Anfisman Lusi Kardiovakuler

47
I. JUDUL Sistem Kardiovaskuler II. TUJUAN Mengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya III. DASAR TEORI Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Getaran jantung berasal dari nodus sinus atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi (Pearce, 2002:125). Bagian-bagian jantung yang secara normal berdenyut dengan urutan teratur yakni kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik

description

Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Getaran jantung berasal dari nodus sinus atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi (Pearce, 2002:125). Bagian-bagian jantung yang secara normal berdenyut dengan urutan teratur yakni kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Kareena itu simpul SA merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui sistem purkinje ke otot ventrikel (Ganong, 1998:529).Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA (irama sinus normal, ISN). Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat (takikardia)oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsang lain. Pada individu muda sehat yang bernapas dengan frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase pernapasan yakni meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi, terutama bila dalamnya pernapasan meningkat. Aritmia sinus ini adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi persarafan parasimpatis ke jantung. Selama inspirasi, impuls vagus dari reseptor regang dalam paru-paru menghambat daerah hambat jantung di medula oblongata. Lepas muatan tonus vagus yang menjaga frekuensi denyut jantung lambat menurun, dan frekuensi denyut jantung meningkat (Ganong, 1998:536).Dalam satu sel otot, kontraksi dimulai segera sesudah depolarisasi dan berakhir kira-kira 50 milidetik setelah repolarisasi lengkap. Sistole atrium dimulai setelah gelombang P pada kurva EKG, sistol ventrikel dimulai dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi menghasilkan runtutan perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh darah merujuk pada puncak tekanan yang dicapai selam sistole, bukan tekanan rata-rata yakni sama halnya, tekanan diastolik merujuk pada tekanan terendah selama diastole (Ganong, 1998:546).Pada akhir diastole, katup mitral dan trikuspid antara atrium dan ventrikel terbuka dan katuo aorta dan pulmonal tertutup. Aliran darah ke jantung selama diastole, mengisi atrium dan ventrikel. Laju pengisian menurun setelah ventrikel teregang, dan terutama ketika frekuensi denyut jantung rendah- daun katup atrioventrikuler (AV) terdorong ke posisi menutup. Tekanan di ventrikel tetap rendah (Ganong, 1998:546).Kontraksi atrium mendorong sejumlah darah tambahan ke ventrikel, tetapi kira-kira 70% pengisian ventrikel terjadi secara pasif selama diastole.kontraksi otot atrium yang mengelilingi lubang vena cava superior dan inferior dan vena pulmonalis mengecilkan lubangnya, dan inertia darah yang bergerak menuju jantung cenderung menahan darah di dalamnya, meskipun terdapat sedikit regurgutasi darah ke vena selama sistole atrium. Pada permulaan sisstole ventrikel, katup mitral dan trikuspid (AV) menutup. Otot ventrikel mula-mula memendek relati

