks Periosteum radialis

a) Lengan bawah sedikit di fleksikan pada

sendi siku dan tangan sedikit

dipronasikan

b) Ketuk periosteum ujung distal os.

Radialis

o Refleks Periosteum ulnaris

a) Lengan bawah sedikit di fleksikan pada

siku, sikap tangan antara supinasi dan

pronasi

b) Ketukanpadaperiosteumos. Ulnaris

2) Refleks Fisiologis EkstremitasB awah

o Refleks Patela

[Spirometri] Page 7

Page 8: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

a) Pasien duduk santai dengan tungkai

menjuntai

b) Raba daerah kanan-kiri tendo untuk

menentukan daerah yang tepat

c) Tanganpemeriksamemegangpahapasien

d) Ketuk tendo patela dengan palu refleks

menggunakan tangan yang lain

b. RefleksP atologis

1) Refleks Hoffmann-tromer

a) Tangan pasein ditumpu oleh tangan

pemeriksa

b) Ujung jari tangan pemeriksa yang lain

disentilkan ke ujung jari tengah tangan

penderita

c) Hasil positif: fleksi jari yang lain dan

adduksi ibu jari.

d)

2) Refleks Grasping

[Spirometri] Page 8

Page 9: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

a) Gores palmar dengan telunjuk jari

pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk.

b) Hasil positif: Maka timbul genggaman

dari jari penderita, menjepit jari

pemeriksa. Jika reflek ini ada maka

penderita dapat membebaskan jari

pemeriksa.

3) Reflek palmomental

Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan

kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek

patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di

atas inti saraf VII kontralateral.

[Spirometri] Page 9

Page 10: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

4) Refleks nouting

Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis

oris maka akan menimbulkan reflek menyusu.

Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul

reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif pada

dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral

5) Mayer reflek

Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal,

secara halus normal akan timbul adduksi dan aposisi

dari ibu jari. Absennyaresponinimenandakanlesi di

tractuspyramidalis.

6) Reflek babinski

Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke

arah jari melalui sisi lateral. Orang normal akan

memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan

tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon

jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain

akan menyebar atau membuka. Normal

padabayimasihada.

[Spirometri] Page 10

Page 11: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

7) Reflek oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang

tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk

dan tengah.

Jikapositifmakaakantimbulrefleksepertibabinski.

8) Reflek gordon

Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius,

jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.

9) Refleks chaefer

Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif

maka akan timbul refflek seperti babinski.

10) Reflekcaddock

[Spirometri] Page 11

Page 12: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki

di luar telapak kaki, dari tumit ke depan.

Jikapositifmakaakantimbulrefleksepertibabinski.

11) Reflek rossolimo

Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang

cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.

12) Reflek mendel-bacctrerew

Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan

respon fleksi jari-jari kaki.

[Spirometri] Page 12

Page 13: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

[Spirometri] Page 13

Page 14: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

[Spirometri] Page 14

Page 15: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Probandus 1

Nama : Henokh Aldebaran Ngili

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 tahun

No.Macam-macam

gerak refleks

Gerak refleks Keterangan

Fleksi Ekstensi Monosinaps Polisinaps

[Spirometri] Page 15

Page 16: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

1 Refleks Brakhio

radialis√ - √ -

2 Refleks

Periosteum

radialis

√ - √ -

3 Refleks

Periosteum

ulnaris

√ - √ -

4 Refleks Biceps √ - √ -

5 Refleks Triceps √ - √ -

6 Refleks Patella √ - √ -

Probandus 2

Nama : Mego Triwasongo Sambona

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 tahun

No.Macam-macam

gerak refleks

Gerak refleks Keterangan

Fleksi Ekstensi Monosinaps Polisinaps

1 Refleks Brakhio

radialis- - √ -

2 Refleks

Periosteum

radialis

- - √ -

3 Refleks

Periosteum

ulnaris

- - √ -

4 Refleks Biceps √ - √ -

5 Refleks Triceps √ - √ -

6 Refleks Patella √ - √ -

B. Pembahasan

[Spirometri] Page 16

Page 17: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks

fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis normal jikaterdapat

pada manusia, sebaliknya refleks patologisnormal jikatidak

terdapat pada manusia.

