New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR –...

154
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015 Karya Tulis Ilmiah Diajukan ke Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang Oleh : RIA ANJELA 123110283 JURUSAN KEPERAWATAN PADANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2015

Transcript of New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR –...

Page 1: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KE JADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan ke Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang

Oleh :

RIA ANJELA 123110283

JURUSAN KEPERAWATAN PADANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

TAHUN 2015

Page 2: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

PER]IYAT,I{N Pf, RSETU,ruAN

Gjdi4 Dh pda Bdia di(dutu Llu tu sdah vrld e6ja h*6oa M Pdag

(s tui nEid n dd di pdsq dildjsdiDnIK4E!u'oPd4Pdithk

.rd d pdd@ di hd@ rin r{sii (4 ftlb rnir

Page 3: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

(4 NL nnid hi brd diuji do dipdtuu did@ rin p64ii !ri'

k4rfuLnobh

kjldim Dtm rd. Bdn! diktu Lmu I\6 *tu wr,td (qi! Pud<€6a P'd

Page 4: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

iii  

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG Program Studi Keperawatan Padang Karya Tulis Ilmiah, Mei 2015 RIA ANJELA Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015 xi+91 halaman+11 tabel+12 lampiran

ABSTRAK Diare masih merupakan 10 penyakit terbanyak pada Balita di kota Padang tahun

2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada balita sebanyak 239 penderita. Berdasarkan data dari Puskesmas Pauh Kelurahan Limau Manis Selatan memiliki angka kejadian diare tertinggi pada Balita yaitu sebanyak 8,17%. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh.

Desain penelitian crosectional study. Populasi seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang berusia 12 sampai 59 bulan di kelurahan Limau Manis Selatan. Jumlah sampel 85 orang responden dan dilaksanakan dari tanggal 27 April sampai 12 Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan obsevasi dan wawancara terpimpin menggunakan kuesioner. Data diolah secara manual dan komputerisasi, kemudian dianalisis secara univariat dengan menggunakan statistik descriptif beruapa distribusi frekuensi dari tiap-tiap variabel serta analisis bivariat dengan menggunakan Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (g = 0.05).

Hasil penelitian menunjukan (63,5%) responden menggunakan sarana air bersih yang buruk, (30.6%) responden tidak memasak air minum, (60%) responden membuang tinja tidak sehat, (58,8%) responden mempunyai rumah tidak bersih dan (61.2%) responden tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan. Hasil uji statistic menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan kejadian diare, dan terdapat hubungan yang bermakna antara sarana air bersih, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita.

Disaran kepada Pimpinan Puskesmas dan pimpinan setempat dalam melaksanakan penanggulangan diare dapat berupa penyuluhan dan menghimbau kepada masyarakat untuk membersihkan lingkungan rumah masing-masing. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian dengan variabel dan desain yang berbeda.

Kata kunci (key word) : SAB, PAM, Pembuangan tinja, Kebersihan rumah, CTPS, Diare Daftar bacaan : 31 (2000-2013)

Page 5: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ria Anjela

Tempat/ Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 5 februari 1993

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Karatau Parabek No 05, Jorong Parabek

Kecamatan Banuhampu kab.Agam Kota

Bukittinggi

Anak ke : 2 (Dua)

Nama Orang Tua

Ayah : Andani

Ibu : Netriwati

Riwayat Pendidikan

1. TK Parabek : 1999 - 2000

2. SD Negeri 16 Parabek Bangkaweh : 2000 - 2006

3. SMP Negri 1 Banuhampu : 2006 - 2009

4. SMA Negri 1 Banuhampu : 2009 - 2012

5. Poltekkes Kemenkes RI Padang : 2012 - 2015

Page 6: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

iv  

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare

Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Tahun 2015”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada

Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke

alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu, terutama

kepada Bapak Tasman,S.Kp,M.Kep,Sp.Kom selaku pembimbing I dan Ibu

Hj.Efitra,S.Kp,M.Kes selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk mengarahkan dan membimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Padang.

2. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM.M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kementrian Kesehatan Padang

3. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Padang.

Page 7: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

v  

4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang drg.Eka Lusti,MM beserta staf yang

telah memberikan informasi dan data awal kepada penulis

5. Pimpinan Puskesmas Pauh Padang dr.Ratna beserta staf yang telah

memberikan informasi dan data awal kepada penulis dalam pembuatan

Karya Tulis Ilmiah ini

6. Bapak, Ibu Dosen serta seluruh staf Jurusan Keperawatan yang telah

memberikan pengetahuan dan pengalamannya selama perkuliahan.

7. Teristimewa kepada orangtua dan saudara tercinta yang telah memberikan

semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat dinilai dengan apapun.

8. Rekan-Rekan seperjuangan Bp 2012 Keperawatan, serta semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis

semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan

Padang, Mei 2015

Penulis

Ria Anjela

 

Page 8: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

vi  

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ i PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................ ii ABSTRAK………………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR ............................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL……………………………………………………….. viii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 8 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare ........................................................................... 11 1. Pengertian diare ................................................................ 11 2. Klasifikasi ......................................................................... 11 3. Penyebab ........................................................................... 13 4. Cara penularan…………………………………………. . 14 5. Epidemiologi…………………………………………… 17 6. Patogenesis ....................................................................... 18 7. Patofisiologi ...................................................................... 19 8. Gejala ................................................................................ 19 9. Gambaran klinis………………………………………. ... 20 10. Komplikasi……………………………………………. .. 21 11. Pencegahan……………………………………………… 22 12. Penatalaksanaan………………………………………. ... 26

B. Faktor – faktor yang menyebabkan diare……………………. 28 1. Faktor Pendidikan…………………………………….... . 28 2. Faktor Umur……………………………………………. 28 3. Faktor Pekerjaan……………………………………….. . 28 4. Faktor Lingkungan……………………………………... 28 5. Faktor Gizi……………………………………………... . 42 6. Faktor Sosial Ekonomi…………………………………. 42 7. Faktor penyebaran kuman…………………………… .... 42 8. Faktor makanan dan minuman…………………… ......... 42 9. Faktor Hygiene pribadi……………………………… ..... 42

C. Kerangka Teori………………………………………………. 43

Page 9: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

vii  

D. Kerangka Konsep…………………………………………….. 45 E. Hipotesis……………………………………………………... 46 F. Devinisi Operasional…………………………………………. 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ..................................................................... 49 B. Tempat dan Waktu ................................................................... 49 C. Populasi dan sampel ................................................................. 49 D. Teknik Pengumpula Data ......................................................... 52

1. Data Primer ....................................................................... 52 2. Data Sekunder……………………………………… ...... 53

E. Teknik Pengolahan Data .......................................................... 53 1. Pemeriksaan Data (Editing) .............................................. 53 2. Pengkodean Data (Coding) ............................................... 53 3. Memasukan data (Entry) .................................................. 54 4. Pembersihan data (cleaning) ............................................. 54 5. Pentabulasian Data (tabulating)……………………….. .. 54

F. Analisa Data ............................................................................. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN A. Hasil penelitian………………………………………………. 56 B. Pembahasan………………………………………………….. 65

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan…………………………………………………… 86 B. Saran………………………………………………………….. 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 10: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

viii  

DAFTAR TABEL

No tabel Judul

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesma Pauh tahun 2015………………………………………………………….............57

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Balita di Kelurahan

Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015..57 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Balita di

Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ibu Balita di

Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….58

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ibu Balita di

Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian diare di

Kelurahan Limau manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas pauh Tahun 2015………………………………………………………………….59

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih yang

digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015.………………………………………..60

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air

minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………………….60

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………...………………………………………………………..61

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………………….……………..61

Page 11: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

ix  

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………..…………………………….………………62

Tabel 4.12 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sarana air bersih dan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……………….…………………63

Tabel 4.13 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengolahan air minum

dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015……….……………….64

Tabel 4.14 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pembuangan tinja dan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………65

