REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

27
REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS NAMA : TRI AMINAH S. NIM : J111 09 264 KELOMPOK : 6 ASISTEN : ANDI RASDIANA TGL PRAKTIKUM : 30 DESEMBER 2009 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

description

Praktikum refleks-refleks fisiologis Desember 2009

Transcript of REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Page 1: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

NAMA : TRI AMINAH S.

NIM : J111 09 264

KELOMPOK : 6

ASISTEN : ANDI RASDIANA

TGL PRAKTIKUM : 30 DESEMBER 2009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2009

Page 2: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua

jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in yang

tidak perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing yang

masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar dan

berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat

suatu di kertas partitur. Jalur – jalur saraf saraf yang berperan dalam pelaksanaan

aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks.

Refleks sangat penting untuk pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi

nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang diberikan oleh

anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal tidaknya

fungsi dalam tubuh. Oleh karena itu, pelaksanaan praktikum ini sangat penting

agar diketahui bagaimana cara memeriksa refleks fisiologis yang ada pada

manusia.

B. Tujuan Praktikum

1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks-refleks yang fisiologis pada

manusia.

2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada system saraf.

Page 3: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi

tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,

yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh

otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor

sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. [5]

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis

terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan

gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. [5]

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai

dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat

saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak

langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot

atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan

atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya,

gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang

belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang

misalnya refleks pada lutut. [5]

Unit dasar setiap kegiatan reflex terpadu adalah lengkung reflex. Lengkung

reflex ini terdiri dari alat indra, serat saraf aferen, satu atau lebih sinaps yang terdapat

di susunan saraf pusat atau di ganglion simpatis, serat saraf eferen, dan efektor. Pada

mamalia, hubungan (sinaps) antara neuron somatil aferen dan eferen biasanya

terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk susunan saraf pusat

melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis, sedangkan

badan selnya akan terdapat di ganglion-ganglion homolog nervi kranialis atau

Page 4: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

melalui nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis

bersifat sensorik dan radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hokum Bell-

Magendie.[1]

Kegiatan pada lengkung reflex dimulai di reseptor sensorik, sebagai potensial

reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsang. Potensial reseptor ini akan

membangkitkan potensial aksi yang bersifat gagal atau tuntas, di saraf aferen.

Frekuensi potensial aksi yang terbentuk akan sebanding dengan besarnya potensial

generator. Di system saraf pusat (SSP), terjadi lagi respons yang besarnya sebanding

dengan kuat rangsang, berupa potensial eksitasi pascasinaps (Excitatory Postsynaptic

Potential=EPSP) dan potesial inhibisi postsinaps (Inhibitory Postsynaptic

Potential=IPSP) di hubungan-hubungan saraf (sinaps). Respon yang timbul di serat

eferen juga berupa repons yang bersifat gagal atau tuntas. Bila potensial aksi ini

sampai di efektor, terjadi lagi respons yang besarnya sebanding dengan kuat

rangsang. Bila efektornya berupa otot polos, akan terjadi sumasi respons sehingga

dapat mencetuskan potensial aksi di otot polos. Akan tetapi, di efektor yang berupa

otot rangka, respons bertahap tersebut selalu cukup besar untuk mencetuskan

potensial aksi yang mampu menghasilkan kontraksi otot. Perlu ditekankan bahwa

hubungan antara neuron aferen dan eferen biasanya terdapat di system saraf pusat,

dan kegiatan di lengkung reflex ini dapat dimodifikasi oleh berbagai masukan dari

neuron lain yang juga bersinaps pada neuron eferen tersebut. [1]

Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu

sinaps anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan

monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung

reflex yang mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen

dinamakan polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada

kedua jenis lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. Kegiatan

refleksnya dapat dimodifikasi oleh adanya fasilitas spasial dan temporal, oklusi, efek

penggiatan bawah ambang (subliminal fringe), dan oleh berbagai efek lain. [1]