Pada percobaan pemukulan pada bagian petella, kaki

bergerak kedepan seolah menendang, dan pada saat membaca,

tendangan atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil pengamatan yang

telah dilakukan,pada waktu lutut praktikan dipukul, maka lutut

memberikan respon dengan adanya gerakan refleks yaitu dengan

menggerakan lututnya. Refleks pada lutut ini disebut refleks sumsum

tulang belakang, karena saraf penghubungnya terletak di dalam

sumsum tulang belakang. (Indiastuty,2005)

Pada percobaan refleks periosteum radialis, lengan bawah

orang coba difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan

kemudian dilakukan pengetukan periosteum pada ujung distal os.

Radial. J a l anny a imp u l s pada re f l eks  periosteum radialis yaitu

dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis

kemudianmelanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu

masuk ke n. ulnaris lalu akanmenggerakkan m. fleksor ulnaris.

Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah pada siku dan

supinasi tangan.Respon dari refleks periost ulnaris berupa

pronasi tangan. Jalannya impulssa r a f be r a sa l da r i

p roce s s us s t y lo ideus r ad i a l i s mas uk ke n . r ad i a l i s

kem ud ian melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis

lalu akan menggerakkan m. brachioradialis

Refleks adalah rangsangan sensorik atau respon terjadi

secara otomatis tanpa usaha sadar. Pada manusia, ada dua jenis refleks

yaitu refleks fisiologis dan patologis.Refleks fisiologis normal jika

[Spirometri] Page 17

Page 18: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis normal jika tidak

terdapat pada manusia.

Refleks fisiologi terbagi menjadi dua yaitu, refleks fisiologi

ekstremitas atas dan refleks fisiologi ekstremitas bawah. Refleks

ekstremitas atas terdiri dari Refleks Bisep, Refleks Trisep, Refleks

Brakhioradialis, Refleks Periosteum Radialis, dan Refleks Periosteum

Ulnaris.

Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan bahwa refleks

biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam

keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah

dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan

menggunakan palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons normal

adalah fleksi pada siku dan kontraksi biseps.

Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan bahwa untuk

menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan

diposisikan di samping badan. Pemeriksa menyokong lengan pasien

dan mengidentifikasi tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon

fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan

ekstensi siku.

Pada pemeriksaan refleks brakhioradialis didapatkan

dengan cara penguji menopang lengan pasien sama dengan

pemeriksaan refleks bisep. Kemudian palu diketukkan pada tendon

brakhioradialis di radius distal, normalnya menyebabkan gerakkan

menyentak pada radius.

Pada pemeriksaan refleks patella didapatkan bahwa refleks

patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di

bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk dengan posisi kaki rileks

[Spirometri] Page 18

Page 19: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

dan menggantung. Respon normalnya kontraksi otot kuadriseps dan

ekstensi lutut.

Pada pemeriksaan refleks periosteum radialis didapatkan

bahwa refleks tersebut ditimbulkan dengan cara lengan bawah pasien

sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan.

Pengetukan dilakukan di periosteum lengan ujung distal os. Radialis

normalnya fleksi lengan bawah dan supinasi lengan.

Pada pemeriksaan refleks periosteum ulnaris, lengan

bawaah sedikit difleksikan, sikap tangan antara supinasi dan pronasi

diketuk pada periosteum os. Ulnaris normalnya pronasi tangan.

Pemeriksaan refleks patologi yaitu refleks babinski, refleks

Hoffman tromer, graspring refleks, refleks snouting. Respons

Babinski diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP yang

mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila

bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka

normalnya terjadi kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu

jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi.

Refleks babinski memiliki konsolidasi yaitu refleks

oppenheim, timbul akibat penggoresan di tulang tibia dari proksimal

ke distal, respon normalnya seperti refleks babinski. Selanjutnya

refleks gordon, dengan cara pemeriksaan dengan memencet otot

gastrocnemius, responnya normalnya sama seperti refleks babinski.

Kemudian ada juga refleks schaefer yang keluar jika dilakukan

pemencetan pada tendon achiles maka akan timbul efek seperti

babinski. Selain itu, refleks caddock yang dilakukan goresan pada tepi

lateral punggung kaki, efeknya sama seperti babinski.

