Laporan Anfisman Gerak Refleks

24
PENDAHULUAN A. Tujuan 1. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di bisep sebagai akibat dari rangsangan 2. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di trisep sebagai akibat dari rangsangan 3. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di Patella sebagai akibat dari rangsangan 4. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di Achilles sebagai akibat dari rangsangan 5. Memahami dan mengetahui macam-macam gerak refleks. B. Latar belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Sel adalah unit atau unsur yang terkecil tubuh yang dimiliki oleh semua bagian tubuh. Sel disesuaikan oleh tugas dan fungsinya, atau dengan jaringan tempat sel itu berada. Beberapa sel misalnya yang berada pada system saraf dan otot, memang sangat khas. Beberapa lainnya, seperti yang ada dalam jaringan ikat, perkembangannya tidak sesempurna dengan sel yang ada di saraf dan otot. Pada umumnya semakin khusus tugas suatu sel semakin kecil daya tahannya menghadapi kerusakan dan paling sukar memperbaiki atau mengggantinya. System kehidupan dapat didefenisikan dari berbagai sudut pandang, dari yang paling luas ( memerhatikan seluruh bumi) sampai yang paling kecil (tingkat atom). Setiap sudut pandang menyediakan informasi

description

anfisman

Transcript of Laporan Anfisman Gerak Refleks

Page 1: Laporan Anfisman Gerak Refleks

PENDAHULUANA. Tujuan

1. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di

bisep sebagai akibat dari rangsangan

2. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di

trisep sebagai akibat dari rangsangan

3. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di

Patella sebagai akibat dari rangsangan

4. Mengetahui reaksi positif yang dihasilkan dari tendon yang terletak di

Achilles sebagai akibat dari rangsangan

5. Memahami dan mengetahui macam-macam gerak refleks.

B. Latar belakang            Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-

masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Sel adalah unit atau unsur yang terkecil

tubuh yang dimiliki oleh semua bagian tubuh. Sel disesuaikan oleh tugas dan

fungsinya, atau dengan jaringan tempat sel itu berada. Beberapa sel misalnya yang

berada pada system saraf dan otot, memang sangat khas. Beberapa lainnya, seperti

yang ada dalam jaringan ikat, perkembangannya tidak sesempurna dengan sel yang

ada di saraf dan otot. Pada umumnya semakin khusus tugas suatu sel semakin kecil

daya tahannya menghadapi kerusakan dan paling sukar memperbaiki atau

mengggantinya. System kehidupan dapat didefenisikan dari berbagai sudut

pandang, dari yang paling luas ( memerhatikan seluruh bumi) sampai yang paling

kecil (tingkat atom). Setiap sudut pandang menyediakan informasi tentang

bagaimana atau mengapa sebuah system kehidupan berfungsi.

Tubuh manusia terdiri dari sel, jaringan, organ, dan system organ. Dalam tubuh

manusia disusun oleh rangka, dimana rangka ini diliputi oleh otot-otot yang juga

menyusun tubuh dan melindungi organ lain dalam tubuh mahluk hidup. Untuk

menggerakkan tubuh manusia harus ada perintah ke saraf, disini diketahui bahwa

gerakan itu ada yang disadari dan ada yang tak disadari. Gerakan yang disadari

adalah gerakan yang memang benar-benar perintah dari otak sedangkan gerakan

yang tidak disadari tiba-tiba terjadi yang mungkin disebabkan karena kaget atau

yang lainnya.

Page 2: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dilakukanlah praktikum ini. Dimana pada

praktikum ini kita akan mengamati dan mengenal beberapa gerakan yang tidak

disadari atau gerak refleks. Praktikum ini akan lebih memperjelas pengetahuan kita

tentang gerak refleks.

