ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST...

119
i POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ORIF EC FRAKTUR FEMUR DI RUANGAN TRAUMA CENTER IRNA BEDAH RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan GEMYNAL KURNA ANTONI NIM 163110167 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2019

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST...

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

i

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST

ORIF EC FRAKTUR FEMUR DI RUANGAN

TRAUMA CENTER IRNA BEDAH RSUP

Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

GEMYNAL KURNA ANTONI

NIM 163110167

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2019

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

ii

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Post Orif Ec Fraktur

Femur di Ruang Trauma Center Irna Bedah RSU Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019”. Peneliti menyadari bahwa, peneliti tidak akan bisa menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan Ibu Ns. Netti, S.Kep, M.Pd

selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa juga

peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes RI Padang.

2. Bapak Dr. dr. H. Yusirwan Yusuf, Sp. B. Sp. BA (K) selaku direktur

utama RSUP Dr. M. Djamil Padang.

3. Ibu Ns.Sila Dewi A, S.Pd, M.Kep, Sp.KMB selaku pembimbing I dan

Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi Prodi D

III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

5. Bapak Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan ilmu

dalam pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

6. Terimakasih kepada orag tua dan saudara tercinta yang telah memberikan

semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun

7. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu

persatu yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

iv

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi

peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan

semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Padang, 25 Mei 2019

Peneliti

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

v

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

vi

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

vii

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN RI PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, 25 Mei 2019

Gemynal Kurnia Antoni

“Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Post Orif Ec Fraktur Femur di

Ruang Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun

2019 “

Isi : xiii + 72 halaman, 1 gambar, 6 tabel, 9 lampiran

ABSTRAK

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat terjadi

akibat trauma langsung maupun trauma yang tidak langsung (Krisanty,dkk, 2014).

Indonesia menduduki peringkat ke delapan di Asia Tenggara dengan fraktur

akibat kecelakaan lalulintas dengan angka sebanyak 15,3%. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien

dengan fraktur femur di ruang irna bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun

2019.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini

dilakukan dari bulan November 2018 sampai bulan Mei 2019. Peneliti melakukan

asuhan keperawatan pada tanggal 12 sampai dengan 17 Maret 2019. Cara

pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrumen pengumpulan

data asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi keperawatan.

Hasil penelitian didapatkan dengan keluhan utama nyeri pada bekas luka operasi

di bagian paha kiri, dengan skala nyeri 7 terasa berdenyut-denyut, nyeri hilang

timbul dan durasinya sekitar 5-10 menit. Diagnossa keperawatan didapatkan 3

masalah diantaranya nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, dan resiko infeksi.

Rencana Keperawatan berdasarkan NIC meliputi, tanfda-tanda vital, kontrol nyeri,

manajemen nyeri, tingkatan nyeri, Latihann ambulasi. Tindakan keperawatan

utama yang diberikan adalah manajemen nyeri, pemberian analgetik, monitor

tanda-tanda vital, dan perawatan luka. Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan

NOC yang dilakukan selama 6 hari dimana masalah nyeri akut, hambatan

mobilitas fisik, dan resiko infeksi teratasi pada hari ke 5.

Disarankan kepada pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang agar diadakannya

pelatihan berkala penyegaran asuhan keperawatan kepada perawat yang ada di

ruamh sakit. Kepada perawat ruangan RSUP Dr. M. Djamil Padang dapat

memberikan asuhan keperawatan yang optimal kepada pasienfraktur femur.

Kata Kunci : fraktur femur, asuhan keperawatan

Daftar Pustaka : 22 (2010 – 2017)

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ v

LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................... vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

DAFTAR RIWAYAT HDUP ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan masalah ................................................................................... 6

C. Tujuan ..................................................................................................... 6

D. Manfaat penelitian ................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

A. Konsep Dasar Penyakit Fraktur Femur ................................................... 8

1. Pengertian Fraktur ............................................................................. 8

2. Etiologi Fraktur ................................................................................. 8

3. Post Orif Ec Mal-union Fraktur Femur ............................................. 9

4. Patofisiologi ...................................................................................... 10

5. WOC ................................................................................................. 13

6. Klasifikasi ......................................................................................... 14

7. Manisfestasi Klinis ............................................................................ 14

8. Komplikasi ........................................................................................ 16

9. Penatalaksanaan ................................................................................ 17

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Fraktur Femur ................................ 18

1. Pengkajian ......................................................................................... 19

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan .............................................. 29

3. Rencana Keperawatan ....................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 46

A. Desain penelitian ..................................................................................... 46

B. Tempat dan waktu penelitian .................................................................. 46

C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 46

D. Alat dan Instrument Pengumpulan Data ................................................. 47

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 48

F. Jenis-Jenis Data ....................................................................................... 49

G. Rencana Analisis ..................................................................................... 50

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 51

A. HASIL PENELITIAN ............................................................................. 51

1. Pengkajian ......................................................................................... 51

2. Diagnosis keperawatan...................................................................... 56

3. Rencana Keperawatan ....................................................................... 57

4. Implementasi Keperawatan ............................................................... 61

5. Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 62

B. PEMBAHASAN KASUS ....................................................................... 63

1. Pengkajian ......................................................................................... 64

2. Diagnosis keperawatan...................................................................... 66

3. Rencana keperawatan ........................................................................ 67

4. Implementasi keperawatan ................................................................ 69

5. Evaluasi keperawatan ........................................................................ 70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 72

B. Saran ........................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan ......................................................................... 25

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan ..................................................................... 54

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 57

Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan....................................................................... 58

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan ................................................................. 58

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................................... 59

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC TB Paru .................................................................................... 12

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1

Lampiran 2. Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2

Lampiran 3. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran 4. Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2

Lampiran 5. Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah

Lampiran 6. Persetujuan Menjadi Responden (Inform Consent)

Lampiran 7. Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 8. Surat Izin Penelitan dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI Padang

Lampiran 9. Surat Izin Penelitan dari RS TK III Dr.Reksoiwiryo Padang

Lampiran 10. Surat Keterangan Selesai Penelitan

Lampiran 11. Ganchart

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

xiii

Nama : Gemynal Kurnia Antoni

Tempat / Tanggal Lahir : Sipora/ 12 Juni 1998

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan

Nama Orang Tua

Ayah : Ali Munar

Ibu : Jamilah

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Lulus

1 TK Bakti 33 Sioban 2004

2 SD N 01 Sioban 2010

3 SMP N 01 Sipora 2013

4 SMA N 01 Sipora 2016

5 Poltekkes Kemenkes Padang 2019

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

1 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur merupakan terputus atau rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang

disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat

diserap oleh tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh hantaman langsung,

kekuatan yang meremukkan, gerakkan memuntir yang mendadak atau

bahkan karena kontraksi otot yang ekstrem (Brunner & Suddart, 2016).

Fraktur merupakan diskontinuitas dari jaringan tulang yang disebabkan

adanya kekerasan yang timbul secara mndadak atau fraktur dapat terjadi

akibat trauma langsung maupun trauma tidak langsung (Krisanty,dkk,

2014).

Fraktur femur merupakan hilangnya kontinuitas pada tulang femur atau

paha, fraktur femur terbagi dua macam yaitu fraktur femur tebuka dan

fraktur femur tertutup. Fraktur femur terbuka merupakan hilangnya

kontinuitas tulang paha disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot,

kulit, jaringan syaraf, dan pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh

trauma langsung pada paha. Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha

tertutup merupakan hilangnya kontinnuitas tulang paha tanpa disertai

kerusakan jaringan kulit (Muttaqin, 2008).

Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan

memuntir yang mendadak, dan kontraksi otot ekstremitas, organ tubuh

dapat mengalami cidera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau

akibat fragmen tulang (Brunner dan Suddarth, 2013). Fraktur juga

disebabkan oleh kekerasan langsung yang menyebabkan patah tulang pada

titik terjadinya kekerasan, dan disebabkan juga trauma langsung pada

kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau

keganasan tulang paha yang menyebabkan faktor patologis, biasanya

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

2

Poltekkes Kemenkes Padang

bersifat Fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring, dan

kekerasan tidak langsung juga menyebabkan patah tulang ditempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan, yang patah biasanya adalah bagian

yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan (Wijaya, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian Desiartama dan Aryana di RSUP Prof. Dr.

R.D. Kandou Manado Sulawesi pada tahun 2017 di Indonesia kasus

fraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar

39% diikuti fraktur humerus (15%), fraktur tibia dan fibula (11%), dimana

penyebab terbesar fraktur femur adalah kecelakaan lalu lintas yang

biasanya disebabkan oleh kecelakaan mobil, motor, atau kendaraan

rekreasi (62,6%) dan jatuh (37,3%) dan mayoritas adalah pria

(63,8%).4,5% Puncak distribusi usia pada fraktur femur adalah pada usia

dewasa (15 - 34 tahun) dan orang tua yang berusia diatas 70 tahun.

Akibat dari fraktur femur ini dapat berdampak terhadap fisik dan

psikologis, sosial, spiritual. Dampak pada fisik nya yaitu terjadi perubahan

pada bagian tubuhnya yang terkena trauma seperti perubahan ukuran pada

ekstermitas bahkan kehilangan ekstermitas yang disebabkan oleh

amputasi. Dampak terhadap psikologis seperti pasien akan merasakan

cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya

hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat,

takutnya terjadi kecacatan pada dirinya dan pandangan terhadap dirinya

yang salah (gangguan citra diri). Dampak sosial dari fraktur femur pasien

akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena

harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga

perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan memenuhi

kebutuhannya sendiri seperti biasanya sedangakan dampak spiritual pada

fraktur femur pasien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai

dengan keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang

diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya (Mutaqqin, 2012).

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

3

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2012

terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita

Fraktur akibat kecelakaan lalulintas. Sedangkan pada tahun 2018 angka

kematian fraktur akibat cedera lalulintas terjadi paling tinggi di Venezuela

(45.1%), Indonesia pada urutan ke 8 di Asia dengan angka sebanyak

(15.3%) setelah itu Timur Leste dan India masing-masing (16,6%).

Berdasarkan Riset Kesehatan dasar (RISKESDAS) cedera dijalan raya

pada tahun 2013 sebanyak 42,8% mengalami penurunan jika dibandingkan

pada tahun 2018 yaitu sebanyak 31, 4%. Sedangkan kejadian kecelakaan

lalu lintas di Indonesia terjadi sebanyak 2,2 %, yang mana kecelakaan lalu

lintas yang tinggi terjadi di Sulawesi Utara sebanyak 3,5 % di Sulawesi

Selatan sebanyak 3,4 % Sulawesi Tengah sebanyak 3,3% di Sumatera

Barat sebanyak 2,5 % dan paling rendah terjadi di Jambi sebanyak 1,1%

(Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009

didapatkan sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita

mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami

kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi

terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes Pemprov Sumbar, 2009).

Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Perhubungan dan Komunikasi

Informasi Sumatera Barat pada tahun 2015 tercatat 2157 kecelakaan lalu

lintas, hal ini menurun jika dibandingkan dengan kejadian tahun 2014

dengan 2625 kasus kecelakaan. Kota Padang merupakan angka tertinggi

dengan 540 kejadian, disusul Kabupaten Padang Pariaman 315 kejadian

dan Kota Pariaman 279 kejadian (Dishub, 2016).

Berdasarkan data rekam medis RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal

14 Desember 2018 angka kejadian fraktur femur di ruang trauma center

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

4

Poltekkes Kemenkes Padang

irna bedah pada bulan januari sampai bulan desember 2016 terdapat 88

kasus, dan mengalami peningkatan pada tahun 2017 sebanyak 147 kasus

fraktur femur yang terdiri dari bulan Januari sebanyak 3 kasus, bulan

Februari sebanyak 2 kasus, bulan Maret sebanyak 14 kasus, bulan April

sebanyak 18 kasus, bulan Mei sebanyak 13 kasus, bulan Juni sebanyak 18

kasus, bulan Juli sebanyak 23 kasus, bulan Agustus sebanyak 17 kasus,

bulan September sebanyak 14 kasus, bulan oktober sebanyak 18 kasus,

bulan November sebanyak 7 kasus.

Asuhan keperawatan merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien untuk

memenuhi kebutuhan pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang

sedang dihadapinya dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarakan

kaidah-kaidah ilmu keperawatan (Brunner dan Suddarth, 2016). Fraktur

memerlukan pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif. Peran

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terutama ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan dasar pasien yang terganggu dan mencegah atau

mengurangi komplikasi. Masalah keperawatan yg biasa terjadi pada pasien

fraktur femur yaitu: gangguan rasa aman nyaman, hambatan mobilitas

fisik, resiko infeksi, kerusakan integritas kulit dll. Peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien fraktur yaitu mengajarkan

teknik relakasasi seperti teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri,

mengatur posisi, mengajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar untuk

mencegah atau mengurangi terjadinya infeksi, manajemen energi seperti

mengajarkan ROM, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam

pemberian obat dan memberikan motivasi kepada klien untuk

kesembuhannya (wijaya 2013).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada tanggal 17 Desember 2018

di ruang Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang

didapatkan jumlah pasien 23 orang yang dirawat diantaranya terdapat 3

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

5

Poltekkes Kemenkes Padang

orang dengan fraktur femur dengan diagnosa keperawatan yang muncul

adalah nyeri akut, gangguan perfusi jaringan perifer, dan gangguan

mobilitas fisik. Peneliti juga melakukan wawancara dengan 3 orang pasien

tersebut, dimana 2 orang pasien berjenis kelamin laki-laki dan 1 orang

berjenis kelamin perempuan. Keluhan semua pasien hampir sama yaitu

nyeri dan masih ragu atau takut melakukan pergerakan setelah operasi.

Pasien mengeluh nyeri pada bagian paha sampai kaki dan tampak

meringis. Kesenjangan yang ditemukan di ruangan yaitu pasien

mengatakan tidak ada mendapatkan teknik dan cara menghilangkan nyeri

dari perawat, apabila nyeri terasa pasien hanya diberi obat penghilang rasa

nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian Astuti, Ratna Kusuma (2012) di RSO Prof.

Dr. R. Soeharto Surakarta, asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur

femur melewati tahapan pengkajian, penegakan diagnosa, intervensi dan

implementasi keperawatan. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri

akut, ansietas, hambatan mobilitas fisik dan resiko infeksi.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti sudah melakukan asuhan

keperawatan pada pasien dengan fraktur femur di Ruang Trauma Center

Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penelti uraiakan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan

keperawatan pada pasien dengan fraktur femur di Ruangan Trauma Center

Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil padang tahun 2019 ?

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

6

Poltekkes Kemenkes Padang

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan Asuhan keperawatan pada Pasien Dengan Fraktur

Femur di Ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr. M.Djamil

Padang.

2. Tujuan Khusus

tujuan khusus asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan

fraktur femur di ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

b. Mendeskripsikan diagnosa keprawatan pada pasien dengan fraktur

femur di Ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr. M. Djamil

Padang

c. Mendeskripsikan intervensi keperawatan pada pasien dengan

fraktur femur di Ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr.

