PETUNJUK ANFISMAN

38
KEGIATAN III SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI A. PENDAHULUAN Ada dua suara jantung yang jelas dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung tersebut biasanya digambarkan sebaga “ lup” dan “ dup”, dan adalah urutannya sebagai: lup- dup, istirahat, lup-dup, istirahat, dan seterusnya. Suara jantung pertama (lup) diasosiasikan dengan penutupan kelep atrioventrikular (kelep AV) pada permukaan sistol. Suara jantung yang kedua (dup) umumnya diasosiasikan dengan menutupnya katup semilunar yang bertepatan dengan akhir sistol. Suara jantung abnormal disebut “murmur” dan sering berkaitan dengan masalah perkatupan. Pada katup yang tidak menutup dengan sempurna, penutupan diikuti oleh suatu suara berdesir yang disebabkan oleh aliran darah balik. Suara yang jelas sering digambarkan sebagai bunyi berciut yang tinggi, juga diasosiakan dengan aliran darah melalui katup yang menyempit. Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidalis. Katup mitral dapat didengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan di atas apeks jantung, yaitu kira-kira pada ruang sela iga ke 5, kurang lebih sama tinggi dengan daerah klavikula. Sedangkan suara katup trikuspidalispaling jelas dapat didengar bila stetoskop digeser kedaerah agak tengah di sebelah pinggir kiri sternum.

description

arejrasedfkaq

Transcript of PETUNJUK ANFISMAN

Page 1: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN III

SUARA JANTUNG DAN DENYUT NADI

A. PENDAHULUAN

Ada dua suara jantung yang jelas dapat didengar pada setiap siklus jantung. Suara jantung

tersebut biasanya digambarkan sebaga “ lup” dan “ dup”, dan adalah urutannya sebagai: lup-

dup, istirahat, lup-dup, istirahat, dan seterusnya. Suara jantung pertama (lup) diasosiasikan

dengan penutupan kelep atrioventrikular (kelep AV) pada permukaan sistol. Suara jantung

yang kedua (dup) umumnya diasosiasikan dengan menutupnya katup semilunar yang

bertepatan dengan akhir sistol.

Suara jantung abnormal disebut “murmur” dan sering berkaitan dengan masalah

perkatupan. Pada katup yang tidak menutup dengan sempurna, penutupan diikuti oleh suatu

suara berdesir yang disebabkan oleh aliran darah balik. Suara yang jelas sering digambarkan

sebagai bunyi berciut yang tinggi, juga diasosiakan dengan aliran darah melalui katup yang

menyempit.

Secara normal, katup mitral terbuka sedikit lebih cepat sebelum katup trikuspidalis.

Katup mitral dapat didengar lebih jelas bila stetoskop ditempatkan di atas apeks jantung,

yaitu kira-kira pada ruang sela iga ke 5, kurang lebih sama tinggi dengan daerah klavikula.

Sedangkan suara katup trikuspidalispaling jelas dapat didengar bila stetoskop digeser

kedaerah agak tengah di sebelah pinggir kiri sternum. Sama dengan katup mitral dan

trikuspidalis, pada katup semilunar juga terdapat desinkronisasi penutupan katup. Katup

semilunar aortik secara normal mengatup dengan bunyi keras lebih dulu daripada katup

semilunar pulmonari. Bila subyek pelan-pelan menarik nafas dalam-dalam, maka pengisian

ventrikel kanan akan sedikit tertunda (sebab pembuluh darah pulmonari tertekan oleh

peningkatan tekanan intrapulmonari).

Setiap kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri akan menyebabkan perun=bahan tekanan

pada arteri, yang ditunjukkan dengan membesar-mengecilnya arteri, yang dsebut sebagai

denyut nadi. Normalnya kecepatan denyut nadi sama dengan kecepatan denyut jantun. Dalam

keadaan istirahat denyut jantung rata-rata 70-76 kali/menit. Denyut nadi dapat diraba dengan

mudah pada setiap arteri super fisial, bila arteri ditekan ke tulang atau jaringan padat.

Beberapa titik denyut nadi pada permukaan tubuh yang mudah diraba adalah: arteri karotid

pada sisi leher, arteri temporal anterior telinga di daerah pelipis, arteri brakhial pada fosa

Page 2: PETUNJUK ANFISMAN

antekubital, arteri radial pada sisi lateral permukaan pergelangan tangan pada pangkal ibu

jari.

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan kemapuan mahasiswa:

(1) Mendefinisikan sistol, diastol, dan siklus jantung.

(2) Menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara jantung dan

menghubungkan suara jantung dengan siklus jantung.

(3) Menentukan panjang normal siklus jantung, perubaha tekanan relatif yang

terjadi di dalam atria dan ventrikel selama siklus, dan waktu ketika katup

menutup.

(4) Menentukan tempat pada toraks dimana suara jantung pertama dan kedua

secara jelas dapat didengarkan.

(5) Mengukur tekanan darah subyek secara teliti dengan menggunakan

sphygmomanometer,

C. ALAT DAN BAHAN

Stetoskop, sphygmomanometer, arloji dengan jarum detik, alkohol 70%, penggaris

milimeter, kapas.

D. CARA KERJA

1. Mendengarkan Suara Jantung

(1) Bersihkan bagian stetoskop yang akan dipasang di telinga dengan

alkohol 70%, biarkan kering dulu, kemudain pasang dengan cara

pemasangan yang benar.

(2) Tempelkan bel stetoskop pada dada subyek, pada ruang sela iga ke 5 di

sebelah kiri sternum dekat puting susu kiri. Daerah ini merupakan

daerah untuk mendengarkan katup mitral dengan baik. Dengarkan

baik-baik suara jantung, dimana suara pertama lebih panjang, lebih

keras daripada suara kedua yang lebih pendek namun lebih nyaring.

(3) Setelah mendengarkan beberapa menit, coba hitung waktu istirahat

antara suara jedua dari satu denyut jantung dan suara pertama dari

ddenyut jantung berikutnya. Catat hasilnya dalam detik. Bagaiman

interval waktu ini bila dibandingkan dengan interval waktu antara

suara oertama dan kedua dari suatu denyut jantung tunggal.

