New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR –...
Transcript of New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR –...
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE JADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
Oleh :
RIA ANJELA 123110283
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2015
PER]IYAT,I{N Pf, RSETU,ruAN
Gjdi4 Dh pda Bdia di(dutu Llu tu sdah vrld e6ja h*6oa M Pdag
(s tui nEid n dd di pdsq dildjsdiDnIK4E!u'oPd4Pdithk
.rd d pdd@ di hd@ rin r{sii (4 ftlb rnir
(4 NL nnid hi brd diuji do dipdtuu did@ rin p64ii !ri'
k4rfuLnobh
kjldim Dtm rd. Bdn! diktu Lmu I\6 *tu wr,td (qi! Pud<€6a P'd
iii
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG Program Studi Keperawatan Padang Karya Tulis Ilmiah, Mei 2015 RIA ANJELA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 xi+91 halaman+11 tabel+12 lampiran
ABSTRAK Diare masih merupakan 10 penyakit terbanyak pada Balita di kota Padang tahun
2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada balita sebanyak 239 penderita. Berdasarkan data dari Puskesmas Pauh Kelurahan Limau Manis Selatan memiliki angka kejadian diare tertinggi pada Balita yaitu sebanyak 8,17%. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh.
Desain penelitian crosectional study. Populasi seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang berusia 12 sampai 59 bulan di kelurahan Limau Manis Selatan. Jumlah sampel 85 orang responden dan dilaksanakan dari tanggal 27 April sampai 12 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan obsevasi dan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner. Data diolah secara manual dan komputerisasi, kemudian dianalisis secara univariat dengan menggunakan statistik descriptif beruapa distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel serta analisis bivariat dengan menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (g = 0.05).
Hasil penelitian menunjukan (63,5%) responden menggunakan sarana air bersih yang buruk, (30.6%) responden tidak memasak air minum, (60%) responden membuang tinja tidak sehat, (58,8%) responden mempunyai rumah tidak bersih dan (61.2%) responden tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan. Hasil uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare, dan terdapat hubungan yang bermakna antara sarana air bersih, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita.
Disaran kepada Pimpinan Puskesmas dan pimpinan setempat dalam melaksanakan penanggulangan diare dapat berupa penyuluhan dan menghimbau kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan rumah masing-masing. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan variabel dan desain yang berbeda.
Kata kunci (key word) : SAB, PAM, Pembuangan tinja, Kebersihan rumah, CTPS, Diare Daftar bacaan : 31 (2000-2013)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ria Anjela
Tempat/ Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 5 februari 1993
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Karatau Parabek No 05, Jorong Parabek
Kecamatan Banuhampu kab.Agam Kota
Bukittinggi
Anak ke : 2 (Dua)
Nama Orang Tua
Ayah : Andani
Ibu : Netriwati
Riwayat Pendidikan
1. TK Parabek : 1999 - 2000
2. SD Negeri 16 Parabek Bangkaweh : 2000 - 2006
3. SMP Negri 1 Banuhampu : 2006 - 2009
4. SMA Negri 1 Banuhampu : 2009 - 2012
5. Poltekkes Kemenkes RI Padang : 2012 - 2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Tahun 2015”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama
kepada Bapak Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku pembimbing I dan Ibu
Hj.Efitra,S.Kp,M.Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk mengarahkan dan membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :
1. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Padang.
2. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM.M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementrian Kesehatan Padang
3. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang.
v
4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang drg.Eka Lusti,MM beserta staf yang
telah memberikan informasi dan data awal kepada penulis
5. Pimpinan Puskesmas Pauh Padang dr.Ratna beserta staf yang telah
memberikan informasi dan data awal kepada penulis dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini
6. Bapak, Ibu Dosen serta seluruh staf Jurusan Keperawatan yang telah
memberikan pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan.
7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara tercinta yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat dinilai dengan apapun.
8. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2012 Keperawatan, serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
Padang, Mei 2015
Penulis
Ria Anjela
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ i PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................ ii ABSTRAK………………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ............................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL……………………………………………………….. viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare ........................................................................... 11 1. Pengertian diare ................................................................ 11 2. Klasifikasi ......................................................................... 11 3. Penyebab ........................................................................... 13 4. Cara penularan…………………………………………. . 14 5. Epidemiologi…………………………………………… 17 6. Patogenesis ....................................................................... 18 7. Patofisiologi ...................................................................... 19 8. Gejala ................................................................................ 19 9. Gambaran klinis………………………………………. ... 20 10. Komplikasi……………………………………………. .. 21 11. Pencegahan……………………………………………… 22 12. Penatalaksanaan………………………………………. ... 26
B. Faktor – faktor yang menyebabkan diare……………………. 28 1. Faktor Pendidikan…………………………………….... . 28 2. Faktor Umur……………………………………………. 28 3. Faktor Pekerjaan……………………………………….. . 28 4. Faktor Lingkungan……………………………………... 28 5. Faktor Gizi……………………………………………... . 42 6. Faktor Sosial Ekonomi…………………………………. 42 7. Faktor penyebaran kuman…………………………… .... 42 8. Faktor makanan dan minuman…………………… ......... 42 9. Faktor Hygiene pribadi……………………………… ..... 42
C. Kerangka Teori………………………………………………. 43
vii
D. Kerangka Konsep…………………………………………….. 45 E. Hipotesis……………………………………………………... 46 F. Devinisi Operasional…………………………………………. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..................................................................... 49 B. Tempat dan Waktu ................................................................... 49 C. Populasi dan sampel ................................................................. 49 D. Teknik Pengumpula Data ......................................................... 52
1. Data Primer ....................................................................... 52 2. Data Sekunder……………………………………… ...... 53
E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 53 1. Pemeriksaan Data (Editing) .............................................. 53 2. Pengkodean Data (Coding) ............................................... 53 3. Memasukan data (Entry) .................................................. 54 4. Pembersihan data (cleaning) ............................................. 54 5. Pentabulasian Data (tabulating)……………………….. .. 54
F. Analisa Data ............................................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN A. Hasil penelitian………………………………………………. 56 B. Pembahasan………………………………………………….. 65
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan…………………………………………………… 86 B. Saran………………………………………………………….. 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
No tabel Judul
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesma Pauh tahun 2015………………………………………………………….............57
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Balita di Kelurahan
Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015..57 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Balita di
Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu Balita di
Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu Balita di
Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di
Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih yang
digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015.………………………………………..60
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air
minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………………….60
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………...………………………………………………………..61
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………….……………..61
ix
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………..…………………………….………………62
Tabel 4.12 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih dan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………….…………………63
Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air minum
dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……….……………….64
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja dan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………65
Tabel 4.15 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah dan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………66
Tabel 4.16 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan
dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………………………..67
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : kisi – kisi kuisioner
Lampiran B : kuisioner
Lampiran C : format persetujuan
Lampiran D : lembar persetujuan menjadi responden
Lampiran E : izin penelitian
Lampiran F : Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran G : master tabel
Lampiran H : output analisa data
Lampiran I : Populasi
Lampiran J : Sampel
Lampiran K : Dokumentasi
Lampiran L : Jadwal pelaksanaan kegiatan KTI
Lampiran M : Lembar konsul pembimbing 1
Lampiran N : Lembar konsul pembimbing 2
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah – masalah lain di luar kesehatan sendiri
Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat, untuk ini Blum menyatakan ada 4
faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor
lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.
Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan,
juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai
secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama – sama
mempunyai kondisi yang optimal pula, salah satu faktor saja berada dalam
keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser
di bawah optimal. 1
Salah satu penyakit yang di pengaruhi oleh 4 faktor di atas adalah
diare. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Dampak atau
resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat
kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama yaitu natrium dan
kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat penting dengan fisiologi
normal. Jika kehilangan dua elektrolit utama ini maka akan menyebabkan
bayi dan balita menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
perdarahan otak. 2
2
Berdasarkan derajatnya maka dehidrasi dapat di bagi menjadi
dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan
sama dengan atau lebih dari 10% berat badan. Diare akut dengan dehidrasi
berat dapat me-nimbulkan dampak negatif terhadap bayi dan anak–anak
antara lain renjatan hipovolemik, gangguan elektrolit, gangguan
keseimbangan asam basa dan terhambatnya proses tumbuh kembang anak
yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
Penyakit diare di masyarakat lebih dikenal dengan istilah "Muntaber".
Penyakit ini menimpa pada bayi dan jika tidak segera diobati dalam waktu
singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian.7
Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data world healt
organization (WHO) pada 2011, diare menempati urutan kelima dalam 10
penyakit terbanyak penyebab kematian di dunia. Secara global kematian yang
disebabkan diare di antara anak- anak terlihat menurun dalam kurun waktu
lebih dari 50 tahun, namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Jumlah
kematian anak pada tahun 1990 di dunia sebesar 12.4 juta orang dan menurun
pada tahun 2008 menjadi 8.8 juta. saat ini angka kematian yang disebabkan
diare adalah 3.8 per 1000 orang per tahun.3
Di Indonesia, diare juga masih merupakan masalah kesehatan bagi
masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus
diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian
1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak. Seringkali
3
1-2% penderita diare akan mengakibatkan dehidrasi dan kalau tidak
segera tertolong 50-60% penderita akan meninggal dunia.4 Salah satu
program Millenium Development Goals (MDG’s) adalah bertujuan
untuk menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun
1990 dan tahun 2015. Pada tahun 1990, jumlah kematian balita akibat diare
97 kematian per 1000 kelahiran hidup sehingga target pada tahun 2015
adalah sejumlah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup.6
Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi
kejadian Diare di Indonesia yaitu 3.5 % lebih kecil dari data Riset Kesehatan
Dasar 2007 (9.0%). Sedangkan insiden diare untuk semua kelompok umur di
Indonesia adalah 3.5 % dan insiden diare balita di Indonesia adalah 6.7%.
Dari 33 provinsi di Indonesia, Sumatra Barat menduduki peringkat ke
delapan Insiden diare tertinggi pada balita yaitu 7.1%. Berdasarkan
karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang
paling tinggi menderita diare.4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang yang berasal
dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Padang. Sampai saat ini diare
masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang.
Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang
disebabkan oleh kuman. Pada tahun 2013 diare untuk semua umur sebanyak
8.472 kasus. Sedangkan kasus diare pada balita sebanyak 2.644 kasus jika di
banding kan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan (4.4%).
Puskesmas yang tertinggi kasus diare nya pada tahun 2013 adalah Puskesmas
Pauh, dari data yang di dapat dari 5.115 orang jumlah balita di kecamatan
4
Pauh, 241 menderita diare (4,7%) dengan laki- laki sebanyak 140 kasus
(59%) dan perempuan sebanyak 101 kasus (41%). 5
Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapat tanggal 29 Desember
2014 dari Puskesmas Pauh kejadian diare untuk semua umur sebanyak 780
penderita diare, sedangkan untuk balita sebanyak 239 penderita. Wilayah
kerja Puskesmas Pauh terdiri dari sembilan Kelurahan yang terdiri dari
Kelurahan Limau Manis Selatan 59 kasus (25.1%) dengan jumlah balita 729
orang, Kelurahan Pisang sebanyak 36 kasus (13.6%) dengan jumlah balita
630 orang, Kelurahan Limau Manis 30 kasus (13.6%) dengan jumlah balita
530 orang, Kelurahan Lb. Bukit 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 305
orang, Kelurahan Cupak Tangah 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 679
orang, Kelurahan Binuang BP Dalam 24 kasus (10.2%) dengan jumlah balita
564 orang, Kelurahan Piai Tangah 23 kasus (9.7%) dengan jumlah balita 514
orang, Kelurahan Kepala Koto 10 kasus (4.2%) dengan jumlah balita 566
orang dan Kelurahan Koto Luar 6 kasus (2.1%) dengan jumlah balita 598
orang. Berdasarkan data tersebut tampak Kelurahan Limau Manis Selatan
memiliki kasus diare tertinggi pada tahun 2014 yaitu 59 kasus.
Kelurahan Limau Manis Selatan terdiri dari 8 RW yaitu RW I
terdapat 134 orang balita, RW II terdapat 176 orang balita, RW III terdapat
54 orang balita, RW IV terdapat 87 balita, RW V terdapat 59 balita, RW VI
terdapat 56 orang balita, RW VII terdapat 92 balita, RW VIII terdapat 72
orang balita. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang
usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan
bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
5
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah
dan ditangani. Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk merupakan
faktor yang menyebabkan masih tingginya tingkat kejadian diare pada anak
di Indonesia.2 Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil
yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut – turut di susul
oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. 1
Hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti sumber air bersih,
tempat pembuangan tinja dan kebersihan rumah. Sumber air bersih
merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare.
Sebagian kuman infeksius penyebab diare di tularkan melalui jalur fokal oral.
Mereka dapat di tularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja.2
Penyakit diare juga disebabkan karena pembuangan kotoran/ tinja
yang tidak tepat. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding
dengan area pemukiman menyebabkan peningkatan masalah pembuangan
kotoran manusia. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan tinja merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di
atasi. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari
seseorang yang telah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu
akan menyebab penyakit bagi orang lain. 1
Selain sarana air bersih dan tempat pembuangan tinja keadaan
lingkungan perumahan juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Menurut
Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat adalah jenis lantai yang tidak
6
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai
yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. 1
Perilaku yang berhubungan dengan hygiene perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
terutama sesudah buang air besar, setelah membuang tinja anak, sebelum
menyiapkan/menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai
dampak positif dalam penurunan kejadian diare. 2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus,dkk yang
berjudul Kualitas Air minum, Perilaku Sanitasi Ibu, dan Sarana Sanitasi
Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Anak Balita Di kec.
Jetis Kota Yogyakarta. Dari 120 responden 83.4% memiliki kebiasaan
pengelolaan air minum yang buruk, 76.6% tidak memiliki jamban yang
memenuhi syarat, 80% tidak memiliki SPAL yang memenuhi syarat, 53.3 %
tidak memiliki sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat dan 68.3%
memiliki praktek hygiene perorangan yang buruk.
Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hubungan yang bermakna
antara fakor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare khususnya
sarana kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan.18 Sebagaimana yang di
kemukakan oleh Suprajitno dalam hal lingkungan yang menjamin kesehatan,
keluarga di harapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi
dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik di dalam maupun di luar
rumah. Maka peran perawat dalam masalah ini adalah membantu keluarga
dalam memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar
tercipta lingkungan yang sehat.16
7
Survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015 di
Kelurahan Limau Manis Selatan dari 10 rumah balita yang di kunjungi, 6
balita menderita diare dalam 3 bulan terakhir. Di lihat dari kondisi rumah 4
rumah tampak bersih sedangkan 6 rumah di antaranya tampak tidak bersih,
lantai berdebu, makanan berserakan di lantai rumah, kotoran hewan
berserakan di perkarangan rumah, banyak lalat berterbangan di dalam rumah,
tampak balita bermain di air tergenang di lingkungan rumah, 4 rumah tidak
mempunyai tempat pembuangan sampah, 6 rumah membuang limbah ke
selokan dan 5 rumah yang jaraknya dekat dengan kandang ternak. 6 rumah
menggunakan jamban leher angsa dengan 3 rumah menggunakan septic tenk
di dalam tanah dan 3 rumah mengalirkan ke kali sedangkan 4 rumah tidak
memiliki jamban di dalam rumah. Dari 10 rumah yang di amati, 6 rumah
menggunakan air minum dari sumur pompa listrik, 1 rumah menggunakan
sumur gali dan 3 rumah menggunakan PDAM.
Saat ditanya tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun setelah
buang air besar, dari 10 responden 3 diantara nya menjawab ada/sering, 4
menjawab kadang – kadang dan 3 menjawab hanya menggunakan air saja.
Pada saat sebelum dan setelah makan 4 orang menjawab ada, 3 orang
menjawab kadang- kadang dan 3 orang menjawab pakai air saja. dari data
diatas tampak bahwa faktor lingkungan dan personal hygiene seperti mencuci
tangan sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan
8
Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah
Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015”.