C. TINJAUAN PUSTAKA            Prinsip kegiatan system saraf dtampilkan dalam bentuk kegiatan gerak

refleks. Dengan adanya gerak refleks dimungkinkan terjadinya kerja yang baik dan

tepat antara berbagai organ dari individu dan hubungan individu dengan

sekelilingnya. Refleks merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan

baik di dalam maupun di luar organisme. Secara embriologi perkembangan system

saraf diawali dengan penebalan ectoderm pada garis middorsal. Perubahan ini

disebut neural palate., tubuh membentuk lekukan saraf (neural groove) dan

penonjolan saraf (neural crest), selanjutnya menjadi neural tube. Ujung nostral

neural tube membentuk tiga pembesaran berupa vesikel yang kemudian disebut

prosensefalon atau forebrain, mensesefalon atau midbrain, dan rombensefalon atau

hindbrain. Pada perbatasan telensefalon dan diensefalon terdapat sepasang

evaginasi yang akan membentuk retina dan nervus optikus (Syaifuddin, 2006).

            System saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input

sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi

sinyal dan reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata, ke pusat

integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari

stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan. Kemudian dihubungkan dengan respon

tubuh yang sesuai. Sebagian besar integrasi dilakukan dalam system saraf pusat

yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrae). Output motoris adalah

penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot

atau sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut .

system saraf tersusun atas dua jenis sel yang utama : neuron dan sel-sel pendukung

disebut juga glia , yang memberikan struktur dalam system saraf serta melindungi,

menginsulasi, dan secara umum membantu neuron (Campbell, 2004).

            Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla

oblongata, menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara

vertebrae lumbalis pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai

konus medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum

Page 3: Laporan Anfisman Gerak Refleks

terminale, yang menembus kantung dura meter, bergerak menuju koksigis. Sumsum

tulang belakang berukuran panjang sekitar 45cm ini, pada bagian depannya dibelah

sebuah fisura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah sebuah

fisura yang sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu

penebalan servikal dan penebalan lumbal. Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf

bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah

toraks membentuk saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).

            Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan

terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat terkena

debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh

tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadr, misalnya bukan

saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh

permukaan benda panas itu. Saraf-saraf spinal. Tiga puluh satu saraf sumsum

tulang belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar,

akar anterior dan akar posterior. Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang

berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama

membentuk saraf spinalis gabungan. Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf itu

melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu membagi diri lagi menjadi

serabut primer anteriordan serabut primer posterior. Serabut primer posterior

melayani kulit dan oto punggung sedang serabut primer anterior membentuk

berbagai cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-

saraf interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009).

            Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-

tiba diluar kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks

dari rangsangan yang berbahaya, merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks

ekstensor (polisinaps), rangsangan dari reseptor perifer yang dimuali dari fleksi pada

anggota badan yang juga berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerak refleks

merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat

dari gerak sadar. Misalnya, menutup mata pada saat terkena debu. Untuk terjadinya

gerak refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik yang

menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang menghantarkan impuls

tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya serabut sel-sel

akan melanjutkan impuls-impuls menuju substansi pada kornu posterior medulla

spinalis. Sumsum tulang belakang menghubungkan antara impuls menuju kornu

Page 4: Laporan Anfisman Gerak Refleks

anterior medulla spinalis. Sel saraf menerima impuls dan mengahntar impuls-impuls

ini melalui serabut motorik. Organ motorik melaksanakan rangsangan karena

dirangsang  oleh impuls saraf motorik (Syaifuddin, 2009).

            Refleks spinalis terbentuk oleh serabut-serabut efferent yang membawa

impuls sampai pada cornu posterior, selanjutnya melalui suatu interneuron stimulus

diteruskan kepada cornu anterior, dan melalui serabut-serabut motoris (efferent)

stimulus disamapaikan kepada efektor yang terdapat pada otot, maka otot

digerakkan. Serabut-serabut yang lain membawa stimulus nyeri, raba, suhu,

proprioceptive dan interoceptive menuju ke cornu posterior dan diteruskan ke otak,

ada yang tidak melalui cornu posterior medulla spinalis. Stimulus temperature

berjalan bersama-sama dengan stimulus sakit, dan atimulus tekana berjalan

bersama-sma dengan stimulus raba. Stimulus motoris merupakan serabut-serabut

descendens yang berpangkal pada area motoris cortex cerebri. Sel betz pada gyrus

precentralis mengirim axonnya turun ke caudal dan membentuk tractus

corticospinalis berjalan melalui corona radiate, capsula interna, pedunculus cerebri,

mencephalon, pons, medulla oblongata, sampai ke perbatasan medulla oblongata

dan medulla spinalis 2/3 bagian dari serabut- serabut tadi mengadakan persilangan

dengan pihak lainny membentuk decussatio, pyramidium dan melanjutkan diri  di

dalam funiculus lateralis medulla spinals sebagai tractus corticospinalis lateralis

(Buranda, 2008).