Page 5: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul

kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan

pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya

adalah kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan

kumparan otot yang dihantarkan ke SSP melalui sera-serat sensorik cepat yang

langsung bersinaps dengan neuron motorik otot yang teregang itu. Neurotransmitter

di sinaps yang berada di SSP ini adalah glutamate. Reflex-refleks regang merupakan

contoh reflex monosimpatik yang paling dikenal dan paling banyak diteliti. [1]

Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di

dalam gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan

potensial aksi di serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-

serat gelendong yang teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps

dengan neuron motorik alfa yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang

sama, sehingga terjadi kontraksi otot itu. Refleks regang (stretch reflex) ini

berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative untuk menahan setiap perubahan

pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat dipertahankan.[2]

Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex.

Otot- otot ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha

dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella.

Pengetukan tendon ini dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-

otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya. Reflex regang

yang terjadi menimbulkan kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami

ekstensi dan mengangkat tungkai bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini

dilakukan secara rutin sebagai penilain pendahuluan fungsi system saraf. Reflex

patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah komponen saraf dan

otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran eferen taut

neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga

mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke

neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak.[2]

Page 6: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif

otot-otot ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri

tegak. Setiap kali sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot

kuadriseps teregang. Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex

regang dengan cepat meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terkstensi, sehingga

orang yang bersangkutan tetap berdiri tegak.[2]

Stretch dinamis dan statis Stretch Reflex. Itu refleks regangan dapat dibagi

menjadi dua komponen: refleks peregangan dinamis dan reflex regangan statis.

Dinamis adalah menimbulkan refleks regangan oleh menimbulkan sinyal dinamis

ditularkan dari indra utama akhiran dari spindle otot, yang disebabkan oleh

peregangan cepat atau unstretch. Artinya, ketika tiba-tiba otot diregangkan atau

teregang, sinyal kuat ditularkan ke sumsum tulang belakang; ini seketika kuat

menyebabkan refleks kontraksi (atau penurunan kontraksi) dari otot yang sama dari

sinyal yang berasal. Jadi, fungsi refleks untuk menentang perubahan mendadak pada

otot panjang. Refleks regangan yang dinamis berakhir dalam fraksi detik setelah otot

telah menggeliat (atau awalnya) untuk panjang baru, tetapi kemudian yang lebih

lemah statis refleks regangan terus untuk waktu yang lama setelahnya. Refleks ini

diperoleh oleh statis terus-menerus sinyal reseptor ditularkan oleh kedua primer dan

endings.The sekunder pentingnya peregangan statis refleks adalah bahwa hal itu

menyebabkan tingkat kontraksi otot

tetap cukup konstan, kecuali jika sistem saraf seseorang secara spesifik kehendak

sebaliknya.[3]

Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk

mencegah osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi

meredam dam memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal

dari sumsum tulang belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth,

meningkatkan intensitas untuk beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas,

kemudian mengubah tingkat intensitas lain, dan begitu seterusnya. [3]

Page 7: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Refleks cahaya pada pupil adalah refleks yang mengontrol diameter pupil,

sebagai tanggapan terhadap intensitas (pencahayaan) cahaya yang jatuh pada retina

mata. Intensitas cahaya yang lebih besar menyebabkan pupil menjadi lebih kecil

(kurangnya cahaya yang masuk), sedangkan intensitas cahaya yang lebih rendah

menyebabkan pupil menjadi lebih besar ( banyak cahaya yang masuk). Jadi, refleks

cahaya pupil mengatur intensitas cahaya yang memasuki mata. [4]

Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah tanpa sadar

kelopak mata berkedip dari yang diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh atau

benda asing) dari kornea, atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan

perifer. Harus membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respons

konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Refleks mengkonsumsi pesat sebesar

0,1 detik. Tujuan evolusioner refleks ini adalah untuk melindungi mata dari benda

asing dan lampu terang (yang terakhir ini dikenal sebagai refleks optik). [4]

Pemeriksaan refleks kornea merupakan bagian dari beberapa neurologis ujian,

khususnya ketika mengevaluasi koma. Kerusakan pada cabang oftalmik (V1) dari

saraf kranial ke-5 hasil di absen refleks kornea ketika mata terkena dirangsang.