Page 3: PETUNJUK ANFISMAN

(4) Sekarang lakukan pengamatan pada katup semilunar. Untuk

mendengarkan katup semilunar aortik lebih jelas, tempelkan bel

stetoskop pada ruang sela iga ke 2, tepat di kanan sternum. Bila anda

sudah mendengarkan, minta subyek untuk menarik nafas dalam-dalam

dengan pelan. Kemudian pindahkan stetoskop secara horizontal ke kiri

sternum untuk mendengarkan katup pulmonari.

2. Palpasi Denyut Nadi radialis

(1) Mintalah subyek duduk tenang, cari posisi arteri radial di permukaan

pergelangan tangan, persis pada pangkal ibu jari.

(2) Lakukan palpasi, diaman mula-mula tekan arteri radial dengan ujung

jari ke 2 dan ke 3. Kemudain kendorkan tekanan pelan-0pelan sampai

anda merasakan adanya denyut nadi. Lakukan penghitungan denyut

nadi per menit. Ulangi 2 kali ambil rata-ratanya.

3. Perbandingan Kecepatan Denyut Jantung dan Denyut Nadi

Perbandingan antara kecepatan denyut jantung (bagian apeks) dan denyut nadi

radial, dapat dilakukan secara simultan pada keduanya

(1) Diskusikan apakah perbedaan antara kecepatan denyut jantun apikal tersebut

dengan denyut nadi radial.

E. ANALISIS DATA

Berdasarkan kajian teori, data dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan

berbagai hal mengenai suara jantung, denyut nadi, dan perbandingan kecepatan

denyut jantung dengan kecepatan denyut nadi.

F. DISKUSI

G. Laporan

Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan pada kegiatan

sebelumnya, dan laporan harus dikumpulkan selambat-lambatnya satu minggu setelah

praktikum ini dilakukan.

Page 4: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN IV

MENGUKUR TEKANAN DARAH

A. PENDAHULUAN

Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan darah yang mendesak suatu unit

area dinding pembuluh darah, dan ini biasanya diukur pada arteri. Karena jantung

secara ritmik berkontraksi dan relaksasi, maka hasil aliran darah secara ritmik pula

mengalir ke dalam arteri, menyebabkan tekanan darah naik turun pada setiap

denyutan. Jadi pada arteri akan terjadi dua macam tekanan darah, yaitu tekanan sistol

dan tekanan diastol. Tekanan sistol adalah tekanan darah di dalam arteri pada puncak

penyemprotan ventrikular sedangkan tekanan diastol merefleksikan tekanan darah

selama relaksasi ventrikular. Tekanan darah dinyatakan dalam mmHg, dengan

tekanan sistolik dinyatakan pertama, dan teakan diastolik yang kedua. Tekanan darah

120/180 mmHg, diartikan bahwa tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80

mmHg. Tekanan darah normal bervariasi dari satu orang ke orang lain.

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah

sphygmomanometer yang dibaca dengan metode auskulatori. Alat ini terdiri dari

suatu magnet yang dibebatkan pada lengan atas dan dipompa ke tekanan yang lebih

tinggi daripada tekanan sistolik untuk menutup sirkulasi ke lengan bawah. Tekanan

manset secara bertahap dikurangi, pengukur mendengarkan dengan suatu stetoskop

untuk suara khas yang disebut “suara Koratkoff” , yang menunjukkan pembukaan

kembali aliran darah ke lengan bawah. Tekanan yang ditunjukkan bersamaan dengan

terdengarnya suara denyutan lemah pertama, dicatat sebagai tekanan sistole. Apabila

tekanan manset terus dikurangi, maka aliran darah menjadi lebih lancar dan suara

menjadi lebih keras. Kalau tekanan manset terus dikurangi sampai bawah tekanan

diastolik, maka arteri tidak lagi tertekan, dan darah akan mengalir bebas tanpa

hambatan. Tekanan yang ditunjukkna bersamaan dengan saat hilangnya suara

Karatkoof, dicatat sebagai tekanan diastolik.

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan untuk :

(1) Mengukur tekanan arteri dan tekanan vena secara tidak langsung.

Page 5: PETUNJUK ANFISMAN

(2) Meneliti berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dan perbedaan besar

antara tekanan arteri dan tekanan vena.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah: stetoskop,

sphygmomanometer, alkohol 70%, dan kapas.

D. CARA KERJA

1. Mengukur Tekanan Arteri

(1) Bekerjalah berpasangan.

(2) Bersihkan ujung stetoskop untuk telinga dengan alkohol 70%, dan

yakinkan bahwa manset tidak berisi udara. Bila berisi udara, tekan manset di atas

meja supaya udara keluar.

(3) Subyek harus duduk dengan posisi yang enak dengan satu lengan

ditumpangkan di atas meja (setingi letak jantung)

(4) Bebatkan manset pada lengan atas subyek persis di atas siku, dengan

bagian untuk dipompa berada di tengah-tengah permukaan lengan. Bila manset diberi

tanda panah, maka panah harus berada di atas arteri brakhialis. Kemudian mantapkan

manset dengan mengkaitkan ujung distalnya pada bagian bawah manset.

(5) Raba titik denyut nadi brakhial, kemudian letakkan diafragma stetoskop di

atas titik denyut nadi tersebut. Pasang stetoskop pada telinga anda.

(6) Pompa manset sampai tekanannya mencapai ± 160 mmHg, kemudian

secara perlahan-lahan turunkan tekanan dengan membuka katup pembebas tekanan.

Sambil mengamati ukuran tekanan, anda dengarkan dengan hati-hati suara denyutan

halus pertama yang muncul. Tekanan diamana terdengar suara halus pertama ini

dikenal sebagai tekanan sistole. Suara berikutnya lebih keras.

(7) Teruskan menurunkan tekanan pada manset sambil tetap mendengarkan suara

denyutan. Bila suara denyutan menghilang, catat pada tekanan berapa mmHg saat

suara terakhir terdengar. Tekanan ini menunjukkan tekanan diastole.

(8) Ulangi pengukuran seperti diatas sampai tiga kali, catat hasilnya

(9) Hitung tekanan denyutan pada setiap pengukuran, yang merupakan selisih tekanan

sistole dengan tekanan diastole. Tekanan denyutan ini menunjukkan jumlah darah

yang keluar jantung selama siklus jantung.

2. Memperkirakan Tekanan Vena

Untuk mengukur tekanan vena, tidak memungkinkan menggunakan

sphygmomanometer, sebab tekanan vena jauh lebih rendah daripada tekanan arteri.