Pusat syaraf manusia terdiri dari dua bagian: otak dan sumsum tulang

belakang. Masing-masing bagian ini akan menghantarkan impuls dari kelompok

bagian tubuh yang berbeda. Mekanisme gerak. Tubuh kita memiliki bagian tubuh

yang berfungsi sebagai penerima rangsang, yaitu alat indera. Bagian tubuh ini

disebut reseptor. Reseptor ini memiliki syaraf-syaraf khusus yang bisa mendeteksi

rangsangan tertentu. Misalnya:rangsang cahaya pada mata , rangsang sentuhan,

suhu, gesekan,  rasa sakit pada kulit ,bau pada hidung, rasa pada lidah , suara pada

telinga. Setelah itu syaraf-syaraf yang disebut neuron reseptor ini akan mengirimkan

sinyal listrik menuju otak. Informasi ini akan diolah sesuai kehendak kita. Kemudian

otak akan mengirim respon menuju organ yang disebut efektor. Efektor meliputi :

otot, kelenjar, dll. Respon yang dikirim otak ini ada yang dikirim secara otomatis, ada

pula yang hanya dikirim bila kita menghendakinya (Abim, 2010).

Gerak terjadi begitu saja. Gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan

melibatkan banyak bagian tubuh.Terdapat banyak komponen – komponen tubuh

Page 5: Laporan Anfisman Gerak Refleks

yang terlibat dalam grak iniBaik itu disadari maupun tidak disadari. Gerak adalah

suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari luar

tubuh. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan

penghantaran impuls oleh saraf.Dan dalam melakukan gerak tubuh kita melakukan

banyak koordinasi dengan perangkat tubuh yang lain.Hal ini menunjukkan suatu

kerja sama yang siergis. Kita dapat bayangkan diri kita berada dalam sebuah lorong

yang gelap Semua indera kita pun akan siap siaga.Telinga pasti akan mendengar

segala sesuatu sehalus apa pun. Kemudian kita menabrak sesuatu. Dalam keadaan

seperti itu diri kita pasti refleks melompat bahkan akan menjerit.Denyut jantung akan

cepat dan secara refeks kita pun berlari. Begitulah salah satu contoh gerak refleks

yang terjadi pada diri kita. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak

lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang

di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun system saraf tersusun

dengan sangat kompleks,tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2 jenis sel,yaitu sel

saraf dan sel neuroglia (Pratama, 2008).

D. TeoriSecara umum, refleks dapat diartikan sebagai respon yang terjadi secara

otomatis, tanpa kesadaran. Refleks saraf selalu dimulai dengan adanya stimulus

yang mengaktifkan reseptor sensoris. Kunci dari jaras refleks adalah negative

feedback. Jalur yang terlibat dalam terjadinya refleks dikenal sebagai lengkung

refleks. Tidak seperti gerak biasa yang memiliki banyak variasi respon, respon untuk

gerak refleks dapat diprediksikan karena jalurnya selalu sama. Neural refleks bisa

diklasifikasikansebagai berikut :

1. Berdasarkan divisi efferent sistem saraf yang mengontrol respon

Refleks ini melibatkan somatic motor neuron dan otot skeletal yang

dikenal sebagai refleks somatik. Refleks yang responnya dikontrol saraf otonom

disebut refleks otonom.

2. Berdasarkan lokasi CNS di mana refleks diintegrasikan

Refleks spinal diintegrasikan di spinal kord. Refleks ini bisa dimodulasi

oleh input yang lebih tinggi dari otak, namun bisa juga tanpa input tersebut.

Refleks yang diintegrasikan di otak disebut refleks cranial.