Transcript of Anfisman Lusi Kardiovakuler

I. JUDULSistem Kardiovaskuler

II. TUJUANMengetahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya

III. DASAR TEORIJantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung. Getaran jantung berasal dari nodus sinus atrial, kemudian kedua atrium berkontraksi. Gelombang kontraksi ini bergerak melalui berkas His dan kemudian ventrikel berkontraksi (Pearce, 2002:125). Bagian-bagian jantung yang secara normal berdenyut dengan urutan teratur yakni kontraksi atrium (sistol atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistol ventrikel), dan selama diastol semua rongga jantung dalam keadaan relaksasi. Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung yang khusus dan menyebar melalui sistem ini ke semua bagian miokardium. Struktur yang membentuk sistem penghantar adalah simpul sinoatrial (simpul SA), lintasan antar simpul di atrium, simpul atrioventrikuler (simpul AV), berkas His, dan cabang-cabangnya, dan sistem purkinje. Berbagai bagian sistem penghantar, dan pada keadaan abnormal, bagian-bagian miokardium mampu mengeluarkan listrik spontan. Meskipun demikian, simpul SA secara normal mengeluarkan listrik paling cepat, depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum mengeluarkan listrik secara spontan. Kareena itu simpul SA merupakan pacu jantung normal, kecepatannya mengeluarkan listrik menentukan frekuensi denyut jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui sistem purkinje ke otot ventrikel (Ganong, 1998:529).Pada jantung orang normal, tiap denyut berasal dari simpul SA (irama sinus normal, ISN). Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat (takikardia)oleh emosi, olahraga, demam, dan rangsang lain. Pada individu muda sehat yang bernapas dengan frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase pernapasan yakni meningkat selama inspirasi dan menurun selama ekspirasi, terutama bila dalamnya pernapasan meningkat. Aritmia sinus ini adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi persarafan parasimpatis ke jantung. Selama inspirasi, impuls vagus dari reseptor regang dalam paru-paru menghambat daerah hambat jantung di medula oblongata. Lepas muatan tonus vagus yang menjaga frekuensi denyut jantung lambat menurun, dan frekuensi denyut jantung meningkat (Ganong, 1998:536).Dalam satu sel otot, kontraksi dimulai segera sesudah depolarisasi dan berakhir kira-kira 50 milidetik setelah repolarisasi lengkap. Sistole atrium dimulai setelah gelombang P pada kurva EKG, sistol ventrikel dimulai dekat akhir gelombang R dan berakhir segera setelah gelombang T. Kontraksi menghasilkan runtutan perubahan tekanan dan aliran dalam rongga jantung dan pembuluh darah. Perlu dicatat bahwa istilah tekanan sistolik dalam sistem pembuluh darah merujuk pada puncak tekanan yang dicapai selam sistole, bukan tekanan rata-rata yakni sama halnya, tekanan diastolik merujuk pada tekanan terendah selama diastole (Ganong, 1998:546).Pada akhir diastole, katup mitral dan trikuspid antara atrium dan ventrikel terbuka dan katuo aorta dan pulmonal tertutup. Aliran darah ke jantung selama diastole, mengisi atrium dan ventrikel. Laju pengisian menurun setelah ventrikel teregang, dan terutama ketika frekuensi denyut jantung rendah- daun katup atrioventrikuler (AV) terdorong ke posisi menutup. Tekanan di ventrikel tetap rendah (Ganong, 1998:546).Kontraksi atrium mendorong sejumlah darah tambahan ke ventrikel, tetapi kira-kira 70% pengisian ventrikel terjadi secara pasif selama diastole.kontraksi otot atrium yang mengelilingi lubang vena cava superior dan inferior dan vena pulmonalis mengecilkan lubangnya, dan inertia darah yang bergerak menuju jantung cenderung menahan darah di dalamnya, meskipun terdapat sedikit regurgutasi darah ke vena selama sistole atrium. Pada permulaan sisstole ventrikel, katup mitral dan trikuspid (AV) menutup. Otot ventrikel mula-mula memendek relatif sedikit, tetapi tekanan intraventrikuler meningkat secara tajam ketika miokardium menekan darah dalam ventrikel. Perode kontraksi isovolumentrik ventrikel (isovolumik, isometrik) berlangsung kira-kira 0,05 detik, sampai tekanan dalam venttrikel kiri dan kanan melampaui tekanan di dalam aorta (80mmHg, 10,6kPa) dan arteri pulmonalis (10 mmHg) dan katup aorta dan pulmonal membuka. Selam kontraksi isovolumentrik, katup AV mencembung ke atrium menyebabkan sedikit peningkatan tetapi tajam pada tekanan atrium (Ganong, 1998:546-547).Bila katup aorta dan pulmonal membuka, mulailah fase ejeksi ventrikel. Pada pernulaan ejeksi cepat, menurun sesuai perkembangan sistole. Tekanan intraventrikel naik sampai maksimal dan kemudian menurun sedikit sebelum sistole ventrikel berakhir. Puncak tekanan ventrikel kiri kira-kira 120mmHg, dan puncak tekanan ventrikel kanan 25 mmHg atau kurang. Pada akhir sistole, sebenarnya tekanan aorta melampaui ventrikel, tetapi untuk periode waktu yang singkat momentum menjaga darah bergerak maju. Katup AV kemudian tertarik ke bawah oleh kontraksi otot ventrikel, dan tekanan atrium menurun. Jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel per denyut pada keadaan istirahat adalah 70-90 ml. Volume akhir diastole ventrikel kira-kira 130 ml. Jadi, kira-kira 50 ml darah tetap di dalam tiap ventrikel pada akhir sistole (volume akhir sistolik ventrikel), dan fraksi ejeksi persentase volume akhir diastolik ventrikel yang dipompa pada tiap denyut, kira-kira 65%. Fraksi ejeksi merupakan indeks yang mempunyai nilai pada fungsi ventrikel. Hal ini dapat diukur dengan menyuntikkan sel darah merah yang berlabel radionuclide, kemudian dilakukan imaging kumpulan darah jantung pada akhir diastole dan akhir sistole (angiokardiografi radionuclide seimbang), dan kemudian menghitung fraksi ejeksi (Ganong, 1998:547).Sekali seluruh otot ventrikel berkontraksi, tekanan ventrikel yang sudah menurun itu, semakin turun dengan lebih cepat lagi. Periode ini adalah periode protodiastole. Ini berlangsung kira-kira 0,04 detik. Berakhir ketika momentum darah yang dipompa dilampaui dan katup aorta serta pulmonal menutup, membuat getaran yang berlangsung singkat dalam darah dan dinding pembuluh darah. Sesudah katup menutup, tekanan terus menurun secara cepat selama periode relaksasi isovolumetrik ventrikel. Relaksasi isovolumetrik berakhir ketika tekanan ventrikel turun di bawah tekanan atrium dan katup AV membuka, memperkenankan pengisian ventrikel. Pada permulaan pengisian berlangsung cepat, kemudian melambat ketika mendekati kontraksi jantung berikutnya. Tekanan atrium terus meningkat sesudah akhir sistole ventrikel sampai katup AV membuka, kemudian turun dan secara lambat naik lagi sampai sistole strium berikutnya (Ganong, 1998:547).Dua bunyi yang secara normal didengar melalui stetoskop selama tiap siklus jantung. Yang pertama adalah rendah, sedikit memanjang lub (bunyi pertama), disebabkan oleh getaran yang dibuat oleh penutupan tiba-tiba katup mitral dan trikuspid pada permulaan sistole ventrikel. Yang kedua lebih pendek, nada tinggi dup (bunyi kedua), disebabkan oleh getaran yang berhubungan dengan penutupan katup aorta dan pulmonal segera setelah akhir sistole ventrikel. Bunyi ketiga yang lembut, nada rendah didengar kira-kira sepertiga jalan sepanjang diastole pada banyak individu muda normal. Hal itu bersamaan dengan periode pengisian cepat ventrikel dan mungkin karena getaran yang dibuat oleh aliran masuk darah. Bunyi keempat kadang-kadang dapat didengar sesaat sebelum bunyi pertama ketika tekanan atrium tinggi atau ventrikel kaku misalnya pada keadaan hipertrofi. Hal itu disebabkan oleh pengisian ventrikel dan jarang dapat didengar pada orang dewasa normal (Ganong, 1998:550).Debaran jantung atau lebih tepat debaran apex, adalah pukulan ventrikel kiri kepada dinding anterior yang terjadi selama kontraksi ventrikel. Debaran ini dapat diraba, dan sering terlihat juga pada ruang interkostal kelima kiri, kira-kira empat sentimeter dari garis tengah sternum. Otot jantung mempunyai ciri-ciri yang khas yakni kemampuan berkontraksi, dengan berkontraksi otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastole keluar dari ruang-rungnya. Konduktivitas (daya hantar), kontraksi diantarkan melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali. Kemampuan pengantaran ini sangat jelas dalam berkas His. Ritme, otot jantung memiliki juga kekuatan untuk kontraksi ritmik secara otomatik, dengan tak tergantung pada rangsangan saraf (Pearce, 2002:126).Denyut arteri adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana arteri melintasi sebuah tulang yang terletak dekat permukaan. Seperti misalnya arteri radialis disebelah depan pergelangan tangan, arteri temporalis di atas tulang temporal, atau arteri dorsalis pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa oleh jantung masuk ke dalam aorta melainkan gelombang tekanan yang dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu sendiri (Pearce, 2002:127).Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat berbeda-beda, dipengaruhi oleh penghidupan, pekerjaan, makanan, umur dan emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau jumlah denyut ada 70 maka berarti siklus jantung 70 kali semenit juga. Kecapatan normal denyut nadi (jumlah debaran setiap menit) pada bayi yang baru lahir adalah 140 pada umur 5 tahun 96-100, selama tahun pertama 120 pada umur sepuluh tahun 80-90, selama tahun kedua 110 pada orang dewasa 60-80 (Pearce, 2002:127-128).Pada orang yang istirahat jantungnya berdebar sekitar 70 kali semenit dan memompa 70 ml setiap denyut. Jumlah darah yang setiap menit dipompa dengan demikian adalah 70x70 ml atau sekitar 5 liter. Sewaktu banyak bergerak kecepatan jantung dapat menjadi 150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang membuat daya pompa jantung 20 sampai 25 liter setiap menit. Tiap menit sejumlah volume yang tepat sam kembali dari vena ke jamtung. Akan tetapi, bila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung, maka terjadi payah jantung. Vena-vena besar dekat jantung menjadi membengkak berisi darah, sehingga tekanan dalam vena naik. Dan kalau keadaan ini tidak cepat ditangani maka terjadi udema (Pearce, 2002:128).Denyut jantung atau denyut nadi. Denyut jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung yang ada, demikian pula sebaliknya. Beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi kerja. Selain itu, denyut nadi juga dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau derajat kesegaran jasmani seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit) dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan seseorang. Cara lain yang dapat dilakukan untuk merekam denyut jantung seseorang pada saat kerja yakni dengan menggunakan electromyography (EMG) (Andriyanto & Bariyah, 2012).Frekuensi jantung merupakan ukuran kecepatan denyut jantung selama 60 detik. Penilaian Peak Velocity (Vpeak) di katup aorta diukur dengan cara menempatkan Doppler sample volume tepat di antara daun katup aorta saat periode diastole (Penninck dan dAnjou, 2008). Pada hasil EKG, Peak velocity terjadi setelah akhir gelombang S. Parameter velocity time integral (VTI) dihitung dengan menjumlahkan luas area antara base line sampai dengan puncak gelombang. Penilaian mean pressure gradient (MPG) dihitung berdasarkan perbedaan tekanan darah (P1-P2) di dalam katup. Penghitungan parameter pulsatility index (PI) diperoleh dengan menggunakan rumus : PI = ( (A(cm/sec)-B(cm/ sec) ) / Time-averaged peak velocity (cm/sec) ). Penentuan sistole/diastole (S/D) didapatkan dengan membagi nilai sistol dengan nilai diastol (Noviana & Alham, 2012).Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop, akan menghasilkan dua buah angka hasil pencatatan, yaitu tekanan darah sistole dan tekanan darah diastole. Angka pertama yang lebih besar nilainya, menunjukkan tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil nilainya, menunjukkan tekanan darah diastoel. Sistole adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastole adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh nadi mengempis kosong (Yeni et al., 2010).