Page 6: PETUNJUK ANFISMAN

Metode yang mungkin digunakan adalah dengan membuat perkiraan. Cara kerjanya

adalah sebagai berikut :

(1) Minta subyek berdiri dekat papan tulis, dengan sisi tubuh sebelah kanan

menghadap ke papan tulis, lengan tergantung pada sisi tubuh. Tandai pada paapan

perkiraan ketinggian atrium kanan.

(2) Mintalah subyek dengan pelan-pelan menaikkan dan menurunkan lengan

kanannyam dan amati vena superfisial pada bagian dorsal lengan tersebut. Vena akan

muncul dan menghilang selama subyek menurunkan dan menaikkan lengannya.

Ulangi sampai anda menemukan ketinggian yang tepat saat hilangnya vena, beri tanda

pada papan tulis.

(3) Ukur dalam mm jarak vertikal antara ketinggian atrium kanan dengan

menghilangnya vena misalnya mm.

(4) Tekanan vena (Pv) dalam mmHg dapat dihitung dengan rumus sbb:

Pv=1,056 X x

13,6 mmHg

Keterangan :

1.056 = gaya berat khusus darah

13,6 =gaya berat khusus Hg.

Tekanan normal vena bervariasi antara 30-90 mmHg; tekanan vena pada

tangan antara 30-40 mmHg.

E. ANALISIS DATA

(1) Untuk mendapatkan tekanan sistole dan diastole, maka hasil 3 kali pengukuran

diambil rata-ratanya. Demikian pula untuk mendapatkan tekanan denyutan, maka

selisish tekanan sistole dan diastole dari 3 kali pengukuran diambil rata-ratanya.

(2) Dari data seluruh kelas yang terkumpul, bandingkan tekanandarah kelompok pria

dan kelompok wanita, buat kesimpulan. Demikian pula untuk tekanan denyutan, dan

tekanan vena.

F. DISKUSI

G. LAPORAN

Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan pada

kegiatan sebelumnya, dan laporan harus dikumpulkan selambat-lambatnya satu

minggu setelah praktikum ini dilakukan.

Page 7: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN V

DARAH

A. PENDAHULUAN

Darah termasuk jenis jaringan ikat cair, yang terdiri dari suatu matrik cair

(plasma) dimana sel-sel darah berada. Sifat serabut dari matrik cair jaringan ikat akan

nampak apabila darah mengalami pembekuan. Matrik tersebut akan berubah menjadi

benang-benang fibrin, yang akan membentuk dasar struktural dari peristiwa

pembekuan darah. Pembekuan darah atau koagulasi, merupakan bagian dari

perlindungan tubuh untuk menghentikan kehilangan darah apabila pembuluh darah

luka. Proses ini memerlukan interaksi berbagai zat yang secara normal berada dalam

plasma (faktor pembeku, atau prokoagulan). Secara normal, apabila darah dikeluarkan

dari dalam tubuh akan membeku dalam waktu 2 sampai 6 menit.

Lebih dari 100 zat larut di dalam plasma yang tersusun 90% dari air. Zat-zat

tersebut termasuk zat makanan , gas-gas, hormon, berbagai zat sampah dan metabolit,

berbagai jenis protein fungsional, dan garam-garam mineral. Komposisi plasma terus

berubah, sebab sel-sel secara terus menerus mengambil atau menambah zat-zat dari

atau ke dalam darah.

Terdapat 3 macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

(leukosit), dan keping darah (trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin

yang berfungsi mengikat oksigen dan sedikit karbondioksida untuk diangkut di dalam

darah. Sel darah putih merupakan bagian pertahanan tubuh non spesifik dan sistem

imun. Sedangkan trombosit berfungsi dalam hemostatis (pembekuan darah). Volume

sel-sel darah dalam darah berkisar antara 40%-45% volume, sedangkan plasma

berkisar antara 55%-60% volume.

Di dalam laboratorium, sel darah dapat dihitung dengan menggunakan alat

yang terdiri dari pipet sel darah (untuk melakukan pengenceran) dan keping kaca

dengan kamar-kamar penghitung yang diketahui luasnya (untuk penghitungan). Kaca

penghitung ini disebut hemasitometer. Ada dua macam pipet sel darah, yaitu pipet sel

darah merah (yang bertanda butiran merah) dan pipet sel darah putih (yang bertanda

butiran putih).

Untuk melakukan penghitungan sel darah merah dan sel darah putih secara

Page 8: PETUNJUK ANFISMAN

langsung, maka perlu dilarutkan sejumlah darah yang diketahui volumenya ke dalam

suatu larutan yang bersifat antikoagulasi yang juga diketahui volumenya. Dengan

cara ini maka diketahui besarnya pengenceran darah yang akan dihitung. Darah yang

sudah diencerkan tersebut kemudian ditempatkan pada kece penghitung

hemasitometer. Sel-sel darah kemudian dihitung di bawah mikroskop. Larutan

pengencer untuk sel darah merah dan putih berbeda. Prinsipnya larutan tersebut

isotonis dengan sel darah yang akan dihitung dan menyebabkan lisisnya sel-sel darah

yang tidak dihitung. Misalnya, bila sel darah merah yang akan dihitung, maka sel-sel

darah putih akan mengalami lisis, sehingga tidak mengganggu proses penghitungan,

dan sebaliknya. Gambar 9.1 menunjukkan alat penghitung sel darah dan cara

penggunaanya.

Penggolongan darah merupakan suatu sistem klasifikasi darah yang berdasar

pada keberadaan protein khusus (yang berkombinasi dengan polisakharida) pada

permukaan luar plasma membran sel darah merah. Protein semacam ini disebut

antigen atau aglutinogen, yang dikenal bersifat genetik. Antigen-antigen tersebut

normalnya ditemani oleh protein-protein lain yang berada di dalam plasma, yaitu

antibodi atau aglutinin, yang bereaksi dengan sel darah merah yang memiliki

antigen berbeda, menyebabkan darah menggumpal (aglutinasi), dan bahkan

hemolisis. Inilah sebabnya mengapa sebelum dilakukan transfusi darah, maka

golongan darah seseorang harus ditentukan dengan benar.

