b.1 Penanganan Syok Haemoragik

55
PENANGANAN SYOK HAEMORAGIK No. Dokumen No. Revisi Halaman STANDAR PROSEDUR OPERASIOAL Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh Direktur Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan Tujuan 1. Memulihkan perfusi pada jaringan 2. Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh 3. Mencegah kematian Kebijakan Syok haemoragik Prosedur Persiapan 1) Alat Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort) Neck collar Balut cepat Infus set Plester Ringer lactat yang hangat Monitor EKG Pulse oksimeter

description

penanganan syok

Transcript of b.1 Penanganan Syok Haemoragik

PENANGANAN SYOK HAEMORAGIK

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianSuatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan

Tujuan1. Memulihkan perfusi pada jaringan2. Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh3. Mencegah kematian

KebijakanSyok haemoragik

Prosedur Persiapan1) Alat Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort) Neck collar Balut cepat Infus set Plester Ringer lactat yang hangat Monitor EKG Pulse oksimeter Oksigen set Kateter Urin bag2) PasienPasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.

3) LingkunganTenang dan amanPelaksanaan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2) Airway dan C spine dijamin aman3) Breathing dijamin aman, berikan oksigen4) Circulation Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau kelasnya syok. Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD Transfusi spesifik type atau golongan O Stop sumber perdarahan Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan5) Pasang monitor EKG6) Pasang gastric tube7) Pasang kateter dan nilai produksi urinHal yang perlu diperhatikan :1. Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I2. Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh dievakuasi / medevak3. Metabolisme anaerob4. Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS5. Gagal organ multipel (MOF) dan kematian

THORAK MASIF

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianTerkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat trauma tajam atau tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis, pembuluh darah hilus paru atau robek parenkim paru atau jantung

Tujuan1. Mengurangi rasa sesak2. Mempertahankan pasien tetap hidup

Kebijakan1. Pasien dengan trauma tumpul dada2. Perdarahan pada rongga dada3. Luka tusuk pada dada

Prosedur Persiapan alat1) Alat pelindung diri (kacamata safety, masker, handscoen, scort)2) Neck coller3) Obat anasthesia lokal4) Syringe5) Infus set6) Cairan ringar lactat yang hangat7) Chest tube8) Botol WSD9) Oksigen set10) Pulse oksimeterPelaksanaan tindakan1) Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2) Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar3) Berikan oksigenasi 12 lt/menit4) Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD5) Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble6) Lakukan resusitasi cairan secara stimulan7) Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar8) Pasang pulse oximetry9) Pasang monitor EKG Hal yang perlu diperhatikan Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine Cegah jangan sampai hipoksia Adanya empisema toraks

FLAIL CHEST

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianAdanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada sisanya (ada bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari satu pada satu iga.

Tujuan1. Mengurangi rasa sakit2. Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada

KebijakanFlail chest

Prosedur

Persiapan alat1. Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2. Oksigen lengkap3. Intubasi set4. Suction lengkap5. Infus set6. Cairan ringer lactate7. Pulse oksimetriPelaksanaan tindakan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2. Bersihkan jalan nafas, hisap cairan / darah dan kontrol C spine3. Pasang intubasi4. Berikan oksigenasi yang adekuat5. Jamin breathing-ventilasi dengan baik6. Infus RL, 2 jalur dengan jarum besar7. Monitoring dengan pulse oximetryHal yang perlu diperhatikan1. Hipoksia sebab kontusio paru2. Nyeri pada pergerakan dada

Unit TerkaitUGD

TRAUMA ABDOMEN

No.DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianSuatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan

Tujuan1. Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen2. Mencegah terjadinya syok

KebijakanCedera pada daerah abdomen

Prosedur

Persiapan alat :1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2) Oksigen lengkap3) Gurita4) Infus set5) Cairan ringer lactat hangat6) Kassa sterilPelaksanaan tindakan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2) Pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan imobilisasi C spine3) Pasien diberikan oksigen 6 ltr/menit4) Pasang infus ringer lactat hangat dengan jarum yang besar5) Pasang gurita jika terjadi perdarahan internal6) Jika terdapat organ yang keluar tutup dengan kasa steril yang lembab7) Membantu dokter untuk mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi8) Monitor tanda-tanda vital pasienHal yang perlu diperhatikan1) Syok hemoraghik / hipovolemik2) Koagulopati3) Cegah hipoglikemi4) Asidosis5) Cega jantung sampai hipotermi

Unit TerkaitUGDRAWAT INAP ICU

CEDERA KEPALA

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianSuatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma

Tujuan1. Mencegah kerusakan otak sekunder2. Mempertahankan pasien tetap hidup

Kebijakan1. Contusio cerebri2. Commotio cerebri

Prosedur

Persiapan alat1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)2) Neckcollar3) Suction lengkap4) Oksigen lengkap5) Intubasi set6) Long spine board7) Infus set8) Cairan ringer lactat hangat9) Pulse oksimetri10) Monitor EKG11) Gastric tube12) Folley chateter + urine bag

Pelaksanaan tindakan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort2) Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)3) Imobilisasi C spine dengan neck collar4) Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik Log Roll.5) Letakkan pasien di atas long spine board6) Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai oropharingeal jangan difiksasi7) Membantu dokter pasang intubasi (jika ada indikasi)8) Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan berikan oksigen 100 % diberikan dengan kecepatan 10-121/menit9) Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tanda-tanda syok dan gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.10) Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya11) Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi12) Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai kedinginan.13) Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepalaHal yang perlu diperhatikan1) Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih kecil dari 9 yaitu E-1, M-5, V= 1-22) Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya3) Hemifarese4) Monitor tanda-tanda vital secara ketat

Unit TerkaitUGDICURAWAT INAP

PENANGANAN OPEN PNEUMOTHORAK

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianAdalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan terjadinya pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter trachea

TujuanMenghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup

KebijakanPasien dengan open pneumothorak

Prosedur

Persiapan Alat1) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)2) Kassa steril3) Plastik tipis4) Plester5) Cairan infus6) Infus setPelaksanaan tindakan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)2) Jaga ABC tetap stabil dan imobilisasi tulang servical3) Tutup defek dengan kassa steril dan plastic, sampai melewati tepi defek4) Plester pada tiga sisi saja (flutte type valve effect)5) Kolaborasi dengan dokter untuk memasang chest tube dan WSD6) Berikan oksigen 8 lt/menit7) Berikan infuse RL 2 jalur dengan jarum yang besarHal penting yang perlu diperhatikan1) Pasang monitor EKG2) Pasang pulse oksimeter

Unit TerkaitUGDICURAWAT INAP

MERAWAT/MEMANDIKAN PASIEN LUKA BAKAR

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMembersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan desinfektan

Tujuan1. Mencegah terjadinya infeksi2. Mengangkat jaringan nekrotik

KebijakanLuka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %

Prosedur

Persiapan1) Alata) Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)b) Alat-alat steril Alat tenun Set ganti balutan Semprit 10 cc Kain kasa Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan Sarung tanganc) Alat-alat tidak steril Bengkok Emberd) Obat-obatan Zalp kulit sesuai program (silver self) Obat penenang (bila diperlukan

e) Cairan NaCl 0,9 % / aquadest Cairan desinfektan2) PasienPasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.3) LingkunganRuang khusus4) PetugasPetugas memakai celemek dan sarung tangan steril Pelaksanaan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)2) Memandikan pasien di ruang khusus dengan fasilitas khususa) Sebelum tindakan Bak mandi dibersihkan dengan desinfeksi Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-430 derajat celcius Memasukkan desinfektan ke dalam bak mandi dengan konsentrasi sesuai aturanb) Selama tindakan Pasien diantar ke ruang mandi Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien Merendam pasien ke dalam bak mandi Mengambil cairan bullae sebelum pasien dimandikan Membuang jaringan neokroktik Memecahkan bullae3) Memindahkan pasien di atas kereta dorong yang sudah dialas dengan perlak dan alat tenun steril4) Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian diberi zalf sesuai program dokter5) Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat perawatan luka bakar6) Melakukan observasi terhadap :a) Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasanb) Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.c) Reaksi pemberian cairan dan reaksi pasien setelah dimandikan7) Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi8) Memandikan pasien di ruang tindakana) Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan.b) Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien : Mencuci daerah luka bakar dengan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampur dengan desinfektan Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang menempel Membuang jaringan neokrotik Memecahkan bullae dengan memakai semprit Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa desinfektanc) Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian diberi zalf sesuai program pengobatand) Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun sterile) Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang perawatan luka bakarf) Mengobservasi terhadap : Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus. Reaksi pasien setelah dimandikang) Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila diperlukanh) Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum

Hal-hal yang perlu diperhatikan1) Melaksanakan teknik aseptik secara benar2) Respons pasien3) Pola pernafasan pasien4) Menghindari terjadinya hypotermia