3. Berdasarkan apakah refleks itu dipelajari atau didapat.

Refleks patella merupakan refleks yang didapat. Contoh refleks didapat

adalah Pavlov’s dogs salivating saat mendengar sebuah bel. Refleks ini juga

Page 6: Laporan Anfisman Gerak Refleks

disebut conditioned reflex. Begitu juga saat seorang pianis memainkan jari-

jarinya di atas piano yang merupakan refleks yang dipelajari.

4. Berdasarkan jumlah neuron di jaras reflex

Yang paling sederhana adalah monosynaptic reflex, yang merupakan

refleks dengan sinapsis tunggal di antara dua neuron di jaras: satu afferen, satu

efferen, yang bersinapsis di spinal kord. Sedangkan kebanyakan refleks terdiri

dari tiga atau lebih neuron, disebut polysinaptic reflex.

Jalur divergen memungkinkan stimulus tunggal mempengaruhi banyak

target sedangkan konvergen mengintegrasikan input untuk memodulasi sebuah

respon.

A. Refleks otonomRefleks ini disebut juga refleks visceral karena sering melibatkan organ

internal tubuh. Beberapa refleks visceral, seperti urinasi dan defekasi, merupakan

refleks spinal yang bisa terjadi tanpa input dari otak. Meskipun begitu, refleks

spinal juga sering dimodulasi oleh excitatory atau inhibitory signal dari otak yang

dibawa oleh jaras descending dari pusat otak yang lebih tinggi. Misal, urinasi

dapat diinisiasi secara sadar dengan kesadaran atau bisa juga dihambat oleh

stress dan emosi, seperti dengan adanya orang lain (sindrom bashful bladder).

Refleks otonom lain diintegrasikan di otak , khususnya di hipotalamus,

thalamus dan batang otak. Daerah ini berisi pusat koordinasi yang dibutuhkan

untuk menjaga homeostatis seperti detak jantung, tekanan darah, nafas, makan,

keseimbangan air dan menjaga temperatur. Di sini juga ada pusat refleks seperti

salivating, muntah, bersin, batuk, menelan, dan tersendak.

Salah satu tipe reflex otonom yang menarik adalah konversi stimulus

emosional ke respon visceral. Sistem Limbic, yang merupakan tempat operasi

primitif seperti sex, takut, marah, agresif dan lapar, disebut sebagai “visceral

brain” karena pengaruhnya dalam refleks emosional. Contoh lain adalah folikel

rambut yang tertarik saat seseorang merasa takut.

Refleks otonom merupakan polysinaptic dengan sedikitnya satu sinapsis di

CNS di antara neuron sensorik dan preganglion saraf otonom serta sinaps

tambahan di ganglion, antara neuronpreganglionic dan postganglionic.

B. Refleks Otot Skeletal

Page 7: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Eksitasi somatic motor neuron selalu menyebabkan kontraksi di otot rangka.

Tidak ada inhibitory neuron yang bersinapsis di otot skeletal untuk membuatnya

rileks. Relaksasi merupakan akibat dari tidak adanya eksitatory input.

Refleks otot skeletal memiliki komponen sebagai berikut :

1. Reseptor sensorik, dikenal sebagai proprioceptor yang terletak di otot

skeletal, kapsul sendi, dan ligament. Reseptor ini memonitor posisi tungkai,

pergerakan dan upaya yang kita gunakan saat mengangkat benda.

2. Neuron sensorik yang membawa sinyal dari proprioceptor ke CNS

3. CNS, yang menintegrasikan sinyal masuk menggunakan jalur eksitatori dan

inhibitori interneuron. Pada refleks, informasi sensorik diintegrasikan dan

dilakukan secara bawah sadar. Meskipun begitu, informasi sensorik mungkin

diintegrasikan di cerebral korteks dan menjadi persepsi serta beberapa

refleks bisa dimodulasi sebagai sebagai input sadar.

4. Motor neuron somatik yang membawa sinyal output. Motor neuron somatik

yang mempersarafi kontraktil otot disebut alpha motor neuron.

5. Efektor, yang merupakan serat kontraktil otot skeletal, juga dikenal sebagai

muscle fiber ekstrafusal. Potensial aksi di alpha motor neuron akan

menyebabkan serat ekstrafusal berkontraksi.

