MAKALAH KELOMPOK-3 ok

download MAKALAH KELOMPOK-3 ok

If you can't read please download the document

description

makalah kelompok tiga ok

Transcript of MAKALAH KELOMPOK-3 ok

MAKALAHWASTING SYNDROME atau CACHEXIABLOK ENDOKRIN-I

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3

TUTOR: dr. Diah Andriana, SpB

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM MALANG2012

MAKALAHWASTING SYNDROME / CACHEXIABLOK ENDOKRIN 1

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:M. Fathan Rasyid. A209.121.0003Septian Ifriansyah209.121.0008Mucahamad Zubaid209.121.0011Dian Ayu Sri Utami209.121.0018Devi Kurniyanti Ningsih209.121.0021Ananda Arantika W.A209.121.0028Ahmad Haerul Umam209.121.0029Prajatiwi Novia Dilla209.121.0036Arista Kautsar Rahman209.121.0037M. Sukri209.121.0045Iffah Nadhiefah209.121.0054Hanis Putriana209.121.0055Zahrotun Nisa209.121.0060Baiq Sholatia209.121.0063

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM MALANG2012KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr. Wb.Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya pada kami selaku tim penyusun sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah kelompok BLOK ENDOKRIN-I ini dengan lancar. Makalah ini berisi tentang MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS, PENEGAKAN DIAGNOSA DAN DEFERENTIAL DOAGNOSE, PATOFISIOLOGI, dan PENATALAKSANAAN serta REHABILITASI. Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat dipergunakan sebagai panduan belajar dalam mengikuti kegiatan belajar.Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan fungsinya sebagai laporan tugas bagi mahasiswa, suatu kebanggaan bagi kami apabila para pembaca makalah ini dapat memberikan saran, kritik dan masukan kepada kami untuk mengembangkan dan menyempurnakan makalah-makalah berikutnya.Demikian pengantar dari kami, semoga laporan makalah kelompok mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Juni 2012Atas Nama PenyusunKelompok 3Mahasiswa Fakultas Kedokteran, UNISMA, Angkatan 2009

DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................1Nama Anggota Kelompok ...2Kata Pengantar .....3Daftar Isi 4Bab I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang ...........................................................................5 I.2.Rumusan Masalah ......5 I.3.Tujuan ......................5 I.4. Manfaat ..................................6Bab II.Tinjauan Pustaka II.1. Epedemiologi 7II.2. Etiologi .7 II.3. Patofisiologi 8 II.4. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium 15 II.5. Penegakan Diagnosa dan Differential Diagnosa .16 II.6. Penatalaksanaan dan Rehabilitasi..18Bab III. Penutup III.1. Kesimpulan .24 III.2.Saran 24

BAB IPENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANGCachexia berasal dari bahasa Yunani kakos dan hexis yang berarti keadaan yang buruk. Cachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi metabolism serta imunitas. Asthenia merupakan gejala yang menonjol dengan gambaran kelemahan secara umum, baik fisik maupun mental dimana sering dijumpai kehilangan massa otot. Cachexia kanker ditemukan pada >80% pasien yang menderita keganasan tahap lanjut dan menjadi penyebab kematian pada >20% kasus. Untuk itu pentingnya pengetahuan yang rinci mengenai Cachexia menjadi dasar dari pembuatan makalah ini.

I.2. RUMUSAN MASALAHI.2.1. Bagaimana epidemiologi dari Cachexia?I.2.2. Apa etiologi dari Cachexia?I.2.3. Bagaimana patofisiologi Cachexia?I.2.4. Bagaimana manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari Cachexia?I.2.5. Bagaimana penegakan diagnosa dan differential diagnosa?I.2.6. Bagaimana penatalaksanaan dan rehabilitasi pada Cachexia?

I.3. TUJUANI.3.1. Mengetahui epidemiologi dari Cachexia.I.3.2. Mengetahui etiologi dari Cachexia.I.3.3. Mengetahui patofisiologi dari Cachexia.I.3.4. Mengetahui manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium dari Cachexia.I.3.5. Mengetahui penegakan diagnosa dan differential diagnosa.I.3.6. Mengetahui penatalaksanaan dan rehabilitasi Cachexia.