M.Djamil Padang

d. Mendeskripsikan implementasi tindakan keperawatan pada pasien

dengan fraktur femur di Ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP

Dr. M.Djamil Padang

e. Mendeskripsikan evaluasi pada pasien dengan fraktur femur di

Ruangan Trauma Center Irna Bedah RSUP Dr.M. Djamil Padang.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah

pengetahuan dan wawasan dalam penerapan asuhan keperawatan pada

pasien dengan fraktur femur.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat berguna dalam meningkatkan mutu playanan pasien dengan

fraktur femur di rumah sakit. Disamping itu juga untuk meningkatkan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

7

Poltekkes Kemenkes Padang

proses keperawatan dilapangan yang didukung oleh fasilitas-fasilitas

yang memadai untuk pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan

standar dan prinsip pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan

fraktur femur.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai plajaran di

prodi keperawatan padang dalam penerapan asuhan keperawatan pada

pasien dengan fraktur femur.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil Penelitian yang diperoleh ini dapat dijadikan data dasar dalam

penerapan asuhan keperwatan pada pasien dengan fraktur femur.

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

8

8 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pada Post Orif Ec Mal-union Fraktur Femur

1. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan

tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya

patahan lengkap dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya

masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup, kalau kulit atau salah

satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini disebut fraktur terbuka

yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi (Wijaya,

2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan

oleh ruda paksa (Wahid, 2013).

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas

tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,

kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperi degenarasi tulang atau

osteoporosis (Muttaqin, 2008).

2. Etiologi Fraktur

Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk

mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang

besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami

kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini

mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami

syok hipovolemik karena kehilanagan banyak darah maupun syok

neurogenik karena nyeri yang sangat heba (muttaqn, 2008).

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

47 Poltekkes Kemenkes Padang

Penyebab fraktur femur menurut (Wahid, 2013) antara lain :

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur

terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat

yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya

adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor

kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot

Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan

dapat berupa pemuntiran, penekukan dan penekanan, kombinasi

dari ketiganya, dan penarikan.

3. Post Orif Ec Mal-union Fraktur Femur

Mal-union bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,

diperlukan pengamalan terus-menerus selama perawatan. Mal-union

juga menyebabkan pemendekan tungkai sehingga diperlukan koreksi

berupa osteotomi. Faktor penyabab Mal-union ini bisa disebabkan

karena tidak tereduksinya fraktur secara cukup, kegagalan

memperahankan reduksi ketika terjadi penyembuhan, kolaps yang

berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominuif. Dan

untuk terapi Mal-union dilakukan dengan cara fraktur harus direduksi

sedekat mungkin dengan posisi anatomis, angulasi lebih dari 15 derajat

pada ulang panjang aau deformitas rotasional yang nyata mungkin

membutuhkan koreksi dengan manipulasi ulang atau membutuhkan

osteopomi dan fiksasi internal (Muttaqin, 2008)

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

48 Poltekkes Kemenkes Padang

4. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya

pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang

lebih besar daripada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah

trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya

kontinuitas tulang.

Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma

gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,

gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang

turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh

darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun.

COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan. Hematoma

akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka

penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan

mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa

nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi

neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik

terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan

lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan

udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan

kerusakan integritas kulit.

Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya

pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya

pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi

tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi progresif dari kulit, otot dan

sirkulasi viseral. Karena adanya cedera, respon terhadap berkurangnya

volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai

usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-

katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

49 Poltekkes Kemenkes Padang

akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan

nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan

perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga

dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syhok, termasuk

histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan

sitokinin-sitokinin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-

sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah.

Pada syok perdarahan yang masih disini, mekanisme kompensasi

sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara

kontraksi volume darah didalam sistem venasistemik. Cara yang paling

efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan

perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial

yang sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan

produksi energi. Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan

berpindah ke etabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan

pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik bila

syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk

pembentukan ATP (adenosin triphosphat) tidak memadai, maka

membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan

gradientnya elektrik normal hilang.

Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda ultra

struktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan

di ikuti cedera mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim

yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,

terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-

seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cidera seluler yang

progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini

memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi. Sewaktu

tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

50 Poltekkes Kemenkes Padang

kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga

biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul

hebat setelah fraktur.

Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi

sebagai jala-jala untuk melakukan aktifitas osteoblast terangsang dan

terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin

direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling membentuk

tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah atau penekanan tersebut

saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat

menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan

saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat

anoksia jaringan yang mengakibat kan rusaknya serabut syaraf maupun

jaringan otot (wijaya, 2013).

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

51 Poltekkes Kemenkes Padang

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

52 Poltekkes Kemenkes Padang

5. Klasifikasi fraktur femur

Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara

lain:

a. Fraktur tertutup (closed)

Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga

tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.

b. Fraktur terbuka (open/compoud)

Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus.

Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi

kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur

terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat

terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali hampir pada

posisi semula.

6. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan

perubahan warna. Gejala umum fraktur adalah rasa sakit,

pembengkakan, dan kelainan bentuk.

a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai

fragmentulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur

merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk

meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

b. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)

bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada

struktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat

maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan

membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat

berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada

integritas tulang tempat melengketnya otot.

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

53 Poltekkes Kemenkes Padang

c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang

sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah

tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain

sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).

d. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan

jaringan lunak yang lebih berat.

e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi

sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.

Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setetlah

cedera (Wijaya dan Putri, 2013).

Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis

fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang

berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur

terjadi seperti:

1) Rotasi pemendekan tulang

2) Penekanan tulang

b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur

c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai

nyeri. Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang

menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul

pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis

mungkin tidak disertai nyeri.

d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

syaraf atau pendarahan)

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

54 Poltekkes Kemenkes Padang

e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat ditemukan

pergerakan persendian lutut yang sulit digerakaan di bagian distal

cidera.

7. Komplikasi

a. Komplikasi dini

Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur femur.

Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah

sebagai berikut:

1) Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun

fraktur bersifat tertutup.

2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan

fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.

3) Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang

menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis

sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi atau terpotong sama

sekali.

4) Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan

fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari

neorpraksia sampai aksono temesis. Trauma saraf dapat terjadi

pada nervus isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus

tibialis dan nervus peroneus komunis.

5) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring

lama, misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami

komplikasi trombo emboli.

6) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang

terkontaminasi. Infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan

operasi (muttaqqin,2008).

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

55 Poltekkes Kemenkes Padang

8. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan

pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.

Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi

fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.

Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat

frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan

mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling

berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya,

traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan

imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang

terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan

pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat

digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan

kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi

eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin, dan teknik

gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

Penatalaksanaan keperawatan menurut (Smeltzer, 2015) adalah sebagai

berikut:

a. Penatalaksanaan fraktur tertutup

1) Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan

nyeri yang tepat (mis, meninggikan ekstremitas setinggi

jantung, menggunakan analgesik sesuai resep)

2) Ajarkan latihan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot

yang tidak terganggu dan memperkuat otot yangdiperlukan

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

56 Poltekkes Kemenkes Padang

untuk berpindah tempat dan untuk menggunakan alat bantu

(mis, tongkat, alat bantu berjalan atau walker)

3) Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alatbantu dengan

aman.

4) Alat bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka

sesuai kebutuhan dan mencari bantuan personal jika diperlukan

5) Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien mengenai

perawatan dir, informasi, medikasi, pemantauan kemungkinan

komplikasi, dan perlunya supervisi layanan kesehatan yang

berkelanjutan.

b. Penatalaksanan fraktur terbuka

1) Sasaran penatalaksanan adalah untuk mencegah infeksi luka,

jaringan lunak, dan tulang serta untuk meningkatkan pemulihan

tulang dan jaringan lunak. Pada kasus fraktur terbuka, terdapat

resiko osteomielitis, tetanus, dan gasgangren.

2) Berikan antibiotik IV dengan segera saat pasien tiba dirumah

sakit bersama dengan tetanus toksoid jika diperlukan

3) Lakukan irigasi luka dan debridemen

4) Tinggikan ekstremitas untuk meminimalkan edema

5) Kaji status neourovaskular dengan sering

6) Ukur suhu tubuh pasien dalam interval teratur, dan pantau

tanda-tanda infeksi.

B. Asuhan Keperawatan Pada Fraktur Femur

Menurut (Wijaya dan mariza putri, 2013). Proses dalam keperawatan

adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang

digunakan untuk mengidentivikasi masalah, merencanakan secara

sistematis, dan melaksanakannya dengan cara mengevaluasi hasil tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

57 Poltekkes Kemenkes Padang

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang

masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap

tindakan keperawatan. (wahid, 2013).

a. Pengumpulan data

1) Identitas Pasien

meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,

golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah

sakit (MRS), dan diagnostik medis (muttaqin, 2008).

2) Keluhan utama

pada umumnya keluhan utama pada fraktur femur adalah rasa

nyeri. Nyeri tersebut bisa akut bisa kronik tergantung lamanya

serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang

rasa nyeri pasien digunakan:

a) provoking incident: apakah ada peristiwa yang menjadi

faktor presipitasi nyeri.

b) Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut,

atau menusuk.

c) Region: Radiation, relief, apakah rasa sakit bisa reda,

apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa

sakit terjadi

d) Severity (scale) of pain: seberapa jauh rasa nyeri yang

dirasakan klien, bisa berdasarkan sakala nyeri atau klien

menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

kemampuan fungsinya.

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

58 Poltekkes Kemenkes Padang

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari (wahid,

2013).

3) Riwayat kesehatan sekarang

Kaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah

tulang paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan dan

apakah sudah berobat ke dukun patah. Dengan mengetahui

mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui

luka yang lain (muttaqin, 2008).

4) Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit

kelainan formasi tulang atau biasanya disebut paget dan ini

mengganggu proses daur ulang tulang yang normal di dalam

tubuh sehingga menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang

sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di

kaki sangat beresiko mengalami osteomielitis akut dan kronis

dan penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

(muttaqin, 2008).

5) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang

tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang terjadi pada

beberapa keturunan dan kanker tulang yang cenderung

diturunkan secara genetik (muttaqqin, 2008).

6) Pola fungsi kesehatan

Menurut (Wahid, 2013) sebagai berikut :

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

59 Poltekkes Kemenkes Padang

Biasanya partisipan akan mengalami perubahan atau

gangguan pada personal hygine, misalnya kebiasaan mandi

terganggu karena geraknya terbatas, rasa tidak nyaman,

ganti pakaian, BAB dan BAK memerlukan bantuan

oranglain, merasa takut akan mengalami kecacatan dan

merasa cemas dalam menjalani penatalaksanaan kesehatan

untuk membantu penyembuhan tulang karena kurangnya

pengetahuan.

b) Pada pasien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi

kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein,

vitamin C dan lainya untuk membantu proses penyembuhan

tulang dan biasanya pada partisipan yang mengalami

fraktur bisa mengalami penurunan nafsu makan bisa juga

tidak ada perubahan.

c) Pola eliminasi

Untuk kasus fraktur femur biasanya tidak ada gangguan

pada eliminasi, tetapi walaupun begitu perlu juga kaji

frekuensi, konsitensi, warna serta bau fases pada pola

eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji

frekuensi kepekatanya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua

pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.

d) Pola istrahat dan tidur

Semua pasien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,

sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan

tidur pasien. Selain itu juga pengkajian dilaksanakan pada

lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan

kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.

e) Pola aktivitas

Biasanya pada pasien fraktur femur timbulnya nyeri,

keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien

menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu bnayak

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

60 Poltekkes Kemenkes Padang

dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah

bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena ada

bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur

dibanding pekerrjaan yang lain.

f) Pola hubungan dan peran

Pasien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam

masyarakat. Karna klien harus menjalani rawat inap.

g) Pola presepsi dan konsep diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

ketidakuatan akan kecacatan akan frakturnya, rasa cemas,

rasa ketidak mampuan untuk melkukan aktivitas secara

optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah.

h) Pola sensori dan kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada

bagian distal fraktur, sedangkan pada indera yang lain tidak

timbul gangguan. Begitu juga pada kognitifnya tidak

mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri

akibat fraktur.

i) Pola reproduksi seksual

Dampak pada pasien fraktur femur yaitu, pasien tidak bisa

melakukan hubungan seksual karena harus menjalani rawat

inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami

klien. Selain itu juga, perlu perlu dikaji status

perkawinannya termasuk jumlah anak, lama

perkawinannya.

j) Pola penanggulangan stres

Pada pasien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan

dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan

fungsi tubuhnya. Mekanisame koping yang ditempuh klien

bisa tidak efektif.

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

61 Poltekkes Kemenkes Padang

Untuk pasien fraktur femur tidak dapat melaksanakan

kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan

konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan

keterbatasan gerak klien.

b. Pemeriksaan fisik

Menurut (wahid, 2013) pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua, yaitu

pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan

gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu

untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan

dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang lebih

sempit tetapi lebih mendalam.

1) Gambaran umum

Perlu menyebutkan:

a) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat

merupakan tanda-tanda, seperti:

(1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

komposmentis tergantung pada keadaan klien.

(2) Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan,

sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

(3) Tanda-tanda vital tidak normal

b) Secara sistemik

(1) Sistem integumen

Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma

meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

(2) Kepala

Biasanya diikuti atau tergantung pada gangguan kepala.

(3) Leher

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

62 Poltekkes Kemenkes Padang

Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid atau

getah bening

(4) Muka

Biasanya wajah tampak pucat, dan meringis

(5) Mata

Biasanya konjungtiva anemis atau sklera tidak ikterik

(6) Telinga

Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada masalah

pada pendengaran.

(7) Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan dan tidak ada

pernafasan cuping hidung

(8) Mulut

Biasanya mukosa bibir kering, pucat, sianosis

(9) Thoraks

Inspeksi

Biasanya pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya

tergantung pada riwayat penyakit pasien yang

berhubungan dengan paru.

Palpasi

Biasanya pergerakan sama atau simetris, fermitus

terraba sama.

Perkusi

Biasanya suara ketok sonor, tak ada redup atau suara

tambahan lainya.

Auskultasi

Biasanya suara nafas normal, tak ada wheezing, atau

suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

(10) Jantung

Inspeksi

Biasanya tidak tampak iktus kordis

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

63 Poltekkes Kemenkes Padang

Palpasi

Biasanya iktus kordis tidak teraba

Auskultasi

Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.

(11) Abdomen

Inspeksi

Biasanya bentuk datar, simetris tidak ada hernia.

Palpasi

Biasanya tugor baik, hepar tidak teraba

Perkusi

Biasanya suara thympani

Auskultasi

Biasanya bising usus normal ± 20 kali/menit

(12) Ekstremitas atas

Biasanya akral teraba dingin, CRT < 2 detik, turgou

kulit baik, pergerakan baik

(13) Ekstremitas bawah

Biasanya akral teraba dingin, CRT > 2 detik, turgor kulit

jelek, pergerakan tidak simteris, terdapat lesi dan edema.

2) Gambaran lokal

Harus diperhatikan keadaan proksimal serta bagian distal

terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status

neurovaskuler 5 P yaitu Pain, palor, parestesia, pulse,

pergerakan). Pemeriksaan pada sistem muskukuluskletal

adalah:

a) Look (inspeksi)

Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:

(1) Jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti

bekas operasi

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

64 Poltekkes Kemenkes Padang

(2) penampakan kurang lebih besar uang logam.

Diameternya bisa sampai 5cm yang di dalamnya berisi

bintik-bintik hitam. Cape au lait itu bisa berbentuk

seperti oval dan di dalamnya bewarna coklat. Ada juga

berbentuk daun dan warna coklatnya lebih coklat dari

kulit, di dalamnya juga terbentuk bintik-bintik dan

warnanya jauh lebih coklat lagi. Tanda ini biasanya

ditemukan di badan, pantat, dan kaki.

