PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL (Daucus Carota...
Transcript of PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL (Daucus Carota...
PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL (Daucus
Carota,L) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK
DAN KADAR BETA KAROTEN DODOL
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
SUCI INDAH UTAMI
NIM : 122110136
JURUSAN DIII GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2015
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN GIZI
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2015
SUCI INDAH UTAMI
Pengaruh Substitusi Tepung Wortel (Daucus Carota, L) terhadap Mutu
Organoleptik dan Kadar Beta Karoten Dodol Wortel.
vii + 40 Halaman + 11 Tabel + 1 Grafik + 7 Lampiran
ABSTRAK
Dodol merupakan makanan tradisional yang cukup popular di beberapa
daerah Indonesia yang disukai oleh semua kalangan. Dodol yang banyak beredar
saat ini belum memiliki zat gizi yang cukup bagi tubuh, salah satu zat gizi yang
dibutuhkan tubuh adalah Beta Karoten. Beta Karoten berguna untuk
meningkatkan kesehatan mata. Sehingga untuk memperkaya zat gizi pada dodol
perlu ditambahkan tepung wortel yang kaya akan Beta Karoten. Tujuan dari
penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung wortel (Daucus
Carota, L) terhadap mutu organoleptik (warna, aroma, tekstur, dan rasa) dan kadar
Beta Karoten dalam pembuatan dodol wortel.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol dengan 2 kali pengulangan.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Juni
2015, tempat penelitian uji hedonik dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi
Pangan Poltekkes Kemenkes Padang dan uji kadar Beta Karoten di Laboratorium
Teknologi Hasil Pertanian Universitas Andalas. Pengamatan dilakukan terhadap
mutu organoleptik dan kadar Beta Karoten dodol. Data di analisis dengan Analisa
Sidik Ragam (ANOVA), jika perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji
DNMRT dengan taraf 5%.
Nilai rata-rata uji organoleptik terbaik panelis terhadap warna adalah
perlakuan C, aroma adalah perlakuan B, tekstur adalah perlakuan C, dan rasa
adalah perlakuan A. Hasil Terbaik yang didapatkan ialah perlakuan A. Kadar β-
Karoten dodol wortel perlakuan A adalah 1887 mg.
Disarankan dalam Pembuatan dodol dengan substitusi tepung wortel
menggunakan perbandingan tepung wortel dan tepung ketan 25 gr : 225 gr (10%),
untuk peneliti selanjutnya meneliti tentang daya simpan dari dodol wortel.
Kata Kunci (Key Word) : substitusi, mutu organoleptik, beta karoten, dodol
Daftar Pustaka 34 ( 2000 – 2014 )
POLYTECHNIC OF HEALTH MINISTRY OF HEALTH PADANG
NUTRITION DEPARTMENT
SCIENTIFIC WRITINGS, JUNE 2015
SUCI INDAH UTAMI
Effect Of Substitution Of Wheat Carrot (Daucus Carota, L) To The
Organoleptic Quality And Level Of Beta Karoten Dodol
vii + 41 pages + 11 tables + 1 Graph + 7 Attachment
ABSTRACT
Dodol is a traditional food that is quite popular in some areas of Indonesia
are favored by all people. Dodol that are circulating currently have sufficient
nutrients for the body, one of the nutrients that the body needs is Beta Carotene.
Beta Carotene is useful to improve eye health. So as to enrich the nutrients need to
be added flour dodol carrots are rich in beta-carotene. The aim of this research
was to determine the effect of supplementation of flour carrot (Daucus Carota, L)
of the acceptance (color, flavour, texture, and flavor) and Beta Carotene levels in
dodol carrots.
This type of research is an experiment using a completely randomized
design (CRD) with 3 treatments and 1 control with two repetitions. When the
study was conducted in November 2014 until the month of June 2015, a hedonic
test research conducted at the Laboratory of Food Science Technology Ministry of
Health Poltekkes Padang and Beta Carotene content test in the laboratory of
Agricultural Technology Universitas Andalas. Observations were made on the
organoleptic quality and the levels of Beta Carotene dodol. Data were analyzed by
analysis of variance (ANOVA), if significantly different treatment continued with
DNMRT test with the level of 5%.
The average value of the best organoleptic test is a panelist on the color
treatment C, fragrance is the treatment of B, the texture is C treatment, and the
taste is a treatment A. Best Results obtained is treated A. Levels of β- carotene
carrots dodol treatment A is 1887 mg.
Making suggested in lunkhead with carrot flour substitution using a
comparison carrot flour and glutinous rice flour 25 grams: 225 g (10%), for
further research examines the shelf life of dodol carrots.
Keyword (Key Word): substitution, organoleptic quality, beta carotene, dodol
Bibliography 34 (2000 - 2014)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Suci Indah Utami
Tempat, tanggal lahir : Padang, 24 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Kawin
Alamat : Jl. Pepaya Raya no.5 Perumnas Belimbing Kel.Kuranji
Kec. Kuranji Kota Padang
Nama Orang Tua
Ayah : Asuardi (alm)
Ibu : Destuti
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 48 Kuranji Padang tahun 2000 - 2006
2. SMP Negeri 18 Padang tamat tahun 2006 - 2009
3. SMA Negeri 5 Padang tamat tahun 2009 - 2012
4. D.III Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2012 - 2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan
maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu
rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program studi D.III
jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat
dalam menyelesaikan Pendidikan D.III Gizi pada masa akhir pendidikan.
Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Pengaruh Substitusi Tepung Wortel
(Daucus Carota, L) terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Beta Karoten
Dodol .”
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan
keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga penulis merasa masih belum
sempurna baik dalam isi maupun penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka
atas kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Ucapan terima kasih ini penulis tunjukkan kepada:
1. Bapak Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kementrian
Kesehatan Padang.
2. Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kementrian Kesehatan Padang.
3. Bapak Zulkifli, SKM, M.Si selaku Pembimbing Utama Karya Tulis Ilmiah
4. Ibu Irma Eva Yani, SKM, M.Si sebagai pembimbing Pendamping Karya Tulis
Ilmiah.
5. Ibu dr.Linda M Thaufik selaku Pembimbing Akademik
6. Bapak dan Ibu dosen serta staf Jurusan Gizi Politeknik Kementerian Kesehatan
Padang yang telah membantu kelancaran penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Seluruh keluarga dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
dukungan dalam penyelesain Karya Tulis Ilmiah.
Terima kasih atas doa dan dukungannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
bagi kita semua. Akhir kata hanya kepada Allah SWT penulis mohon ampun dan
semoga apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya
Roba’alamin.
Padang, Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ………............................................................. i
DAFTAR ISI …………........................................................................ iii
DAFTAR TABEL ……….................................................................... v
DAFTAR GRAFIK …………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN ….................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …........................................................ 1
B. Rumusan Masalah ………......................................................... 3
C. Tujuan Penelitian …………....................................................... 3
1. Tujuan Umum …………....................................................... 3
2. Tujuan Khusus ……….......................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ………......................................................... 4
1. Bagi Penulis ………….......................................................... 4
2. Bagi Masyarakat ………....................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dodol …………………………….………………….………... 5
1. Pengertian Dodol …………………………………….…... 5
2. Kandungan Zat Gizi Dodol ……………………………… 6
3. Standarisasi Mutu Dodol ……............................................... 6
4. Bahan Pembuatan Dodol …………..................................... 7
5. Pembuatan Dodol …….......................................................... 8
B. Wortel ……………………………............................................ 9
1. Tanaman Wortel ……………............................................. 9
2. Jenis Tanaman Wortel ………............................................ 11
3. Kandungan Nilai Gizi Wortel ............................................. 13
4. Tepung Wortel ………………............................................ 14
C. Substitusi .……………………................................................... 15
D. Uji Organoleptik …………………............................................ 16
E. Beta Karoten ……………………............................................. 17
1. Pengertian ………………………..………………………. 17
2. Manfaat Beta Karoten …………………………………… 18
3. Faktor yang Berpengaruh
Menurunnya Kandungan Beta Karoten ................................. 19
4. Uji Kadar Beta Karoten …………………………………. 20
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian …............................................. 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian …................................................ 21
C. Bahan dan Alat …………………............................................... 22
1. Bahan ………………………............................................... 22
2. Alat ……………………….................................................. 22
D. Prosedur Penelitian ……………................................................. 23
1. Penelitian Pendahuluan ……................................................ 23
2. Penelitian Lanjutan ………....…………............................... 24
E. Pengamatan ………………………………................................. 25
F. Penentuan Kadar Beta Karoten …..………... ............................. 26
G. Pengolahan dan Analisis Data …................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ……………………………................................................. 29
1. Uji Organoleptik ………………............................................... 29
2. Hasil Terbaik …………………................................................ 33
3. Uji Kadar Beta Karoten ………................................................ 34
B. Pembahasan
1. Uji Organoleptik ………………............................................... 35
2. Hasil Terbaik …………………................................................ 38
3. Uji Kadar Beta Karoten ………................................................ 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 40
B. Saran ……………………………………………………………. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Dodol ……………………………………….. ….. 6
Tabel 2. Standar Nasional Indonesia untuk Produk Dodol ….………………… 7
Tabel 3. Bahan Dasar Pembuatan Dodol ……………………………………..... 8
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Wortel dalam 100 gram …………………............ 14
Tabel 5. Komposisi Zat Gizi Tepung Wortel …………………………………... 15
Tabel 6. Rancangan Penelitian Dodol Wortel ………………………………….. 21
Tabel 7. Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Warna Dodol Wortel.... 29
Tabel 8. Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Dodol Wortel ... 30
Tabel 9.Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Dodol Wortel ... 31
Tabel 10. Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Dodol Wortel .... 32
Tabel 11. Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dodol Wortel ………. 33
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Rata-rata daya terima terhadap cita rasa dodol ………………… 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Form Pengujian Daya Terima
Lampiran B : Bagan Alir Penelitian
Lampiran C : Bagan Alir Pembuatan Tepung Wortel
Lampiran D : Bagan Alir Pembuatan Dodol
Lampiran E : Hasil Uji Sidik Ragam dan Uji DNMRT
Lampiran F: Dokumentasi Penelitian
Lampiran G : Lembar Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
pembuatan makanan dan minuman. Salah satu contoh produk pangan yang banyak
disukai masyarakat adalah dodol. 1
Dodol merupakan makanan traditional yang cukup popular di beberapa
daerah Indonesia yang disukai oleh semua kalangan. Mulai dari anak–anak,
remaja hingga orang dewasa semua menyukai dodol sebagai oleh–oleh untuk
camilan. Jenis makanan ringan ini diolah secara ekstruksi terbuat dari bahan-
bahan alami tanpa bahan pengawet seperti karbohidrat dan protein, bernutrisi
tinggi, mempunyai tekstur yang halus, sifat produk yang liat, lunak, cita rasa dan
aroma yang beragam serta dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama.
