BAB 3 ok

29
DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN PEMILIHAN SPECIES BUDIDAYA 3.1. PEMILIHAN SPESIES BUDIDAYA Karena spesies yang berorientasi untuk komoditas budidaya perairan sangat banyak maka perlu dilakukan pemilihan pengembangan satu atau sedikit spesies akan lebih focus dibandingkan banyak spesies dalam waktu yang hampir bersamaan. Dengan demikian, pemilihan spesies tersebut dimaksudkan juga untuk mempercepat pengembangan suatu komoditas budidaya perairan. Spesies yang telah terpilih selanjutnya dikembangkan secara terpadu dan tuntas sehingga diperoleh suatu paket teknologi budidaya berskala industri yang berkelanjutan. Pemilihan spesies untuk budidaya perairan didasarkan kepada pertimbangan karakteristik biologi dan pasar serta social-ekonomi. 3.1. Pertimbangan Biologi 49

description

qwqwqwe

Transcript of BAB 3 ok

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN

PEMILIHAN SPECIES BUDIDAYA3.1. PEMILIHAN SPESIES BUDIDAYAKarena spesies yang berorientasi untuk komoditas budidaya perairan sangat banyak maka perlu dilakukan pemilihan pengembangan satu atau sedikit spesies akan lebih focus dibandingkan banyak spesies dalam waktu yang hampir bersamaan. Dengan demikian, pemilihan spesies tersebut dimaksudkan juga untuk mempercepat pengembangan suatu komoditas budidaya perairan. Spesies yang telah terpilih selanjutnya dikembangkan secara terpadu dan tuntas sehingga diperoleh suatu paket teknologi budidaya berskala industri yang berkelanjutan. Pemilihan spesies untuk budidaya perairan didasarkan kepada pertimbangan karakteristik biologi dan pasar serta social-ekonomi.

3.1. Pertimbangan BiologiPertimbangan biologi meliputi reproduksi, fisiologi, tingkah laku, morfologi, ekologi, dan distribusi biota yang akan dikembangkan sebagai komoditas budidaya perairan. Beberapa pertimbangan secara biologi tersebut antara lain 1) kemampuan memijah dalam lingkungan budidaya dan memijah secara buatan, 2) ukuran dan umur pertama kali matang gonad, 3) fekunditas, 4) laju pertumbuhan dan produksi, 5) tingkat trofik, 6) toleransi terhadap kualitas air dan adaptasi, 7) ketahanan terhadap stres dan penyakit, 8) kemampuan mengonsumsi pakan buatan, 9) konversi pakan, 10) toleransi terhadap penanganan, dan 11) dampak terhadap lingkungan.

49

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANa. Kemampuan Memijah dalam Lingkungan Budidaya Benih merupakan salah satu input penting dalam kegiatan budidaya perairan. Kemampuan kandidat spesies budidaya perairan untuk memijah dalam lingkungan wadah budidaya perairan merupakan salah satu jaminan ketersediaan benih bagi kegiatan akuakultur. Benih ikan dapat saja berasal dari alam, seperti bandeng dan sidat. Namun, kemampuan spesies memijah dalam lingkungan wadah budidaya perairan secara alamiah maupun secara buatan sangat penting dan strategis karena beberapa hal berikut: 1) ketersediaan benih alam tidak cukup dan konsisten untuk mendukung kegiatan budidaya perairan yang besar dan bersifat industri 2) benih alami biasanya lebih mahal dan hanya tersedia musiman sehingga tidak bisa memenuhi kriteria industri yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat ukuran, tepat mutu, dan tepat harga 3) kegiatan budidaya perairan menjadi terbatas hanya pada wilayah terdapatnya benih alami tersebut 4) domestikasi dan perbaikan genetic tidak mungkin dilakukan tanpa pemijahan buatan 5) jasad-jasad penyakit, parasit, dan hama lebih efektif dikendalikan melalui pemijahan buatan Lebih baik memilih ikan yang dapat dikembangbiakkan di hatchery dan memulai produksi hatchery seawal mungkin. Budidaya ikan yang masih bergantung kepada suplai benih dari alam berhadapan dengan sejumlah faktor yang tidak dapat diprediksi. Pengambilan benih ikan dari alam secara besar-besaran juga bisa menimbulkan konflik dengan nelayan. Kegiatan tersebut dianggap sebagai penyebab menurunnya hasil tangkapan karena penangkapan ikan dilakukan sejak stadia awal, walaupun belum ada bukti ilmiah mengenai hal tersebut. b. Ukuran dan Umur Pertama Kali Matang Gonad Ikan diharapkan mencapai ukuran pasar sebelum matang gonad sehingga hampir sebagian besar energi yang diperoleh dari aktivitas konsumsi makanan digunakan utuk pertumbuhan somatic (pertumbuhan daging) bukan untuk perkembangan reproduksi. Ikan yang tepat matang terutama sebelum mencapai ukuran pasar, juga merupakan masalah besar dalam budidaya perairan. Ikan demikian sulit atau mungkin tidak bisa lagi mencapai ukuran pasar karena sebagian energi ditujukan untuk proses dan aktivitas