(3) Fistulae warna kemrahan atau kebiruan (livide) atau

hipergigmentasi.

(4) Benjolan pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal

yang tidak biasa (abnormal).

(5) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas).

(6) Posisi jalan

b) Feel ( palpasi)

Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita

diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada

dasarnya ini merupakan pemeriksaan memberikan

informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien.

Yang perlu dicatat adalah :

(1) Perubahan suhu di sekitar trauma (hangat) kelembaban

kult. Capillary refill time Normal 2 detik.

(2) Apabila ada pembekakan, apakah terdapat fluktuasi

atau oedema terutama disekitar persendian.

(3) Nyeri tekan( tendernes), krepitasi, catat letak kelainan

(1/3 proksimal, tengah, atau distal).

Otot : Tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi,

benjolan yang terdapat dipermukaan atu melekat pada

tulang. Selain itu juga diperiksa status neurevaskuler.

Apabila ada benjolan, maka sifat benjolan perlu di

deskripsikan permukaannya, konsistensinya, pergerakan

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

65 Poltekkes Kemenkes Padang

tehadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak, dan

ukurannya.

(4) Move ( pergerakan terutama lingkup gerak)

Setelah melakukan pemeriksaan feel , kemudian

diteruskan dengan menggerakan ekstrimitas dan dicatat

apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.

Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat

mengevaluasi keadaan sebelum dan sesudahnya.

Gerakan sendi di catat dengan ukuran derajat, dari tiap

arah pergerakan mulai dari titik O (posisi netral) atau

dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan

apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau tidak.

Pergerakan yang di lihat adalah gerakan aktif dan pasif

(Wahid, 2013).

c. Pemeriksaan diagnostik

1) pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah

“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk

mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan

tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA

dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi

tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan patologi

yang dicari karena adanya super posisi. Hal yang harus dibaca

pada X-ray:

a) bayangan jarinagan lunak

b) tips tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau

biomekanik atau juga rotasi.

c) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.

d) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.

Selain foto polos X-ray (plane X-ray) mungkin perlu teknik

khususnya seperti:

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

66 Poltekkes Kemenkes Padang

a) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi

struktur yang lain tertutup yang sulit difisualisasi. Pada

kasusu ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks

dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain

juga mengalaminya.

b) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal

dan pembuluh darah diruang tulang vetebrae yang

mengalami kerusakan akibat trauma.

c) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang

rusak karena ruda paksa.

d) Computed Tomografi-schanning: menggambarkan

potongan secara transfersal dari tulang dimana didapatkan

suatu struktur tulang yang rusak (Wahid, 2013).

2) Pemeriksaan laboratorium

a) Kalsium serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahapan

penyembuhan tulang.

b) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan

menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk

tulang.

c) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase

(LDH-5), aspartat Amino transferase (AST), Aldolase yang

meningkat pada tahap penyembuhan tulang (Wahid, 2013).

3) Pemeriksaan lain-lain

a) Pemeriksaan mikroorganisme kultur testsensitivitas:

Didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.

b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan diatas tapi lebih di indikasikan bila

terjdi infeksi.

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

67 Poltekkes Kemenkes Padang

c) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang

dikibatkan faktor.

d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau

sobek karena trauma yang berlebihan.

e) Indium imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya

infeksi pada tulang.

f) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur

(wahid, 2013).

2. Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien

fraktur femur adalah sebagai berikut (Nanda, 2015-2017)

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal

3) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal

4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan

sirkulasi

5) Resiko infeksi

6) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

7) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber

pengetahuan.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

68 Poltekkes Kemenkes Padang

3. Rencana keperawatan

Tabel 2.1

Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

NOC NIC

1 Nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik

Definisi :

Pengalaman sensori dan

emsional tidak

menyenangkan yang

munsul akibat kerusakan

jaringan ktual atau

potensial atau yang

digambarkan sebagai

kerusakan (International

Association for the Study

of Pain); awitan yang

tiba-tiba atu lambat dari

intensitas ringan hiingga

berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau

diprediksi.

Batasan karakteristik :

1) Bukti nyeri

dengan

menggunakan

standar daftar

periksa nyeri

untuk pasien yang

tidak dapat

mengungkapkann

ya

2) Diaforesis

3) Ekspresi wajah

nyeri (mis;mata

kurang bercahaya,

Kontrol nyeri :

1) Mengenali kapan

nyeri terjadi secara

konsisten

menunjukkan

2) Menggambarkan

faktor penyebab

secara konsisten

menunjukkan

3) Mengunakn

tindakan

pencegahan secara

konsisten

menunjukkan

4) Menggunakan

tindakan

pengurangan nyeri

tanpa analgesik

secara konsisten

menunjukkan

5) Mengenali apa

yang terkait

dengan gejala

nyeri secara

konsisten

menunjukkan

6) Melaporka nyeri

yang terkontrol

secara konsisten

menunjukkan

Tingkat nyeri :

1) Nyeri yang

dilaporkan tidak

ada

Manajemen nyeri :

Aktifitas-aktifitas :

1) Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

2) Gunakan strategi

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri

3) Gali pengetahuan dan

kepercayaan pasien

mengenai nyeri

4) Evaluasi pengalaman nyeri

di masa lalu

5) Berikan informasi

mengenai nyeri, seperti

penyebab nyeri, berapa

nyeri akan dirasakan, dn

antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat

prosedur

6) Ajarkan prinsip-prinsip

manajemen nyeri

7) Dorong pasien untuk

memonitor nyeri dn

menangani nyeri dengan

tepat

8) Ajarkan metode

farmakologi untuk

menurunkan nyeri

9) Dukung istirahat/tidur yang

adekuat untuk membantu

penurunan nyeri

10) Dorong pasien untuk

mediskusikan pengalaman

nyeri

11) Gunakan pendekatan

multidisplin untuk

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

69 Poltekkes Kemenkes Padang

tampak kacau,

gerakan mata

berpencar atau

tetap pada satu

focus, meringis)

4) Focus pada diri

sendiri

5) Keluhan tentang

intensitas

menggunakan

standar skala

nyeri

6) Keluhan tentang

karakterstik nyeri

dengan

menggunakan

standar

instrument nyeri

7) Laporan tentang

perilaku

nyeri/perubahan

aktifitas (mis;

anggota keluarga,

pemberi asuhan)

8) Mengekspresikan

perilaku )mis;

gelisah,

merengek,

menangis,

waspada)

9) Perilaku distraksi

10) Perubahan posisi

untuk

menghindari rasa

nyeri

11) Putus as

12) Sikap melindungi

area nyeri

13) Sikap tubuh

melindungi

2) Panjangnya

episode nyeri tidak

ada

3) Menggosok area

yang terkena

ampak tidak ada

4) Mengerang dan

menangis tidak ada

5) Ekspresi nyeri

wajah tidak ada

6) Dapat beristirahat

7) Iritabilitas tidak

ada

8) Mengerinyit tidak

ada

9) Ketegangan otot

tidak ada

10) Tekanan darah

tidak ada deviasi

dari kisaran

normal

manajemen nyeri.

Pemberian analgesik :

Aktifitas-aktifitas :

1) Tentukan lokais,

karakteristik, lokasidan

keparahan nyeri

2) Cek perintah

pengobatan meliputi

obat, dosis, dan

frekuensi obat anlagesik

yang diberikan

3) Cek adanya riwayat

alergi obat

4) Pilih analgeisk yang

sesuai ketika lebih dari

satu yang diberikan

5) Pilih rute intravena

daripada rute

ntramuskular untuk

injeksi pengoatan nyeri

yang sering

6) Monitor tanda vital

sebelum dan sesudah

memberikan analgesic

pda pemberian dosis

perama kali

7) Susun harapan yang

positif mengenal

kefektifan analgesic

untuk mengoptimalkan

respon pasien

8) Dokumentasikan respon

terhadap analgesic dan

adanya efek samping

9) Lakukan tindakan-

tindakan yang

menurunkn efek

samping analgesic

10) Ajarkan tetang

penggunaan analgeisk,

strategi untuk

menurunkn efek

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

70 Poltekkes Kemenkes Padang

samping, dan harapan

terkait dengan

keterlibatan dalam

keputusan pengurangan

nyeri.

Manajemen obat :

Aktifita-aktifitas :

1) Tentukan obat yang

diperlukan dan kelola

menurut resep

2) Tentukan kemampuan

pasien untuk mengobati

diri sendiri dengan cara

yang tepat

3) Monitor efektifitas cara

pmberian obat yang

sesuai

4) Monitor pasien

mengenai efek

terapeutik obat

5) Monitor tanda dan

gejal;a toksisitas obat

6) Monitor efek samping

obat

7) Monitor interaksi obat

yng non terapeutik

8) Kaji ulang psien dan

keluarga secara berkala

mengenai jenis dan

jumlah obat yang

dikonsumsi

9) Monitor respon terhadap

perubahan pengobatan

dengan cara yang tepat

10) Pantau kepatuhan

mengenai regimen obat

11) Pertimbangkan faktor-

faktor yang dapat

menghalangi pasien

untuk mengkonsumsi

obat yang di resepkan

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

71 Poltekkes Kemenkes Padang

12) Ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

tindakan dan efek

samping dari obat

13) Ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

metode pemberian obat

yang sesuai

14) Kaji ulang strategi

bersama pasien dalam

mengelola obat-obatan

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifitas :

1) Monitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status

pernafasan

2) Monitor tekanan darah,

denyut nadi dan

pernafasan sebelum dan

setelah beraktifitas

3) Monitor dan laporkan

tanda dan gejala

hiportemi dan

hipertemia

4) Monitor keberadaan dan

kualitas nadi

5) Monitor terkait dengan

nadi alternatif

6) Monitor irama dan laju

pernafasan

7) Monitor suara paru-paru

8) Monitor pola pernafasan

abnormal

9) Monitor warna kulit,

suhu, dan kelembaban

10) Identifikasi

kemungkinan penyebab

perubahan tanda-tanda

vital

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

72 Poltekkes Kemenkes Padang

2 Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan

gangguan

musculoskeletal

Definisi :

Keterbatasan dalam

gerakan fisik atau satu

atau lebih ekstremitas

secara mandiri dan

terarah

Batasan karakteristik :

1) Gangguan sikap

berjalan

2) Gerakan lambat

3) Gerakan tidak

terkoordinasi

4) Kesulitan

membolak-balik

posisi

5) Keterbatasan

rentang gerak

6) Ketidaknyamanan

7) Penurunan

kemampuan

dalam melakukan

keterampilan

motoric kasar

8) Penurunan waktu

reaksi

Pergerakan :

1) Keseimbangan

tidak terganggu

2) Koordiansi tidak

terganggu

3) Cara berjalan tidak

terganggu

4) Gerakan otot tidak

teranggu

5) Gerakan sendi

terganggu

6) Kinerja pengaturan

suhu tidak

terganggu

7) Berlari tdak

terganggu

8) Melompat tidak

terganggu

9) Merangkak tidak

terganggu

10) Berjalan tidak

terganggu

11) Bergerak dengan

mudah tidak

terganggu

Terapi latihan : ambulasi :

Aktifitas-aktivitas:

1) bantu pasien untuk

menggunakan alas kaki

yang memfasilitasi

pasien untuk berjalan

dan mencegah cedera

2) bantu pasien untuk

duduk di sisi tempat

tidur untuk

memfasilitasi

penyesuaian sikap tubuh

3) bantu pasien untuk

berpindahan

4) terapkan/sediakan alat

bantu (tongat, walker

atau kursi roda)

5) bantu pasien dengan

ambulasi awal

6) instruksikan pasien

mengenai pemindahan

dan teknik ambulasi

yang aman

7) monitor pengguaan kruk

pasien atau alat bantu

berjalan lainnya

8) banu pasien untuk

berdiri dan ambulasi

dengan jarak tertentu

9) batu pasien untuk

membangun pencapaian

yang realistis untuk

ambulasi jarak

10) dorong pasien untuk

bangkit sebanyak dan

sesering yang

diinginkan.

Manajemen energi :

Aktifitas-aktifitas :

a. Kaji stats fisiologis

pasien yang

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

73 Poltekkes Kemenkes Padang

menyebabkan kelelahan

b. Tentukan persepsi psien

mengenai penyebab

kelelahan

c. Pilih intervensi untuk

mengurangi kelelahan

baik secara

farmakologis maupun

non farmakologis

d. Monitori

intake/asupan nutrisi

untuk mengetahui

sumber energi

e. Monitor waktu dan lama

istirahat pasien

f. Batasi jumlah dan

gangguan pengunjung

g. Monitor respon oksigen

pasien (misalnya

tekanan darah, nadi,

repirasi) saat perawatan

maupun melakukan

perawatan secara

mandiri

Bantuan perawatan diri :

Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya

pasien ketika

meningkatkan aktivitas

perawatan diri

2) pertimbangkan usia

pasien ketika

meningkatkan kativitas

perawatan diri

monitor kemampuan

perawatan diri secara

mandiri

3) monitor kebutuhan

pasien terkait dengan

lat-alat kebersihan diri

4) berikan lingkungan yang

terapeutik dengan

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

74 Poltekkes Kemenkes Padang

memastikan lingkunga

yang hangat, santai,

tertutup

5) berikan bantuan sampai

pasien mampu

melakukan perawatan

diri secara mandiri

6) dorong psien untuk

melakukan aktifitas

normal sehari-hari

sampai batas

kemampuan pasien

7) dorong kemampuan

pasien, tapi bantu ketika

pasien tak mampu

melakukannya

8) ciptakan rutinitas

aktifitas perawatan diri.

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifits :

1) Monitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status

pernafasan

2) Monitor tekanan darah,

denyut nadi dan

pernafasan sebelum dan

setelah beraktifitas

3) Monitor dan laporkan

tanda dan gejala

hiportemi dan

hipertemia

4) Monitor keberadaan dan

kualitas nadi

5) Monitor terkait dengan

nadi alternatif

6) Monitor irama dan laju

pernafasan

7) Monitor suara paru-paru

8) Monitor pola pernafasan

abnormal

9) Monitor warna kulit,

suhu, dan kelembaban

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

75 Poltekkes Kemenkes Padang

10) Identifikasi

kemungkinan penyebab

perubahan tanda-tanda

vital

3 Defisit perawatan diri:

mandi berhubungan

dengan gangguan

musculoskeletal

Definisi :

Hambtan kemampuan

untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas

mandi secara mndiri

Batasan karakteristik :

1) ketidakmampuan

membasuh tubuh

2) ketidakmampuan

mengakses kamar

mandi

3) ketidakmampuan

mengeringkan

tubuh

Perawatan diri : mandi :

1) mencuci wajah

tidak terganggu

2) mencuci badan

bagian atas tidak

terganggu

3) mencuci badan

bagian bawah

tidak terganggu

4) membersihkan

area perineum

tidak terganggu

5) mengeringkan

badan tidak

terganggu

Perawatn diri:

kebersihan :

1) mencuci tangan

tidak terganggu

2) membersihakn

area perineum

tidak terganggu

3) membersihkan

telinga tidak

terganggu

4) mempertahankan

kebersihan mulut

tidak terganggu

5) megeramas rambut

tidak terganggu

6) memperhatika

kuku jari tangan

tidak tergangu

7) memperhatikan

kuku kaki tidak

terganggu

8) mempertahankan

kebersihan tubuh

tidak terganggu

Manajemen nyeri :

Aktifitas-aktifitas :

1) Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif

2) Gunakan strategi

komunikasi terapeutik

untuk mengetahui

pengalaman nyeri

3) Gali pengetahuan dan

kepercayaan pasien

mengenai nyeri

4) Evaluasi pengalaman nyeri

di masa lalu

5) Berikan informasi

mengenai nyeri, seperti

penyebab nyeri, berapa

nyeri akan dirasakan, dn

antisipasi dari

ketidaknyamanan akibat

prosedur

6) Ajarkan prinsip-prinsip

manajemen nyeri

7) Dorong pasien untuk

memonitor nyeri dn

menangani nyeri dengan

tepat

8) Ajarkan metode

farmakologi untuk

menurunkan nyeri

9) Dukung istirahat/tidur yang

adekuat untuk membantu

penurunan nyeri

10) Dorong pasien untuk

mediskusikan pengalaman

nyeri

11) Gunakan pendekatan

multidisplin untuk

manajemen nyeri.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

76 Poltekkes Kemenkes Padang

Bantuan perawatan diri :

Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya

pasien ketika

meningkatkan aktivitas

perawatan diri

2) pertimbangkan usia

pasien ketika

meningkatkan kativitas

perawatan diri

monitor kemampuan

perawatan diri secara

mandiri

3) monitor kebutuhan

pasien terkait dengan

lat-alat kebersihan diri

4) berikan lingkungan yang

terapeutik dengan

memastikan lingkunga

yang hangat, santai,

tertutup

5) berikan bantuan sampai

pasien mampu

melakukan perawatan

diri secara mandiri

6) dorong psien untuk

melakukan aktifitas

normal sehari-hari

sampai batas

kemampuan pasien

7) dorong kemampuan

pasien, tapi bantu ketika

pasien tak mampu

melakukannya

8) ciptakan rutinitas

aktifitas perawatan diri.