IV. METODE PENELITIAN4.1 Waktu dan tempatPraktikum ini dilaksanakan di Laboratorium pendidikan biologi pada tanggal 20 April 2015 jam 14.20 wib.4.2 Alat dan bahan Tensimeter (Sphygmomanometer), terdiri dari: Manometer air raksa Manset udara Selang karet Pompa udara dari karet+sekrup pembuka penutup Stetoskop Stopwatch Meja periksa dan bangku4.3 Cara kerjaa. Mengukur tekanan darahMemasang dengan rapat manset/sabuk tensimeter pada lengan kiri atas probandus

Menempatkan stetoskop pada lengan kita

Memastikan kepala stetoskop dalam posisi terbuka (on)

Mencari denyut nadi/arteri brakhialis di bagian siku dalam lengan kiri probandus

Meletakkan kepala stetoskop pada denyut nadi

Memastikan katup kantung tekanan dalam keadaan tertutup (dengan memutar skrup searah jarum jam sampai rapat)

Memompa kantung tekanan sampai maksimal 160 mmHg pada penunjuk jarum manometer

Membuka perlahan-lahan katup kantung tekanan

Mendengarkan dan menandai bunyi yang terdengar pertama dan terakhir kali muncul saat jarum pada manometer turun

Bunyi pertama terdengar adalah sistole dan bunyi kedua terdengar adalah diastoel

Membuka katup kantung tekanan sampai jarum pada manometer menunjukkan angka 0

Membuka manset tensimeter pada pasien, dan mengempiskan, lalu menggulung dan memasukkan kembali pada kotak penyimpan

Meletakkan stetoskop dan memastikan kepala stetoskop dalam kondisi tertutup

Melakukan perhitungan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik

b. Menghitung denyut nadiMenempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada pergelangan tangan atau tiga jari pada sisi leher

Melihat stopwatch untuk menghitung jumlah denyut nadi selama 60 detik

Melakukan perhitungan denyut jantung sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik

V. HASIL PENGAMATAN

VI. PEMBAHASANPada praktikum kali ini kami membahas tentang sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskular, juga dikenal sebagai sistem peredaran darah, adalah sistem dari tubuh yang terdiri dari jantung, darah, dan pembuluh darah. Sistem kardiovaskular bertanggung jawab untuk mengangkut darah. Mengingat sistem kardiovaskular menggerakkan darah ke seluruh tubuh, sel-sel akan menerima oksigen dan nutrisi. Karbon dioksida dan limbah lainnya dikeluarkan dari tubuh juga. Kata kardiovaskular berasal dari kardia kata Yunani yang berarti jantung dan vasculum kata Latin yang berarti pembuluh kecil. Praktikum ini bertujuan untuk menegtahui cara mengukur tekanan darah dan denyut nadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan arteri, volume, dan laju serta kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkansebagairasiotekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normalbiasanya 120/80 mmHg.Secara umum ada dua komponen tekanan darah, yaitu tekanan darah sistolik (angka atas) yaitu tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung sehingga ia akan memompa darah dengan tekanan terbesar, dan diastolik (angka bawah) yang merupakan kekuatan penahan pada saat jantung mengembang antar denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat). Tekanandarah normal (normotensi) sangat dibutuhkan untuk mengalirkan darah ke seluruhtubuh, yaitu untuk mengangkut oksigen dan zat-zat gizi. Tekanan darah ada dalam pembuuh darah, sedangkan tekanan darah tertinggi ada dalam arteri terbesar. Secara umum tekanan darah yang ideal adalah 120/80 mmHg (sistolik/diastolik). Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90mmHg. Tekanan darah termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan diastolik di atas 99 mmHg, dalam 3 kali pemeriksaan berturut turut selama selang waktu 28 minggu. Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan diantara nilai tersebut digolongkan normal tinggi.Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat spygmomanometer (tensimeter) dan stetoskop. Ada tiga tipe dari spygmomanometer yaitu dengan menggunakan air raksa atau merkuri, aneroid, dan elektronik. Tipe air raksa adalah jenis spygmomanometer yang paling akurat. Tingkat bacaan dimana detak tersebut terdengar pertama kali adalah tekanan sistolik. Sedangkan tingkat dimana bunyi detak menghilang adalah tekanan diastolik. Spygmomanometer aneroid prinsip penggunaannya yaitu menyeimbangkan tekanan darah dengan tekanan dalam kapsul metalis tipis yang menyimpan udara didalamnya. Spygmomanometer elektronik merupakan pengukur tekanan darah terbaru dan lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan air raksa, tetapi akurasinya juga relatif rendah.Tensimeteradalah alat yang digunakan untuk mengukurtekanan darah. Dengan mengetahui berapa tekanan darah kita, kita dapat menilai apakahtekanan darah/ tensi darahkitanormalatau tidak.Tensi darah normal manusia dewasaadalah 100-130 mmHg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan sistolikadalah tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung.Tekanan diastolikadalah tekanan darah saat jantung sedang relaksasi/ beristirahat. Seseorang dikatakan menderitatekanan darah tinggijika tekanan darah/tensi darahnya diatas 140/90mmHg. Dan dikatakan menderitatekanan darahrendahjika tekanan darah/ tensi darahnya di bawah 90/60mmHg.Alat Tensimeterada 3 macam :a. Tensimeter air raksaMerupakan tensimeter konvensional yang sebenarnya sudah jarang dipakai di luar negeri, karena tensimeter ini masih menggunakan air raksa yang berbahaya jika sampai alat pecah dan air raksa terkena kulit atau saluran pernafasan. Tensimeter jenis ini memerlukan stetoskop untuk mendengar munculnya bunyi suara tekanan sistolik dan diastolik pada jantung.

b. Tensimeter aneroidTensimeter ini lebih aman karena tidak lagi menggunakan air raksa tetapi menggunakan putaran berangka sebagai penggantinya. Sama dengan tensimeter air raksa,tensimeter aneroidmasih menggunakan stetoskop.

c. Tensimeter digitalMerupakan tensimeter yang lebih modern dan akurat, langsung menunjukan hasil dalam bentuk angka. Berbeda dengantensimeter air raksayang memerlukan stetoskop untuk mendengarkan suara sebagai pertanda tekanan sistolik dan siastolik, makatensimeter digitalmenggunakan sensor sebagai alat pendeteksinya sehingga baik dipakai untuk mereka yang memiliki gangguan pendengaran.