Stimulasi dari satu kornea biasanya memiliki respons konsensual, dengan menutup

kedua kelopak mata normal.[4]

Refleks biseps tes refleks yang mempelajari fungsi dari refleks C5 busur dan

untuk mengurangi refleks C6 derajat busur. Tes ini dilakukan dengan menggunakan

sebuah tendon palu untuk dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati

kubiti fosa. Secara spesifik, tes mengaktifkan reseptor di dalam peregangan otot

bisep brachii yang berkomunikasi terutama dengan C5 dan sebagian saraf tulang

belakang dengan saraf tulang belakang C6 untuk merangsang kontraksi refleks dari

otot biseps dan menyentakkan lengan bawah.[4]

Page 8: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

BAB III

METODOLOGI

A. ALAT YANG DIBUTUHKAN

Palu perkusi

Lampu Senter

Kapas

Jarum

B. CARA KERJA

a. Refleks kulit perut

Orang coba berbaring telentang dengan kedua lengan terletak lurus di

samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral kea rah

umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.

b. Refleks kornea

Sediakanlah kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba

menggerakkan bola mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi

tanpa menggerakkan kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral

kornea dengan kapas. Respon berupa kedipan mata secara cepat.

c. Refleks cahaya

Cahaya senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons

berupa konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada

mata lain.

d. Refleks Periost Radialis

Page 9: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan

sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.

Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

e. Refleks Periost Ulnaris

Lengan bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan

antara pronasi dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus stiloideus.

Respons berupa pronasi tangan.

f. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

1) Knee Pess Reflex (KPR)

Orang coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua

tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang

dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella

dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi

otot kuadrisips.

2) Achilles Pess Reflex (ACR)

Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan.

Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari

kaki dan kontraksi otot gastronemius.

3) Refleks biseps

Lengan orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah

pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi lengan pada

siku dan tampak kontraksi otot biseps.

4) Refleks triseps

Lengan bawah difleksikan pada sendi siku dan sedikit dipronasikan.

Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan

menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.

Page 10: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

5) Withdrawl Reflex

Lengan orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaa ekstensi.

Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat saudara, tusuklah

dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik steril,

sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa

fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.

PERLU DIPERHATIKAN:

1. Relaksasi sempurna: orang coba harus relaks dengan posisi seenaknya.

Bagian (anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin

(lemas) tanpa ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.

2. Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai

bila posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.

3. Pemeriksa mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan

dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.

Page 11: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Refleks kulit perut

Orang coba : Rafiah Anggianingrum

Pemeriksa : Tri Aminah

Hasil : +

Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.

2. Refleks kornea

Orang coba : Rukia

Pemeriksa : Muskab

Hasil : +

Respon berupa kedipan mata secara cepat.

3. Refleks cahaya

Orang coba : Tri Aminah

Pemeriksa : Olivia

Hasil : +

Respons berupa konstriksi pupil homolateral dan kontralateral.

4. Refleks Periost Radialis

Orang coba : Andi Rasdiana

Pemeriksa : Rukia

Hasil : +

Respons berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.

5.Refleks Periost Ulnaris

Orang coba : Rukia

Pemeriksa : Olivia

Hasil : +

Page 12: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Respons berupa pronasi tangan.

6. Stretch Reflex (Muscle Spindle Reflex=Myotatic Reflex)

a. Knee Pess Reflex (KPR)

Orang coba : Rukia

Pemeriksa : Muskab

Hasil : +

Respons berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.

b. Achilles Pess Reflex (ACR)

Orang coba : Dwi Fadillah

Pemeriksa : Nurtiara Oktaviana

Hasil : +

Respons berupa plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius.

c. Refleks biseps

Orang coba : Akmalia Rosyada

Pemeriksa : Judith A. Fransisca

Hasil : +

Respons berupa fleksi lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.

d. Refleks triseps

Orang coba : Muskab

Pemeriksa : Nurtiara Oktaviana

Hasil : +

Respons berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.

e. Withdrawl Reflex

Orang coba :

Pemeriksa :

Hasil :

Page 13: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Respons berupa fleksi lengan tersebut menjauhi stimulus.