Manajemen energi :

Aktifitas-aktifitas :

a. Kaji stats fisiologis

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

77 Poltekkes Kemenkes Padang

pasien yang

menyebabkan kelelahan

b. Tentukan persepsi psien

mengenai penyebab

kelelahan

c. Pilih intervensi untuk

mengurangi kelelahan

baik secara

farmakologis maupun

non farmakologis

d. Monitori

intake/asupan nutrisi

untuk mengetahui

sumber energi

e. Monitor waktu dan lama

istirahat pasien

f. Batasi jumlah dan

gangguan pengunjung

g. Monitor respon oksigen

pasien (misalnya

tekanan darah, nadi,

repirasi) saat perawatan

maupun melakukan

perawatan secara

mandiri

4 Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan

gangguan sirkulasi

Definisi :

Kerusakan pada

epidermis dan/atau

dermis

Batasan karakteristik :

1) Benda asing

menusuk

permukaan kulit

2) Kerusakan

integritas kulit

Integritas jaringan :

kulit dan membrane

mukosa :

1) Suhu kulit tidak

terganggu

2) Elastisitas tidak

terganggu

3) Ketebalan tidak

terganggu

4) Perfusi jaringan

tidak terganggu

5) Pertumbuhan

rambut pada kulit

tidak terganggu

6) Integritas kulit

tidak terganggu

Pengecekan kulit :

Aktifitas-aktifitas :

1) Periksa kulit dan

selaput lendir terkait

dengan adanya

kemerahan, kehangatn

ekstrim, edema dan

drainage

2) Amati warna,

kehangatan, bengkak,

pulsasi, tekstur, edema

dan ulserasi pada

ekstremitas

3) Periksa kondisi luka

operasi

4) Monitor warna dan

suhu kulit

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

78 Poltekkes Kemenkes Padang

7) Pigmentasi

abnormal tidak ada

8) Lesi pada kulit

tidak ada

9) Jaringan parut

tidak ada

10) Pengelupasan kulit

tidak ada

11) Wajah pucat tidak

ada

12) Nekrosis tidak ada

13) Pengerasan kulit

tidak ada

5) Monitor kulit dan

selaput lendir terhadap

area perubahan warna,

memar, dan pecah

6) Monitor kulit untuk

adanya ruam dan lecet

7) Monito sumber

tekanan dan gesekan

8) Monitor infeksi,

terutama dari daerah

edema

9) Lakukan langakh-

langkah untuk

mencegah kerusakan

lebih lanjut

10) Ajarkan anggota

keluarga/pemberi

asuhan mengenai

tanda-tanda kerusakan

kulit

Monitor ekstremitas bawah:

Aktifitas-aktifitas :

1) Inspeksi terhadap

kebersihan kulit yang

buruk

2) Inspeksi warna, suhu,

tekstur, pecah-pecah

atau luka pada kulit

3) Dapatkan data mengenai

adanya peruabahn pada

kaki dan riwayat ulser

kaki sebelumnya

maupun saat ini

4) Tentukan status

mobilisasi

5) Kajin adanya klaudikasi

yang berselang-seling,

nyeri saat istirahat atau

nhyeri saat malam

6) Tentukam ambang batas

persepsi vibrasi

7) Kaji refleks tendon

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

79 Poltekkes Kemenkes Padang

dalam (misal,

pergelangan kaki dan

lutut

8) Onitor cara berjalan dan

distribusi berat pada

kaki

9) Monitor mobilisasi

sendi (misal, dorsofleksi

pergelangan kaki, dan

gerakan sendi subtalar)

10) Identifikasi perawatan

kaki khusus yang

dubutuhkan

11) Konsultasikan pada

dokter terkait

reomendasi untukl

dilakukannya evaluasi

dan terapi lebih lanjut

12) Berikan keluarga dan

pasien informasi

mengenai perawatan

kaki khusus yang

direkomendasikan

13) Tentuakn sumber-

sumber finnasial pasien

terkait dengan

pelayanan perawtan kaki

khusus

Kontrol infeksi :

Aktifitas-aktifitas :

1) Bersihkan lingkungan

denga baik setelah

digunakan untuk setiap

pasien

2) Batasi jumlah

pengunjung

3) Anjurkan cara cuci

tangan bagi tenaga

kesehatan

4) Anjurkan pasien

mengenai teknik

mencuci tangan dengan

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

80 Poltekkes Kemenkes Padang

tepat

5) Anjurkan pengunjung

untuk menvuci tangan

pada saat memasuki dan

meninggalkan ruangan

pasien

6) Cuci tangan sebelum

dan sesudah kegiatan

perawatan pasien

7) Lakukan tindakan-

tindakan pencegahan

yang bersifat universal

8) Pakai sarung tangan

steril dengan tepat

9) cukur dan siapkan

daerah untuk persiapan

prosedur invasive

10) jaga sistem yang

tertutup saat melakukan

monitor hemodinamik

invasive

11) berikan penaganan

aseptic dari semua

saluran IV

12) tingkatka intake nutrisi

yang tepat

13) dorong intake cairan

yang sesuai

14) dorong untuk

bersitirahat

15) berikan terapi antibiotik

yang sesuai

16) anjurkan pasien

meminum antibiotic

seperti yang diresepkan

17) ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

tanda dan gejala infeksi

18) ajarkan pasien dan

keluarga mengeai

bagaimana menghindari

infeksi.

5 Resiko infeksi

Definisi :

Rentan mengalami invasi

Keparahan infeksi :

1) kemerahan tidak

ada

2) vesikel yang tidak

Perlindungan infeksi :

Aktifitas-aktifitas :

1) monitor adanya tanda

dan gejala infeksi

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

81 Poltekkes Kemenkes Padang

dan multipikasi

organisme patogenik

yang dapat menganggu

keseahatan

mengeras

permukannya tidak

ada

3) demam tidak ada

4) ketidakstabilan

suhu tidak ada

5) nyeri tidak ada

6) malaise tidak ada

7) hilang nafsu

makan tidak ada

8) kolonisasi kultur

area luka tidak ada

sistemik dan local

2) monitor kerentanan

terhadap infeksi

3) batasi jumlah

pengunjung yang sesuai

4) berikan perawatan kulit

yang tepat

5) periksa kulit dan selaput

lendiruntuk adanya

kemerahan, kehangatan

ekstrim, atau drainase

6) tingaktkan asupan

nutrisi yang cukup

7) anjurkan asupan cairan

yang tepat

8) anjurkan istirahat

9) pantau adanya

peruabhan tingak energy

atau malaise

10) anjurkan peningkatan

mobilitas dan latihan

yang tepat

11) ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

perbedan virus dan

bakteri

12) Ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

tanda dan gejala infeksi

13) Ajarkan pasien dan

keluarga bagaimana cara

menghindari nfeksi

Kontrol infeksi :

Aktifitas-aktifitas :

1) Bersihkan lingkungan

denga baik setelah

digunakan untuk setiap

pasien

2) Batasi jumlah

pengunjung

3) Anjurkan cara cuci

tangan bagi tenaga

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

82 Poltekkes Kemenkes Padang

kesehatan

4) Anjurkan pasien

mengenai teknik

mencuci tangan dengan

tepat

5) Anjurkan pengunjung

untuk menvuci tangan

pada saat memasuki dan

meninggalkan ruangan

pasien

6) Cuci tangan sebelum

dan sesudah kegiatan

perawatan pasien

7) Lakukan tindakan-

tindakan pencegahan

yang bersifat universal

8) Pakai sarung tangan

steril dengan tepat

9) cukur dan siapkan

daerah untuk persiapan

prosedur invasive

10) jaga sistem yang

tertutup saat melakukan

monitor hemodinamik

invasive

11) berikan penaganan

aseptic dari semua

saluran IV

12) tingkatka intake nutrisi

yang tepat

13) dorong intake cairan

yang sesuai

14) dorong untuk

bersitirahat

15) berikan terapi antibiotik

yang sesuai

16) anjurkan pasien

meminum antibiotic

seperti yang diresepkan

17) ajarkan pasien dan

keluarga mengenai

tanda dan gejala infeksi

18) ajarkan pasien dan

keluarga mengeai

bagaimana menghindari

infeksi

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

83 Poltekkes Kemenkes Padang

Pengecekan kulit :

Aktifitas-aktifitas :

1) Periksa kulit dan selaput

lendir terkait dengan

adanya kemerahan,

kehangatn ekstrim,

edema dan drainage

2) Amati warna,

kehangatan, bengkak,

pulsasi, tekstur, edema

dan ulserasi pada

ekstremitas

3) Periksa kondisi luka

operasi

4) Monitor warna dan suhu

kulit

5) Monitor kulit dan

selaput lendir terhadap

area perubahan warna,

memar, dan pecah

6) Monitor kulit untuk

adanya ruam dan lecet

7) Monito sumber tekanan

dan gesekan

8) Monitor infeksi,

terutama dari daerah

edema

9) Lakukan langakh-

langkah untuk

mencegah kerusakan

lebih lanjut

10) Ajarkan anggota

keluarga/pemberi

asuhan mengenai tanda-

tanda kerusakan kulit

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifitas :

1) Monitor tekanan darah,

nadi, suhu, dan status

pernafasan

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

84 Poltekkes Kemenkes Padang

2) Monitor tekanan darah,

denyut nadi dan

pernafasan sebelum dan

setelah beraktifitas

3) Monitor dan laporkan

tanda dan gejala

hiportemi dan

hipertemia

4) Monitor keberadaan dan

kualitas nadi

5) Monitor terkait dengan

nadi alternatif

6) Monitor irama dan laju

pernafasan

7) Monitor suara paru-paru

8) Monitor pola pernafasan

abnormal

Sumber : Nanda (2015) : Niursing Intervention Clasification (NOC) (2013) :

Nursing Outcomes Clasification (NIC) (2013).

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

85 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain dan Jenis Penelitian

Desain penelitian ini adalah studi kasus dengan jenis penelitian dalam

bentuk deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi

(Ariani, 2014). Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah melihat asuhan

keperawatan pada pasien dengan fraktur femur di ruangan trauma center

irna bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di ruangan trauma center irna bedah RSUP

Dr. M. Djamil Padang. Waktu penelitian dilakukan bulan November 2018

sampai bulan Juni 2019. Waktu untuk studi kasus selama 6 hari pada

tanggal 12 Maret sampai 17 Maret 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arini, 2014). Populasi pada

penelitian ini adalah 1 pasien dengan diagnosa post orif ec mal-union

fraktur femur di ruang trauma center irna bedah RSUP Dr.M.Djamil

Padang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Arini, 2014). Sampel penelitiaan ini 1 orang partisipan

yang mengalami post orif ec mal-union fraktur femur. Pengambilan

sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel

dengan cara memilih sampel dengan kriteria terrentu daalm

pengambilan sampelnya (Lutfiyah, 2017).

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

48

Poltekkes Kemenkes Padang

Kriteria dalam pengambilan sampel ini yaitu :

a. Kriteria inklusi

1) Pasien bersedia menjadi responden

2) Pasien yang kooperatif

1) Kriteria eksang pulang atau meninggal sebelum 5 hari

penelitian

2) Pasien dengan komplikasi penyakit lain

D. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument pengumpulan data yang digunakan adalah format

asuhan keperawatan medical bedah. Tahapan proses keperawatan ini

dimulai dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan di ruang trauma

center irna bedah RSUP Dr. M. Djamil padang. Alat dan instrument yang

digunakan meliputi :

1. Instrument pengumpulan data :

a. Format pengkajian keperawatan yang terdiri dari : identitas pasien,

identitas penanggung jawab, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.

b. Format analisa data keperawatan : nama pasien, nomor rekam

medic, data, penyebab, masalah.

c. Format diagnosa keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor

rekam medik, diagnosa keperawatan, anggal dan paraf

ditemukannya masalah, serta tanggal dan paraf di pecahkannya

masalah.

d. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasen,

nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, NIC dan NOC.

e. Format implementasi kepeawatan terdiri dari : nama pasien, nomor

rekam medic, diagnosa kepan implementasi keperawatan.

f. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor

rekam medik, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan dan

paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

49

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Alat pengumpulan data

Alat pemeriksaan fisik terdiri dari tensi meter, stetoskop, jam tangan,

termometer, dan timbangan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,

pengukuran, dokumentasi yang dilakukan dengan cara digabungakn

(Domai, 2015).

1. Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu mengamati keadaan

umum pasien, mendengarkan keluhan pada saat dilakukan tindakan,

mengamati keadaan luka pasien dan perkembangan pasien setiap

harinya.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses pertukaran informasi secara

timbal balik antara pewawancara dengan responden untuk mengetahui

identitas pasien, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan

dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan Activity Daily Living (ADL)

seperti makan, minum, BAB, BAK, istirahat dan tidur.

3. Pengukuruan

Pengukuran ini dilakukan untuk memantau kondisi partisipan dengan

meggunakan alat ukur seperti mengukur tekanan darah, mengukur

suhu, dan menimbang berat badan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan dokumentasi catatan

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

50

Poltekkes Kemenkes Padang

perkembangan pasien, hasil radiologi, (CT Scan, Rontgen) dan hasil

pemeriksaan laboratorium.

F. Jenis-Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah suatu data yang diperoleh secara langsung dari

pasien. Seperti pengkajian pada pasien, meliputi : identitas pasien,

riwayat kesehatan, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan

keluarga, pola aktifitas sehari-hari.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah suatu data yang berasal dari olahan data primer

atau yang didapat secara tidak langsung.