50

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANreproduksi. Idealnya, ikan budidaya akan mencapai kematangan seksual dalam beberapa minggu setelah ukuran minimum yang dapat dipasarkan (minimum marketable size). Contoh klasik dari kondisi demikian adalah ikan tilapia. Ikan tilapia matang kelamin pada umur 3-4 bulan atu bobot 50 g. ikan ini matang seksual dan mulai memijah beberapa minggu sebelum mencapai ukuran pemasaran. Hal ini menyebabkan over population dan kekerdilan pada ikan kultur sehingga akhirnya menyebabkan kerugian, kecuali jika pencegahan dilakukan. Di sisi lain, ikan yang cepat matang juga menjamin ketersediaan induk lebih mudah untuk operasional hatchery (kegiatan pembenihan biota budidaya perairan). Dalam operasional hatchery, jenis-jenis ikan yang cepat matang gonad lebih menguntungkan dari pada ikan-ikan yang matang lebih lambat. Semakin panjang masa untuk mencapai kematangan seksual dan semakin besar ukuran saat matang maka semakin besar ongkos untuk pakan, ruang, tenaga, dan faktor-faktor pengelolaan lainnya. Ikan kecil lebih mudah ditangani dan lebih sedikit mendapat stres daripada ikan besar. Juga semakin lama ikan dipelihara semakin besar resiko kehilangan karena bencana, penyakit, dan sebagainya. Selain itu, perbaikan genetic dan domestikasi (proses mengubah spesies liar menjadi spesies budidaya perairan) ikan menjadi lebih cepat dicapai pada ikan-ikan yang mencapai matang gonad lebih awal. c. Fekunditas Ikan yang memiliki frekuensi pemijahan yang tinggi (jumlah telur yang mampu diproduksi oleh induk berbobot 1 kg) sangat menguntungkan dalam budidaya perairan. Produksi telur yang tinggi oleh induk menjamin tersedianya benih yang diproduksi dari hatchery, contohnya adalah udang windu dan kerapu. Namun demikian, ikan yang memiliki fekunditas yang tinggi umumnya meproduksi telur dengan diameter yang kecil sehingga larva yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya, bukaan mulut maksimumnya juga kecil. Kondisi ini harus menyulitkan proses pemberian pakan larva dan operasional hatchery secara keseluruhan karena harus menyediakan pakan yang berukuran kecil dan umumnya dalam bentuk pakan alami. Kultur pakan alami lebih sulit dan seringkali lebih mahal serta tidak selalu berhasil dibandingkan dengan pengadaan pakan buatan. Akibatnya, tingkat kelangsungan hidup relatif kecil. Larva yang bisa menerima pakan buatan akan lebih mudah dipelihara dalam hatchery.

