Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang - GAMBARAN...
Transcript of Perpustakaan Poltekkes Kemenkes Padang - GAMBARAN...
GAMBARAN KONDISI FISIK DAN SANITASI DASAR RUMAH DALAM UPAYA PENYEHATAN RUMAH DI
KELURAHAN BATANG ARAU KECAMATAN PADANG SELATAN TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Ke Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
MUSTIKA AULIA ADHA NIM : 121110053
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2015
PADANG HEALTH POLYTECHNIC
ENVIRONMENTAL HEALTH PROGRAM
Scientific Paper, June 2015
Mustika Aulia Adha
121110053
The Physical Condition And Sanitation For House Sanitation Effort In The
Village Batang Arau District Of South Padang In 2015
viii + 53 pages + 19 tables + 6 attachments
ABSTRACT
House sanitation is a physical structure that people use to the place for protect them, that environment of the structure as well as all facilities and service necessary supplies useful for physical health, spiritual health and social health better for families and individuals. House sanitation problem in The Village Batang Arau District of South Padang became one of big problem, like ventilation, illumination, people density, temperature, humidity, water preparing, feces disposal, waste disposal and rubbish disposal. Also not good in house sanitation effort. The aim of this study describe the physical condition and basic sanitation for house sanitation effort in the village Batang Arau District of South Padang in 2015.
The kind of the research is descriptive, that is to see the physical condition and basic sanitation for house sanitation effort in the village Batang Arau District of South Padang in 2015. The object of this research is 62 house for sample. The result of the research get from observation and measuring.
Base on the research from 62 samples that observated and measured for ventilation, illumination, temperature, water preparing and feces disposal more than 50% qualified, and people density, waste disposal and rubbish disposal less than 50% qualified. And house sanitation effort 62,9 % in good category.
The recommend for homeowners make improvements to the physical condition of the house and sanitation house so the house meets the health requirements.
Key Word : “ Physical Condition, Sanitation, House Sanitation”
Bibliography : 21 (1985-2013)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN/PRODI D.III KESEHATAN LINGKUNGAN
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Mustika Aulia Adha
121110053
Gambaran Kondisi Fisik dan Sanitasi Dasar Rumah dalam Upaya
Penyehatan Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan
Tahun 2015
viii + 53 halaman + 19 tabel + 6 lampiran
ABSTRAK
Rumah sehat adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu. Masalah perumahan di Batang Arau masih menjadi salah satu masalah utama, seperti kondisi ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian, uhu dan kelembaban yang belum memenuhi syarat. Begitu juga dengan penyediaan air, kondisi saluran pembuangan limbah, pembuangan tinja dan pewadahan sampah yang belum baik. Dan begitu juga belumbaiknya upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu melihat gambaran kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015. Objek dari penelitian adalah sampel sebanyak 62 rumah. Penelitian ini berupa observasi dan pengukuran.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 62 rumah yang telah diteliti ventilasi, pencahayaan, suhu, penyediaan air, dan pembuangan tinja lebih dari 50% memenuhi syarat dan kepadatan hunian, kelembaban, pengelolaan limbah dan pengelolaan sampah kurang dari 50% memenuhi syarat. Dan upaya penyehatan rumah 62.9% baik.
Sebaiknya pemilik rumah melakukan perbaikan terhadap kondisi fisik rumah dan sanitasi rumah agar rumah memenuhi syarat kesehatan.
Kata Kunci : “ Kondisi Fisik, Sanitasi Dasar, Penyehatan Rumah”
Daftar Kepustakaan : 21 (1985-2013)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap : Mustika Aulia Adha 2. Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 19 Mei 1994 3. Agama : Islam 4. Negeri Asal : Guguak Pincuran, Magek, Kec.Kamang Magek
Kab. Agam 5. Nama Orang Tua
a. Ayah : Andri Rustam b. Ibu : Nelwati
6. Alamat Rumah : Guguak Pincuran, Magek, Kec.Kamang Magek Kab. Agam
7. No.Telp / HP : 083182055634
Riwayat Pendidikan :
No Riwayat Pendidikan Lulus Tahun 1 SDN 02 Magek 2006 2 SMPN 1 Kamang Magek 2009 3 SMAN 1 Kamang Magek 2012 4 Prodi D3 Kesehatan Lingkungan 2015
Padang, Juni 2015 Mahasiswa Peneliti Mustika Aulia Adha
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, dimana dengan berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu
rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D.3
Kesehatan Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan di Poltekkes Kemenkes
Padang, dan juga sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D.3
Kesehatan Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan pada masa akhir
pendidikan.
Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Gambaran Kondisi Fisik dan Sanitasi Dasar
Rumah dalam Upaya Penyehatan Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan pada Tahun 2015”.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan
keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih ada yang
belum sempurna baik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu penulis
selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Bapak Aidil Onasis
SKM, M.Kes selaku pembimbing Materi Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Ibu
Lindawati SKM, M.Kes selaku pembimbing Teknis Penulisan Karya Tulis Ilmiah
serta sebagai pihak yang penulis terima, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Ucapan terima kasih ini tujukan kepada:
1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Padang.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan
3. Bapak Dirsan,SM selaku Lurah Kelurahan Batang Arau
4. Bapak R. Firwandri Marza, SKM, M.Kes dan Bapak Dr. Burhan Muslim,
SKM, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran
perbaikan dalam penulisan ini.
Tidak ketinggalan pula ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
keluarga penulis yang dengan rela dan ikhlas telah memberikan semangat do’a
dan pengorbanan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program Studi
D.3 Keehatan Lingkungan Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Padang hingga selesai.
Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan dan pahala yang setimpal kepada beliau-beliau yang penulis sebutkan
diatas. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan menunjang
ilmu, kemajuan masyarakat dan kesejahteraan uman. Amien.
Padang, Juni 2015 Penulis
Mustika Aulia Adha
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK......................................................................................................... . i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI .................................................................................................... ... v DAFTAR TABEL.................................................................................................vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ..vii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7 E. Ruang Lingkup ........................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Rumah Sehat .......................................................................................... 8 B. Kondisi Fisik Rumah ............................................................................ 10 C. Fasilitas Sanitasi Dasar ...........................................................................16 D. Alur Pikir Penelitian............................................................................... 20 E. Defenisi Operasional................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... ..23 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... ..23 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ ..23 D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data .......................................... ..24
1. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ ..24 2. Instrument Pengumpulan Data ...................................................... ..25
E. Teknik Pengolahan Data ...................................................................... ..25 F. Analisis Data............................................................................................26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................27 B. Hasil Penelitian........................................................................................27 C. Pembahasan.............................................................................................35
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..............................................................................................52 B. Saran........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFAR TABEL
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Kondisi Ventilasi Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Kondisi Intensitas Pencahayaan Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tebel 3 : Distribusi Frekuensi Kondisi Kepadatan Hunian Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tebel 4 : Distribusi Frekuensi Suhu Rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 5: Distribusi Frekuensi Kelembaban Rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Pengelolaan Air Limbah Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Pembuangan Tinja pada Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Pengelolaan Sampah pada Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 10: Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Luas Ventilasi Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 11: Distribusi Frekuensi Upaya Penambahan Atap Kaca pada Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 12 : Distribusi Frekuensi Upaya Memperlebar Luas Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Sirkulasi Udara pada Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 14 : Distribusi Frekuensi Upaya Membuka Jendela Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 15 : Distribusi Frekuensi Upaya Memiliki Sarana Air Bersih yang Cukup
pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
Tabel 16 : Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Sarana Pengelolaan Limbah pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
Tabel 17 : Distribusi Frekuensi Upaya Membuat Jamban yang Memenuhi Syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015 Tabel 18: Distribusi Frekuensi Upaya Pembuangan Sampah Menggunakan
Bahan yang Kedap dan Tertutup pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
Tabel 19 : Distribusi Frekuensi Upaya Penyehatan Rumah di Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Formulir Inspeksi Sanitasi Kondisi Fisik dan Sanitasi Dasar dalam Upaya Penyehatan Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
Lampiran B : Master Tabel
Lampiran C: Output Data
Lampiran D: Dokumentasi
Lampiran E: Kartu Kontak Pembimbing 1
Lampiran F: Kartu Kontak Pembimbing 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Milenium yang dikenal Millennium Development
Goals (MDGs) merupakan komitmen nasional dan global. MDGS 2015 mengacu
kepada perubahan signifikan di bidang kesehatan antara lain: 1) Menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, 2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3)
Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) Menurunkan
angka kematian anak, 5) Meningkatkan kesehatan ibu, 6) Memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit menular lainnya, 7) Memastikan kelestarian lingkungan
hidup, dan 8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.1
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat, bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.1
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum merumuskan tentang empat
faktor yang mempengaruhi status kesehatan, yaitu Lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan.2
Lingkungan memiliki pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik
dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah,
air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial
merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan,
ekonomi, dan sebagainya.3
Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal
yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah,
tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga merupakan status
lambang sosial. Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga
merupakan determinan kesehatan masyarakat. Karena itu pengadaan perumahan
merupakan tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar
perumahan merupakan isu penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang
layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga
penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan
prasarana dan sarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi
pembuangan sampah, transportasi,dan tersedianya pelayanan sosial.4
Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologik di dalam
rumah di lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni
atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Rumah sehat menurut World Health Organisation disingkat WHO adalah
suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung,
dimana lingkungan dari struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan
pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani,
rohani dan keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan individu.5
Persyaratan rumah sehat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.829/Menkes/SK/VII/1999 seperti lantai dan dinding yang kuat, kedap air dan
mudah dibersihkan, pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam maupun buatan.