Sel darah merah manusia mengandung pigmen darah yang disebut

hemoglobin, yang berfungsi mengikat dan mengangkut oksigen. Oleh karena itu

untuk mengukur kapasitas oksigen yang diangkut darah, maka perlu ditentukan

kandungan oksigen di dalam darah. Oksigen yang mampu berkombinasi secara

reversibel dengan heme dari molekul hemoglobin, ditangkap oleh darah dalam paru-

paru dan kemudian di bebaskan ke dalam jaringan. Jadi semakin banyak kandungan

hemoglobin dalam sel darah merah, maka semakin banyak pula oksigen dapat

diangkut. Secara normal, darah mengandung 12 sampai 16 gr hemoglobin per 100 ml

darah. Pria memiliki kandungan hemoglobin sedikit lebih tinggi (14-18 gr) daripada

wanita (12-16 gr). Beberapa teknik telah digunakan untuk memperkirakan kandungan

hemoglobin dalam darah, mulai dari cara lama yang kurang akurat (metode Tallquist)

sampai dengan penggunaan kalorimeter yang sangat akurat. Pada praktikum ini akan

digunakan hemoglobinometer LEICA Hb-METER.

Page 9: PETUNJUK ANFISMAN

B. TUJUAN

Praktikum ini bertujuan :

(1) Menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih.

(2) Menguji kecepatan pembekuan darah.

(3) Menguji golongan darah.

(4) Memperkirakan kadar hemoglobin dalam darah.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Menghitung sel darah merah dan sel darah putih:

hemasitometer, larutan Hayem untuk sel darah merah, 1% asetat/HCl untuk sel darah

putih, pipet sel darah merah, pipet sel darah putih, mikroskop cahaya, blood lanset,

alcohol 70%, dan kapas.

2. Menguji kecepatan pembekuan darah

Kaca benda, stopwatch, jarum pentul, blood lancet

3. Menguji golongan darah

Serum anti A, serum anti B, kaca benda, tusuk gigi

4. Memperkirakan kadar hemoglobin

LEICA-Hb meter, blood lancet (lanset), alcohol 70%, kapas bersih, kain lab yang

lembut

D. CARA KERJA

1. Menghitung sel darah putih

(1) Siapkan bahan dan alat yang diperlukan: kapas, alcohol, HCl 1%, blood

lancet, pipet sel darah putih, hemasitometer yang sudah dipasang pada

mikroskop

(2) Bersihkan salah satu dari 3 ujung jari tengah anda dengan kapas yang dibasahi

alkohol, kemudian ayun-ayunkan tangan anda supaya alkoholnya kering.

Bersihkan pula blood lancet dengan alkohol, dan biarkan kering.

(3) Atur panjang lancet sesuai yang anda kehendaki (jangan terlalu panjang/terlalu

pendek), kemudian tempelkan ujungnya pada jari dan dengan cepat pencet

tombol blood lancet sehingga lancet menusuk jari anda. Hapus tetes darah

pertama yang keluar luka dengan kapas bersih, biarkan tetes darah bersihkan

keluar luka

(4) Tempelkan ujung pipet sel putih pada darah diujung jari anda, kemudian hisap

darah ke dalam pipet sampai batas 0,5 ml. Masukkan ujung pipet ke dalam

Page 10: PETUNJUK ANFISMAN

HCl 1%, dengan cepat dan hati-hati hisap HCl 1% tersebut ke dalam pipet

sampai batas tanda 11.0

(5) Dengan ujung pipet masing-masing pada ibu jari dan jari kedua, kocok pipet

dengan posisi horizontal selama 2-3 menit. Kemudian buang 2-3 tetes darah

dari dalam pipet

2. Menghitung sel darah merah

(1) Perhitungan sel darah merah dapat dilakukan dengan langkah 1, 2, 3 sama

dengan langkah penghitungan sel darah putih, hanya pipet dan larutan

pengencer lain. Pipet yang digunakan adalah pipet sel darah merah, dan larutan

pengencernya adalah larutan Hayem

(2) Dengan menggunakan pipet sel darah merah, isap darah ke dalam pipet dari

ujung jari sampai angka 0,5 ml, segera encerkan dengan larutan Hayem sampai

angka 101, kemudian kocok selama 2-3 menit. Buang 2-3 tetes pertama

dengan menghisapnya dengan kertas hisap

(3) Pasang kaca penutup pada hemasitometer, kemudian teteskan darah dari pipet

ke batas antara hemasitometer dan kaca penutup. Jaga jangan sampai tetesan

darah terlalu banyak. Bila terjadi demikian maka cepat hisap dengan kertas

penghisap

(4) Pasang hemasitometer pada meja mikroskop dalam posisi mendatar dan

dengan perbesaran 10 X fokuskan bidang pandang ke kotak penghitung sel

darah merah

(5) Tunggu sampai darah dalam bidang pandang tenang (tidak ada aliran),

kemudian lakukan penghitungan sel darah merah pada 5 daerah penghitungan

sel darah merah dan catat hasilnya

3. Menguji Kecepatan Pembekuan Darah

(1) Siapkan kaca benda bersih

Page 11: PETUNJUK ANFISMAN

(2) Bersihkan ujung jari anda dan lanset yang akan anda gunakan dengan alcohol

70%, biarkan kering sendiri. Tusuklah ujung jari anda dengan kapas, kemudian

teteskan tetes darah berikutnya ke kaca benda. Bersamaan dengan keluarnya

darah kedua ini dari ujung jari, pencet stopwatch

(3) Gunakan jarum pentul untuk menusuk-menusuk darah sampai benang-benang

fibril muncul. Bersamaan munculnya benang fibrin, hentikan stopwatch. Waktu

yang ditunjukkan merupakan waktu pembekuan darah

(4) Waktu pembekuan darah yang normal berkisar antara 5-15 menit

4. Menguji golongan darah

(1) Siapkan kaca benda yang bersih, serum anti A, serum anti B, tusuk gigi, lancet,

alcohol 70%, kapas

(2) Ambil satu kaca benda, beri tanda A di sebelah kiri, dan B di sebelah kanan.

Teteskan serum anti A di sebelah kiri, dan serum anti B di sebelah kanan

(3) Bersihkan ujung jari anda dan lanset yang akan dipakai dengan alcohol 70%.

Tusuklah jari anda dengan lanset sampai keluar darah. Hapus tetes darah pertama

dengan kapas, kemudian teteskan tetes darah berikutnya satu tetes pada serum

anti A, dan satu tetes pada serum anti B

(4) Dengan cepat aduk darah yang telah diteteskan pada anti serum tersebut dengan

tusuk gigi (masing-masing gunakan tusuk gigi baru). Amati terjadinya

penggumpalan darah (aglutinasi)

(5) Bila pada A terjadi penggumpalan, sedangkan B tidak, maka golongan darah anda

adalah A. Bila terjadi sebaliknya, maka golongan darah anda adalah B. Bila

kedua-duanya terjadi penggumpalan, maka golongan darah anda adalah AB, dan

sebaliknya adalah golongan darah O.