Dodol telah memiliki aneka macam varian rasa, sehingga produksi dodol ini
meningkat setiap tahun. Dodol diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dodol yang
diolah dari buah-buahan dan dodol yang diolah dari tepung-tepungan, antara lain
tepung beras dan tepung ketan. Dodol merupakan jenis olahan hasil pertanian
yang bersifat semi-basah, berwarna putih sampai coklat, dibuat dari campuran
santan, tepung ketan, gula merah, dan garam. 2
Pengolahan dodol sudah cukup
lama dikenal masyarakat dengan proses sederhana, murah, dan cukup menyerap
tenaga kerja. 3
Dodol yang banyak beredar di masyarakat saat ini tidak memiliki kandungan
Beta Karoten. Beta Karoten yang ada pada 100 gr dodol sebanyak 0 mg. Beta
Karoten atau Provitamin A merupakan senyawa organik yang ditemukan dalam
banyak buah-buahan dan sayuran. Beta Karoten diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan penglihatan dan kulit. Beta Karoten terdapat di dalam sayur-sayuran
yang berwarna kuning seperti wortel. 4
Kandungan Beta Karoten yang terdapat
didalam 100 gr wortel adalah 8285 mg. 5
Wortel merupakan sayuran yang mudah diperoleh dan murah harganya.
Didalam kehidupan sehari-hari wortel belum dimanfaatkan secara optimal padahal
wortel kaya akan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Aromanya
yang langu mengakibatkan jenis sayuran ini jarang dikonsumsi secara langsung.4
Meningkatkan nilai gizi pada dodol maka dilakukan substitusi tepung wortel,
sehingga dodol ini akan memiliki kadar Beta Karoten yang berguna untuk
kesehatan tubuh masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat khususnya anak-anak yaitu mencegah terjadinya gangguan
penglihatan yang saat ini banyak terjadi pada anak-anak Indonesia.
Berdasarkan hasil survey pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia
luas area panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16
propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Timur,
Kalimantan Timur.7
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi
wortel yang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan yaitu seperti yang
dapat dilihat pada tahun 2012 produksi sebanyak 15.989 ton dengan luas panen
934 Ha dan produktivitas 17,12 ton/Ha kemudian pada tahun 2013 produksi
sebanyak 22.252 ton dengan luas panen 1477 Ha dan produktivitasnya 12,07
Ton/Ha.6
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
“Pengaruh Substitusi Tepung Wortel (Daucus Carota, L) terhadap Mutu
Organoleptik dan Kadar Beta Karoten Dodol ’’
B. Rumusan Masalah
Penulis ingin mengetahui bagaimanakah pengaruh substitusi tepung wortel
terhadap mutu organoleptik dan kadar Beta Karoten dodol.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melihat mutu organoleptik dan kadar Beta Karoten yang terdapat
pada dodol wortel.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya nilai rata-rata mutu organoleptik panelis terhadap warna
dari dodol wortel.
b. Diketahuinya nilai rata-rata mutu organoleptik panelis terhadap aroma
dari dodol wortel.
c. Diketahuinya nilai rata-rata mutu organoleptik panelis terhadap tekstur
dari dodol wortel.
d. Diketahuinya nilai rata-rata mutu organoleptik panelis terhadap rasa dari
dodol wortel.
e. Diketahuinya perlakuan dari mutu organoleptik dodol yang terbaik
f. Diketahuinya kandungan Beta Karoten dari dodol yang terbaik.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Dapat melihat mutu organoleptik dan kadar Beta Karoten wortel dalam
pembuatan dodol wortel.
b. Dapat menambah pengetahuan, wawasan mengenai manfaat wortel bagi
kesehatan tubuh.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah wawasan masyarakat mengenai manfaat wortel dan produk
olahan dari wortel.
b. Dapat menambah peluang usaha dan memberikan alternatif pengolahan
wortel dalam kehidupan sehari-hari serta meningkatkan penghasilan
masyarakat.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti melihat mutu organoleptik dodol wortel bagi
masyarakat dan kadar Beta Karoten yang terdapat pada dodol wortel tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dodol
1. Pengertian Dodol
Dodol merupakan salah satu jenis produk olahan hasil pertanian yang bersifat
semi basah, berwarna coklat hingga coklat tua, dibuat dari campuran tepung
ketan, gula, dan santan. Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)
defenisi dodol adalah makanan yang terbuat dari tepung ketan, santan kelapa, dan
gula atau dengan penambahan bahan makanan dari bahan lain yang diizinkan. 7
Pengolahan dodol sudah dikenal masyarakat, prosesnya sederhana, murah dan
banyak menyerap tenaga kerja.8
Dodol dalam bahasa Inggris dikenal dengan
sebutan “Sweet Pastry” yang merupakan makanan khas tradisional Indonesia yang
memiliki tekstur plastis. Dodol kini telah berkembang menjadi beraneka ragam
jenis, di Sumatera misalnya ada dodol duren dengan cita rasa khas durian, di Jawa
barat ada dodol Garut. 9 Dodol memiliki beberapa keunggulan diantaranya,
kemasannya cukup praktis disimpan, bersifat tahan lama dan dapat dibuat dengan
bahan-bahan alami.9
Dodol termasuk jenis makanan setengah basah (Intermediate Moisture Food)
yang mempunyai kadar air 10-40 %; Aw 0,70-0,85; tekstur lunak, mempunyai
sifat elastis, dapat langsung dimakan, tidak memerlukan pendinginan dan tahan
lama selama penyimpanan. Keawetan pangan semi basah sangat tergantung oleh
kadar airnya. Daya simpan pangan semi basah juga banyak dipengaruhi oleh
komponen penyusunnya, aktivitas mikroba, teknologi pengolahan dan sanitasinya,
sistem pengemasan yang dikenakan dan penggunaan bahan pengawet. 10
Umumnya dodol ini memiliki rasa manis dan gurih, berwarna coklat dan
bertekstur lunak, sehingga digolongkan sebagai makanan semibasah.11
2. Kandungan Zat Gizi Dodol
Dodol merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Komposisi zat gizi dodol dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini 12
:
Tabel 1.
Komposisi Zat Gizi Dodol
Zat Gizi Jumlah
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Phospor
Zat Besi
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin C
348 Kkal
0,4 gr
3,8 gr
76,1 gr
41 mg
144 mg
2,6 mg
0 IU
0 mg
0 mg
Sumber : Mien K Mahmuda
3. Standarisasi Mutu Dodol
Pengolahan dodol, keamanan pangan harus selalu diperhatikan. Bila
menggunakan pewarna untuk mempercantik tampilan dodol maka pewarna yang
digunakan harus pewarna makanan dan sesuai dengan dosis Standar Nasional
Indonesia (SNI) tentang dodol.13
Standarisasi mutu dodol dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini 13
:
Tabel 2.
Standar Nasional Indonesia untuk Produk Dodol
Uraian Persyaratan
Keadaan (aroma, rasa, tekstur) Normal
Air Maks. 20%
Abu Maks 1,5%
Gula, dihitung sebagai sukrosa Min. 40%
Protein Min. 3%
Lemak Min. 7%
Serat kasar Maks. 1%
Pemanis buatan Tidak boleh ada
Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg) Tidak nyata
Arsen Tidak nyata
Kapang Tidak boleh ada
Sumber :Badan Standar Nasional Indonesia (1992) dalam Satuhu Suyanti (2008)
4. Bahan Pembuatan Dodol
a. Bahan Baku
1) Tepung
Tepung yang digunakan untuk campuran pembuatan dodol merupakan tepung
ketan. Tepung tersebut berfungsi memperbaiki tekstur agar dodol tidak terlalu liat.
Pada pemakaian tepung ketan, semakin halus tepung ketan yang digunakan akan
semakin baik karena akan mempercepat proses pengentalan. Tepung ketan yang
digunakan harus baru, berwarna putih, bersih tidak bau apek, serta bebas dari
kotoran, jamur, dan serangga. 13
2) Gula
Gula dalam pembuatan dodol selain berfungsi sebagai pemanis, juga sebagai
penambah aroma dan pengawet. Gula yang biasa digunakan dalam pembuatan
dodol adalah gula merah atau gula kelapa dan gula putih ( gula tebu ), 13
bila yang
digunakan adalah gula merah, gula direbus terlebih dahulu dengan sedikit air,
kemudian disaring agar kotorannya hilang. Bila digunakan gula pasir, gula
tersebut harus bersih dan berwarna putih, bebas dari kotoran dan serangga. 13
Gula yang biasa digunakan pada pembuatan dodol ialah gula aren. Gula aren
merupakan pemanis alami yang dihasilkan dari tanaman aren. Bahan ini memiliki
aroma dan rasa manis yang sangat tajam sehingga sering digunakan sebagai bahan
pemanis pada pembuatan jenang dan dodol.15
3) Santan
Santan berfungsi sebagai penambah cita rasa dan aroma. Kelapa sebagai bahan
baku santan dipilih yang cukup tua dan tidak busuk agar aroma dodol yang
dihasilkan harum. Selain tua kelapa yang akan digunakan harus bersih. 13
4) Garam
Pembuatan dodol , sebaiknya dipilih garam yang bersih. Garam tersebut
berfungsi menambah cita rasa dodol sehingga terasa gurih.13
5. Pembuatan Dodol
Bahan-bahan dasar yang biasanya digunakan didalam pembuatan dodol dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3.
Bahan Dasar Pembuatan Dodol
Bahan Jumlah
Tepung beras ketan
Gula merah
Santan Kental
250 gram
500 gram
250 gram
Santan Encer 500 gram
Sumber : Rachmi Hatta (2012)
Tahapan pembuatan dodol sebagai berikut :
1) Rebus santan encer 500 gr dan gula merah 500 gr hingga mendidih.
2) Masukkan tepung ketan dan sebagian santan kental 250 gr yang telah
dicampurkan sebelumnya kedalam adonan yang telah mendidih, aduk hingga
berminyak.
3) Kemudian masukkan tepung wortel aduk hingga adonan menjadi kental dan
tidak lengket ditangan selama 30 menit.
4) Dinginkan dodol di Loyang atau baki plastik
5) Kemudian dodol yang telah dingin dikemas dengan menggunakan plastik.
Dalam pembuatan dodol, tahapan pemasakan atau pemanasan merupakan
tahapan yang paling penting, karena akan menentukan sifat dodol yang dihasilkan.