Metodepengukurantekanandarahpadadasarnyaada2carayaitu dengan metode Palpasi (perabaan dengan anggota tubuh) dan metodeAuskultasi (pengukuran dengan bantuan stetoskop): a. Metode Auskultasi Tekanan darah arteri dalam manusia rutin diukur oleh metode auskultasi. Manset yang dapat dikendalikan (manset Riva-Rocci) dilekatkan ke manometer air raksa (sphygmomanometer) yang dibalutkan sekeliling lengan dan stetoskop ditempatkan diatas arteria brachialis pada siku. Manset ini dikembangkan sampai tekanan dalamnya tepat diatastekanan sistolik yang diperkirakan di dalam arteria brachialis. Arteri iniditutup dengan manset dan tidak ada bunyi yang terdengar dengan stetoskop. Tekanan dalam manset kemudian direndahkan pelan-pelan padatitik tekanan sistolik di dalam arteri tepat melebihi tekanan manset, maka semburan darah lewat bersama tiap denyut jantung dan secara serentak dengan tiap denyut, serta terdengar bunyi mengetok di bawah manset.Tekanan manset saat bunyi pertama terdengar merupakan tegangan sistolik. Karena tekanan manset direndahkan lebih lanjut, maka bunyi menjadi lebih keras, lalu redup dan berkurang, dan akhirnya dalam kebanyakan individu ia menghilang.b. Metode PalpasiTekanan sistolik dapat ditentukan dengan mengembangkan manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan menentukan tekanansaat denyut radialis dapat diraba pertama kali. Karena kesulitanmenentukan dengan tepat kapan denyut pertama teraba, maka tekananyang didapat dengan metode palpasi ini biasanya 2-5 mmHg lebih besar daripada yang diukur oleh metode auskultasi.Cara mengukur tekanan darah yang benar: 1. Duduklah dengan lengan telanjang, boleh menggunakan baju lengan pendek atau lengan panjang yang digulung keatas. perhatikan gulungan lengan baju, jangan terlalu ketat.2. Letakkan lengan secara bebas diatas meja, dengan posisi lengan sama tinggi dengan jantung.3. Pasang manset di lengan kira-kira 2,5 cm dari siku.4. Pastikan pemasangan manset tidak terlalu ketat. Beri jarak setinggi 2 jari antara manset dan lengan.5. Beri tekanan pada manset dengan memompa atau dengan memencet tombol on off padatensimeter digitaljenis 2.6. Hentikan pemompaan, maka tekanan pada manset akan berkurang dan darah bisa mengalir lagi ke lengan bawah. Pada tensimeter yang menggunakan stetoskop bunyi/ detak nadi yang pertama kali muncul adalah tekanan sistolik dan bunyi/ detak nadi yang terakhir kali terdengar adalah tekanan diastolik. Pada tensimeter digital, hasilnya akan keluar secara otomatis pada layar.7. 30 menit sebelum melakukan pengukuran jangan melakukan aktifitas yang terlalu berat, jangan merokok, jangan minum-minuman yang berkafein seperti kopi, teh, coca-cola dan jangan konsumsi obat-obatan yang mengandung kafein, seperti Panadol extra, Paramex.8. Sebelum melakukan pengukuran duduklah dengan tenang selama 5 menit, jangan stress.9. Selama melakukanpengukuran tekanan darahdengan tensimeter, jangan berbicara.10. Lakukan pengukuran 2-3 kali, dengan selang minimal 2 menit, dan hitung rata-rata hasilnya.11. Untuk penderita hipertensi, perlu dilakukanpemeriksaan tensi darahsetiap hari untuk mengetahui efek obat antihipertensi yang diminum. Lakukanlah pengecekan pada waktu yang sama setiap harinya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

Cara menggunakan Sphygmomanometer manual yang benar:1. Yakinkan semua sisa udara yang masih terdapat di dalambladderpada manset sisa pemeriksaan sebelumnya, sudah habis dikeluarkan dengan cara menekan-nekannya. Bila masih ada sisa udara, maka hasil yang didapatkan nanti akan menjadi kurang tepat.2. Lilitkan manset pada lengan atas dengan menggunakan manset yang sesuai dengan ukuran lingkar lengan atas pasien. Tensi meter yang bermutu tinggi, akan memiliki acuan atau petunjukarm circumferenceini pada mansetnya yang dapat dimanfaatkan oleh pemeriksa untuk melihat apa kah manset yang digunakan sudah tepat atau harus diganti dengan yang lebih besar atau lebih kecil.Manset memiliki 6 ukuran yaitu: paha, dewasa besar, dewasa, anak-anak, bayi, danneonatus. Bila salah menggunakan manset, maka hasil yang didapatkan nanti bisa menjadi sangat salah.3. Saat memasangkan manset, juga harus diperhatikanartery markingatau garis tanda arteri, yang dicetak pada manset. Garis tanda arteri ini harus diletakkan padavossa cubitiatau lipat dalam siku saat pemasangan manset.4. Kunciair valveatau katup udara dengan kencang.5. Letakkanchest piecedari stethoscopeproximaldarivossa cubiti(biasanya sedikit dibawah manset).6. Pompabulbsampai dengan nadi yang ada padadistaldari pemasangan manset (bila di lengan biasanyavena radialisyang diperiksa) sudah tidak teraba lagi, pertanda tekanan sudah melewati tekanansystolicdari pasien.7. Lepaskan tekanan dengan memutarair valveberlawanan arah dengan jarum jam dengan kecepatan 5 mmHg per detik. Jangan terlalu cepat melepaskannya, karena degupan awal pertanda tekanansystolicpasien akan terlewat atau tidak terdengar sehingga pembacaan tekanan pasien terbaca lebih rendah dari sebenarnya.8. Baca lah hasil tekanan darah pasien dengan satuan sampai 5 mmHg. Jangan membulatkan ke puluhan terdekat, tapi bulatkanlah ke kelipatan 5 terdekat.Cara menggunakan Sphygmomanometer automatis / digital yang benar:1. Seperti pada tipe manual, juga harus dipastikan tidak ada udara yang tersisa di dalam bladder pada manset. Kecuali untuk tipeadvanceyang memiliki sistem menguras udara residu pemeriksaan sebelumnya.2. Juga seperti tipe manual, ukuran manset juga harus sesuai dengan pemasangan yang benar. Walau pun tipe automatis/digital bila manset yang digunakan tidak tepat, maka hasil pengukurannya pun akan tidak tepat.3. Bila memakai model sphygmomanometer digital yangwrist(model di pergelangan tangan), gunakanlah pergelangan tangan kiri, kecuali karena ada kondisi yang tidak memungkinkannya. Mengapa harus tangan kiri? Modelwristini sangat sensitif sehingga lebih baik menggunakan tangan yang paling dekat dengan jantung. Jangan lupa juga untuk melepaskan jam tangan dan gelang.4. Posisi pemasangan manset (tipe apa pun juga) harus memperhatikanartery marking(penanda posisi arteri) yang ada pada manset.5. Sebelum menekan tombolnya, pastikan tingginya manset sama dengan jantung, sehingga disarankan diperiksa dalam keadaan duduk. Bila memakai modelwrist, tempelkan pergelangan tangan yang diperiksa ke dada.6. Tekan tombol pemompa, dan tunggulah dengan sabar sampai alat benar-benar berhenti bekerja. Jangan bergerak, jangan bicara, dan jangan banyak bergoyang saat pemeriksaan; karena tensi meter digital terutama modelwristsangat sensitif, sehingga getaran kecil dapat membuat salah pembacaan.7. Baca hasilnya pada layar dan jangan dibulatkan. Angka yang ditunjukkan merupakan angka yang biasanya sampai ke 1-an mmHg.8. Bila akan dilakukan pemeriksaan kedua, berilah jarak interval setidaknya 5 menit untuk memberikan sistem peredaran darah kembali normal setelah tertekan saat pengukuran sebelumnya. Kemudian ulangi proses dengan cara yang sama.