Ada tiga buah propioceptor ditemukan di tubuh: muscle spindel, organ golgi

tendon, dan reseptor sendi.

I. Muscle spindel merespon peregangan ototMuscle spindel merupakan reseptor peregangan yang mengirim informasi ke

spinal kord dan otak mengenai panjang otot dan perubahan panjang otot. Kecuali

pada rahang, semua otot skeletal tubuh memiliki banyak muscle spindel.

Masing-masing musle spindel terdiri dari kapsul jaringan ikat yang

membentuk sekelompok serat saraf kecil yang dikenal sebagai serat intrafusal.

Serat ini dimodifikasi sehingga ujungnya kontraktil, tetapi bagian tengahnya

kekurangan miofibril. Ujung kontraktil ini mendapatkan persarafan sendiri dari

gamma motor neuron. Bagian tengah yang nonkontraktil dibungkus oleh ujung

saraf sensoris langsung dengan alpha motor neuron yang mempersarafi otot di

mana spindel berada.

Saat sebuah otot beristirahat, daerah central dari masing-masing musle

spindel akan cukup tertarik untuk mengaktifkan serat sensoris. Hasilnya, neuron

dari spindel aktif secara tonik, mengirimkan arus stabil potensial aksi ke CNS.

Page 8: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Karena itu, meski dalam posisi istirahat, otot tetap memiliki ketegangan tertentu

yang dikenal sebagai musle tone.

Muscle spindel dilabuhkan secara paralel ke serat otot ekstrafusal.

Pergerakan yang menyebabkan pemanjangan otot juga meregangkan muscle

spindel dan menyebabkan serat sensorisnya “fire” dengan cepat. Hal ini

menyebabkan refleks kontraksi otot yang akan mencegah otot melakukan over

stretching. Jaras reflex yang mana regangan otot menyebabkan respon kontraksi

dikenal sebagai “stretch reflex”.

.

II. Golgi tendon berespon pada ketegangan ototReseptor ini ditemukan di persimpangan tendon dan serat otot. Organ golgi

tendon, berespon secara primer ke tension otot yang berkembang selama

kontraksi isometrik dan menyebabkan reflek relaksasi. Respon ini berlawanan

dengan reflek kontraksi yang disebabkan muscle spindel.

Organ golgi tendon disusun oleh tiga ujung saraf bebas yang membelit serat

kolagen di dalam kapsul jaringan ikat.Saat sebuah otot berkontraksi, tendonnya

akan menjadi sebuah komponen elastis fase isometrik kontraksi. Kontraksi akan

menarik serat didalam tendon golgi dengan kuat, menjepit ujung sensoris saraf

afferen dan menyebabkan mereka “fire”.

Input afferent dari aktivasi organ golgi tendon

mengeksitasi inhibitory interneurons di spinal kord. Interneuron menghambat

alpha motor neuron yang mempersarafi otot, dan kontraksi otot akan turun.

Dalam kebanyakan keadaan, reflek ini memperpelan kontraksi otot saat kekuatan

otot meningkat. Dengan kata lain, organ golgi tendon akan mencegah kontraksi

berlebihan yang mungkin melukai otot.

III. Stretch refleks dan Inhibisi resiprok mengontol pergerakan di sekeliling sendiPergerakan di sekeliling sendi paling flexible dikontrol oleh sekelompok otot

sinergis dan antagonis yang terkoordinasi. Kumpulan pathway yang mengontrol

suatu sendi dikenal sebagai unit myotatic.

Refleks paling sederhana pada unit myotatic adalah monosynaptic stretch

reflex, yang hanya melibatkan dua neuron, neuron sensorik dari muscle spindle

dan neuron somatic motor neuron ke otot. Reflek hentakan lutut adalah contoh

monosynaptic stretch reflex.

Page 9: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Saat tendon pattelar di bawah tempurung lutut di ketuk dengan palu kecil,

ketukan akan meregangkan otot quadriceps. Ini akan mengaktifkan muscle

spindles dan mengirim potensial aksi melalui serat sensoris ke spinal kord.