Pencahayaan yang memenuhi syarat minimal 60 lux. Luas jendela yang baik
minimal 10%-20% dari luas lantai. Dan juga Perhawaan (ventilasi) yang cukup
untuk proses pergantian udara dalam ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang
memenuhi syarat adalah bertemperatur ruangan sebesar 180-300C dengan
kelembaban udara sebesar 40%-70%, luas kamar tidur minimal 3 meter persegi,
tidak ada vektor penyakit yang bersarang di rumah, tersedianya sarana penyediaan
air bersih dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan, limbah cair yang tidak
mencemari sumber tanah, tidak berbau dan tidak mencemari permukaan tanah dan
air tanah, limbah padat dikelola dengan baik.6
Berdasarkan hasil penelitian Eka Octafiany dalam Skripsi yang berjudul
Kondisi Rumah dan Sarana Sanitasi Dasar dengan Kejadian Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Diare dan Tuberkulosis di Kota Sukabumi 2010-2011
menjelaskan bahwa Kondisi rumah di Kota Sukabumi tahun 2010-2011 dapat
menunjukkan bahwa kecamatan Baros Cikole dan Gunung Puyuh memiliki
kondisi rumah yang baik selama periode waktu sedangkan Kecamatan Citamiang
dan Warudoyong memiliki kondisi rumah yang buruk. Fluktuasi kondisi rumah
terjadi di Kecamatan Cibeureum sementara itu Kecamatan Lembur Situ
mengalami peningkatan kondisi rumah.
Kondisi sarana air bersih di Kota Sukabumi tahun 2010-2011 bahwa
kecamatan Baros Citamiang Gunung Puyuh dan Warudoyong memiliki kondisi
sarana air bersih yang baik sedangkan Kecamatan Lembur Situ memiliki kondisi
sarana air bersih yang buruk.
Kondisi jamban di Kota Sukabumi tahun 2010-2011 bahwa kecamatan
Baros, Cikole, Gunung Puyuh dan Lembur Situ memiliki kondisi jamban yang
baik sedangkan Kecamatan Warudoyong memiliki kondisi jamban yang buruk.
Kondisi tempat pembuangan sampah di Kota Sukabumi tahun 2010-2011
bahwa di Baros, Citamiang, Gungung Puyuh Elmbur Situ dan Warudoyong baik
sedangkan di Kecamatan Cibeureum dan Cikole buruk.
Kondisi sarana pengolahan limbah di Kota Sukabumi tahun 2010-2011
menunjukkan bahwa di Kecamatan Baros, Cikole, Citamiang, Gunung Puyuh,
Lembur Situ, dan Warudoyong baik, sedangkan di Kecamatan Cibeureun buruk.7
Kelurahan Batang Arau merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Padang Selatan. Kelurahan yang mayoritas penduduknya berprofesi
sebagai nelayan ini bermukim di lereng dan kebanyakan merupakan keluarga
kurang mampu.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan didapatkan hasil observasi
seperti berikut. Kondisi ventilasi yang memenuhi syarat adalah 80,6%,
pencahayaan sebanyak 80,6%, kepadatan hunian sebanyak 22,6%, suhu sebanyak
66,1%, kelembaban sebanyak 33,9%, penyediaan air bersih sebanyak 83,9%,
pengolahan air limbah sebanyak 22,6%, pembuangan tinja sebanyak 95,2%,
pengelolaan sampah sebanyak 35,5% dan uapaya penyehatan rumah di
kategorikan baik sebanyak 62,9%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang gambaran sanitasi rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan tahun 2015.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran
kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah
dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi ventilasi rumah dalam upaya
penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan tahun 2015
b. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi pencahayaan ruangan rumah
dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan tahun 2015
c. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi kepadatan hunian rumah
dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan tahun 2015
d. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi suhu rumah dalam upaya
penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan tahun 2015
e. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi kelembaban rumah dalam
upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan tahun 2015
f. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi penyediaan air bersih pada
rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
g. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi pengelolaan limbah pada
rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
h. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi pembuangan tinja pada
rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
i. Diketahuinya distribusi frekuensi kondisi pengelolaan sampah pada
rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
j. Diketahuinya distribusi frekuensi upaya penyehatan rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
a. Tersedianya informasi tentang gambaran kondisi fisik dan sanitasi dasar
rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
b. Tersedianya informasi bagi pihak Kelurahan tentang gambaran kondisi
fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015
c. Sebagai media penerapan ilmu kesehatan lingkungan bagi mahasiswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, maka penulis hanya meneliti tentang
gambaran kondisi fisik rumah yaitu ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian,
suhu serta kelembaban dan sanitasi dasar rumah yaitu sarana air bersih,
pengelolaan limbah, pembuangan tinja dan pengelolaan sampah dalam upaya
penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun
2015.
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Rumah Sehat
Menurut Persyaratan Penyehatan Rumah yang tertera Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 menjelaskan:
a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga.
b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana lingkungan.
c. Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologi di dalam
rumah, dilingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan
penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
d. Prasarana kesehatan lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
e. Sarana kesehatan lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomis, sosial dan
budaya.
Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti:
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat
melaksanakan kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa
kekeluargaan bagi segenap anggota keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga
saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang berharga
yang dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO: Sehat adalah suatu
keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan). Berdasarkan pada
pengertian tersebut rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan
tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani maupun sosial.
Menurut Ditjen Cipta Karya komponen yang harus dimiliki rumah sehat
adalah:
a. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar
memberi kestabilan bangunan merupakan konstruksi penghubung antara
bangunan dengan tanah.
b. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari perkarangan
dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat
terbuat dari papan atau anyaman bambu.
c. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya
sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai.
d. Dinding rumah kedap air yang berfungsi sebagai ventilasi rumah kedap air
yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan
air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar serta menjaga
kerahasiaan penghuninya.
e. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari
f. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari.
Persyaratan kesehatan perumahan adalah ketetapan atau ketentuan teknis
kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dalam rangka
melindungi penghuni rumah, masyarakat yang bermukim di perumahan dan atau
masyarakat sekitarnya dari bahaya atau gangguan.2
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah
sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3
lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
a. Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
sarana pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
b. Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran,
pembuangan air limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
c. Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah,
membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang
sampah pada tempat sampah.
B. Kondisi Fisik Rumah
1. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah
yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan
cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang
baik untuk bakteri-bakteri salah satunya bakteri patogen.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi tetap dalam kelembapan yang optimum.2
Berdasarkan penelitian Melinda Syandi (2011) dalam penelitiannya
yaitu Hubungan kondisi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja puskesmas kajai kabupaten pasaman barat tahun 2011
menggambarkan bahwa dari 176 rumah yang diteliti ventilasi yang
memenuhi syarat adanya 70 rumah (39,8%) dan yang tidak memenuhi
syarat adalah 106 rumah (60,2%). 13
Juslan (2010) dalam penelitiannya yaitu hubungan kepadatan
hunian, ventilasi rumah dan pengetahuan dengan kejadian penyakit
tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas poasia kota kendari
menggambarkan bahwa dari 88 rumah yang diteliti 36 rumah (40,91%)
memenuhi syarat dan 52 rumah (59,09%) yang tidak memenuhi syarat.14
2. Pencahayaan
Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri. Selain itu perlu
mendapat perhatian tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan
akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan dan sekaligus
produktifitas seseorang. Kecelakaan-kecelakaan di rumah sering disebabkan
oleh pencahayaan/penerangan yang kurang. Cahaya dianggap sebagai suatu
alat perantara, dengan mana benda-benda dapat terlihat oleh mata.
Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam
ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan yang
terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini berguna selain untuk
penerangan juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk,
membunuh kuman-kuman penyebab penyakit tertentu seperti TBC, influenza,
penyakit mata dan lain-lain.
Jendela yang kecil dan ditempatkan salah, mengurangi jumah cahaya
yang masuk, terutama ke sudut ruangan, sehingga kotoran-kotoran di tempat
itu sulit terlihat. Jendela yang diletakkan tinggi lebih baik daripada yang
letaknya rendah, karena lebih mudah mendapat cahaya.
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60
lux dan tidak menyilaukan mata.8
Berdasarkan penelitian Vita Ayu Oktaviani (2009) dalam
penelitiannya tentang hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan atas (ispa) pada balita di Desa Cepogo Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali menggambarkan bahwa dari 62 rumah ditemukan
27 rumah (43,5%) dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dan 35 rumah
(56,5%) dengan pencahayaan tidak memenuhi syarat.15
3. Kepadatan Hunian
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasa dinyatakan
dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relative tergantung dari
kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana
minimum 10m2/orang, jadi untuk satu keluarga yang terdiri 5 orang minimum
50m2.
Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3m2/orang dan
untuk mencegah penularan penyakit pernafasan jarak antara tepi tempat tidur
yang satu dengan yang lain minimum 90 cm. sebaiknya jangan digunakan
tempat tidur bertingkat, karena tempat tidur semacam ini juga mempermudah
penularan penyakit pernafasan.
Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari 2 orang, kecuali untuk
suami isteri dan anak dibawah 2 tahun yang biasanya masih sangat
memerlukan kehadiran orang tuanya.
Apabila ada anggota keluarga yang menderita penyakit pernafasan
sebaiknya tidak tidur sekamar dengan anggota keluarga yang lain. Untuk
menjamin volume udara yang cukup, disyaratkan juga tinggi langit-langit
minimum 2,75 m.9
Berdasarkan penelitian Juslan (2010) dalam penelitiannya yaitu
hubungan kepadatan hunian, ventilasi rumah dan pengetahuan dengan
kejadian penyakit tuberculosis paru di wilayah kerja puskesmas poasia kota
kendari menggambarkan bahwa dari 88 rumah yang diteliti 54 rumah
(61,36%) memenuhi persyaratan dan 34 rumah (38,64%) tidak memenuhi
syarat.14
4. Suhu
Rumah atau bangunan yang sehat haruslah mempunyai suhu yang
diatur sedemikian rupa sehingga suhu badan dapat dipertahankan. Jadi suhu
dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga tubuh tidak
terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh tidak sampai
kepanasan. 10
Suhu yang optimum adalah 18 – 300C berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan
Udara Dalam Ruangan Rumah.
Suhu dalam ruangan rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan
gangguan kesehatan hingga hypothermia, sedangkan suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat stroke.
Perubahan suhu udara dalam ruangan rumah dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti penggunaan bahan bakar biomassa, ventilasi yang
tidak memenuhi syarat, kepadatan hunian, bahan dan struktur bangunan,
kondisi geografis dan kondisi topografi.
Bila suhu udara di atas 300C diturunkan dengan cara meningkatkan
sirkulasi udara dengan menambahkan ventilasi mekanik/buatan. Dan jika suhu
kurang dari 180C, maka perlu menggunakan pemanas ruangan dengan
menggunakan sumber energy yang aman bagi lingkungan dan kesehatan.8
Berdasarkan penelitian Tulus Aji Yuwono (2008) dalam penelitiannya
faktor-faktor lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Kawunganten
Kabupaten Cilacap menggambarkan bahwa dari 66 rumah didapatkan 37
rumah (56,06%) memenuhi syarat dan 29 rumah (43,94%) tidak memenuhi
syarat.16
5. Kelembaban
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/
V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruangan Rumah
kelembaban yang memenuhi persyaratan adalah 40 – 60 %. Kelembaban yang
terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan
mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi kelembababn adalah konstruksi rumah
yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai, dan dinding rumah yang tidak
kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.8
Ventilasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kelembaban. Ventilasi yang kurang dapat menyebabkan kelembaban
bertambah. Kelembaban di luar rumah secara alami dapat mempengaruhi
kelembaban di dalam rumah. Ruang yang lembab memungkinkan tumbuhnya
mikroorganisme patogen. Untuk mendapatkan tingkat kelembaban yang baik
hendaknya mengatur agar pertukaran udara selalu lancar serta sinar matahari
dapat masuk yaitu dengan perbaikan ventilasi karena ventilasi berkaitan erat
dengan kelembaban.9
Bila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan upaya
penyehatan seperti membuka jendela rumah, menambah jumlah dan luas
jendela rumah, dan memodifikasi fisik bangunan. Dan jika kelembaban udara
lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya penyehatan seperti memasang
genteng kaca, dan menggunakan alat untuk menurunkan kelembaban.8
Berdasarkan penelitian Vita Ayu Oktaviani (2009) dalam
penelitiannya tentang hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian
infeksi saluran pernafasan atas (ispa) pada balita di Desa Cepogo Kecamatan
Cepogo Kabupaten Boyolali menggambarkan bahwa dari 62 rumah ditemukan
44 rumah (71%) memenuhi syarat dan 18 rumah (29%) tidak memenuhi
syarat.15
C. Sanitasi Dasar Rumah
1. Air Bersih
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Di dalam
tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa,
sekitar 55 – 60 % berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan
untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan sebagainua.
Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air
antara 60-120 liter perhari. Sedangkan di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 – 60 liter per hari.
Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk
untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak
menimbulkan penyakit bagi manusia.
Syarat-syarat air minum yang sehat diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat fisik: Tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
b. Syarat kimia: kadar Cl 250 mg/liter, As 0.05 mg/liter, Cu 1 mg/liter, Fe 0.3
mg/liter, Zat Organik 10 mg/liter, pH 6.5 – 9.0, CO2 0.
c. Syarat Bakteriologis: harus bebas dari segala bakteri.
Berdasarkan penelitian Wirdana F (2006) dalam penetiannya tentang kapasitas
masyarakat Kelurahan Sungai Jang Kota Tanjungpinang dalam alternatif
penyediaan air menggambarkan bahwa dari 136 rumah didapatkan bahwa 76
rumah (55,88%) memenuhi syarat dan 60 rumah (44,12%) tidak memenuhi
syarat.17
2. Limbah
Air limbah atau air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri.
Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang
80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari
tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor. Selanjutnya air limbah
ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan digunakan lagi oleh manusia yang
menggunakan air sungai tersebut. Oleh sebab itu, air buangan harus dikelola
dan atau diolah secara baik.
Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada
umumnya air limbah ini terdiri dari tinja dan air seni, air bekas cucian, dapur
dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.10
Berdasarkan penelitian Lucy Marthia (2010) dalam penelitiannya
tentang pengaruh limbah rumah tangga terhadap kualitas air di Menteng Kecil
menggambarkan bahwa dari 157 rumah didapatkan kondisi saluran
pembuangan air limbah 62 rumah (39,5%) memenuhi syarat dan 95 rumah
(60,5%) tidak memenuhi syarat.18
3. Tinja Dan Cara Pembuangannya
Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.
Karena kotoran (tinja) manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada tinja dapat melalui
berbagai macam jalan atau cara.
Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Di samping
dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan
sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat
terkontaminasi oleh tinja tersebut.
Ada 4 cara pembuangan tinja:
a) Pembuangan di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di atas
permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan sebagainya.
b) Kakus lubang gali, cara ini merupakan salah satu yang paling mendekati
persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di dalam tanah dan
lubang di bawah tanah.
c) Kakus air, cara ini hampir mirip dengan kaskus lubang galai, hanya lubang
kaskus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air, terletak langsung
di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan peralihan antara
lubang kakus dengan septictank. Fungsi dari tank adalah untuk menerima,
menyimpan, mencernakan tinja serta melindunginya dari lalat dan
serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur sangkar atau empat persegi panang
diletakkan vertikal dengan diameter antara 90 – 120 cm.
d) Septic tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan
diantara pembuangan tinja dari buangan rumah tangga. Terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk dan
mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada selama
1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
Berdasarkan penelitian Indah Musfiana (2011) dalam penelitiannya tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikan jamban di Kelurahan
Koto Panjang dalam Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota Payakumbuh
tahun 2011 menggambarkan bahwa dari 180 sampel di dapatkan 115 rumah
(63,9%) memiliki jamban dan 65 (36,1%) tidak memiliki jamban.19
4. Pengelolaan Sampah
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian
dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi, atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai
mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan oleh manusia, tetapi yang bukan biologis dan
umumnya bersifat padat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alex Alfiandri (2011)
dalam penelitiannya tentang gambaran pengelolaan sampah rumah tangga di
RT 03 RW 01 lingkungan Panji Kelurahan Tegal Gede Kabupaten Jember
menggambarkan bahwa dari 83 rumah 69 rumah (83,14 %) memenuhi syarat
dan 14 rumah (16,86%) tidak memenuhi syarat.20
D. Alur Pikir Penelitian
D.