I.4. MANFAATSetelah pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan baik bagi penulis ataupun pembaca, yang nantinya akan bermanfaat untuk kepentingan klinis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. EPIDEMIOLOGICachexiaadalahsindrom klinisyang ditandai denganpenurunan berat badan yang parah,anoreksia,cepat kenyang, kelemahandan edema.Cachexia hampir selaluditemukan padapenyakit kronistermasuk kanker,penyakit paru obstruktif kronik,gagal jantungkronis,gagal ginjalkronis,gagal hatikronis, artritis rematoid dan AIDS. Cachexia kanker dialami oleh 80% pasien kanker stadium lanjut, khususnya mereka dengan keganasan gastrointestinal, pankreas, toraks, kepala dan leher. Cachexia berkaitan dengan 20% kematian kanker. Kehilangan berat badan sering diamati sebagai tanda pertama pada pasien kanker, kira-kira pada 30% sampai 80% pasien. Kehilangan berat badan parah (> 10%) diamati pada kira-kira 15% pasien.Pada sebagian pasien kanker, kehilangan berat badan merupakan gejala paling sering, dan sampai 66% pasien menjadi kurus kering selama perjalanan penyakit. Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat sebelum sakit dapat terjadi pada sampai 45% pasien rawat-inap dewasa dengan kanker.

II.2. ETIOLOGIa. Kankerb. AIDSc. Usia Lanjutd. Tumore. PPOKf. Gagal ginjal kronikg. Gagal jantung kongestif

II.3. PATOFISIOLOGI3.1. SitokinSitokin merupakan protein yang diproduksi oleh sel inflamasi yang berfungsi sebagai mediator antar sel parakrin. Inflamasi sistemik dimediasi melalui cidera sel sehingga menyebabkan aktivasi system imun yang hasil akhirnya memicu respon inflamasi akut dan menyebabkan elaborasi sitokin yang berlebih. Sitokin memainkan peran utama dalam immunomodulator dan telah terlibat dalam penyebab anoreksia, penurunan berat badan, disfungsi kognitif, anemia, dan kelelahan. Elaborasi berlebihan sitokin proinflamasi seperti interleukin 1, interleukin 2, interferon y, dan tumor necrosis faktor alfa diduga merupakan penyebab paling umum dari cachexia yang diamati pada pasien yang mengalami inflamsi akut.(Gambar. 1)

Sitokin mengaktifasi faktor transkripsi kB nuklir (NF-kB) yang menyebabkan penurunan sintesis muskulus. Aktifasi sitokin juga menurunkan produksi protein MyoD, dimana MyoD yang bertanggung jawab sebagai faktor transkripsi yang memodulasi jalur sinyal yang terlibat dalam perkembangan muskulus dengan cara mengikat myosin rantai IIb daerah promoter yang di perlukan untuk ekspresi myosin dalam kecepatan gerak otot. TNF-alfa dan interferon y secara sinergis menghambat aktivasi dari messenger RNA untuk sintesis rantai myosin. Selain itu TNF-alfa dan Interferon y juga sangat spesifik untuk merangsang proteolisis rantai myosin. Sitokin juga mengaktifasi system ubiquitin-dimediasi proteolitik, dimana system ini terlibat dalam penyakit yang berhubungan dengan hiperkatabolisme. Ubiquitin merupakan susunan 76 asam amino yang membentuk polipeptida sebagai target spesifik dalam muskulus yang dapat menyebabkan proteolisis otot. Proteolisis otot ini selanjutnya menghasilkan asam amino dan oligopeptida yang akan dimetabolisme di hepar untuk sintesis protein seperti protein C-reaktif dan peptide amiloid serum. System ubiquitin-protease juga secara tidak langsung memodulasi sintesis protein melalui penghambatan degradasi k protein regulasi B (IKB) gen NF-Kb. Selain itu sitokin juga merangsang pelepasan hormone kortisol dan ketokolamin dari kelenjar adrenal. Hormone kortisol selanjutnya menyebabkan aktivasi system ubiquitin-protease, dan ketokolamin dapat meningkatkan resting metabolic rate. Sitokin juga menginduksi lipolisis dan Beta-oksidasi, lemak dan lipoprotein dalam hepar juga mengalami penurunan aktivasi. Terjadi peningkatan aktivasi reseptor LDL di dalam hepatosit. Hal ini menyebabkan peningkatan sintesis VLDL dan lipoprotein menurun, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Semua proses ini menghasilkan keseimbangan energy negative dan penurunan berat badan, dengan manifestasi klinis lemah, letih, lesu, malaise,dan anhedonia. Keadaan seperti ini harus ditangani dengan asupan makanan yang tinggi kalori dan beberapa obat yang bersifat antagonis sitokin seperti pada tabel berikut :