10 ( Lihat lampiran D).
b. Bahan Tambahan
Bahan tambahan yang dimasukkan dalam pembuatan dodol ini ialah tepung
wortel. Wortel yang akan diolah harus memiliki tingkat kematangan yang penuh
seragam. Wortel yang digunakan ialah wortel yang telah matang selain rasanya
enak aroma yang dihasilkan lebih kuat sehingga dapat dihasilkan dodol bercita
rasa enak dan beraroma kuat. Wortel yang dipilih yaitu yang bebas dari luka baik
luka mekanis maupun akibat serangga. 16
B. Wortel (Daucus Carota, L)
1. Tanaman Wortel
Wortel atau carrots (Daucus Carota L) bukan tanaman asli Indonesia,
melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub-tropis). Menurut
sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Timur Dekat dan Asia Tengah. Tanaman
ini ditemukan liar sekitar 6.500 tahun yang lalu.17
Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet memastikan daerah
asal tanaman wortel adalah kawasan Timur Dekat (Asia kecil, traus-Caucasia,
Iran, dan Dataran tinggi Turkmenistan). Di samping itu, wortel ditemukan tumbuh
liar di kawasan Asia Tengah yang mencakup wilayah bagian barat laut India
(Punjab, Kashmir), Afganistan, Tajikistan, dan bagian barat Tian-Shan. Rintisan
budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah. Lambat laun
budidaya wortel menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia, dan akhirnya ke
seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya. 17
Sistem tumbuh-tumbuhan (taksonomi), tanaman wortel diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Devisio : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Sub devisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Umbelliferales
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Species : Daucus carota L. 17
Wortel tumbuh di daerah sejuk bertemperatur 200C. Wortel tumbuh baik di
ketinggian 500-1.000 m atau 1.000-2.000 m diatas permukaan laut. Untuk
tumbuhnya wortel memerlukan tanah geluh berpasir yang kaya bahan organik dan
sinar matahari yang cukup.18
Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya.
Wortel adalah tumbuhan biennial dengan siklus hidup 12-24 bulan yang mampu
menyimpan Karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan berbunga
diidentifikasi terdapat lebih dari 600 jenis Beta Karoten yang berbeda. Antara lain
yang cukup dikenal di dunia kesehatan adalah Karoten, Lutein, dan Lycopene
yang bermanfaat bagi kesehatan.19
Wortel sangatlah mudah untuk didapatkan, dengan harga yang murah
dijangkau. Pada saat ini pemanfaatan wortel masih kurang optimal padahal wortel
kaya akan Vitamin dan Mineral yang bermanfaat bagi tubuh.20
Aromanya yang langu mengakibatkan jenis sayuran ini jarang dikonsumsi
secara langsung. 4
Wortel mempunyai rasa renyah dan enak sehingga sangat cocok
untuk segala campuran jenis bahan makanan lainnya. 21
Untuk memperoleh
manfaat wortel secara maksimal yang harus diperhatikan secara tepat dalam
memilih wortel. Pilih wortel yang berwarna agak muda dan terang.19
Biji wortel juga banyak mengandung Flavonoid, minyak atsiri, termasuk
Asaron, Pinen, Limonene, Asam Tiglat, Azaro, Bisabol, dan Meristin. Daun
wortel dapat dijadikan sayuran dan mengandung Paspirine yang bermanfaat untuk
merangsang kalenjar Pituitary (kalenjar di bawah otak) yaitu kelenjar berperan
penting dalam memberikan pesan untuk pelepasan hormon seks sehingga dapat
meningkatkan fungsi kerja kalenjar endoktrin dalam menjaga kesuburan sistem
reproduksi. 21
2. Jenis Tanaman Wortel
a.Imperator
Jenis wortel imperator memiliki bentuk bulat dan panjang. Selain itu
golongan wortel ini sedikit tipis, meruncing seperti kerucut dan memiliki warna
orange. Jenis wortel ini kurang disukai oleh banyak orang, karena memiliki rasa
yang kurang manis. 17
b.Chantenay
Wortel yang memiliki bentuk tebal, meruncing dengan ujung yang tumpul
serta panjang sekitar 5 inci. Jenis wortel chantenay memiliki rasa yang manis,
sehingga banyak disukai. Namun, wortel ini memilik tekstur yang lebih kasar
dibandingkan jenis wortel lainnya. Biasanya, jenis wortel ini sering dimasak
dengan potongan berbentuk dadu 17
c.Nantes
Wortel nantes merupakan gabungan antara wortel berjenis imperator dan
chantenay. Wortel ini memiliki ukuran yang sedang, berwarna orange gelap,
tumpul, dan berdiameter sama dari atas hingga bawah. Jenis wortel nantes ini
memiliki kandungan air yang lebih tinggi dari wortel lainnya, sehingga rasa manis
wortel jenis ini akan berkurang jika dimasak.17
d.Wortel Perancis / Terompet.
Merupakan jenis wortel paling kecil dan paling awal. Tebal dan panjang
akarnya hampir sama, mempunyai warna merah jeruk keemasan dan jika di jus
maka merupakan jus yang memiliki warna yang sangat indah.21
e.Wortel Oxheart
Berwarna merah jeruk, mempunyai panjang sepertiga lebih panjang dari
lebarnya dan meruncing bagian ujungnya. Akar berukuran pendek sampai
menengah dengan panjang kurang lebih 3 inci, sangat baik untuk wortel-wortel
ikat, tetapi akan lebih cocok sebagai wortel potong untuk cadangan.21
f.Half-long Danvers
Jenis ini tidak setebal chantenay dan panjangnya sekitar tujuh inci atau dua
pertiga lebih panjang dari jenis aslinya yang mempunyai bentuk lebih ramping. Ini
sangat terkenal di daerah New England dan tumbuh secara menggerombol. Arah
runcingnya berlawanan dengan tipe chantenaya.21
3. Kandungan Nilai Gizi Wortel
Wortel yang dikonsumsi dalam keadaan segar mengandung air, Protein,
Karbohidrat, Lemak, Serat, Abu, Pectin, Glutation, Mineral (Kalsium, Kalium,
Natrium, Besi, Phosfor, Magnesium, Kromium ), Vitamin (B1 Dan C ),
Asparagine, Serta Zat Antikanker. Wortel yang dimasak atau mentah terlebih
dahulu merupakan sumber Provitamin A dan Vitamin C. 20
Kandungan gizi yang terdapat di dalam 100 gr wortel dapat dilihat pada
tabel 4 :
Tabel 4.
Kandungan Gizi dalam Tanaman Wortel tiap 100 gram
Kandungan Gizi Jumlah
Kalori (Kal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat (gr)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Zat Besi (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Serat (gr)
Abu (gr)
Natrium (mg)
Vitamin B2
Niacin
Kalium (mg)
Air (gr)
B.d.d (%)
Βeta Karoten
42
1.2
0.3
9.3
33
28
0.66
12.000
0.06
6.0
1.8
0.6
-
-
0.6
246
90.4
88.0 %
8285
Sumber : Mien K Mahmud
4.Tepung Wortel
Tepung wortel adalah salah satu produk olahan wortel segar yang
merupakan bahan setengah jadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Deviurianty (2011) melaporkan bahwa tepung wortel memiliki daya simpan
yang cukup lama yaitu 6-8 bulan dengan kadar air < 8%. 22
Pembuatan tepung wortel akan meningkatkan keanekaragaman pemanfaatan
wortel dan yang lebih penting adalah untuk menjadikannya sebagai sumber
provitamin A dan pewarna pangan. Dalam bentuk tepung daya simpannya akan
meningkat, transportasinya mudah dan penggunaan selanjutnya lebih mudah dari
pada dalam bentuk segar. Sebagai sumber provitamin A dan pewarna pangan,
tepung wortel dapat ditambahkan antara lain pada makanan bayi, saus, sup, dan
sebagai bahan pembuat kue.23
Proses pembuatan tepung wortel menurut Astuti adalah 4
1. Pertama wortel dikupas secara manual kemudian dicuci dan diparut.
2. Kemudian parutan wortel akan diblansir menggunakan air 750C (4 menit)
3. Kemudian wortel yang telah diblansir akan di panggang dengan menggunakan
oven di suhu 2000C.
4. Selanjutnya wortel tersebut akan digiling halus
5. Setelah halus ayak wortel sehingga menghasilkan tepung wortel yang halus dan
bagus.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti dalam Hariko Meyalni
menunjukkan bahwa kandungan zat gizi tepung wortel dapat dilihat pada tabel 54
:
Tabel 5.
Komposisi Zat Gizi Tepung Wortel
Kandungan Zat Gizi Jumlah
Kadar protein
Kadar lemak
Kadar air
Kadar abu
Kadar serat larut
Kadar serat tidak larut
4.75%
0.55%
8.20%
4.80%
4.88%
24.35%
28.32%
44.9212 µg/g Kadar serat total
Kadar Beta Karoten
Sumber : Astuti dalam Hariko Meyalni
C. Substitusi
Substitusi adalah penggantian suatu bahan makanan dengan bahan makanan
lain untuk menambah zat gizi yang kurang didalam bahan makanan tersebut agar
kandungan zat gizi dalam bahan makanan tersebut optimal.24
Substitusi digunakan dalam proses pengolahan makanan, dengan menentukan
perbandingan/ komposisi yang tepat bahan baku yang digunakan sehingga
memberikan kandungan zat gizi yang optimal. Dasar dari penentu komposisi
dalam substitusi antara lain : beberapa jumlah zat gizi yang diinginkan ( energi,
protein, lemak), skor asam amino yang diinginkan, perbandingan asam lemak
jenuh dan tak jenuh, jumlah kandungan zat gizi mikro yang diinginkan, dan
jumlah kandungan serat yang diinginkan.24
Meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain sebagai berikut 25
:
a. Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan cita rasa bahan makanan
b. Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan
c. Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu intereaktive negative
dengan zat gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan.
d. Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu,
sehingga kemungkinan terjadinya keracunan dapat dihindarkan.
D. Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah uji yang digunakan untuk menentukan mutu suatu
produk. Penilaian organoleptik disebut juga penilaian dengan indra atau penilaian
sensorik yang merupakan cara penilaian yang paling primitive. Penilaian dengan
indra banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil pertanian dan
makanan.24
Penilaian organoleptik ini nama lainnya adalah penilaian dengan indera atau
penilaian sensorik. Penilaian mutu organoleptik untuk melihat daya terima produk
melibatkan rangsangan indera dengan hasil akhir adalah cita rasa. Penilaian ini
meliputi warna, rasa, aroma, dan tekstur. Sedangkan indera yang dilibatkan dalam
penilaian mutu organoleptik ini adalah indera penglihatan, pencicipan, pembauan,
dan peraba.27
1. Indera Penglihatan
Penilaian secara subjektif sangat menentukan dalam menilai sebuah komoditi
atau produk makanan. Terutama dari segi warna karena meskipun warna
merupakan sifat yang paling cepat dan mudah memberi kesan, akan tetapi warna
juga yang paling sulit diberi deskripsi dan sulit dalam cara pengukurannya.27
2. Indera Pencicip
Ujung pada indera pencicip memiliki empat bentuk dan masing-masing dari
bentuk tersebut peka terhadap rasa tertentu saja tetapi kadang-kadang responsive
terhadap beberapa rangsangan cicip. Indera pencicip manusia dapat membedakan
4 cicip dasar yaitu pahit, manis, asam, dan asin.27
3. Indera Pembau
Fungsi indera pembau adalah untuk menilai bau-bauan dari suatu produk atau
komoditi baik berupa makanan maupun non-pangan. 27
4. Indera Peraba
Indera peraba atau indera sentuhan berbeda dengan indera lainnya, karena
indera peraba tidak terdapat pada alat tubuh khusus. 27
E. Beta Karoten
1. Pengertian
Beta Karoten merupakan penangkap oksigen dan sebagai antioksidan yang
potensial, tetapi Beta Karoten efektif sebagai pengikat radikal bebas bila hanya
tersedia oksigen 2–20 %. Pada tekanan oksigen diatas kisaran fisiologis, karoten
dapat bersifat pro-oksidan. 28
Beta karoten mengandung ikatan rangkap terkonjugasi yang memberikan
karakter pro-oksidan, akibatnya akan sangat mudah diserang melalui penambahan
radikal peroksil. 28
Senyawa Beta Karoten jauh lebih aman dikonsumsi dari pada Vitamin A
yang dibuat secara sintetis. Pendekatan yang terbaik untuk mencegah defisiensi
Vitamin A adalah dengan menghimbau agar suplementasi Beta Karoten dosis
tinggi dilakukan pada diet intake. Tubuh manusia mempunyai kemampuan
mengubah sejumlah besar Karoten menjadi Vitamin A ( Retinol ) sehingga
Karoten ini disebut Provitamin A. 28
2. Manfaat Beta Karoten
Beta Karoten banyak ditemukan pada sayuran dan buah-buahan yang
berwarna kuning jinga, seperti ubi jalar, labu kuning dan mangga maupun pada
sayuran yang berwarna hijau seperti bayam, kangkung. 29
Beta Karoten memilki beberapa manfat, yang pertama adalah sebagai
prekursor Vitamin A. Penelitan dari National Cancer Instiute dalam Astawan dan
Andreas (2008), mengemukakan bahwa selain baik untuk mata, makanan yang
kaya Beta Karoten juga baik untuk pencegahan penyakit kanker.20
Beta Karoten
memilki kemampuan sebagai antioksidan yang dapat berperan penting dalam
menstabilkan radikal berinti karbon, sehingga dapat bermanfaat untuk mengurangi
risiko terjadinya kanker. 29
Kandungan Beta Karoten pada bahan pangan alami dapat mengurangi risiko
terjadinya stroke. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas Beta Karoten yang dapat
mencegah terjadinya plak atau timbunan kolesterol di dalam pembuluh darah.
Beta Karoten bermanfaat untuk penanggulangan kebutaan karena rabun senja,
konjungtivitis (radang kelopak mata), retinopati, katarak dan penurunan fungsi
bagian dari retina yang terletak di bagian belakang mata. 28
3. Faktor yang berpengaruh Terhadap Menurunnya Kandungan Beta
Karoten
Beta karoten merupakan Pro Vitamin A yang sangat mudah rusak akibat
pengaruh lingkungan sekitar. Proses pemasakan yang tepat tidak akan mengurangi
kandungan Beta Karoten di dalam makanan. 28
Penelitan Khachik (1992) dalam penelitian Lestario Ninan, mengemukakan
bahwa proses pemasakan dengan mengunakan microwave selama 5 menit tidak
akan merusak komponen Beta Karoten pada sayuran. Laporan Moscha pada tahun
1997 menunjukan bahwa proses simmering selama 15-60 menit tidak akan
berpengaruh terhadap kandungan Beta Karoten pada sayuran. 28
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi menurunya kandungan Beta Karoten :
a. Penyimpanan
Penyimpanan yang diletakkan pada suhu rendah (60C). Apabila produk
disterilisasi setelah proses fermentasi, maka umur simpan akan lebih lama dan
dapat disimpan di suhu ruang. 28
b. Pencahayaan
Pengeringan bahan makanan yang mengandung Beta Karoten dengan
menggunakan sinar matahari dapat mengurangnya kandungan beta karoten.
Banyaknya ikatan rangkap pada struktur kimia beta karoten menyebabkan bahan
ini menjadi sangat sensitif terhadap reaksi oksidasi ketika terkena udara (O2),
cahaya, metal, dan peroksida. 28
4. Uji Kadar Beta Karoten
Penetapan kadar Beta Karoten terhadap dodol dengan metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Prosedur yang dilakukan dalam
uji kadar β-Karoten di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang adalah sebagai berikut :
a. Sampel sekitar 0,1 gram diblender 15-20 menit kemudian diekstrak dengan
heksana dan aseton (1:1) dan disaring menggunakan corong Buncher dalam
kondisi vakum.
b. Fitrat yang dihasilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk dikeringkan
dengan gas N2 atau di freez dryer.
c. Filtrat yang sudah kering ditambah 4 ml KOH 5% dengan methanol.
Selanjutnya filtrate dikocok satu menit dan diaerasi (didiamkan untuk
dipanaskan) selam 30 menit.
d. Ekstrak dipanaskan dalam penangas air suhu 600C selama 30 menit. Ekstrak
dikocok kembali satu menit. Lapisan atau ekstrak diambil dan dikumpulkan
e. Fltrat hasil pengumpulan disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm sehingga
terpisah.
f. Fase organik yang terbentuk dikumpulkan dan ditambah 3 ml asam asetat 5%
dalam air bebas ion, dikocok. Selanjutnya fase organik yang telah ditambah
asam asetat dan air bebas ion disentrifuge dengan kecepatan 200 rpm selama 5
menit.
g. Fase organik dipindahkan dan dikeringkan dengan N2 (freez dryer). Residu
kering ditambah 5 ml CHCI3 5% dalam methanol. Selanjutnya dikeringkan dan
diaerasi selama 30 menit. Ekstrak didiamkan dalam pendingin suhu 200C
selama 12 jam.
h. Selanjutnya dikeringkan dengan N2. Residu kering ditambah 2 ml methanol,
asetonitril dan NCHI3, sebagai fase gerak (48,5%, 48,5%, 3%). Standar β-
Karoten dicampurkan dalam petroleum eter, dievaporasi dan dicampurkan
dengan diklorometan. Konsentrasi standar ditunjukkan secara spektrofotometri
menggunakan koefisien ekstemsi molar E tem 1%= 2530. Konsentrasi yang
berbeda digunakan untuk analisa HPLC dan memplot grafik standar. Koefisien
korelasi dihitung untuk menaksir kelinieran diantara konsentrasi standar dan
puncak area grafik. Sampel diencerkan untuk diinjeksikan dan pemisahan
analisa dihubungkan dengan rata-rata aliran pelarut pada 1,5 ml per menit
dengan sensitifitas detector (AUFS) 0.02 dan standar lebar gelombang 450 nm.
Konsentrasi Beta Karoten dihitung dengan grafik standar menggunakan 32
:
Kadar Beta Karoten (ppm) = luas puncak sampel x konsentrasi standar x FP
luas puncak sampel
Keterangan : FP = faktor pengenceran = 4
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian bersifat eksperimen dengan membuat beberapa perlakuan substitusi
tepung wortel, kemudian pada penelitian selanjutnya dilakukan pengujian mutu
organoleptik dan kadar Beta Karoten yang terdapat di dalam tepung wortel.
Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
memberikan 3 jenis perlakuan dengan 1 kontrol dan 2 kali pengulangan agar
mendapatkan rata-rata tingkat kesukaan dari panelis. Berikut adalah rancangan
formula dari dodol wortel :
Tabel 6.
Komposisi Bahan Rancangan Penelitian Dodol Wortel
Bahan Kontrol A B C
Tepung Wortel
Tepung Ketan
Gula Aren
Santan kelapa Kental
Santan Kelapa Cair
garam
-
250 gr
500 gr
250 gr
500 gr
5 gr
25 gr
(10%)
225 gr
500 gr
250 gr
500 gr
5 gr
37.5 gr
(15%)
212.5 gr
500 gr
250 gr
500 gr
5 gr
50 gr
(20%)
200 gr
500 gr
250 gr
500 gr
5 gr
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Juni
2015. Penelitian dodol wortel mengenai uji mutu organoleptik dilakukan di
Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Poltekkes Kemenkes Padang. Kemudian
penelitian mengenai pengujian kadar Beta Karoten dilakukan di Laboratorium
Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan dodol substitusi tepung
wortel untuk 2 kali pengulangan adalah wortel yang dijadikan tepung, yang dibuat
dari 2,5 kg didapatkan 235 gram tepung wortel. Dalam penelitian ini dibutuhkan
tepung wortel sebanyak 225 gram, tepung ketan (Rose Bran) 1.775 gram, gula
aren 4.000 gram, santan kental 2.000 gram, santan cair 4.000 gram, dan garam 40
gram yang dibeli di Pasar Belimbing, Kota Padang, kecuali wortel dibeli di Pasar
Padang Panjang dengan jenis wortel Imperator yang tidak tua, tidak ada busuk
pada ujung atau pangkal wortel, meruncing seperti kerucut dan berwarna orange.
Bahan yang digunakan untuk uji daya terima adalah dodol wortel dengan 3
sampel perlakuan dan 1 sampel kontrol, formulir uji mutu organoleptik, dan air
mineral untuk menetralisir indera pengecap dari panelis yang akan digunakan
sebelum dan sesudah mencicipi dodol yang telah diberikan.
Bahan yang digunakan untuk uji kadar Beta Karoten adalah bahan sampel
dodol perlakuan terbaik, 4 ml KOH 5%, 3 ml asam asetat 5%, 5 ml CHCI3 5%, 2
ml methanol, asetonitril, dan NHCI3.
2. Alat
a. Alat dalam pembuatan tepung wortel adalah pisau, parutan, oven, kompor,
ayakan tepung.
b. Alat yang digunakan dalam pembuatan dodol wortel adalah mangkuk, wajan
anti lengket, sendok kayu, refrigerator, baki plastik, spatula, sendok,
timbangan, plastik pembungkus, saringan santan, dan pisau.
c. Alat yang digunakan dalam uji mutu organoleptik adalah formulir uji mutu
organoleptik, dan air mineral gelas.
d. Alat yang digunakan dalam uji kadar β-Karoten adalah corong Buncher, tabung
reaksi, freez dryer, penangas air 600C, dan spektrofotometri.
D. Prosedur Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan dodol wortel yang
baik. Di dalam penelitian pendahuluan didapatkan bahan-bahan yang tepat dan
bentuk dodol yang baik.
Pembuatan dodol yang pertama dilakukan ialah pembuatan tepung wortel.
Awalnya wortel dikupas secara manual kemudian dicuci dan diparut. Kemudian
parutan wortel itu diblansir menggunakan air 750C (4 Menit). Panggang parutan
wortel tersebut dengan menggunakan oven dengan suhu 2000C. Kemudian wortel
yang telah kering tersebut digiling hingga halus. Setelah halus tepung wortel
tersebut di ayak, akhirnya mendapatkan tepung wortel yang halus dan bagus.4
Dalam pembuatan tepung wortel ini wortel yang digunakan sebanyak 2.5 kg,
sehingga pada akhir pembuatan tepung dodol tersebut mendapatkan tepung wortel
sebanyak 235 gr.