Kondisi Fisik Rumah
1. Ventilasi 2. Pencahayaan 3. Kepadatan hunian 4. Suhu 5. Kelembaban
Upaya Penyehatan Rumah
Kondisi Sanitasi Dasar
1. Air Bersih 2. Limbah 3. Tinja 4. Sampah
E. Definisi Operational
No
Variabel Sub-Variabel
Definisi Operational
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Kondisi Fisik
Ventilasi Hasil pengukuran luas lubang angin dan luas jendela terhadap rasio luas ventilasi dengan luas lantai diukur pada rumah
Meteran Pengukuran a.MS= Luas ventilasi >10% luas lantai b. TMS= Luas ventilasi <10% luas lantai
Ordinal
Pencahayaan Hasil pengukuran menggunakan alat Lux Meter terhadap intensitas cahaya pada rumah
Luxmeter Pengukuran a.MS= >60 Lux b. TMS= <60 Lux
Ordinal
Kepadatan Hunian
Hasil perhitungan terhadap rasio luas ruangan dalam rumah dengan jumlah penghuni diukur pada rumah
Meteran Pengukuran a.MS= >8m2/ orang b.TMS= <8m2/ orang
Ordinal
Suhu Hasil pengukuran terhadap panas atau dinginnya udara dalam rumah
Thermo higro meter
Pengukuran a.MS= 180C-300C b.TMS= <180C dan >300C
Interval
Kelembaban Hasil pengukuran menggunakan alat thermohigrometer terhadap banyaknya uap air yang terkandung dalam rumah
Thermo higro meter
Pengukuran a.MS= 40%-60% b. TMS= <40% dan >60%
Interval
2 Sanitasi Dasar
Penyediaan Air
Ketersediaan kapasitas minimal volume air yang terdapat pada sarana penyediaan air
Formulir Checklist
Observasi a.Cukup= Min 60 liter/ orang/ hari b.Tidak Cukup= < 60 liter/ orang/ hari)
Ordinal
Pengelolaan Limbah
Tempat pembuangan
Formulir Checklist
Observasi a.Baik= kedap air
Ordinal
limbah domestik yang dihasilkan rumah
dan tertutup b.Tidak Baik=tidak kedap air dan tidak tertutup
Pembuangan Tinja
Jenis sarana pembuang an tinja yang digunakan
Formulir Checklist
Observasi a. Baik= Jamban leher angsa dan ada septic tank
b.Tidak Baik= bukan jamban leher angsa dan tidak memiliki septictank
Ordinal
Pengelolaan Sampah
Jenis pewadahan sampah dari rumah dan lingkungan pada rumah
Formulir Checklist
Observasi a. Baik= kedap dan tertutup
b.Tidak Baik=tidak kedap dan tidak tertutup
Ordinal
3 Upaya penyehatan rumah
Segala upaya atau usaha untuk mencapai terwujudnya penyehatan kondisi fisik rumah yang sehata dan kondisi sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829 tahun 1999
Formulir Checklist
Observasi a. Baik (apabila ≥
Mean) b.Tidak Baik
(apabila < mean)
Ordinal
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu melihat gambaran kondisi
fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan, waktu penelitian dimulai pada bulan November 2014 sampai bulan
Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang terdapat
di Kelurahan Batang Arau yaitu sebanyak 790 rumah.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini berdasarkan rumus sebanyak 62 rumah
yang diperoleh dari teknik pengambilan sampel secara probability dengan
metode random sampling yaitu :
𝑑2
𝑍𝐶2=
𝑃. 𝑄(𝑁 − 𝑛)
𝑛(𝑁 − 1)
0,12
1,642=
0,5 × 0,5(790 − 𝑛)
𝑛(790 − 1)
0,01
2,6896=
197,5 − 0,25𝑛
789𝑛
7,89𝑛 = 531,196 − 0,6724𝑛
7,89𝑛 + 0,6724𝑛 = 531,196
8,5624𝑛 = 531,196
𝑛 = 62,03 ≈ 62
Keterangan:
n: Jumlah sampel
N: Jumlah Populasi
Zc: Tingkat kepercayaan (90%=1,64)
P: Proporsi kejadian populasi (0,5)
Q: Proporsi kejadianpopulasi yang gagal (1-P)
d: Presisi mutlak (10%)
D. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari observasi
langsung ke lokasi penelitian dengan melakukan pengukuran
menggunakan Luxmeter, meteran dan Thermohygrometer terhadap kondisi
fisik rumah dan formulir checklist untuk observasi fasilitas sanitasi rumah
.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data Kelurahan
Batang Arau tentang jumlah rumah yang terdapat di kelurahan Batang
Arau dan tentang geografis Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan.
2. Instrument Pengumpulan Data
Instrument dalam penelitian ini adalah Luxmeter, meteran dan
Thermohygrometer untuk mengukur kondisi fisik rumah dan formulir
checklist untuk observasi fasilitas sanitasi rumah.
E. Teknik Pengolahan
1. Editing
Melakukan pemeriksaan data tentang kondisi fisik dan sanitasi
dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan yang telah terkumpul agar diperiksa
kelengkapan dan kesinambungannya.
2. Coding
Melakukan penyederhanaan data tentang kondisi fisik dan sanitasi
dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan dengan menggunakan kode-kode tertentu.
3. Processing
Memasukkan kode ke dalam master tabel (manual) dan program
computer tentang kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya
penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan.
4. Cleaning
Mencek kembali apakah data tentang kondisi fisik dan sanitasi
dasar rumah dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan yang dimasukkan sudah benar.
F. Analisis Data
Data tentang kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah dalam upaya
penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan yang
telah dikumpulkan diolah dengan system komputerisasi kemudian disajikan
dalam tebel distribusi frekuensi dengan analisis univarit, dan dibandingkan
dengan referensi yang ada.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Batang Arau merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan
Padang Selatan dengan batas wilayah:
a. Sebelah Utara dengan Sungai Batang Arau dan Berok Nipah
b. Sebelah Selatan dengan Kelurahan Bukit Gado-Gado
c. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
d. Sebelah Timur dengan Seberang Palinggam
Wilayah Kelurahan Batang Arau merupakan salah satu wilayah yang
berada di lereng bukit. Kelurahan Batang Arau ini terdiri dari atas 4 RW dan 19
RT dengan jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Batang Arau sebanyak 4.590
penduduk.
Kelurahan Batang Arau termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Pemancungan. Kelurahan Batang Arau ini memiliki luas wilayah ±60.52 Ha.
Penduduk di wilayah Kelurahan Batang Arau 70% menempati rumah yang berada
di lereng bukit. Di kelurahan ini memiliki komposisi penduduk yang terdiri dari
beberapa etnis seperti China, Nias, Jawa, India dan suku minangkabau sendiri.
Batang Arau merupakan pusat peradaban Kota Padang tertua.21
B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang kondisi fisik dan sarana sanitasi rumah di
pemukiman Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan yang dilakukan
pada bulan April-Juni adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Fisik Rumah
a. Kondisi Ventilasi
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kondisi Ventilasi Rumah di Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Kondisi Ventilasi Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 50 80,6 2 Tidak Memenuhi Syarat 12 19,4 Total 62 100,0 Dari tabel 1 diketahui bahwa kondisi ventilasi yang memenuhi syarat
adalah 80,6%.
b. Intensitas Pencahayaan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kondisi Intensitas Pencahayaan Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Intensitas Pencahayaan Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 50 80,6 2 Tidak Memenuhi Syarat 12 19,4 Total 62 100,0 Dari tabel 2 diketahui bahwa intensitas pencahayaan yang memenuhi
syarat adalah 80,6%.
c. Kepadatan Hunian
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kondisi Kepadatan Hunian Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Kepadatan Hunian Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 14 22,6 2 Tidak Memenuhi Syarat 48 77,4 Total 62 100,0 Dari tabel 3 diketahui bahwa kepadatan hunian yang tidak memenuhi
syarat adalah 77,4%.
d. Suhu
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Suhu Rumah di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Suhu Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 41 66,1 2 Tidak Memenuhi Syarat 21 33,9 Total 62 100,0 Dari tabel 4 diketahui bahwa suhu pada rumah yang memenuhi syarat
adalah 66,1%.
e. Kelembaban
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kelembaban Rumah di Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Kelembaban Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 21 33,9 2 Tidak Memenuhi Syarat 41 66,1 Total 62 100,0
Dari tabel 5 diketahui bahwa kelembaban pada rumah yang tidak
memenuhi syarat adalah 66,1%.
2. Sanitasi Dasar Rumah
a. Penyediaan Air Bersih
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Penyediaan Air Bersih Rumah di Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Penyediaan Air Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 50 80,6 2 Tidak Memenuhi Syarat 12 19,4 Total 62 100,0
Dari tabel 6 diketahui bahwa penyediaan air yang memenuhi syarat
adalah 80,6%.
b. Pengelolaan Air Limbah
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pengelolaan Air Limbah Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Pengelolaan Air Limbah Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 14 22,6 2 Tidak Memenuhi Syarat 48 77,4 Total 62 100,0
Dari tabel 7 diketahui bahwa kondisi saluran pembuangan air limbah
yang tidak memenuhi syarat adalah 77,4%.
c. Pembuangan Tinja
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Pembuangan Tinja pada Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Pembuangan Tinja Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 59 95.2 2 Tidak Memenuhi Syarat 3 4.8 Total 62 100.0
Dari tabel 8 diketahui bahwa kondisi jamban yang memenuhi syarat
adalah 95,2%.
d. Pengelolaan Sampah
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Pengelolaan Sampah pada Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Pengelolaan Limbah Jumlah Persentase (%) 1 Memenuhi Syarat 22 35,5 2 Tidak Memenuhi Syarat 40 64,5 Total 62 100,0
Dari tabel 9 diketahui bahwa kondisi tempat pembuangan sampah
yang tidak memenuhi syarat adalah 64,5%.