3.2. TestosteronTestosterone dapat menstimulasi myoblast dan meningkatkan sel satelit, sehingga dapat terjadi peningkatan sintesis protein dalam memperbaiki sel otot yang rusak. Testosterone juga dapat menghambat pelepasan sitokin proinflamasi seperti TNF-alfa, IL-1beta, dan IL-6 dan menstimulasi produksi IL-10 sebagai sitokin anti inflamasi. Kadar hormone testosterone dapat menurun pada keadaan penuaan dan akibat peningkatan kadar leptin serum, dimana leptin merupakan hormone anorectic dan lipolitik yang di hasilkan oleh sel lemak. Perubahan ini diduga sebagai penyebab anoreksia, penurunan berat badan, dan chachexia pada beberapa pria hipogonadisme.

3.3. Insulin Growth Faktor I (IGF-1)IGF-1 sangat sensitive terhadap asupan makanan, yang akan meningkat tajam selama puasa. Status gizi, komposisi mikro dan makronutrien dari asupan makanan juga menentukan konsentrasi IGF-1. IGF-1 meningkatkan sintesis protein otot dengan meningkatkan konsentrasi hormone pertumbuhan dan testosterone. Kadar IGF-1 yang rendah pada manusia yang mengalami kekurangan gizi dapat menjadi tanda dalam pathogenesis cachexia.

3.4. MyostatinMyostatin adalah hormone yang diproduksi dalam otot yang menekan pertumbuhan otot dengan menghambat proliferasi myoblast. Namun untuk bukti bahwa pengaruh myostatin dalam pathogenesis cachexia masih berada di tingkat preklinis dengan menghapus gen myostatin pada hewan coba sehingga menyebabkan hipertrofi otot pada hewan coba.

3.5. Hormon AdrenalGlukokortikoid menekan penyerapan glukosa dan asam amino otot melalui inhibisi transport tingkat seluler. Glukokortikoid memiliki efek pada regulasi dari messenger RNA dan selanjutnya berefek pada system ubiquitin-protease dalam otot. Glukokortikoid juga menghambat sintesis protein dan menyebabkan glukoneogenesis, yang berkontribusi terhadap steroid-induced miopathy dan toleransi glukosa. Glukokortikoid meningkat pada pasien kurus yang dapat menyebabkan proteolitik yang sedang berlangsung dan menyebabkan gangguan sintesis protein.

3.6. Penyakit Jantung pada Cachexia

Adanya peningakatan kadar sitokin proinflamasi sistemik terlibat dalam penyakit jantung cachexia. Dalam penelitian Framingham, subyek lansia tanpa riwayat infark miokard atau gagal jantung kongestif mengalami peningkatan signifikan resiko gagal jantung kongestif perkenaikan konsentrasi sitokin (60% untuk TNF-alfa dan 68% untuk serum IL-6). Data juga menunjukkan peningkatan kadar TNF-alfa berhubungan dengan status sosial ekonomi yang rendah dengan gagal jantung kongestif.3.7. Gagal Ginjal KronisLebih dari 25% pasien yang melakukan hemodialisis adalah malnutrisi. 2 tipe dari malnutrisi terjadi pada gagal ginjal kronis yaitu kelaparan dan cachexia. pada kelaparan hanya terjadi kekuranga energy, sebaliknya pada cachexia dikaitkan dengan adanya peradangan sistemik, proteolisis, stress oksidatif yang berlebihan.

3.8. Penyakit Paru Obstruktif KronisPenurunan berat badan pada pasien ini dikaitkan dengan kelemahan otot, disfungsi diafragma, gagal nafas, dan kualitas hidup yang menurun, bahkan kematian. Hal ini dapat disebabkan karena faktor-faktor seperti hiperkatabolisme, obat, anoreksia, dan pengaruh efek termis asupan dan pengeluaran energy total. Pasien dengan PPOK secara signifikan terjadi peningkatan kadar TNF-alfa yang endingnya dapat menggannggu sintesis protein dan menjadi salah satu penyebab cachexia.