Tabel 4.15 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebersihan rumah dan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015…………………………………66

Tabel 4.16 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan mencuci tangan

dan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015………………………..67

Page 12: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

x  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : kisi – kisi kuisioner

Lampiran B : kuisioner

Lampiran C : format persetujuan

Lampiran D : lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran E : izin penelitian

Lampiran F : Surat keterangan telah melakukan penelitian

Lampiran G : master tabel

Lampiran H : output analisa data

Lampiran I : Populasi

Lampiran J : Sampel

Lampiran K : Dokumentasi

Lampiran L : Jadwal pelaksanaan kegiatan KTI

Lampiran M : Lembar konsul pembimbing 1

Lampiran N : Lembar konsul pembimbing 2

Page 13: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

1  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang

saling berkaitan dengan masalah – masalah lain di luar kesehatan sendiri

Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan, baik kesehatan

individu maupun kesehatan masyarakat, untuk ini Blum menyatakan ada 4

faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu faktor

lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan.

Keempat faktor tersebut disamping berpengaruh langsung kepada kesehatan,

juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai

secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama – sama

mempunyai kondisi yang optimal pula, salah satu faktor saja berada dalam

keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser

di bawah optimal. 1

Salah satu penyakit yang di pengaruhi oleh 4 faktor di atas adalah

diare. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari. Dampak atau

resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi dehidrasi, seseorang dapat

kehilangan lima liter air setiap hari beserta elektrolit utama yaitu natrium dan

kalium yang berada di dalamnya. Keduanya sangat penting dengan fisiologi

normal. Jika kehilangan dua elektrolit utama ini maka akan menyebabkan

bayi dan balita menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun

perdarahan otak. 2

Page 14: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

2  

Berdasarkan derajatnya maka dehidrasi dapat di bagi menjadi

dehidrasi ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi berat terjadi defisit cairan

sama dengan atau lebih dari 10% berat badan. Diare akut dengan dehidrasi

berat dapat me-nimbulkan dampak negatif terhadap bayi dan anak–anak

antara lain renjatan hipovolemik, gangguan elektrolit, gangguan

keseimbangan asam basa dan terhambatnya proses tumbuh kembang anak

yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.

Penyakit diare di masyarakat lebih dikenal dengan istilah "Muntaber".

Penyakit ini menimpa pada bayi dan jika tidak segera diobati dalam waktu

singkat (± 48 jam) akan menyebabkan kematian.7

Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi

penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data world healt

organization (WHO) pada 2011, diare menempati urutan kelima dalam 10

penyakit terbanyak penyebab kematian di dunia. Secara global kematian yang

disebabkan diare di antara anak- anak terlihat menurun dalam kurun waktu

lebih dari 50 tahun, namun angka kesakitannya masih tetap tinggi. Jumlah

kematian anak pada tahun 1990 di dunia sebesar 12.4 juta orang dan menurun

pada tahun 2008 menjadi 8.8 juta. saat ini angka kematian yang disebabkan

diare adalah 3.8 per 1000 orang per tahun.3

Di Indonesia, diare juga masih merupakan masalah kesehatan bagi

masyarakat karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah kasus

diare yang ditemukan sekitar 213.435 penderita dengan jumlah kematian

1.289, dan sebagian besar (70-80%) terjadi pada anak-anak. Seringkali

Page 15: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

3  

1-2% penderita diare akan mengakibatkan dehidrasi dan kalau tidak

segera tertolong 50-60% penderita akan meninggal dunia.4 Salah satu

program Millenium Development Goals (MDG’s) adalah bertujuan

untuk menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara tahun

1990 dan tahun 2015. Pada tahun 1990, jumlah kematian balita akibat diare

97 kematian per 1000 kelahiran hidup sehingga target pada tahun 2015

adalah sejumlah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup.6

Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi

kejadian Diare di Indonesia yaitu 3.5 % lebih kecil dari data Riset Kesehatan

Dasar 2007 (9.0%). Sedangkan insiden diare untuk semua kelompok umur di

Indonesia adalah 3.5 % dan insiden diare balita di Indonesia adalah 6.7%.