B. Rumusan Masalah
Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan
maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu apakah ada faktor – faktor
yang berhubungan dengan kejadian Diare pada anak balita di Kelurahan
Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau
Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare pada anak balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan
b. Diketahui distribusi frekuensi sarana air bersih di kelurahan Limau
Manis Selatan
c. Diketahui distribusi frekuensi pengolahan air minum di kelurahan
Limau Manis Selatan
d. Diketahui distribusi frekuensi pembuangan tinja di kelurahan Limau
Manis Selatan
e. Diketahui distribusi frekuensi kebersihan rumah di Kelurahan Limau
Manis Selatan
9
f. Diketahui distribusi frekuensi kebiasaaan cuci tangan di kelurahan
Limau Manis Selatan
g. Diketahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare di
Kelurahan Limau Manis Selatan
h. Diketahui hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare di
Kelurahan Limau Manis Selatan
i. Diketahui hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare di
Kelurahan Limau Manis Selatan
j. Diketahui hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare di
Kelurahan Limau Manis Selatan
k. Diketahui hubungan kebiasaaan cuci tangan dengan kejadian diare di
kelurahan Limau Manis Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Kegiatan penelitian memberikan pengalaman dan meningkatkan
wawasan penulis dalam penelitian, khususnya mengenai faktor – faktor
yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di kelurahan limau
manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau
perbandingan, khusus nya mengenai hubungan penggunaan air bersih,
kebiasaan cuci tangan, kebersihan rumah dan penggunaan jamban dengan
kejadian Diare pada Balita (12-59 bulan) di kelurahan Limau Manis
Selatan Wilayah Kerja puskesmas Pauh tahun 2015.
10
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau
perbandingan, khususnya mengenai faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare.
4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
menjadi lebih baik dan memberikan informasi kesehatan tentang faktor –
faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.
E. Ruang Lingkup penelitian
Kejadian diare pada balita disebabkan oleh banyak faktor, tetapi
peneliti hanya meneliti hubungan sumber air bersih, pengolahan air minum,
pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan cuci tangan dengan
kejadian diare. Variable dependennya yaitu kejadian diare pada Balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan, dan variable independennya yaitu sumber
air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan
kebiasaan cuci tangan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang bertempat
tinggal di Kelurahan Limau Manis Selatan tahun 2015 yaitu sebanyak 729
Balita. Jenis penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan desain
penelitian Cross Sectional Study dan teknik pengambilan sampel secara
Proporsional simple Random Sampling serta pengumpulan data dengan cara
observasi dan wawancara terhadap responden. Penyajian data secara tabel
distribusi frekuensi serta analisis uni variat dan bivariat.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensi nya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih
dalam sehari). Pada bayi atau anak yang lebih besar, buang air besar yang
normal bias lebih dari tiga kali dalam sehari, dalam hal ini masih di anggap
normal.7
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari.8
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi dalam frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
tinja yang encer atau cair.9
Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang
meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi
tinja menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja.2
2. Klasifikasi Diare
Short (1961), membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak
adanya infeksi; gastroenteritis ( diare dan muntah) diklasifikasikan menurut 2
golongan :
12
a. Diare infeksi spesifik
Dapat berupa tifus abdominalis dan paratifus, disentri basil (shigella),
enterokolitis stafilokokus.
b. Diare non-spesifik
Disebut juga dengan diare dietetik
Disamping itu, klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang
terkena infeksi, yaitu sebagai berikut :
a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi usus (bakteri, virus dan
parasit)
b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi diluar usus (otitis
media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin dan sebagainya). 9
Mitchen (1973), membagi diare pada bayi dan anak secara luas
berdasarkan lamanya diare adalah sebagai berikut :
a. Diare Akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dengan konsistensi
tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
b. Diare Kronis
Diare kronik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan bakteri
jamur dan parasit. Faktor ini seperti malabsorbsi kalori dan lemak,
biasanya berlangsung lebih dari 2 minggu.9
13
3. Penyebab diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi enteral antara lain seperti infeksi
bakteri yang disebabkan oleh Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Adeno virus, Rotavirus, serta infeksi parasit yang biasanya
disebabkan oleh cacing, prozoa atau jamur.10
2) Infeksi parenteral
Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut
(OMA), Tonsilitis, Bronkopnemonia, Ensefalitis dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur di
bawah 2 tahun.10
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
Pada bayi dan anak yang terserang adalah intoleransi laktosa. Pada
bayi kepekaan terhadap laktobasilus dalam susu formula
menyebabkan diare, jika sering terserang diare ini maka pertumbuhan
anak terganggu.11
2) Malabsorbsi lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida dan dengan
bantuan kelenjar lipase dapat mengubah lemak menjadi micelles yang
14
siap di absorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak di serap dengan
baik.10
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang dapat menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang
matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan
diare pada anak balita.10
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi pada anak
bisa menyebabkan diare. Tetapi jarang terjadi pada balita umumnya pada
anak yang lebih besar.10
4. Cara penularan diare
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar
melalui fekal – oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Jalur masuknya
virus, bakteri dan kuman penyebab diare ke tubuh manusia dapat mudah
dihafal dengan istilah 4F yang pertama kali di kemukakan Wagner & Lanoix
(1985). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat) dan
fingers (tangan). Menurut Wagner dan Lanoix, tahapannya dimulai dari
cemaran yang berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu
cemaran itu berpindah kemakanan yang kemudian disantap manusia.
15
mati
sakit
Gambar 2.1 Jalur pemindahan kuman dari tinja ke penjamu yang baru
(Wagner & Lanoix,1958 dalam Depkes 2000)
Gambar diatas, menjelaskan proses perpindahan kuman penyakit
termasuk diare dari tinja sebagai pusat infeksius sampai inang dapat melalui
berbagai media perantara, antara lain sebagai berikut ( Depkes, 2000 dalam
Marlini, 2004) :
a. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber
penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari
tangan, air, tanah atau dapat menempel pada lalat dan serangga lain yang
menghinggapinya.
b. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya
makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum
oleh manusia.
Air limbah dan tinja
Air
Tangan
Tanah
Serangga
tikus
makanan manusia
16
c. Tinja dapat mencemari tangan atau jari – jari manusia selanjutnya dapat
mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,
demikian juga tangan yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan
mulut.
d. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian
makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga, kuman
penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang
kemudian dimakan oleh manusia.
e. Melalui lalat atau serangga lainnya, kuman penyakit dapat mencemari
makanan sewaktu hinggap dimakan yang kemudian dimakan oleh
manusia.
f. Tinja juga dapat mencemari tanah akibat tidak baiknya sarana
pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat, dimana
tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak
langsung dengan mulut manusia.
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti
virus dan bakteri. Penularan penyakit melalui fekal oral terjadi dengan
mekanisme melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat
terjadi bila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar, baik tercemar
dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah- rumah, atau
tercemar pada saat disimpan di rumah.22
17
5. Epidemiologi Penyakit Diare
Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita.
Beberapa prilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI
secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,menggunakan botol susu,
menyimpan makanan masak pada suhu kamar,menggunakan air minum
yang tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah
membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak
membuang tinja dengan benar.12
b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor penjamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit
dan lamanya diare. Factor- factor tersebut adalah tidak memberikan ASI
selama 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi
dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.12
c. Faktor lingkungan dan prilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan prilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman
18
diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula yaitu,
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.12
6. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah :10
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksik) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebalik nya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh yang
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
7. Patofisiologi
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :10
a. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
19
b. Hipoglikemia
c. Gangguan sirkulasi darah
d. Kehilangan air dan elektrolit ( terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
8. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga
kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :9
a. Muntah
b. Badan lesu atau lemah
c. Panas
d. Tidak nafsu makan
e. Terdapat darah atau lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Secara tiba – tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat
menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta gejala- gejala lain seperti flu,
demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala. Kadang – kadang gangguan
bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi. Muntah memperberat
dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan jumlah cairan dengan jumlah
besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui mulut).
Gejala diare yang umumnya terjadi pada anak – anak ialah sebagai berikut:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya tinggi.
2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdahak.
20
3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
4) Anus dan sekitarnya lecet.
5) Gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang kurang
6) Muntah, baik sebelum maupun sesudah diare
7) Hipoglikemia (menurunnya kadar glukosa dalam darah)
8) Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun –
ubun besar cekung, tonus otot dan turgor kulit kurang dan selaput
lendir mulut dan bibir kurang.
9) Nafsu makan berkurang.9
9. Gambaran klinis
Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian muncul diare. Tinja cair,
mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama
berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah
sekitar nya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak di absorbsi oleh usus selama diare.11
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung ikut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun,
turgor kulit berkurang, ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi),
mukosa bibir dan mulut tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang
21
hilang dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.
Bila berdasarkan tonisitas plasma di bagi menjadi hipotonik, isotonik dan
hipertonik.10
10. Komplikasi
Akibat dari diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :10
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)
Diare menyebabkan kehilangan cairan dan tubuh dan elektrolit –
elektrolit dan (natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat ) diikuti oleh
muntah dan demam dan memperberat kehilangan cairan tersebut.
Dehidrasi terjadi apabila cairan yang hilang tidak terganti sesuai dengan
jumlah yang hilang. Gejala dan tanda dehidrasi tidak akan terlihat apabila
cairan tercukupi kembali.
b. Hipoglikemia
Pengganti kalium yang tidak cukup selama diare yang berulang-ulang
dapat menyebabkan kelurangan kalium yang di tandai dengan hipotoni
otot, ileus, gangguan pada ginjal dan aritmia jantung dan perubahan pada
pemeriksaan EKG.
c. Hiperglikemia
Hiperglikemi diakibatkan karena tidak cukupnya masukan makanan
malabsorbsi jarang di temukan bila pemberian makan cukup.
d. Malnutrisi Energi Protein
22
Anak yang sering menderita diare akut atau kronis seperti malabsorbsi
karbohidrat, lemak dan protein, jika tidak segera di tangani akan
mengakibatkan Malabsorbsi Energi Protein (MEP).
e. Syok
Diare mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan
terjadinya dehidrasi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan
jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
f. Kematian
Anak dalam keadaan renjatan apabila tidak segera di atasi akan
menyebabkan kekurangan oksigen ke otak dan akhirnya menyebabkan
kematian. 10
11. Pencegahan diare
Cara pencegahan diare yang benar dan efektif adalah sebagai berikut : 2
a. Memberikan ASI
ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi karena terdiri
atas komponen zat makanan yang tersedia dalam bentuk yang ideal dan
seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian
ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4 – 6
bulan, tidak diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah enam bulan
dari kehidupannya, pemberian ASI harus diterukan sambil ditambah
dengan makanan lain (proses penyapihan).
Sifat ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula
atau cairan lain, yang harus disiapkan dengan ait atau bahan – bahan yang
23
terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tampa cairan
atau makanan lain tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari
bahaya bakteri dan organism lain yang akan mengebabkan diare. Keadaan
seperti ini disebut disusui secara penuh.
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada enam bulan
pertama kehidupan, resiko terserang diare 30 kali lebih besar. Penggunaan
botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena
diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
b. Memperbaiki makanan pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan pada saat bayi secara
bertahap dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Masa tersebut
merupakan masa yang sangat berbahaya bagi bayi sebab perilaku
pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya
risiko terjadinya diare atau penyakit lain yang dapat menyebabkan
kematian. Pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi
kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran dalam pemberian makanan pendamping ASI yang
lebih baik yaitu sebagai berikut:
1) Perkenalkan makanan lunak dan macam makanan ketika anak
berumur 4 – 6 bulan atau lebih ( walau ASI tetap diberikan).
Berikan anak makan lebih sering setelah anak berumur satu tahun.
2) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-
bijian, kacang-kacangan, buah-buahan,dan sayuran berwarna hijau
24
kedalam makanannya. Cucilah tangan sebelum menyiapkan
makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang
bersih.
3) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
tempat yang dingin, dan panaskan dengan benar sebelum diberikan
kepada anak.
c. Memberikan imunisasi campak
Diare sering timbul menyertai campak dan pemberian imunisasi
campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu, beri imunisasi campak
setelah anak berumur Sembilan bulan.
d. Menggunakan air bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui
jalur fekal- oral. Kuman –kuman tersebut dapat ditularkan dengan
memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja,
misalnya air minum, jari – jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam
panic yang dicuci dengan air yang tercemar.
Masyrakat yang terjangkau dengan penyediaan air bersih mempunyai
resiko menderita diare lebih kecil dari pada masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu
menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
25
e. Mencuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/ menyuapi makanan anak,
dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian
diare.
f. Menggunakan jamban sehat
Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap
penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat
jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar di jamban.
g. Membuang tinja bayi dengan benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak – anak dan
orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
12. Penatalaksanaan diare
Menurut Ngastiyah (2007) dasar pengobatan diare adalah :
a. Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umumnya.
1) Cairan per oral
26
Pada pasien dengan dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan di
berikan per oral berupa cairan yang berisi NACL dan NAHCO3,
KCL, dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas
umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. formula lengkap sering di
sebut oralit. Cairan sederhana yang dapat di buat sendiri ( formula
tidak lengkap ) hanya mengandung garam dan gula (NACL dan
sukrosa), air tajin yang di beri garam dan gula, untuk pengobatan
sementara di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit / pelayanan
kesehatan untuk mencegah dehidrasi yang lebih jauh.
2) Cairan parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi
semua itu tergantung kepada tersedinya cairan setempat. Pada
umumnya cairan ringen lactat (RL) selalu tersedia di fasilitas
kesehatan di mana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak
yang di berikan bergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang di
perhitungankan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badanya.
3) Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat
badan 3-10 kg, umur 1 bulan sampai 2 tahun, jumlah cairan 200
ml/kg BB/24 jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama pada pasien
MEP.
27
b. Dietetik (cara pemberian makanan)
Untuk anak di bawah umur 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :
1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah
dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis
lainnya).
2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), jika
anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.
3) Susu khusus yang di sesuaikan dengan kelainan yang di temukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang
tidak berantai sedang atau tidak jenuh.
c. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tampa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya).10
13. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare
Menurut Wijoyo (2012) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diare
sebagai berikut :
1. Faktor Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas
anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik
tingkat kesehatan yang di peroleh.
28
2. Faktor umur
Diare lebih sering terjadi pada anak - anak (balita) dari pada orang
dewasa. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang
usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan
bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.11 Klasifikasikan umur
balita dapat dibagi menjadi umur 12-24 bulan, 24-36 bulan, 37 – 48 bulan
dan 49 – 59 bulan.31
Sebagian besar diare terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Balita
yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko 2 kali lebih besar terserang
diare dari pada anak umur 25 – 59 bulan.2
3. Faktor pekerjaan
Saat ini banyak orang tua di luar rumah sehingga anak di asuh oleh
orang lain atau pembantu. Anak yang di asuh oleh orang lain atau pembantu
mempunyai resiko lebih besar untuk terpajan penyakit diare.2
4. Faktor lingkungan
Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Selain itu keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap
kejadian diare, apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
dan berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.2
29
a. Sanitasi air
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan.
Didalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang
dewasa sekitar 55-60 % dan untuk bayi sekitar 80%.1
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air
bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan
air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena
persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit
dimasyarakat. Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari
berkisar antara 150-200 liter atau 35 -40 galon. Kebutuhan air tersebut
bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan
kebiasaan masyarakat. 13
1) Syarat – syarat air bersih
Air yang sangat sehat mempunyai persyaratan sebagai berikut :14
a) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat menurut IR. Rudi
Gunawan (2009 :45) adalah :
1) Jernih atau bersih, air terutama air permukaan sering keruh
karena adanya butiran halus yang dinamakan koloida, butir
koloida berasal dari bahan tanah lempung.
2) Tidak berwarna, air rawa yang biasanya berwarna kekuningan
tidak memunuhi persyaratan ini.
30
3) Tidak berbau dan tidak berasa apapun(asin,manis,asam
ataupun pahit), air yang berbau menunjukan adanya zat – zat
organic yang sedang diuraikan oleh bakteri.
4) Suhu air disukai yang segar sehingga dapat menghilangkan
haus, tidak perlu terlalu dingin tetapi mendekati suhu udara
segar yang berkisar antara 20 – 26 C.
b) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala
bakteri pathogen. Cara mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa
sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air
terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah
memenuhi syarat kesehatan.
c) Syarat kimia
Dalam hal persyaratan kimia, secara umum air minum tidak
boleh mengandung zat –zat yang menganggu kesehatan
manusia atau zat – zat korosif yang dapat merusakkan pipa air
minum.14
Adapun batas – batasan sumber air yang bersih dan aman antara lain :13
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
2. Bebas dari subsatansi kimia yang berbahaya dan beracun
3. Tidak berasa dan tidak berbau
31
4. Dapat dipeergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic rumah
tangga
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau
Departemen Kesehatan RI.