G. Prosedur Pengambilan Data

Prosedur administrasi yang dilakukan peneliti meliputi :

1. Peneliti meminta surat izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Meneruskan surat rekomendasi ke RSUP Dr.M.Djamil Padang

3. Menelusuri surat izin ke Kepala Keperawatan di ruang trauma center

irna bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang

4. Melakukan pemilihan sampel yaitu berdasarkan kriteria inklusi yang

dibuat peneliti

5. Menemui responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan

penelitian (inform consent) dan memberikan kesempatan kepada

keluarga untuk bertanya, kemudian keluarga dan pasien

menandatangani inform consent sebagai persetujuan dijadikan

responden dalam penelitian.

6. Selanjutnya peneliti dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk

pertemuan berikutnya.

H. Rencana Analisis

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

51

Poltekkes Kemenkes Padang

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis

berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan

diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan dan

melakukan implementasi keperawatan serta evaluasi keperawatan dengan

cara mendokumentasikan dalam bentuk tabel.

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

52

52 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. M. Djamil Padang di Ruangan Trauma

Center. Ruangan Trauma Center dipimpin oleh seorang karu, karu dibantu

oleh katim dan beberapa perawat pelaksana yang di bagi menjadi 3 shift yaitu

pagi, siang dan malam. Selain perawat ruangan ada mahasiswa praktik dari

berbagai institusi pendidikan dalam melakukan asuhan kepada pasien.

B. Hasil Penelitian

1. Pengkajian Keperawatan

Peneliti melakukan pengkajian pada satu orang partisipan, partisipannya

adalah Tn.M. Pengkajian dilakukan dengan metode wawancara,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dilihat dari hasil studi

dokumentasi.

Table 4.1

Pengkajian Keperawatan

Pengkajian partisipan

Identitas Pasien Pengkajian yang didapatkan

berdasarkan studi dokumentasi dan

wawancara:

Pasien laki-laki, Tn. M umur 24

tahun, MR 00.92.1x.xx seorang

mahasiswa, pendidikan terakhir

SMA, agama islam, alamat Muara

Kais, Pasaman. Diagnosa medis

Fraktur Femur.

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

53

Poltekkes Kemenkes Padang

Riwayat Kesehatan Sekarang

(Keluhan Utama)

Studi Dokumentasi:

Pasien masuk ke RSUP Dr. M.

Djamil Padang melalui IGD pada

tanggal 27 Februari 2019 pada pukul

09.40 WIB, keluhan nyeri yang

sangat hebat pada paha sebelah kiri s

dan untuk melakukan operasi

pemasangan orif setelah pasien

mengalami kecelakaan lalu lintas

beberapa tahun yang lalu

( Keluhan saat dikaji ) Wawancara :

Saat dilakukan pengkajian pada hari

Selasa 12 Maret 2019 pukul 10.00

WIB di ruang rawat Bedah Trauma

Centre RSUP Dr. M. Djamil

Padang, pasien mengeluh badannya

masih terasa lemah, nyeri paha

sebelah kiri terasa seperti berdenyut-

denyut dan nyeri bertambah berat

ketika pasien berusaha

menggerskksn kski sebelah kirinya,

saat di tanya skala nyeri dari 1

sampai 10 klien menjawab skala

nyerinya ada di skala 7, nyeri hilang

timbul dengan durasi waktu 5-10

menit, pasien juga mengatakan tidak

nafsu makan, di tangan kiri pasien

terpasang infus IVFD RL 500cc/24

jam.

Riwayat kesehatan dahulu Wawancara :

Pasien mengatakn mengalami

kecelakaan 4 tahun yang lalu, dan

mengalami patah pada tulang femur

pada saat umur 20 tahun. Pasien

mengatakan pada saat kecelakaan

dibawa ke RSUD Pasaman, dan

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

54

Poltekkes Kemenkes Padang

pasien mengatakan menolak untuk

melakukan operasi dan juga

menolak RSUP Dr. M. Djamil

Padang dan memilih untuk dibwa ke

tukang urut pada saat itu.

Riwayat kesehatan keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak

ada anggota keluarga yang

mempunyai penyakit keturunan

seperti diabetes melitus dan

hipertensi. Hanya pasien yang

memiliki riwayat hipertensi.

Pola Aktivitas Sehari-hari

Nutrisi Sakit

Wawancara dan Studi Dokumentasi:

Selama di rumah sakit pasien makan

dengan diet MB dari rumah sakit 3x

sehari berupa nasi lunak, sayur, lauk

dan buah.

Observasi dan wawancara:

Pasien hanya menghabiskan

setengah dari porsi makan. Pasien

mengatakan tidak nafsu makan.

Selama sakit pasien minum ±1500

cc.

Eliminasi Sakit

Observasi dan wawancara:

pasien terpasang diapers pasien

BAB 1 kali sehari. BAK dengan

jumlah ±1500 cc, warna kuning

kepekatan, bau khas, tidak ada nyeri

saat BAK.

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

55

Poltekkes Kemenkes Padang

Istirahat dan tidur Sakit

Wawancara:

pasien mengatakan tidurnya

terganggu karena rasa nyeri yang

dirasakan. Tidur pada siang hari dan

malam hari hanya tidur 4-5 jam.

Aktivitas dan Latihan Sakit

Observasi dan wawancara :

Saat sakit aktivitas pasien selama

sakit dibantu oleh keluarga dan

perawat.

Pemeriksaan fisik Data yang didapatkan dari

pemeriksaan fisik pada pasien yaitu,

Keadaan Umum : pasien tampak

lemah, bibir tampak pucat dan

kering. Pada ekstremitas, pergerakan

ektremitas kiri atas terbatas karena

terpasang infus RL 500cc/24jam

terpasang infus, dan pada

ekstremitas bagian paha sebelah kiri

tampak disekitar luka bekas operasi

membengkak, luka masih basah, dan

terdapat cairan eksudat berwarna

putih kuning.

Data Psikologis Data dari pengkajian psikologis

pasien didapatkan, pasien bukan

termasuk orang yang pemarah dan

mudah beradaptasi. Klien tampak

menerima keadaannya yang

sekarang klien bisa diajak

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

56

Poltekkes Kemenkes Padang

berkomunikasi dengan baik biasanya

memakai bahasa Indonesia dan

Minang.

Data penunjang Pemeriksaan laboratorium

Pada tanggal 05 maret 2019 :

hemogoblin 13.8 g/dl

leukosit 11.210/mm3

trombosit 214.000/ mm3

hematokrit 40 %

gula darah sewaktu 84 mg/dl

kalsium 10.0 mg/dl

natrium 141 Mmol/L

kalium 3.4 Mmol/L

klorida serum 143 Mmol/L

Program rencana pengobatan 1. IVFD RL 500 cc 28 tetes/menit

2. Ceftriaxon 2x1 mg

3. Levoflaxacin 1x750

4. Ranitidin 2x1 mg

5. Ketorolac 2x1 mg

6. Tramadol

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

57

Poltekkes Kemenkes Padang

Analisa Data DS :

Pasien mengatakan masih terasa

nyeri pada paha sebelah kiri.

Pasien mengatakan nyeri yang

dirasakan terasa berdenyut-

denyut.

Pasien mengatakan skala nyeri 7

DO :

Pasien tampak meringis.

Pasien takut menggerakkan kaki

nya.

TD : 110/60 mmHg, N :80 x/m,

RR : 20 x/menit, S: 36,5 ᵒc

Dari analisa data diatas didapatkan

masalah Nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik

DS :

Pasien mengatakan nyeri

pada luka masih terasa saat

bergerak.

Pasien mengatakan kedua

kakinya takut di gerakkan

dan merasa kaku.

Pasien mengatakan aktifitas

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

DO

Kaki pasien tampak dibalut

kassa

Pasien tampak berbaring di

tempat tidur

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

58

Poltekkes Kemenkes Padang

Pasien tampak tidak mau

menggerakkan kakinya

karena nyeri.

Dari analisa masalah diatas

ditemukan masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan

muskuloskletal

DS : Pasien mengatakan gatal

pada daerah luka.

DO : Luka pasien masih terlihat

basah dan terlihat sedikit ada

cairan eksudat pada luka,

warna putih kuning. luka

kemerahan, luka tidak

berbaun dan tidak ada

pembengkan disekitar luka.

Hasil labor pasien didapatkan leukosit 14.120/mm3

Dari analisa data diatas ditemukan masalah Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.

2. Diagnosa Keperawatan

dari hasil pengkajian dilakukan penganalisa data dan ditemukan prioritas

diagnosis keperawatan didapatkan tiga diagnosis keperawatan, tiga

diagnosis keperawatan tersebut sebagai berikut:

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

59

Poltekkes Kemenkes Padang

No Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskletal

3 Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperwatan yang ditemukan pada

pasien, diperlukan rencana keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan

dan criteria hasil yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan.

Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada pasien:

Table 4.2

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan

(NANDA, 2015)

Perencanaan Keperawatan

NOC NIC

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

cidera fisik

1. Kontrol nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat mengontrol nyeri dengan kriteria hasil : a. Mengenalikapan nyeri

terjadi b. Menggunakan

tindakan Pencegahan baik secara farmakologi, maupun

Manajemen nyeri a. Lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi ketidaknyamanan

b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

c. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

d. Evaluasi bersama pasien dan

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

60

Poltekkes Kemenkes Padang

nonfarmokologi, c. Melaporkan nyeri yang

terkontrol

2. Tingkat nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan tingkat nyeri pasien dapat menjadi berkurang dengan kriteria hasil : a. Nyeri yang dilaporkan

sudah berkurang

b. Ekspresi nyeri tidak ada

c. bisa beristirahat

d. Frekuensi nafas normal

e. Tekanan darah normal

3. Status kenyamanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat merasakan kenyamanan dengan kriteria hasil :

a. Kesejahteraan

Fisik terpenuhi

b. Kesejahteraan

Psikologis terpenuhi

c. Perawatansesuai

Dengan kebutuhan

d. Dukungansosial

dari keluarga.

4.Tingkat ketidaknyamanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat meningkatkan kenyamanan dengan kriteria hasil :

a. Nyeri sudah tidak ada b. Tidak merasa Cemas c. Rasa takut tidak ada d. Dapat beristirahat

tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

e. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

f. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan

g. Kurangi faktor presipitasi nyeri h. Pilih dan lakukan penanganan

nyeri (farmakologi,non farmakologidan inter personal

i. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

j. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

k. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

l. Tingkat kanistirahan m. Kolaborasikan dengan dokter

jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

Pemberian analgetik

a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri Sebelum pemberian obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

c. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

d. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

e. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dandosis optimal

f. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

61

Poltekkes Kemenkes Padang

e. Meringis tidak ada f. Sesak nafas tidak ada g. Ketegangan wajah tidak

ada

5. Tanda-tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda vital pasien menjadi normal dengan kriteria hasil :

a. Suhu tubuh b. Irama pernafasan c. Tekanan darah sistolik d. Tekanan darah

diastolik e. Tekanan Nadi.

analgesik pertama kali

g. Berikan analgesi tepat waktu terutama saat nyeri hebat

h. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping) optimal

i. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur

j. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali

k. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

2. Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

gangguan

muskuloskletal

a. Joint Movement: Active

& Mobility Level

Kriteria Hasil :

1. Klien meningkat

dalam aktivitas fisik

2. Mengerti tujuan dari

peningkatan

mobilisasi

3. Memperagakan

penggunaan alat

bantu untuk

mobilisasi (walker)

b. Transfer performance

Kriteria Hasil :

Memverbalisasikan perasaan

Exercise therapy : ambulation

a. Monitoring vital sign sebelum

dan sesudah atau sebelum

latihan dan lihat respon pasien

saat latihan.

b. Konsultasikan dengan terapi

fisik tentang rencana ambulasi

sesuai dengan kebutuhan.

c. Bantu klien untuk

menggunakan tongkat saat

berjalan dan cegah terhadap

cedera.

d. Kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

e. Latih pasien dalam pemenuhan

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

62

Poltekkes Kemenkes Padang

dalam meningkatkan

kekuatan dan kemampuan

berpindah

kebutuhan ADL secara mandiri

sesuai kemampuan.

f. Dampingi dan bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu

pemenuhan kebutuhan.

ADL

a. Berikana alat bantu jika klien

memerlukan.

b. Ajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan.

3.

Resiko infeksi

berhubungan

prosedur invasif

a. Immune status

Kriteria hasil:

1) Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

2) Mendeskripsikan

proses penularan

penyakit

3) Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah timbulnya

infeksi

4) Jumlah leukosit

dalam batas normal

5) Menunjukkan perilaku hidup sehat

Infection Control (Kontrol

Infeksi)

a. Bersihkan lingkungan setelah

dipakai pasien lain

b. Batasi pengunjung bila perlu

c. Instruksikan kepada

pengunjung untuk mencuci

tangan saat berkunjung dan

setelah berkunjung

meninggalkan pasien

d. Gunakan sabun antimikroba

untuk mencuci tangan

e. Cuci tangan setiap sebelum

dan setelah melakukan

tindakan

f. Gunakan baju, sarung tangan

sebagai alat pelindung

g. Pertahankan lingkungan

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

63

Poltekkes Kemenkes Padang

aseptik selama pemasangan

alat

h. Ganti letak IV perifer dan line

sentral dan dressing sesuai

dengan petunjuk umum

i. Berikan terapi antibiotik bila

perlu

j. Monitor tanda dan gejala

infeksi sistemik dan lokal

k. Monitor kerentanan terhadap

infeksi

l. Berikan perawatan kulit pada

daerah epidema

m. Inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

n. Dorong masukan nutrisi yang

cukup

o. Dorong istirahat

p. Ajarkan cara menghindari

infeksi

q. Laporkan kecurigaan infeksi

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

64

Poltekkes Kemenkes Padang

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada pasien sesuai dengan asuhan

keperawatan adalah sebagai berikut:

Table 4.3

Implementasi keperawatan

Impelemntasi keperawatan

Impelementasi yang dilakukan selama 6 hari pada Tn. M dari tanggal 12-17 Maret 2019

yaitu

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, implementasi yang dilakukan adalah

Melakukan pengkajian ulang nyeri secara komperhensif. Menggunakan teknik

komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik de ngan pasien. Memberikan

lingkungan yang nyaman pada pasien. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

Mengajarkan teknik imaginasi terbimbing Menyarankan melakukan teknik distraksi yaitu

mendengarkan musik/mengaji Memberikan ketorolac dan paracetamol yang telah

diresepkan oleh dokter.

b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal, implementasi

yang dilakukan Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi. Melatih pasien dalam

pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan, menganjurkan kepada

keluarga untuk mendampingi pasien saat mobilisasi dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya, mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan memberikan bantuan

jika diperlukan.

c. Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif, implementasi yang dilakukan adalah

Melakukan cuci tangan sebelum, sesudah ke pasien dan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan ke pasien. Melakukan perawatan luka dengan mempertahankan kesterilan

instrument dan tangan. Memonitor tanda dan gejala terjadinya infeksi. Menganjurkan

kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri. Memberikan cefoperazone dan cefixime yang telah diresepkan

oleh dokter.

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

65

Poltekkes Kemenkes Padang

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 5 hari yaitu:

Table 4.4

Evaluasi keperawatan

Evaluasi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Setelah dilakukan implementasi pada Tn. M dan evaluasi yang didapatkan selama 5 hari

pada Tn. M pada diagnosis keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

pada hari pertama yaitu, S : Pasien mengatakan nyeri masih terasa, pasien mengatakan

nyeri masih terasa berdenyut-denyut, pasien mengatakan skala nyeri 7, O : pasien tampak

meringis dan berkeringat, TD : 110/60 mmHg, N : 80 x/ menit, RR : 20 x/ menit. A :

masalah belum teratasi, P : intervensi dilanjutkan . hari kedua dan ketiga pasien

mengatakan masih merasakan nyeri yang sama, pada hari keempat nyeri dirasakan hilang

timbu, pada hari kelima nyeri yang dirasakan pasien sudah bekurang dengan skala nyeri

4.

b. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal

Setelah dilakukan implementasi pada Tn. M dan evaluasi yang didapatkan selama 5 hari

pada Tn. M pada diagnosis keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan muskuloskletal pada hari pertama yaitu, S : Pasien mengatakan masih susah

untuk bergerak. Keluarga mengatakan ADL pasien masih dibantu. Pasien mengatakan

kedua kakinya terasa kaku , O : ADL pasien tampak masih dibantu oleh keluarga dan

perawat. Pasien tampak kesulitan dalam melakukan ADL.Pasien tampak sulit untuk

menggerakan badannya. TD :110/90 mmHg, N : 80 x/m, P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc , A :

masalah belum teratasi, P : Intervensi dilanjutkan. Hari kedua dan ketiga pasien

mengatakan kaki masih belum bisa digerakkan, pada hari keempat, pasien mengatakan

kakinya sudah mulai bisa digerakkan sediki tapi maih terasa kaku, dan pada hari kelima,

pasien mengatakan kaki pasien sudah bisa digerakkan dan sudah bisa miring kanan dan

miring kiri.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Setelah dilakukan implementasi pada Tn. M dan evaluasi yang didapatkan selama 5 hari

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

66

Poltekkes Kemenkes Padang

pada Tn. M pada diagnosis keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif, pada hari pertama yaitu, S : Pasien mengatakan luka terasa gatal dan agak terasa

panas. Pasien mengatakan luka masih basah. , O : Luka masih tampak basah Warna luka

kemerahan. Terlihat cairan eksudat pada luka Leukosit 14.120 /mm3, A : masalah belum

teratasi, P : intervensi dilanjutkan, pada hari kedua dan ketiga luka pasien masih tampak

basah, pada hari keempat pasien mengatakan luka sudah tidak mengeluarkan cairan lagi

tapi luka masih terasa gatal, pada hari kelima luka sudah kering dan tidak gatal lagi.

C. Pembahasan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Femur

yang telah dilakukan sejak tanggal 12 Maret 2019 sampai 17 Maret 2019

diruangan rawat Bedah Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang, melalui

pendekatan proses keeprawatan yaitu meliputi pengkajian, penegakkan

diagnosis, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada

pembahasan ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori

dan kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus Fraktur Femur pada

pasien di ruangan bedah Trauma Centre RSUP Dr. M. Djamil Padang, yang

dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahan awal dari proses keperawatan

dan merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari

berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien.

a. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri di pada luka

bekas operasi pada paha sebelah kiri terasa berdenyut-denyut,

dengan, nyeri meningkat saat beraktivitas, keluhan ini sesuai

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

67

Poltekkes Kemenkes Padang

dengan Hal ini sesuai dengan teori Asrizal (2014) bahwa trauma

yang menyebabkan kondisi fraktur tertutup biasnya disertai dengan

perasaan nyeri, posisi tulang yang yang tidak alami, deformitas,

grepitus, daan gangguan sensasi.Adanya trauma dapat

menyebabkan kerusakan jaringan sehingga mediator kimia

prostaglandin banyak diproduksi dan menimbulkan rasa nyeri.

Menurut analisa peneliti keluhan nyeri dapat terjadi karena fraktur

tertutup menimbulkan cedera sel dan jaringan yang merangsang

pelepasan mediator kianmia yang mengakibatkan timbulnya

persepsi gangguan rasa nyaman nyeri. Hal ini menunjukkan

kesesuaian antara teori dan keluhan yang ditemukan pada kasus.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa 132 Maret 2019 pukul

10.00 WIB di ruang rawat inap bedah trauma centre RSUP Dr. M.

Djamil Padang, pasien mengeluh badannya masih terasa lemah,

nyeri pada luka bekas operasi di bagian paha sebelah kiri terasa

berdenyut-denyut, saat di tanya skala nyeri dari 1 sampai 10 klien

menjawab skala nyerinya ada di skala 7, nyeri hilang timbul

dengan durasi waktu 5-10 menit, pasien juga mengatakan luka nya

masih basah, keluar sedikit cairan berwarna putih kuning.

Hasil pengkajian ini sesuai dengan Wahid (2013) bahwa

manifestasi dari fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,

pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal, dan

perubahan warna. Nyeri yang disebabkan oleh luka insisi tidak

terlalu hebat biasanya skala nyeri yang muncul berskala ringan

sampai sedang. Tetapi pada Pasien nyeri yang timbul disebabkan

oleh luka insisi pada bagian fraktur femur post operasi pemasangan

orif (pen). Nyeri yang timbul bukan karena terputusnya kontinuitas

tulang, namun karena tulang yang patah pada bagian femur telah

direposisi dan dilakukan pemasangan orif (pen).

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

68

Poltekkes Kemenkes Padang

Pasien mengatakn mengalami kecelakaan 4 tahun yang lalu, dan

mengalami patah pada tulang femur pada saat umur 20 tahun.

Pasien mengatakan pada saat kecelakaan dibawa ke RSUD

Pasaman, dan pasien mengatakan menolak untuk melakukan

operasi dan juga menolak RSUP Dr. M. Djamil Padang dan

memilih untuk dibwa ke tukang urut pada saat itu. Riwayat

kesehatan dahulu pasien sesuai dengan teori menurut Bararah &

Jauhar (2013)bahwa pasien dengan karsinoma bronkogenik

mempunyai riwayat merokok dan pernah tinggal di daerah industry

atau pasien cenderung berada di lingkungan perokok.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dialakukan , pasien masih mengeluh nyeri

pada fraktur dan luka insisi post operasi, skala nyeri 7, pasien meringis

saat pembersihan luka. Hal ini sesuai dengan teori menurut Andra dan

Yessie (2013) dimana kondisi fraktur secara klinis bisa berupa fraktur

femur tertutp yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot,

kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah). Menurut peneliti

pemeriksaan yang telah peneliti lakukan ditemukan adanya luka

setelah operasi pada kedua pasien dan nyeri pada paha kedua

partisipan memiliki rasa nyeri dengan ambang batas nyeri pada setiap

individu yang berbeda-beda.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA Internasional 2015 berdasarkan teori masalah

keprawatan yang muncul pada pasien dengan fraktur femur ada 12

masalah keperawatan. Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat

ruangan menegakkan 2 diagnosa keperawatan pada Tn. M didapatkan 3

diagnosa yaitu nyeri akut, hambatan mobilitas fisik, resiko infeksi.

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

69

Poltekkes Kemenkes Padang

Sedangkan menurut hasil pengkajian dan pemeriksaan oleh peneliti,

diagnosa keperawatan yang peneliti angkat yaitu nyeri akut, hambatan

mobilitas fisk, ansietas, gangguan pola tidur, resiko infeksi dan kerusakan

intergritas jaringan. Menurut analisa peneliti perawat ruangan hanya

mengangkat 2 diagnosa keperawatan pada partisipan 1 dan 3 diagnosa

keperawatan pada partisipan 2 karena perawat ruangan tidak mengkaji

lebih dalam kondisi pasien namun mengkaji secara umum saja.

Sesuai dengan diagnosa keperawatan prioritas yang diangkat oleh peneliti

pada paien yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

ditemukan data subjektif yaitu pasien mengatakan nyeri dimana provocate

: saat bergerak atau merubah posisi, quality : nyeri dirasakan seperti

berdenyut-denyut, region : pada bekas luka operasi di bagian paha kiri,

severetly : skala nyeri rentang 7, time : hilang timbul dengan durasi 5-10

menit. Data objektif pasien tampak meringis, gelisah dan kesakitan,

terdapat luka pada paha tertutup perban, luka tampak basah dan merah.

Hal ini sesuai dengan Diagnosa NANDA (2015-2017), yang menyatakan

bahwa batasan karakteristik yang ada yaitu tampak meringis, fokus

terhadap diri sendiri, terjadi perubahan aktivitas, mengekspresikan

perilaku misal gelisah, merengek, menangis, dan lain-lain.

Pada diagnosa Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam

gerakan fisik, satu atau lebih ektremitas secara mandiri dan terarah dengan

batasan karakteristik menurut teori yaitu gangguan sikap berjalan,

kesulitan dalam membolak-balik posisi, keterbatasan dalam rentang gerak,

keterbatasan dalam beraktivitas (NANDA, 2015). Sedangkan hasil

pengakajian pada pasien didapatkan batasan karakteristik pasien

mengatakan nyeri pada kaki yang fraktur saat ingin digerakkan. Data

objektif yang di dapatkan pasien di mobilisasikan (program terapi

restruktif), pasien tampak meringis, pasien tampak terbaring ditempat

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

70

Poltekkes Kemenkes Padang

tidur, keterbatasan dalam bergerak, dan aktivitas dibantu oleh keluarga dan

perawat.

Diagnosa ketiga pada pasien ditemukan diagnosa keperawatan yaitu

ditemukan diagnosa keperawatan yaitu resiko infeksi dengan data subjektif

yaitu pasien mengatakan luka pada kaki masih basah dan terasa gatal pada

area luka serta terasa panas. Data objektif Luka pasien masih terlihat basah

dan terlihat sedikit ada cairan eksudat pada luka, warna putih kuning, luka

tanpak kemerahan, luka tidak berbau dan tidak ada pembengkan disekitar

luka, hasil TTV suhu yaitu 37,80 C. Hasil labor pasien didapatkan leukosit

14.120/mm3 (5000-10.000/mm

3).

3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang

ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing

Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification

(NOC). Menurut analisa peneliti akibat dari pengkajian yang kurang

maksimal dan diagnosa keperawatan yang tidak ditegakkan maka beberapa

tindakan keperawatan tidak dapat terencana dengan baik sehingga proses

asuhan keperawatan menjadi kurang efektif dan maksimal. Perawat

seharusnya dapat merencanakan tindakan keperawatan sebaik mungkin

dengan menilai masalah keperawatan yang ada pada pasien.

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus pasien didasarkan pada

diagnosa keperawatan yang pertama yaitu Nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik, dengan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu: Paint

Manajement, aktivitas yang dilakukan adalah melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor rangsangan nyeri, mengobservasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan yang ditimbulakan oleh nyeri. Menggunakan teknik

komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien,

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

71

Poltekkes Kemenkes Padang

mengajarkan teknik non farmakologi, dan berkolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat analgetik.

Diagnosis kedua yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan muskuloskletal pada pasien, dengan kriteria hasil berdasarkan

NOC yaitu: Joint movement : active , Mobility level, aktivitas yang

dilakukan adalah monitor vital sign,mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi, dan melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara

mandiri sesuai kemampuan.

Pada Diagnosa keperawatan ke tiga untuk pasien dengan diagnosa

keperawatan ke tiga yang diangkat yaitu : Resiko Infeksi berhubungan

dengan Prosedur Infasif, Perdarahan pada luka terbuka dengan kriteria

hasil berdasarkan NOC yaitu: Immune status, Knowledge: infection

control, Risk contro, aktivitas yang dilakukan adalah lakukan cuci tangan

sebelum, sesudah ke pasien dan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

ke pasien, lakukan perawatan luka dengan pertahankan kesterilan

instrument dan tangan, monitor tanda dan gejala terjadinya infeksi,

anjurkan kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi, menganjurkan

kepada pasien untuk menjaga kebersihan diri, berikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh dokter.

4. Implementasi keperawatan

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak semua tindakan

keperawatan dilaksanakan oleh peneliti karena peneliti tidak merawat

klien 24 jam. Peneliti melakukan studi dokumentasi terhadap tindakan

yang telah dilakukan perawat ruangan umumnya sudah sesuai dengan

intervensi yang ada pada NIC.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik, Tindakan keperawatan yang tidak

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

72

Poltekkes Kemenkes Padang

peneliti laksanakan yaitu mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidak

nyamanan yang diakibatkan oleh nyeri. Rasional dari mengobservasi

ketidak nyamanan yang disebabkan oleh nyeri adalah untuk mengetahui

dan membantu dalam mengevaluasi derajat nyeri dan perubahan dari nyeri

itu sendiri, tetapi di sini peneliti tidak melakukan tindakan tersebut karena

peneliti telah melakukan tindakan keperawatan mengkaji ulang nyeri

secara komperhensif, hal ini memiliki rasional untuk mengetahui lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, derajat, dan faktor presipitasi.

Menurut analisa peneliti hal ini lebih baik dilakukan karena telah mengkaji

nyeri secara lengkap.

Implemetasi yang dilakukan pada diagnosa Resiko Infeksi berhubungan

dengan Prosedur Infasif, melakukan cuci tangan sebelum, sesudah ke

pasien dan sebelum dan sesudah melakukan tindakan ke pasien,

melakukan perawatan luka dengan mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan, memonitor tanda dan gejala terjadinya infeksi, menganjurkan

kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi, menganjurkan kepada

pasien untuk menjaga kebersihan diri, memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh dokter.

Implementasi yang dilakukan pada diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhungan dengan nyeri dan gangguan muskuloskeletal, tindakan

keperawatan yang peneliti lakukan ada 4. Tindakan keperawatan yang

tidak peneliti lakukan yaitu memonitor tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah latihan, melakukan konsultasi terapi fisik, dan membantu klien

menggunakan tongkat. Hal ini tidak peneliti lakukan di karenakan kedua

partisipan masih dalam masa imobilisasi dalam sementara waktu, dan

kedua partisipan mampu untuk menggerakkan kaki nya tetapi masih terasa

kaku dikarenakan nyeri yang dirasakan sehingga peneliti menyimpulkan

kedua partisipan tidak perlu dikonsultasikan dengan terapis dan

menjadwalkan program latihan untuk mobilisasi partisipan. dan begitu

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

73

Poltekkes Kemenkes Padang

juga pada tindakan membantu klien untuk menggunakan tongkat tidak

dilakukan karena partisipan masih dalam masa imobilisasi dan dokter

belum memperbolehkan kedua partisipan menggunakan tongkat. mengkaji

kemapuan pasien dalam mobilisasi, melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan, menganjurkan kepada

keluarga untuk mendampingi pasien saat mobilisasi, dan bantu dalam

pemenuhan kebutuhannya, mengajarkan kepada pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan bantuan jika diperlukan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan secara teori merujuk pada Nursing Outcome

Classification (NIC). Evaluasi yang dilakukan pada Tn.M dari tanggal 12-

17 Maret 2019. Pada diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera, didapatkan hasil evaluasi teratasi pada hari ke 5.

Dengan NOC, pain level, pain control, comfort level dengan kriteria hasil

mengontrol nyeri, pasien mengatakan nyeri telah berkurang, dan pasien

mengatakan nyaman setelah nyeri berkurang. Pasien diberikan diberikan

analgetik berupa keterolak , namun skala nyeri masih terasa berdenyut-

denyut pada hari ke 3, tanda-tanda vital Tn. M normal setiap harinya, pada

hari ke 5 masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Tn.M

dari tanggal 12-17 Maret 2019 untuk diagnosa keperawatan hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan muskuloskeletal,

berdasarkan NOC yaitu joint movement active, self care ADL dengan data

evaluasi pada hari pertama ADL pasien masih dibantu oleh keluarga dan

perawat, pasien tampak kesulitan dalam melakukan ADL, pada hari

kelima pasien sudah mulai menggerakkan kakinya, pada hari ke tujuh

masalah hambatan mobilitas fisk teratasi, pasien boleh pulang.