Hal terakhir yang harus juga selalu mendapatkan perhatian adalah perawatan terhadap alat sphygmomanometer-nya sendiri. Seperti alat-alat ukur lainnya,sphygmomanometer harus dirawat, dipakai, dan simpan dengan baik. Cara pemeriksaan sudah benar, apa bila alatnya tidak dalam kondisi baik, hasil pemeriksaan tekanan darah pun menjadi tidak tepat. Berikut yang harus diperhatikan:1. Hindari suhu dan kelembaban yang tinggi baik pada saat penggunaan atau pun saat penyimpanan, apa pun jenis tensi meternya. Suhu dan kelembaban tinggi akan lebih cepat merusak alat.2. Hindari dari kontak dengan zat-zat kimia. Di rumah sakit banyak zat kimia yang dapat merusak alat.3. Hindari dari benda-benda tajam yang juga dapat merusak alat.4. Jagalah agar manometer (tabungmercury,gauge, atau LCD) dari benturan benda keras.5. Jangan mengisibladderdengan udara dan pastikanbladderpada manset sekosong-kosongnya pada saat penyimpanan.6. Jangan lupa mengunci tuas padamercury flask(tabung penyimpanan air raksa) pada saat sphygmomanometermercuryakan disimpan. Bila sering lupa, maka akan mengakibatkan kebocoran atau residumercurypada tabung kaca manometer. Sudah pasti bila terjadi demikian tensi meter tersebut sudah tidak akurat lagi.Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Pada jantung manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal, NSR = Normal Sinus Rhythim). Waktu istirahat, jantung berdenyutkira-kira 70 kali kecepatannya berkurang waktu tidur dan bertambah karenaemosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya. Denyut nadiseseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bilapekerjayangbersangkutantelahberaklimatisasiterhadapsuhuudarayang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja. Tempat meraba denyut nadi adalah: pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis, di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis), di pelipis. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi adalah usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan, riwayat kesehatan, intensitas dan lama kerja, sikap kerja, faktor fisik dan kondisi psikis.Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:1. Bayi baru lahir: 140 kali per menit2. Umur di bawah umur 1 bulan: 110 kali per menit3. Umur 1 6 bulan: 130 kali per menit 4. Umur 6 12 bulan: 115 kali per menit 5. Umur 1 2 tahun: 110 kali per menit 6. Umur 2 6 tahun: 105 kali per menit7. Umur 6 10 tahun: 95 kali per menit8. Umur 10 14 tahun: 85 kali per menit9. Umur 14 18 tahun: 82 kali per menit10. Umur di atas 18 tahun: 60 100 kali per menit11. Usia Lanjut: 60 -70 kali per menitCara Menghitung: 1. Tempel dan tekankan (Jangan terlalu keras) tiga jari (telunjuk, tengah, manis) salah satu tangan pada pergelangan tagan yang lain. Temukan denyut nadi anda. Setelah itu, barulah Anda mulai menghitung.2. Hitunglah denyut nadi Selama 15 detik. Kemudian, hasilnya dikalikan 4.Angka-angka Denyut nadi normal: 60 100/menit Denyut nadi maksimal: 220 Umur Zone latihan (training zone; yaitu tingkat intensitas dimana Anda bisa berolahraga): 70% 85% dari denyut nadi maksimalCara menghitung denyut nadi seseorang adalah dengan cara letakkan jari pada pergelangan tangan (jangan menggunakan ibu jari), atau dapat juga meraba daerah leher disamping tenggorokan, atau dapat juga dengan secara langsung menempelkan telinga pada dada orang yang akan diperiksa untuk mendengar detak jantungnya. Denyut nadi pada orang yang sedang berisitirahat adalah sekita 60 80 permenit untuk orang dewasa, 80 100 permenit untuk anak-anak, dan 100 140 permenit pada bayi. Namun denyut nadi bisa lebih cepat jika seseorang dalam keadaan ketakutan, habis berolah raga, atau sakit panas. Umumnya denyut nadi akan meningkat sekitar 20 kali permenit untuk setiap satu derajat celcius penderita sakit panas. Sebagai catatan, denyut nadi yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak beraturan dapat berarti gangguan pada jantung Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi. Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.Tujuan mengetahui jumlah denyut nadi seseorang adalah: Untuk mengetahui kerja jantung Untuk menentukan diagnosa Untuk segera mengetahui adanya kelainan-kelainan pada seseorangTempat-tempat menghitung denyut nadi adalah: Ateri radalis: Pada pergelangan tangan Arteri temporalis: Pada tulang pelipis Arteri caratis: Pada leher Arteri femoralis: Pada lipatan paha Arteri dorsalis pedis: Pada punggung kaki Arteri politela:pada lipatan lutut Arteri bracialis: Pada lipatan siku Ictus cordis: Pada dinding igaPada praktikum kali ini hal alat dan bahan yang kami gunakan untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi adalah tensimeter yang berfungsi untuk mengukur tekanan darah. Ada stetoskop adalah sebuah alat medis akustik untuk memeriksa suara dalam tubuh.Fungsi stetoskop adalah untuk mendengarkan detak jantung, suara usus, pernapasan dan lain sebagainya. Dengan kemampuannya ini,Stetoskop dapat digunakan pula untuk mengetahui kerja paru-paru dan juga untuk mengukur tekanan darah dengan mendengarkan denyut nadi. Ada dua jenis Stetoskopyaitu Stetoskop akustik merupakan stetoskop yang paling umum digunakan, dan beroperasi dengan menyalurkan suara dari bagian dada, melalui tabung kosong berisi-udara, ke telinga pendengar dan Stetoskop elektronik merupakan stetoskop untuk mengatasi tingkatan suara yang rendah dengan cara memperkuat suara tubuh. Selain stetoskop ada juga stopwatch yang fungsinya untuk menghitung waktu denyut nadi. Dan juga ada meja periksa dan bangku yang fungsinya untuk meletakkan alat-alat dan juga agar mudah untuk memeriksa tekanan darah. Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk diukur tekanan darahnya yakni probandus lebih tepatnya tangan probandus sebelah kiri, hal ini dikarenakan tangan kiri jarang digunakan untuk aktivitas dibanding dengan tangan kanan, sehingga lebih efektif digunkan untuk pemeriksaan. Hasil dari praktikum yang kami lakukan adalah yang pertama Muhammad Efendi berjeniss kelamin laki-laki, usia 21 tahun, denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah 70/menit dan 92/58. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 79/menit dan 135/121. Yang digunakan adalah tensimeter digital. Yang kedua yakni Hany Fertiyani R. Jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah 63/menit dan 120/80. Denyut nadi setelah berlari dan tekanan darah setelah berlari adalah 102/menit dan 140/83. Menggunakan tensimeter clock. Yang ketiga yakni Ervan Prasetyo jenis kelamin laki-laki, usia 22 tahun. Denyut nadi dan tekanan darh sebelum berlari adalah 91/menit dan 110/68. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 95/menit dan 146/83. Menggunakan tensimeter digital. Yang keempat yakni Cici Riski Y. Jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah 82/menit dan 90/60. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 103/menit dan 110/60. Menggunakan tensimeter air raksa. Yang kelima yakni Elok Nur F. Jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah 100/menit dan 100/80. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 120/menit dan 110/80. Menggunakan tensimeter air raksa. Yang keenam yakni Sandi Pradipta jenis kelamin laki-laki, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari adalah 88/menit dan 123/82. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 116/menit dan 130/72. Menggunakan tensimeter digital. Yang ketujuh yakni Zakiyah jenis kelamin perempuan, usia 20 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari yakni 74/menit dan 118/74. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 124/menit dan 100/70. Menggunakan tensimeter clock. Yang terakhir yakni Maya Umi Hajar jenis kelamin perempuan, usia 21 tahun. Denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari yakni 73/menit dan 118/74. Denyut nadi dan tekanan darah setelah berlari adalah 88/menit dan 130/90. Menggunakan tensimeter air raksa. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa denyut nadi dan tekanan darah sebelum berlari dan sesudah berlari lebih tinggi yang sesudah berlari, hal ini berarti aktivitas mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah. Dari semua probandus tekanan darah mau pun denyut nadi dinyatakan normal kecuali Cici dan Efendi yang hanya memiliki tekanan darah 90/60 dan 92/58, tekanan darah seperti itu menurut literatur tergolong rendah. Artinya Cici dan Efendi menderita hipotensi atau darah rendah.Sistem kardiovaskular bekerja menjaga homeostasis tubuh. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular ini. Faktor- faktor tersebut dikenali dan dikendalikan oleh tubuh melalui refleks baroreseptor arterial dan mekanisme pengaturan keseimbangan cairan oleh ginjal (perubahan tekanan darah arteri). Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi kerja sistem kardiovaskular diantaranya adalah gravitasi, olahraga, usia, jenis kelamin, akselerasi, dan aktivitas respirasi.1. Pengaruh gravitasi (posisi tubuh)Seperti halnya benda yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu, aliran darah pun akan semakin cepat mengalir bila posisi seseorang sedang berdiri, artinya tekanan darah tidak hanya berhubungan dengan aliran dan resistansi, tapi juga gravitasi. Berbeda jika posisi seseorang sedang berbaring, dimana gravitasi dapat diabaikan. Pada orang yang berdiri, terjadi perbedaan tekanan kardiovaskular antara jantung dengan bagian tubuh yang tidak selevel dengan jantung. Pada gambar B, semua tekanan intravaskular di kaki meningkat sekitar 90 mmH (arteri dan vena). Hal ini karena gravitasi itu memberikan efek yang sama terhadap tekanan arteri dan vena pada satu level. Meskipun perbedaan tekanan arteri dan vena tidak berbeda dari posisi berbaring, peningkatan tekanan pembuluh pada ekstrimitas bawah ketika berdiri memiliki dua efek langsung yaitu :a. Peningkatan tekanan vena menyebabkan peningkatan volume vena periferal sebanyak 500 ml pada dewasa normal.b. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler menyebabkan tingginya laju filtrasi transkapiler.Pada kenyataannya refleks normal kardiovaskular tidak dapat mempertahankan posisi berdiri tanpa adanya peran pompa otot rangka. Seseorang yang tetap bertahan dalam posisi berdiri tanpa kontraksi yang intermiten dari otot rangka kaki, maka orang tersebut akan kehilangan kesadarandalam 10-20 menit karena terjadi penurunan alirandarah ke otak yang merupakan akibat dari penurunan volume darah pusat,stroke volume, curah jantung dan tekanan arteri.Efektivitas dari pompa otot rangka dalam mengarusbalikkan darah vena yang berkumpul dan formasi edema pada ektrimitas bawah selama berdiri. Segera setelah kontraksi otot rangka, baik vena dan pembuluh limfa relatif kosong karena sistem katup satu arah pembuluh-pembuluh tersebut dapat mencegah aliran balik cairan yang telah terdorong. Hal yang terpenting adalah berat dari cairan vena dan limfa akan ditahan oleh katupone-wayyang tertutup. Hal ini mengakibatkan tekanan vena lebih rendah secara drastis segera setelah kontraksi otot rangka dan kembali meningkat secara bertahap ketika vena terisi kembali dengan darah dari kapiler. Jadi, tekanan kapiler dan laju filtrasi transkapiler secara drastis juga turun setelah kontraksi otot rangka. Kontraksi otot rangka yang periodik dapat menjaga nilai tekanan vena. Berikut adalah refleks penyesuaiankardiovaskular terhadap posisi berdiri :Akibat dari penurunan input baroreseptor ke pusat kardiovaskular adalah refleks untuk meningkatkan tekanan darah dengan menurunkan aktivitas parasimpatis jantung dan peningkatan aktivitas simpatis. Denyut jantung dan kontraktilitas kardia juga meningkat, ketika arteri dan vena mengalami konstriksi di kebanyakan organ sistemik.1Denyut jantung dan resistansi total perifer lebih tinggi ketika seseorang berdiri dibanding berbaring. Sebaliknya stroke volume dan curah jantung menurun dibawah nilai ketika posisi berbaring selama berdiri. Tekanan rata-rata arteri seringkali meningkat ketika seseorang berubah posisi dari berbaring ke berdiri. Jika seseorang tetap berdiri, pompa venanya tidak bekerja, maka terjadi peningkatan tekanan vena dengan dipengaruhi efek gravitasi 90 mmHg dalam waktu 30 detik. Tekanan pada kapiler juga meningkat, sehingga menyebabkan filtrasi cairan keluar dari sistem sirkulasi ke ruang jarinbgan, sehingga menyebabkan kaki membengkak dan volume darah turun. Selain itu, 10-20% volume darah dapat menghilang dari sistem sirkulasi dalam 15-30 menit pada keadaan berdiri.Sistem kardiovaskular pada individu yang istrirahat lama dapat mengalami perubahan adaptif yang mirip dengan individu yang berada di luar angkasa. Perubahan tersebut disebabkan karena perubahan perpindahan cairan dari ekstrimitas bawah ke atas. Akibatnya antara lain distensi kepada dan vena leher, edema wajah, kekakuan nasal, dan penurunan ukuran betis. Selain itu, peningkatan volume darah sentral menstimulasi mekanoreseptor kardiopulmo, yang menginduksi fungsi renal melalaui jalur neural dan hormonal untuk menurukan kerja simpatis dan menginduksi kehilangan cairan. Seseorang akan mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari dan akan menjadi hipovolemik.Ketika pasien yang posisinya sering tidur tiba-tiba mencoba untuk berdiri (atau ketika seorang astronot mulai memasuki atmosfer bumi) respon normalnya terhadap gravitasi tidak efektif, hal ini terjadi karena volume sirkulasi menurun. Selama berdiri, darah berpindah dari central venous pool ke vena perifer, stroke volume turun, dan orang tersebut akan pusing dan mungkin pingsan karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba. Fenomena ini disebut dengan hipotensi postural atau ortostatik. Pengembalian keadaan intoleransi ortostatik ini ke keadaan yang normal dapat memerlukan waktu beberapa hari hingga minggu. Penjelasan hipotensi ortostatik akan dijelaskan pada poin berikutnya lebih detail.Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi perubahan kardiovaskular tersebut adalah pada pasien yang keadaan tidur lama dapat diberikan olahraga duduk yang intermiten sifatnya. Hal ini bertujuan untuk memicu mekanisme retensi cairan. Pada orang yang berada di luar angkasa juga dapat dilakukan olahraga yang sama, kemudian dapat ditambahkan peralatan tekanan negatif ekstrimitas bawah, dan diet air serta garam.Pada beberapa orang, berdiri mendadak menyebabkan penurunan tekanan darah, pusing, penglihatan kabr, dan bahkan pingsan. Hipotensi jenis ini memiliki banyak sebab. Kelainan ini juga terjadi pada pasien yang mendapatkan obat simpatolitik, diabetes, sifilis yang menyebabkan kerusakan di sistem saraf simpatis. Kegagalan otonom terjadi pada berbagai penyakit yang salah satunya disebabkan oleh defisiensi kongenital dopamin beta hidroksilase, yaitu norepinefrin dan epinefrin sedikit diproduksi atau tidak diprosuksi sama sekali. Refleks baroreseptor juga tidak normal pada pasien hipoaldosteronisme primer. Namun pasien ini umumnya tidak mengalami hipotensi postural karena volume darah mereka dapat bertambah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan curah jantung walau terjadi perubahan posisi.2. Pengaruh olahragaa.Pengaruh olahraga akutOlahraga fisik merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler. Perubahan tersebut juga dipengaruhi tipe olahraga fisik (apakah dominan olahraga dinamik-ritmik-isotonik atau statik-isometrik), intensitas dan durasi olahraga, umur individu, dan tingkat kebugaran individu. Keadaan sistem kardiovaskular yang berubahan yang terjadi pada remaja normal yang tidak terlatih dalam merespon olahraga