Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

38
BAB II TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS A. Tinjauan Teori 1) Konsep Dasar Pneumonia a. Pengertian Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 2006, hal. 804) Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. (Doenges, Marilynn E, 2012, hal.164) Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan parudan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2004, hal. 801)

description

kuyfiyflikoug

Transcript of Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Page 1: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teori

1) Konsep Dasar Pneumonia

a. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya

berasal dari suatu infeksi. (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson,

2006, hal. 804)

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya

berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan. (Doenges,

Marilynn E, 2012, hal.164)

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,

alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan parudan menimbulkan

gangguan pertukaran gas setempat. (Zul Dahlan, 2004, hal. 801)

Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya

disebabkan oleh virus bakterial(stapilococcus,pneumococcus,atau

streptococcus) atau infeksi viral (respiratory sinsitial virus). (Taqiyyah

Bararah,M.Kep & Mohammad Jauhar,S.PD,2013,hal.241)

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus jamur, dan benda

asing. (Ngastyah, 2012, hal. 57)

Page 2: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

b. Patofisiologi

1) Klasifikasi

Klasifikasi menurut (Zul Dahlan, 2004, hal.803) :

a) Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

(1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia

lobaris yang klasik antara lain berupa awitan yang akut

dengan gambaran radiologis berupa opasitas lobus atau

lobularis, dan disebabkan kuman yang tipikal terutama

S.pneumoniae, Klebsiella Pneumoniae atau H.influenzae.

(2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang

meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru

bilateral yang difus. Biasanya disebabkan oleh organism

yang atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumonia,

virus, Legionella pneumophila, Chlamydia psittaci dan

Coxiella burnetti.

b) Berdasarkan faktor lingkungan :

(1) Pneumonia komunitas (sporadic atau endemic ; muda

atau orang tua)

(2) Pneumonia nosokomial (didahului perawatan di RS)

(3) Pneumonia rekurens ( terdapat dasar penyakit paru

kronik)

Page 3: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

(4) Pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua)

(5) Pneumonia pada gangguan imun (pada pasien

transplantasi, onkologi, AIDS)

c) Berdasarkan sindrom klinis :

(1) Pneumonia bakterial berupa :

Pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama

mengenai parenkim paru dalam bentuk

bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia

bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan

penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.

(2) Pneumonia non bakterial,

Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan

Mycoplasma, Chlamydia pneumoniae atau Legionella

2) Etiologi

Menurut Astuti, etiologi dari pneumonia adalah virus

pernapasan yang paling sering dan lazin yaitu mikoplasma

pneumonia yang terjadi pada usia beberapa tahun pertama dan

anak sekolah dan anak lebih tua. Bakteri streptococcus

pneumoniae , S.pyogenes , dan stapilococcus aures yang lazim

yang terjadi pada anak normal. Haemophilus influenza tipe b

menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi

akan jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin.

Page 4: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Virus non-sfesifik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria ,

Chlamydia spp, ricketsia spp, coxiella, pneumocytis carinii , dan

sejumlah jamur . Virus penyebab pneumonia yang paling lazim

adalah virus sinsitial pernapasan (respiratori syncitial

virus/RSV), parainfluenzae , influenza , adenovirus. (Taqiyyah

Bararah,M.Kep & Mohammad Jauhar,S.PD,2013,hal.241)

3) Proses Terjadi

Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia

memiliki tiga bentuk transmisi primer yaitu aspirasi sekret yang

berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada

orofaring, inhalasi aerosol yang infeksius, dan penyebaran

hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi

agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan

pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang

terjadi. Akibatnya faktor-faktor predisposisi termasuk juga

berbagai definisi mekanisme pertahanan sistem pernapasan.

Respon yang ditimbulkan juga bergantung pada agen

penyebabnya yaitu streptococcus pneumonia (pneumokokus)

adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri, baik

yang didapat dari masyarakat (Streptococcus pneumonia,

Micoplasma pneumonia, Haemophilus influenae, Logionella

pneumophila, Clamydia pneumonia, anaerob oral/aspirasi,

influenza tipe A dan B, Adenovirus) maupun dari rumah sakit

Page 5: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

seperti staphylococcus aureus, Peudomonas aeruginosa, basil usus

gram negatif misalnya Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae.

Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus

atau saliva. Lobus pada bagian bawah paru paling sering terkena

karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli maka

pneumokokus menimbulkan respons khas yang terdiri dari empat

tahap berurutan, yaitu :

a) Kongesti (4-12 jam pertama) ; eksudat serosa masuk ke dalam

alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.

b) Hepatisasi (48 jam berikutnya) ; paru-paru tampak merah dan

bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit

polimorfonuklear mengisi alveoli.

c) Hepatisasi kelabu (3-8 hari) ; paru-paru tampak kelabu karena

leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli

yang terserang.

d) Resolusi (7-11 hari) ; eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi

oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya

semula.

Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai

menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk dan sputum yang

berwarna seperti karat. Ronchi basah dan gesekan pleura dapat

terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan

fibrin dalam alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura.

Page 6: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Hampir selalu terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat

pirau darah melalui daerah paru yang tidak mengalami ventilasi

dan konsulidasi.

Dalam empat tahapan tersebut, sebelum pada tahap

resolusi, yang dikarenakan adanya peradangan pada alveoli maka

akan terjadi peningkatan sekresi trakeobronkial dan aliran darah

ke alveoli akan meningkat. Dengan adanya peningkatan sekresi

trakeobronkial akan menyebabkan jalan nafas tersumbat sehingga

bersihan jalan nafas pasien tidak efektif, pola nafas pasien tidak

efektif dan adanya respon batuk sehingga rasa nyaman pasien

terganggu yang akan menyababkan tidur pasien terganggu.

Dengan adanya peningkatan aliran darah pada alveoli maka

metabolismepun akan meningkat sehingga dengan adanya

peningkatan metabolisme yang mungkin tidak diikuti oleh intake

cairan yang cukup, maka akan mengakibatkan suhu tubuh pasien

meningkat. Dengan adanya peningkatan suhu tubuh pasien, maka

intake nutrisi pasien akan menurun sehingga akan menyebabkan

gangguan dalam pemenuhan nutrisi pasien.

4) Manifestasi Pneumonia

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Pneumonia disebut

menurut (Padila, S.Kep,Ns, 2013, hal 283)

a) Kesulitan dan sakit pada saat bernafas

Page 7: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

(1) Nyeri pleuritik

(2) Nafas dangkal dan mendengkur

(3) Takipnea

b) Bunyi nafas diatas area yang mengalami konsolidasi

(1) Mengecil, kemudian menjadi hilang

(2) Krekles, ronchi, egofoni

c) Gerakan dada tidak simetris

d) Menggigil dan demam 38,80C sampai 41,10C, derilium

e) Anoreksia

f) Malaise

g) Batuk kental, produktif

h) Gelisah

i) Sianosis

5) Komplikasi

Komplikasi sering dikaitkan dengan jenis organisme yang

mengakibatkan yang mengakibatkan infeksi. Komplikasi yang

paling sering yaitu : (Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson,

2012)

a) Efusi pleura ringan

b) Abses paru

c) Emfisema

Page 8: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

c. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang adalah data yang membantu untuk

menegakkan diagnosa dalam pengobatan (Zul Dahlan, 2004, hal. 805),

seperti pada :

1) Pemeriksaan Radiologis

Dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air

bronchogram (airspace disease), misalnya oleh Streptococcus

pneumoniae, bronkopneumonia (segmental disease) oleh

staphylacoccus, virus atau mikroplasma dan pneumonia

interstisial (interstitial disease) oleh virus dan mikroplasma.

Distribusi infiltrat pada segment apikal lobus bawah atau

inferior lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada

pasien yang tidak sadar, lokasi ini bisa dimana saja.

2) Pemeriksaan Laboratorium

Lekositosis menandai adanya infeksi bakteri, leukosit rendah /

normal dapat disebabkan oleh infeksi virus / mikroplasma atau

pada infeksi yang berat, sehingga tidak terjadi respons leukosit.

Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya

neutropenia pada infeksi kuman gram negatif atau S. Aureus

pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan.

Page 9: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

3) Pemeriksaan Bakteriologis

Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang

kemungkinan merupakan penyebab infeksi.

4) Pemeriksaan khusus

Titer antibodi terhadap virus, legoinoela dan mikroplasma. Nilai

diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisa

gas darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan

kebutuhan oksigen.

d. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan Medis (Ngastiyah, 2012, hal. 58)

1) Pemberian penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan

kloramfenikol50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic

yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan

ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

2) Pemberian oksigen dan cairan intravena, yang biasanya

diperlukan campuran glucose 5% dan NaCl 0,9% dalam

perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 meq/500 ml/botol

infuse.

3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik

akibat kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan

koreksi sesuai dengan analisis gas darah arteri.

Page 10: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pneumonia

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan data yang dikumpulkan melalui wawancara

pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan

laboratorium dan diagnostik, serta riviu catatan sebelumnya yang

meliputi data subjektif (melaporkan), dan objektif (menunjukkan).