2) Syarat – syarat Sumur
Syarat – syarat sumur sehat secara umum sebagai berikut :1
a) Air dari minum memenuhi syarat untuk air minum (fisik,bakteriologi dan
kimia)
b) Bila pembuangan kotoran dilaksanakan dengan cara peresapan dalam sumur
kotoran (beerput) maka jarak sumur air bersih dengan sumur kotoran minimal
10 m, tergantung dari jenis tanah dan keadaan topografi daerah setempat.
c) Pada daerah atas sumur diberi dinding selubung (curb) minimal setinggi 70
cm, terbuat dari pasangan yang kokoh dan rapat air. Dinding ini dimaksudkan
agar anak kecil dan binatang tidak mudah terjatuh ke dalam sumur dan air
genangan yang kotor di sekitar sumur tidaka dapat mengalir masuk ke sumur.
d) Dinding selubung sumur yang rapat air harus mencapai kedalaman minimal
2,00 m di bawah permukaan tanah sekitar sumur
e) Di sekeliling sumur harus diberi rangsangan lantai yang rapat air selebar
minimal 1,50 m.
Sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan , sebagai berikut :20
1. Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaat kan air
tanah dengan cara menggali lubang di tanah sampai mendapatkan air.
32
lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup dan lantai serta sarana
pengolahan air limbah.20
Dari segi kesehatan, sumur gali memang kurang baik jika cara
pembuatannya tidak benar- benar diperhatikan karena selain sangat di
pengaruhi oleh musim juga sangat besar kemungkinannya untuk
mendapatkan pencemaran apabila peletakkannya salah. Mengingat bahwa
sumur ini sangat banyak di jumpai oleh masyarakat maka beberapa usaha
pengempurnaan.13
2. Sumur pompa tangan
Selain sumur gali juga, maka untuk mendapatkan air tanah dapat juga
dilakukan dengan pengeboran dan dipasang pompa tangan.20
3. Sumur pompa listris/sumur bor
Pada prinsipnya cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT.
Hanya bedanya kalau SPL menggunakan kekuatan listrik. Jenis – jenis
SPL seperti Jet pump untuk keadalaman sampai 30 meter, dan pompa
selam (submersible pump) untuk kedalaman lebih dari 30 meter.20
4. Perlindungan Mata Air (PMA)
Mata air adalah sumber air bersih yang berasal dari air tanah dalam,
sehingga biasanya bebas dari pencemaran mikroorganisme. Oleh karena
itu, bila dimanfaatkan maka yang utama adalah perlindungan mata air
tersebut bronkaptering. Selanjutnya yang penting diperhatikan adalah
perpimpaan yang membawa air ke konsumen atau jaringan distribusinya
dan terminal akhir dari jaringan distribusinya.20
33
5. Perpimpaan/ PDAM
Ledeng atau perpimpaan adalah air yang diproduksi melalui proses
penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui
suatu instalasi berupa saluran air. Air PDAM merupakan air yang berasal
dari perusahaan air minum yang di alirkan langsung ke rumah dengan
beberapa titik kran, biasanya menggunakan meteran.21
Kondisi sarana air bersih merupakan kondisi fisik sarana air
bersih yang meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan
konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran .22
b. Pengolahan Air Minum
Didalam Permenkes No 492/Menkes/PER/IV/2010 dijelaskan
bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tampa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.21
Pengolahan air minum rumah tangga dapat memperbaiki
kualitas secara mikrobiologis air minum rumah tangga dengan metode
sederhana dan terjangkau serta mengurangi angka kejadian dan kematian
yang disebabkan oleh air.22
Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses
purifikasi air di rumah. Agar proses purifikasi air di rumah menjadi
lebih efektif, maka air dibiarkan mendidih antara 5 – 10 menit. Hal
tersebut bertujuan agar semua kuman, spora,kista, dan juga telur telah
mati sehingga air bersifat steril. Selain itu proses pendidihan juga dapat
34
mengurangi kesadahan karena dalam proses pendidihan terjadi
penguapan CO2 dan pengendapan CaCO2.13
c. Kebersihan Rumah
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan
manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman
mengalami perkembangan. Sejak zaman dahulu manusia telah mencoba
mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing- masing yang dengan
sendirinya rumah berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan
membangun rumah mereka dengan yang ada setempat ( local material)
pula.1
Factor – factor yang perlu untuk membangun rumah yaitu :
1) Factor lingkungan
Factor lingkungan yang perlu di perhatikan adalah lingkungan
fisik, biologis maupun social. Maksudnya, membangun sebuah rumah
harus memperhatikan tempat dimana rumah itu sendiri.1
2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini di maksud kan rumah dibangun berdasarkan
kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan- bahan
setempat yang misalnya dari bamboo, kayu atap rumbio dan
sebagainya, merupakan bahan – bahan pokok pembuatan rumah. Perlu
dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada
35
saat itu saja, namun di perlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena
itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu
dipertimbangkan.1
3) Teknologi yang dimiliki masyarakat
Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu
modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal bahkan
kadang- kadang tidak di mengerti masyarakat. Dalam rangka
penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah di punyai
oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan
kesehatan di kurangi, dan diperhatikan segi- segi yang sudah positif.1
4) Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna
tanah untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat perdesaan belum
merupakan problema, namun di kota sudah menjadi masalah yang
besar.
Syarat – Syarat Rumah Yang Sehat
a. Bahan bangunan
1) Lantai
Ubin atau semen baik untuk pembangunan rumah namun
tidak cocok pada kondisi ekonomi masyarakat pedesaan. Lantai
kayu sering terdapat pada rumah – rumah orang yang mampu di
pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantao rumah
perdesaan cukuplah tanah yang dipadatkan. Syarat yang terpenting
36
adalah tidak musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang
padat ( tidak berdebu) dapat di tempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda berat dan dilakukan
berkali- kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang
penyakit.1
2) Dinding
Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi
dengan ventilasi yang cukup. Sebenarnya di daerah tropis yang
lebih cocok adalah dari bamboo atau papan agar lubang-lubang
pada dinding atau papan berfungsi sebagai ventilasi.1
3) Atap genteng
Atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat. Namun demikian, ada penduduk yang
tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat diganti dengan
dengan atap daun kelapa. Atap seng atau asbes tidak cocok
untuk rumah pedesaan karena dapat menimbulkan suhu panas
di dalam rumah.1
4) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk
menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar, jika
ventilasi kurang akan menyebabkan kurangnya O2 dalam
rumah.. Di samping itu kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan. Sehingga
37
rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara
dengan luar rumah dan harus dilengkapi dengan ventilasi
yang cukup.1
5) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,
tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya
yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari di
samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit,
sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan
menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.1
6) Luas Bangunan Rumah
Rumah yang sehat juga harus memperhatikan
kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang
jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas rumah juga
tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Rumah yang
terlalu padat (overcrowded) lebih memungkinkan terjadinya
penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan
yang optimu, adalah apabila dapat menyediakan 2,5 –3 m2 untuk
tiap orang.1
Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit. Hal yang perlu diperhatikan adalah
halaman rumah harus selalu kering dan rata, halaman rumah
38
dilakukan perkerasan dengan baik yaitu tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan, adanya
pagar rumah dari tembok atau tumbuhtumbuhan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan, dan halaman rumah terlihat
bersih dari segala macam jenis sampah serta adanya saluran
drainase air hujan untuk menunjang kebersihan.1
b. Pembuangan Tinja
Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat di halaman
belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit- penyakit
seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang banyak
mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan
mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai
cara pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu,
setiap bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus
dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam
banguanan ataupun di luar bangunan pada jarak yang cukup dekat agar
mudah di capai.14
Bila tempat mandi dan WC berada di dalam satu ruangan
(digabung), luas bersih lantai minimum 3 m. bila ruangan mandi dan
ruangan WC terpisah dan berdiri sendiri, luas bersih lantai ruang mandi
dengan bak air minimum 2,50 m, dan luas bersih lantai WC minimum 1
m.14
39
Setiap kamar mandi dan WC harus diberi penerangan dan
pembaruan udara alami. Namun, dapat juga diberi penerangan buatan dan
pembaruan udara mekanis yang memenuhi syarat hygiene banguanan.14
Tinggi ruangan kamar mandi atau WC diperbolehkan sampai
sekurang-kurangnya 2,10 m. hal ini disebabkan karena penggunaan
ruangan tersebut tidak terus – menerus.
Syarat umum kamar mandi dan WC yang sehat adalah sebagai berikut:14
1) Seluruh ruangan kamar mandi dan WC, termasuk perlengkapan
saniternya harus selalu bersih dan tidak berbau. Untuk itu, dinding
kamar mandi dan WC diberi pasangan keramik/ porselen sampai
setinggi minimum 1,70 m.
2) Harus ada jendela/lubang udara yang berlangsung berhubungan
dengan udara luar agar sirkulasi udara cukup dan lancer. Dengan
demikian, bau busuk dari kamar/WC tidak sampai masuk ke ruangan
lain dalam rumah.
3) Penerangan harus cukup, baik dari cahaya matahari (alami) maupun
penerangan buatan dengan lampu listrik.
4) Untuk keamanan harus dipilih ubin/lantai yang tidak licin agar tidak
mudah timbul kecelakaan/ jatuh tergelincir.
5) Jika rumah di huni banyak rumah, sebaiknya kamar mandi dan WC
dipisahkan menjadi dua ruangan terpisah yang masing- masing dapat
digunakan sendiri- sendiri. Pemisahan ini selain praktis juga
higienis.14
40
Umumnya masyarakat perdesaan secara langsung
mempergunakan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan segala
macam sampah, termasuk kotoran manusia. Sementara itu masyarakat
perkotaan mempergunakan air untuk menghanyutkan berbagai bentuk
sampah. Sampah rumah tangga misalnya air bekas cucian dan juga
termasuk juga kotoran manusia, dibuang bersama- sama sampah industry
dengan cara dihanyutkan pada system saluran air.1
Pandangan sanitasi yang berhubungan dengan cara pembuangan
kotoran yang sangat bervariasi, bertitik tolak dari kebersihan masyarakat
dalam hubungannya dengan ekonomi serta penyehatan. Sedangkan ahli
kesehatan menaruh perhatian kepada cara-cara pembuangan kotoran
manusia dan sampah. Perhatian bahkan lebih besar pada infeksius
manusia dan bahwa penyakit berkaitan dengan pembuangan kotoran
manusia dan sampah.1
Penyakit dapat disebarkan lewat pembuangan kotoran manusia
yang kurang baik. Dan umumnya penyakit- penyakit tersebut merupakan
penyakit yang disebabkan oleh air (water borne disease), yang
menyerang saluran cerna. Antara lain disebabkan bakteri dan virus, yaitu
demam tifoid,diare,basiler, disentri dan penyakit parasit dada saluran
cerna. Infeksi cacing gelang (askalis), cacing pita (taenia), cacing gelang
(ringworm) di tularkan secara langsung atau tidak langsung akibat cara
pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan.1
41
c. Pengolahan sampah
Sampah terkait erat dengan kesehatan masyrakat, karena dari
sampah akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri
pathogen), dan binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar
penyakit (vector). Sehingga sampah harus dikelola dengan baik agar
tidak mengganggu atau mengancam kesehatan manusia. Dalam
pengelolaan sampah yaitu meliputi pengumpulan dan pengangkutan
sampah yang menjadi tanggung jawab dari masing- masing rumah tangga
atau instansi yang menghasilkan sampah, maka masyarakat harus
membangun dan mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah dan kemudian dari masing- masing tempat pengumpulan sampah
tersebut harus di angkut ke tempat pengumpulan sampah sementara
(TPS) selanjutnya ke tempat pengumpulan akhir (TPA).1
d. Pengolahan limbah
Air limbah atau buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan
manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lainnya, dibuang
dalam bentuk yang sudah kotor(tercemar) dan pada umunya mengandung
bahan- bahan atau zat- zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia serta mengganggu kesehatan hidup.15
5. Faktor gizi
Diare menyebabkan kurang gizi sehingga memperberat diarenya. Oleh
karena itu, pengobatan dengan makan yang baik merupakan komponen utama
42
penyembuhan diare. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar
meninggal karena diare. Hal ini di sebabkan oleh dehidrasi dan malnutrisi.2
6. Faktor sosial ekonomi
Keadaan social ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap
penyebab diare. Kebanyak anak yang mudah menderita diare bersal dari
keluarga besar dengan daya beli rendah, kondisi rumah buruk, dan tidak
mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.2
7. Faktor penyebaran kuman
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui focal oral antara
lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langusung
dengan tinja penderita.2
8. Faktor makanan/minuman yang di konsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui udara, terutama
air minum yang tidak di masak, sewaktu mandi, dan berkumur. Kontak kuman
pada kotoran dapat lansung di tularkan pada orang lain apabila melekat pada
tangan kemudian di masukkan ke mulut. 2
9. Faktor hygiene pribadi
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
43
anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan
mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare.
C. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tergantung pada host,
agent dan environment. Ketiga faktor tersebut merupakan tritunggal yang selalu
ada tetapi tidak akan selalu menimbulkan penyakit, hal itu tergantung pada
kondisi masing-masing faktor serta proses interaksi antara ketiga faktor tersebut.
Sakit akan terjadi bila dalam lingkungan yang memadai agent berhasil memasuki
tubuh host dan mulai menimbulkan reaksi Keadaan sistem immunitas dari host
dan sangat menentukan apakah respons imun untuk melawan antigen berupa
bakteri berhasil atau tidak.23
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya
antigen adalah dengan proses fagositosis. Host dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang bersifat multi kompleks, dimana faktor-faktor tersebut berkaitan satu dengan
lainnya dan ikut menentukan apakah seseorang itu akan rentan atau tahan
terhadap agent penyakit pada keadaan lingkungan tertentu. 23
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare terbagi atas
enam kelompok besar yaitu faktor infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan
parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia, keracunan
44
oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan,
sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 23
Alergi/intolerance
Imunodefisiensi Kekebalan tubuh
Malnutrisi
Imunisasi
Malarbsorbsi
Pencemaran air bersih
Umur balita
Racun yang dikandung dan di produksi
Perumahan padat
DIARE BALITA
Pemanfaatan air bersih
Prilaku hidup bersih dan sehat
Ketersediaan jamban
Ketersediaan sarana air bersih
keracunan
Makanan dan minuman yang tercemar
kemiskinan
Bahan kimia
Infeksi bakteri,virus dan
45
Bagan 2.1
Mekanisme terjadinya diare 23
D. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, faktor – faktor
yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu
kerangka konsep ini hanya mengambil beberapa faktor saja karena keterbatasan
dalam dalam hal biaya dan juga waktu. Oleh karena itu, kerangka konsep dapat di
uraikan sebagai berikut :
Kerangka konsep Penelitian
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Sarana air bersih
Kejadian Diare Pembuangan tinja
Kebersihan rumah
Kebiasaan cuci tangan
Pengolahan air minum
46
Bagan 2.2 Factor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.
E. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka konsep
yang ditemukan, maka hipotesa yang diuji adalah :
1. Adanya hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita
2. Adanya hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare pada balita
3. Adanya hubungan pembungan tinja dengan kejadian diare pada balita
4. Adanya hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare pada balita
5. Adanya hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita
47
F. Definisi Operasional
No Varibel
Definisi Operasional Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala
1 Kejadian Diare
Keadaan yang dialami oleh anak umur 12 – 59 bulan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek/cair dalam 3 bulan terakhir
Kuesioner Wawancara 0 = Diare 1 = Tidak diare (Yosef wijoyo,2013)
Ordinal
2 Sarana Air Bersih
Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran yang diwakili oleh beberapa isian pada lembar observasi.
kuesioner dan lembar observasi
Wawancara dan observasi
0 = Buruk, jika skor yang didapatkan dari hasil observasi pada masing – masing SAB adalah : PDAM : < 3 atau SPL : < 7 atau SPT : < 6 atau SG : < 8
1 = Baik, jika skor yang didapat dari hasil observasi pada masing –masing SAB adalah : PDAM : ≥3 atau SPL : ≥7 atau
Ordinal
48
SPT : ≥6 atau SG : ≥ 8
(Suhardiman,2007)
3 Pengolahan Air Minum
Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum.
Kuesioner Wawancara 0 = Tidak dimasak 1 = dimasak (Chandra,2007)
Ordinal
4 Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam /
got 2) Septic tank
Kuisioner dan lembar observasi
Wawancara dan Observasi
0 = Tidak sehat apabila pembuangan tinja ke kali/kolam/got
1 = Sehat, apabila menggunakan septic tank dengan memenuhi syarat – syarat jamban sehat.
Ordinal
5 Kebersihan Rumah
Kondisi lingkungan rumah ibu yang mempunyai balita (12-59 bulan ) dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai
semen/kedap air 2) Sampah tidak
berserakan 3) Ada tempat
pembuangan limbah
4) Tidak ada kotoran hewan yang berserakan di sekitar rumah
5) Lantai tidak berdebu
Lembar observasi
Wawancara dan Observasi
0 = Tidak bersih,jika tidak memenuhi kriteria pada DO 1- 6
1= bersih, apabila memenuhi kriteria pada DO 1- 6
Ordinal
49
6) Tidak terdapat air tergenang
5 Kebiasaan Mencuci tangan
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita (12- 59 bulan).