dinamik seperti berlari dapat dilihat pada gambar 3. Perhatikan bahwa denyut jantung dan curah jantung sangat meningkat selama olahraga dan tekanan arteri rata-rata serta tekanan darah juga meningkat secara signifikan. Perubahan ini memperlihatkan kebutuhan metabolik otot rangka dengan meningkatkan aliran darah ke otot rangka.Sebagai tambahan, otot yang berkontraksi dapat mengkompresi pembuluh darah jika kontraksinya melebihi 10% tegangan maksimum. Jika tegangan lebih dari 70%, maka aliran darah akan terhenti sama sekali. Namun diantara kontraksi, aliran darah akan sangat meningkat sehingga aliran darah per satuan waktu di suatu otot yang berkontraksi secara ritmik meningkat hingga 30 kali lipat.Mekanisme lokal yang mempertahankan sejumlah besar aliran darah otot saat berolahraga adalah penurtunan Po2 jariangan , peningkatan Pco2 dan akumulasi K+ serta metabolit vasodilator lain, suhu yang meningkat pada otot yang aktiif juga berperan memvasodilatasikan pembuluh darah. Dilatasi sfingter prakapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan 10-100 kali lipat jumlah kapiler yang terbuka, dan jarak rerata antar darah dan sel aktif dan juga jarak difusi O2 akan sangat berkurang.Banyak penyesuaian terhadap olahraga disebabkan oleh aktivitas simpatis. Salah satu dari faktor utama yang berhubungan dengan stres berasal dari korteks otak yang kemudian memicu pusat kardiovaskular medula melalui jalur kortikohipotalamik. Pengaruh jalur tersebut sering disebut dengan perintah pusat yang bekerja pada neuron bagian sistem baroreseptor arterial. Pengaruh dari sistem tersebut adalah membuat tekanan rata-rata arterial menjadi lebih tinggi dibandingkan nilai normalnya.Selain itu, teradapat juga jalur pengaktifan di pusat kardiovaskular yang berasal dari kemoreseptor dan mekanoreseptor di otot rangka yang aktif. Input seperti itu juga berkontribusi pada peningkatan aktivitas simpatis dan tekanan rata-rata arteri yang berlangsung selama olahraga.Faktor utama yang mempengaruhi sistem kardiovaskular selama olahraga adalah penurunan resistansi perifer total karena akumulasi vasodilator metabolik dan penurunan resistansi vaskular pada otot rangka yang aktif. Resistansi perifer total yang turun merupakan pemicu yang kuat untuk aktivitas simpatis melalui refleks baroreseptor arterial.Meskipun tekanan rata-rata arteri berada diatas normal selama olahraga, penurunan resistansi perifer menyebabkan tekanan darah yang naik tersebut menjadi turun dibawah level yang telah naik tersebut. Jika bukan karena refleks baroreseptor arterial, penurunan resistansi perifer total yang terjadi selama olahraga akan menyebabkan tekanan rata-rata arterial turun dibawah nilai normal.Aliran darah kutaneus dapat meningkat selama olahraga meskipun peningkatan secara umum pada vasokonstriksi simpatis disebabkan refleks termal. Refleks temperatur yang biasanya teraktivasi selama olahraga berfungsi untuk mengurangi kelebihan panas yang diproduksi oleh otot rangka yang aktif. Pada awal ketika mulai berolahraga, terjadi penurunan aliran kutaneus karena vasokonstriktor simpatis namun kemudian terjadi peningkatan aliran kutaneus setelah temperatur tubuh mulai naik.Selain dari peningkatan aliran darah otot rangka dan kulit, aliran darah koroner juga meningkat selama olahraga. Hal ini disebabkan karena peningkatan vasodilator metabolik lokal dari arteri koroner akibat dari kerja jantung dan konsumsi oksigen miokardial.Pompa otot rangka juga merupakan faktor penting dalam memicu kembalinya arus balik vena selama olahraga dinamik, sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan tekanan vena yang drastis. Faktor lain yang memicu arus balik vena adalah pompa respirasi. Pergerakan respirasi yang meningkat selama olahraga meningkatkan efektivitas pompa respirasi sehingga meningkatkan arus balik vena dan pengisian jantung.Respon kardiovaskular sistemik terhadap olahraga bergantung pada jenis kontraksi yang dominan di otot, yakni isometrik atau isotonik. Pada kontraksi otot isometrik, frekuensi denyut jantung meningkat. Selain itu setelah beberapa detik kontraksi dimulai, olahraga isometrik ini akan menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik meningkat tajam, namun curah jantung tidak banyak berubah, serta aliran darah berkurang akibat kompresi pembuluh darah.Pada olahraga isotonik, juga terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung, namun perbedaanya terjadi peningkatan yang mencolok pada curah jantung, yaitu dapat terjadi peningkatan curah jantung 35 L/menit. akibatnya tekanan darah sistolik hanya meningkat sedang, sementara diastolik biasanya tidak berubah atau menurun. Pada olahraga isometrik, otot dikontraksikan secara tonik dan dapat meningkatkan resistensi perifer total dan peningkatan aktivitas simpatis otot. Sedangkan pada isotonik justru sebaliknya, terjadi penurunan resistansi perifer.b.Pengaruh olahraga kronikOlahraga fisikyang dikondisikan memiliki efek yang bermanfaat untuk sistem kardiovaskular. Meskipun perubahan juga dipengaruhi tipe olahraga, intensitas, dan durasi olahraga, umur, dan tingkat kebugaran masing-masing individu. Secara umum, olahraga yang diulang-ulang dalam jangka wkatu yang lama dihubungkan dengan peningkatan kapasitas kerja individu. Perubahan kardiovaskular tersebut dapat dalam hal peningkatan volume darah, penurunan denyut jantung, peningkatan volume stroke jantung, dan penurunan tekanan darah arteri saat beristirahat. Selama olahraga, seseorang yang terlatih akan dapat menerima beban kerja dan curah jantung dengan denyut jantung yang lebih rendah dan volume stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Perubahan ini menghasilkan penurunan secara umum kebutuhan oksigen miokardial dan peningkatancardiac reserve(berpotensi untuk meningkatkan curah jantung) yang dapat menjadi respon ketika stres. Pembesaran ruang ventrikel seringkali dihubungkan dengan olahraga endurance sedangkan peningkatan masa myokardial dan ketebalan dinding ventrikel lebih dhubungkan dengan olahraga statis (kekuatan). Perubahan struktur ini meningkatkan kapabilitas miokardium.Penebalan dinding ventrikel dihubungkan dengan peningkatan intensitas olahraga yang mengandalkan kekuatan. Perubahan struktur tersebut dapat memperbaiki kapabilitas pemompaan miokardium. Jika berhenti dari program olahraga tersebut, maka akan terjadi perubahan struktur dengan cepat. Olahraga merupakan pengkondisian fisik yang secara signifikan mengurangi insiden dan mortalitas dari penyakit jantung. Meskipun belum ada studi yang memaparkan keuntungan secara spesifiknya, namun terdapat korelasi yang posistif antara orang-orang yangg tidak aktif bergerak dengan insiden serta intensitas penyakit jantung koroner. Keuntungan dari berolahraga juga ternyata terdapat perbaikan dalam kapasitas kerja fisik, persentase lemak tubuh, serum lipid, dan terdapat perasaan dalam keadaan sehat, serta peningkatan kualitas hidup.Tetapi, pembesaran ruang ventrikular dan hipertrofi miokardial bukan merupakan suatu tanda perbaikancardiac performance, bisa jadi hal tersebut merupakan respon adaptif terhadap keadaan patologi dimana dalam keadaan yang ekstrim mungkin tidak dapat membantu.Baik pada keadaan istirahat maupun berolahraga, atlet yang terlatih memiliki isi sekuncup yang lebih besar dan frekuensi denyut jantung yang lebih rendah dibanding orang yang tidak terlatih dan para atlet ini cenderung memiliki ukuran jantung yang lebih besar. Latihan dapat meningkatkan konsumsi oksigen maksimum (VO2max) yang dipicu oleh olahraga. VO2max rerata adalah sekitar 38 ml/kg/menit pada pria sehat yang terlalu banyak aktivitas dan sekitar 29 ml/kg/menit pada wanita sehat yang aktif. Angka ini lebih rendah pada orang yang tidak aktif. VO2max adalah hasil dari curah jantung maksimum