(6) Catat golongan darah semua teman anda sekelas, kemudian cari besarnya

presentase setiap golongan darahnya, dan diskusikan hasilnya. Diskusikan pula

apakah ada kecenderungan jenis kelamin tertentu memiliki golongan darah

tertentu pula

Page 12: PETUNJUK ANFISMAN

5. Memperkirakan Kadar hemoglobin

(1) Siapkan LEICA Hb-meter, atur bidang cahayanya. Bila bidang cahaya tidak rata, maka

alat harus disetel dulu: Gerakkan slide menjauhi lensa mata sampai tepat di bawah tanda

panah pada ujung skala puncak. Tekan tombol pada dasar instrument dan lihat melalui lensa

mata untuk mengecek bidang cahaya. Bidang harus terang secara merata. Bila tidak, lakukan

pengaturan sebagai berikut: Tempatkan pinggir coin pada lubang di bagian bawah instrument,

dan putar sampai bidang mendapat cahaya secara merata. Gerakan terakhir harus berlawanan

arah.

(2) Cara menyiapkan ruang darah adalah dengan jalan menariknya dari penjepit, yaitu dengan

menarik ujung ruang darah dengan telunjuk dan menahan gelas penutupnya dengan ibu jari

sampai salah satu permukaan ruang darah terbuka. Bersihkan ruang darah dan gelas

penutupnya dengan kain lembut

(3) Bila ruang darah sudah terbuka, maka ruang darah dapat diisi dengan salah satu cara

tergantung pada dimana sampel darah diambil secara langsung dari jari aatu telinga, atau dari

sampel darah yang banyak dari laboratorium. Bila darah diambil secara langsung dari jari,

maka teteskan darah secukupnyalangsung ke permukaan ruang darah. Kemudian dengan

cepat aduk darah dengan hemolisis aplikator sampai mengalami hemolisis. Proses hemolisasi

mungkin dapat diamati dengan mata, dan tuntas apabila tetes darah dalam ruang telah

menjadi traansparan. Bila darah diambil dari sampel laboratorium yang telah dihemolisasi,

maka darah dapat diteteskan langsung pada kamar darah. Setelah itu tutup ruang darah

dengan gelas penutupnya, yaitu dengan menekan ujung ruang darah dengan ibu jari sampai

ujung ruang darah sejajar dengan gelas penutupnya.

(4) Bila ruang darah telah diisi dengan darah terhemolisis, maka ruang darah siap dipakai.

Ruang darah yang sudah siap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam celah pada sisi kiri

instrument, kemudian instrument didekatkan ke mata dengan tangan kiri, sedemikian rupa

sehingga ibu jari tangan kiri berada pada tombol di dasar instrument.

(5) Bila tombol cahaya ditekan, akan muncul suatu bidang hijau dalam instrument. Tangan

kanan bebas memindahkan tombol slide pada sisi kanan instrumen sampai dua paroh bidang

sama terang dan muncul sebagai satu bidang tunggal. Posisi dari knob menunjukkan

kosentrasi hemoglobin. Salah satu dari 4 skala dapat digunakan.

Page 13: PETUNJUK ANFISMAN

(6) LEICA Hb-meter dilengkapi dengan 4 skala yang berbeda. Skala dengan tanda ukuran

gram Hb per 100 ml muncul diatas tombol slide, dan skala presentase berdasarkan pada 15,6

gram, 14,5 gram, dan 13,8 gram sama dengan 100% yang muncul di bawahnya. Anemia pada

wanita bila kadar Hb< 12 g/dl pada permukaan laut, dan pada pria < 14 g/dl.

(7) Dengan mengambil data dua orang dari masing-masing kelompok, coba catat dari seluruh

kelompok, pisahkan data untuk pria dan wanita. Cari presentase pria/wanita yang anemia.

Diskusikan hasilnya.

Caar membersihkan ruang darah: Ruang darah yang sudah selesai dipakai harus dibersihkan

dengan merendamnya selama 10 menit dalam 3% hydrogen peroksida yang sudah

distabilisasi. Setelah itu dikeringkan dengan kain lembut atau kapas bersih.

E. ANALISIS DATA

1. Penghitungan sel darah putih

Jumlah sel darah putih per mm3 dapat diketahui apabila: besarnya pengenceran

diketahui, demikian pula volume darah di daerah penghitungan.

(1) Pengenceran darah dapat diketahui dengan hitungan sebagai berikut: volume

darah=0,5 ml, kemudian dicampur denagn HCl 1 % sampai volume mencapai

11,0 ml. Pada saat dikocok 1 ml HCl 1 % yang berada dalam pipa kapiler pipet

tidak ikut bercampur, dengan demikian HCl 1% yang digunakan mengencerkan

0,5 ml darah adalah 10 ml. Jadi penegncerannay adalah 2/1 X 10 =20 kali.

(2) (2) Volume darah (denagn pengenceran 20 kali) di daerah penghitungan dapat

dihitung sebagai berikut: luas setiap daerah penghitungan sel darah putih adalah 1

mm2 , kalau yang digunakan 4 daerah penghitunagn, maka luasnya 4 mm2. Tinggi

cairan di bawah kaca penutup adalah 0,1 ml, sehingga volume cairan=4 X 0,1

mm3=0,4 mm3

(3) Misalnya hasil penghitungan sel darah putih dalam 0,4 mm3 darah dengan

pengenceran 20 kali= x butir, maka jumlah sel darah putih per mm3 darah tanpa

pengenceran=x X 10/4 X20=50x butir.

2. Penghitungan jumlah sel darah merah

Jumlah sel darah merah per mm3 darah dapat diperoleh dari mengalikan jumlah sel

darah merah hasil penghitungan di 5 daerah penghitungan denagan 10.000.

Coba diskusikan dengan kelompok anda, dari mana asalnya angka 10.000 terseut

3. Menguji kecepatan pembekuan darah

Page 14: PETUNJUK ANFISMAN

Kecepatan pembekuan darah berkisar antara 5-15 menit. Seseorang yang memiliki

waktu pembekuan darah lebih laam dari rentangan tersebut, berkecenderungan

hemofili.