Kuisioner Wawancara 0 = Tidak dilakukan, jika 1 dari 8 tidak dilakukan 1 = Dilakukan, jika semuanya dilakukan
Ordinal
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan “cross sectional study” dimana variable independen dan dependen
diobservasi secara bersamaan. Hasil yang diharapkan yaitu diketahuinya
faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita.19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh yaitu di
Kelurahan Limau Manis Selatan. Penelitian ini di mulai dari bulan Desember
2014 sampai Juni 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti.19 Populasi dalam penelitian ini adalah semua Balita di Kelurahan
Limau Manis Selatan Padang yang berjumlah 729 balita.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh
populasi.19 Sampel penelitian adalah beberapa ibu Balita di Kelurahan
Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh yang terdiri dari 8
RW. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penarikan sampel
dengan Simple Random Sampling. Untuk menentukan banyaknya sampel
peneliti menggunakan rumus besar sampel (size) sebagai berikut:
50
a. Besar sampel
n = 2ቀ1െݖ
2ቁሺ1െሻ2ሺെ1ሻ+2ݖቀ1െ
2ቁሺ1െሻ
Keterangan :
n = jumlah sampel
z = derajat kepercayaan yang diinginkan (95%= 1.96)
p = proporsi kejadian pada populasi (dapat di gunakan p = 0.5)
q = 1 – p
d = presisi mutlak (10%)
N = populasi sampel
n = 2ቀ1െݖ
2ቁሺ1െሻ2ሺെ1ሻ+2ݖቀ1െ
2ቁሺ1െሻ
n = ሺ1.962ሻ0.5ሺ1െ0.5ሻ729
0.12ሺ729െ1ሻ+൫ሺ1.962ሻ0.5ሺ1െ0.5ሻ൯ n =
3.8416×182.25
7.28+0.9604
n = 700.1316
8.2404= 85
51
b. Cara penarikan sampel
Dari perhitungan diatas didapatkan sampel berjumlah 85 Balita.
sedangkan untuk penarikan sampel di masing – masing RW di
Kelurahan Limau Manis Selatan dengan menggunakan proporsional
Simple Random Sampling, sebagai berikut :
Rumus :
n = ݑ ݏ ݐݏ ݑݑݐݎݐݏ ݏݑ × ݏ ݎݏ
RW I = 134
729× 85 = 16
RW II = 176
729× 85 = 21
RW III = 54
729× 85 = 6
RW IV = 87
729× 85 = 10
RW V = 59
729× 85 = 7
RW VI = 56
729× 85 = 6
RW VII = 92
729× 85 = 11
RW VIII = 72
729× 85 = 8
52
Adapun kriteria sebagai responden adalah sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Bersedia menjadi responden
b) Responden kooperatif
2) Kriteria eklusi
a) Setelah dua kali kunjungan keluarga yang memiliki balita tidak
dapat ditemui
Pada saat dilakukan penelitian kriteria inklusi dapat terpenuhi
sedangkan untuk kriteria eklusi ada 3 responden yang sudah dua kali
kunjungan tidak di temukan sehingga peneliti melakukan random ulang
dengan menggunakan tabel random.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi di
lapangan dan wawancara oleh peneliti, dengan melakukan observasi dan
menanyakan pertanyaan yang ada pada kuesioner kepada responden untuk
mendapatkan data sarana air bersih, pengolahan air minum,pembuangan tinja,
kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan
kejadian diare pada Balita.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden.19
Data dikumpulkan dengan hasil wawancara dan menggunakan instrument
(kuisioner) yang di isi oleh peneliti, dengan langkah- langkah sebagai
berikut :
53
a. Penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian
b. Penjelasan mengenai format persetujuan, selanjutnya responden
diminta menandatangani format persetujuan tersebut.
c. Peneliti mewawancarai responden untuk mendapatkan informasi,
peneliti mengisi kuisioner
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari instansi terkait
seperti Dinas Kesehatan Provinsi atau Kota, Puskesmas, Kader Posyandu
dan buku sumber. Data sekunder yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota
Padang berupa data tentang angka kejadian diare di kota Padang,
sedangkan data yang didapat dari Puskesmas Pauh berupa jumlah balita di
wilayah kerja Puskesmas Pauh dan angka kunjungan balita yang menderita
diare ke Puskesmas pauh.
E. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :19
1. Pemeriksaan Data (editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa setiap kuisioner berkaitan dengan
kelengkapan dan kejelasan jawaban dari responden.
2. Pengkodean ( coding)
Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap
pertanyaan dalam kuisioner untuk memudahkan dalam pengolahan data.
a. Kejadian diare
1) Diare diberi kode ( 0 )
2) Tidak diare diberi kode ( 1 )
54
b. Sarana air bersih
1) Buruk, diberi kode ( 0 )
2) Baik diberi kode ( 1 )
c. Sumber air bersih
1) Tidak dimasak, diberi kode ( 0 )
2) Dimasak diberi kode ( 1 )
d. Pembuangan tinja
1) Tidak sehat, diberi kode ( 0 )
2) Sehat, diberi kode ( 1 )
e. Kebersihan rumah
1) Tidak bersih, diberi kode ( 0 )
2) Bersih, diberi kode (1)
f. Kebiasaan mencuci tangan
1) Tidak dilakukan, diberi kode (0)
2) Dilakukan , diberi kode ( 1 )
3. Pemindahan Data (entry)
Memproses data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data dari
kuisioner ke dalam master table.
4. Pembersihan Data (cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukan ke dalam master table atau
di entry ke dalam computer untuk melihat apakah ada kesalahan atau
tidak. Pengecekan data dilakukan dengan cara distribusi frekuensi dari
variable yang ada.
55
5. Pentabulasian Data (tabulating)
Setelah semua data di bersihkan, maka data kemudian ditabulasikan dan
disajikan dalam bentuk variable distribusi frekuensi, data yang telah di
olah kemudian akan dianalisa secara univariat dan bivariat.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis terhadap masing- masing variable.
Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif berupa
distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus (Budiarto, 2002) :
P = ܨ
× 100%
Keterangan :
P = persentase (%) yang di proleh
F = frekuensi dari setiap kategori
N = Nilai Maksimal
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis untuk melihat hubungan antara variable
independen dan variable dependen. Analisis pada penelitian ini
menggunakan uji Chi - Square. Dengan tingkat kepercayaan 95 % (0.05).
Hasil analisis dikatakan bermakna apabila nilai p < g dan dikatakan tidak
bermakna jika p>g, dengan nilai g= 0.05
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum wilayah dan karakteristik responden
1. Gambaran umum wilayah
Kelurahan Limau Manis Selatan merupakan daerah yang terletak di
Kecamatan Pauh Padang, yang terdiri dari 8 buah RW. Kelurahan Limau
Manis Selatan ini berbatasan bagian
Sebelah Utara : Kelurahan Indarung
Sebelah Selatan : Kelurahan Limau Manis
Sebelah Barat : Kelurahan Koto Luar
Sebelah Timur : Kelurahan Indarung
Wilayah limau Manis Selatan memiliki wilayah topografi berbukit –
bukit dan dibatasi oleh sungai, bagian wilayah terbesarnya terdiri dari kebun
dan persawahan, jalan yang ada di Kelurahan Limau Manis Selatan
memiliki jalan utama yang sudah beraspal dengan lebar jalan muat untuk
dua mobil, rumah penduduk dapat dicapai dengan jalan beraspal dan juga
jalan tanah. Dengan keadaan topografi dan jalan yang ada di Kelurahan
Limau Manis Selatan alat transportasi yang digunakan paling banyak
menggunakan kendaraan umum dan ojek motor.
Kelurahan Limau Manis Selatan dengan sebagian wilayahnya yang
terdiri dari perkebunan dan persawahan menyebabkan sebagian besar
penduduknya bermata pencarian sebagai petani, sebagian kecilnya sebagai
PNS dan pegawai swasta. Oleh karena itu, masyarakat di Kelurahan Limau
57
Manis Selatan status perekonomian keluarganya sebagian besar berada pada
garis ekonomi menengah kebawah.
2. Karakteristik responden
a. Umur Ibu Balita
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Umur ibu Balita f % 1 21 – 30 tahun 53 62.4
2 31 – 40 tahun 32 37.6 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (62.4%) ibu Balita
berumur 21 – 30 tahun.
b. Umur Balita
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Umur Balita f % 1 12 – 24 bulan 9 10.5
2 25 – 36 bulan 27 31.4 3 37 – 48 bulan 31 36.5 4 49 – 59 bulan 18 21.2
Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukkan kurang dari separuh (36.5%) Balita
berumur 37 – 48 bulan.
58
c. Jenis Kelamin Balita
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Jenis Kelamin Balita f % 1 Laki - laki 39 45.9
2 Perempuan 46 54.1 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (54.1%) Balita berjenis
kelamin perempuan.
d. Pendidikan Ibu Balita
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Pendidikan ibu Balita f % 1 SD 12 14.1
2 SMP 22 25.9 3 SMA 34 40 4 PT 17 20
Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukkan kurang dari separuh (40%) ibu Balita
berpendidikan SMA.
59
e. Pekerjaan Ibu Balita
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Pekerjaan ibu Balita f % 1 Ibu rumah tangga 45 52.9
2 Wiraswasta 28 32.9 3 PNS 12 14.1
Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (52.9%) ibu Balita
bekerja sebagai ibu rumah tangga
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masing –
masing variabel penelitian yang meliputi angka kejadian diare, sarana air
bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan
kebiasaan mencuci tangan, hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.
a. Kejadian diare pada Balita Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Kejadian diare f % 1 Diare 47 55.3
2 Tidak diare 38 44.7 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (55.3%) ibu Balita
yang mengatakan balitanya mengalami diare dalam 3 bulan terakhir.
60
b. Sarana air bersih yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih yang
Digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
No Sarana air bersih F % 1 Buruk 54 63.5
2 Baik 31 36.5 Jumlah 85 100
Tabel 4.2 menunjukan lebih dari separuh (63.5%) ibu Balita
mempunyai sarana air bersih yang buruk.
c. Pengolahan air minum yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
No Pengolahan air minum F % 1 Tidak dimasak 26 30.6
2 Dimasak 59 69.4 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukan kurang dari separuh (30.6%) ibu Balita
mengolah air minum dengan tidak dimasak.
61
d. Pembuangan tinja yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
No Pembuangan tinja F % 1 Tidak sehat 51 60
2 Sehat 34 40 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (60%) ibu Balita
mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat.
e. Kebersihan rumah pada Ibu yang mempunyai Balita
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah di
Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Kebersihan rumah F % 1 Tidak bersih 50 58.8
2 Bersih 35 41.2 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita
mempunyai rumah tidak bersih.
62
f. Kebiasaan mencuci tangan Ibu yang mempunyai Balita
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci
Tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Kebiasaan mencuci tangan F % 1 Tidak melakukan 52 61.2
2 Melakukan 33 38.8 Jumlah 85 100
Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita tidak
melakukan kebiasaan mencuci tangan.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dapat dilanjutkan setelah diketahui karakteristik
masing-masing variabel yaitu variabel kejadian diare, sarana air bersih,
pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan
mencuci tangan, kemudian dapat diteruskan analisis lebih lanjut. Analisis ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua
variabel yang diteliti, maka dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji
Chi-square dengan batas kemaknaan 0.05 artinya bila p ≥ 0.05 maka
hubungan antara variabel independen dengan dependen tidak bermakna, tapi
bila nilai p < 0.05 maka hubungannya menjadi bermakna.
63
a. Hubungan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih dan
Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
No Sarana air bersih
Kejadian diare Jumlah P value Diare Tidak diare
f % f % f % 0.011 1 Buruk 36 66.7 18 33.3 54 100
2 Baik 11 35.5 20 64.5 31 100 Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100
Tabel diatas menunjukkan dari 54 orang ibu Balita yang mempunyai
sarana air bersih yang buruk terdapat Balita mengalami diare 66.7%,
sedangkan dari 31 orang ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang
baik terdapat Balita yang mengalami diare 35.5%. Berdasarkan uji statistic
didapat p = 0.011 pada g= 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara
sarana air bersih dengan kejadian diare pada Balita.
64
b. Hubungan Pengolahan Air minum dengan kejadian Diare pada Balita
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau
Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
No Pengolahan Air
Minum
Kejadian diare Jumlah P value
Diare Tidak diare
F % F % f %
0.139 1 Tidak memasak 18 69.2 8 30.8 26 100
2 Memasak 29 49.2 30 50.8 59 100
Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100
Tabel diatas menunjukkan dari 26 orang ibu Balita yang tidak
memasak air minum terdapat Balita mengalami diare 69.2%, sedangkan dari
59 orang ibu Balita yang memasak air minum terdapat Balita yang mengalami
diare 49.2%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.139 pada g = 0.05, artinya
tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan
kejadian diare pada Balita.
65
c. Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare pada Balita
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja
dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
Tabel diatas menunjukkan dari 51 orang ibu Balita yang mempunyai
tempat pembuangan tinja yang tidak sehat terdapat Balita mengalami diare
68.6%, sedangkan dari 34 orang ibu Balita yang mempunyai tempat
pembuangan tinja yang sehat Balita yang mengalami diare sebanyak 35.3%.
Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.005 pada g = 0.05, artinya ada
hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare
pada Balita.
No Pembuangan
Tinja
Kejadian diare Jumlah P value
Diare Tidak diare
F % f % f %
0.005 1 Tidak sehat 35 68.6 16 31.4 51 100
2 Sehat 12 35.3 22 64.7 34 100
Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100
66
d. Hubungan kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah
dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh
Tahun 2015
No Kebersihan
rumah
Kejadian diare Jumlah P value
Diare Tidak diare
f % f % f %
0.009
1 Tidak bersih 34 68 16 32 50 100
2 Bersih 13 37.1 22 62.9 35 100
Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100
Tabel diatas menunjukkan dari 50 orang ibu Balita yang mempunyai
rumah tidak bersih terdapat Balita mengalami diare 68%, sedangkan dari 35
orang ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih Balita yang mengalami
diare 37.1%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.009 pada g = 0.05, artinya
ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare
pada Balita.
67
e. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau
Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
Tabel diatas menunjukkan dari 52 orang ibu Balita yang tidak
melakukan kebiasaan mencuci tangan terdapat Balita mengalami diare 67.3%,
sedangkan dari 33 orang ibu Balita melakukan kebiasaan mencuci tangan
hanya Balita yang mengalami diare 36.4%. Berdasarkan uji statistic didapat p
= 0.010 pada g = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
mencuci tangan dengan kejadian diare pada Balita.
C. Pembahasan
1. Kejadian diare pada balita
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan angka kejadian diare pada
Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh
sebanyak 47 Balita (55.3%). Sedangkan yang tidak menderita diare adalah 38
Balita (44.7%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elsa tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan
No Kebiasaan
mencuci tangan
Kejadian diare Jumlah P value
Diare Tidak diare
F % f % F %
0.010 1 Tidak
melakukan
35 67.3 17 32.7 52 100
2 melakukan 12 36.4 21 63.6 33 100
Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100
68
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting tahun 2014”,
yaitu sebanyak 67.4 % dari 95 orang Balita menderita diare.
Selain itu, Penelitian lain yang dilakukan oleh Novi tentang
“Hubungan faktor prilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di
Puskesmas Batujajar Bandung Barat tahun 2008”, juga menunjukan bahwa
lebih dari separuh (56.6%) balita mengalami diare.
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu,
lingkungan, dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya
kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2
tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan
yaitu sarana penyediaan air bersih, kebersihan rumah dan pembuangan tinja,
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi
dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan
mudah dapat terjadi.2
Menurut peneliti tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau
Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh, dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang tidak sehat seperti sarana air bersih, kebersihan rumah dan
pembuangan tinja. Lingkungan rumah yang tidak bersih sangat berpengaruh
pada kejadian diare karena lingkungan yang kotor akan membuat agent
penyakit seperti lalat dapat dengan mudah menyebarkan penyakit terutama
diare. Faktor perilaku yang tidak sehat, seperti kebiasaan mencuci tangan
69
dengan sabun yang jarang dilakukan ketika selesai buang air besar atau
ketika membuang tinja anak dapat menyebabkan penyakit diare.
Dampak atau resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi
dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap hari beserta
elektrolit utama yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya.