Jumlah bahan yang digunakan dalam pembuatan dodol ini sama, namun yang
membedakannya dalam penggunaan tepung wortel dengan persentase masing-
masing perlakuan A 10%, perlakuan B 15%, dan perlakuan C 20% :
a. Perlakuan A dalam pemakaian tepung dodol 10% didapatkan tesktur yang
kenyal dan sesuai dengan tekstur khas dodol. Warna dodol coklat tua dan
mengkilat dan aroma khas dodol. Rasa yang didapatkan dari perlakuan ini adalah
rasa manis khas dodol.
b.Perlakuan B dalam pemakaian tepung dodol 15% didapatkan tekstur agak lunak
dengan warna dodol yang coklat agak muda dan aroma khas dodol, dan rasa yang
dihasilkan masih khas dodol.
c. Perlakuan C dalam pemakaian tepung wortel 20% didapatkan tekstur yang lunak
dan terasa agak lengket ditangan. Aroma langu pada wortel mulai muncul pada
dodol perlakuan C . Warna dodol yang dihasilkan coklat muda. Rasa khas dodol
agak berkurang dan rasa wortel mulai terasa pada dodol tersebut.
( Lihat lampiran C )
Ketiga perlakuan ini didapatkan dodol yang terbaik ialah dodol dengan
perlakuan A penambahan tepung wortel 10%, karena hasil yang didapatkan sesuai
dengan dodol yang diinginkan yaitu tekstur yang kenyal dan tidak lengket
ditangan, aroma khas dodol dan warna yang dihasilkan dari dodol ini coklat tua
dan mengkilat, dan rasa yang dihasilkan khas dodol.
2. Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan ini dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu tahapan
pembuatan tepung wortel dan tahapan pembuatan dodol wortel kemudian
dilanjutkan dengan uji daya terima. Uji daya terima akan dilihat dari segi warna,
aroma, rasa dan tekstur yang kemudian akan didapatkan perlakuan terbaik
dilanjutkan dengan uji Beta Karoten pada perlakuan terbaik.
a. Pembuatan Tepung Wortel
Adapun langkah dalam pembuatan tepung wortel ini adalah :
1) Wortel dikupas secara manual kemudian dicuci dan diparut.
2) Blansir parutan wortel menggunakan air 750C selama 4 menit.
3) Wortel yang telah diblansir tersebut panggang dengan menggunakan oven pada
suhu 2000C.
4) Blender wortel yang telah dipanggang tersebut hingga halus
5) Setelah halus ayak wortel sehingga menghasilkan tepung wortel yang halus dan
bagus. 4
b. Pembuatan Dodol Wortel
Prosedur dalam pembuatan dodol wortel dengan komposisi perbandingan
jumlah tepung ketan dan tepung wortel :
1. Rebus santan encer 500 gr dan gula merah 500 gr hingga mendidih.
2. Masukkan tepung ketan dan sebagian santan kental 250 gr yang telah
dicampurkan sebelumnya kedalam adonan yang telah mendidih, aduk hingga
berminyak.
3. Kemudian masukkan tepung wortel aduk hingga adonan menjadi kental dan
tidak lengket ditangan selama 30 menit.
4. Dinginkan dodol di Loyang atau baki plastik
5. Kemudian dodol yang telah dingin dikemas dengan menggunakan plastik. 10
E. Pengamatan
Pengamatan subjektif dilakukan untuk melihat tingkat kesukaan produk
mengenai cita rasa dodol wortel. Panelis diminta untuk mengungkapkan
tanggapan pribadi tentang kesukaan dan ketidaksukaan terhadap produk dalam
formulir uji hedonik. Panelis yang dipakai dalam penelitian ini adalah panelis
yang agak terlatih yang sebelumnya telah mendapatkan mata kuliah Ilmu
Teknologi Pangan yaitu Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang
sebanyak 25 orang yang telah memenui syarat :
1. Ada perhatian terhadap organoleptik
2. Bersedia dan mempunyai waktu
3. Mempunyai kepekaan yang diperlukan
a. Tidak merokok
b. Tidak mengkonsumsi alkohol
c. Tidak dalam keadaan lapar
d. Tidak terlalu sedih dan terlalu bahagia
Prosedur dalam pengujian ini ialah :
1. Di persiapkan sampel sebanyak 3 perlakuan dan 1 kontrol.
2. Panelis mencicipi satu per satu sampel lalu mengisi formulir uji hedonic yang
telah disediakan.
3. Sebelum mencicipi sampel satu ke sampel yang lain, panelis harus minum
terlebih dahulu.
4. Kemudian panelis mengisi tanggapan mengenai rasa, warna, bentuk, dan
tekstur dalam bentuk angka di dalam formulir.
5. Nilai tingkat kesukaan antara lain :
a. Sangat Suka : 4
b. Suka : 3
c. Agak Suka : 2
d. Tidak Suka : 1
F. Penentuan Kadar Beta Karoten
Penetapan kadar Beta Karoten terhadap dodol dengan metode High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Prosedur yang dilakukan dalam
uji kadar β-Karoten di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian (THP) Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang adalah sebagai berikut :
1. Sampel sekitar 0,1 gram diblender 15-20 menit kemudian diekstrak dengan
heksana dan aseton (1:1) dan disaring menggunakan corong Buncher dalam
kondisi vakum.
2. Fitrat yang dihasilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi untuk dikeringkan
dengan gas N2 atau di freez dryer.
3. Filtrat yang sudah kering ditambah 4 ml KOH 5% dengan methanol.
Selanjutnya filtrat dikocok satu menit dan diaerasi (didiamkan untuk dipanaskan)
selam 30 menit.
4. Ekstrak dipanaskan dalam penangas air suhu 600C selama 30 menit. Ekstrak
dikocok kembali satu menit. Lapisan atau ekstrak diambil dan dikumpulkan
5. Fltrat hasil pengumpulan disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm sehingga
terpisah.
6. Fase organik yang terbentuk dikumpulkan dan ditambah 3 ml asam asetat 5%
dalam air bebas ion, dikocok. Selanjutnya fase organik yang telah ditambah asam
asetat dan air bebas ion disentrifuge dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit.
7. Fase organik dipindahkan dan dikeringkan dengan N2 (freez dryer). Residu
kering ditambah 5 ml CHCI3 5% dalam methanol. Selanjutnya dikeringkan dan
diaerasi selama 30 menit. Ekstrak didiamkan dalam pendingin suhu 200C selama
12 jam.
8. Selanjutnya dikeringkan dengan N2. Residu kering ditambah 2 ml methanol,
asetonitril dan NCHI3, sebagai fase gerak (48,5%, 48,5%, 3%). Standar β-Karoten
dicampurkan dalam petroleum eter, dievaporasi dan dicampurkan dengan
diklorometan. Konsentrasi standar ditunjukkan secara spektrofotometri
menggunakan koefisien ekstemsi molar E tem 1%= 2530. Konsentrasi yang
berbeda digunakan untuk analisa HPLC dan memplot grafik standar. Koefisien
korelasi dihitung untuk menaksir kelinieran diantara konsentrasi standar dan
puncak area grafik. Sampel diencerkan untuk diinjeksikan dan pemisahan analisa
dihubungkan dengan rata-rata aliran pelarut pada 1,5 ml per menit dengan
sensitifitas detector (AUFS) 0.02 dan standar lebar gelombang 450 nm.
Konsentrasi Beta Karoten dihitung dengan grafik standar menggunakan32
:
Kadar Beta Karoten (ppm) = luas puncak sampel x konsentrasi standar x FP
luas puncak sampel
Keterangan : FP = faktor pengenceran = 4
G. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan menyajikan tabel yang digunakan untuk
mengetahui rata-rata hasil yang didapatkan dari masing-masing perlakuan. Untuk
mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan dilakukan uji Analisa Sidik
Ragam (ANOVA), apabila ditemukan perbedaan nyata akan dilanjutkan dengan
Uji Uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5 %.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Penelitian yang dilakukan terhadap dodol wortel untuk mengetahui mutu
organoleptik dan kadar Beta Karoten serta hasil terbaik dari uji organoleptik yang
telah dilakukan.
1. Uji Organoleptik
Setelah dilakukan penelitian terhadap mutu organoleptik bolu kukus dengan
substitusi tepung wortel dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur, hasil terbaik dan
kadar Beta Karoten maka didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Warna
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap warna dodol wortel dapat dilihat
pada tabel 7 :
Tabel 7.
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Warna Dodol Wortel
Perlakuan
(Tp.Ketan : Tp.Wortel)
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan
Kontrol ( 0%)
(250 gr : 0 gr)
2,60 Suka
A ( 10%)
(225 gr : 25 gr)
2,56 Suka
B( 15%)
(212.5 gr : 37.5 gr)
2,58 Suka
C ( 20%)
(200 gr : 50 gr)
2,66 Suka
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata panelis terhadap warna
dodol wortel berkisar diantara 2,56-2,66 dimana nilai tersebut berada pada tingkat
suka, adapun warna dodol yang didapatkan ialah coklat tua hingga coklat muda.
Rata-rata penerimaan panelis tehadap warna dodol wortel yang tertinggi adalah
perlakuan C ( 50 gr tepung wortel dalam 200 gr tepung ketan ).
Berdasarkan analisa statistik sidik ragam didapatkan F hitung lebih kecil
daripada F tabel, sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan nyata antar
perlakuan. Sehingga tidak dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan New Multiple
Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
b. Aroma
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap aroma dodol wortel dapat dilihat
pada tabel 8 :
Tabel 8.
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Aroma Dodol Wortel
Perlakuan
(Tp.Ketan : Tp.Wortel)
Rata-Rata Tingkat Kesukaan
Kontrol ( 0%)
(250 gr : 0 gr)
3,02 Suka
A ( 10%)
(225 gr : 25 gr)
2,74 Suka
B( 15%)
(212.5 gr : 37.5 gr)
2,84 Suka
C ( 20%)
(200 gr : 50 gr)
2,76 Suka
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata panelis terhadap aroma
dodol wortel berkisar diantara 2,74-3,02 dimana nilai tersebut berada pada tingkat
suka. Adapun aroma yang didapatkan ialah aroma khas dodol hingga aroma langu
dari tepung wortel. Rata-rata penerimaan panelis tehadap aroma dodol wortel
yang tertinggi adalah perlakuan C ( 37,5 gr tepung wortel dan 212,5 gr tepung
ketan ).
Berdasarkan analisa statistik sidik ragam didapatkan F hitung lebih kecil
daripada F tabel, sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan nyata antar
perlakuan.
c. Tekstur
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap tekstur dodol wortel dapat dilihat
pada tabel 9 :
Tabel 9.