Neuron sensoris bersinaps secara langsung ke motor neuron yang mengontrol

kontraksi otot quadriceps. Eksitasi dari motor neuron menyebabkan unit motorik

di quadriceps berkontraksi dan kaki bagian bawah akan maju ke depan.

Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi

nervus dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh

anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya

fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu, pelaksanaan praktikum ini sangat penting

agar diketahui bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada

manusia.

Pemeriksaan RefleksBiasanya refleks yang dapat diuji mencakup refleks biseps, brakhioradialis,

triceps, patela, dan pergelangan kaki (Archilles). Temuan yang diperoleh

bergantung pada beberapa faktor yaitu menggunakan palu refleks yang tepat,

posisi ekstremitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien.

Derajat refleks, hilangnya refleks adalah sangat berarti, walaupun sentakan

pergelangan kaki (refleks Achilles) yang tidak ada, terutama pada lansia.

Respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 samapai 4+.

a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus

b) 3+ : hiperaktif

c) 2+ : normal

d) 1+ : hipoaktif

e) 0 : tidak ada reflex

Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut : (8 : 2094)

1. Refleks Biseps.

Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat

siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah

dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan

menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada siku dan

kontraksi biseps.

2. Refleks Triseps.

Page 10: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada

siku dan diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan

pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5

sampai 5 cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya

menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.

3. Refleks Brakhioradialis.

Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji meletakkan

tangan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di atas perut.

Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku. Pengkajian ini

dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan supinasi.

4. Refleks Patella.

Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella

tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur terlentang.

Jika pasien terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk memudahkan

relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah respons

normal.

5. Refleks Ankle.

Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan

dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon

Achilles. Respon yang terjadi adalah fleksi plantar.

6. Refleks Kontraksi Abdominal.

Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh goresan pada kulit

dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil yang didapat

adalah kontraksi yang tidak disadari otot abdomen, dan selanjutnya

menyebabkan skrotum tertarik.

7. Respons Babinski.

Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya penyakit SSP

yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons Babinski. Bila

bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh digores maka

terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.

Refleks Patologis dan Fisiologis pada Tubuh ManusiaRefleks Patologis adalah sebagai berikut :

1. Reflek Hoffman – Tromer, Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya

digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya.

Page 11: Laporan Anfisman Gerak Refleks

2. Reflek Jaw, Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya

nervous trigeminus, denganmengertuk dagu klien pada posisi mulut

terbuka, hasil positif bila mulut terkatup.

3. Reflek regresi, Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral.

4. Reflek Glabella, Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila

membuat kedua mata klien tertutup.

5. Reflek Snout, Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya

tercucur saliva.

6. Reflek Sucking, Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap

jari tersebut.

7. Reflek Grasp, Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya.

8. Reflek Palmomental, Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot

dagu kontraksi.

9. Reflek Rosolimo, Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi.

10. Reflek Mendel Bechterew, Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan,

positif bila jari kaki ventrofleksi.

Sedangkan refleks fisiologis adalah sebagai berikut :

1. Reflek Kornea, Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil

positif bila mengedip (N IV & VII )

2. Reflek Faring , Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi

muntahan ( N IX & X )

3. Reflek Abdominal, Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus,

hasil negative pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila

terdapat reaksi otot.

4. Reflek Kremaster, Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila

skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )

5. Reflek Anal, Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S

3-4-5 )

6. Reflek Bulbo Cavernosus, Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain

masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf

spinal )

7. Reflek Bisep ( C 5-6 )

8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )

Page 12: Laporan Anfisman Gerak Refleks

9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )

10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )

11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)

12. Reflek Moro, Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan

13. Reflek Babinski, Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki

mengarah ke jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang

dewasa abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )

14. Sucking Reflek, Reflek menghisap pada bayi

15. Grasping Reflek, Reflek memegang pada bayi

16. Rooting reflek  Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi

Alat dan Bahan

1. Reflek hammer

2. Probandus

Cara Kerja1. Refleks Biseps

a. Membuka lengan baju sampai di atas saku

b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi fleksi 90o

c. Mencari tendon bisep dengan cara meraba bagian distal otot biseps. Jika

antebranchi fleksi maksimal maka tendon teraba bergerak

d. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut

e. Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan fleksi

pada antebranchi maka dikatakan refleks biseps positif (+)