3. Upaya Penyehatan Kondisi Fisik Rumah
a. Upaya Perbaikan Luas Ventilasi
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Luas Ventilasi Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Perbaikan Luas
Ventilasi Jumlah Persentase (%)
1 Ada 12 19,4 2 Tidak Ada 50 80,6 Total 62 100,0
Dari tabel 10 diketahui bahwa responden tidak ada upaya perbaikan
luas ventilasi sebanyak 80,6%.
b. Upaya Penambahan Atap Kaca
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Upaya Penambahan Atap Kaca pada Rumah
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Penambahan Atap
Kaca Jumlah Persentase (%)
1 Ada 36 58,1 2 Tidak Ada 26 41,9 Total 62 100,0
Dari tabel 11 diketahui bahwa responden yang ada upaya untuk
penambahan atap kaca agar sinar matahari masuk ke rumah sebanyak
58,1%.
c. Upaya Memperlebar Luas Rumah
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Upaya Memperlebar Luas Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya memperlebar luas
rumah Jumlah Persentase (%)
1 Ada 25 40,3 2 Tidak Ada 37 59,7 Total 62 100,0
Dari tabel 12 diketahui bahwa responden yang tidak ada sebanyak
59,7%.
d. Upaya Perbaikan Sirkulasi Udara
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Sirkulasi Udara pada
Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Perbaikan sirkulasi
udara Jumlah Persentase (%)
1 Ada 42 67,7 2 Tidak Ada 20 32,3 Total 62 100,0
Dari tabel 13 diketahui bahwa responden yang ada upaya untuk
perbaikan sirkulasi udara agar suhu optimal sebanyak 67,7%.
e. Upaya Membuka Jendela
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Upaya Membuka Jendela Rumah di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Perbaikan Luas
Ventilasi Jumlah Persentase (%)
1 Ada 55 88,7 2 Tidak Ada 7 11,3 Total 62 100,0
Dari tabel 14 diketahui bahwa responden yang ada upaya untuk
membuka jendela agar kelembaban optimal sebanyak 88,7%.
4. Upaya Penyehatan Sanitasi Dasar Rumah
a. Upaya Memiliki Sarana Air Bersih Yang Cukup
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Upaya Memiliki Sarana Air Bersih yang Cukup pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya memiliki kecukupan air
Jumlah Persentase (%)
1 Ada 47 75,8 2 Tidak Ada 15 24,2 Total 62 100,0
Dari tabel 15 diketahui bahwa responden yang ada upaya untuk
memiliki sarana air bersih yang cukup sebanyak 75,8%.
b. Upaya Perbaikan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Tabel 16 Distribusi Frekuensi Upaya Perbaikan Sarana Pengelolaan
Limbah pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Perbaikan Sarana
Pengelolaan Air Limbah Jumlah Persentase (%)
1 Ada 15 24,2 2 Tidak Ada 47 75,8 Total 62 100,0
Dari tabel 16 diketahui bahwa responden yang tidak ada sebanyak
75,8%.
c. Upaya Untuk Membuat Jamban Yang Memenuhi Syarat
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Upaya Membuat Jamban yang Memenuhi
Syarat di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya Membuat Jamban
Yang Memenuhi Syarat Jumlah Persentase (%)
1 Ada 59 95,2 2 Tidak Ada 3 4,8 Total 62 100,0
Dari tabel 17 diketahui bahwa responden yang ada upaya untuk
membuat jamban yang memenuhi syarat sebanyak 95,2%.
d. Upaya Pembuangan Sampah Menggunakan Bahan Yang Kedap
dan Tertutup
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Upaya Pembuangan Sampah Menggunakan
Bahan yang Kedap dan Tertutup pada Rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan Tahun 2015
No Upaya pembuangan sampah menggunakan bahan yang kedap dan tertutup
Jumlah Persentase (%)
1 Ada 22 35,5 2 Tidak Ada 40 64,5 Total 62 100,0
Dari tabel 18 diketahui bahwa responden yang tidak ada upaya untuk
pembuangan sampah menggunakan bahan yang kedap dan tertutup
sebanyak 64,5%.
5. Upaya Penyehatan Rumah
Tabel 19 Distribusi Frekuensi Upaya Penyehatan Rumah di Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
No Upaya penyehatan rumah Jumlah Persentase (%) 1 Baik 39 62,9 2 Tidak Baik 23 37,1 Total 62 100,0
Dari tabel 19 diketahui bahwa responden yang upaya penyehatan
rumahnya baik sebanyak 62.9%.
C. Pembahasan
1. Kondisi Fisik Rumah
a. Kondisi Ventilasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Batang
Arau dapat dilihat bahawa dari 62 rumah kondisi ventilasi yang memenuhi
syarat adalah 50 rumah (80,6%) dan yang tidak memenuhi syarat adalah
12 rumah (19,4%).
Melinda Syandi (2011) dalam penelitiannya yaitu Hubungan
kondisi rumah dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kajai Kabupaten Pasaman Barat tahun 2011 menggambarkan
bahwa dari 176 rumah yang diteliti ventilasi yang memenuhi syarat adanya
70 rumah (39,8%) dan yang tidak memenuhi syarat adalah 106 rumah
(60,2%).
Juslan (2010) dalam penelitiannya yaitu hubungan kepadatan
hunian, ventilasi rumah dan pengetahuan dengan kejadian penyakit
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
menggambarkan bahwa dari 88 rumah yang diteliti 36 rumah (40,91%)
memenuhi syarat dan 52 rumah (59,09%) yang tidak memenuhi syarat.
Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu
ruangan dan pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik
alamiah maupun secara buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk
menghindari pengaruh buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia
pada suatu ruangan kediaman yang tertutup atau kurang ventilasi.
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal
ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya
O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu tidak cukupnya ventilasi
akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban
ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri salah satunya
bakteri patogen.
Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara
akan selalu mengalir. Fungsi tetap dalam kelembapan yang optimum.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan
kurang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau
pengap, maka diperlukan suatu system pembaharuan mekanis. Untuk
memperbaiki keadaan ruang dalam ruangan, system mekanis ini harus
bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat
mekanis yang biasa digunakan atau dipakai untuk system pembaharuan
udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster), atau air
conditioning.
Berdasarkan hasil survei pada kondisi ventilasi rumah di Kelurahan
Batang Arau pada umumnya menggunakan ventilasi non permanen dengan
ukuran yang tidak begitu besar.
Agar ventilasi memenuhi syarat kesehatan makan harusnya luas
ventilasi di tambah hingga lebih dari 10% dari luas lantai. Ventilasi dapat
mempengaruhi pencahayaan, suhu dan kelembaban, oleh sebab itu penting
suatu rumah memiliki ventilasi yang memenuhi syarat.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemilik rumah adalah dengan
memperlebar luas ventilasi. Dan untuk puskesmas dapat bekerja sama
dengan kader yang ada diwilayah kerja puskesmas Pemancungan seperti
memberikan penyuluhan tentang pentingnya meningkatkan penyehatan
rumah.
b. Pencahayaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahawa dari 62 rumah
dengan intensitas pencahayaan yang memenuhi syarat adalah 50 rumah
(80,6%) dan yang tidak memenuhi syarat adalah 12 rumah (19,4%).
Vita Ayu Oktaviani (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan
antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran pernafasan atas
(ispa) pada balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
menggambarkan bahwa dari 62 rumah ditemukan 27 rumah (43,5%)
dengan pencahayaan yang memenuhi syarat dan 35 rumah (56,5%) dengan
pencahayaan tidak memenuhi syarat.
Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh bakteri. Selain itu perlu
mendapat perhatian tingkat terangnya cahaya itu. Kurangnya pencahayaan
akan menimbulkan beberapa akibat pada mata, kenyamanan dan sekaligus
produktifitas seseorang. Kecelakaan-kecelakaan di rumah sering
disebabkan oleh pencahayaan atau penerangan yang kurang. Cahaya
dianggap sebagai suatu alat perantara, dengan mana benda-benda dapat
terlihat oleh mata.
Cahaya yang cukup untuk penerangan ruang di dalam rumah
merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh
dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari
kedalam ruangan melalui jendela, celah-celah dan bagian-bagian bangunan
yang terbuka. Sinar ini sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-
pohon maupun tembok pagar yang tinggi. Cahaya matahari ini berguna
selain untuk penerangan juga dapat mengurangi kelembaban ruang,
mengusir nyamuk, membunuh kuman-kuman penyebab penyakit tertentu
seperti TBC, influenza, penyakit mata dan lain-lain.
Menurut Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral PPM & PL
Tahun 2002, penerangan dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya
buatan dan cahaya alami.
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruangan melalui jendela celah-celah atau bagian ruangan yang
terbuka. Sinar sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon
maupun tembok pagar yang tinggi.
2) Pencahayaan Buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih
sistem penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan
tersebut dapat menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan.
Berdasarkan hasil survei pada pencahayaan rumah di Kelurahan
Batang Arau pada umumnya rumah banyak mendapatkan cahaya alami
dari pancaran sinar matahari dari jendela. Untuk rumah yang berada di
kompleks yang padat ditemukan rumah yang tidak mendapatkan
pencahayaan yang cukup.