Refleks adalah jawaban motoric atas rangsangan sensorik yang diberikan

pada kulit atau respon apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Dalam

pemeriksaan refleks, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

- Relaksasi sempurna. Orasng coba harus relaks dengan posisi seenaknya. Bagian

(anggota gerak) yang akan diperiksa harus terletak sepasif mungkin (lemas) tanpa

ada usaha orang coba untuk mempertahankan posisinya.

- Harus ada ketegangan optimal dari otot yang akan diperiksa. Ini dapat dicapai bila

posisi dan letak anggota gerak orang coba diatur dengan baik.

- Pemeriksaan mengetukkan Hammer dengan gerakan fleksi pada sendi tangan

dengan kekuatan yang sama, yang dapat menimbulkan regangan yang cukup.

Ada pun arti penting refleks yaitu :

- Pemeriksaan refleks : bagian pemeriksaan fisis secara umum

- Pemeriksaan khususnya : pasien dengan lesi, UMN, LMN, atau orang yang

ototnya sering lemas.

- Pemeriksaan neurologis : pemeriksaan motorik (motorik kasar dan motorik halus),

pemeriksaan sensorik (raba, suhu, dll), pemeriksaan koordinasi tubuh, dan

pemeriksaan nervus (fungsi nervus I – XII).

Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks fisiologis dan patologis.

Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia, sebaliknya refleks patologis

normal jika tidak terdapat pada manusia. Refleks fisiologis

Pada percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan

kedua lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke

arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.

Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi kontraksi otot

dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor.

Pada refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola

mata ke lateral yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala.

Page 14: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

Kemudian sisi kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah

digulung membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.

Pada percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil

mata ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa

kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai terjadi

kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima oleh N. Opticus,

lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N . Oculomotoris dan

sampai ke spingter pupil. Refleks cahay ini juga disebut refleks pupil.

Pada percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba

difleksikan pada sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan

pengetukan periosteum pada ujung distal os radii. Jalannya impuls pada refleks

periost radialis yaitu dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian

melanjutkan ke N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan

menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah

pada siku dan supinasi tangan.

Respon dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls

saraf berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian

melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan menggerakkan m.

brachioradialis.

Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan

timbul kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan

pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya

adalah kumparan otot (muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex (stretcj

reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR), Refleks Biseps,

Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.

Pada Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan

respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada

Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki

didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa fleksi

Page 15: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan pada tendo otot

biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan supinasi. Sedangkan jika

tendo otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi berupa ekstensi lengan dan

supinasi.

Untuk mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan,

misalnya untuk memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada

saat spatula dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah,

sedangkan nervus XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus

dapat diperiksa dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara

nervus IV, abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji

dengan menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya normal.

Respon motorik kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf. Respon ini dapat

dilihat saat orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan

menunjuk dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak

normal maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.

Page 16: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai

berikut :

1. Refleks kulit perut berupa kontraksi otot dinding perut.

2. Refleks cahaya berupa kontriksi pupil homolateral dan kontralateral.

3. Refleks periost radialis berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi

tangan.

4. Refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan.

5. Knee pess reflex, respon berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot

kuadriseps.

6. Achilles pess refleks, respon berupa plantar rfleksi dari kaki dan kontraksi

otot gastroknemius.

7. Refleks biseps berupa fleksi lengan pada siku dan kntraksi otot biseps.

8. Refleks trisep berupa ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.

B. SARAN

1. Sebaiknya perlengakapan lab diperbanyak sehingga praktikan dapat

melakukan praktikum ini sendiri dengan bimbingan asisten.

2. Melibatkan langsung mahasiswa dalam proses praktikum agar mahasiswa

dapat lebih paham.

Page 17: REFLEKS-REFLEKS FISIOLOGIS

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC

2. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC

3. Guyton & Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders

4. http://en.wikipedia.org/wiki/Reflex

5. http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/

Biologi/0084%20Bio%202-9c.htm