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Tekstur Dodol Wortel
Perlakuan
(Tp.Ketan : Tp.Wortel)
Rata-Rata Tingkat Kesukaan
Kontrol ( 0%)
(250 gr : 0 gr)
2,54 a Suka
A ( 10%)
(225 gr : 25 gr)
2,96 b Suka
B( 15%)
(212.5 gr : 37.5 gr)
2,94 b Suka
C ( 20%)
(200 gr : 50 gr)
3,02 b Suka
Ket (*) Angka-angka pada lajur sebelah kanan yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT pada taraf 5%
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata panelis terhadap tekstur
dodol wortel berkisar diantara 2,54-3,02 dimana nilai tersebut berada pada tingkat
suka. Adapun tekstur dodol yang didapatkan ialah kenyal hingga lunak dan
lengket ditangan.
Rata-rata penerimaan panelis tehadap tekstur dodol wortel yang tertinggi
adalah perlakuan C ( 50 gr tepung wortel dalam 200 gr tepung ketan (1:4) ).
Berdasarkan analisa statistik sidik ragam didapatkan F hitung lebih besar dari
pada F tabel, sehingga dapat dinyatakan terdapat perbedaan nyata antar perlakuan.
Sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf 5%. Hasil uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT)
pada taraf 5% dapat disimpulkan bahwa perlakuan C tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A, perlakuan C tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, dan perlakuan
A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B. Perlakuan C berbeda nyata dengan
perlakuan Kontrol, perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol , dan
perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol.
d. Rasa
Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap rasa dodol wortel dapat dilihat pada
tabel 10 :
Tabel 10.
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Rasa Dodol Wortel
Perlakuan
(Tp.Ketan : Tp.Wortel)
Rata-Rata Tingkat Kesukaan
Kontrol ( 0%)
(250 gr : 0 gr)
2,74 Suka
A ( 10%)
(225 gr : 25 gr)
3,06 Suka
B( 15%)
(212.5 gr : 37.5 gr)
2,75 Suka
C ( 20%)
(200 gr : 50 gr)
2,66 Suka
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata panelis terhadap rasa dodol
wortel berkisar diantara 2,66-3,06 dimana nilai tersebut berada pada tingkat suka,
Adapun rasa yang didapatkan ialah rasa manis khas dodol hingga berkurangnya
rasa manis yang didapatkan dari dodol tersebut. Rata-rata penerimaan panelis
tehadap rasa dodol wortel yang tertinggi adalah perlakuan A ( 25gr tepung wortel
dalam 225gr tepung ketan).
Berdasarkan analisa statistik sidik ragam didapatkan F hitung lebih kecil
daripada F tabel, sehingga dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan nyata antar
perlakuan.
2. Hasil Terbaik
Nilai rata-rata warna, aroma, tektur dan rasa dari dodol wortel pada berbagai
perlakuan dapat dilihat pada tabel 11 :
Tabel 11
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis terhadap Dodol Wortel
Perlakuan Warna Aroma Tekstur Rasa Jumlah Rata-
Rata
Kontrol ( 0%) 2,6 3,02 2,54 a 2,74 10,9 2,72
A ( 10%) 2,56 2,74 2,96 b 3,06 11,32 2,83
B( 15%) 2,58 2,84 2,94 b 2,75 11,11 2,77
C ( 20%) 2,66 2,76 3,02 b 2,66 11,1 2,77
Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap mutu organoleptik dodol wortel tertinggi pada perlakuan A (10%).
Warna yang dihasilkan coklat tua dengan rasa manis khas dodol dan tekstur yang
kenyal serta aroma khas dodol. Terlihat nilai rata-rata terhadap warna, aroma,
rasa, dan tekstur perlakuan A berada pada tingkat suka.
Nilai rata-rata dari segi warna terlihat cenderung mengalami peningkatan nilai
rata-rata dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan C, sedangkan dari segi
rasa mengalami penurunan nilai rata-rata dengan nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan A. Segi tekstur mengalami peningkatan dan penurunan nilai rata-rata
kesukaan dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan C dan segi aroma
memiliki nilai tertinggi pada perlakuan B.
Untuk nilai rata-rata mutu organoleptik panelis terhadap cita rasa dodol wortel
dapat dilihat pada grafik 1 :
Grafik 1
Rata-Rata Tingkat Kesukaan terhadap Cita Rasa Dodol
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Kontrol A (10%) B (15%) C (20%)
Nila
i cit
a ra
sa
Perlakuan
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
3. Kadar Beta Karoten
Setelah mendapatkan perlakuan terbaik dari hasil uji organoleptik, yaitu
perlakuan A selanjutnya dilakukan uji kadar Beta Karoten dengan metode HPLC
didapatkan kadar Beta Karoten dodol dengan substitusi tepung wortel sebanyak
25 gram adalah 1887 mg/100 gr.
B. Pembahasan
1. Uji Organoleptik
a. Warna
Warna makanan memiliki peranan utama dalam penampilan makanan,
meskipun makanan tersebut lezat, tetapi bila penampilan tidak menarik waktu
disajikan akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi
hilang. Warna adalah penilaian deskriptif dari penampilan tentang penampakan
makanan secara keseluruhan.32
Warna dodol wortel yang dihasilkan yaitu warna coklat tua hingga coklat
muda. Menurut Winarno dalam Vivi Camelia (2011) wortel memiliki zat pewarna
alami yaitu Betakaroten yang dapat memberikan warna orange yang pada suatu
makanan. Menurut Hodge dan Ozman dalam Minosa Infisa (2014) pada produk
yang diberi penambahan gula bila dilakukan pemanasan yang lebih lama terjadi
proses karamelisasi yaitu reaksi pencoklatan non enzimatik. Karamel yang
terbentuk selama pemanasan memberi warna coklat pada produk pangan 24
.
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan perbedaan warna yaitu warna coklat
tua hingga coklat muda. Ini terjadi karena adanya pencampuran warna coklat yang
didapatkan dari karamelisasi gula aren dan warna orange yang dihasilkan dari
tepung wortel. Warna yang ditimbulkan dari substitusi tepung wortel
menyebabkan warna dodol menjadi lebih menarik yaitu warna coklat muda,
sehingga menyebabkan peningkatan kesukaan panelis terhadap perlakuan dodol
C. Ini berbanding terbalik dengan penelitian Firza (2014) yang berjudul pengaruh
substitusi tepung wortel (Daucus Carota,L) dalam pembuatan roti terhadap mutu
organoleptik dan kadar serat mengemukakan bahwa substitusi tepung wortel dapat
menurunkan kesukaan panelis yang disebabkan timbulnya warna orange yang
dihasilkan dari tepung wortel tersebut. 31
Setelah dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA) didapatkan bahwa F Hitung
lebih kecil dari F Tabel, sehingga warna dari tiga perlakuan dodol tersebut tidak
berbeda.
b. Aroma
Menurut Winarno dalam Firza Melidia (2014), aroma makanan banyak
menentukan kelezatan makanan tersebut, oleh karena itu aroma merupakan salah
satu faktor dalam penentuan mutu. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung
dan otak lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran tiga bau utama
yaitu harum, asam, dan tengik. Aroma makanan menentukan kelezatan bahan
pangan tersebut.31
Aroma dodol yang paling disukai panelis adalah aroma dodol perlakuan B.
aroma yang dihasilkan dari dodol perlakuan B ini tidak terlalu menghasilkan
aroma langu yang ditimbulkan dari tepung wortel. Ini sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Firza (2014) pengaruh substitusi tepung wortel (Daucus
Carota,L) dalam pembuatan roti terhadap mutu organoleptik dan kadar serat
mengemukakan bahwa semakin tinggi substitusi tepung wortel maka semakin
rendah nilai aroma yang diperoleh.31
Hal ini disebabkan karena aroma dodol
dipengaruhi oleh aroma tepung wortel yang langu. Sehingga hal ini yang menjadi
hal utama yang diperhatikan panelis.
Setelah dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA) didapatkan bahwa F hitung
lebih kecil dari pada F Tabel, sehingga pada aroma tidak terdapat perbedaan
nyata.
c. Tekstur
Penilaian tekstur makanan dapat dilakukan dengan jari, gigi, dan langit-langit
(Palantum), dan nilai yang diperoleh diharapkan dapat diketahui kualitas
makanan. Faktor tekstur diantaranya adalah rabaan oleh tangan, keempukan,
kerenyahan, kekerasan, dan kekenyalan. 16
Penelitian yang telah dilakukan, tekstur dodol yang paling disukai panelis
adalah tekstur dodol wortel perlakuan C dengan nilai rata-rata 3,02. Perpaduan
antara bahan pembentuk tekstur dodol yaitu tepung ketan dengan tepung wortel,
membentuk tekstur dodol lebih empuk dibandingkan dengan dodol kontrol dan
perlakuan A. Pada dodol perlakuan A tekstur dodol kenyal. Berbeda dengan
perlakuan B dan perlakuan C yang mendapatkan substitusi wortel 15% dan 20%
menyebabkan tekstur dodol menjadi lunak dan agak lengket ditangan namun
tekstur seperti ini lebih disukai oleh panelis. Berbanding terbalik dengan
penelitian Siti Nur, dkk (2011) yang berjudul pembuatan aneka jajanan pasar dengan
substitusi tepung wortel untuk anak baduta mengemukakan bahwa peningkatan
substitusi tepung wortel menyebabkan produk menjadi agak padat dan lebih
diminati oleh panelis.34
Setelah dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA) didapatkan bahwa F Hitung
lebih besar daripada F Tabel, sehingga terdapat perbedaan nyata dari tekstur dodol
wortel yang dihasilkan.
d. Rasa
Rasa merupakan salah satu faktor sebagai penentu cita rasa makanan setelah
penampilan makanan. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang
syaraf indera penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk
mencicipi makanan itu, maka pada tahap berikutnya cita rasa makanan itu akan
ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan indra pengecap.31
Penelitian yang telah dilakukan didapatkan yaitu panelis lebih menyukai
perlakuan A dengan substitusi 10% (25 gr) tepung wortel karena rasa yang
dihasilkan manis dengan rasa khas dodol dibandingkan perlakuan C dengan
substitusi tepung wortel 20% (50 gr) didapatkan rasa manis pada dodol mulai
berkurang dan rasa khas wortel mulai terasa ini sesuai dengan penelitian Firza
(2014) pengaruh substitusi tepung wortel (Daucus Carota,L) dalam pembuatan
roti terhadap mutu organoleptik dan kadar serat mengemukakan bahwa Setiap
dilakukan substitusi tepung wortel akan menurunkan rata-rata penerimaan
panelis.31
Hal ini disebabkan karena substitusi tepung wortel dapat memberikan
rasa khas wortel yang berbeda.
Setelah dilakukan analisa sidik ragam (ANOVA) didapatkan bahwa F Hitung
lebih kecil F Tabel, sehingga rasa dari keempat dodol tidak memiliki perbedaan
nyata.
2. Hasil Terbaik
Hasil terbaik dari semua perlakuan adalah perlakuan yang memiliki nilai rata-
rata tertinggi dari total semua aspek penilaian yaitu warna, aroma, rasa, dan
tekstur. Setelah data dianalisa menggunakan analisa sidik ragam (ANOVA) di
dapatkan hasil terbaik yaitu perlakuan A (10%) dengan nilai rata-rata 2,83 pada
tingkat penilaian suka. Warna yang dihasilkan coklat tua karena tanpa adanya
substitusi tepung wortel, rasa yang dihasilkan manis khas dodol dengan tekstur
yang kenyal serta aroma khas dodol.