Keduanya sangat penting dengan fisiologi normal. Jika kehilangan dua
elektrolit utama ini maka akan menyebabkan bayi dan balita menjadi rewel
atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. 2
Disarankan kepada Petugas kesehatan setempat dalam menanggulangi
kejadian diare dapat dengan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai tatalaksana diare pada anak yang direkomendasikan oleh
Kementrian Kesehatan. Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE
(Lima Langkah Tuntaskan diare) yang ditujukan bagi penderita diare yang
bertujuan utuk mencegah dan mengobati dehidrasi, mencegah gangguan
nutrisi dengan memberikan makanan selama dan sesudah diare serta
memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.
2. Hubungan Sarana Air Bersih dengan kejadian Diare
Hasil penelitian menunjukan hipotesis nol (Ho) ditolak artinya ada
hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare.
Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang mempunyai sarana
air bersih yang buruk (66.7%) lebih banyak anaknya yang menderita diare
70
dibandingkan ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang baik
(35.5%).
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fauziah tentang
“Hubungan faktor individu dan karakteristik sarana sanitasi air bersih dengan
kejadian diare pada Balita di Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang kota
Bekasi tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara sarana air bersih dengan
kejadian diare pada Balita.
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada
Balita di Wilayah Puskesmas Nogosari kabupaten Boyolali tahun 2009”,
ditemukan ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan
kejadian diare pada balita.
Sarana sanitasi air bersih merupakan bangunan beserta peralatan dan
perlengkapannya yang menyediakan dan mendistribusikan air tersebut
kepada masyarakat. Sarana air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan,
agar tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang
baik sesuai dengan standar kesehatan. Sarana sanitasi air bersih meliputi
sarana yang digunakan, persyaratan konstruksi, dan jarak minimal dengan
sumber pencemar.30
Sarana air bersih mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa
penyakit menular. Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara
langsung di antara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit
bawaan air. Penyakit – penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba
71
penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.25
Sumber air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke
dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. 3
Di samping kebutuhan air yang sangat penting digunakan bagi
masyarakat, Achmadi (2008), menyatakan bahwa air merupakan media
transmisi yang sangat baik bagi mikroorganisme. Air sebagai komponen
lingkungan dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi kalau
didalamnya terdapat agen penyakit. Terutama dalam penularan penyakit
diare, air sangat berperan penting.30 Menurut Depkes (2000), air dapat masuk
melalui mekanisme Water borne disease yaitu penyakit yang ditularkan
langsung melalui air yang mengandung kuman patogen.18
Menurut Simatupang (2004), memperbaiki sumber air (kualitas dan
kuantitas) dan keberhasilan perorangan akan mengurangi kemungkinan
tertular dengan bakteri patogen tersebut. masyarakat yang terjangkau oleh
penyediaan air yang bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil
dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.31
Sarana air bersih yang di ukur dalam penelitian berupa sumber air
bersih dan kondisi sarana air bersih. Berdasarkan sumber air bersih, 47 ibu
Balita menggunakan PDAM dan 38 ibu Balita menggunakan sumur pompa
listrik. Berdasarkan kondisi sarana air bersih yang di gunakan ibu Balita,
72
63.5% menggunakan sarana air bersih yang buruk dan 36.5% menggunakan
sarana air bersih yang baik. Kemudian dilihat dari masing – masing kondisi
sarana air bersih yang digunakan ibu, 55.3% ibu Balita menggunakan PDAM
dengan kondisi yang buruk, sedangkan 73.7% ibu Balita menggunakan
sumur pompa listrik dengan kondisi buruk.
Berdasarkan hasil observasi ke lapangan, sarana air bersih PDAM
yang buruk bisa disebabkan karena masih banyak ibu Balita yang
mempunyai pipa saluran air yang bocor, tempat penampungan dan kran air
yang tidak bersih dan terawat. Sedangkan untuk sumur pompa listrik, masih
banyak ibu Balita yang mempunyai kualitas air bersih yang tidak jernih,
berbau dan berwarna. Selain itu, juga terdapat sumber pencemaran yang
jaraknya dekat dengan sumur, tempat penyimpana air yang tidak bersih dan
terawat dan terdapat lubang sumur yang tidak tertutup dan terlindung dari
sumber pencemaran.
Sedangkan sarana air bersih ini digunakan oleh ibu Balita untuk
aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci peralatan makan dan minum dan
juga untuk mencuci pakaian. Apabila sarana air bersih yang digunakan ibu
balita telah terkontaminasi oleh bakteri patogen seperti E.Coli maka
peralatan makan dan minum berisiko untuk terkontaminasi, terlebih jika ibu
mencucinya kurang baik. Akibatnya terjadi rantai penularan penyakit diare.
Menurut Puspitasari (2012), jenis sarana air bersih sangat berpengaruh
terhadap kebersihan peralatan makan dan minum yang digunakan. Sarana air
73
bersih yang kurang saniter maka kualitas air bersihnya menjadi tidak
terjamin bebas bakteriologis. 30
Menurut Depkes RI (2008), setiap sarana sanitasi air bersih memiliki
masing-masing persyaratan yang berbeda-beda, tetapi dari setiap persyaratan
yang ada, syarat utama yang harus diperhatikan adalah jarak antara sumber
air bersih dengan tempat pembuangan tinja (septic tank) tidak boleh kurang
dari 10 meter. Hal ini agar sumber air bersih yang digunakan tidak
terkontaminasi oleh kotoran tinja yang mengandung banyak bakteri dan
cacing yang dapat menyebabkan penyakit diare. 30
Hasil penelitian juga didapat sebanyak 33.3% ibu Balita yang
mempunyai sarana air bersih yang buruk tetapi tidak mengalami diare pada
Balita , hal ini dikarenakan walaupun air yang dikonsumsi tidak memenuhi
syarat penyediaan air bersih namun untuk keperluan minum, ibu Balita
terlebih dahulu memasak airnya hingga mendidih dan sebagian ibu Balita
selalu menampung air untuk keperluan minum dan memasak dalam wadah
tertutup sehinga sedikit kemungkinan untuk terkontaminasi dengan bakteri
penyebab kejadian diare.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan 35.5% ibu Balita yang
mempunyai sarana air bersih yang baik tetapi balitanya mengalami diare, hal
ini dikarenakan adanya faktor lain penyebab diare seperti pengolahan air
minum yang tidak dimasak, kebersihan rumah, tempat pembuangan tinja,
kebisaan mencuci tangan dan lain – lain.
74
Sarana sanitasi air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan, agar
tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik
sesuai dengan standar kesehatan. Masyarakat dapat mengurangi risiko
terhadap serangan diare tersebut dengan menggunakan air yang bersih dan
air yang terlindungi dari kontaminasi mulai dari sumber sampai
penyimpanan. Oleh karena itu, disarankan kepada petugas Puskesmas
khususnya Pembina wilayah bekerja sama dengan lintas sektor untuk dapat
meningkatkan pengawasan dalam melakukan inspeksi sanitasi sarana air
bersih dan penyuluhan kepada masyarakat agar memperhatikan sarana air
bersih yang digunakan, agar sarana air bersih terlindungi dari kontaminasi.
3. Hubungan Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita
Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di terima artinya
tidak ada Hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan
kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak
memasak air minum 69.2% anaknya menderita diare, sedangkan ibu Balita
yang memasak air minum 35.5% anaknya menderita diare.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita
tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan
kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan tidak ada hubungan
antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita.
75
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Rosa tentang “Faktor
– faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Puskesmas
Cipayung Kota Depok tahun 2011”, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara pengolahan air minum rumah tangga dengan kejadian
diare pada balita.
Menurut Direktur Jenderal P2PL (2008), Air untuk minum harus
diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup. Air yang tidak
dikelola dengan standar pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT)
dapat menimbulkan penyakit. Salah satu bentuk pengolahan air minum
rumah tangga yang sederhana dan sering digunakan adalah dengan cara
memasak. Memasak merupakan proses mematikan mikroorganisme (virus,
bakteri, spora bakteri, jamur protozoa) penyebab penyakit dengan cara
pemanasan.20
Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses purifikasi air di
rumah. Agar proses purifikasi menjadi lebih efektif, maka air dibiarkan
mendidih antara 5-10 menit. Hal tersebut bertujuan agar semua kuman,
spora, kista, dan telur mati sehingga air bersifat steril. Selain itu, proses
pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan karena dalam proses
pendidihan terjadi penguapan CO2dan pengendapan CaCO3.13
Pengolahan air minum yang di ukur dalam penelitian berupa sumber
air minum dan cara mengolah air minum. Berdasarkan sumber air minum
yang digunakan ibu Balita sebanyak 42.4% menggunakan sumber air minum
PDAM, 27.1% menggunakan sumur pompa listrik dan 30.6% menggunakan
76
sumber air minum isi ulang. Berdasarkan cara ibu Balita mengolah air
minum 69.4% ibu mengolah air minum dengan dimasak dan 30.6% ibu
Balita mengolah air minum dengan tidak dimasak.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum
dengan kejadian diare pada Balita, dapat disebabkan karena sebagian besar
ibu Balita yang tidak mengolah air minumnya dengan cara memasak sampai
mendidih adalah ibu Balita yang mengkonsumsi air minum isi ulang (galon).
Walaupun masyarakat yang menggunakan air isi ulang (galon) tidak
memasak airnya terlebih dahulu, pada depot air minum isi ulang telah
dilakukan proses pengolahan air minum menggunakan sinar ultraviolet dan
filtrasi.
Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada
prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi
dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga
memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari
dalam air, sedangkan disenfeksi dimaksudkan untuk membunuh
mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya. Sehingga
bakteri patogen yang ada pada air minum telah mati sebelum dikonsumsi.26
Walaupun demikian, di lihat dari persentase kejadian diare pada balita
yang menggunakan sumber air dari PDAM, sumur pompa listrik dan air isi
ulang (galon) didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh 62.9% ibu Balita
yang menggunakan air isi ulang (galon) mengalami kejadian diare pada
balitanya.
77
Selain itu, penyimpanan air isi ulang juga dapat berpengaruh pada
keberadaan E.Coli dalam air isi ulang tersebut. Dalam penelitian Ekawati
(2005) menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah E.Coli pada air minum isi
ulang dengan lama penyimpanan. Air minum isi ulang biasanya tidak habis
dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Menurut Hidayati (2010),
semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan
mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan
menyebabkan kadar zat organik meningkat.26
Untuk mengurangi kontaminasi E.Coli pada air minum, cara yang
paling mudah adalah dengan cara memasak air yang digunakan untuk minum
dan dibiarkan mendidih antara 5-10 menit sebelum diberikan kepada balita.
Tujuannya adalah agar semua kuman, spora, kista dan telur telah mati
termauk E.Coli. sehingga air bersifat steril.22
Selain itu, menurut pengamatan peneliti umumnya masyarakat
menggunakan dispenser dalam penyajian air isi ulang. Rahayu (2008),
mengungkapkan penggunaan dispenser memang membuat penyajian air
minum menjadi praktis sesuai dengan kebutuhan penyajian tetapi kebersihan
dispenser umumnya kurang diperhatikan oleh konsumen. Penggunaan
dispenser berulang-ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser
memungkinkan tumbuhnya mikroba. Resiko pencemaran mikroba ini dapat
terjadi baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena
mikroba dapat tumbuh pada suhu dingin / psikrofilik, normal / mesofilik
ataupun panas / termofilik.26
78
Hasil penelitian juga di dapatkan sebanyak 49.2% ibu balita yang
memasak airnya mengalami diare pada anaknya. Hal ini bisa disebabkan
karena ibu yang memasak airnya menyimpan air di wadah yang tidak bersih
atau tidak tertutup dan mudah terkontaminasi, sehingga air minum yang
aman bisa terkontaminasi oleh kuman. Selain itu, bisa juga disebabkan
karena faktor lain penyebab diare seperti pembuangan tinja yang tidak sehat,
kebersihan rumah, tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
dan lain-lain.
Menurut Depkes (2008), pengelolaan air minum yang benar antara
lain; air untuk minum harus diolah terlebih dahulu dan wadah air harus
bersih dan tertutup, jangan mengambil air dengan diciduk, sebaiknya simpan
air minum di wadah yang berleher sempit atau memiliki kran. Selain itu, cara
penanganan air yang telah dimasak, misalnya dengan tidak melakukan
perebusan air minum dengan sistem tambah. Sistem tambah artinya ketika air
minum yang telah dimasak lagi secara bersamaan.32
Kemudian disarankan kepada perawat Puskesmas khususnya Pembina
wilayah, bekerja sama dengan lintas sektor misalnya antara Dinas Kesehatan,
atau pelayanan kesehatan lainnya, laboratorium, dan masyarakat agar air
minum yang dikonsumsi bebas kontaminasi E.Coli sehingga dapat memenuhi
syarat kesehatan.
79
4. Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare aada Balita
Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) ditolak artinya ada
hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare.
Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak mempunyai
tempat pembuangan tinja yang tidak sehat 68.6% mengalami diare pada
balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai tempat
pembuangan tinja yang sehat 35.3% balitanya mengalami diare.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita
tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan
kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan
Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara
penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita.
Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Bumolo (2012), pada
“Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo tahun
2012” yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
penggunaan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan P-
value sebesar 0,000.
Selain sarana air bersih, jenis tempat pembuangan tinja juga
merupakan sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Jenis
tempat pembuangan tinja yang tidak saniter akan memperpendek rantai
penularan penyakit diare.2
80
Wibowo (2009), juga menjelaskan bahwa tempat pembuangan tinja
yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya
diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga
yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi.30
Pada penelitian ini jenis tempat pembuangan tinja dibedakan menjadi
jenis jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Lebih dari separuh (60%)
ibu Balita mempunyai jamban tidak sehat sedangkan 40% ibu mempunyai
jamban yang sehat. Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa tangki
septic tank atau jamban cemplung dan rumah yang tidak memiliki jamban,
sehingga bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis tempat
pembuangan tinja tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang
tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban
sehat yaitu jamban yang memiliki tangki septic atau lebih dikenal dengan
jamban leher angsa.
Menurut Entjang (2000), jamban leher angsa (angsa latrine)
merupakan jenis jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Jamban ini
berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air, yang berfungsi sebagai
sumbatan sehingga bau dari jamban tidak tercium dan mencegah masuknya
lalat kedalam lubang. Jamban leher angsa menurut Sukarni (2002), memiliki
keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat dibuat didalam
rumah karena tidak menimbulkan bau.27
81
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lansung dengan ibu Balita
diketahui masih ada sebagian kecil ibu Balita (20%) yang belum memiliki
jamban pribadi, apabila mereka buang air besar mereka menumpang di
jamban tetangga, buang air besar di sungai dekat rumah atau buang air besar
di jamban cemplung yang ada di kebun dekat rumah dan 29.4% ibu Balita
membuang limbah tinja lansung ke kali/kolam/got.
Dilihat dari kondisi jamban yang digunakan ibu Balita sebanyak
34.1% jamban mengotori air permukaan, 27.1 % jamban berbau dan 50.6%
jamban dengan septic tenk memiliki jarak yang dekat dengan sumur sehingga
dapat mengotori air dalam tanah di sekitarnya.
Menurut Notoatmodjo (2012), syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di
sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,tidak mengotori air
dalam tanah di sekitarnya,dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat
dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit
lainnya.1
Bila dilihat dari perilaku ibu Balita, masih ada sebagian ibu Balita
yang tidak membuang tinja balita dengan benar (kotoran dibuang ke jamban).
Kebanyakan dari mereka membuang tinja balitanya ke kebun dan tempat
sampah. Hal ini dikarenakan tinja Balita dibuang bersamaan dengan pampers
yang dipakai, tapi ada sebagian ibu balita yang membuang kotoran balitanya
ke jamban, lalu mencuci pampersnya, baru kemudian dibuang. Mereka juga
beranggapan bahwa tinja balita tidak berbahaya, hal ini disebabkan karena
82
sebagian ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka kurang mengerti
akibat dari membuang tinja sembarangan. Padahal menurut Depkes (2000),
tinja balita juga berbahaya karena mengandung virus atau bakteri dalam
jumlah besar. Tinja balita juga dapat menularkan penyakit pada balita itu
sendiri dan juga pada orang tuanya.27
Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat di gunakan oleh lalat
untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan
penyakit melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan
telurnya pada kotoran manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap
dikotoran manusia dan hinggap pada makanan manusia.29
Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat misalnya di
halaman belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit-
penyakit seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang
banyak mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan
mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai cara
pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu, setiap
bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus dilengkapi dengan
kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam bangunan ataupun di luar
bangunan pada jarak yang cukup dekat agar mudah di capai.14
Masih banyaknya masyarakat di Kelurahan Limau Manis Selatan yang
tidak memiliki jamban yang sehat, disarankan kepada perawat puskesmas
bekerja sama dengan lintas sector untuk dapat memberikan pendidikan
83
kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan lingkungan khususnya
penyuluhan tentang jamban sehat.