Pada pemeriksaan refleks patologi hoffman tromer

dihasilkan respon ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi cara

[Spirometri] Page 19

Page 20: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

pemeriksaannya dengan tangan pasien disentilkan oleh pemeriksa.

Kemudian grasping refleks menimbulkan reflek langsung

menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal.sedangkan untuk

orang yang normal tidak ada genggaman. Dan selanjutnya pada

refleks snouting timbul respon refleks menyusu dan pemeriksaan

reflek ini dilakukan pada tendon orbicularis oris. Contohnya pada

bayi.jika pada bayi akan menggaruk bibir dengan tongue spatel itu

jika normal sedangkan untuk orang dewasa akan menandakan lesi

UMN bilateral pada refleks snouting.

C. Aplikasi Klinis

Aplikasi klinis refleks terjadi pada penyakit HIV.

Keterlibatan sistim saraf pada infeksi HIV dapat terjadi secara

langsung karena virus tersebut dan tidak langsung akibat infeksi

oportunistik immunocompromised. Studi dinegara barat melaporkan

komplikasi pada sistim saraf terjadi pada 30-70% penderita HIV,

bahkan terdapat laporan neuropatologik yang mendapat kelainan pada

90 spesimen post mortem dari penderita HIV yang diperiksa.

Pemeriksaan neurologis dijumpai sensorium apatis, tanda peninggian

tekanan intrakranial, dari saraf kranial dijumpai pupil anisokor, refleks

cahaya (+) menurun pada mata kiri, mata kiri tidak bisa dibuka, dan

digerakkan. Sudut mulut kesan tertarik ke kiri. Hipertonus, kekuatan

motorik sulit dinilai kesan parese ke empat ekstremitas didapati

peninggian refleks biceps, APR/KPR. Refleks patologis Babinski kiri

dan kanan (+). (Silaban, 2010)

Selain itu gangguan pada refleks dapat mengindikasikan

suatu penyakit seperti cereberal palsy terdapat peninggian tonus otot

dan refleks yang di sertai klonus dan refleks babinski yang positif.

Tonus yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun

seseorang dalam kedaan tidur. (Mardiani,2006)

[Spirometri] Page 20

Page 21: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

BAB III

KESIMPULAN

1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung refleks. Terdiri dari organ

reseptor, neuron aferen, area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron eferen,

dan organ reseptor.

2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks fisiologis dan refleks patologis.

Refleks fisiologis adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal.

Sementara refleks patologis adalah refleks yang terjadi pada orang abnormal.

3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari pemeriksaan refleks bisep, trisep,

brakhioradialis, periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan patella.

Sedangkan refleks patologis terdiri dari refleks hoffman tromer, refleks

[Spirometri] Page 21

Page 22: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

grasping, refleks snouting, refleks babinski, refleks oppenheim, refleks

gordon, refleks schaefer, refleks caddock. Dimana terjadi konsolidasi refleks

babinski pada refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks caddock.

4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis berupa sebagai berikut:

a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan kontraksi bisep

b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan kontraksi trisep disendi siku

c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan menyentak pada radius

d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi lengan bawah dan supinasi

tangan

e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi tangan

f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep dan ekstensi lutut

5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan muncul berupa

sebagai berikut:

a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi jari kaki bergerak fleksi,

abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari

lainnya abduksi.

b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi dan jari-jari tangan

adduksi.

c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan pada orang yang

abnormal.

d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks menyusu.

[Spirometri] Page 22

Page 23: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

DAFTAR PUSTAKA

Mardiani, Elita. 2006. Faktor-faktor Risiko Prenatal dan Perinatal Kejadian

Cerebral Palsy (Studi Kasus di YPAC Semarang).

http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf. Diakses pada 12

Mei 2012

Silaban, Dalton dkk. 2010. Ensefalitis Toksoplasmosis pada Penderita HIV-AIDS.

repository.usu.ac.id/handle/123456789/18382. Diakses pada 12 Mei 2012.

Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Gramedia,

Jakarta,

Campbell, Neil A dkk. 2004. BIOLOGI. Erlangga, Jakarta

[Spirometri] Page 23

Page 24: BAB 4 Pemeriksaan Refleks

Pearce,E. 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Gramedia, Jakarta

[Spirometri] Page 24