dan ekstraksi dengan latihan. Perubahan yang terjadi pada otot-otot rangka dengan latihan adalah peningkatan jumlah mitokondria dan enzim yang berperan pada metabolisme oksidatif. Jumlah kapiler meningkat, dengan membaiknya distribusi darah ke serabut otot. Efek akhirnya adalah ekstraksi O2 yang lebih sempurna dan akibatnya pembentukan laktat yang lebih kecil untuk beban yang sama. Peningkatan aliran darah ke otot menjadi berkurang dan karena hal ini, frekuensi denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Hal ini merupakan alasan mengapa olahraga berguna bagi pasien penyakit jantung.3. Pengaruh UmurVariabel usia juga mempengaruhi sistem kardiovaskular. Neonatus normal memiliki denyut jantung istirahat (resting heart rate) yang tinggi (rata- rata 140/menit) dan tekanan darah arteri yang rendah (rata- rata 60/35 mmHg). Perubahan yang cepat terjadi hingga tahun pertama, yaitu denyut jantung 120/menit dan tekanan darah arteri 100/65 mmHg. Perubahan juga terjadi pada pembuluh darah, diantaranya berkurangnya densitas kapiler di beberapa jaringan dan meningkatnya total resisten pembuluh darah perifer. Perubahan- perubahan ini menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dan tekanan darah arteri rata- rata. Perubahan tekanan darah yang diinduksi oleh baroreseptor arterial akan berkurang fungsinya seiring bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan berkurangnya akitivitas aferen dari baroreseptor arterial karena kekakuan arteri (arterial rigidity) yang meningkat. Selain itu, jumlah norepinefrin yang bekerja di saraf simpatis juga akan berkurang semakin bertambahnya umur.4. Pengaruh jenis kelaminPengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap sistem kardiovaskular hanya sedikit didokumentasikan. Perempuan yang premenopause memiliki masa ventrikel kiri yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada umur yang sama, yang berarti, merefleksikancardiac afterloadyang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat tekanan darah arterial yang rendah,aortic compliancelebih besar, dan kemampuan untuk menginduksi vasodilator lebih tinggi.Perbedaan ini diperkirakan dihubungkan dengan efek protekif dari estrogen dan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular pada perempuan premenopause. Setelah menopause, perbedaan tersebut tidak berarti lagi, karena kenyataannya pada perempuan tua dengan penyakit jantung iskemi sering menunjukkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Terdapat juga perbedaan yang dihubungkan dengan jenis kelamin dalam hal elektrik kardia. Yaitu pada perempuan memiliki denyut jantung intrinsik yang lebih rendah dan interval QT yang lebih panjang dibanding laki-laki. Perempuan seperti itu lebih memiliki risiko yang besar berkembang menjadi sindrom QT panjang dan torsades de pointes. Selain itu, perempuan juga memiliki risiko dua kali lebih besar dibanding laki-laki dalamatrioventrikular nodal re-entry tachycardias. Akan tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah bahwa dalam proses fisiologik kardiovaskular yang paling dasar, tidak terlalu dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin. Jadi, individu yang berbeda memiliki respon dasar fisiologis yang sama.5. Pengaruh aktivitas respirasiAktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi mempunyai efek yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung (cardiac output). Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7 mmHg, dimana diafragma berkontraksi dan rongga dada mengembang. Tekanan ini meningkat dengan jumlah yang sama selama ekspirasi. Selama pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara keluar masuk paru yang terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga ditransmisikan ke dinding- dinding vena besar di rongga dada dan mempengaruhi aliran balik vena dari perifer ke jantung. Fenomena ini disebut juga pompa respirasi (respiratory pump). Selama inspirasi, tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di vena sentral juga berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena return) dan volume vena sentral meningkat sehingga pengisian jantung kanan meningkat. Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga meningkatkanstroke volumedancardiac outputdi jantung kiri. Hal ini akan meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor arterial. Proses inspirasi yang mengurangi tekanan intratoraks juga merangsang baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung. Rangsangan yang diterima oleh kedua reseptor akan mengaktivasimedullary cardiovascular centersuntuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan meningkatkan kerja parasimpatis dan menurunkan kerja simpatis.6. Pengaruh akselerasiGaya yang bekerja pada tubuh sebagai akibat akselerasi sering dinyatakan dalam satuan g, yaitu 1 g adalah gaya gravitasi pada permukaan bumi. G positif adalah gaya akibat percepatan yang bekerja pada sumbu tubuh longitudinal, dari kepala sampai kaki; Sedangkan g negatif adalah gaya akibat akselerasi yang bekerja pada arah yang berlawanan. Ketika terpajan oleh g posistif, darah terlempar ke bagian bawah tubuh. Tekanan arteri di kepala berkurang, begitu juga dengan tekanan intrakranial dan vena dan hal ini menyebabkan penurunan aliran ke kepala. Curah jantung dipertahankan untuk beberapa saat karena darah diambil dari cadangan vena pulmonalis dan karena daya kontraksi jantung menguat. Namun pada percepatan melebihi 5 g, pengelihatan akan menjadi gelap dalam waktu sekitar 5 detik, sebelum kemudian kehilangan kesadaran. Efek g positif dapat bekerja secara efektif jika digunakan baju antigravitasi yang dapat memberikan gaya yang setara dengan g posistif. Hal ini mengurangi pengumpulan darah di vena.Besaran g negatif menyebabkan peningkatan curah jantung, tekanan arteri serebrum, kongesti berat pada pembuluh kepala dan leher, ekimosis di sekitar mata, nyeri berdenyut yang berat pada kepala, dan akhirnya gangguan mental. Walaupun terjadi peningkatan hebat pada tekanan arteri serebrum, pembuluh di otak tidak robek karena biasanya terjadi peningkatan tekanan intrakranial sehingga menujang dinding pembuluh. Toleransi terhadap gaya g yang menembus tubuh jauh lebih besar dibandingkan terhadap g longitudinal. Manusia dapat mentoleransi 11 g yang bekerja dengan arah penggung ke dada selama 3 menit dan 17 g yang bekerja dengan arah dada ke punggung selama 4 menit.VII. PENUTUP7.1 KesimpulanCara menghitung denyut nadi yakni dengan cara meletakkan jari pada pergelangan tangan dan kemudian menghitungnya dalam waktu satu menit. Untuk orang dewasa normalnya yakni 60-80 per menit. Untuk mengukur tekanan darah dapat diukur dengan alat yang disebut tensimeter (Sphygnomanometer). Ukuran normal tekanan darah orang dewasa yakni 120/90. Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi dan juga tekanan darah yang paling utama adalah aktivitas. Adapun faktor lain yakni umur, jenis kelamin, posisi tubuh, dan akselerasi.7.2 SaranSebaiknya dalam menggunakan tensimeter probandus harus banyak latihan supaya lebih terampil dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA Andriyanto & Bariyah, C. 2012. Analisis Beban Kerja Operator Mesin Pemotong Batu Besar (Sirkel 160 Cm) Dengan Menggunakan Metode 10 Denyut. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol. 11 (2): 136-143.

Ganong, Wiliam F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Noviana, D. & Alham, F. 2012. Karakteristik Aliran Darah pada Katup Semilunar Aorta Anjing Kampung yang Dinilai dengan Pulsed Wave Doppler Ekhokardiografi. Jurnal Veteriner. Vol. 13 (1): 1-8.

Pearce, Evelin C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Yeni, Y., Djannah, S.N., Solikhah. 2010. FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4 (2): 76 143.