4. Menguji golongan darah

Untuk mencari persentase setiap golongan darah dari seluruh anggota kelas, maka

jumlah anggota yang bergolongan darah A misalnya, dibagi seluruh anggota kelas kali

100%. Demikian pula cara mencari persentase golongan darah kelompok wanita dan

kelompok pria.

5. Memperkirakan kadar Hb

Mencari persentase pria yang anemia dan wanita yang anemia dapat dilakukan dengan

membagi jumlah pria atau wanita yang anemia dengan jumlah seluruh anggota pria

atau wanita di kelas ini kali 100%.

F. DISKUSI

Page 15: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN VII

RESPIRASI

A. PENDAHULUAN

Respirasi berarti satu inspirasi dan satu ekspirasi. Seorang dewasa normal melakukan 14-

18 kali respirasi setiap menit dalam keadaan istirahat sebanyak 12-15 kali, selama ini

paru-paru mempertukarkan udara di dalamnya dengan atmosfer. Untuk mengukur volume

udara yang dipertukarkan, dipergunakan spirometer (respirometer).

Setiap inspirasi normal, dimasukkan kira-kira 500 ml udara ke dalam saluran napas.

Jumlah yang sama dikeluarkan sewaktu ekspirasi normal. Volume udara yang

dihirup/dihembuskan ini disebut volume tidal. Dari volume tidal ini, hanya kira-kira 350

ml yang mencapai alveoli, 150 ml sisanya tertinggal pada saluran napas disebut volume

udara mati.

Bila kita ambil napas berat, dapat kita hirup lebih dari 500 ml udara. Tambahan udara

yang masih dapat dihirup ini disebut volume cadangan inspirasi, rata-rata 3100 ml. Oleh

karena itu system respirasi dapat memasukkan sebanyak 3600 ml udara.

Bila setelah inspirasi normal kemudian kita menghembuskan udara sekuat mungkin, kita

dapat melepas keluar 1200 ml udara disamping 500 ml volume tidal. Tambahan 1200 ml

ini disebut volume cadangan ekspirasi. Sesudah volume cadangan ekspirasi dihembuskan,

sejumlah udara tetap tinggal dalam paru, sebab lebih rendahnya tekanan intrapleural

menjaga alveoli agak menggembung. Udara ini disebut volume residu, jumlahnya kira-

kira 1200 ml. Bila rongga dada dibuka, tekana intrapleural seimbang dengan atmosfer,

yang mendorong keluar volume residu. Paru masih tetap berisi sejumlah kecil udara yang

disebut volume ninimal. Volume ini dapat ditunjukkan dengan meletakkan sepotong paru

di air yang akan Nampak mengapung

Kapasitas paru dapat dihitung dengan menjumlahkan berbagai volume paru. Kapasitas

inspirasi adalah kemampuan total inspirasi paru, yaitu jumlah volume tidal dengan volume

cadangan inspirasi (3600 ml). Kapasitas fungsional residu adalah jumlah residu dengan

volume reside dengan volume cadangan inspirasi dengan volume tidal dan volume

Page 16: PETUNJUK ANFISMAN

cadangan ekspirasi (4800 ml). Akhirnya kapasitas total paru adalah sejumlah volume

(6000 ml).

B. TUJUAN

1. Menentukan volume tidal, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, volume

cadangan inspirasi

2. Mengetahui frekuensi pernapasan, factor-faktor yang mempengaruhi irama

pernapasan

3. Mendapatkan kandengan CO2 dalam udara ekspirasi

C. ALAT DAN BAHAN

Alat: spirometer, pipa tiup, kantung plastic, biuret, labu Erlenmeyer 125 ml, tutup

labu erlenmeyer, satis, pipa kaca

Bahan: alcohol 70 %, aquades, phenolphalen, NaOH 0,1 M

D. CARA KERJA

Mengukur volume pernapasan

Persiapan: pipa tiup dicuci dengan alcohol 70% setiap akan dipakai; pasang pipa tiup

pada spirometer; atur angka skala menunjukkan angka 0 (nol) sebelum spirometer

digunakan; tiup udara pernapasan melalui mulut.

1. Hirup udara dengan inspirasi normal, kemudian hembuskan sekuat mungkin pada

spirometer yang terbaca menunjukkan vole tidal dan volume cadangan ekspirasi.

Ulangi tiga kali dan ambil rata-ratanya.

2. Hembuskan udara dengan ekspirasi normal, kemudian hembuskan lagi udara

sekuat mungkin. Ini adalah cadangan ekspirasi. Ulangi tiga kali dan ambil rata-

ratanya.

3. Kurangkan hasil langkah 2 terhadap langkah 1, inilah volume tidal

4. Setelah bernapas dalam-dalam hembuskan sebanyak mungkin udara. Ini adalah

kapasitas vital. Ulangi tiga kali dan dirata-rata.

5. Pengurangan hasil langkah 1 terhadap langkah 4 diperoleh volume cadangan

inspirasi .

Irama Pernapasan

1. Pelaku duduk santai, hitung frekuensi pernapasannya dalam 1 menit

2. Mintalah pelaku bernapas cepat selama 1 menit, setelah itu mintalah bernapas normal

selama 1 menit. Hitunglah frekuensi pernapasan per menit.

Page 17: PETUNJUK ANFISMAN

3. Pelaku memegang kantong plastic sedemikian rupa sehingga mulut dan hidung berada

di dalam kantong. Mintalah pelaku bernapas selama 2 menit. Hitunglah frekuensi

pernapasan per menit

4. Pelaku lari di tempat 60 langkah, setelah itu duduk di kursis, hitunglah frekuensi

pernapasannya per menit

5. Ulangi langkah 1-4 setiap kali selesai melakukan kegiatan pelaku menarik napas

panjang, menutup hidung, menahan selama mungkin sampai pelaku harus bernapas

lagi. Catat waktunya

6. Ulangi perlakuan5, tetapi pelaku menghembuskan napas panjang. Catat ahsilnya

Kandungan C02 dalam udara ekspirasi

1. Isilah dua tabung Erlenmeyer dengan 100 ml aquades

2. Tambahkan tiap labu 3-5 tetesphenoptalin dan kemudian 5 tetes 0,1 M NaOH, larutan

menjadi berwarna merah delima, tutup rapat-rapat kedua labunya

3. Masukkan pipa kaca pada salah satu labu, tiupkan udara pernapasan ke dalam labu

melalui pipa kaca sampai warna merah hilang. Catat waktu yang diperlukan

4. Pelaku lari ditempat 60 langkah, menhembuskan udara ke daalm labu sampai warna

hilang. Catat waktu yang diperlukan

5. Lakukan tetrasi sebagai berikut:

a. Isilah buret dengan larutan 0,1 M NaOH, catat baats volume larutan

b. Letakkan labu Erlenmeyer berisi larutan tepat dibawah ujung bawah buret dengan