3.9. Anorexia-Cachexia Sindrom pada KankerPeningkatan kadar sitokin pada keganasan dapat meningkatkan corticotrophin, agen anorectic, dan menginduksi prostaglandin dapat menekan produksi agen neuropeptida y orexigenic. Proteolisis terjadi pada otot akibat aktivasi system proteosom dan faktor transkripsi NF-kB. Sitokin juga dapat menunda pengosongan lambung, menurunkan konsentrasi albumin, dan meningkatkan liposlisis.

3.10. Reumatoid Arthritis dan CachexiaRA berhubungan dengan peningkatan sitokin proinflamasi yang berlebih sehingga terjadi mekanisme seperti yang di jelaskan di atas terutama TNF-alfa dan IL-beta.

3.11. Cachexia Terkait AIDS

3.12. Penuaan dan Penurunan Berat BadanPenuaan dikaitkan dengan peningkatan konsentrasi TNF-alfa, IL-6,IL1 antagonis reseptor diduga sebagai penyebab utama. Selain itu juga terjadi peningkatan C-reaktif protein dan serum amyloid A yang menandakat terjadinya kaskade inflamasi.Penurunan berat badan pada penuaan juga dikaitkan secara fisiologis yang dikaitkan dengan usia dismotilitas lambung, dan gangguan fundus yang menyebabkan rasa kenyang. Faktor yang lain berkaitan dengan cholesistokinin dan peningkatan konsentrasi amylin. Anoreksia bisa juga diakibatkan oleh adanya hyperleptinemia pada pria hipogonadism dan wanita pascamenopouse.

II.4. MANIFESTASI KLINIS dan PEMERIKSAAN LABORATORIUMII.4.1. Manifestasi KlinisCachexia merupakan penyakit yang pada umumnya ditandai dengan kelemahan dan penurunan berat badan. Cachexia biasa dihubungkan dengan penyakit berat seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir. Pada dasarnya pasien Cachexia mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang dari tekanan ( Potter & Perry, 2005).Gejala klinis pada pasien Cachexia diantaranya :4.1.1. AnoreksiaMenurunnya asupan makanan dilaporkan berkaitan dengan kelainan pengecapan dan pada pusat kontrol nafsu makan. Dasar dari kelainan metabolik ini masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga peranan faktor tertentu di dalam darah misalnya Tumor Necrosis Factor ( TNF ) dan Interleukin-1 ( IL-1 ) yang dikeluarkan oleh makrofag aktif, mungkin berperan. Tumor Necrosis Factor ( TNF ) berperan menekan nafsu makan dan menghambat kerja lipoprotein lipase, yang menghambat pembesaran asam lemak bebas dari lipoprotein.4.1.2. NyeriTerjadinya nyeri pada pasien Cachexia diduga akibat adanya kerusakan sel yang menyebabkan pengeluaran mediator mediator inflamasi serta diduga pula nyeri timbul akibat penyakit kanker dan penyakit kardiopulmonal tahap akhir yang menyertai pasien kakeksia.

4.1.3. Penurunan Berat BandanPada pasien Cachexia, misalnya akibat dari penyakit kanker pada umumnya terjadi penurunan asupan makanan namun pengeluaran kalori tetap tinggi, dan laju metabolisme basal meningkat. Akibat adanya ketidakseimbangan ini menyebabkan pasien mengalami penurunan berat badan.4.1.4. Kelemahan OtotHal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi pada sel sel otot yang mengakibatkan sel sel otot melakukan metabolisme anaerob sehingga terjadi penumpukan asam laktat dan terjadi kelemahan otot.