51

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANd. Laju Pertumbuhan dan Produksi Ikan yang tumbuh cepat dapat mencapai ukuran pasar dalam waktu yang relatif singkat sehingga pemanenan bisa lebih sering. Ikan harus mencapai ukuran minimum yang bisa dipasarkan dalam waktu pemeliharaan tertentu atau musiman. Ukuran minimum jenis ikan-ikan ini dicapai dengan laju pertumbuhan yang berlainan. Ikan yang tumbuh relatif cepat antara lain patin, bawal, ikan mas, dan kobia, sedangkan yang tumbuh lambat contohnya ikan gurami, betutu, udang, lobster, dan kerapau bebek. Kaitan laju pertumbuhan dengan ukuran yang dapat dicapai pada suatu kegiatan budidaya perairan adalah sebagai berikut. 1) umumnya laju pertumbuhan sebanding dengan ukuran maksimum potensial. Ikan besar saat matang gonad umum tumbuh lebih cepat daripada ikan kecil saat matang gonad 2) Jenis-jenis ikan air panas tumbuh lebih cepat daripada ikan air dingin yang mempunyai ukuran maksimum potensial e. Tingkat Trofik Seperti yang sudah diuraikan, spesies budidaya perairan dikelompokkan berdasarkan jenis makanannya sehingga dikenal ikan herbivora, ikan karnivora, dan ikan omnivora. Pengelompokan tersebut menunjukkan tingkat trofik biota dalam piramida makanan atau rantai makanan (Gambar 3.1). Semakin tinggi tingkat trofik dalam piramida makanan tersebut atau semakin panjang rantai makanan maka semakin banyak kehilangan energi dalam proses transformasi materi. Ikan herbivora dikelompokan lagi menjadi pemakan fitoplankton (mikrofita) dan makrofita. Ikan omnivora dikelompokan lagi menjadi beberapa subkelompok, antara lain pemakan sampah (detritus) dan pemakan bangkai (scavenger). Spesies yang paling dikehendaki untuk komoditas budidaya perairan adalah jenis ikan yang memiliki rantai makanan yang pendek. Contohnya jenis ikan herbivora microfiltering (fitofagos) seperti bandeng dan silver carp, kemudian pemakan fitoplankton dan zooplankton macrofiltering (planktonfagus), dan selanjutnya yang omnivora pemakan detritus seperti big head dan ikan mas. Ikan yang kurang dikehendaki adalah golongan karnivora seperti kerapu. Dalam budidaya perairan modern, pakan merupakan komponen biaya produksi utama dan bisa mencapai 50% atau lebih. Dalam budidaya perairan tradisional, spesies

52

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANikan herbivora dan omnivora dikehendaki daripada ikan karnivora karena ikan tersebut bisa memakan biota pakan alami yang tumbuh di air. Pertumbuhannya bisa ditingkatkan melalui pemupukan dan pengelolaan air. Dalam Kasus demikian, biaya pemberian pakan menjadi relatif lebih rendah. Oleh karena itu, spesies yang berada dalam tingkatan yang rendah dalam rantai makanan lebih disenangi untuk menghasilkan produk budidaya perairan yang berbiaya murah. Ikan demikian kadangkala diberi pakan buatan dalam sistem budidaya perairan intensif. Beberapa ikan dengan tingkat trofik yang rendah dapat juga memiliki selektivitas yang tinggi dalam kebiasaan makannya. Sebagai contoh filter feeder yang membutuhkan plankton dengan ukuran dan bentuk tertentu.

Matahari

Ikan Predator

Fitoplankton

Zooplankton

Benih Ikan

Gambar 3.1. Rantai makanan dalam ekosistem budidaya perairan Untuk menumbuhkan hingga mencapai ukuran pasar, ikan filter feeder ini kadangkala dipacu pertumbuhannya dengan pemberian pakan buatan. Ikan tersebut ternyata dapat menerima pakan buatan setelah melalui pelatihan. Pelatihannya relatif mudah dibandingkan dengan ikan dengan tingkat trofik yang tinggi (ikan karnivora) seperti kerapu, arwana, sampai saat ini bahkan belum bisa diberi pakan buatan. Ikan karnivora umumnya membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang tinggi sehingga biaya produksinya lebih mahal, terutama karena komponen harga pakan.