5. Hubungan Kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita
Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di tolak artinya
ditolak ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan
kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak
mempunyai rumah tidak bersih 68% mengalami diare pada balitanya,
dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih 37.1%
balitanya mengalami diare.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ihwanina tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di
RW VII Pasa Lalang Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas
Belimbing tahun 2011”, ditemukan ada hubungan yang bermakna antara
kebersihan rumah dengan kejadian diare pada Balita.
Hasil penelitian ini juga dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada
balita di Wilayah Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009”,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan dengan
kejadian diare pada balita dengan P-value sebesar 0,036.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama
dengan faktor prilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan
menentukan baik buruknya status kesehatan masyarakat.24
84
Keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap
kejadian diare. Menurut Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat jenis
lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
hujan. Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, kayu, dan tanah yang
disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat
menimbulkan sarang penyakit. Lantai dari tanah tidak dapat digunakan lagi,
sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan
atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan
yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso).1
Menurut analisa peneliti, 90.6% ibu Balita memiliki rumah berlantai
semen, 55.3% lantai rumah berdebu, 52.9% terdapat kotoran hewan
berserakan di sekitar lingkungan rumah, 42.4% terdapat air tergenang di
sekitar rumah,45.9 tidak terdapat tempat pembuangan limbah dan 56.5%
terdapat sampah berserakan di dalam dan di luar rumah.
Lantai tidak kedap air, lingkungan halaman rumah yang terdapat
sampah berserakan, kotoran hewan dan air yang tergenang akan
menyebabkan ruangan kotor dan menjadi sarang mikroorganisme serta
mudah menyerap air yang mungkin air tersebut juga mengandung
mikroorganisme.1 Aktivitas balita yang bermain dilantai rumah dan di
lingkungan halaman rumah dapat menyebabkan kontak antara lantai rumah
yang tidak kedap air, halaman yang berserakan sampah dan air yang
tergenang dengan tubuh balita. Keadaan memunculkan berbagai kuman
penyakit yang menempel pada tubuh balita.
85
Menurut potter & perry salah satu cara untuk menciptakan lingkungan
yang aman adalah dengan pengontrolan penyebaran penyakit melalui
pembuangan sampah manusia yang adekuat ke dalam tempat yang tepat,
serta perbaikan pembuangan air dan drainase. Pengontrolan terhadap
serangga dan hewat pengerat perlu dilakukan untuk mengurangi penyebaran
penyakit.28
Kebersihan rumah mempengaruhi kejadian diare. Dengan lingkungan
rumah yang bersih akan dapat mencegah kejadian diare pada balita,
sebaliknya lingkungan rumah yang kotor akan mengakibatkan meningkatnya
kejadian diare pada Balita. Hal ini disebabkan karena sebagian besar aktivitas
bermain balita di lantai dan lingkungan rumah.
Masih banyaknya ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan yang
mempunyai rumah yang tidak bersih, diharapkan kepada perawat Puskesmas
khususnya Pembina wilayah untuk dapat menberikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya menjaga kebersihan rumah.
6. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada
Balita
Hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada
kecendrungan ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan
67.3% mengalami diare pada balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang
melakukan kebiasaan mencuci tangan 36.4% balitanya mengalami diare.
86
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita
tentang hubungan sarana sanitasi air bersih dan prilaku ibu terhadap kejadian
diare pada balita wilayah kerja Puskesmas Keranggan Setu Kota Tangerang
Selatan tahun 2013, dimana ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan
dengan kejadian diare pada balita.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anup (2012), di
Wilayah Nawalparasi (Nepal) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum/sesudah
melakukan kegiatan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai P-value
yang didapat sebesar 0,002.
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan
mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. Namun
kurangnya kesadaran akan kebersihan pada setiap orang menyebabkan kasus
diare meluas. Budaya cuci tangan dengan sabun sebelum atau sesudah
melakukan kegiatan merupakan sarana penghindar penyakit diare.2
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 57.6% ibu Balita tidak
melakukan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang
mengalir setiap sebelum menyuapi Balita, 45.9% ibu Balita tidak melakukan
kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir setiap
selesai menyuapi Balita, 35.3% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan
87
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah BAB, 47.1% ibu
Balita tidak mencuci tangan Balita dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan setelah Balita makan sendiri ,51.8% ibu Balita tidak melakukan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah membuang/membersihkan
BAB Balita, 60% ibu balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan
balita pakai sabun dan air mengalir setelah Balita selesai bermain di lantai
rumah dan 61.2% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci mainan
Balita yang di gunakan Balita bermain.
Balita berada pada masa pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya.
Perilaku yang sering dilakukan oleh Balita yaitu berusaha memegang benda
apa saja yang ada disekelilingnya dan memasukkan ke dalam mulut. Ketika
kondisi tangan dari balita maupun benda yang dipegang tidak steril
memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri E.coli.30
Tangan yang mengandung kuman penyakit jika tidak dibersihkan
dengan benar dapat menjadi media masuknya kuman penyakit ke dalam
tubuh manusia, baik melalui kontak langsung dengan mulut ataupun kontak
dengan makanan dan minuman.32 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini.
Kebiasaan mencuci tangan sudah banyak diterapkan oleh ibu Balita. Mereka
juga mengaku membiasakan anak mereka untuk mencuci tangan sebelum
makan. Namun, banyak dari ibu Balita yang jarang mencuci tangan dan
hanya mengelap tangan mereka ke pakaian mereka atau lap jika dirasa kotor
dan adapun mereka mencuci tangan tetapi jarang yang menggunakan sabun
dan air yang mengalir. Karena mereka merasa jika sudah mencuci atau
88
membilas tangan menggunakan air dirasa sudah bersih. Hal ini disebabkan
karena sebagian dari ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka
kurang mengerti kegunaan mencuci tangan pakai sabun dan dampaknya jika
tidak melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar.
Salah satu pencegahan diare yang dibuat pemerintah salah satunya
adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dimana didalamnya terdapat
perilaku mencuci tangan menggunakan sabun. Upaya mudah dan murah ini
akan menghindarkan manusia dari sejumlah penyakit menular yang dapat
secara langsung terpapar pada tubuh manusia, seperti diare, kolera, tifus,
hingga flu burung.29
Kebiasaan cuci tangan pada Balita merupakan prilaku yang penting
untuk mencegah terjadinya diare karena tangan yang tidak bersih merupakan
media yang dapat menularkan kuman penyebab diare pada Balita. Untuk itu,
diharapkan kepada perawat Puskesmas untuk dapat memberikan pendidikan
kesehatan kepada ibu Balita tentang Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
terutama tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan diharapkan
kepada ibu balita untuk selalu mengajarkan kebiasaan mencuci tangan yang
baik kepada anaknya seperti mencuci tangan pakai sabun setelah bermain,
setelah memegang benda/mainan, sebelum dan setelah makan, setelah BAB
dan setelah memegang binatang.
86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah
Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Lebih dari separuh (55.3%) Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh menderita diare.
2. Lebih dari separuh 63.5% ibu Balita mempunyai sarana air bersih yang
buruk.
3. Sebagian kecil 30.6% ibu Balita tidak memasak airnya sampai mendidih
sebelum dikonsumsi di Kelurahan Limau Manis Selatan.
4. Lebih dari separuh (60%) ibu Balita mempunyai tempat pembuangan tinja
yang tidak sehat di Kelurahan Limau Manis Selatan.
5. Lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita mempunyai rumah yang tidak bersih
di Kelurahan Limau Manis Selatan.
6. Lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan
mencuci tangan menggunakan sabun di Kelurahan Limau Manis Selatan.
7. Ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare
pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas
Pauh Padang dengan p- value 0.011.
87
8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang dengan p- value 0.139.
9. Ada hubungan yang bermakna antara tempat pembuangan tinja dengan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.005.
10. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian
diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.009.
11. Adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan
kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.010.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran kepada :
1. Puskesmas Pauh
Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, disarankan kepada perawat Puskesmas
melalui Pimpinan Puskesmas untuk dapat meningkatkan program
pencegahan penyakit diare, dapat berupa meningkatkan kualitas sarana air
bersih berserta lingkungan sekitarnya, menjaga kebersihan rumah dan
menggunakan jamban sehat. Bekerja sama dengan lintas sektoral untuk
melakukan inspeksi resiko sarana air bersih secara terus menerus. Jika
88
dalam inspeksi terlihat adanya resiko sarana air bersih yang cukup tinggi
langsung dilakukan perbaikan terhadap sarana air bersih tersebut. Yakni
menjaga kebersihan sumur dengan memperbaiki kontruksi dan menjaga
kebersihan bangunan sumur, pipa penyaluran dan tempat penyimpanan air
bersih.
Masih banyak masyarakat yang menggunakan sumur dengan
kualitas yang belum memenuhi syarat kesehatan sebagai sarana air bersih
di harapkan kepada perawat Puskesmas untuk melakukan kegiatan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai perbaikan kualitas air dengan
menggunakan sistem saringan air sederhana seperti saringan pasir lambat
dan saringan pasir sederhana atau bisa juga dengan pembubuhan kaporit.
Selain itu, disarankan kepada perawat puskesmas untuk dapat
meningkatkan kegiatan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan
bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah
maupun swasta (perusahaan sabun) sebagai upaya untuk meningkatkan
dan membudayakan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di kalangan
masyarakat.
2. Bagi Keluarga
Di harapkan keluarga dapat meningkatkan upaya pencegahan diare
yang efektif kepada Balita terutama dalam menjaga kebersihan air yang
dikonsumsi dan digunakan sehari-hari, menjaga kebersihan rumah,
menggunakan jamban sehat, dan melakukan kebiasaan mencuci tangan
89
dengan sabun. Selain itu keluarga juga dapat melakukan pengolahan air
minum dengan benar, yaitu air dimasak sampai mendidih 100°C dan
dibiarkan dalam keadaan mendidih selama 1- 2 menit.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah
variabel-variabel lingkungan dan faktor – faktor penyebab diare lainnya
yang diduga berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang tidak
diteliti pada penelitian ini. Selain itu, diharapkan kepada peneliti
selanjutnya untuk lebih menspesifikan lagi variabel tentang pengolahan air
minum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
2. Wijoyo,Yosef.2013. Diare Pahami Penyakit Dan Obatnya. Yogyakarta : Citra Aji Prama
3. Wulandari,Anjar Puriwidiana.2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009.http//www.google.com [diakses tanggal 29 Desember 2014].
4. Kementrian Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset kesehatan Dasar. [diakses tanggal 01 Januari 2015].http://www.depkes.go.id/HasilRiskesdas2013.pdf
5. Dinas Kesehatan Kota Padang.2013. Laporan Tahunan. [diakses tanggal 05 januari 2015]. https://dinkeskotapadang/2014/09/laptahunan2013dkkoce.pdf
6. Kementrian Kesehatan RI. 2011.Situasi Diare di Indonesia.[diakses tanggal 02 Januari 2015].http://www.google.com/depkes.go.buletin-diare.dGc
7. Sofwan,Rudianto.2010.diare pada anak.Jakarta:Bhuana Ilmu Populer
8. Kemenkes RI.2010. Profil Kesehatan Indonesia.2010. Jakarta: Ditjen PP-PL
9. Suharyono. 2008.Diare Akut.Jakarta: Rineka Cipta
10. Ngastiyah.2007.Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
11. Suriadi.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:Penerbit Swadaya
12. Subagyo B dan Nurtjahjo BS. 2010. Diare Akut. Jakarta :UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI
13. Chandra,Budiman.2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta: EGC
14. Gunawan,Rudi.2012.Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta : kanisius
15. Kasjono,Heru Subaris.2011.Penyehatan pemukiman. Jakarta :Goshen Publishing
16. Hardi, Amin Rahman,2012. Factor – Factor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah Tahun 2012 http://repository.unhas.ac.id
17. UNICEF Indonesia.2012. Air Bersih,Sanitasi dan kebersihan.[diakses tanggal 05 Januari 2015]. http://www.unicef.org/indonesia/Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.pdf
18. Firdaus, Ade Rahmat,dkk.2012.Kualitas Bakteriologi Air Minum,Perilaku Sanitasi Ibu dan Sarana Sanitasi Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kec.Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2012.Jurnal Teknologi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
19. Notoatmodjo,Soekidjo. 2010.Metodeologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Reneka Cipta.
20. Dinas Kesehatan RI.2008.Monitoring Dan Evaluasi PAMRT (Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga).Dirjen PPM Dan PLP Depkes RI:Jakarta
21. Kementrian Kesehatan RI.2010.Peraturan Mentri Kesehatan No 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
22. Suhardiman.2007.Hubungan Sanitasi Air Dan Eschericia Choli Dalam Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kota Tangerang Tahun 2007.Tesis.Universitas Indonesia
23. Sinthamurniwaty.2006.Faktor – Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita Tahun 2006. Tesis.Universitas Diponegoro Semarang
24. Effendi,Ferry dan Makhfudli.2009.Keperwatan Kesehatan Komunitas.Jakarta:Salemba Medika
25. Slamet,Juli Soemirat.2004.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press
26. Sandra, Christyana. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Kebiasaan Konsumen Air Minum Isi Ulang dengan Penyakit Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 3, No.2
27. Entjang, I. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Ke XIII. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
28. Potter dan Perry.2006.Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta:EGC
29. Nugraheni, Devi. 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1, No. 2, Tahun 2012: 922-933. Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm
30. Marjuki, Adikuri Dini. 2008. Hubungan Kualitas Sumber Air Bersih (Inspeksi Sanitasi) Serta Faktor Risiko Lain Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun 2008. Skripsi. Universitas Indonesia
31. Intiyati,Ani,dkk.2009.Hubungan Kualitas Sanitasi Dasar dan perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Dusun Mijen Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009.Jurnal keperawatan.Vol VII No 4
32. Cita,Roya Selaras,2013,Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih Dan Perilaku Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.Skripsi.Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
KISI – KISI KUISIONER
Tujuan Variabel Sub Variabel Jumlah Item No Item Untuk mengetahui kejadian diare pada balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Untuk mengetahui sarana air bersih yang digunakan ibu balita Untuk mengetahui cara pengolahan air minum Untuk mengetahui kemana ibu membuang limbah tinja Untuk mengetahui kebersihan rumah ibu yang mempunyai ank balita di
Kejadian Diare Sarana air bersih Pengolahan air minum Pembuangan tinja Kebersihan rumah
Adanya balita (12-59 bulan) mengalami diare 3 bulan terakhir, BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek di Kelurahan Limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015 Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum. Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam / got 2) Septic tank Keadaan lingkungan rumah ibu yang mempunyai balita dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai semen/kedap
1
2
2
3
1
1
2, 3
4 , 5
6, 7 ,8
9
Kelurahan Pauh Untuk mengetahui kebiasaan mencuci tangan ibu dan balita
Kebiasaan mencuci tangan
air 2) Sampah tidak
berserakan 3) Ada tempat
pembuangan limbah 4) Tidak ada kotoran
hewan yang berserakan di sekitar rumah
5) Lantai tidak berdebu
6) Tidak terdapat air tergenang
Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita
8
10, 11, 12,
13, 14,15,16,17
KUESIONER PENELITIAN Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015
I. Identitas Responden Inisial ibu :
Umur ibu : tahun
Umur balita : bulan
Jenis kelamin balita : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan ibu : 1. SD 4. PT
2. SLTP 5. Tidak sekolah
3. SLTA 6. Lain,sebutkan…
Pekerjaan ibu : 1. IRT 4. Pegawai swasta
2. PNS 5. Tani
3. wiraswasta 6. Lain. Sebutkan….
Alamat :
Jumlah anggota keluarga :
( Semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan KK, termasuk mertua suami atau istri).