2. Refleks Triseps

a. Membuka lengan baju sampai di atas siku

b. Pemeriksa menyangga tangan OP hingga posisi adduksi

c. Mencari tendon otot branchii triseps dengan cara meraba bagian distal otot

branchii triseps. Jika antebranchii adduksi maksimal maka tendon teraba

bergerak

d. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut

e. Bila terdapat gerakan halus pada tendon otot sampai dengan gerakan

adduksi pada antebranchii maka refleks triseps dikatakan positif (+)

3. Refleks Patellar

a. OP duduk dengan posisi kaki menggantung

Page 13: Laporan Anfisman Gerak Refleks

b. Meraba bagian distal lutut untuk mencari tendon patella

c. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut

d. Bila terdapat gerakan esistensi cruris maka dikatakan refleks patella positif

(+)

4. Refleks Achilles

a. OP duduk dengan posisi kaki sejajar dengan lantai

b. Melakukan dorso fleksi pada plantar pledis. Meraba tendon Achilles

c. Memukul dengan palu refleks pada bagian tendon tersebut

d. Bila terdapat gerakan dorso fleksi maka dikatakan refleks achilles positif (+)

HASILNo. Nama OP Refleks

BisepRefleks Trisep

Refleks Patella

Refleks Archilles

1. Soraya + + + +

2. Adam + + + +

3. Fennisa + + + +

4. Ranny + + + +

5. Zidni + + + +

6. Dea + + + +

7. Wahyu + + + -

8. Della + + + +

PembahasanA. Refleks Bisep dan Trisep

Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara

sederhana, lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron

efektor, dan organ efektor. Lengkapnya, impuls melalui jalan pendek atau jalan

pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang kemudian diteruskan oleh

saraf sensorik ke pusat saraf lalu diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi)

tanpa diolah dalam otak namun langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk

disampaikan ke efektor (otot atau kelenjar). Jalan pintas inilah yang dapat

menjelaskan apa itu lengkung refleks (Syaifuddin, 2009).

Page 14: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Pada hasil pengamatan, seluruh OP positif mengalami refleks pada otot bisep

dan otot trisep ketika diberi rangsangan dengan reflex hammer. Refleks bisep

adalah suatu tes yang dilakukan dengan cara mengetuk tendon otot bisep

menggunakan reflex hammer untuk menguji kerja dari kontraksi otot bisep pada OP.

Sedangkan, refleks trisep adalah suatu tes yang dilakukan dengan cara mengetuk

tendon otot trisep menggunakan reflex hammer. Adanya kontraksi otot bisep

tersebut ditandai dengan kedutan pada lengan bawah ke arah dalam tubuh,

sedangkan pada otot trisep ke arah luar tubuh (fleksi). Refleks bisep dan trisep

tersebut gerakannya menjauh dan monosinaps. Monosinaps adalah gerak refleks

yang hanya menghasilkan satu gerakan. Hasil positif serentak sama yang didapat

oleh para OP juga dapat dipengaruhi oleh sumber stimulus yang sama yaitu

hentakkan dari reflex hammer pada bagian muskulus tendon brakii di masing-

masing otot bisep dan trisep, sehingga respon yang diberikan oleh para OP pun

sama semua (Pearce, 2006). Selain itu, apabila terdapat perbedaan dari setiap

individu dapat disebabkan oleh gerak refleks yang dapat dihambat oleh kemauan

sadar dan stimulus yang diberikan dapat diubah menjadi bentuk aksi-aksi yang

berbeda oleh reseptor, reseptor tersebut yang menimbulkan gerakan atau aksi-aksi

yang berbeda dari setiap individu (Blumenthal, 2007).

B. Refleks PatellaBerdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kepada OP didapatkan

hasil bahwa semua OP memiliki respon refleks positif. Refleks ini disebut juga

refleks peregangan. Reflek pereganggan merupakan reflek yang paling

simple. Disebut juga dengan lengkung refleks ipsilateral monosinaptik, atau

dua neuron. Monosinaptik berarti hanya ada satu sinaps yang terjadi antara

neuron sensorik dan neuron motorik. Istilah ipsilateral berarti bahwa kedua

neuron berterminasi di sisi yang sama pada tubuh.