53

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANHarga pakan dapat ditekan dengan meningkatkan kandungan bahan baku lokal atau menggunakan pakan alternatif, meskipun tidak selalu sukses. Sebagai kompensasi tingginya biaya pakan tersebut, umumnya spesies karnivora memiliki harga pasar yang tinggi. Spesies demikian umumnya juga memiliki pasar ekspor yang besar dan menarik untuk investasi. f. Toleransi Terhadap Kualitas Air dan Daya Adaptasi Spesies yang akan dijadikan komodiatas budidaya perairan hendaknya memiliki toleransi dan daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi kualitas air. Lingkungan dalam wadah budidaya perairan bersifat buatan (artificial) dan lebih mudah berubah-ubah terutama yang berada di luar ruangan (outdoor). Perubahan lingkungan tersebut bisa terjadi secara harian, bahkan dalam satuan jam. Perubahan harian di dalam kolam secara normal berkaitan dengan suhu, pH, kandungan O 2, CO2, kekeruhan, warna air dan sebagainya. Perubahan tersebut bisa menyebabkan ikan stres, kemudian sakit dan akhirnya mati. Ada ikan yang mampu menolerir perubahan lingkungan tersebut, bahkan perubahan secara mendadak sekalipun, tetapi ada pula yang tidak. Ikan yang membutuhkan oksigen yang tinggii seperti ikan mas dan tawes, menjadi stres ketika dipindahkan kelingkungan yang kandungan O2 terlarutnya rendah. Hal sebaliknya terjadi pada lele dan patin. Kedua ikan tersebut memiliki organ pernapasan tambahan (aborescent organ) yang mampu mengambil O2 langsung dari udara. Ketika terjadi perubahan lingkungan, ikan mas dan tawes lebih cepat mati dibandingkan ikan patin dan lele. Toleransi spesies terhadap perubahan normal dalam lingkungan budidaya perairan ini penting bagi penyeleksian dan metode penanganan ikan-ikan budidaya. Faktor-faktor produksi seperti kelimpahan pakan alami, laju pertumbuhan, mortalitas dan hasil dipengaruhi oleh kondisi kualitas air. Jadi, ikan-ikan yang toleran terhadap perubahan kualitas air dalam lingkungan budidaya perairan produksinya tidak terlalu dipengaruhi oleh kualitas air yang buruk. Toleransi ikan terhadap perubahan kualitas air selanjutnya ditentukan oleh daya adaptasi ikan terhadap lingkungan yang baru. Daya adaptasi ikan adalah kecepatan ikan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang baru sehingga fungsi fisiologis ikan berlangsung normal. Nila relatif cepat beradaptasi daripada jenis lain. Daya adaptasi sering kali juga berbeda antara ikan besar dan kecil. Sebagai contoh, di keramba ikan

54

DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRANyang berukuran besar ternyata kurang cepat beradaptasi dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil. Spesies budidaya perairan memang tidak mungkin selalu dipaksakan dalam kondisi lingkungan yang ada. Ikan yang biasa hidup di air dingin tidak bisa dipaksakan untuk dipelihara dalam lingkungan di air panas. Dengan demikian, perlu dipilih jenis ikan yang cocok pada kisaran suhu yang sesuai dengan daya toleransi dan adaptasinya. Sebagai contoh, diperairan dingin (daerah bermusim empat) dikenal salmon dan ikan trout. Ikan ini tidak dikenal diperairan panas (tropis). Di perairan panas lebih dikenal ikan tilapia, seperti nila dan mujair. Demikian pula, ikan air tawar tidak bisa dipaksakan dipelihara dalam air bersalinitas (kadar garam), meskipun masih bisa mentolerir sampai salinitas 10 ppt. Ikan air tawar tersebut bila dipelihara dalam media dengan kadar garam >10 ppt tidak bisa tumbuh dan bereproduksi. Daya toleransi dan adaptasi spesies terhadap salinitas ini dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu stenohaline dan euryhaline. Ikan euryhaline adalah ikan yang memiliki daya toleransi dan adaptasi terhadap salinitas dengan kisaran yang lebar, contohnya bandeng. Ikan ini bisa dipelihara di air laut (salinitas 30-35 ppt), air payau (5-29 ppt), dan air tawar (