Aulia (Autosaved)

download Aulia (Autosaved)

of 6

description

k

Transcript of Aulia (Autosaved)

Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses adalah

1. Menghambat proses pembusukan dan autolisis

Fiksasi akan menghambat terjadinya pembusukan yang disebabkan oleh kuman-kuman pembusuk yang berasal dari luar tubuh. Waktu pembusukan untuk setiap jaringan atau organ berbeda-beda tergantung kepada konsistensi dan kandungan unsur-unsur penyusun jaringan tersebut. Jaringan usus dan otak sangat rentan terhadap proses pembusukan dibandingkan jaringan tubuh lainnya. Pembusukan seringkali disertai oleh pembentukan gas yang berbau.

Autolisis adalah proses perusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh ensim-ensim proteolitik yang terdapat pada jaringan tersebut. Proses proteolitik ini akan lebih cepat terjadi pada suhu tropik (24-36C). Proses proteolitik lebih mudah terjadi di Jakarta dibandingkan dengan negeri-negeri dingin.

Untuk menghindari proses pembusukan dan autolisis, jaringan harus segera dimasukkan kedalam cairan fiksasi segera setelah kematian atau segera setelah diambil dari tubuh. Bila keadaan ini tidak memungkinkan jaringan dapat disimpan sementara di dalam ruangan dengan temperatur yang sangat dingin (Freezer).

2. Pengawetan

Sel-sel dan jaringan diawetkan mendekati kondisinya seperti sewaktu hidup.

3. Pengerasan

Efek pengerasan akan mempermudah penangan jaringan lunak, misalnya otak

4. Pemadatan koloid

Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (Sol) menjadi lebih padat (Gel)

5. Differensiasi optik

Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga unsur-unsur yang belum diwarnai dapat dilihat dengan lebih mudah dibandingkan dengan jaringan yang belum difiksasi.

6. Pengaruh terhadap pewarnaan

Sebagian besar cairan fiksasi yang ada mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif jaringan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jaringan histologis adalah:

1. Tebal irisan jaringan 3-5mm sehingga cairan fiksasi dapat dengan cepat medmfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal maka permukaan luarnya saja yang difiksasi dengan cukup baik, sedangkan bagian tengah jaringan sudah keburu membusuk sebelum cairan fiksasi sempat merembes ke sana.

2. Volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya harus 15-20x volume jaringan yang akan difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan sedangkan tebal jaringan menentukan kecepatan fiksasi. Panjang dan lebar jaringan umumnya ditentukan oleh jenis mikrotom yang akan digunakan.

3. Jenis cairan fiksasi yang akan digunakan bergantung kepada unsur jaringan yang akan didemonstrasikan dan kepada jenis pewarnaan yang akan digunakan. Untuk keperluan praktis cairan fiksasi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu

A. Micro-anatomical fixationFiksasi ini digunakan apabila struktur histologis jaringan hendak dipertahankan dengan hubungan yang benar antara lapisan jaringan dan kelompok sel. Cairan fiksasi yang tergolong kelompok ini adalah cairan formalin atau modifikasinya, cairan acetic alkohol formalin, cairan Heidenhain Susa, cairan Zenker, cairan BouinB. Cytological fixativesFiksasi ini digunakan apabila struktur intraselular atau badan inklusi hendak dipertahankan dan di ekspresikan. Untuk mencapai tujuan ini sering di capai dengan mengurbankan penetrasi cairan yang merata, kemudahan pemotongan dengan mikrotom dan hilangnya struktur sel lainnya. Fiksasi ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu fiksasi inti (nuklear) dan fiksasi sitoplasma. Cairan fiksasi yang tergolong dalam kelompok ini adalah fiksasi inti (larutan Carnov) dan fiksasi sitoplasma (larutan Muller, formol saline, formol calcium, Zenker formol).