(Doenges, Marilynn E, 2012, hal.7)

1) Pengumpulan Data Pasien (Doenges, Marilynn E, 2012, hal.164)

Data yang mungkin di peroleh pada kasus Pneumonia, yaitu :

a) Aktivitas/istirahat.

Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia.

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b) Sirkulasi

Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.

Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.

c) Integritas Ego

Gejala : Banyaknya stressor, masalah finansial.

d) Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.

Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit

kering dengan turgor buruk, penampilan

kaheksia (mal nutrisi).

Page 11: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

e) Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).

Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).

f) Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk,

mialgia, atralgia.

Tanda : Melindungi area yang sakit.

g) Pernafasan

Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, penggunaan

otot dada, pernafasan dangkal, pelebaran nasal.

Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak

diatas area yang konsolidasi), fremitus (traktil

dan vocal bertahap meningkat dengan

konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak

ada di atas area yang terlibat, atau napas

bronkial), warna (pucat atau sianosis

bibir/kuku).

h) Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.

Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.

i) Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat penyakit ISPA.

Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.

Page 12: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan

potensial atau aktual. (Doenges, Marlynn E, 2012, hal. 8). Dari

pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan

yang muncul seperti: (Doenges, Marlynn E, 2012, & Carpenito, Lynda

Juall, 2013)

a) Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum, inflamasi trakeobronkia.

b) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar kapiler.

c) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,

proses inflamasi.

d) Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi.

e) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun,

penyakit kronis, malnutrisi).

f) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

g) Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap.

h) Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan anoreksia, peningkatan metabolisme.

Page 13: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

i) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

j) Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.

c. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi

dalam diagnosis keperawatan. Dalam perencanaan diawali dengan

memprioritaskan masalah keperawatan berdasarkan pada masalah yang

mengancam kehidupan pasien (Rohmah dan Walid, 2009). Adapun

rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien pneumonia

(Doenges, Marlynn E, 2012).

1). Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan peningkatan

produksi sputum, inflamasi trakeobronkial.

Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif.

Rencana tindakan:

a). Observasi vital signs terutama pernafasan setiap 8 jam.

Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien.

b). Kaji frekuensi/kedalaman nafas dan gerakan dada.

Rasional : takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada

tak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan

dinding dada dan atau cairan paru.

c). Auskultasi area paru setiap hari.

Page 14: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area

konsolidasi dengan cairan.

d). Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum

paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme

pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk

mempertahankan jalan nafas pasien.

e). Anjurkan banyak minum air hangat.

Rasional : air hangat dapat memobilisasi dan

mengeluarkan sekret.

f). Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).

Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan

lebih kuat serta menurunkan ketidaknyamanan dada.

g). Penghisapan lendir sesuai indikasi.

Rasional : merangsang batuk dan pembersihan jalan nafas

secara mekanik.

h). Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator.

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan

sekret.

i). Kolaborasi/delegatif dalam pemberian nebulizer.

Rasional : nebulizer dapat mengencerkan dahak sehingga

dahak mudah dikeluarkan.

Page 15: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

2). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar kapiler.

Tujuan: ventilasi dan pertukaran gas efektif.

Rencana tindakan:

a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.

Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital

signs merupakan indikasi derajat keparahan dan status

kesehatan umum.

b). Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku.

Rasional : cyanosis menunjukkan vasokonstriksi,

hipoksemia sistematik.

c). Pertahankan istirahat tidur.

Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan

kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan

infeksi.

d). Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi.

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki

ventilasi.

e). Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.

Rasional : mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg

Page 16: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

3). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru, proses inflamasi.

Tujuan: Pola nafas efektif.

Rencana tindakan:

a) Observasi perubahan status mental.

Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat

menunjukkan gangguan aliran darah, hipokia.

b) Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.

Rasional : adanya cyanosis menunjukkan

vasokonstriksi perifer (syok) dan atau gangguan aliran darah

sistemik.

c) Auskultasi frekuensi dan irama jantung.

Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan

kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi

jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia.

d) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki

ventilasi.

e) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Rasional : peningkatan cairan diperlukan untuk

menurunkan hiperviskositas darah atau mendukung volume

sirkulasi/perfusi jaringan.

Page 17: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

4). Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).

Rencana tindakan:

a). Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam.

Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan pasien.

b). Beri kompres hangat.

Rasional : perpindahan panas secara konduktif.

c). Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap

keringat.

Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian

ketat dan menyerap keringat.

d). Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur,

sesuai indikasi.

Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati normal.

e). Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah, dan lain-lain).

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh

meningkat.

f). Batasi aktivitas fisik.

Rasional : aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga

meningkatkan panas.

g). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik.

Page 18: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Rasional : menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus

dan sebagai propilaksis.

5) Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, peningkatan

metabolisme.

Tujuan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak

terjadi.

Rencana tindakan:

a) Identifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia.

Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebab

masalah.

b) Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi definisi, menduga

kemungkinan intervensi.

c) Observasi keadaan umum pasien

Rasional : keadaan umum merupakan gambaran

keseluruhan dari kondisi pasien, apakah mengalami

perubahan selama perawatan.

d) Observasi dan catat masukan makan pasien.

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi makanan.

e) Bersihkan mulut setelah muntah.

Rasional : menurunkan rasa mual.

Page 19: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

f) Auskultasi bunyi usus.

Rasional : bunyi usus mungkin menurunkan atau tidak

ada bila proses infeksi berat atau memanjang.

g) Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam

keadaan hangat.

Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

h) Timbang BB tiap hari

Rasional : mengetahui ada/tidaknya respon terhadap

terapi.

6) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan

dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder.

Tujuan: Penyebaran infeksi tidak terjadi.

Rencana tindakan:

a). Observasi vital sign, khususnya selama awal terapi.

Rasional : selama periode waktu ini, potensi komplikasi

fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.

b). Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).

Rasional : menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.

c). Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas

sedang.

Rasional : memudahkan proses penyembuhan dan

meningkatkan pertahanan ilmiah.

Page 20: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

d). Lakukan isolasi pencegahan.

Rasional : teknik isolasi dilakukan untuk mencegah

penyebaran/melindungi pasien dari proses infeksi lain.

f). Kolaborasi pemberian antibiotika.

Rasional : antibiotika dapat membunuh mikroorganisme

penyebab pneumonia.

7). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Rencana tindakan:

a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.

Rasional : tekanan darah ortotastik berubah dan

peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan

sistematik.

b). Kaji status hidrasi seperti turgor kulit.

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c). Kaji intake dan output cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan

volume cairan dan kebutuhan penggantian.

d). Tingkatkan intake cairan sesuai kebutuhan anak.

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan,

menurunkan risiko dehidrasi.

e). Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.

Page 21: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Rasional : memperbaiki/mencegah kekurangan volume

cairan.

8). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2.

Tujuan: Aktivitas dapat ditingkatkan.

Rencana tindakan:

a). Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.

Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b). Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan

istirahat.

Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat

energi untuk penyembuhan.

c). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu

keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.

d). Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman.

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,

tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau bantal.

e). Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

Rasional : keluarga mampu melakukan perawatan secara

mandiri.

Page 22: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

9). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap.

Tujuan: Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.

Rencana tindakan:

a). Kaji karakteristik nyeri.

Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat

pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia

seperti perikarditis dan endokarditis.

b). Observasi vital signs setiap 8 jam.

Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah

menunjukkan bahwa mengalami nyeri, khususnya bila alasan

lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.

c). Berikan tindakan yang nyaman seperti relaksasi, distraksi.

Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan

memperbesar efek terapi analgetik.

d). Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional : meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

10) Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan: kecemasan anak/orangtua berkurang/hilang,

pengetahuan keluarga bertambah, dan keluarga memahami

kondisi pasien.

Rencana tindakan:

a). Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan keluarga.

Page 23: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

Rasional : mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan

pengetahuan.

b). Beri HE/ informasi tentang keadaan kesehatan pasien.

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan

membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

c). Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan pasien.

Rasional : keluarga/pasien mampu melakukan perawatan

mandiri.

d). Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping,

membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

e). Beri motivasi/dorongan pada keluarga/pasien.

Rasional : meningkatkan proses belajar, meningkatkan

pengambilan keputusan dan mencegah ansietas sehubungan

dengan ketidaktahuan.

f). Anjurkan keluarga/pasien untuk berdoa.

Rasional : membantu keluarga/pasien lebih tenang.

g). Evaluasi penjelasan yang sudah dilakukan.

Rasional : mengetahui sejauh mana penjelasan dapat

diterima.

h). Beri reinforcement positif kepada keluarga.

Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya diri keluarga.

Page 24: Bab 2 Tinjaunan Teori Pneumonia

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam peleksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesudah tindakan, dan menilai data yang baru (Rohmah dan walid,

2009).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien atau hasil yang diamati dengan tujuan dan

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan walid,

2009). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu:

1). Bersihan jalan nafas efektif.

2). Ventilasi dan pertukaran gas adekuat.

3). Pola nafas efektif.

4). Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).

5). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

6). Penyebaran infeksi tidak terjadi.

7). Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

8). Aktivitas dapat ditingkatkan.

9). Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.

10). Ansietas orangtua berkurang/hilang, pengetahuan keluarga

bertambah dan keluarga memahami kondisi pasien.