Unit TerkaitUGDRAWAT INAP

PENANGANAN INFARK MIOKARD AKUT

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianPenyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat dengan adanya gambaran ECG st elevasi

TujuanAgar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan

Kebijakan1. Nyeri dada lebih dari 20 menit2. ST elevasi > 0,1 mv pada sekurang-kurangnya 2 sedapan usia < 70 tahun

Prosedur

Persiapan Alat1) Alat pelindung diri (masker, handscoen)2) Monitoring EKG3) Defibrilator4) Syiring pump5) Infuse pump6) OksigenPelaksanaan1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)2) Penderita dilayani sesuai dengan prosedur layanan unit gawat darurat.3) Baringkan dengan posisi semi fowler4) Berikan oksigen 4 lt/menit5) Pasang EKG monitor6) Pasang infuse7) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung8) Berikan acetosal 160-325 mg/oral9) Berikan cedocard 5 mg sub lingual10) Berikan morphin sesuai indikasi11) Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi12) Kolaborasi dengan tim medis13) Siapkan ICUHal penting yang diperhatikan :1) Observasi keadaan umum pasien2) Observasi tanda-tanda vital

Unit TerkaitUGDICU

SPO RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

No. DokumenNo.Revisihalaman

Tanggal TerbitDisahkan OlehDIREKTUR UTAMA

Dr.H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianTindakan yang dilakukan untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung.

Tujuana) Mencegah berhentinya respirasi dan sirkulasib)Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung / henti nafas melalui resusitasi jantung paru.

Kebijakan

ProsedurA. AnamnesaTanda-tanda kegawatd aruratan :a) Adanya sumbatan jalan nafasb) Adanya henti nafasc) Adanya henti jantungd) Adanya perdarahanB. Langkah langkah pertolonganSebelum memulai resusitasi, tindakan pertama adalah menentukan ketidak sadaran pasien, dengan menilai respon pasien secara cepat dengan metode AVPU. A alert ( sadar penuh )V menjawab rangsang verbal ( bicara )P bereaksi atas rangsang nyeri ( pain )U tidak memberi reaksi ( unresponsive ) PRIMARY SURVEY Segera lakukan primary survey yaitu deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Cara pelaksanaan adalah dengan memeriksa :a. ( Airway ) / JALAN NAFAS1. Lihat, Dengar, Raba ( Look, Listen, Feel ) b. ( Breathing ) / PERNAFASANc. ( Circulation ) / SIRKULASI

C. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik secara lebih lengkap kita lakukan pada saat Secondary Survey. Bila pada saat melakukan secondary survey tiba tiba keadaan pasien memburuk maka harus kembali melakukan primary survey.D. PenatalaksanaanPenatalaksanaan lebih lanjut sesuai dengan diagnosa yang ditemukan pada saat pemeriksaan fisik.E. Penyuluhan

Unit terkait UGDICURAWAT INAP

KEJANG DEMAM

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMemberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas

TujuanMengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

Kebijakan1. Bayi lahir tidak menangis2. Ketuban pecah bercampur mekonium3. Bayi tidbernaak fas

Prosedur

Persiapan alat :1. Alat pelindung diri (masker, hanscoen)2. Deelic3. Masker bayi4. Bag resuscitator bayi5. Oksigen lengkap6. Thermometer Pelaksanaan1. Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :a) Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.b) Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.c) Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)d) Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.e) Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60) kali/permenitf) Melakukan ventilasi pada bayi baru lahirg) Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.h) Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.i) Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuaij) Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit2. Jika dada bayi tidak mengembang :a) Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauhb) Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan jika perluc) Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasid) Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas dengan spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3. Kompresi dada :a) Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dadab) Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasic) Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1d) Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terlukae) Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putih bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm4. Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 celcius atau punggung sangat dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C 370C)5. Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukan

Unit TerkaitUGDRAWAT INAP

PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMemberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500 cc atau perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok

TujuanStabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit

Kebijakan1. Atonia uteri2. Robekan jalan lahir3. Retensi plasenta

Prosedur

Persiapan1. Alata. Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)b. Obat emergencyc. Obat-obatan anti perdarahand. Cairan infusee. Tamponf. VC setg. Hecting set2. Pasien3. lingkunganPelaksanaan1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap.2. Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin IM3. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih4. Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)5. Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah.6. Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.7. Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.8. Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik9. Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan10. Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :a. Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebihb. Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hatic. Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.11. Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.12. Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM13) Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.14) Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung15) Ulangi kompresi bimanual internal16) Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan dengan cermat.17) Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan18) Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar, abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN)19) Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.20) Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah21) Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatan yang dilakukan

Unit TerkaitUGD OBGHYN

PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM SEKUNDER

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMemberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea berlebihan pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.

TujuanStabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan

Kebijakan1. Sisa plasenta2. Robekan jalan lahir3. Kelainan plasenta dan selaput ketuban4. Persalinan lama5. Infeksi uterus6. Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat7. Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi

Prosedur

Persiapan1. Alata. Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)b. Obat emergensic. Obat anti perdarahand. Cairan infuse. Infus setf. Tampong. Hecting set2. PasienMemberitahukan prosedur yang akan dilakukanPelaksanaan1. Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)2. Petugas menggunakan3. Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.4. Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar5. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan6. Pasang IV line7. Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda syok.

Unit TerkaitUGD OBGHYN

MENERIMA PASIEN DENGAN KEDARURATAN PSIKIATRI

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianSuatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir atau alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.

TujuanUntuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain maupun ancaman integritas sosial

Kebijakan1) Pasien dengan perilaku bunuh diri2) Pasien ganas menyerang (violence)3) Panik/fuque

Prosedur

Persiapan1. Alat-alat/obata. Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)b. Diagnosa testc. Emergency trolleyd. Jaket pengaman (dwang jas)e. Mansetf. Obat psikotropik)2. PasienPasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan3. LingkunganDiusahakan tempat tersendiri

4. PetugasLebih dari satu orangPelaksanaan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)2. Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara3. Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama perawat4. Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana dan mudah dimengerti.5. Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan secara verbal6. Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada7. Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada8. Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket pengaman9. Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien, petugas II dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat tidur yang telah disediakan.10. Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka jika sudah mampu mengendalikan diri11. Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :a. Tekanan darahb. Nadic. Pernafasand. Respon dan perilaku pasien12. Melaksanakan program pengobatan13. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi14. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasiHal-hal yang perlu diperhatikana. Petugas tetap menjaga jarak fisik dengan pasien.b. Pada saat satu orang petugas berkomunikasi dengan pasien, petugas lain mengawasi dari jauh bila pasien tidak dapat mengendalikan diri.c. Ikat pasien dengan posisi yang sopan, kaki tidak terbuka lebar.d. Pada saat pemasangan manset, posisi tangan/kaki tidak seperti disalibe. Segera manset dibuka apabila pasien sudah dapat mengendalikan diri.

Unit TerkaitUGD

MEMASANG MANSET PADA PASIEN KEDADURATAN PSIKIATRI

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianAdalah suatu tindakan pengekangan pada kedaduratan psikiatri

Tujuan1. Membantu pasien mengontrol perilakunya2. Pasien dapat kooperatif pada saat dilakukan pengobatan.3. Keamanan lingkungan dan petugas tidak terganggu

Kebijakan1. Pasien agresif2. Psikosa akut3. Pasien gasuh gelisah4. Pasin hiperaktif

Prosedur

Persiapan1. Alata. Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)b. Manmsetc. Selimut/alas tempat tidurd. Perlake. Sabuk pengaman2. ObatObat-obat sesaui program (obat psikotropik)3. PasienKeluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan4. LingkunganTenang dan aman5. PetugasPetugas lebih dari 2 orang Pelaksanaan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)2. Mengusahakan agar pasien dapat terlentang di tempat tidur3. Petugas I memegang tangan kanan pasien, petugas II memengang tangan kiri pasien, petugas III memegang kaki kanan, petugas IV memegang kaki kiri.4. Memasang manset pada tangan dan kaki kemudian diikatkan pada tempat tidur.5. Memasang selimut6. Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai program7. Mengobservasi pemberian obat dan pengikatan8. Mencatat seluruh tindakanHal-hal yang perlu diperhatikan1. Hindari adanya perlukaan akibat pengikatan2. Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longgar dan periksa kembali setiap setengah jam3. Hindari bahaya jatuh4. Observasi emosi pasien5. Pengikatan segera dibuka jika pasienj sudah mengendalikan diri

Unit TerkaitUGD

MENERIMA PASIEN DENGAN KESADARAN MENURUN

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianKesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan rangsangan nyeri

TujuanMempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap

KebijakanSemua pasien dengan kesadaran menurun

Prosedur

Persiapan1. Alata. Alat pelindung diri (masker, handscoen)b. Emergency trolleyc. Set terapi oksigend. Set penghisap sekresie. EKG recordf. Blood gas kitg. Set venaseksih. Folley kateteri. Lampu senter2. Obat-obatan/cairan infusa. Adrenalinb. Sulfas atropinc. Dextrose 5 %, 10 %, 40 %d. NaCl 0,9 %e. Ringer lactatf. Bicarbonat nutrikusg. Plasma expanderh. Obat-obatan lain sesuai kebutuhan3. PasienKeluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan4. PetugasLebih dari 2 orangPelaksanaan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)2. Menidurkan dan mengatur posisi pasien sesuai kondisi3. Menilai kesadaran pasien dengan cara :a. Memanggil nama pasien/menanyakan keadaannyab. Mencubit pasien

Unit TerkaitUGDRAWAT INAP

PEMASANGAN NEEDLE THORACOSINTESIS

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMenusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura

Tujuan1. Mengurangi rasa sesak nafas2. Mengeluarkan udara dari rongga pleura3. Mengurangi rasa sakit

KebijakanPasien dengan tension pneumatorax

Prosedur

Persiapan1. Alat :a. Alat pelindung diri (masker, handscoen)b. Jarum IV line No. 14c. Betadined. Kassae. Handscoenf. Plester 2. Pasien :a. Inform consentb. Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukanc. Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan3. Petunjuk :2 orang Pelaksanaan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)2. Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall3. Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada yang mengalami tension pneumatorax4. Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada sela iga ke tiga5. Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.6. Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan kateternya ditinggal.7. Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan lubang pada ujungnya.8. Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan dengan IV cath9. Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasienHal-hal yang perlu diperhatikan1. Jumlah nafas dan kualitas pernafasan2. Keluhan pasien3. Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD

Unit TerkaitUGDOKB

PEMASANGAN NEEDLE CRICO THYROIDOTOMY

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMenusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea

Tujuan1. Membuat jalan nafas2. Menjaga jalan nafas tetap lancar3. Memberikan oksigen

KebijakanSumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.

Prosedur

Persiapan1. Alat :a. Alat pelindung diri (masker, handscoen)b. IV catheter No. 14c. Handschoend. Jet insuflatione. Oksigen set lengkapf. Spuit 5 mlg. Cairan RL2. Pasien :a. Tidurkan terlentang3. Petugas :1 orangPelaksanaan tindakan1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)2. Tidurkan pasien terlentang3. Fiksasi trahcea pada posisi bagian lateral dekstra dan sinistra4. Spuit diisi dengan cairan nya kemudian IV catheter pasang pada spuit.5. Tusukkan jarum pada membran coroctyroidea ke arah caudal6. Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan, kemudian lepaskan spuit serta mandarin dicabut.7. Hubungan jarum cricityroidotomy dengan jet insuflation untuk memberikan O28. Oksigen diberikan dengan cara 1 detik ditutup dengan 4 detik dibuka Hal-hal yang perlu diperhatikan1. Observasi pasien2. Jet insuflation dipasang paling lama 45 menit3. Segera lanjutnya pemasangan tracheostube

Unit TerkaitUGD

OPERASI KRIKOTIROIDOTOMI

No. DokumenNo. RevisiHalaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIOALTanggal TerbitDitetapkan Oleh Direktur

Dr. H.Rizalul Umar, Sp.B. MARS

PengertianMembuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea

TujuanMemperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas.

KebijakanSumbatan total jalan nafas atas

Prosedur

Persiapan1. Alata. Alat pelindung diri (masker, handscoen)b. Disposible calpel no. 11c. Instrumen dasard. Antiseptice. Silocain 2 % injeksif. Dysposible syring 20 ccg. Kanul trachea / ETT (nomor sesuai kebutuhan)2. Pasiena. Inform consentb. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluargac. Posisi pasien terlentang dengan leher netral3. Petugas2 orang dokter dan perawat

Pelaksanaan1. Petugas menggunakan masker, handscoen2. Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi netral, lakukan palpasi tiroid, notch cricothiroid internal dan eksternal notch untuk orientasi3. Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan anastesi local daerah operasi4. Buat insisi transversal di atas membran cricothyroid5. Buka jalan nafas dengan klem atau dengan spreader trachea atau dengan pegangan scalpel dengan memutar 90 derajat6. Balon tube dikembangkan7. Observasi pengembangan paru dan auskultasi dada untuk menilai ventailasi 8. lakukan fiksasi tube agar posisi tidak berubahHal-hal yang perlu diperhatikan1. Monitor keadekuatan ventilasi2. Siapkan ventilator dan suction set3. Cek AGD

Unit TerkaitUGD OKB