II. Kejadian diare pada balita Isilah dengan benar!
1. Apakah anak ibu pernah BAB lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi
lembek/ cair dalam 3 bulan terakhir ?
a. Diare ( 0 )
b. Tidak diare ( 1 )
No Responden :
III. Sanitasi Air Bersih
2. Dari mana keluarga memperoleh air bersih untuk mencuci,mandi dan masak?
1. PDAM 4. Sumur gali
2. Sumur pompa listrik 5. sungai
3. Pompa tangan 6. Lain-lain, sebutkan
3 Observasi sarana air bersih
a. Observasi sarana air bersih PDAM
No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan
Skor
Ya Tidak
1 Kualitas fisik air
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
1
2 Pipa distribusi Tidak ada kebocoran pipa 1 3 Kran air Bersih dan terawatt 1 Jumlah
b. Observasi sarana air bersih sumur pompa listrik
No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan
Skor
Ya Tidak
1 Kualitas fisik air
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
1
2 Lubang sumur Tertutup dan terlindung dari pencemaran
2
3 Pipa distribusi Tidak ada kebocoran pipa 1 4 Kran air Bersih dan terawatt 1 5 Jarak sumur
dengan sumber pencemaran
≥ 10 m 2
Jumlah
c. Observasi sarana air bersih sumur pompa tangan
No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan Skor Ya Tidak
1 Kualitas fisik air Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
1
2 Dudukan pompa tangan
Ada dan kedap air 1
3 Lantai sumur Ada 1 4 Ukuran lantai
sumur Radius 1 meter dari susukan pompa
1
5 Kondisi lantai sumur
Kedap air dan tidak retak
2
6 Saluran pembuangan air kotor
Ada dan kondisi baik 1
7 Jarak sumur dengan sumber pencemaran
≥ 10 m 2
Jumlah
d. Observasi sarana air bersih sumur gali
No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan
Skor
Ya Tidak
1 Kualitas fisik air
Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
1
2 Cincin/ bibir sumur
Ada 1
3 Tinggi cincin / bibir sumur
1 meter dari lantai 1
4 Kondisi cicin/bibir sumur
Baik (kedap air) 1
5 Bagian dalam sumur
Diplester 3 m dari permukaan tanah
1
6 Lantai sumur Ada 1
7 Ukuran lantai
sumur Radius 1 meter dari susukan pompa
1
8 Kondisi lantai sumur
Kedap air dan tidak retak 2
9 Saluran pembuangan air kotor
Ada dan kondisi baik 1
10 Jarak sumur dengan sumber pencemaran
≥ 10 m 2
Jumlah
IV. Pengolahan air minum
4. Darimana sumber air yang digunkan untuk air minum?
1. PDAM 4. Pompa tangan
2. Sumur gali 5. Air isi ulang
3. Sumur pompa listrik 6. Air kemasan
5 Bagaimana cara ibu mengolah air untuk diminum?
0. Tidak dimasak
1. dimasak
V. Pembuangan tinja
6. Apakah keluarga mempunyai jamban atau WC ?
0. Tidak
1. Ada
7. Dimana ibu membuang limbah jamban/WC ?
0. langsung ke kali/kolam/got
1. septic tank
8. Observasi keadaan jamban sehat
No Pertanyaan Bobot Jawaban Skor Ya Tidak
1 Jamban tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban ?
1
2 Jamban tidak mengotori air permukaan di sekitarnya?
1
3 Jamban tidak mengotori air tanah di sekitarnya?
1
4 Jamban tertutup sehingga tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya?
1
5 Jamban tidak menimbulkan bau? 1 6 Jamban mudah di gunakan dan di
pelihara? 1
7 Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya
1
8 Jamban di sediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih?
1
Jumlah
VI. Kebersihan rumah
9. Observasi kebersihan rumah
No Pertanyaan Bobot Jawaban Skor Ya Tidak
1 Lantai rumah berasal dari bahan semen/kedap air?
1
2 Lantai rumah tidak berdebu? 1 3 Tidak terdapat kotoran hewan
berserakan di sekitar rumah? 1
4 Tidak terdapat air tergenang di lingkungan rumah?
1
5 Terdapat tempat pembuangan limbah?
1
6 Tidak terdapat sampah berserakan di luar dan di dalam rumah?
1
Jawaban
VII. Mencuci tangan
No Pertanyaan Jawaban Skor Kebiasaan mencuci tangan
10 Apakah setiap sebelum menyuapi balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
11 Apakah setiap selesai menyuapi balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
12 Apakah ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
13 Apakah ibu selalu mencuci tangan 0. Tidak dilakukan
balita dengan sabun dan air mengalir saat balita ingin makan sendiri?
1. Dilakukan
14 Apakah ibu selalu mencuci tangan balita dengan sabun dan air mengalir setelah balita makan sendiri?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
15
Apakah ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah membuang/membersih BAB balita?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
16 Apakah ibu mencuci tangan balita pakai sabun dan air mengalir setelah balita selesai bermain di lantai rumah?
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
17 apakah ibu mencuci mainan balita yang di gunakan balita bermain
0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan
Jumlah
FORMAT PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia menjadi responden
dan dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh Saudari Ria Anjela dengan NIM
123110283 (Mahasiswa Politekknik Kesehatan Padang) dengan judul “ Faktor-
Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan
Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”.
Demikian persetujuan ini saya buat dan tanda tangani dengan suka rela tanpa
paksaan dari pihak manapun.
Padang, April 2015
Responden
( )
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth :
Bapak/Ibu responden :
Di tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Padang Program Studi Keperawatan Semester VI (enam) yang
bermaksud akan melaksanakan penelitian.
Nama : Ria Anjela
Nim : 123110283
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang Berhubungan
Dengan kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja
Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian
bagi Bapak/Ibu sebgai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga
dan di gunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila Bapak/ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu
untuk mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.
Peneliti, April 2015
Ria Anjela
Noior, DM.0r.04l 083.{3/ r1s
ni ndhon kPadi saeak/rbu {iLtrk
ada tu kdba BaFk/rbu hnl
canbarandngbrpdcebhhbB|aeibhg
tukbFrahor yais behuhmsiD denFi keladhn
sbbn wibFh kerja Fsksnas peh Fadms
6:nbdandigbtpfrFduaibuhanlbd]ng
cLi hyl osb 7 r, sdao d wibFh kft
end* 8d,R!b Padtrs $,i Br tux
"*F#*#F#*","_,,N],
2'suEldai:P'6DrefuFobb6bheikER|P6d*qb ;qr ?a,r !6
eneh4 G r tu,r b.ob
Farb Fahor Fns Bsdubunq d.&an &jldbn
sd*n wrhFh kdta Pu'rBn8 P.!h rahun
eds 6d€bi whyai cia
, si: retd 6n nd'@'
PEMERINTAH KOTA PADANGKANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK
PEi|ERINTAH KOTA PADANGDINAS KESEHATAN
Nomr : 31r/r,.'t ?sDmxwrol5 IegI{9i20| l
DM0ze07*4,0r'be.r17A8il
dB&seh.hhbPli4udkkPqfublaFolisi|njd
can&MTigrc 'Pqsfuhi !TebgPqFldt6dlDiPNkmA
le!|db!yasBgltubuigmD4e(ej.dh tim he Bdira Di krtul-u@ Mok s.r@ wibrd &d!
GnbmTi4gkdP4gfuIbufui|Tc*ryf tmdkDiyls l tcfN
Mbyd cj! M6!E ^rr
l6s rriu
r. rid rurtDpoe ei le@skr ou rLrd.
Tdh@]dsmloikakep.daY'[:
wDINAS KESIII,{TAN KOTA PADANG
PUSKESI4{S PAUHKICAMATAN PAUH
xo I ?4' m.HcPrror
,nobolp cai xtrdn! Dbn
(qh Pakos Pali '
dhi9[pdbL@&gehohsF4h.6b3bb&bt$|g|
&F'dF@eghgdo@
1 2 3 4 5 6 7 8
1 3 B 34 55 bln 1 4 2 RW 8 1 1 2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
2 7 A 28 53 bln 1 1 1 RW 8 0 2 5 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 10 M 25 54 bln 2 2 1 RW 8 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
4 15 R 32 44 bln 2 4 3 RW 8 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 0 0 0 0 2 0
5 21 D 37 54 bln 2 3 1 RW 8 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
6 36 E 28 29 bln 2 3 3 RW 8 0 2 3 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
7 54 W 24 20 bln 2 3 1 RW 8 1 1 2 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
8 2 S 27 52 bln 2 2 1 RW 8 0 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
9 172 A 33 27 bln 2 3 3 RW 2 1 2 7 1 5 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 25 M 29 39 bln 2 1 1 RW 2 0 2 5 0 5 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 0
11 16 E 31 43 bln 2 3 3 RW 2 1 2 2 0 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 4 S 24 54 bln 1 4 2 RW 2 1 2 6 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0
13 92 J 29 47 bln 1 2 1 RW 2 0 2 3 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0
14 13 Y 30 41 bln 2 1 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
15 85 Y 35 40 bln 1 3 3 RW 2 1 1 2 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
16 8 T 25 56 bln 2 4 1 RW 2 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
17 106 T 24 29 bln 2 2 1 RW 2 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
18 53 N 31 53 bln 1 2 1 RW 2 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0
19 83 M 24 47 bln 1 3 1 RW 2 1 2 7 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
20 102 F 23 33 bln 2 3 1 RW 2 0 2 4 0 5 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
21 137 R 29 50 bln 1 3 3 RW 2 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
22 69 L 30 47 bln 2 3 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 133 I 34 54 bln 2 4 2 RW 2 0 2 7 1 5 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
24 81 S 26 40 bln 1 4 2 RW 2 1 2 5 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 0 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
25 67 M 28 45 bln 2 2 1 RW 2 0 2 7 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
26 140 R 33 37 bln 1 1 1 RW 2 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
27 66 S 24 45 bln 2 4 3 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
28 18 M 34 43 bln 2 2 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0
29 62 F 26 50 bln 1 3 3 RW 2 1 2 7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
30 47 Y 24 27 bln 2 4 2 RW 6 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 1 0 0 2 0
31 24 Z 30 38 bln 1 1 1 RW 6 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
32 41 Y 23 17 bln 2 2 1 RW 6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 6 0 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
33 12 Y 28 44 bln 1 4 2 RW 6 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
34 44 D 26 27 bln 1 3 3 RW 6 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
35 26 A 27 32 bln 1 4 1 RW 6 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
36 44 Y 31 25 bln 2 3 3 RW 5 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
37 13 T 28 55 bln 2 3 3 RW 5 1 2 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
38 36 R 24 31 bln 1 3 3 RW 5 0 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
39 7 R 32 47 bln 1 2 1 RW 5 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0
40 56 M 24 13 bln 2 2 1 RW 5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
41 55 I 27 42 bln 2 3 1 RW 5 0 2 5 0 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
42 20 E 24 48 bln 2 3 3 RW 5 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
43 12 Y 28 47 bln 1 3 1 RW 7 1 2 6 0 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
44 86 R 26 26 bln 2 3 1 RW 7 0 2 4 0 5 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
45 2 E 25 56 bln 1 3 3 RW 7 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
46 67 R 30 36 bln 2 4 2 RW 7 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0
47 16 Y 26 54 bln 1 4 2 RW 7 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0
48 55 S 32 43 bln 2 1 1 RW 7 0 2 6 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0
49 3 M 29 57 bln 2 2 3 RW 7 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
50 52 T 24 42 bln 1 1 3 RW 7 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
51 10 Y 34 48 bln 1 3 3 RW 7 1 2 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
52 65 S 27 33 bln 1 2 1 RW 7 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 4 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
53 76 A 24 34 bln 1 4 1 RW 7 0 2 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
54 61 S 23 23 bln 2 3 1 RW 4 1 2 6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0
55 17 E 27 46 bln 1 3 3 RW 4 0 2 4 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
56 4 A 32 36 bln 1 2 3 RW 4 1 2 5 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
57 28 E 31 37 bln 1 1 1 RW 4 0 2 3 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
58 6 I 25 50 bln 2 2 3 RW 4 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
59 69 A 37 59 bln 1 3 1 RW 4 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
inisial N Ibu JK balitaNo U ibuNo Res alamat 21
KeDiJB
U balitaskor
kebiasaan mencuci tangan
katsumber
SAB SAM kebersihan rumah
1pddk pkj ibu
2 3 4P AM 5sumber
pembuangan tinja
jamban sehatL JB
MASTER TABEL
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015
skor ketskor ket3 4 5 6 7 86
skor ket
60 79 W 22 23 bln 2 1 3 RW 4 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
61 68 W 27 16 bln 2 4 2 RW 4 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
62 80 I 29 21 bln 1 2 1 RW 4 0 2 6 0 3 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 4 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
63 51 D 35 33 bln 1 3 1 RW 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
64 34 S 34 26 bln 1 1 3 RW 3 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 52 T 23 13 bln 2 2 1 RW 3 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 0
66 45 R 28 35 bln 2 2 1 RW 3 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
67 5 O 32 36 bln 2 1 3 RW 3 1 2 7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
68 16 S 21 30 bln 2 3 1 RW 3 0 2 6 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 0
69 40 Z 35 35 bln 1 2 1 RW 3 0 2 3 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0
70 70 Y 38 43 bln 2 4 2 RW 1 0 1 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
71 78 E 34 44 bln 2 2 1 RW 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
72 47 M 32 26 bln 1 4 2 RW 1 0 1 1 0 5 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 5 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
73 86 E 22 34 bln 1 1 1 RW 1 0 2 5 0 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 38 E 26 28 bln 1 2 1 RW 1 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
75 102 H 30 44 bln 2 4 2 RW 1 1 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
76 34 D 29 32 bln 2 3 1 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
77 31 T 23 41 bln 1 3 1 RW 1 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0
78 110 A 25 24 bln 2 2 1 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
79 33 H 27 48 bln 2 3 3 RW 1 0 2 6 0 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 5 0 1 0 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0
80 43 A 22 32 bln 1 3 3 RW 1 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
81 53 S 26 56 bln 1 3 3 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 1 0 1 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
82 39 E 36 35 bln 1 3 3 RW 1 0 2 7 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
83 32 R 32 28 bln 2 2 1 RW 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
84 8 F 25 48 bln 2 3 1 RW 1 0 2 7 1 3 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 0 0 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1
85 83 E 30 46 bln 2 3 3 RW 1 0 1 2 0 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
HASIL PENGOLAHAN DATA
1. Kejadian diare
kejadian diare
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid diare 47 55.3 55.3 55.3
tidak diare 38 44.7 44.7 100.0
Total 85 100.0 100.0
2. Saranan air bersih
sarana air bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PDAM 47 55.3 55.3 55.3
sumur pompa listrik 38 44.7 44.7 100.0
Total 85 100.0 100.0
keterangan Sarana Air bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid buruk 54 63.5 63.5 63.5
baik 31 36.5 36.5 100.0
Total 85 100.0 100.0
sarana air bersih * keterangan Sarana Air bersih Crosstabulation
keterangan Sarana Air bersih
Total buruk baik
sarana air bersih PDAM Count 26 21 47
% within sarana air bersih 55.3% 44.7% 100.0%
sumur pompa listrik Count 28 10 38
% within sarana air bersih 73.7% 26.3% 100.0%
Total Count 54 31 85