Agar pencahayaan memenuhi persyaratan, maka salah satu caranya
adalah menambahkan atap kaca. Karena dengan pencahayaan yang alami
dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat pada rumah. Dan untuk
puskesmas dapat bekerja sama dengan kader yang ada diwilayah kerja
puskesmas Pemancungan seperti memberikan penyuluhan tentang
pentingnya meningkatkan penyehatan rumah.
c. Kepadatan Hunian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Batang
Arau dapat dilihat bahawa dari 62 rumah dengan kepadatan hunian yang
memenuhi syarat adalah 14 rumah (22,6%) dan yang tidak memenuhi
syarat adalah 48 rumah (77,4%).
Juslan (2010) dalam penelitiannya yaitu hubungan kepadatan
hunian, ventilasi rumah dan pengetahuan dengan kejadian penyakit
tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
menggambarkan bahwa dari 88 rumah yang diteliti 54 rumah (61,36%)
memenuhi persyaratan dan 34 rumah (38,64%) tidak memenuhi syarat.
Luas rumah yang cukup memberikan ruang gerak bagi
penghuninya sehingga terasa bebas dari resiko benturan dengan yang ada
dalam rumah. Kenyamanan dapat terjamin, karena sirkulasi udara berjalan
baik tanpa menimbulkan kejenuhan udara dalam ruangan yang di dalam
ruangan yang di dalam terkandung zat-zat buangan dari sesama penghuni
misalnya CO2 dan kuman-kuman pathogen.
Kepadatan hunian untuk seluruh rumah bisa dinyatakan dalam
m2/orang. Penggunaan luas lantai ini dimaksudkan untuk menghindari
penularan penyakit pernafasan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Kelurahan Batang Arau
ditemukan lebih dari 50% rumah memiliki kepadatan yang tinggi yaitu
melebihi 8m2/orang.
Agar kepadatan hunian memenuhi syarat jumlah penghuni dan luas
rumah harus sesuai yaitu minimal 8m2/orang, jadi jika kurang dari
8m2/orang alangkah baiknya rumah diperlebar hingga jumlah penghuni
dan luas rumah sesuai sehingga memenuhi persyaratan keadatan hunian.
d. Suhu
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahawa dari 62 rumah
dengan suhu yang memenuhi syarat adalah 41 rumah (66,1%) dan yang
tidak memenuhi syarat adalah 21 rumah (33,9%).
Tulus Aji Yuwono (2008) dalam penelitiannya faktor-faktor
lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia
pada anak balita di wilayah kerja puskesmas Kawunganten Kabupaten
Cilacap menggambarkan bahwa dari 66 rumah didapatkan 37 rumah
(56,06%) memenuhi syarat dan 29 rumah (43,94%) tidak memenuhi
syarat.
Rumah atau bangunan yang sehat haruslah mempunyai suhu yang
diatur sedemikian rupa sehingga suhu badan dapat dipertahankan. Jadi
suhu dalam ruangan harus dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga
tubuh tidak terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh tidak
sampai kepanasan.
Suhu yang optimum adalah 18 – 300C berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruangan Rumah.
Suhu dalam ruangan rumah yang terlalu rendah dapat
menyebabkan gangguan kesehatan hingga hypothermia, sedangkan suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat
stroke.
Perubahan suhu udara dalam ruangan rumah dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti penggunaan bahan bakar biomassa, ventilasi yang
tidak memenuhi syarat, kepadatan hunian, bahan dan struktur bangunan,
kondisi geografis dan kondisi topografi.
Bila suhu udara di atas 300C diturunkan dengan cara meningkatkan
sirkulasi udara dengan menambahkan ventilasi mekanik/buatan. Dan jika
suhu kurang dari 180C, maka perlu menggunakan pemanas ruangan
dengan menggunakan sumber energy yang aman bagi lingkungan dan
kesehatan.
Agar suhu dalam ruangan memenuhi syarat juga didukung dengan
adanya ventilasi yang memadai, dan untuk mendapatkan suhu yang
optimal bisa digunakan kipas angin atau AC.
e. Kelembaban
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahawa dari 62 rumah
dengan kelembaban yang memenuhi syarat adalah 21 rumah (33,9%) dan
yang tidak memenuhi syarat adalah 41 rumah (66,1%).
Vita Ayu Oktaviani (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan
antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran pernafasan atas
(ispa) pada balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali
menggambarkan bahwa dari 62 rumah ditemukan 44 rumah (71%)
memenuhi syarat dan 18 rumah (29%) tidak memenuhi syarat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/Menkes/Per/
V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruangan Rumah
kelembaban yang memenuhi persyaratan adalah 40 – 60 %. Kelembaban
yang terlalu tinggi maupun rendah dapat menyebabkan suburnya
pertumbuhan mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi kelembababn adalah konstruksi rumah
yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai, dan dinding rumah yang
tidak kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.
Ventilasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kelembaban. Ventilasi yang kurang dapat menyebabkan
kelembaban bertambah. Kelembaban di luar rumah secara alami dapat
mempengaruhi kelembaban di dalam rumah. Ruang yang lembab
memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme patogen. Untuk mendapatkan
tingkat kelembaban yang baik hendaknya mengatur agar pertukaran udara
selalu lancar serta sinar matahari dapat masuk yaitu dengan perbaikan
ventilasi karena ventilasi berkaitan erat dengan kelembaban.
Bila kelembaban udara kurang dari 40%, maka dapat dilakukan
upaya penyehatan seperti membuka jendela rumah, menambah jumlah dan
luas jendela rumah, dan memodifikasi fisik bangunan. Dan jika
kelembaban udara lebih dari 60%, maka dapat dilakukan upaya
penyehatan seperti memasang genteng kaca, dan menggunakan alat untuk
menurunkan kelembaban.
Berdasarkan survei yang dilakukan di Kelurahan Batang Arau
lebih dari 50% rumah memiliki kelembaban yang tinggi. Kelembaban juga
dipengaruhi oleh ventilasi atau jendela. Dengan sering membuka jendela
rumah setiap hari akan membuat kelembaban pada rumah jadi optimal.
Selain membuka jendela, peran puskesmas dan kader juga sangat
penting disini untuk memberika penyuluhan pentingnya rumah sehat
terutama kelembaban yang optimal agar tidak mudahnya mikroorganisme
patogen penyebab penyakit berkembangbiak di dalam rumah.
2. Sanitasi Dasar Rumah
a. Penyediaan Air Bersih
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Batang
Arau dapat dilihat bahawa dari 62 rumah dengan penyediaan air bersih
yang memenuhi syarat adalah 50 rumah (80,6%) dan yang tidak
memenuhi syarat adalah 12 rumah (19,6%).
Wirdana F (2006) dalam penetiannya tentang kapasitas masyarakat
Kelurahan Sungai Jang Kota Tanjungpinang dalam alternatif penyediaan
air menggambarkan bahwa dari 136 rumah didapatkan bahwa 76 rumah
(55,88%) memenuhi syarat dan 60 rumah (44,12%) tidak memenuhi
syarat.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak.
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber
air bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian) dan
sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60-120 liter perhari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30 – 60
liter per hari.
Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting
adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum
(termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air
tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan, rumah-rumah pada kelurahan ini memperoleh
air bersih dari perlindungan mata air yang di alirkan kerumah-rumah, dan
ada juga yang menggunakan sumur gali. Pada musim kemarau daerah ini
akan kekurangan air bersih baik yang memperoleh air dari perlindungan
mata air maupun sumur gali.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemilik rumah agar ketersediaan
air bersih tercukupi adalah menggunakan air secukupnya, yaitu minimal
60 liter per orang. Untuk yang memperoleh air dari perlindungan mata air
maka tempat penampungan air lebih baik di tambah, sehingga persediaan
air tercukupi.
b. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahawa dari 62 rumah
dengan kondisi saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat
adalah 14 rumah (22,6%) dan yang tidak memenuhi syarat adalah 48
rumah (77,4%).
Lucy Marthia (2010) dalam penelitiannya tentang pengaruh limbah
rumah tangga terhadap kualitas air di Menteng Kecil menggambarkan
bahwa dari 157 rumah didapatkan kondisi saluran pembuangan air limbah
62 rumah (39,5%) memenuhi syarat dan 95 rumah (60,5%) tidak
memenuhi syarat
Air limbah atau air kotor atau air bekas adalah air yang tidak bersih
dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia hewan dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia.
Pada dasarnya pengelolaan limbah bertujuan untuk:
1) Melindungi kesehatan anggota masyarakat dari ancaman berbagai
penyakit. Ini disebabkan karena limbah sering dipakai sebagai tempat
berkembangbiaknya berbagai macam bibit penyakit.
2) Melindungi timbulnya kerusakan tanaman terutama jika air limbah
tersebut mengandung zat organik yang membahayakan kelangsungan
hidup.
3) Menyediakan air bersih yang dapat dipakai untuk keperluan hidup
sehari-hari terutama jika sulit ditemukan air bersih.