II.4.2. Pemeriksaan LaboratoriumPada pasien dengan wasting syndrome mengalami malnutrisi berat. Pasien dengan status nutrisi buruk biasanya mengalami hipoalbuminemia (level albumin serum di bawah 3g/100ml) dan anemia (penurunan level hemoglobin). Albumin adalah ukuran variabel yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Walaupun kadar albumin serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan prediktor malnutrisi yang terbaik. Nutrisi buruk juga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

II.5. PENEGAKAN DIAGNOSA dan DIFFERENTIAL DIAGNOSEII.5.1. Penegakan DiagnosaPenyebab terjadinya sindrom wasting sangat kompleks kompleks, sehingga untuk mendiagnosisnya yang pertama dilakukan adalah meyingkirkan efek dari obat infeksi oportunistikk (TB, MAC, kriptosporidiosis dan mikrosporidiosis). Jika sudah disiningkirkan, maka perlu dipikirkan mengenai penyebab terjadinya sindrom wasting seperti gangguan metabolisme, hipogonadisme, gizi buruk dan sindrom malabsorpsi.Dalam penegakan diagnose sindrom wasting, riwayat pasien secara menyeluruh sangat bermanfaat. Harus digali lagi mengenai Apakah pasien memiliki diet yang normal? Bagaimana pemberian makanan setiap harinya? Apakah pasien mengalami depresi? Apakah pasien pernah mengkonsumsi obat ART?Penurunan berat badan yang signifikan juga sering terjadi pada gangguan interferon (Garcia-Benayas 2002), tetapi cepat sembuh setelah melakukan pengobatan. Selain itu, penyakit hipogonadisme dapat disingkirkan dengan pengukuran testosteron. Meskipun ada beberapa tes sederhana untuk sindrom malabsorpsi, namun lebih efektif untuk melakukan pengujian albumin serta tingkat TSH dan kolesterol lebih dulu. Pemeriksaan lebih lanjut seperti pemyerapan D-xilosa atau biopsi dari usus kecil hanya dapat dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter spesialis. Tes lain, seperti DEXA, densitrometry, analisis impedansi bioelectrical, harus dilakukan di pusat-pusat penelitian yang lebih berpengalaman untuk mendiagnosis sindrom wasting pada pasien AIDS untuk menentukan komposisi tubuh pasien.

II.5.2. Differential DiagnosaSindrom berkurangnya masa otot mengacu pada hilangnya masa tubuh atau pun ukurannya, khususnya masa otot (biasanya mengacu pada menghilangnya kemak pada masa tubuh). Biasanya terjadi dalam waktu yang sama. Hal ini mungkin terjadi pada orang yang kehilangan berat badan tetapi tidak kehilangan masa otot. Juga mungkin terjadi pada kehilangan masa otot tetapi tidak kehilangan berat badan.Berkurangnya protein dalam darah mungkin terjadi pada sebagian orang jika seseorang tidak mengkonsumsi protein ketika mereka sakit tubuh segera mengkompensasinya dengan mengambil sebagian sumber protein dari tubuh yaitu otot. Jadi hipoproteinemia, dan terjadi bergantung pada energy yang dibutuhkan tubuh, berapa lama sakitnya berlangsung.Ada dua jenis sindrom yaitu tipe pertama tipe dimana periode tubuh kehilangan berat badan dan masa otot secara cepat. Biasanya terdapat pada pasien dengan infeksi oportunis seperti tuberculosis atau Pneumocytis pneumonia (PCP). Tipe kedua kehilangan keduanya yaitu kehilangan baik masa otot dan berat badan. Tidak seperti tipe pertama, tipe ini terjadi pada penderita AIDS dan terjadi pada saat yang bersamaan.Beberapa diagnose lain yang ditemukan antara lain :a) Mualb) Muntahc) Anoreksiad) Hiponatremie) Malabsorbsif) Diareg) Lemash) Anemiai) Demam Beberapa tahun yang lalu, sejumlah penelitian yang focus terhadap masalah metaabolisme yang menyebabkan kehilangan masa otot. Metabolism mereka menjadi turun baik itu katabolisme untuk pembentukan energy atau anabolisme untuk pemecahan energy. Pada pasien HIV, meningkatnya level gula dalam darah dan hyperlipidemia. Juga ditemukan negatifnya keseimbangan nitrogen (marker kehilangan masa otot).Pada penderita HIV terjadi penurunan hormonal seperti penurunan produksi insulin-like growth factor (precursor dari hormone pertumbuhan) dan testosterone. Penurunan testosterone (hypogonadisme) yang biasanya ditemukan pada pasien HIV.