Dari 33 provinsi di Indonesia, Sumatra Barat menduduki peringkat ke

delapan Insiden diare tertinggi pada balita yaitu 7.1%. Berdasarkan

karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang

paling tinggi menderita diare.4

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang yang berasal

dari seluruh Puskesmas yang ada di kota Padang. Sampai saat ini diare

masih termasuk dalam urutan 10 penyakit terbanyak di Kota Padang.

Penyakit diare yang banyak ditemukan adalah gastro enteritis yang

disebabkan oleh kuman. Pada tahun 2013 diare untuk semua umur sebanyak

8.472 kasus. Sedangkan kasus diare pada balita sebanyak 2.644 kasus jika di

banding kan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan (4.4%).

Puskesmas yang tertinggi kasus diare nya pada tahun 2013 adalah Puskesmas

Pauh, dari data yang di dapat dari 5.115 orang jumlah balita di kecamatan

Page 16: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

4  

Pauh, 241 menderita diare (4,7%) dengan laki- laki sebanyak 140 kasus

(59%) dan perempuan sebanyak 101 kasus (41%). 5

Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapat tanggal 29 Desember

2014 dari Puskesmas Pauh kejadian diare untuk semua umur sebanyak 780

penderita diare, sedangkan untuk balita sebanyak 239 penderita. Wilayah

kerja Puskesmas Pauh terdiri dari sembilan Kelurahan yang terdiri dari

Kelurahan Limau Manis Selatan 59 kasus (25.1%) dengan jumlah balita 729

orang, Kelurahan Pisang sebanyak 36 kasus (13.6%) dengan jumlah balita

630 orang, Kelurahan Limau Manis 30 kasus (13.6%) dengan jumlah balita

530 orang, Kelurahan Lb. Bukit 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 305

orang, Kelurahan Cupak Tangah 25 kasus (10.6%) dengan jumlah balita 679

orang, Kelurahan Binuang BP Dalam 24 kasus (10.2%) dengan jumlah balita

564 orang, Kelurahan Piai Tangah 23 kasus (9.7%) dengan jumlah balita 514

orang, Kelurahan Kepala Koto 10 kasus (4.2%) dengan jumlah balita 566

orang dan Kelurahan Koto Luar 6 kasus (2.1%) dengan jumlah balita 598

orang. Berdasarkan data tersebut tampak Kelurahan Limau Manis Selatan

memiliki kasus diare tertinggi pada tahun 2014 yaitu 59 kasus.

Kelurahan Limau Manis Selatan terdiri dari 8 RW yaitu RW I

terdapat 134 orang balita, RW II terdapat 176 orang balita, RW III terdapat

54 orang balita, RW IV terdapat 87 balita, RW V terdapat 59 balita, RW VI

terdapat 56 orang balita, RW VII terdapat 92 balita, RW VIII terdapat 72

orang balita. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang

usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan

bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.

Page 17: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

5  

Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah

dan ditangani. Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk merupakan

faktor yang menyebabkan masih tingginya tingkat kejadian diare pada anak

di Indonesia.2 Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil

yang paling besar terhadap kesehatan. Kemudian berturut – turut di susul

oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. 1

Hal yang berkaitan dengan lingkungan seperti sumber air bersih,

tempat pembuangan tinja dan kebersihan rumah. Sumber air bersih

merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare.

Sebagian kuman infeksius penyebab diare di tularkan melalui jalur fokal oral.