memberi landasan kertas putih

c. Teteskan larutan dalam buret ke dalam labu setetes demi setetes dengan perlahan-

lahan, setiap tetes goyang labunya

d. Tetesi dan goyang terus sambil dengan cermat mengamati bila terjadi perubahan

warna dari tidak berwarna menjadi merah

e. Bila sudah nampak ada perubahan warna, hentikan penetesan. Ini berari titik

ekivalen sudah terlewati, catat angka batas volume pada buret

f. Titik ekivalensi kita tentukan terletak pada pertengahan antara angka volume

NaOH saat mulai Nampak terjadi perubahan warna dengan satu angka

sebelumnya

g. Hitunglah volume zat pentiter (NaOH) yang terpakai sehingga tercapai titik

ekivalen tadi

Page 18: PETUNJUK ANFISMAN

h. Dengan pedoman 1 ml 0,1 M NaOH setara dengan 5,10-5 mol CO2

E. ANALISIS DATA

Buatlah tabel hasil pengamaatn setiap sub topic dan buat grafiknya untuk setiap orang

percobaan

F. DISKUSI

G. LAPORAN

Buat laporan sesuai petunjuk yang Sdr. Terima pada pembukaan praktikum.

Page 19: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN VIII

PENGARUH pH TERHADAP KERJA ENZIM PTIALIN

A. PENDAHULUAN

Selama proses pencernaan makanan mengalami perubahan baik secara fisik maupun

kimiawi. Perubahan secara kimiawi pada umumnya menggunakan suatu enzim yang

terkandung di dalam cairan pencernaan, misalnya saliva, getah lambung, cairan usus, cairan

pancreas dan hati.

Enzim adalah suatu protein. Seperti halnya protein lain, enzim dapat mengalami

perubahan struktur apabila dikenakan pada suhu yang ekstrim. Bila terjadi perubahan

struktur, enzim menjadi tidak fungsional lagi. Suoaay dapat bekerja secara optimal, enzim

memerlukan kondisi (pH, suhu, kepekatan tertentu).

Kerja enzim bersifat spesifik;enzim ptialin hanya bekerja untuk amilum, enzim katalase

untuk hidrogenperoksida, dan sebagainya.

B. TUJUAN

Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap kerja enzim ptialin

C. ALAT DAN BAHAN

Alat: gelas piala 100 cc, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur 10 cc, corong kaca,

pipet, plat tetes

Bahan: Larutan amilum 1%, larutan iodin 10%, larutan buffer pH 3, pH5, pH 7, dan pH 9,

saliva, aquades

D. CARA KERJA

1. Tampunglah saliva sebanyak 5 cc dalam gelas piala, kemudian tambahkan 5 cc

aquades, kocok, kemudian saring.

2. Sediakan empat buah tabung reaski, beri tanda A, B, C, D.

3. Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 3

Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 5

Isi tabung A dengan 1 cc larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 7

Isi tabung A dengan larutan amilum 1%+ 1 cc larutan buffer pH 9

4. Tambahkan 1 cc larutan saliva ke dalam masing-masing tabung reaksi, lalu kocok.

Catatlah saat ini sebagai nol

Page 20: PETUNJUK ANFISMAN

5. Lima menit kemudian teteskan 4 tetes larutan dari masing-masing tabung reaksi pada

empat lubang deret pertama dari plat tetes (larutan A pada lubang 1, larutan B pada

lubang kedua, dst). Tambahkan larutan iodine 10%.

6. Lima menit berikutnya teteskan masing-masing larutan larutan dalam tabung reaksi

pada lubang-labung deret kedua dari plat tetes. Tambahkan larutan iodine 10%

7. Ulangi perlakuan di atas pada deret ketiga dan keempat dengan selang waktu masing-

masing 5 menit.

8. Amati perubahan warna yang terjadi pada tiap tetesan larutan.

E. ANALISIS DATA

Buat tabel pengamatan untuk melihat kerja enzim ptialin karena pengaruh pH yang berbeda.

F. DISKUSI

G. LAPORAN

Buat laporan sesuai dengan petunjuk yang Sdr. Terima pada pembukaan praktikum.

Page 21: PETUNJUK ANFISMAN

KEGIATAN IX

URINALISIS

A. PENDAHULUAN

Dalam kegiatan ini kita akan menentukan beberapa sifat urine dan melakukan uji atas

beberapa kemungkinan adanya abnormalitas dalam urine.

Kumpulkan contoh urine baik dari laki-kali maupun perempuan dalam sebuah tabung urinalis

yang berbeda. Buang keluaran yang pertama, ambil keluaran berikutnya untuk mencegah

kontaminasi dari organ genetalia eksterna, adanya nanah maupun bakteri yang secara normal

dijumpai dalam uretra.

Urine normal berwarna kuning atau kuning gading, transparan, Ph berkisar dari 4,6-8,0 atau

rata-rata 6, berat jenis 1,001-1,035, bila agak lama berbau seperti amoniak.

B. TUJUAN

Untuk mengetahui kandungan zat dalam urine

C. ALAT DAN BAHAN

Alat: sentrifugasidan atbungnya, tabung reaski, pipet panjang, penjepit tabung reaksi,

urinometer, tabung urinalis, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, lap flannel, kertas isap,

lampu spiritus, korek api, thermometer

Bahan: urine segar, larutan Bennedict, larutan NaOH 5%, larutan CuSO4 1%, indicator

universal, asam sulfosalisilat, reagen Millon, Kristal sodium nitroprusside, asam asetat.