C. Histochemical fixativesFiksasi ini digunakan apabila jaringan hendak diwarnai dengan pewarnaan histokimia Cairan fiksasi yang digunakan tidak boleh mengubah atau sedapatnya mengubah seminim mungkin unsur-unsur yang akan didemonstrasikan. Fiksasi histokimia yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:1. Mengawetkan unsur yang akan didemonstrasikan

2. Mengikat atau mengawetkan unsur jaringan khusus, tanpa mempengaruhi gugus reaktif yang digunakan pada visualisasi.

3. Tidak mempengaruhi reagen yang digunakan pada proses visualisasi, misalnya fiksatif glutaraldehida memfiksasi protein jaringan sedemikian rupa dengan suatu coating terdiri atas gugus aldehida reaktif sehingga menghasilkan reaksi PAS atau Schiff positif.

A. LARUTAN FORMALIN

Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang paling umum digunakan. Laurtan formalin yang digunakan adalah formalin 10%. Formula yang digunakan adalah

Formalin (40% Formaldehida) ........................................................ 10 ml

Air .................................................................................................. 90 ml

Formaldehida 40% adalah gas yang larut dalam air dengan volume 40% dari total berat larutan. Larutan jenuh ini secara komersial diperdagangkan sebagai Formalin atau 40% Formaldehida. Telah disepakati bahwa yang dimaksud dengan formaldehida 40% = larutan jenuh gas formaldehida.

Formalin terutama terdapat dalam bentuk polimer dari formaldehida. Bentuk ini tak dapat digunakan untuk fiksasi. Yang dapat digunakan adalah bentuk monomernya. Untuk menghasilkan formalin dalam bentuk monomer diperlukan waktu, kecuali bila pH larutan netral atau sedikit alkalis, karena kecepatan depolarisasi tergantung pada pH. Jadi jangan sekali-kali menggunakan formalin 10% yang baru dibuat karena jaringannya keburu membusuk sebelum terfiksasi dengan baik. Selain itu formalin bersifat asam karena mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehida. Oleh sebab itu larutan formalin 10% harus dibuat netral atau sedikit alkalis dengan menggunakan larutan buffer phosphate dengan pH 7.2 sebagai pelarut, atau dengan menambahkan kalsium asetat. Yang paling mudah dan murah adalah Formol Saline dengan formulanya

Formalin (formaldehida 40%) .............................................................. 100ml

Sodium klorida (NaCl) .............................................................. 9gram

Air kran ............................................................ 900ml

Larutan formalin 10% dengan phosphate buffer yang sering digunakan adalah

1. Formol Calcium (Lillie 1965)

Formalin (40% formaldehida) ....................................................... 10 ml

Kalsium asetat ................................................................................. 2 gr

Akuades ................................................................................... ad 100 ml

2. Formol Calcium (Baker, 1944)

Formalin ............................................................................................. 10 ml

Calcium chlorida .................................................................................. 2 gr

Akuades ....................................... ................................................ad 100 ml

3. Buffer formalin

Formalin ............................................................................................ 10 ml

Acid sodium phosphate monohydrate ............................................... 0.40 gr

Anhydrous disodium phosphate ........................................................ 0.65 gr

Akuades ...........................................................................................ad 100 ml

4. Buffered formalin sukrosa (Holt dan Hicks, 1961)

Formalin ............................................................................................. 10 ml

Sukrosa ................................................................................................ 7.5 gr

M/15 Phosphate buffer (pH 7.4) .......................................................ad 100 ml

Cairan fiksatif formalin akan mengawetkan struktur halus (fine structure) dengan sangat baik, phospholipid dan beberapa ensim. Cairan ini sangat dianjurkan untuk dipakai pada penelitian gabungan secara sitokimia dan mikroskop elektron. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik jaringan harus di dinginkan sampai 4 derajat Celsius dalam refrigerator.