II.6. PENATALAKSANAAN dan REHABILITASIII.6.1. PenatalaksanaanPada umumnya terapi pada cachexia dilakukan terapi yang memungkinkan mendasari penyebab kanker. Namun pada sebuah studi disebutkan bahwa terapi yang diberikan lebih baik bersifat paliatif dari pada kuratif. Terdapat berbagai macam terapi baik yaitu diet, farmakologi dan non-farmakologi. Sebelum kita melakukan terapi diet sebelumnya kita harus mengetahui skor malnutrisi dari seorang pasien dengan keluhan cachexia. Selanjutnya dapat diberikan terapi farmakologi sesuai dengan tabel 4.

II.6.2. Rehabilitasi6.2.1. Maintenance Kebutuhan MakronutrienKebutuhan makronutrien (karbohidrat, lemak dan protein) penderita kanker sangat individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50-60% penderita kanker rawat inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur (REE) yang sangat bervariasi sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori secara umum (Baron, 2005). Untuk menentukan kebutuhan kalori, harus ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi tumor yang diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit. Kebutuhan kalori untuk tujuan maintenance adalah 115 130% dari REE, sedangkan untuk meningkatkan BB diperlukan sampai 150% REE (Boediwarsono, 2006). Pengukuran REE berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x BB) + (5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 x umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, TB adalah tinggi bdan dalam cm, umur dalam tahun. Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20-50% dari REE yang diberikan dalam bentuk kalori non protein untuk memenuhi energy expenditur selama aktivitas atau sehubungan dengan penyakitnya. Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara perkalian sebagai berikut : BB x 30 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 1,2 gram per kg BB perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/ hari. Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total kalori dan kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006).6.2.2. Maintenance Kebutuhan MikronutrienMikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace elemen berhubungan dengan penyakit kanker tertentu. Anjuran konsumsi vitamin adalah : Vitamin C 300400 mg/hari namun beberapa peneliti menganjurkan intake Vitamin C 3001000 mg menurunkan resiko dari penyakit kanker, Vitamin A ( carotene) sebagai anti oksidan 25.00050.000 IU, Vitamin E 100400 unit/hari sebagai antioksidan. Anjuran konsumsi kalium, natrium dan khlorida masing-masing 45 145 meq/hari, kalsium 60 meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron, 2005).Panduan terkini untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umum, antara lain ;a) Makanlah makanan yang kaya gizi, dalam batasan kalori yang tepat.b) Jagalah berat badan yang sehat.c) Olah raga teratur.d) Makanlah berbagai jenis buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan produk susu rendah-lemak setiap hari.e) Kurangi konsumsi lemak dan hindari asam lemak jenis trans (lemak trans).f) Sering mengkonsumsi padi-padian, buah-buahan, dan sayuran yang kaya serat.g) Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam. Pilih lebih banyak makanan yang kaya potasium (seperti pisang, bayam dan kentang).h) Mereka yang meminum minuman beralkohol tidak boleh mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang terlalu banyak. Bahkan, orang tertentu harus menghindari alkohol sama sekali.i) Jagalah keamanan makanan saat membuat, menyimpan dan menyajikan makanan.

BAB IIIPENUTUP

III.1. KESIMPULANCachexia atau wasting syndrome merupakan suatu symptom yang sering dikaitkan dengan kanker dan AIDS dimana pasien mengalami penurunan berat badan yang berkaitan dengan anoreksia, asthenia (lemah atau kurang bertenaga), anemia dan perubahan fungsi metabolism serta imunitas. Kehilangan berat badan yang parah pada ODHA ini bisa menyebabkan otot menjadi kisut sehingga terjadi kelemahan otot. Hal ini bisa saja terjadi meskipun tidak ada infeksi lain.Cachexia kanker ditemukan pada lebih dari 80% pasien yang menderita keganasan stadium lanjut dan menjadi penyebab kematian pada lebih dari 20% kasus.

III.2. SARANPada pasien, pemeriksaan secara anamnesis sangat penting, penyebab atau kausa harus disembuhkan terlebih dahulu agar tidak terjadi komplikasi lain dan komplikasi yang lebih parah. Dan untuk penatalaksanaan lanjutan juga harus memperhatikan variable-variabel lain yang mempengaruhinya.4