% within sarana air bersih 63.5% 36.5% 100.0%
3. Pengolahan air minum
sarana air minum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PDAM 36 42.4 42.4 42.4
sumur pompa listrik 23 27.1 27.1 69.4
air isi ulang 26 30.6 30.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
pengolahan air minum
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dimasak 26 30.6 30.6 30.6
dimasak 59 69.4 69.4 100.0
Total 85 100.0 100.0
sarana air minum * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
sarana air minum PDAM Count 13 23 36
% within sarana air minum 36.1% 63.9% 100.0%
sumur pompa listrik Count 16 7 23
% within sarana air minum 69.6% 30.4% 100.0%
air isi ulang Count 18 8 26
% within sarana air minum 69.2% 30.8% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within sarana air minum 55.3% 44.7% 100.0%
4. Pembuangan tinja
ketersediaan jamban
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 17 20.0 20.0 20.0
ada 68 80.0 80.0 100.0
Total 85 100.0 100.0
limbah jamban
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid langsung ke kali atau kolam
atau got 25 29.4 29.4 29.4
septic tank 60 70.6 70.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
keterangan jamban sehat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak sehat 51 60.0 60.0 60.0
sehat 34 40.0 40.0 100.0
Total 85 100.0 100.0
5. Kebersihan rumah
keterangan kebersihan rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak bersih 50 58.8 58.8 58.8
bersih 35 41.2 41.2 100.0
Total 85 100.0 100.0
6. Kebiasaan mencuci tangan
keterangan kebiasaan mencuci tangan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 52 61.2 61.2 61.2
dilakukan 33 38.8 38.8 100.0
Total 85 100.0 100.0
7. Hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare
keterangan Sarana Air bersih * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
keterangan Sarana Air bersih buruk Count 36 18 54
% within keterangan Sarana
Air bersih 66.7% 33.3% 100.0%
baik Count 11 20 31
% within keterangan Sarana
Air bersih 35.5% 64.5% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within keterangan Sarana
Air bersih 55.3% 44.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.747a 1 .005
Continuity Correctionb 6.537 1 .011
Likelihood Ratio 7.813 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 7.656 1 .006
N of Valid Casesb 85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.86.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keterangan
Sarana Air bersih (buruk /
baik)
3.636 1.437 9.199
For cohort kejadian diare =
diare 1.879 1.127 3.131
For cohort kejadian diare =
tidak diare .517 .327 .817
N of Valid Cases 85
8. Hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare
pengolahan air minum * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
pengolahan air minum tidak dimasak Count 18 8 26
% within pengolahan air
minum 69.2% 30.8% 100.0%
dimasak Count 29 30 59
% within pengolahan air
minum 49.2% 50.8% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within pengolahan air
minum 55.3% 44.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.943a 1 .086
Continuity Correctionb 2.187 1 .139
Likelihood Ratio 3.009 1 .083
Fisher's Exact Test .102 .069
Linear-by-Linear Association 2.909 1 .088
N of Valid Casesb 85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.62.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengolahan
air minum (tidak dimasak /
dimasak)
2.328 .876 6.182
For cohort kejadian diare =
diare 1.408 .978 2.028
For cohort kejadian diare =
tidak diare .605 .323 1.135
N of Valid Cases 85
9. Hubungan pembuangan tinja dengan kejadian diare
keterangan jamban sehat * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
keterangan jamban sehat tidak sehat Count 35 16 51
% within keterangan jamban
sehat 68.6% 31.4% 100.0%
sehat Count 12 22 34
% within keterangan jamban
sehat 35.3% 64.7% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within keterangan jamban
sehat 55.3% 44.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.169a 1 .002
Continuity Correctionb 7.871 1 .005
Likelihood Ratio 9.282 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear Association 9.062 1 .003
N of Valid Casesb 85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keterangan
jamban sehat (tidak sehat /
sehat)
4.010 1.600 10.053
For cohort kejadian diare =
diare 1.944 1.189 3.179
For cohort kejadian diare =
tidak diare .485 .301 .780
N of Valid Cases 85
10. Hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare
keterangan kebersihan rumah * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
keterangan kebersihan
rumah
tidak bersih Count 34 16 50
% within keterangan
kebersihan rumah 68.0% 32.0% 100.0%
bersih Count 13 22 35
% within keterangan
kebersihan rumah 37.1% 62.9% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within keterangan
kebersihan rumah 55.3% 44.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.930a 1 .005
Continuity Correctionb 6.731 1 .009
Likelihood Ratio 8.014 1 .005
Fisher's Exact Test .008 .005
Linear-by-Linear Association 7.837 1 .005
N of Valid Casesb 85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.65.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keterangan
kebersihan rumah (tidak
bersih / bersih)
3.596 1.451 8.910
For cohort kejadian diare =
diare 1.831 1.143 2.932
For cohort kejadian diare =
tidak diare .509 .316 .821
N of Valid Cases 85
11. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare
keterangan kebiasaan mencuci tangan * kejadian diare Crosstabulation
kejadian diare
Total diare tidak diare
keterangan kebiasaan
mencuci tangan
tidak dilakukan Count 35 17 52
% within keterangan
kebiasaan mencuci tangan 67.3% 32.7% 100.0%
dilakukan Count 12 21 33
% within keterangan
kebiasaan mencuci tangan 36.4% 63.6% 100.0%
Total Count 47 38 85
% within keterangan
kebiasaan mencuci tangan 55.3% 44.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.820a 1 .005
Continuity Correctionb 6.618 1 .010
Likelihood Ratio 7.893 1 .005
Fisher's Exact Test .007 .005
Linear-by-Linear Association 7.728 1 .005
N of Valid Casesb 85
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.75.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for keterangan
kebiasaan mencuci tangan
(tidak dilakukan / dilakukan)
3.603 1.442 9.003
For cohort kejadian diare =
diare 1.851 1.135 3.020
For cohort kejadian diare =
tidak diare .514 .322 .820
N of Valid Cases 85
12. Pertanyaan tentang pembuangan tinja
jamban tidak mengotori permukaan rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 28 32.9 32.9 32.9
ya 57 67.1 67.1 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban tidak mengotori air permukaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 29 34.1 34.1 34.1
ya 56 65.9 65.9 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban tidak mengotori air tanah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 43 50.6 50.6 50.6
ya 42 49.4 49.4 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban tertutup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 18 21.2 21.2 21.2
ya 67 78.8 78.8 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban tidak bau
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 23 27.1 27.1 27.1
ya 62 72.9 72.9 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban mudah di gunakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 19 22.4 22.4 22.4
ya 66 77.6 77.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban mempunyai lantai yg kuat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 20 23.5 23.5 23.5
ya 65 76.5 76.5 100.0
Total 85 100.0 100.0
jamban ada alat pembersih sperti air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 17 20.0 20.0 20.0
ya 68 80.0 80.0 100.0
Total 85 100.0 100.0
13. Pertanyaan tentang kebersihan rumah
lantai rumah dari bahan semen
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 8 9.4 9.4 9.4
ya 77 90.6 90.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
lantai rumah berdebu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 47 55.3 55.3 55.3
ya 38 44.7 44.7 100.0
Total 85 100.0 100.0
kotoran hewan berserakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 45 52.9 52.9 52.9
ya 40 47.1 47.1 100.0
Total 85 100.0 100.0
air tergenang
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 36 42.4 42.4 42.4
ya 49 57.6 57.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
pembuangan limbah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 39 45.9 45.9 45.9
ya 46 54.1 54.1 100.0
Total 85 100.0 100.0
sampah berserakan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 48 56.5 56.5 56.5
ya 37 43.5 43.5 100.0
Total 85 100.0 100.0
14. Pertanyaan kebiasaan mencuci tangan
MCT sebelum menyuapi balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 49 57.6 57.6 57.6
dilakukan 36 42.4 42.4 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCT setelah menyuapi balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 39 45.9 45.9 45.9
dilakukan 46 54.1 54.1 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCT setelah BAB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 30 35.3 35.3 35.3
dilakukan 55 64.7 64.7 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCT saat balita makan sendiri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 40 47.1 47.1 47.1
dilakukan 45 52.9 52.9 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCT setelh balita mkn
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 44 51.8 51.8 51.8
dilakukan 41 48.2 48.2 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCT setelh membersihkn BAB balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 44 51.8 51.8 51.8
dilakukan 41 48.2 48.2 100.0
Total 85 100.0 100.0
MCTsetelh balita main
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 51 60.0 60.0 60.0
dilakukan 34 40.0 40.0 100.0
Total 85 100.0 100.0
MC mainan balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak dilakukan 52 61.2 61.2 61.2
dilakukan 33 38.8 38.8 100.0
Total 85 100.0 100.0
jenis kelamin balita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 39 45.3 45.9 45.9
perempuan 46 53.5 54.1 100.0
Total 85 98.8 100.0
Missing System 1 1.2
Total 86 100.0
pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 12 14.0 14.1 14.1
SMP 22 25.6 25.9 40.0
SMA 34 39.5 40.0 80.0
PT 17 19.8 20.0 100.0
Total 85 98.8 100.0
Missing System 1 1.2
Total 86 100.0
pekerjaan ibu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK BEKERJA 45 52.3 52.9 52.9
PNS 12 14.0 14.1 67.1
WIRASWASTA 28 32.6 32.9 100.0
Total 85 98.8 100.0
Missing System 1 1.2
Total 86 100.0
katumuribu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 21-30 tahun 53 61.6 62.4 62.4
31-40 32 37.2 37.6 100.0
Total 85 98.8 100.0
Missing System 1 1.2
Total 86 100.0
katumurbalita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 12-24 bln 9 10.5 10.6 10.6
25-36 bln 27 31.4 31.8 42.4
37-48 bln 31 36.0 36.5 78.8
49-59 bln 18 20.9 21.2 100.0
Total 85 98.8 100.0
Missing System 1 1.2
Total 86 100.0
NO NO Res NAMA BALITA TGL LAHIR L/P NAMA ORTU ALAMAT/RW POSYANDU
1 3 RAMADAIANSYAH 02-92-2010 L BUTET RW 8 MELATI 5
2 7 ADHAN 14-11-2010 L AYU RW 8 MELATI 5
3 10 PUTRI DIANA 10/12/2010 P MAMAY RW 8 MELATI 5
4 15 DISKA BUNGSU 8/4/2011 P ROSITA/BAKRI RW 8 MELATI 5
5 21 SYIRA NATASYA 23-03-2012 P YENI RW 8 MELATI 5
6 36 JIHAN 13-11-2012 P EKA RW 8 MELATI 5
7 54 AULIA FITRI 20-08-2013 P WIDYA NINGSIH RW 8 MELATI 5
8 2 RAMADANISYA 12/8/2010 P SRISUSWATI RW 8 MELATI 5
9 172 AZAKA 1/7/2013 P ALIS RW 2 PUSTU
10 25 INTAN APRILIA 1/4/2012 P MEGA RW 2 MELATI 4
11 16 CANTIKA ANUGRAH ILLAHI 21-06-2011 P EL/CAN RW 2 MELATI 4
12 4 M.ASYRAF 10/9/2010 L SARI RW 2 MELATI 4
13 92 REIHAN MUHAMMAD 13-5-2011 L JUS RW 2 MELATI 4
14 13 NAIRA FEBRIO ARIANTY 11/2/2011 P YANTI RW 2 MELATI 4
15 85 AKBAR TANJUNG 14-5-2011 L YURNIATI RW 2 MELATI 4
16 8 HILYATUL RAHMAN 29-08-2010 P TITI RAHMADANI RW 2 MELATI 4
17 106 MUTIA PUTRI 11/8/2012 P TIS RW 2 MELATI 4
18 53 IBRAHIM MUFIQ 11/2/2010 L NENENG RW 2 MELATI 4
19 83 M RIDWAN HERMAWAN 23-5-2011 L MARDIAH RW 2 MELATI 4
20 102 NENI PUTRI 15-7-2012 P FATNA RW 2 MELATI 4
21 137 ZAHRAH ALFAHRIA 22-02-2011 L RINA RW 2 PUSTU
22 69 FEBY CINTIA PERMATA S 30-5-2011 P LIA RW 2 MELATI 4
23 133 ANDINI 9/9/2010 P INDAH RW 2 PUSTU
24 81 AZKA PUTRA 27-12-2011 L SUR RW 2 MELATI 4
25 67 RATNA NENGSIH 7/3/2011 P MITAA RW 2 MELATI 4
26 140 LEVRAN ADITYA MAULANA 18-03-2012 L RENDI RW 2 PUSTU
27 66 YELAN FITRI 25-7-2011 P SARI RW 2 MELATI 4
28 18 RISKA OKTAFIA 9/10/2011 P META RW 2 MELATI 4
29 62 AHMAD ZAMZAMI 18-2-2011 L FERA RW 2 MELATI 4
30 47 SELVIA ELVIANDRA 1/6/2013 P YULIA VERA RW 6 MELATI 6
31 24 M.IQBAL 2/6/2012 L ZURNIWATI RW 6 MELATI 6
32 41 TRI 11/1/2013 P YELISMA RW 6 MELATI 6
33 12 FATHIR PUTRA 25-08-2011 L YULIATY RW 6 MELATI 6
34 44 WIRA ALDIASYAH 29-01-2013 L DESNI RW 6 MELATI 6
35 26 M.RAVI MAULANA 24-08-2012 L ARNI RW 6 MELATI 6
36 43 MUNTAZAH 18-11-2013 P SANTY RW 6 MELATI 6
37 13 PASHA ALNAGITA 9/12/2010 P TRISNAWATI RW 5 MELATI 9
38 36 LUCKY PANCA 17-9-2012 L RIYANI RW 5 MELATI 9
39 7 REGI 7/12/2010 L RENI RW 5 MELATI 9
40 56 UTAMI DWI SEPTA 4/1/2014 P MEGA RW 5 MELATI 9
41 55 MIFTHAH KHAIRUNNISA 17-10-2011 P IIN RW 5 MELATI 9
42 20 HANDINI 19-04-2011 P EIVIA SUSANA RW 5 MELATI 9
43 12 YUDIT 25-05-2011 L YULI RW 7 MELATI 2
44 86 RONAYA 17-12-2012 P RITA RW 7 MELATI 2
45 2 ROZI 26-08-2010 L EVA RW 7 MELATI 2
46 67 LIPANA 29-04-2012 P ROSLINA RW 7 MELATI 2
47 16 AL FURQAN 15-10-2010 L YUS RW 7 MELATI 2
48 55 SHEEZY 30-9-2011 P SRI MULYANI RW 7 MELATI 2
49 3 FEBIOLA 26-07-2010 P MAWARSIH RW 7 MELATI 2
50 52 GUFRON 10/8/2011 L TITIK RW 7 MELATI 2
51 10 RAHMAT 19-04-2011 L YUL RW 7 MELATI 2
52 65 RISKI 7/6/2012 L SANTI RW 7 MELATI 2
53 76 ADIFA S 2/5/2012 L RENI RW 7 MELATI 2
54 61 RISKA AMERA ZULFA 20-5-2013 P SESWITA RW 4 MELATI 3
55 17 FAUZAN 22-6-2011 L EVA RW 4 MELATI 3
56 4 STEVEN 29-4-2012 L ANA RW 4 MELATI 3
57 28 M DAFI 29-5-2012 L ERNI RW 4 MELATI 3
58 6 AZKIA 2/10/2011 P ITA RW 4 MELATI 3
59 69 AHMAD LUTFI 15-05-2010 L ASNIMAR RW 4 MELATI 3
60 79 AINI NURAINI 24-5-2013 P WATTI RW 4 MELATI 3
61 68 PUTRI RIANTIKA 12/4/2013 P WIWIT RW 4 MELATI 3
62 80 ZUL HAMDI 29-7-2013 L IRMA RW 4 MELATI 3
63 51 AHMAD F 13-7-2012 L DESI RW 4 MELATI 3
64 34 DAFA 23-2-2013 L SARAH RW 3 MELATI 7
65 52 SINTA 21-3-2014 P TITIN RW 3 MELATI 7
66 45 IRMAWATI 23-5-2012 P RAMA RW 3 MELATI 7
67 5 KHUSAMAH 4/12/2012 P ONA RW 3 MELATI 7
68 16 NAZWA 17-10-2012 P SUARNI RW 3 MELATI 7
69 40 CHARLI PUTRA 6/2/2013 L ZAL RW 3 MELATI 7
70 70 KARISA OLIVIA 7/5/2011 P DESI RW 1 MELATI 10
71 78 FIRA 21-8-2011 P ERMA RW 1 MELATI 10
72 47 NEVAN 2/4/2013 L MEL RW 1 PUSKESKEL
73 86 MARCEL 6/3/2012 L EVA RW 1 MELATI 10
74 38 M ROHID 12/4/2012 L EL RW 1 PUSKESKEL
75 102 SUCI 28-8-2011 P HAIRUL RW 1 MELATI 10
76 34 AMERA 8/2/2012 P DESI RW 1 PUSKESKEL
77 31 DAFA 7/9/2011 L TATI RW 1 PUSKESKEL
78 110 ALESIA 4/5/2013 P ANA YUHESNA RW 1 MELATI 10
79 33 ENJEL 27-04-2011 P HIDAYATI RW 1 PUSKESKEL
80 43 HAFIZ 8/10/2012 L AFRIYENI RW 1 PUSKESKEL
81 53 DIDO 8/9/2010 L SANTY RW 1 PUSKESKEL
82 39 FAIS 13-5-2012 L ERA RW 1 PUSKESKEL
83 32 ALYA 12/3/2012 P RILA RW 1 PUSKESKEL
84 8 AISYAH 16-4-2011 P FITRI RW 1 PUSKESKEL
85 83 ALANI 6/8/2011 P ELVI NORA RW 1 MELATI 10
HASIL DOKUMENTASI
1. Sarana Air Bersih
2. Pembuangan tinja
3. Kebersihan rumah
Lampiran A
2014Des
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyerahan Topik/Judul Penelitian
Seleksi Judul dan Penentuan Pembimbing
Konsultasi Proposal KTI
Pengumpulan Proposal KTI
Sidang Proposal
Revisi Proposal
Izin Penelitian
Pengumpulan Data
Pembuatan Laporan Hasil
Bimbingan Hasil Akhir
Sidang KTI
Revisi KTI
Penyerahan KTI
JADWAL KEGIATAN PROPOSAL PENELITIAN
Kegiatan Jan Feb Maret April
Padang, Mei 2015Peneliti
Ria Anjela
Mei JuniTahun 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015
NIM : 123110283
s' b di & qnhai L m& Mads & *:i wi6Fh e{!
h Fn[h ridafe *tuj F d $h ryanr peidan4r
7./-/.r'7,2
tF, H4 4V\2t f
F.kq Fakq Ya4 kaubunei D{sd bi?dbidt. d (dm+- unuManLlbciwbFh&4r
t \n a " i' {
tt4^ I '/,1 !
,.ri t '
ML \t/ s-i\ l4ttrl 1