D. CARA KERJA

1. Analisis Fisik

a. Warna

Urine normal beraneka warna dari kuning sampai kuning gading. Amati contoh

urine yang sudah anda sediakan. Warna urine dapat bervariasi sebagai berikut:

Page 22: PETUNJUK ANFISMAN

Warna Kemungkianan Penyebab

Kuning gading pigmen urine normal

Tak berwana konsentrasi tereduksi

perak, warna susu nanah, bakteri, sel epitel

Coklat berkabut darah

Kuning berbuih naiknya pigmen melanin

b. Berat jenis

Penentuan berat jenis dengan mudah dapat diperoleh dengan menggunakan

urinometer (hydrometer). Urinometer akan mengapung dengan skala angkat dekat

ujung yang menunjukkan berat jenis secara langsung. Masukkan urine ke dalam

tabung besar (lebih besar dari tabung reaksi biasa), kedalamnya masukkan

urinometer. Putarlah urinometer perlaahn untuk meyakinkan bahwa ia terapung

bebas. Catat skala bila urinometer tidak bergerak.

Urinometer ditera pada suhu tertentu, misalnay pada suhu 15 derajat C (biasanay

tertulis pada urinometer). Oleh karenanya catat suhu urine, bila suhu urine lebih

tinggi dari suhu teraan, tambahkan angka 0,001 untuk tiap perbedaan sebesar 3

derajat C. Bila suhu urine lebih rendah, kurangkan angka sebesar 0,001 setiap

perbedaan suhu sebesar 3 derajat C

c. pH

Untuk menentukan pH, pergunakan indikator universal.

2. Analisis Kimia

a. Glukosa

Adanay glukosa dalam urine normal dapat saja terjadi, tetapi untuk melihantnya

dalam jumlah yang kecil memerlukan cara-cara khusus. Larutan Bennedict biasa

digunakan untuk melihat gula reduksi dalam urine, tidak khusus glukosa.

Dalam sebuah atbung reaski, campurkan 8 tetes urine dengan 5 ml larutan Bennedict.

Letakkan tabung reaksi tersebut dalam air mendidih selama 5 menit. Pindahkan dari

pemanas dan baca ahsilnya sesuai dengan daftar di bawah ini. Bandingkan warna

yang dihasilkan dengan daftar di bawah ini. Bandingkan warna ayng dihasilkan

dengan waran normal.

Page 23: PETUNJUK ANFISMAN

Warna Hasil

Biru negatif

Biru kehijauan ada gula

Kuning kehijauan 1+

Coklat kehijauan 2+

Jingga-kuning 3+

Merah bata (denagn endapan) 4+

Konsentrasi tinggi posfat dalam urine menghasilkan endapan putih, sedangkan endapan

kuprooksida dalam uji Bennedict positif merah.

b. Protein

Urine normal berisi protein yang sukar mengenalnya dengan prosedur laboratorium

biasa. Albumin adalah jenis protein paling banyak dalam serum dan merupakan satu-

satunya yang biasa ditemui. Karena uji albumin ditentukan oleh pnegendapan protein

karena panas atau denagn menambahi reagen, sebaliknya contoh urine disentrifugasi

lebih dulu atau disaring. Ada beberapa cara untuk melakukan uji protein, masing-

masing akan diutarakan disini. Tiga cara akan disajikan, mana yang dipakai

tergantung bahan yang tersedia.

1. Metode asam sulfosalisilat.

Asam sulfosalisilat akan mengendap dalam urine dengan kekeruhan yang kira-kira

sesuai dengan konsentrasi adanya protein.

a. Masukkan urine daalm tabung sentrifugasi, pusingkan selama 15 menit

b. Letakkan 3 ml urine dan uji dengan kertas lakmus ph-nya

c. Bila menunjukkan alkalin (basa), tambahi 10% asam asetat setetes demi setetes

sampai menjadi asam, caranya dengan selalu menguji memakai kertas lakmus

d. Bila sudah asam, tambahi 3 ml asam sulfosalisilat 20%, tetesi dengan hati-hati

e. Bial ada protein, suatu endaapn keruh akan nampak pada perbatasan kedua cairan

f. Catat hasilnya sesuai dengan tabel berikut:

Page 24: PETUNJUK ANFISMAN

Kenampakan Endapan hasil

Jernih Negatif, keruh atau ada cincin

Keruh atau ada cincin sangat sedikit kemungkinan adanya protein

Cincin jelas ada sedikit protein

Kekeruhan bentuk butiran 1+

Cincin tebal 2+

Cincin sangat tebal 3+

Cincin padat 4+

2. Reagen Millon

a. Tuangkan 3 ml supernatant urine ke dalam tabung reaksi

b. Teteskan 5 tetes reagen Millon

c. Bila mengandung protein akan terjadi warna lembayung

3. Kuprisulfat dan sodium basa

a. Masukkan supernatant urine dalam sebuah tabung reaksi sebanyak 2 ml

b. Berikan 5 tetes larutan NaOH 5% dan 5 tetes CuSO4 1%

c. Amati hasilnya

d. Benda keton (aseton)

Adanya benda aketon dalam urine adalah akibat katabolisme lemak yang abnormal.

- Larutkan Kristal sodium nitroprusside dalam 5 ml urine (jangan mengenai jari,

berbahaya) dalam sebuah tabung reaksi.

- Tambahkan 5 tetes asam asetat pada campuran di atas

- Dengan pipa pipet tetes, hati-hati teteskan satu tetes NaOH pada tepi dinding

dalam tabung reaksi

- Adanay cincin ungu kemerahan menunjukkan keberadaan benda keton

e. Pigmen empedu

Dalam urine noramal tidak ada pigmen empedu (biliverdin dan bilirubin). Adanya

sejumlah besar pigmen dalam cairan ekstraseluler berakibat jaundice, ayitu warna

kuning pada kulit.

1. Isilah separoh tabung reaksi dalam urine

2. Kocoklah tabung reaksi dengan baik dan benar

3. Adanya buih berwarna kuning menunjukkan keberadaan pigmen empedu

Page 25: PETUNJUK ANFISMAN

3. Analisis Mikroskopis

1. Ambil endapan urine dengan pinset, teteskan pada gelas benda dan tutup dengan gelas

penutup

2. Periksa di bawah mikroskop, apakah ada eritrosit, leukosit, sel epitel bakteri, serabut

tanaman, Kristal berbagai jenis cocokkan dengan gambar

E. ANALISIS DATA

Data yang ada disusun dalam tabel dengan diberi keterangan bentukan yang terjadi

F.DISKUSI

G. LAPORAN

Buat laporan sesuai petunjuk yang Sdr. Terima pada permulaan praktikum pembukaan

praktikum