Kelebihan larutan fiksatif formalin adalah

a. merupakan cairan fiksatif umum

b. pH mendekati netral

c. Pigmen formalin (acid formaldehyde haematin) tidak terbentuk karena pembentukannya baru terjadi bila ada interaksi antara larutan formalin pada pH asam dengan hemoglobin atau produknya (sering dijumpai pada organ yang mengandung banyak darah seperti hepar, lien, sumsum tulang dan sebagainya). Bila pigmen ini terbentuk dapat dihilangkan dengan perlakuan pikrat-alkohol atau larutan alkohol 1% dalam sodium hidroksida (NaOH)

d. Potongan jaringan dapat ditinggalkan di dalam cairan formol salin untuk jangka waktu lama (dapat sampai 1 tahun) tanpa ada perubahan yang berarti

e. Bla diperlukan jaringan yang direndam dalam cairan fiksatif ini dapat di ambil dan dimasukkan ke dalam cairan fiksatif lainnya bila diperlukan

Kekurangan larutan fiksatif formalin adalah

Jaringan yang difiksasi dengan cara rendam memerlukan waktu sedikitnya 24 jam baru dapat diproses.Hepar

Hepar merupakan salah satu organ terpenting, terkompleks dan terbesar dalam tubuh dengan berat sekitar 1.4 kg pada manusia dewasa dan menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Hepar berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempertahankan glukosa darah dan homeostasis energi (Price dan Wilson, 2006).Formalin Karakteristik Formalin adalah campuran dari air dan formaldehida yang memiliki bentuk gas dalam temperatur ruangan (25C) dengan perbandingan komposisi 1:10. Secara umum, formalin adalah 40% formaldehida dalam air. Nama kimia formaldehida yang diberikan dari International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) adalah metanal dengan rumus dasar CH2O. Berat molekul metanal adalah 30.03 mol. (NICNAS, 2006) Pada temperatur ruangan, formaldehida adalah gas berbau kuat yang tidak berwarna. Gas formaldehida sangat reaktif dan mudah terbakar serta dapat membentuk campuran eksplosif di udara. Gas tersebut juga akan terbakar bila terkena api. Diatas suhu 150C gas formaldehida akan terdekomposisi jadi metanol dan karbon monoksida. (NICNAS, 2006) Gas formaldehida dapat dilarutkan dengan air, alkohol, dan pelarut-pelarut polar lainnya. Pada keadaan stabil, formaldehida akan membentuk polimer-polimer yang jika dipanaskan berlebihan akan kembali membentuk gas-gas formaldehida. (NICNAS, 2006) Penggunaan Formaldehida 37-40% adalah formalin yang sering dijual di toko-toko kimia. Formalin digunakan untuk pengawetan suatu jaringan organik, karena itu sering digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan forensik, mengawetkan mayat, memproses film foto, membuat bahan kulit, ataupun sterilisasi dengan uap ataupun cairan formalin. (NICNAS, 2006) Cara kerja terhadap jaringan Formaldehida akan melakukan penetrasi ke dalam jaringan dan mengikat gugus-gugus asam amino dasar, khususnya lisin, dan menyatukannya dengan atom nitrogen amida pada ikatan peptida lainnya. Hubungan ini akan membentuk jembatan metilen. (Nowacek, 2010) Pada hati, akan terjadi polarisasi terhadap glikogen. Glikogen akan bergeser ke sel hati lain dan mengganggu struktur hepatosit. Karena alasan tersebut, perendaman hati dan jaringan lain yang memiliki sifat polarisasi terhadap formaldehida akan mengalami perubahan struktur yang hebat. (Nowacek, 2010)

Penetrasi zat formaldehida ke dalam jaringan sangat cepat, tetapi pembentukan jembatan metilen yang cukup lama. Kecepatan penetrasi formaldehida tersebut kira-kira 0.5 mm/jam. Untuk jaringan yang berkapsul, dibutuhkan waktu lebih lama daripada biasanya. Sering terjadi keadaan dimana jaringan kapsulnya terfiksasi, tetapi dalamnya kurang. (Cromey, 2004)