Refleks patellar, atau knee-jerk, merupakan salah satu contoh reflex

peregangan yang dipakai dalam pemeriksaan neurologis. Jika tendon patellar

diketuk, spindle otot (reseptor sensorik) pada otot kuadriseps tungkai akan

mengirim impuls melalui badan sel neuron sensorik (terletak dalam radiks

dorsal ganglia) menuju substansi abu-abu medulla spinalis. Neuron sensorik

bersinapsis dengan neuron motorik, yang mentransmisi impuls ke kuadrisep

tungkai, mengakibatkan kontraksi otot dan ekstensi tungkai pada lutut.

Page 15: Laporan Anfisman Gerak Refleks

Refleks peregangan, disebut juga refleks miotatik, tendon, atau reflex

proprioseptif, penting untuk mempertahankan postur tubuh.

Gerak refleks dapat terjadi ketika reseptor berespon terhadap suatu

stimulus yang membentuk suatu potensial aksi yang kemudian diintegrasikan

oleh medulla spinalis melalui jalur aferen ke efektor melalui jalur eferen, di

mana jalur antara reseptor dan efektor adalah sama. Ketika impuls memasuki

medulla spinalis, neuron aferen yang membawa impuls akan menyebar dan

bersinaps dengan antarneuron yang berbeda – beda yakni antarneuron

eksitatorik, antarneuron inhibitorik, dan antarneuron lain yang membawa

sinyal dari medulla spinalis ke otak melalui jalur asendens (Sherwood, 2001).

Uji gerak refleks ini dilakukan dengan melakukan pemukulan secara

pelan pada tendon patella, dimana pemukulan tersebut merupakan sinyal

yang dijalarkan melalui serabut saraf tipe Ib ke area lokal medulla, setelah

bersinaps di dalam kornu dorsalis medulla. Sinyal medulla lokal merangsang

suatu interneuron penghambat yang menghambat neuron motorik anterior

sehingga mencegah tegangan pada otot tidak terlalu besar tanpa

mempengaruhi otot – otot di dekatnya (Guyton, 2007). Tendon yang

merupakan jaringan yang menghubungkan otot dengan tulang dan

diselubungi oleh reseptor reseptor sensorik sehingga ketika ada suatu

rangsang otot akan berkontraksi kemudian menarik tulang tempatnya melekat

dan bagian tubuh dekat area tendon yang mendapat rangsang akan

bergerak.

C. Refleks AchillesKesimpulan1. Refleks bisep dan trisep mengalami refleks monosinaps

2. Faktor utama yang mempengaruhi hasil positif dari refleks bisep dan trisep

adalah sumber stimulus kepada OP yang sama

3. Masing-masing respon yang ditimbulkan oleh otot bisep dan trisep saling

berlawanan yaitu otot bisep ke arah dalam dan trisep ke arah luar

4. Semua OP memiliki respon refleks positif

5. Refleks yang paling simpel adalah lengkung refleks ipsilateral

monosinaptik, atau dua neuron, disebut juga refleks peregangan

6. Refleks patellar, atau knee-jerk, merupakan salah satu contoh reflex

peregangan yang dipakai dalam pemeriksaan neurologis

Page 16: Laporan Anfisman Gerak Refleks

7. Respon positif apabila tendon patella diketuk yaitu akan mengalami

kontraksi otot dan ekstensi tungkai pada lutut

8. Refleks peregangan penting untuk mempertahankan postur tubuh.

Daftar Pustaka

Bauman, Robert. 2001.Human Anatomy and Physiology Laboratory Text

Book.

Blumenthal, Louise. 2007. Atlas Anatomi. Jakarta: Djambatan.

Silverthorn. 2010. Human Physiology : Homeostatis and Control. 5th Ed. San

Fransisco: Pearson.

Sherwood L. 2010. Human Physiology : The Central Nervous System. 7th ed.

Canada: Brooks/Cole Cengange Learning.

Syaifuddin . 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika