Isi (Autosaved)

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apabila banyaknya pasangan infertile di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira- kira 3 juta pasangan infertile di seluruh Indonesia. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, "bayi tabung",atau membesarkan janin di rahim wanita lain. Di Indonesia masih langkah sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Kalaupun ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati duka-nestapa pasangan yang ingin anak itu. Madis terlampau banyak pasangan yang terpaksa menahan perasaannya karena tidak merasa disapa, bahkan dilarang banyak bicara oleh dokternya. Mereka berobat dari sutu dokter ke dokter lain karena kurang bimbingan dan penyuluhan tentang cara-cara pengelolaan pasangan infertile. Sesungguhnya keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa penanggulangan masalah infettilitas. Di tinjau dari sudut kesehatan, keluarga berencana harus meliputi 1

Transcript of Isi (Autosaved)

Page 1: Isi (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apabila banyaknya pasangan infertile di Indonesia dapat diperhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup,

maka menurut Sensus Penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, atau kira-

kira 3 juta pasangan infertile di seluruh Indonesia.

     Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile

memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh

hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan

teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan

jalan inseminasi buatan donor, "bayi tabung",atau membesarkan janin di rahim wanita

lain.

     Di Indonesia masih langkah sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas.

Kalaupun ada, masih terlampau sering dokter dan perawatnya belum menghayati duka-

nestapa pasangan yang ingin anak itu. Madis terlampau banyak pasangan yang terpaksa

menahan perasaannya karena tidak merasa disapa, bahkan dilarang banyak bicara oleh

dokternya. Mereka berobat dari sutu dokter ke dokter lain karena kurang bimbingan dan

penyuluhan tentang cara-cara pengelolaan pasangan infertile.

     Sesungguhnya keluarga berencana demi kesehatan tidak pernah lengkap tanpa

penanggulangan masalah infettilitas. Di tinjau dari sudut kesehatan, keluarga berencana

harus meliputi pencegahan dan pengobatan infertilitas, apalagi kalau kejadiannya

sebelum pasangan memperoleh anak-anak yang diinginkannya. Lagipula penanggulangan

infertilitas berdampingan dengan pelayanan keluarga berencana itu membuat yang

terakhir lebih mudah dapat diterima, karena program seperti itu jelas memperhitungkan

kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

 

1

Page 2: Isi (Autosaved)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan serta wawasan tentang penyakit

infertilitas.

1.2.2 Tujuan khusus

1) Untuk mengetahui tentang definisi infertilitas

2) Unuk mengetahui tentang Etiologi infertilitas

3) Untuk mengetahui tentang penyebab pihak suami

4) Untuk mengetahui tentang Penatalaksanaan

5) Untuk mengetahui tentang Pemeriksaan khusus suami dan istri

6) Untuk mengetahui tentang pengobatan khusus suami dan istri

1.3 Sistematika Penulisan

Konsep Teori

1) Definisi

2) Etiologi

3) penyebab pihak suami

4) Penatalaksanaan

5) Pemeriksaan khusus suami dan istri

6) pengobatan khusus suami dan istri

Page 3: Isi (Autosaved)

BAB IIKONSEP TEORI

2.1 Definisi

Infertilitas (kurang subur) adalah suatu keadaan yang apabila dengan koitus yang

teratur tanpa kontrasepsi selama 1 tahun belum terjadi kehamilan. Pada infertilitas

primer, pasangan itu belum pernah memperoleh keturunan. Pada infertilitas sekunder

adalah pasangan itu pernah memperoleh keturunan. Sedang steril/mandul adalah keadaan

tidak mampu memperoleh keturunan.

2.2 Etiologi

Penyebab infertilitas bisa dari pihak isri dan suami. Bahkan 40-60 % penyebab

infertilitas utama merupakan tanggung jawab suami.

a) Penyebab dari pihak istri berupa:

1. Permasalahan endrokrin mulai dari korteks serebri hipotalamus, hipofisis,

tiroid, adrenal, ovarium dan endometrium. Efek hormonnya dapat sebagai

amenore primer dan sekunder,mensis anovulasi dan seterusnya.

2. Tertutupnya tuba oleh infeksi kelainan anatomi.

3. Faktor uterus: polip endometrium, adenomiosis, fibromiomata, fase sekresi yang

tak adekuat.

4. Faktor serviks dan vagina: secara organic, hormonal dan imunologik harus

berada dalam keadaan optimal.

5. Faktor psikologis: emosional, neurotic, gelisah.

6. Faktor lingkungan hidup: social ekonomi, kompleks Oedipus.

7. Ada antisperma (glutinin sperma): zat ini masih dalam penyelidikan.

b) Penyebab dari pihak suami berupa:

1. Gangguan produksi semen.

2. Gangguan spermatogenesis yang bisa karena sinar rontgent, pengaruhi panas,

keracunan zat kimia, penyakit (diabetes, orkhitis, kelainan endokrin,

kriptorkhismus, varikokel, hernia, hidrokel, penyumbatan duktus dan gangguan

ejakulasi).

Page 4: Isi (Autosaved)

2.3 Penatalaksanaan

Karena infertilitas merupakan kegagalan dari pasangan suami istri untuk

memperoleh keturunan, maka suami dan istri harus bersama-sama melakukan

pemeriksaan dan pengobatan. Pemeriksaan terhadap suami yang umumnya berlangsung

mudah dan cepat serta tidak menimbulkan rasa sakit harus didahulukan.

Pada kunjungan pertama pasangan suami dan istri harus diberi penjelasan sehingga

dapat disadari bahwa untuk pemeriksaan dan pengobatannya, dibutuhkan kesabaran,

ketekunan, waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak sedikit.

Antara dokter dan suami dan istri harus ada kerjasama yang baik serta saling

pengertian agar dapat dibuat prognosis yang logis.

Pemeriksaan dan pengobatan pada suami dan istri meliputi:

1. Anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Riwayat anamenesis hendaknya diteliti:

a) Pertumbuhan badan, termasuk stigmata edokrin.

b) Penyakit: tbc, venerik, endometriosis dan tumor.

c) Operasi: terutama operasi di daerah pervis misalnya appendektomi.

d) Perkawinan yang lalu: fertile atau infertile.

e) Obstetric: kehamilan, persalinan dan komplikasinya.

f) Ginekologi: haid dan keputihan.

g) Pemeriksaan infertilitas sebelumnya.

Riwayat sekarang:

a) Lama infertilitas: pemakaian kontrasepti dan lamanya usaha untuk hamil.

b) Kehidupan seks: libido, frekuensi dan teknik koitus serta kebiasaan pasca koitus.

c) Psikosomatik: umum dan khusus terhadap infertiitas.

Dalam pemeriksaan fisik diperiksa:

a) Keadaan umum, pertumbuhan rambut, lemak dan seks sekunder dan kemungkinan

adanya sumber infeksi.

b) Pemeriksaan kelamin suami untuk kemungkinan adanya hipospadai

kriptorkhismus, hipoplasia genitalis, tumor dan kelainan-kelainan lain.

Page 5: Isi (Autosaved)

c) Pemeriksaan ginekologik untuk kemungkinan penetrasi, ada tidaknya infeksi jamur,

parasit, erosion, potensi kanalis serviks, besar posisi dan pergerakan uterus, tumor

adneksa dan kemungkinan adanya endometriasis.

Pemeriksaan laboratorium yang di anjurkan meliputi: hemoglobin, lekosit, hitung jenis,

laju endap darah, reaksi serologic, gula darah, urin lengkap, pemeriksaan getah utetra,

serviks dan vagina untuk kemungkinan adanya gonore, trikomoniasis dan kandidiasis.

2.4 Pemeriksaan khusus suami dan istri

Pemeriksaan khusus suami: semen analisa (factor sperma).

Analisa sperma:

Untuk mendapat gambaran yan akurat analisa sperma, harus dikerjakan dengan

cara-cara tertentu sehingga pengaruh luar dapat dihindari.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

a) Abstinensia beberapa hari untuk mendapatkan jumlah spermatozoa yang optimal

(fertilitas maksimal). Di bagian Biologi FKUI menentukan abstiinensia sekurang-

kurangnya 3 hari.

b) Penampung sperma harus dengan botol gelas bermulut lebar yang bersih, setelah

masturbasi atau koitus. Tidak dibenarkan menampung sperma dengan kontom,

karena mungkin kondom mengandung bahan yang spermatisid.

c) Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secara 20 menit pertama. Bila pengencera

terjadi, kemungkinan karena kekurangan enzim protelitik, pemeriksaan sperma

biasanya sulit. Di bagian Biologi FKUI, sperma harus dibiarkan dahulu selama 1 jam,

kemudian di aduk sehingga homogeny dan dilakukan pemeriksaan sebelum 2 jam.

Pemeriksaan sperma meliputi: warna, bau, keasaman, kekentalan, volume sperma,

jumlah spermatozoa aktif tiap ml, jumlah spermatozoa tiap ml, bentuk patologik dan

kecepatan geraknya.

Pembacaa dianggap normal bila: warna putih keruh, bau khas, PH 7,7-8. Viskositosis: lebih

dari 3 sentipoises, volume:3-5 ml, jumlah sperma aktif: 40-60 juta/ml, bentuk patologik:

kurang dari 15%, kecepatan gerak: 0,7-1,2 detik untuk menempuh jarak 0,05 milimeter.

Bagian Biologi FKUI membagi tingkat berukuran pria pada analisis sperma

berdasarkan jumlah sperma motil per ejakulat (cara Farris), yaitu:

a) Sangat fertile: jumlah sperma motil lebih dari 185 juta.

b) Relative fertile: jumlah sperma motil 80-185 juta.

Page 6: Isi (Autosaved)

c) Subfertil: jumlah sperma motil kurang dari 80 juta.

d) Steril: jumlah sperma motil 0.

Bila terdapat azospermia atau oligospermia, harus dipikirkan kemungkinan adanya

gangguan spermatogenesis atau adanya sumbatan saluran spermatozoa. Dalam hal ini bila

biopsy testis ternyata spermatogenesis baik, dapat disimpulkan bahwa keadaan tersebut di

atas disebabkan sumbatan saluran sperma, sedangkan bila spermatogenesis tidak baik

kemungkinan sumbatan belum dapat disingkirkan. Sumbatan saluran spermatozoa dapat

juga diketahui dengan pemeriksaan radiologic (urerografi atau epididimografi).

Pemeriksaan khusus istri: factor ovarium, factor tuba, factor uterus

dan factor serviks.

Untuk menilai factor ovarium tuba, uterus dan serviks harus dilakukan beberapa

pemeriksaan khusus. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah:

a) Pengukuran suhu basal diperoleh dengan mengukur suhu badan dari seorang yang

sehat segara bangun tidur, selama 3 bulan berturut-turut. Dasarnya ialah metaboli

meprogesteron akan meniakkan suhu badan pada finsi endokrin normal.

Pengukuran suhu ini dilakukan setiap hari dan dicatat. Dalam keadaan normal suhu

basal rendah pada masa proliferasi, sedikit turun (0,1-0,2) menjelang ejakulasi,

kemudian naik (0,4-0,5) dan menetap selama masa sekresi dan turun kembali ke

suhu semula 1-2 hari menjelang haid.

Gambaran serupa ini di sebut gambaran bifasik. Kenaikan suhu pasca ovulasi

disebabkan oleh pengaruh progesterone yang termogenik. Dengan pengukuran

suhu basal badan dapat diperoleh kesan ada tidaknya ovulasi, saat ovulasi, fungsi

korpus luteum, ada tidaknya kehamilan dan adanya keadaan patologik, misalnya

endometriosis. Agar dapat dibuat kesimpulan yang tepat ada tidaknya ovulasi dan

saat terjadinya ovulasi, pencatatan suhu basal harus di lakukan 3 bulan berturut-

turut. Pada daftar catatan suhu basal tersebut juga dianjurkan untuk mencatat saat

dilakukan koitus, sehingga kehidupan seksnya dapat diketahui.

b) Sitologi usapan vagina dapat member keterangan ada tidaknya ovulasi saat ovulasi

dan kegiatan hormon estrogen dan progesterone. Sitologi usap vagina harus

dilakukan serial (berturut-turur) dan dievaluasi. Dalam praktek sitologi lebih

banyak digunakan untuk menentukan saat terjadinya ovulasi.

Page 7: Isi (Autosaved)

c) Penilaian saat ovulasi: tujuannya adalah menentukan apakah siklus wanita itu

berovulasi atau tidak. Tes daun pakis (“fren tes”) mula-mula diperkenalkan oleh

papanicolaou (1946). Dalam keadaan normal, pada saat ovulasi, estrogen mencapai

punjaknya sehingga sekresi kelenjar serviks melukiskan gambaran daun pakis

menghilang. Jadi bila pada hari ke 12-166 mensis lukisan ini tak ada, berarti efek

estrogen kurang. Jug bila lukisan ini masih dapat dilihat beberapa hari sebelum

mensis berikutnya berarti efek progesterone kurang baik. Dengan demikian,

kemungkinan ovulasi tidak ada.

d) Penilaian getah serviks: untuk ini dapat dibuat beberapa tes: tes pasca coitus, tes

spinnbarkeitbdan tes immunologi. Tes pasca koitus: getah serviks diambil 6-10 jam

pacsa koitum (koitus dilakukan pada saat diperkirakan ada ovulasi) lalu diperiksa

di bawah mikroskop. Hubungan antara semen dan getah servika baik bila tampak 4-

5 buah sperma bergerak/lapangan penglihatan besar.

Tes spinnbarker dapat dilakukan bersamaan dengan tes pasca koitum. Tes ini baik

bila panjang elastistas getah serviks lebih dari 8 cm.

Tes imunologi: dapat dibuktikan adanya zat antisperma yang tinggi dalam cairan

tubuh wanita infertil.

e) Biopsi endometrium : Gambaran endometrium dapat menunjukkan kegiatan

hormone estrogen dan progesterone sehingga dengan biopsy endometrium dapat

diketahui ada atau tidaknya ovulasi dan fungsi korpus luteum. Biopsi dianjurkan

pada hari pertama haid ( dalam 12 jam pertama ), karena bila sebelum haid dapat

mengganggu kehamilan yang mungkin sudah terjadi.

f) Pemeriksaan patensi tuba : Pemeriksaan patensi tuba biasanya dilakukan

sebelumsaat ovulasisesudah haid selesai, antara hari ke 6- ke 10 siklus haid.

Terdapat 3 cara pemeriksaan, yaitu pertubasi, histeosalfingografi dan endoskopi

dengan cara laparoskopi /kuldoskopi.

Pertubasi pertama kali diperkenalkan oleh Rubin, dan selanjutnya dikenalkan

sebagai tes Rubin. Pemeriksaan ini mempergunakan gas CO2 yang disemprotkan

melalui kanalis servikalis dan tekanan gas di ukur dengan manometer Hg. Bila tuba

paten gas yang keluar dari ujung tuba didengar dengan stateskop yang diletakkan

pada perut diatas simfisis dan gas yang masuk kedalam rongga perut akan

menimbulkannyeri bahu bila pasien duduk karena terjadi rangsangan pada

diafragma. Tanda terakhir ini sangat penting untuk meyakinkan terbukanya tuba.

Page 8: Isi (Autosaved)

Tes ini dilakukan dalam fase proliferasi (± 2-3 hari sebelum ovulasi ).

Kontraindikasi tes ini ialah kemungkinan kehamilan yang belum dapat disingkirkan,

radang pelvic, servisitis,endometriosis, salfingitis dan perdarahan dari uterus.

Histerosalfingografi dalah pemeriksaan dengan foto rontgen, setelah cairan

disemprotkan melalui kanalis servikalis. Bila tuba paten akan terdapat “ spiling”,

yaitu keluarnya cairan kontras melalui tuba.

Dengan cara ini sekaligus dapat diketahui kelainan anatomic uterus dan tempat

sumbatan tuba.

Kuldoskopi juga dapat digunakan untuk menilai patensi tuba. Untuk maksud

tersebut disemprotkan cairan berwarna ( biru metilen ) melalui kanalis servikalis

dan dengan kuldoskopi dilihat langsung apakah cairan berwarna tersebut keluar

dari ujung tuba atau tidak.Selain untuk melalui patensi tuba, kuldoskopi juga dapat

digunakan untuk melihat ada tidaknya kelainan ovarium, ada tidaknya ovulasi dan

alat pelvis lainnya.

Ketiga pemeriksaan patensi tuba tersebut di atas disamping mempunyai nilai

diagnostic, juga mempunyai nilai terapeutik.

Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh :

1. Adesi karena infeksi pelvic atau diluar pelvik ( GO,tbc,pasca abortus atau pasca

persalinan,appendicitis dan sebagainya.)

2. Adesi karena perdarahan intraperitoneal ( KET, kista bedah ) dan endometriosis.

2.5Pengobatan pada suami dan istri

Pengobatan pada suami

Untuk mengobati gangguan spermatogenesis,hingga saat ini belum

diketahuicara yang tepat.Secara umum dikemukakan untuk memperbaiki

keadaan umum, istirahat yang cukup, kurangi merokok dan alkhohol dan

mengobati penyakit menahun / metabolic yang mungkin ada.Pemberian

hormon-hormon tertentu kadang-kadang dapat memperbaiki

spermatogenesis misalnya :

1. Hormon-hormon estrogen yang ditujukan untuk menimbulkan

“rebound phenomena”dari hipofisis.

Page 9: Isi (Autosaved)

2. Hormon gonadotropin ( Androgen )

Bila terdapat variokel yang mengganggu spermatogenesis dan

motilitas spermatozoa sebaiknya koreksi dengan pembedahan.

Kriptor hismus dan krhismus yang dapat menyebabkan gangguan

pematangan spermatozoa sebaiknya sudah di koreksi sebelum 10

tahun yaitu dapat dengan hormone korionik gonadotropin atau

dengan pembedahan. Sumbatan saluran spermatozoa dapat dikoreksi

dengan pembedahan.

Pengobatan pada istri

1. Untuk siklus yang anovalutoir pengobatannya sebagai berikut :

a) Clomifen sitrat yaitu derivate dari klorotrianesen yang berefek

anti estrogenic, dapat memblok estrogen pada tingkat

hipotalamus.

Dosis : 50 mg setiap hari selama 5 hari dari hari ke 5 siklus

haid.Bila tidak berhasil dosis dapat dinaikkan menjadi 100 mg

sehari selama 5 hari,dosis total tidak boleh melebihi 500 mg

sebulan.

b) Kuman gonadotropin yang terutama mengandung FSH, efektif

untuk pasien yang kekurangan stimulasi gonadotropin pada

ovarium.Hormon gonadotropin biasanya diberikan selama 4-10

hari dengan pengontrolan steroid urin,untuk mencegah stimulasi

yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kehamilan ganda.

2. Bila produksi progesterone dari korpus luteum kurang, diberikan

progesterone sebagai subsititusi diberikan dengan dosis 12,5 mg IM

setiap hari, mulai dari hari ke 2 setelah ovulasi sampai saat haid.

Hasilnya dinilai dengan biopsy ulang endometrium.Bila hasilnya tidak

memuaskan dosis dapat dinaikkan menjadi 25 mg IM setiap hari. Dapat

juga diberikan dup maston 5mg setiap hari mulai dari saat ovulasi.

Page 10: Isi (Autosaved)

3. Untuk tuba yang tidak paten dapat dikerjakan beberapa cara

pengobatan, yaitu :

a). Diatermi dengan UKG

b). Hidrotubasi dengan cairan yang mengandung cortisone dan atau

antibiotika

c). Plastik tuba : salfingolisis, salfingostomi, dan transplantasi tuba.

4. Bila pada pemeriksaan pasca koitus dan pemeriksaan lain diketahui

bahwa estrogen kurang, maka dapat diberikan substitusi dengan

stilbestrol 0,1 mg setiap hari selama 3-4 bulan.

5. Bila inkompatibilitas ( antisperma- antibodies ) pada istri dapat

dihabiskan/dihilangkan dengan melakukan absitinensi selama 3 bulan

atau dengan menggunakan kondom.

Peranan faktor psikosomatik

Banyak pasangan suami istri infertile, setelah menjalani pemeriksaan, tidak

ditemukan faktor penyebabnya. Si istri dari bulan ke bulan berikutnya semakin cemas,

karena ternyata haidnya datang lagi, libido menjadi kurang dan semakin kesal mengukur

suhu basal. Disini faktor psikis sangat berpengaruh. Terhadap pasangan seperti ni

sebaiknya dinasihatkan untuk mengangkat anak, karena ternyata diantara kasus serupa

segera setelah mengangkat anak terjadi kehamilan.

Hal di atas mungkin disebabkan hilangnya kecamasan yang menyebabkan tuba

tidak lagi mengalami spasme dan pembuahan dapat terjadi.

Page 11: Isi (Autosaved)

Asuhan Keperawatan

1. PENGKAJIAN

A.    Identitas klien. Termasuk data etnis, budaya dan agama

B.     Riwayat kesehatan

Wanita

1)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah.

Riwayat infeksi genitorurinaria

Hipertiroidisme dan hipotiroid

Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama

Tumor hipofisis atau prolaktinoma

Riwayat penyakit menular seksual

Riwayat kista

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Endometriosis dan endometrits

Vaginismus (kejang pada otot vagina)

Gangguan ovulasi

Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik

Autoimun

3)      Riwayat Kesehatan Keluarga. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi

genetik

4)      Riwayat Obstetri

Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

Mengalami aborsi berulang

Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi

Page 12: Isi (Autosaved)

Pria

1)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,

radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

Riwayat infeksi genitorurinaria

Hipertiroidisme dan hipotiroid

Tumor hipofisis atau prolactinoma

Trauma, kecelakan sehinga testis rusak

Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis

Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :

operasi prostat, operasi tumor saluran kemih

Riwayat vasektomi

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Disfungsi ereksi berat

Ejakulasi retrograt

Hypo/epispadia

Mikropenis

Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

Saluran sperma yang tersumbat

Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

Abnormalitas cairan semen

3)      Riwayat Kesehatan Keluarga. Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi

genetik

C.     Pemeriksaan Fisik

Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.

Page 13: Isi (Autosaved)

D.    Pemeriksaan penunjang

a)      Wanita

Deteksi Ovulasi

Analisa hormon

Sitologi vagina

Uji pasca senggama

Biopsy endometrium terjadwal

Histerosalpinografi

Laparoskopi

Pemeriksaan pelvis ultrasound

b)      Pria

Analisa Semen

Parameter  

Warna Putih keruh

Bau Bunga akasia

PH 7,2 – 7,8

Volume 2 – 5 ml

Viskositas 1,6 – 6,6 centipose

Jumlah sperma 20 juta / ml

Sperma motil > 50%

Bentuk normal > 60%

Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik

persentase gerak sperma motil > 60%

Aglutasi Tidak ada

Sel – sel Sedikit,tidak ada

Uji fruktosa 150-650 mg/dl

Pemeriksaan endokrin

USG

Biopsi testis

Uji penetrasi sperma

Page 14: Isi (Autosaved)

Uji hemizona

DATA FOKUS:

Data fokus pada istri:

a) infeksi bakteri dan virus ex:toksoplasma

b) riwayat kista

c) vaginismus (kejang pada otot vagina)

d) gangguan ovulasi

e) abnormalitas tuba falopi, uvarium, uterus serviks

Data fokus pada suami:

a) riwayat infeksi genitorarinaria

b) trauma, kecelakaan sehingga testis rusak

c) gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan mobilatas sperma)

d) hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)

e) saluran sperma yang tersumbat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Stuart, 2007)

2. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik

3. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas

4. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan

metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan:

1.Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostik

Tujuan : Mengurangi ansietas / rasa takut

Kriteria Hasil:

1. Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya

Page 15: Isi (Autosaved)

2. Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa

infertil

3. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan tujuan test dan prosedur Menurunkan cemas dan takut terhadap

diagnosis dan prognosis

Tingkatkan ekspresi perasaan dan

takut, contoh : menolak, depresi, dan

marah.

Biarkan pasien / orang terdekat

mengetahui ini sebagai reaksi yang

normal Perasaan tidak diekspresikan

dapat menimbulkan kekacauan internal

dan efek gambaran diri

Dorong keluarga untuk menganggap

pasien seperti sebelumnya

Meyakinkan bahwa peran dalam

keluarga dan kerja tidak berubah

Kolaborasi : berikan sedative,

tranquilizer sesuai indikasi

Mungkin diperlukan untuk membantu

pasien rileks sampai secara fisik mampu

untuk membuat startegi koping adekuat

Diagnosa Keperawatan:

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan

fertilitas

Tujuan : Memfasilitasi integritas diri konsep pribadi dan perubahan gambaran

Diri

Kriteria Hasil:

1. Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertil

2.Terjalin kontak mata saat berkomunikasi

3. Mengidentifikasi aspek positif diri

INTERVENSI RASIONAL

Tanyakan dengan nama apa pasien

ingin dipanggil

Menunjukan kesopan santunan /

penghargaan dan pengakuan personal

Identifikasi orang terdekat dari siapa

pasien memperoleh kenyaman dan

siapa yang harus memberitahuakan jika

Memungkinkan privasi untuk hubungan

personal khusus, untuk mengunjungi

atau untuk tetap dekat dan menyediakan

Page 16: Isi (Autosaved)

terjadi keadaan bahaya kebutuhan dukungan bagi pasien

Dengarkan dengan aktif masalah dan

ketakutan pasien

Menyampaikan perhatian dan dapat

dengan lebih efektif mengidentifikasi

kebutuhan dan maslah serta strategi

koping pasien dan seberapa efektif

Dorong mengungkapkan perasaan,

menerima apa yang dikatakannya

Membantu pasien / orang terdekat untuk

memulai menerima perubahan dan

mengurangi ansietas mengenai

perubahan fungsi / gaya hidup

Diskusikan pandangan pasien terhadap

citra diri dan efek yang ditimbulkan

dari penyakit / kondisi

Persepsi pasien mengenai perubahan

pada citra diri mungkin terjadi secara

tiba- tiba atau kemudian

Diagnosa Keperawatan:

3. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk

Tujuan : Memfasilitasi proses berduka

Kriteria Hasil:

1.Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan harapan

untuk masa depan

2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan

INTERVENSI RASIONAL

Berikan lingkungan yang terbuka

pasien merasa bebas untuk dapat

mendiskusikan perasaan dan masalah

secara realitas

kemampuan komunikasi terapeutik

seperti aktif mendengarkan, diam, selalu

bersedia, dan pemahaman dapat

memberikan pasien kesempatan untuk

berbicara secara bebas dan berhadapan

dengan perasaan

Identifikasi tingkat rasa duka /

disfungsi : penyangkalan, marah,

tawar - menawar, depresi, penerimaan

Kecermatan akan memberikan pilihan

intervensi yang sesuai pada waktu

induvidu menghadapi rasa berduka dalam

berbagai cara yang berbeda

Dengarkan dengan aktif pandangan Proses berduka tidak berjalan dalam cara

Page 17: Isi (Autosaved)

pasien dan selalu sedia untuk

membantu jika diperlukan

yang teratur, tetapi fluktuasainya dengan

berbagai aspek dari berbagai tingkat yang

muncul pada suatu kesempatan yang lain

Identifikasi dan solusi pemecahan

masalah untuk keberadaan respon –

respon fisik, misalnya makan, tidur,

tingkat aktivitas dan hasrat seksual

Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan

untuk berhadapan dengan aspek – aspek

fisik dari rasa berduka

Kaji kebutuhan orang terdekat dan

bantu sesuai petunjuk

Identifikasi dari masalah – masalah

berduka disfungsional akan

mengidentifikasi intervensi induvidual

Kolaborasi : rujuk sumber – sumber

lainnya misalnya konseling,

psikoterapi sesuai petunjuk

Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan

untuk mengatasi rasa berduka, membuat

rencana, dan menghadapi masa depan

BAB III

PENUTUP

Page 18: Isi (Autosaved)

3.1 Kesimpulan

Kemandulan dapat berawal dari pihak isteri, suami ataupun suami isteri.

Kemandulan yang bermula dari isteri pada umumnya karena keadaan ovum atau traktus

reproduksinya yang tidak memenuhi syarat dan tidak dapat berfungsi baik/normal.

Sedangkan hampir semua kasus kemandulan (dan subfertilitas) yang berawal dari pihak

pria disebabkan oleh jumlah sperma yang tidak memenuhi syarat atau mutu lain sperma

dan air mani yang dibawah syarat baik. normal. Gangguan yang paling sering dialami

perempuan mandul adalah gangguan ovulasi. Bila ovulasi tidak terjadi maka Berdasarkan

catatat WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor

Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan hal lain

yang tidak diketahui sekitar 40%. Ini artinya sebagian besar masalah infertilitas pada

perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan

proses ovulasi.

3.2 Saran

Dari makalah di atas penulis dapat menyimpulkan saran,Adapun saran sebagai

berikut yaitu:

1. Sebaiknya pasangan suami istri sebelum menikah memeriksakan keadaan

reproduksinya

2. Perbanyaklah mengkonsumsi makanan yang dapat menyuburkan alat-alat reproduksi

3. Perbanyaklah melakukan aktifitas atau olahraga

4. Hindari mengkonsumsi alkohol dan merokok

5. Periksakan diri sesering mungkin kedokter kandungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran, edisi 2