3. Uji Kadar Beta Karoten
Dodol yang terbaik yaitu dodol perlakuan A dengan penambahan tepung wortel
sebanyak 25 gram memiliki kadar Beta Karoten 1887 mg. Kadar Beta Karoten
yang terdapat didalam 100 gr wortel adalah 8285 gram yang mana dari perlakuan
A telah mencukupi 22 % dari total Beta Karoten yang terdapat didalam wortel.
Ini sesuai dengan Hasil penelitian Rosida (2008) menunjukkan persentase
penggunaan tepung wortel yang paling disukai oleh panelis yaitu keripik dengan
substitusi tepung wortel sebesar 10%. 32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nilai rata-rata uji organoleptik panelis terhadap warna dodol wortel dari tiga
perlakuan yaitu berada pada tingkat suka.
2. Nilai rata-rata uji organoleptik panelis terhadap aroma dodol wortel dari tiga
perlakuan yaitu berada pada tingkat suka.
3. Nilai rata-rata uji organoleptik panelis terhadap tekstur dodol wortel dari tiga
perlakuan yaitu berada pada tingkat suka.
4. Nilai rata-rata uji organoleptik panelis terhadap rasa dodol wortel dari tiga
perlakuan yaitu berada pada tingkat suka.
5. Hasil terbaik pada pembuatan dodol wortel adalah perlakuan A menggunakan
tepung wortel dengan perbandingan 225 gr : 25 gr (10%).
6. Kadar Beta Karoten dari perlakuan terbaik adalah 1887 mg / 100 gr.
B. Saran
1. Sebaiknya dalam pembuatan dodol wortel sebaiknya dengan substitusi tepung
wortel sebanyak 25 gr dan tepung ketan 225 gr dengan perbandingan (10%).
2. Sebaiknya penelitian selanjutnya di lakukan daya simpan dari dodol wortel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bambang Pujiasmanto.Perkuat Ketahanan Pangan Nasional Kita [Jurnal].
Surakarta: Universitas Sebelas Maret;2012
2. M Lies Suprapti. Teknologi Pengolahan Pangan Awetan Kering & Dodol Waluh.
Yogyakarta: Kanisius.
3. Julius Zakson Sigiro. Pembuatan Dodol Durian.2010 [Sumber Online] diakses 5
Desember 2014. Tersedia di http://www.google.com
4. Hariko,M. Pengaruh Substitusi Wortel Terhadap Mutu Organoleptik Mie basah
[KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang; 2013
5. Farah Rizki. The Miracle of Vegetables. Jakarta; PT. AgroMedia Pustaka. Cetakan
Pertama 2013
6. Badan Pusat Statistik tahun. Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Wortel
2009-2013. 2013
7. Riri Anggraini F. Pengaruh Penambahan Cabai (Capsium Annum Var.Longum)
Dalam Pembuatan Dodol Terhadap Mutu Organoleptic Dodol Cabai [KTI].
Padang: Poltekkes Kemenkes Padang; 2013
8. Ilmi Nur. Studi Pembuatan Dodol Buah Dengen (Dillenia serrate Thunb)[KTI].
Makassar : Universitas Hasanuddin ; 2012 [Sumber Online] diakses 5 Desember
2014. Tersedia di URL:Http//www.google.com
9. Wiji Lestari,dkk. Pengaruh Substitusi Tepung Tapioka Terhadap Tekstur Dan
Nilai Organoleptic Dodol Susu [Jurnal]. Malang: Universitas Brawijaya; 2013
(Sumber online) diakses 15 September 2014.Tersedia di URL:
http//www.google.com
10. Rachmi Hatta. Studi Pembuatan Dodol Dari Rumput Laut(Eucheuma Cottonii)
Dengan Penambahan Kacang Hijau [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin
Makassar; 2012 (sumber online) diakses 15 September 2014. Tersedia di URL:
http//www.google.com
11. Siwindratama,E. Pembuatan Dodol Rosella Kaya Antioksidan Dan Vitamin C
[Skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret; 2011 (Sumber online) diakses
tanggal 16 September 2014. Tersedia Di URL: http//www.
eprints.uns.ac.id/7074/1/197321011201108351.pdf)
12. Mien K.Mahmud,dkk. Tabel Komposisi Pangan Indonesia (TKPI). Jakarta: PT
Elex Media Komputindo; 2008
13. Suyanti Satuhu dan Sunarmani. Membuat Aneka Dodol Buah Cetakan ke 6.
Depok: Penebar Swadaya; 2008
14. Fitria Roza Andita. Mutu Organoleptik dan Kadar Vitamin C Serta Kadar
Kalsium dari Dodol Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) [KTI]. Padang:
Poltekkes Kemenkes Padang; 2014
15. Cahyo Saparinto dan Diana Hidayati. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius; 2006
16. Wahyu Febry. Laporan Praktikum Pembuatan Dodol [KTI]. 2013. Diakses 4
Desember 2014.Tersedia di URL:http//www.google.com
17. Rahmat Rukmana. Bertanam Wortel. Majalenka: Kasisius; 1995. Tersedia di URL
: http//www.googlebook.com
18. Dalmartha,Setiawan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Cetakan ke- 1. Jakarta:
PT.Pustaka Pembangun Swadaya; 2000.
19. Suwarto,Agus. 9 Buah & Sayur Sakti Tangkal Penyakit. Cetakan ke-1.
Yogyakarta: PT.LIBERPLUS; 2010
20. Astawan, Made, Leomitro K, Andreas. Khasiat Makanan Mentah. Jakarta ; PT
Gramedia Pustaka Utama : 2008
21. Halimah dan Ayu Rahma. Budidaya Tanaman Wortel. 2013 [Jurnal] diakses 15
September 2014. Tersedia di URL: http//www.slideshare.net/ningrumhndyni/budi
daya-tanaman-wortel.html
22. Christina Y.Singal,dkk. Pengaruh Penambahan Tepung Wortel ( Daucus Carota,
L ) pada Pembuatan Sosis Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus ) [Skripsi].
Fakultas Pertanian.
23. Amiruddin,C. Pembuatan Tepung Wortel (Daucus Carota, L Dengan Variasi
Suhu Kering [Jurnal]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2013
24. Melia Sari. Pengaruh Substitusi Tepung Labu Kuning (Curcubita moschata duch)
dalam Pembuatan Bolu Kukus Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar β-aroten
[KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang; 2014
25. Nurrahman Nurhidayah. Nutrifikasi Makanan Jajanan Dari Bahan Dasar Tepung
Terigu Dengan Penambahan Tepung Tempe [Skripsi]. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2010.
26. EN Jairani. Uji Daya Terima Nasi Dengan Penambahan Ubi Jalar. Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2011 (Skripsi) (sumber online) diakses 9 November
2014. Tersedia di URL : http//reporsitory.usu.ac.id
27. Mia Agustin. Daya Terima dan Kandungan Vitamin C NATA DE ROSELLA
sebagai Alternatif minuman fungsional [KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes
Padang; 2011
28. Ninan,Lestario.L. Pemanfaatan Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata)
Sebagai Bahan Fortifikasi Mie Basah [Skripsi]. Universitas Kristen Satya Wacana
29. Musfiroh, Ida. Dkk. Analisis Proksimat Dan Penetapan Kadar Β-Karoten Dalam
Selai Lembaran Terung Belanda Dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
[Jurnal]. Bandung: Universitas Padjajaran (Sumber Online) dapat diakses di
www.google.com
30. Vivi Camelia. Pengaruh Suplementasi Tepung Wortel terhadap Cita Rasa
Cookies [KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang ; 2010
31. Firza Melidia. Pengaruh Substitusi Tepung Wortel (Daucus Carota) dalam
Pembuatan Roti Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Serat [KTI]. Padang :
Poltekkes Kemenkes Padang; 2014
32. Rosida dan I.I Purwanti. Pengaruh Substitusi Tepung Wortel dan Lama
Penggorengan Vakum Terhadap Karakteristik Keripik Wortel Simulasi [Jurnal].
Surabaya: UPN Veteran; 2008
33. Minosa Infisa. Pengaruh Penambahan Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Kalsium Dodol [KT]). Padang:
Poltekkes Kemenkes Padang; 2014
34. Siti Nur,dkk. Pembuatan Aneka Jajanan Pasar Dengan Substitusi Tepung Wortel Untuk
Anak Baduta [Jurnal]. Makassar: Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar; 2011
LAMPIRAN
FORMULIR UJI ORGANOLEPTIK
No. Panelis :
Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Nama Produk : Dodol Wortel
Instruksi
Nyatakan penilaian saudara dan berikan nilai pada kolom yang disediakan
pada masing-masing kode sampel sesuai dengan penilaian saudara dengan
menuliskan angka pada setiap kolom.