Mereka dapat di tularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau

benda yang tercemar dengan tinja.2

Penyakit diare juga disebabkan karena pembuangan kotoran/ tinja

yang tidak tepat. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding

dengan area pemukiman menyebabkan peningkatan masalah pembuangan

kotoran manusia. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah

pembuangan tinja merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di

atasi. Karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang

multikompleks. Benda-benda yang telah terkontaminasi oleh tinja dari

seseorang yang telah menderita suatu penyakit tertentu, sudah barang tentu

akan menyebab penyakit bagi orang lain. 1

Selain sarana air bersih dan tempat pembuangan tinja keadaan

lingkungan perumahan juga berpengaruh terhadap kejadian diare. Menurut

Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat adalah jenis lantai yang tidak

Page 18: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

6  

berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai

yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit. 1

Perilaku yang berhubungan dengan hygiene perorangan yang penting

dalam penularan kuman diare adalah kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

terutama sesudah buang air besar, setelah membuang tinja anak, sebelum

menyiapkan/menyuapi makanan anak, dan sebelum makan mempunyai

dampak positif dalam penurunan kejadian diare. 2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus,dkk yang

berjudul Kualitas Air minum, Perilaku Sanitasi Ibu, dan Sarana Sanitasi

Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Anak Balita Di kec.

Jetis Kota Yogyakarta. Dari 120 responden 83.4% memiliki kebiasaan

pengelolaan air minum yang buruk, 76.6% tidak memiliki jamban yang

memenuhi syarat, 80% tidak memiliki SPAL yang memenuhi syarat, 53.3 %

tidak memiliki sarana pengelolaan sampah yang memenuhi syarat dan 68.3%

memiliki praktek hygiene perorangan yang buruk.

Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hubungan yang bermakna

antara fakor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare khususnya

sarana kesehatan lingkungan dan hygiene perorangan.18 Sebagaimana yang di

kemukakan oleh Suprajitno dalam hal lingkungan yang menjamin kesehatan,

keluarga di harapkan dapat memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi

dampak dari lingkungan yang tidak sehat baik di dalam maupun di luar

rumah. Maka peran perawat dalam masalah ini adalah membantu keluarga

dalam memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar

tercipta lingkungan yang sehat.16

Page 19: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

7  

Survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 5 Januari 2015 di

Kelurahan Limau Manis Selatan dari 10 rumah balita yang di kunjungi, 6

balita menderita diare dalam 3 bulan terakhir. Di lihat dari kondisi rumah 4

rumah tampak bersih sedangkan 6 rumah di antaranya tampak tidak bersih,

lantai berdebu, makanan berserakan di lantai rumah, kotoran hewan

berserakan di perkarangan rumah, banyak lalat berterbangan di dalam rumah,

tampak balita bermain di air tergenang di lingkungan rumah, 4 rumah tidak

mempunyai tempat pembuangan sampah, 6 rumah membuang limbah ke

selokan dan 5 rumah yang jaraknya dekat dengan kandang ternak. 6 rumah

menggunakan jamban leher angsa dengan 3 rumah menggunakan septic tenk

di dalam tanah dan 3 rumah mengalirkan ke kali sedangkan 4 rumah tidak

memiliki jamban di dalam rumah. Dari 10 rumah yang di amati, 6 rumah

menggunakan air minum dari sumur pompa listrik, 1 rumah menggunakan

sumur gali dan 3 rumah menggunakan PDAM.

Saat ditanya tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun setelah

buang air besar, dari 10 responden 3 diantara nya menjawab ada/sering, 4

menjawab kadang – kadang dan 3 menjawab hanya menggunakan air saja.

Pada saat sebelum dan setelah makan 4 orang menjawab ada, 3 orang

menjawab kadang- kadang dan 3 orang menjawab pakai air saja. dari data

diatas tampak bahwa faktor lingkungan dan personal hygiene seperti mencuci

tangan sangat berpengaruh terhadap terjadinya diare.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan

Page 20: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

8  

Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah

Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan

maka peneliti merumuskan permasalahan yaitu apakah ada faktor – faktor

yang berhubungan dengan kejadian Diare pada anak balita di Kelurahan

Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang

berhubungan dengan kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau

Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian diare pada anak balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan

b. Diketahui distribusi frekuensi sarana air bersih di kelurahan Limau

Manis Selatan

c. Diketahui distribusi frekuensi pengolahan air minum di kelurahan

Limau Manis Selatan

d. Diketahui distribusi frekuensi pembuangan tinja di kelurahan Limau

Manis Selatan

e. Diketahui distribusi frekuensi kebersihan rumah di Kelurahan Limau

Manis Selatan

Page 21: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

9  

f. Diketahui distribusi frekuensi kebiasaaan cuci tangan di kelurahan

Limau Manis Selatan

g. Diketahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare di

Kelurahan Limau Manis Selatan

h. Diketahui hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare di

Kelurahan Limau Manis Selatan

i. Diketahui hubungan penggunaan jamban dengan kejadian diare di

Kelurahan Limau Manis Selatan

j. Diketahui hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare di

Kelurahan Limau Manis Selatan

k. Diketahui hubungan kebiasaaan cuci tangan dengan kejadian diare di

kelurahan Limau Manis Selatan

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Kegiatan penelitian memberikan pengalaman dan meningkatkan

wawasan penulis dalam penelitian, khususnya mengenai faktor – faktor

yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di kelurahan limau

manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau

perbandingan, khusus nya mengenai hubungan penggunaan air bersih,

kebiasaan cuci tangan, kebersihan rumah dan penggunaan jamban dengan

kejadian Diare pada Balita (12-59 bulan) di kelurahan Limau Manis

Selatan Wilayah Kerja puskesmas Pauh tahun 2015.

Page 22: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

10  

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat menambah informasi, bahan rujukan atau

perbandingan, khususnya mengenai faktor – faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare.

4. Bagi masyarakat

Hasil penelitian dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

menjadi lebih baik dan memberikan informasi kesehatan tentang faktor –

faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita.

E. Ruang Lingkup penelitian

Kejadian diare pada balita disebabkan oleh banyak faktor, tetapi

peneliti hanya meneliti hubungan sumber air bersih, pengolahan air minum,

pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan cuci tangan dengan

kejadian diare. Variable dependennya yaitu kejadian diare pada Balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan, dan variable independennya yaitu sumber

air bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan

kebiasaan cuci tangan.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita yang bertempat

tinggal di Kelurahan Limau Manis Selatan tahun 2015 yaitu sebanyak 729

Balita. Jenis penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan desain

penelitian Cross Sectional Study dan teknik pengambilan sampel secara

Proporsional simple Random Sampling serta pengumpulan data dengan cara

observasi dan wawancara terhadap responden. Penyajian data secara tabel

distribusi frekuensi serta analisis uni variat dan bivariat.

Page 23: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

11  

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air

saja yang frekuensi nya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih

dalam sehari). Pada bayi atau anak yang lebih besar, buang air besar yang

normal bias lebih dari tiga kali dalam sehari, dalam hal ini masih di anggap

normal.7

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan

frekuensinya lebih sering (lebih dari tiga kali) dalam satu hari.8

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi dalam frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk

tinja yang encer atau cair.9

Diare adalah pengeluaran kotoran (tinja) dengan frekuensi yang

meningkat (tiga kali dalam 24 jam) disertai dengan perubahan konsistensi

tinja menjadi lembek atau cair dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja.2

2. Klasifikasi Diare

Short (1961), membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak

adanya infeksi; gastroenteritis ( diare dan muntah) diklasifikasikan menurut 2

golongan :

Page 24: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

12  

a. Diare infeksi spesifik

Dapat berupa tifus abdominalis dan paratifus, disentri basil (shigella),

enterokolitis stafilokokus.

b. Diare non-spesifik

Disebut juga dengan diare dietetik

Disamping itu, klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ yang

terkena infeksi, yaitu sebagai berikut :

a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi usus (bakteri, virus dan

parasit)

b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi diluar usus (otitis

media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin dan sebagainya). 9

Mitchen (1973), membagi diare pada bayi dan anak secara luas

berdasarkan lamanya diare adalah sebagai berikut :

a. Diare Akut

Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dengan konsistensi

tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan

berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.