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

74

Poltekkes Kemenkes Padang

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan pada Tn.M

dari tanggal 12-17 Maret 2019 untuk diagnose resiko infeksi berhubungan

dengan prosedur infasif pemasangan orif berdasarkan NOC yaitu kontrol

infeksi dengan data evaluasi pada hari pertama luka terasa gatal, luka

masih tampak basah, lekosit 14.120/mm³. Pada hari keempat luka sudah

kering namun masih terasa gatal, leukosit 10.140/mm3. Pada hari kelima

masalah resiko infeksi teratasi pasien boleh pulang.

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

75 Poltekkes Kemenkes Padang

ENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien

dengan post orif ec malunion fraktur femur di ruang rawat inap trauma

center RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2019, peneliti mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan pasien tampak lemah, pasien mengatakan

merasa nyeri pada luka bekas operasi di bagian paha kiri, pasien

mengatakan nyeri bertambah saat kaik digerakkan, nyeri terasa

berdenyut-denyut dengan skala 7, nyeri yang dirasakan hilang timbul.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, pada ekstremitas bawah, tampak

luka bekas operasi masih basah, dan tampak ada cairan berwarna

kuning putih.

2. Diagnosis keperawatan yang diperoleh pada kasus post orif ec

malunion fraktur femur ini yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisik, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskletal, resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kasus post oerif ec

malunion fraktur femur sesuai dengan NOC NIC yaitu manajemen

nyeri, kontrol kecemasan, Exercise teraphy, kontrol infeksi,

pemberian analgesik, perawatan luka.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan dari

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapa hasil

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan. Secara umum

rencana tindakan pada masing-masing masalah keperawatan dapat

dilakukan dan masalah teratasi pada hari rawatan kelima.

5. Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan pada masalah klien yaitu

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal, resiko infeksi

berhubungan dengan prosedur invasif, secara keseluruhan sudah

tercapai pada hari kelima tindakan keperawatan.

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

76

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Saran

1. Bagi direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang

Melalui direktur rumah sakit diharapkan dapat memberikan motivasi

kepada semua staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara

optimal dan meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan pengkajian secara

komprehensif dan mengambil diagnosis keperawatan yang tepat

menurut pengkajian yang didapatkan, melaksanakan tindakan

keperawatan dengan lebih dahulu memahami masalah dengan baik dan

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR PUSTAKA

Akral. 2016. Artikel Umum : Mari Turunkan Tingkat Kecelakaan Di Sumatera

Barat.http://www.sumbarprov.go.id/details/news/7278, diakses tanggal 26

september 2017.

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013.

Niersing Intervention Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Macomedia

Buleeecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. 2013.

Niersing Outcome Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Macomedia

Clevo, Rendi M. dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan

Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.

Dewi, Devista Kusuma.2014. Pengaruh Edukasi Suportif Terstruktur Terhadap

Mobilisasi Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Fraktur Dengan

Fiksasi Ekstremitas Bawah Di RSUP Fatmawati Jakarta.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20391054-PR-

Devista%20Kusuma%20Dewi.pdf. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2017.

Desiartama, Agus, dkk. (2017). Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur Femur

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum

Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika, Vol. 6 No.5, Mei,

2017. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/30486/18728.

diakses pada tanggal 7 Januari 2018.

Djamal, R, dkk. (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Skala Nyeri Pada

Pasien Fraktur Di IRINA A RSUP Prof. Dr. R.D.Kandou Manado.e-Journal

Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2 Oktober 2015.

https://media.neliti.com/media/publications/113549-ID-none.pdf diakses

pada tanggal 7 Januari 2018.

Fadliyah, N. 2014. Penatalaksanaan Post Fraktur 1/3 Distal Fibula Sinistra

Dengan Pemasangan Wire Di Rsud Sukoharjo.

http://eprints.ums.ac.id/30916/2/BAB_I.pdf. Diakses pada tanggal 24

Oktober 2017.

Hariawan, Hamdan. 2013. Asuhan Keperawatan Fraktur. http://hamdan-hariawan-

fkp13.web.unair.ac.id/artikel_detail-88417-Askep Konsep % 20 Fraktur

.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2017.

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Helmi, Zairin Noor. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :

Salemba Medika.

Maisyaroh, Seviya Gani, dkk. 2015. Tingkat Kecemasan Pasien Post Operasi yang

Mengalami Fraktur Ekstremitas.

http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/103/99. diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017.

Mardiono, (2010). Teknik Distraksi. Posted by Qittun on Wedneday, October 29

2008, (www.qittun.com, diakses pada tanggal 29 Desember 2017)

Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Muskuloskletal. Jakarta : EGC.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi

10. (Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta : EGG

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Ringkasan Eksekutif Riset Kesehatan Dasar.

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%

202013.pdf diakses tanggal 01 Oktober 2017 jam 21.00 WIB

RSUP Dr M. Djamil Padang , 2017. Laporan Rekam Medik Fraktur Kruris.

Padang: Bagian Rekam Medik

Smeltzer dan Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.12. Jakarta

: EGC.

Sudirman. 2011. Padatnya Arus Lalu Lintas. http://www.kompas.com/.html

diakses pada tanggal 01 Oktober 2017.

Sugioyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

ALFABETA.

Wahid, Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media.

WHO. 2013. World health statistics 2013.

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/81965/1/9789241564588_eng.pdf,

diakses tanggal 29 september 2017.

Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Jakarta :Nuha Medika.

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ORIF

MALUNION EC FRAKTUR FEMUR

DI RUANGAN TRAUMA CENTER

RSUP Dr. M. DJAMIL PADAG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. PENGUMPULAN DATA

a. Identifikasi Klien:

1) Nama : Tn. M

2) Umur : 24 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Status kawin : Belum kawin

5) Agama : Islam

6) Pendidikan terakhir : SMA

7) Pekerjaan : Mahasiswa

8) Alamat : Muara Kais, Pasaman

9) Diagnosa medis : Fraktur Femur 1/3 Medial Sinistra

b. Identififkasi Penanggung Jawab

1) Nama : Ny.L

2) Pekerjaan : Ibu rumah tangga

3) Alamat : Muara Kais, Pasaman

4) Hubungan : Ibu Kandung

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang:

a) Keluhan Utama:

Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 27 Februari 2019

melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada pukul 09:40

WIB, pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Yos

Sudarso Padang, dengan keluhan kaki pendek sebelah dan

nyeri yang sangat hebat pada paha sebelah kiri serta untuk

melakukan operasi pemasangan orif karena pasien mengalami

kecelakaan lalu lintas 4 tahun yang lalu dan pasien sudah

dilakukan perawatan luka, mual (-), muntah (-), kejang (-).

TTV : TD 110/7 mmHg, ND : 80 x/menit, suhu 36,5 0C, RR 20

x/menit.

b) Keluhan saat dikaji (PQRST):

Pada saat dikaji pada tanggal 12 Maret 2019 pukul 10:00 WIB

dilakukan pengkajian pada hari rawatan ke 16, pasien tampak

lemah, kesadaran composmentis, pasien sudah dilakukan

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

tindakan pemasangan orif (pemasangan pen)pada tanggal 11

Maret 2019 dan pasien mengeluh nyeri pada bekas luka

operasi di bagian paha sebelah kiri, nyeri terasa berdenyut-

denyut dengan skala nyeri 7, nyeri bertambah saat kaki tersebut

digerakkan, nyeri dirasakan ketika menggerakannya dan ketika

merubah posisi.

c) Riwayat kesehatan dahulu:

Pasien mengatakan mengalami kecelakaan 4 tahun yang lalu,

dan mengalami patah pada tulang femur pada saat umur 20

tahun. Pasien mengatakan pada saat kecelakaan dibawa ke

RSUD Pasaman, dan pasien mengatakan menolak untuk

melakukan operasi dan juga menolak RSUP Dr. M. Djamil

Padang dan memilih untuk dibwa ke tukang urut pada saat itu.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga:

Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan

hipertensi. Hanya pasien yang memiliki riwayat hipertensi.

d. Pola Aktivitas Sehari- hari

1) Pola Nutrisi dan cairan

Sehat : pasien makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan

porsi sedang sampai banyak, dan minum air putih 6-7 gelas/hari.

Sakit : pasien diberi diit MB 3x sehari. Nafsu makan pasien

mengalami penurunan, pasien hanya menghabiskan stengah porsi

diit yang diberikan. Saat sakit klien minum ±1500 cc/hari. Pada

tangan kiri pasien terpasang IVFD RL 500 cc 20 tetes/menit

2) Pola Eliminasi

Sehat : BAB didapatkan frekuensinya sebanyak 1-2 kali sehari,

lancar tidak ada gangguan, konsistensi lembek, bau khas, warna

coklat kekuningan. BAK 5-7x/hari dengan warna BAK kuning,

tidak ada rasa nyeri saat BAK dan bau khas urin.

Sakit : pasien terpasang diapers pasien BAB 1 kali sehari. BAK

dengan jumlah ±1500cc, warna kuning kepekatan, bau khas, tidak

ada nyeri saat BAK.

3) Pola Istirahat dan Tidur

Sehat : pasien tidur pada siang hari berkisar 1-2 jam/hari dan saat

malam 6-8 jam/hari.

Sakit : istirah dan tidur terganggu, pasien mengatakan tidurnya

terganggu karena rasa nyeri yang dirasakan. Tidur pada siang hari

dan malam hari hanya tidur 4-5 jam.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

Sehat : sehari-ari aktifitas dilakukan sendirian tidak ada dibantu

oleh keluarga.

Sakit : aktifitas dan pemenuhan ADL dibantu oleh keluarga dan

perawat.

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

e. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to toe)

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital

a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis

b) Tanda-tanda vital : TD: 110/60mmHg, ND : 80x/menit,

P : 20x/i, S: 36,5 0C

2) Head to Toe

a) kepala dan rambut : kulit kepala bersih, tidak ada lesi di kepala,

rambut terlihat hitam, tidak mudah rontok.

b) Wajah : wajah terlihat pucat dan meringis.

c) Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, pupil

isokor, sklera tidak ikterik.

d) Hidung : hidung bersih, pernafasan cuping hidung (-),

pernafasan 20x/menit.

e) Bibir, mulut dan gigi : bibir pucat, mukosa bibir agak kering,

mulut agak bersih, karies gigi (+).

f) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembengkakan kelenjer getah bening, tidak ada pembengkakan

kelenjer tyroid

g) Thoraks :

Paru

I : simetris antara kiri dan kanan

Pe : fremitus antara kiri dan kanan

Pa : sonor

A : Vesikuler

Jantung

I : iktus kordis tidak terlihat

Pa : iktus kordis tidak teraba

Pe : sonor

A : irama jantung teratur

Abdomen

I : perut tidak buncit, ada lesi di sekitar pinggang

Pa : tidak ada nyeri saat diraba, hepar tidak teraba

Pe : timpani

A : irama bising usus 15x/menit

h) Ekstremitas

Atas : pada tangan kiri pasien terpasang IVFD RL 500 cc 20

tetes/menit, luka lecet (-), edema (-), CRT <2 detik.

Bawah : Klien masih mengeluh nyeri pada bagian fraktur

(patah) paha kiri dan luka insisi post operasi pemasangan orif

(pen). Luka dalam keadaan tertutup, luka masih basah dan ada

cairan eksudat pada luka berwarna putih kuning, luka tampak

kemerahan, luka tidak berbaun,dan tidak ada pembesaran

disekitar luka. Pasien mengatakan nyeri terasa berdenyut-

denyut. Skala nyeri pasien 7, pasien kesakitan pada saat

dilakukan pembersihan luka, pasien tampak meringis.

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

f. Data Psikologis

1) Status Emosional : terkontrol

2) Kecemasan : terkontrol

3) Pola Koping : dukungan dari keluarga dan diri pasien

sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien.

4) Gaya Komunikasi : komunikai pasien lancar dengan

menggunakan bahasa Indonesia dan Minangkabau.

g. Data sosial

Dalam kehidupan sehari hari pasien rukun dengan masyarakat dan

pasien bekerja sebagai seorang mahasiswa.

h. Data Spiritual

Pasien beragama islam, dan mengerjakan sholat 5 waktu sehari

semalam ketika sehat, dan pada keadaan sakit pasien bisa mengerjakan

sholat 5 waktu sehari semalam diatas tempat tidur dengan cara

berbaring.

i. Data Penunjang Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 05 Maret 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan

Hemoglobin 13,8 g/dl P : 14-18

W : 12-16

Tidak Normal

Leukosit 11.210 /mm3 5000-10.000 Meningkat

Trombosit 214.000/mm3 150.000-400.000 Normal

Hematokrit 40 % P : 40-48

W : 37-43

Normal

Kalsium 10,0 mg/dl 8,1-10,4 Normal

Natrium 141 Mmol/L 136-145 Normal

Kalium 3,4 Mmol/L 3,5-5,1 Normal

Klorida serum 103 Mmol/L 97-111 Normal

j. Program dan Rancanagan Pengobatan

- IVFD RL 500 cc 28 tetes/menit

- Ceftriaxon 2x1 mg

- Levoflaxacin 1x750

- Ranitidin 2x1 mg

- Ketorolac 2x1 mg

- Paracetamol 3x1 mg

- Tramadol

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

e) ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

Ds :

- Pasien mengatakan masih

terasa nyeri pada paha

sebelah kiri.

- Pasien mengatakan nyeri

yang dirasakan terasa

berdenyut-denyut.

- Pasien mengatakan skala

nyeri 7

Do :

- Pasien tampak meringis.

- Pasien takut menggerakkan

kaki nya.

- TD : 110/60 mmHg, N :80

x/m, P :20 x/m, S : 36,5 ᵒc

Agen Cidera Fisik Nyeri akut

Ds :

- Pasien mengatakan nyeri

pada luka masih terasa saat

bergerak.

- Pasien mengatakan kedua

kakinya takut di gerakkan

dan merasa kaku.

- Pasien mengatakan aktifitas

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

Do :

- Kaki pasien tampak dibalut

kassa

- Pasien tampak berbaring di

tempat tidur

- Pasien tampak tidak mau

menggerakkan kakinya

karena nyeri.

Gangguan

muskuloskletal

Hambatan

mobilitas fisik

Ds :

- Pasien mengatakan luka

masih basah.

- Pasien mengatakan gatal

pada daerah luka.

Do :

Tindakan invasif Resiko infeksi

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

- Luka pasien masih terlihat

basah dan terlihat sedikit

ada cairan eksudat pada

luka, warna putih kuning.

luka kemerahan, luka tidak

berbaun dan tidak ada

pembengkan disekitar luka.

- Hasil labor pasien

didapatkan leukosit

14.120/mm3

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Ditemukan

Masalah

Dipecahkan

Tgl Paraf Tgl Paraf

1 Nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera fisik

12 Maret

2019

17 Maret

2019

2

Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan

gangguan muskuloskletal

12 Maret

2018

17 Maret

2019

3

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

12 Maret

2018

17 Maret

2019

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Intervensi

Tujuan Tindakan

1 Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

cidera fisik

a. Pain level

Kriteria hasil :

1. Mealporkan nyeri

berkurang

2. Melaporkan

lamanya nyeri

dirasakan

3. Tidak mengerang

4. Ekspresi wajah

releks

5. Pasien tidak

mondar-mandir

6. Respiration rate

dalam rentang

normal

7. Blood pressure

dalam rentang

normal

b. Pain control

Kriteria hasil :

1. Mampu

mengontrol nyeri,

(tahu penyebab

nyeri, mampu

menggunakan

teknik

nonfarmakologis

untukmengurangi

Pain management :

a. Lakukan pengkajian

nyeri secara

komperhensif

termasuk lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

dan faktor presipitasi.

b. Observasi reaksi

nonverbal dari

ketidak nyamanan.

c. Gunakan teknik

komunikasi

terapeutik untuk

mengetahui

pengalaman nyeri

pasien.

d. Kontrol lingkungan

yang dapat

mempengaruhi nyeri

seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan

kebisingan.

e. Kurangi faktor

presipitasi nyeri.

f. Ajarkan teknik non

farmakologi.