Berdasarkan survei yang dilakukan di Kelurahan Batang Arau
Kecamatan Padang Selatan ini, saluran pembuangan air limbah ada yang
terbuka dan yang tertutup, di alirkan ke selokan-selokan.
Upaya yang dapat dilakukan untuk saluran pembuangan air limbah
ini adalah membuat atau memperbaiki saluran pembuangan air limbah
menjadi tertutup sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
c. Kondisi Jamban
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Batang
Arau dapat dilihat bahawa dari 62 rumah dengan kondisi jamban yang
memenuhi syarat adalah 59 rumah (95,2%) dan yang tidak memenuhi
syarat adalah 3 rumah (4,8%).
Indah Musfiana (2011) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor
yang berhubungan dengan kepemilikan jamban di Kelurahan Koto
Panjang dalam Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota Payakumbuh tahun
2011 menggambarkan bahwa dari 180 sampel di dapatkan 115 rumah
(63,9%) memiliki jamban dan 65 (36,1%) tidak memiliki jamban.
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Hal-
hal yang harus dikeluarkan dari tubuh ini terbentuk tinja (fecces), air seni
(urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Untuk mencegah
sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan,
maka pembuangan kotoran harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat yang tertentu atau jamban yang
sehat.
Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan
kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin
diatasi. Karena kotoran (tinja) manusia adalah sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada
tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara.
Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangat besar. Di samping
dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran, dan
sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat
terkontaminasi oleh tinja tersebut.
Ada 4 cara pembuangan tinja:
a) Pembuangan di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja di
atas permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan
sebagainya.
b) Kakus lubang gali, cara ini merupakan salah satu yang paling
mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan di
dalam tanah dan lubang di bawah tanah.
c) Kakus air, cara ini hampir mirip dengan kaskus lubang galai, hanya
lubang kaskus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi air,
terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya merupakan
peralihan antara lubang kakus dengan septictank. Fungsi dari tank
adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur
sangkar atau empat persegi panang diletakkan vertikal dengan
diameter antara 90 – 120 cm.
d) Septik tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan
diantara pembuangan tinja dari buangan rumah tangga. Terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk
dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada
selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
Berdasarkan hasil survei di Kelurahan Batang Arau Kecamatan
Padang Selatan didapatkan bahwa sudah banyak rumah-rumah yang
memiliki jamban dengan septiktank, sedangkan yang tidak memiliki masih
buang air besar sembarangan seperti di sungai.
Upaya yang dapat dilakukan adalah untuk membuat jamban jenis
leher angsa dengan septiktank, dan jika tidak mampu membuat jamban per
rumah, bisa di buat kakus umum yang mana bisa berkerja sama pihak
puskesmas atau pemerintah kelurahan.
d. Kondisi Tempat Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahawa dari 62 rumah
dengan kondisi tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat adalah
22 rumah (35,5%) dan yang tidak memenuhi syarat adalah 40 rumah
(64,5%).
Alex Alfiandri (2011) dalam penelitiannya tentang gambaran
pengelolaan sampah rumah tangga di RT 03 RW 01 lingkungan Panji
Kelurahan Tegal Gede Kabupaten Jember menggambarkan bahwa dari 83
rumah 69 rumah (83,14 %) memenuhi syarat dan 14 rumah (16,86%) tidak
memenuhi syarat.
Sampah adalah suatu bahan atau bahan yang sudah tidak dipakai
lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi
dalam suatu kegiatan manusia dan di buang.
Dalam ilmu kesehatan lingkungan pengelolaan sampah tersebut
meliputi 3 hal pokok yaitu: penimbulan sampah, pemilahan sampah,
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemilihan sampah, pewadahan
sampah, pengumpulan sampah dan pembuangan sampah. Adapun tempat
penyimpanan sampah sementara (tempat sampah) yang digunakan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut: konstruksi harus kuat dan tidak
mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan,
ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di Kelurahan Batang
Arau Kecamatan Padang Selatan didapatkan bahwa masih banyak rumah
dengan tempat pembuangan sampah yang masih terbuka, dan ada juga
hanya dengan plastik yang digantung disamping rumah.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti tempat
pembuangan sampah dengan bahan yang kedap dan tertutup.
3. Upaya Penyehatan Rumah
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 62 rumah ada 39
rumah (62,9%) upaya penyehatan rumah baik dan ada 23 rumah (37,1%)
upaya penyehatan rumah tidak baik.
Upaya penyehatan rumah adalah segala upaya atau usaha untuk
mencapai terwujudnya penyehatan kondisi fisik rumah yang sehat dan kondisi
sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.829 tahun 1999.
Hasil upaya penyehatan rumah diperoleh dari upaya yang telah
dilakukan untuk penyehatan kondisi fisik rumah dan sarana sanitasi dasar
rumah.
Upaya penyehatan kondisi fisik rumah yang dapat dilakukan adalah
memperbaiki luas ventilasi agar ukuran ventilasi lebih dari 10% dari luas
lantai, luas ventilasi sangat penting untuk rumah yang sehat, karena dengan
adanya ventilasi akan menjaga suhu dan kelembaban udara dalam rumah
menjadi optimum dan juga pencahayaan yang baik. Untuk pencahayaan juga
bisa menambahkan atap dari bahan kaca agar cahaya alami dapat memasuki
rumah. Kepadatan hunian juga seharusnya diperhatikan, minimal 8m2/orang.
Jika kurang lebih baik memperlebar rumah sehingga memebuhi persyaratan,
untuk suhu dan kelembaban bisa menggunakan kipas angin agar suhu
optimum dan membuka jendela rumah setiap hari agar kelembaban optimum.
Upaya penyehatan sanitasi dasar seperti penyediaan air bersih dengan
menambahkan tempat penampungan air untuk air yang di tampung dari
perlindungan mata air, menggunakan air secukupnya minimal 60 liter per
orang. Saluran pembuangan air limbah yang kedap dan tertutup lebih di
anjurkan agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Upaya yang dapat
dilakukan untuk jamban adalah dengan membuat jamban jenis leher angsa
dengan septiktank. Untuk upaya pengelolaan sampah harus menggunakan
tempat pembuangan sampah dari bahan yang kedap dan tertutup.
Tidak adanya upaya untuk penyehatan rumah yang dilakukan oleh
masyarakat Kelurahan Batang Arau dikarenakan masyarakat kurang
mengetahui pentingnya kesehatan perumahan bagi kesehatan penghuni rumah,
karena tidak pernah dilakukannya penyuluhan dari pihak puskesmas sehingga
menyebabkan masyarakat tidak mengetahui pentingnya penyehatan rumah.
Kepada petugas puskesmas sebaiknya memberikan penyuluhan tentang
rumah sehat dan pentingnya upaya penyehatan rumah agar masyarakat peduli
terhadap penyehatan rumah mereka.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang kondisi fisik dan sanitasi dasar rumah
dalam upaya penyehatan rumah di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang
Selatan tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian (80,6%) luas ventilasi rumah yang memenuhi syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
2. Dari hasil penelitian (80,6%) pencahayaan rumah yang memenuhi syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
3. Dari hasil penelitian (22,6%) kepadatan hunian rumah yang memenuhi
syarat di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
4. Dari hasil penelitian (66,1%)suhu rumah yang memenuhi syarat di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
5. Dari hasil penelitian (33,9%) kelembaban rumah yang memenuhi syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
6. Dari hasil penelitian (83,9%) penyediaan air bersih yang memenuhi syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
7. Dari hasil penelitian (22,6%) pengolahan air limbah yang memenuhi
syarat di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
8. Dari hasil penelitian (95,2%) pembuangan tinja yang memenuhi syarat di
Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
9. Dari hasil penelitian (35,5%) pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015
10. Dari hasil penelitian (62,9%) upaya penyehatan rumah dikategorikan baik
di Kelurahan Batang Arau Kecamatan Padang Selatan Tahun 2015.
B. SARAN
1. Kepada pemilik rumah untuk memperbaiki kondisi fisik seperti
memperlebar luas ventilasi jika luas ventilasi tidak memenuhi syarat,
menambahkan atap kaca jika pencahayaan pada rumah tidak mencukupi,
memperlebar luas rumah jika kepadatan hunian rumah tinggi,
memperbaiki sirkulasi udara jika suhu tidak optimal, membuka jendela
jika kelembaban tidak optimal dan sarana sanitasi dasar rumah seperti
sarana air bersih tidak mencukupi maka harus menghemat minimal 60 liter
perorang, memperbaiki saluran pembuangan limbah jika saluran tidak
tertutup, membuat jamban dengan septiktank jika jamban belum
memenuhi syarat dan mengganti tempat sampah dengan bahan yang kedap
dan tertutup agar memenuhi syarat dan meningkatkan pengetahuan akan
pentingnya rumah sehat.
2. Kepada petugas kesehatan setempat terutama pihak Puskesmas
Pemancungan untuk mengadakan penyuluhan tentang pentingnya upaya
penyehatan rumah.
3. Kepada pihak kelurahan untuk melakukan kerjasama dengan pihak
puskesmas dalam perbaikan dan peningkatan kesehatan lingkungan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari, Afrina. Strategi dan Inovasi Pencapaian MDGs 2015 Di Indonesia. (Jurnal Universitas Islam ‘45’ Bekasi), Bekasi.
2. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta;2003.
3. Suharmadi. Perumahan Sehat. Proyek Pengembangan dan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta;1985
4. Keman, Soedjajadi. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Perumahan. (Jurnal Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga). Surabaya; 2005.
5. Dinas Pekerjaan Umum. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat. Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. 2006.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan Kesehatan Perumahan
7. Octafiany, Eka. Skripsi. Kondisi Rumah Dan Sarana Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Diare dan Tuberculosis Di Kota Sukabumi 2010-2011.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2011.
8. Kasjono, Heru Subaris. Penyehatan Pemukiman. Yogyakarta;2011.
9. Soesanto, Sri Soewasti. Agustina Lubis. Kusnidar Atmosukarto. Hubungan
Kondisi Perumahan Dengan Penularan Penyakit ISPA Dan TB Paru. [Sumber Online: Artikel Media Litbang Kesehatan Volume X Nomor 2 Tahun 2000] diakses pada 25 November 2014 (ejournal.litbang.depkes.go.id)
10. Permenkes No. 1077 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam
Ruangan Rumah Tahun 2011.
11. Pramudiyani, Novita Aris. Galuh Nita Prameswari. Hubungan Antara Sanitasi Rumah Dan Perilaku Dengan Kejadian Pneumonia Balita. [Sumber Online: Jurnal Kesehatan Masyarakat Unnes 2011] diakses pada 25 November 2014 (http://journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas)
12. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Ilmu &
Seni).Jakarta;2007.
13. Syandi, Melinda. Hubungan Kondisi Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kajai Kabupaten Pasaman Barat. Padang:2011.
14. Juslan. Hubungan Kepadatan Hunian, Ventilasi Rumah dan Pengetahuan dengan Kejadian Penyakit Tuberculosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Kendari: 2010.
15. Oktaviani, Vita Ayu. Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Surabaya:2009.
16. Yuwono, Tulus Aji. Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Rumah yang
Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap. Jakarta:2008
17. F, Wirdana. Kapasitas Masyarakat Kelurahan Sungai Jang Kota
Tanjungpinang dalam Alternatif Penyediaan Air. Tanjungpinang:2006
18. Marthia, Lucy. Pengaruh Limbah Rumah Tangga Terhadap Kualitas Air di Menteng Kecil. Jakarta:2010.
19. Musfiana, Indah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan
Jamban di Kelurahan Koto Panjang dalam Kecamatan Lampasi Tigo Nagori Kota Payakumbuh. Padang:2011.
20. Alfiandri, Alex. Gambaran Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di RT 03
RW 01 Lingkungan Panji Kelurahan Tegal Gede Kabupaten Jember. Surabaya:2011.
21. Kelurahan Batang Arau. Laporan Tahunan Kependudukan Kelurahan
Batang Arau Kecamatan Padang Selatan. Padang:2013.
LAMPIRAN A
FORMULIR KONDISI FISIK DAN SARANA DASAR RUMAH DALAM UPAYA PENYEHATAN RUMAH DI KELURAHAN
BATANG ARAU KECAMATAN PADANG SELATAN TAHUN 2015
A. Identitas Responden
No. Sampel: ………
1. Keterangan Tempat a. Propinsi : Sumatera Barat b. Kota : Padang c. Kecamatan : Padang Selatan d. Kelurahan : Batang Arau e. RW : f. RT :
2. Keterangan Wawancara a. Tanggal Kunjungan : b. Hari dan Jam : c. Nama Responden : d. Jumlah Anggota Keluarga :
B. Kondisi Fisik Rumah 1. Apakah ventilasi memiliki luas >10% dari luas lantai?
Luas ventilasi:……… Luas Lantai:……… Hasil:……… a.Ya b.Tidak
2. Apakah intensitas pencahayaan dalam ruangan minimal 60 lux? a.Ya b.Tidak
3. Apakah kepadatan hunian 8m2/orang? Jumlah penghuni:……… Luas ruangan:……… Hasil:……… a.Ya b.Tidak
4. Apakah suhu dalam ruangan 180C-300C? a.Ya b.Tidak
5. Apakah Kelembaban dalam ruangan 40%-60%? a.Ya b.Tidak
C. Kondisi Sanitasi Dasar 1. Apakah kapasitas volume air pada sarana penyediaan air tercukupi?
a.Ya b.Tidak 2. Apakah kondisi saluran pembuangan air limbah tertutup?
a.Ya b.Tidak 3. Apakah kondisi jamban memenuhi syarat kesehatan?
a.Ya b.Tidak 4. Apakah kondisi pembuangan sampah tertutup dan kedap?
a.Ya b.Tidak
D. Upaya Penyehatan Rumah
a. Upaya Penyehatan Kondisi Fisik Rumah 1. Apakah ada upaya perbaikan terhadap luas ventilasi?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ada upaya menambahkan atap kaca agar dapat sinar matahari? a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada upaya untuk memperlebar luas rumah agar kepadatan hunian memenuhi syarat 8m2/orang? a. Ya b. Tidak
4. Apakah ada perbaikan sirkulasi udara agar suhu optimal 180C-300C? a. Ya b. Tidak
5. Apakah ada dilakukan upaya membuka jendela agar kelembaban optimal 40%-60%? a. Ya b. Tidak
b. Upaya Penyehatan Kondisi Sanitasi Dasar 1. Apakah ada upaya untuk memiliki kecukupan air pada
sarana air bersih? a. Ya b. Tidak
2. Apakah ada upaya perbaikan sarana pengelolaan limbah ? a. Ya b. Tidak
3. Apakah ada upaya untuk membuat jamban jenis leher angsa dan mempunyai septictank? a. Ya
b. Tidak 4. Apakah ada upaya pembuangan sampah menggunakan
bahan yang kedap dan tertutup? a. Ya b. Tidak
Lampiran C
Output
Frequencies
Statistics
ventilasi cahaya kepadatan suhu kelembaban N Valid 62 62 62 62 62
Missing 0 0 0 0 0 Mean 1.19 1.19 1.77 1.34 1.66 Median 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00 Mode 1 1 2 1 2
Frequency Table ventilasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Memenuhi Syarat 50 80.6 80.6 80.6
Tidak Memenuhi Syarat 12 19.4 19.4 100.0 Total 62 100.0 100.0
cahaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Memenuhi Syarat 50 80.6 80.6 80.6
Tidak Memenuhi Syarat 12 19.4 19.4 100.0 Total 62 100.0 100.0
kepadatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Memenuhi Syarat 14 22.6 22.6 22.6
Tidak Memenuhi Syarat 48 77.4 77.4 100.0 Total 62 100.0 100.0
suhu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Memenuhi Syarat 41 66.1 66.1 66.1
Tidak Memenuhi Syarat 21 33.9 33.9 100.0 Total 62 100.0 100.0
kelembaban
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Memenuhi Syarat 21 33.9 33.9 33.9
Tidak Memenuhi Syarat 41 66.1 66.1 100.0 Total 62 100.0 100.0
c. Frequencies Statistics
air limbah jamban sampah N Valid 62 62 62 62
Missing 0 0 0 0 Mean 1.16 1.77 1.05 1.65 Median 1.00 2.00 1.00 2.00 Mode 1 2 1 2
Frequency Table air
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Cukup 52 83.9 83.9 83.9
Tidak Cukup 10 16.1 16.1 100.0 Total 62 100.0 100.0
limbah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Baik 14 22.6 22.6 22.6
Tidak Baik 48 77.4 77.4 100.0 Total 62 100.0 100.0
jamban
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Baik 59 95.2 95.2 95.2
Tidak Baik 3 4.8 4.8 100.0 Total 62 100.0 100.0
sampah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Baik 22 35.5 35.5 35.5
Tidak Baik 40 64.5 64.5 100.0 Total 62 100.0 100.0
Frequencies Statistics
totalskor
N Valid 62 Missing 0
Mean 12.95
totalskor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid 10 1 1.6 1.6 1.6
11 4 6.5 6.5 8.1 12 18 29.0 29.0 37.1 13 23 37.1 37.1 74.2 14 10 16.1 16.1 90.3 15 3 4.8 4.8 95.2 16 2 3.2 3.2 98.4 17 1 1.6 1.6 100.0 Total 62 100.0 100.0
Frequencies Statistics
Upaya N Valid 62
Missing 0 Mean 1.37
Upaya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent Valid Baik 39 62.9 62.9 62.9
Tidak Baik 23 37.1 37.1 100.0 Total 62 100.0 100.0
Lampiran D
DOKUMENTASI
1. Mewawancarai Responden
2. Melakukan Pengukuran pencahayaan 3. Melakukan Pengukuran Suhu dan
menggunakan Lux Meter Kelembaban dengan Thermo Hygro
Meter
4. Pemeriksaan kapasistas Air 5. Pemeriksaan Pembuangan Air Limbah
6. Tempat Pembuangan Sampah 7. Kondisi Jamban
8. Ventilasi Buatan 9. Saluran Pembuangan Air Limbah