Angka penilaian : 4 = Sangat suka
3 = Suka
2 = Agak suka
1 = Tidak suka
Kode
Sampel
Warna Aroma Tekstur Rasa
275
123
248
122
Komentar :
Sumber : Modifikasi dari Soekanto, 1985 ( Dalam KTI Mia Agustin,2011)
BAGAN ALIR PENELITIAN
Penelitian Pendahuluan
Penelitian Lanjutan
Hasil Substitusi yang
terbaik
Pembuatan Tepung Wortel
Pembuatan Dodol yang
disuplementasikan dengan tepung
wortel
Uji Kadar Beta Karoten
Uji Organoleptik (warna, rasa, aroma,
dan tekstur)
BAGAN ALIR PEMBUATAN TEPUNG WORTEL
Sumber : Astuti dalam Hariko Meyalni 4
Wortel
Dikupas Manual
Dicuci
Panggang dengan menggunakan oven
suhu 2000C
Diblender hingga halus
Tepung Wortel
Diparut
Parutan Wortel
Diblansir menggunakan air 750C
(4 Menit)
Wortel yang telah
diblansir
Wortel Kering
Di ayak
BAGAN ALIR PEMBUATAN DODOL
Sumber : Menurut Idrus (1994) dalam penelitian Rachmi Hatta. 10
Adonan yang telah
mendidih, aduk hingga
berminyak
Direbus hingga mendidih
Gula Merah 500 gr Santan Encer 500 gr
Tepung Ketan
225 gr, 212,5 gr,
dan 200 gr +
Santan kental 250
gr
Perlakuan A
10 % 25 gr
Perlakuan C
20 % 50 gr Perlakuan B
15 % 37.5 gr
Masukkan hingga kental,
dinginkan dan cetak
Dodol Wortel
Uji Daya Terima
Uji Kadar β Karoten
Analisa Uji Sidik Ragam Terhadap Warna Dodol
Kode
Sampel K A B C Yi ƩY2i Yi
2
001 1 3 3 2 9 23 81
002 4 1,5 2 2 9,5 26,25 90,25
003 2 3,5 3 3 11,5 34,25 132,25
004 2,5 3 3 3 11,5 33,25 132,25
005 2 3 3,5 3 11,5 34,25 132,25
006 3 2 3 2 10 26 100
007 2,5 2,5 3 3 11 30,5 121
008 2 4 3 3 12 38 144
009 2 3,5 2,5 3,5 11,5 34,75 132,25
010 2,5 3 2,5 2 10 25,5 100
011 1 1,5 2 3 7,5 16,25 56,25
012 2 3 2 2 9 21 81
013 2 3 3 4 12 38 144
014 4 2,5 2 2 10,5 30,25 110,25
015 2 1,5 1 1 5,5 8,25 30,25
016 4 3 4 3,5 14,5 53,25 210,25
017 3,5 1,5 3 1,5 9,5 25,75 90,25
018 2 3,5 3 4 12,5 41,25 156,25
019 4 1,5 2 3 10,5 31,25 110,25
020 2 1 2 2,5 7,5 15,25 56,25
021 3,5 2,5 3 2,5 11,5 33,75 132,25
022 3 3 2 4 12 38 144
023 3 2,5 2,5 2,5 10,5 27,75 110,25
024 3,5 2 1,5 2,5 9,5 24,75 90,25
025 2 3 3 2 10 26 100
Yi 65 64 64,5 66,5 260
2787
ƩY2i 188,5 179 177,25 191,75
736,5
Yi2 4225 4096 4160,25 4422,25 16903,5
Rata-Rata 2,6 2,56 2,58 2,66 10,4
= 676 FK
Jumlah Kuadrat Total = Total Jumlah Kuadrat – FK
= (188,5+179+177,25+191,75) – 676
= 736,5 – 676
= 60,5 JKT
=676,12 –
= 0,12 JKP
= 20,75 JKK
JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = JKT – JKP – JKK
= 60,5 – 0,12 – 20,75
= 39,63 JKG
= 0,04 KTP
= 0,86 KTK
= 0,55KTG
= 0,072
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung F Tabel
Perlakuan 3 0,12 0,04 0,072 2,76
Kelompok 24 20,75 0,86
Galat 72 39,63 0,55
Total 99 60,5
Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka
TIDAK terdapat perbedaan nyata terhadap warna dodol wortel.
Analisa Uji Sidik Ragam Terhadap Aroma Dodol
Kode
Sampel K A B C Yi ƩY2i Yi
2
001 2 4 3 2 11 33 121
002 3 2,5 3 2,5 11 30,5 121
003 3 3 3 3,5 12,5 39,25 156,25
004 3 3 3 3 12 36 144
005 3 3 2,5 2 10,5 28,25 110,25
006 2 3 3 3 11 31 121
007 3 3 3 3 12 36 144
008 3,5 3 2,5 3,5 12,5 39,75 156,25
009 3 3 3 3 12 36 144
010 3 3 3 3 12 36 144
011 3 2 3 3 11 31 121
012 3 3 3,5 3,5 13 42,5 169
013 2 3 4 3 12 38 144
014 4 2,5 2,5 2,5 11,5 34,75 132,25
015 3 1,5 2 2 8,5 19,25 72,25
016 4 4 3 4 15 57 225
017 3 1,5 3 1 8,5 21,25 72,25
018 3 3 2,5 3 11,5 33,25 132,25
019 4 3 4 3 14 50 196
020 4 2 2 3 11 33 121
021 3 3 1,5 3 10,5 29,25 110,25
022 3 3 3 3 12 36 144
023 3 2,5 1,5 2,5 9,5 23,75 90,25
024 3 2 3,5 2 10,5 29,25 110,25
025 2 2 3 2 9 21 81
Yi 75,5 68,5 71 69 284
3282,5
ƩY2i 236,25 197,25 211 200,5
845
Yi2 5700,25 4692,25 5041 4761 20194,5
Rata-
Rata 3,02 2,74 2,84 2,76 11,36
= 806,56 FK
Jumlah Kuadrat Total = Total Jumlah Kuadrat – FK
= (236,25+197,25+211+200,5) – 806,56
= 845 – 806,56
= 38,44 JKT
=807,78 –
= 1,22 JKP
= 14,065 JKK
JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = JKT – JKP – JKK
= 38,44 – 1,22 – 14,065
= 23,155 JKG
= 0,40 KTP
= 0,58 KTK
= 0,32 KTG
= 1,25
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung F Tabel
Perlakuan 3 1,22 0,4 1,25 2,76
Kelompok 24 14,065 0,58
Galat 72 23,155 0,32
Total 99 38,44
Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka TIDAK
terdapat perbedaan nyata terhadap aroma dodol wortel.
Analisa Uji Sidik Ragam Terhadap Tekstur Dodol
Kode
Sampel K A B C Yi ƩY2i Yi
2
001 3 4 4 4 15 57 225
002 2,5 3 3 2,5 11 30,5 121
003 2 3 2 3 10 26 100
004 2 3 2 3 10 26 100
005 2 3 3 3 11 31 121
006 2 3 3,5 3,5 12 37,5 144
007 2 3 3 3 11 31 121
008 3 3 3 3 12 36 144
009 3 4 3 4 14 50 196
010 3 3 3 3 12 36 144
011 2 3 3 3 11 31 121
012 2 2 2 3 9 21 81
013 3 3 3 4 13 43 169
014 3 2 2,5 2 9,5 23,25 90,25
015 2 2,5 2 1,5 8 16,5 64
016 3 3 4 4 14 50 196
017 3 3 4 3,5 13,5 46,25 182,25
018 3 3,5 3 3,5 13 42,5 169
019 2 3 3 2,5 10,5 28,25 110,25
020 2 2,5 3 1,5 9 21,5 81
021 4 3 3,5 3 13,5 46,25 182,25
022 3 2,5 3 3,5 12 36,5 144
023 3 3 2 4 12 38 144
024 2 4 3 2,5 11,5 35,25 132,25
025 2 2 3 2 9 21 81
Yi 63,5 74 73,5 75,5 286,5
3363,25
ƩY2i 169,25 226 224,75 241,25
861,25
Yi2 4032,25 5476 5402,25 5700,25 20610,75
Rata-
Rata 2,54 2,96 2,94 3,02 11,46
= 820,82 FK
Jumlah Kuadrat Total = Total Jumlah Kuadrat – FK
= (169,25+226+224,75+241,25) – 820,82
= 861,25 – 820,82
= 40,43 JKT
=824,43 –
= 3,61 JKP
= 19 JKK
JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = JKT – JKP – JKK
= 40,43 – 3,61 – 19
= 17,82 JKG
= 1,203 KTP
= 0,79 KTK
= 0,24 KTG
= 5,01
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung F Tabel
Perlakuan 3 3,61 1,203 5,01 2,76
Kelompok 24 19 0,79
Galat 72 17,82 0,24
Total 99 40,43
Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung > F Tabel maka terdapat
perbedaan nyata terhadap tekstur dodol wortel.
Uji DNMRT
1. = = 0,1
K A B C
Sampel Score 63,5 74 73,5 75,5
Sampel Mean 2,54 2,96 2,94 3,02
2. Range tingkat 5% dengan derajat bebas galat 72 (60)
Nilai 2 3 4
Tabel Duncan 2,83 2,98 3,08
JNT 0,283 0,298 0,308
JNT Rata-rata C A B K
3,02 2,96 2,94 2,54
C – A = 3,02 - 2,96 = 0,06 < 0,238 = Tidak Berbeda nyata C = A
C – B = 3,02 - 2,94 = 0,08 < 0,298 = Tidak Berbeda nyata C = B
C – K = 3,02 - 2,54 = 0,48 > 0,308 = Berbeda nyata C ≠ K
A – B = 2,96 - 2,94 = 0,02 < 0,238 = Tidak Berbeda nyata A = B
A – K = 2,96 - 2,54 = 0,42 > 0,298 = Berbeda nyata A ≠ K
B – K = 2,94 – 2,54 = 0,4 > 0,308= Berbeda nyata B ≠ K
Analisa Uji Sidik Ragam Terhadap Rasa Dodol
Kode
Sampel K A B C Yi ƩY2i Yi
2
001 2 4 3,5 3 12,5 41,25 156,25
002 3 2,5 2,5 2,5 10,5 27,75 110,25
003 1,5 2,5 3 3 10 26,5 100
004 3 4 2,5 2 11,5 35,25 132,25
005 3 3 3 2,5 11,5 33,25 132,25
006 3 2,5 2,5 3 11 30,5 121
007 2 3,5 3 3 11,5 34,25 132,25
008 2,5 4 2,5 2,5 11,5 34,75 132,25
009 3 4 3 3 13 43 169
010 3 4 3,5 3 13,5 46,25 182,25
011 2 2 2 3 9 21 81
012 3 3 3,5 2,5 12 36,5 144
013 3 3 3 3 12 36 144
014 3 2,5 2,5 3 11 30,5 121
015 2 2 1,5 2 7,5 14,25 56,25
016 4 4 4 4 16 64 256
017 3,5 2,5 3 1,5 10,5 29,75 110,25
018 3 3 3 3 12 36 144
019 2 2,5 2 2,5 9 20,5 81
020 3 2 2 1 8 18 64
021 3 3 2 3 11 31 121
022 2 4 3 3 12 38 144
023 4 1,5 1,5 2,5 9,5 26,75 90,25
024 2 4 3 2 11 33 121
025 3 3,5 3 3 12,5 39,25 156,25
Yi 68,5 76,5 68 66,5 279,5
3201,75
ƩY2i 197,75 249,25 194,5 185,75
827,25
Yi2 4692,25 5852,25 4624 4422,25 19590,75
Rata-
Rata 2,74 3,06 2,72 2,66 11,18
= 781,20 FK
Jumlah Kuadrat Total = Total Jumlah Kuadrat – FK
= (197,75+249,25+194,5+185,75) – 781,20
= 827,25 – 781,20
= 46,05 JKT
=783,63 –
= 2,43 JKP
= 19,05 JKK
JKG (Jumlah Kuadrat Galat) = JKT – JKP – JKK
= 46,05 – 2,43 – 19,05
= 24,57 JKG
= 0,81 KTP
= 0,79 KTK
= 0,34 KTG
= 2,38
Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F Hitung F Tabel
Perlakuan 3 2,43 0,81 2,38 2,76
Kelompok 24 19,05 0,79
Galat 72 24,57 0,34
Total 99 46,05
Dari hasil sidik ragam, diketahui bahwa F Hitung < F Tabel maka TIDAK
terdapat perbedaan nyata terhadap rasa dodol wortel.
DOKUMENTASI
Kontrol Perlakuan A
( 250 gr Tp. Ketan 0 gr Tp. Wortel ) ( 225 gr tp. ketan 25 gr tp. wortel )
Perlakuan C Perlakuan D
(212,5 gr Tp. Ketan 37,5 gr Tp. Wortel) (200 gr Tp. Ketan 50 gr Tp. Wortel)