Tingkatkan istirahat.

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

nyeri, mancari

bantuan)

2. Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

3. Mampu

mengenali nyeri,

(skala, intensitas,

frekuensi, dan

tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa

nyamanstelah

nyeri berkurang

5. Tanda-tanda vital

dalam batas

normal.

c. Comfort level

Kriteria hasil :

1. Nyeri berkurang

2. Kecemasan

berkurang

3. Stres berkurang

4. Ketakutan

berkurang

g. Kolaborasi dengan

dokter dalam

emberian analgetik.

Analgesica

dministration :

a. Tentukan lokasi,

karakteristik,

kualitas, dan derajat

nyeri sebelum

pemberian obat.

b. Cek instruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis, dan frekuensi.

c. Cek riwayat alargi.

d. Berikan analgesik

tepat waktu

terutama saat nyeri

hebat.

e. Evaluasi efektivitas

analgesik, tanda dan

gejala.

2 Hambatan

mobilitas fisik

berhubungan

dengan

gangguan

muskuloskletal

c. Joint Movement: Active & Mobility Level

Kriteria Hasil : 4. Klien meningkat

dalam aktivitas fisik

5. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi

6. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)

d. Transfer performance

Exercise therapy :

ambulation

g. Monitoring vital

sign sebelum dan

sesudah atau

sebelum latihan dan

lihat respon pasien

saat latihan.

h. Konsultasikan

dengan terapi fisik

tentang rencana

ambulasi sesuai

dengan kebutuhan.

i. Bantu klien untuk

menggunakan

tongkat saat berjalan

dan cegah terhadap

cedera.

j. Kaji kemampuan

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Kriteria Hasil : 1. Memverbalisasi

kan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah.

pasien dalam

mobilisasi.

k. Latih pasien dalam

pemenuhan

kebutuhan ADLs

secara mandiri

sesuai kemampuan.

l. Dampingi dan bantu

pasien saat

mobilisasi dan bantu

pemenuhan

kebutuhan.

ADL’s

c. Berikana alat bantu

jika klien

memerlukan.

d. Ajarkan pasien

bagaimana merubah

posisi dan berikan

bantuan jika

diperlukan.

3 Resiko infeksi

berhubungan

prosedur

invasif

b. Immune status

Kriteria hasil:

a. Klien bebas dari

tanda dan gejala

infeksi

b. Mendeskripsikan

proses penularan

penyakit

c. Menunjukkan

kemampuan untuk

mencegah

timbulnya infeksi

d. Jumlah leukosit

dalam batas normal

e. e) Menunjukkan

perilaku hidup sehat

Infection Control

(Kontrol Infeksi)

q. Bersihkan

lingkungan setelah

dipakai pasien lain

r. Batasi pengunjung

bila perlu

s. Instruksikan kepada

pengunjung untuk

mencuci tangan saat

berkunjung dan

setelah berkunjung

meninggalkan

pasien

t. Gunakan sabun

antimikroba untuk

mencuci tangan

u. Cuci tangan setiap

sebelum dan setelah

melakukan tindakan

v. Gunakan baju,

sarung tangan

sebagai alat

pelindung

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

w. Pertahankan

lingkungan aseptik

selama pemasangan

alat

x. Ganti letak IV

perifer dan line

sentral dan dressing

sesuai dengan

petunjuk umum

y. Berikan terapi

antibiotik bila perlu

z. Monitor tanda dan

gejala infeksi

sistemik dan lokal

aa. Monitor kerentanan

terhadap infeksi

bb. Berikan perawatan

kulit pada daerah

epidema

cc. Inspeksi kulit dan

membran mukosa

terhadap

kemerahan, panas,

drainase

dd. Dorong masukan

nutrisi yang cukup

ee. Dorong istirahat

ff. Ajarkan cara

menghindari infeksi

gg. q. Laporkan

kecurigaan infeksi

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

T gl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

12 – 3 – 2019 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

S :

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa.

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa berdenyut-denyut

- Pasien mengatakan skala nyeri 7

O : - Pasien tampak meringis dan

berkerimgat.

- TD :110/60 mmHg, N : 80 x/m,

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac yang telah

diresepkan oleh dokter.

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah nyeri akut (pain level

dan comfort level) belum teratasi.

P : Intervensi pain management dan

analgesic administration dilanjutkan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

a. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

b. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

d. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperluk an.

S : - Pasien mengatakan masih susah

untuk bergerak.

- Keluarga mengatakan ADL

pasien masih dibantu.

- Pasien mengatakan kedua

kakinya terasa kaku.

O : - ADL pasien tampak masih

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

- Pasien tampak kesulitan dalam

melakukan ADL.

- Pasien tampak sulit untuk

menggerakan badannya.

- TD :110/90 mmHg, N : 80 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah joint movement : active,

self care, ADL, transfer performance

belum teratasi.

P : Intervensi exercise therapy :

ambulation dan ADL dilanjutkan .

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

a. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

b. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

d. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

e. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

S :

- Pasien mengatakan luka terasa

gatal dan agak terasa panas.

- Pasien mengatakan luka masih

basah.

O :

- Luka masih tampak basah

- Warna luka kemerahan

- Terlihat cairan eksudat pada luka

- Leukosit 14.120 /mm3

A : Masalah immune status,

knowledge : infection control, dan

risk control belum teratasi

P : Intervensi infection control

dilanjutkan

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Tgl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

13 – 3 – 2019 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac dan paracetamol

yang telah diresepkan oleh dokter.

S :

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa sama.

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa berdenyut-denyut, durasi

5-10 menit.

- Pasien mengatakan skala nyeri

pasien 7.

O : - Pasien tampak meringis.

- TD :110/90 mmHg, N : 80 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah nyeri akut (pain level

dan comfort level) belum teratasi.

P : Intervensi pain management dan

analgesic administration dilanjutkan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

a. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

b. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

d. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

S : - Pasien mengatakan masih susah

untuk bergerak.

- Keluarga mengatakan ADL

pasien masih dibantu.

O : - ADL pasien tampak masih

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

- Pasien tampak kesulitan dalam

melakukan ADL.

- TD :110/90 mmHg, N : 88 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah joint movement : active,

self care, ADL, transfer performance

belum teratasi.

P : Intervensi exercise therapy :

ambulation dan ADL dilanjutkan .

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

a. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

b. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

S :

- Pasien mengatakan luka terasa

gatal.

- Pasien mengatakan luka masih

basah.

O :

- Luka masih tampak basah

- Warna luka kemerahan

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

d. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

e. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

f. f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

- Terlihat cairan eksudat pada luka

- Lekosit 14.120 /mm3

A : Masalah immune status,

knowledge : infection control, dan

risk control belum teratasi

P : Intervensi infection control

dilanjutkan

Tgl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

14 – 3 – 2019 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac dan paracetamol

yang telah diresepkan oleh dokter.

S :

- Pasien mengatakan nyeri terasa

hilang timbul.

- Nyeri yang dirasakan seperti

berdenyut-denyut.

- Pasien mengatakan skala nyeri

pasien 3.

O : - Pasien tampak sedikit meringis.

- TD :120/80 mmHg, N : 85 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah nyeri akut (pain level

dan comfort level) belum teratasi.

P : Intervensi pain management dan

analgesic administration dilanjutkan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

a. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

b. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

d. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

S : - Pasien mengatakan kaki masih

susah untuk digerakkan dan

terasa kaku.

- Keluarga mengatakan ADL

pasien masih dibantu.

- Pasien mengatakan saat

digerakkan kaki terasa nyeri

O :

- ADL pasien tampak dibantu oleh

keluarga dan perawat.

- Pasien masih tampak kesulitan

dalam melakukan ADL.

- TD :110/80 mmHg, N : 90 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah joint movement : active,

self care, ADL, transfer performance

belum teratasi.

P : Intervensi exercise therapy :

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

ambulation dan ADL dilanjutkan .

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

g. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

h. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

i. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

j. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

k. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

l. f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

S : - Pasien mengatakan luka

mengeluarkan cairan.

- Pasien mengatakan luka terasa

gatal.

O :

- Luka masih tampak basah

- Warna luka kemerahan

- Masih terlihat cairan eksudat

pada luka.

A : Masalah immune status,

knowledge : infection control, dan

risk control belum teratasi

P : Intervensi infection control

dilanjutkan

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Tgl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

15 – 3 – 2019 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac dan paracetamol

yang telah diresepkan oleh dokter.

S : - Pasien mengatakan nyeri hilang

timbul.

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa saat dibawa bergerak.

- Pasien mengatakan skala nyeri

pasien 3.

O :

- Pasien tampak tidak meringis

lagi.

- TD :110/70 mmHg, N : 90 x/m, P

: 20 x/m, S : 36,7 ᵒc

A : Masalah nyeri akut (pain level

dan comfort level) belum teratasi.

P : Intervensi pain management dan

analgesic administration dilanjutkan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

e. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

f. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

g. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

h. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

S : - Pasien mengatakan sudah mulai

menggerak-gerakkan kakinya.

- Keluarga mengatakan kaki pasien

masih terasa kaku.

O :

- ADL pasien tampak masih

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

- Pasien tampak melakukan

aktifitas di tempat tidur dengan

diawasi oleh keluarga.

- TD :120/90 mmHg, N : 85 x/m,

P : 20 x/m, S : 36,2 ᵒc

A : Masalah joint movement : active,

self care, ADL, transfer performance

belum teratasi.

P : Intervensi exercise therapy :

ambulation dan ADL dilanjutkan .

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

a. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

b. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

S :

- Pasien mengatakan luka masih

terasa perih dan gatal.

- Pasien mengatakan luka sudah

kering.

O : - Luka sudah tampak kering

- Warna luka masih kemerahan

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

d. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

e. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

f. f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

- Cairan eksudat pada luka masih

ada tapi sudah berkurang dari

sebelumnya.

- Lekosit 10.140 /mm3

A : Masalah immune status,

knowledge : infection control, dan

risk control belum teratasi

P : Intervensi infection control

dilanjutkan

Tgl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

26 – 3 – 2019 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac dan paracetamol

yang telah diresepkan oleh dokter.

S : - Pasien mengatakan nyeri masih

hilang timbul.

- Pasien mengatakan nyeri masih

terasa saat dibawa bergerak.

- Pasien mengatakan skala nyeri

pasien 2.

O :

- Pasien tampak tidak meringis

lagi.

- TD :120/80 mmHg, N : 85 x/m, P

: 20 x/m, S : 36,5 ᵒc

A : Masalah nyeri akut (pain level

dan comfort level) belum teratasi.

P : Intervensi pain management dan

analgesic administration dilanjutkan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

a. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

b. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

d. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

S : - Pasien mengatakan sudah mulai

menggerak-gerakkan kakinya.

- Keluarga mengatakan kaki pasien

masih terasa kaku.

- Pasien mengatakan sudah bisa

miring kanan miring kiri meski

kaki masih bergerak terbatas.

O :

- ADL pasien tampak masih

dibantu oleh keluarga dan

perawat.

- Pasien tampak melakukan

aktifitas di tempat tidur dengan

diawasi oleh keluarga.

- TD :130/90 mmHg, N : 85 x/m,

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

P : 20 x/m, S : 36,2 ᵒc

A : Masalah joint movement : active,

self care, ADL, transfer performance

belum teratasi.

P : Intervensi exercise therapy :

ambulation dan ADL dilanjutkan .

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

a. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

b. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

d. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

e. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

S :

- Pasien mengatakan luka masih

terasa perih dan gatal.

- Pasien mengatakan luka sudah

mulai kering.

O : - Luka sudah tampak kering

- Warna luka masih kemerahan

- Cairan eksudat pada luka sudah

berkurang dari yang kemarin.

A : Masalah immune status,

knowledge : infection control, dan

risk control belum teratasi

P : Intervensi infection control

dilanjutkan

Tgl Diagnosa

Keperawatan

Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf

22 – 3 – 2018 Nyeri akut

berhubungan dengan

agen cidera fisik

a. Melakukan pengkajian ulang nyeri

secara komperhensif.

b. Menggunakan teknik komunikasi

terapeutik dalam membina hubungan

baik dengan pasien.

c. Memberikan lingkungan yang nyaman

pada pasien.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas

dalam

e. Mengajarkan teknik imaginasi

terbimbing

f. Menyarankan melakukan teknik

distraksi yaitu mendengarkan

musik/mengaji

g. Memberikan ketorolac dan paracetamol

yang telah diresepkan oleh dokter.

S :

- Pasien mengatakan nyeri sudah

tidak terasa.

- Pasien mengatakan nyeri timbul

apabila luka tersentuh saja.

- Pasien mengatakan skala nyeri

pasien 2.

O : - Pasien tampak tenang

- TD :110/70 mmHg, N : 88 x/m,

P : 20 x/m, S : 36 ᵒc

A : Masalah nyeri akut teratasi.

P : Intervensi dihentikan.

Hambatan mobilitas

fisik berhubungan

dengan gangguan

muskuloskletal

a. Mengkaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi.

b. Melatih pasien dalam pemenuhan

kebutuhan secara mandiri sesuai

kemampuan

S :

- Pasien mengatakan sudah bias

menggerak-gerakkan kakinya.

- Keluarga mengatakan sudah bisa

melakukan aktifitas di tempat

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Menganjurkan kepada keluarga untuk

mendampingi pasien saat mobilisasi

dan bantu dalam pemenuhan

kebutuhannya.

d. Mengajarkan pasien bagaimana

merubah posisi dan memberikan

bantuan jika diperlukan.

tidur secara mandiri dengan

diawasi keluarga.

O :

- pasien tampak sudah bisa

menggerakan kakinya meski

agak terasa berat

- TD :110/70 mmHg, N : 88 x/m,

P : 20 x/m, S : 36 ᵒc

A : Masalah hambatan mobilitas

fisik teratasi

P : Intervensi dihentikan . pasien

pulang

Resiko infeksi

berhubungan prosedur

invasif

a. Melakukan cuci tangan sebelum,

sesudah ke pasien dan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan ke pasien.

b. Melakukan perawatan luka dengan

mempertahankan kesterilan instrument

dan tangan.

c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya

infeksi.

d. Menganjurkan kepada pasien untuk

meningkatkan asupan nutrisi.

e. Menganjurkan kepada pasien untuk

menjaga kebersihan diri.

f. Memberikan cefoperazone dan

cefixime yang telah diresepkan oleh

dokter.

S :

- Pasien mengatakan luka sudah

tidak ada masalah.

- Pasien mengatakan luka sudah

tidak mengeluarkan cairan

namun masih gatal.

O :

- Luka sudah tampak kering.

- Masih ada jahitan pada luka.

- Cairan eksudat pada luka masih

ada tapi sedikit.

A : Masalah immune status teratasi

P : Intervensi infection control

dihentikan pasien pulang

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN POST ...pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/ANTON12.pdffraktur femur merupakan kasus yang paling sering terjadi yaitu sebesar 39% diikuti fraktur

Poltekkes Kemenkes Padang