b. Diare Kronis

Diare kronik disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan bakteri

jamur dan parasit. Faktor ini seperti malabsorbsi kalori dan lemak,

biasanya berlangsung lebih dari 2 minggu.9

Page 25: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

13  

3. Penyebab diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu :

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral

Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare pada anak. Infeksi enteral antara lain seperti infeksi

bakteri yang disebabkan oleh Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Adeno virus, Rotavirus, serta infeksi parasit yang biasanya

disebabkan oleh cacing, prozoa atau jamur.10

2) Infeksi parenteral

Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis Media Akut

(OMA), Tonsilitis, Bronkopnemonia, Ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak yang berumur di

bawah 2 tahun.10

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

Pada bayi dan anak yang terserang adalah intoleransi laktosa. Pada

bayi kepekaan terhadap laktobasilus dalam susu formula

menyebabkan diare, jika sering terserang diare ini maka pertumbuhan

anak terganggu.11

2) Malabsorbsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida dan dengan

bantuan kelenjar lipase dapat mengubah lemak menjadi micelles yang

Page 26: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

14  

siap di absorbsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan

mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak tidak di serap dengan

baik.10

3) Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan

Makanan yang dapat menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar,

basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang

matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan

diare pada anak balita.10

d. Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang yang berlebihan, jika terjadi pada anak

bisa menyebabkan diare. Tetapi jarang terjadi pada balita umumnya pada

anak yang lebih besar.10

4. Cara penularan diare

Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fekal – oral antara lain melalui makanan atau minuman yang

tercemar tinja dan kontak langsung dengan tinja penderita. Jalur masuknya

virus, bakteri dan kuman penyebab diare ke tubuh manusia dapat mudah

dihafal dengan istilah 4F yang pertama kali di kemukakan Wagner & Lanoix

(1985). 4F adalah singkatan dari fluids (air), fields (tanah), flies (lalat) dan

fingers (tangan). Menurut Wagner dan Lanoix, tahapannya dimulai dari

cemaran yang berasal dari kotoran manusia (feces) yang mencemari 4F, lalu

cemaran itu berpindah kemakanan yang kemudian disantap manusia.

Page 27: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

15  

mati

sakit

Gambar 2.1 Jalur pemindahan kuman dari tinja ke penjamu yang baru

(Wagner & Lanoix,1958 dalam Depkes 2000)

Gambar diatas, menjelaskan proses perpindahan kuman penyakit

termasuk diare dari tinja sebagai pusat infeksius sampai inang dapat melalui

berbagai media perantara, antara lain sebagai berikut ( Depkes, 2000 dalam

Marlini, 2004) :

a. Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai sumber

penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat mencemari

tangan, air, tanah atau dapat menempel pada lalat dan serangga lain yang

menghinggapinya.

b. Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya

makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar diminum

oleh manusia.

Air limbah dan tinja

Air

Tangan

Tanah

Serangga

tikus

makanan manusia

Page 28: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

16  

c. Tinja dapat mencemari tangan atau jari – jari manusia selanjutnya dapat

mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,

demikian juga tangan yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan

mulut.

d. Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian

makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga, kuman

penyakit dapat mencemari makanan sewaktu hinggap di makanan yang

kemudian dimakan oleh manusia.

e. Melalui lalat atau serangga lainnya, kuman penyakit dapat mencemari

makanan sewaktu hinggap dimakan yang kemudian dimakan oleh

manusia.

f. Tinja juga dapat mencemari tanah akibat tidak baiknya sarana

pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang tempat, dimana

tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan atau kontak

langsung dengan mulut manusia.

Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti

virus dan bakteri. Penularan penyakit melalui fekal oral terjadi dengan

mekanisme melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat

terjadi bila seseorang menggunakan air yang sudah tercemar, baik tercemar

dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai kerumah- rumah, atau

tercemar pada saat disimpan di rumah.22

Page 29: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

17  

5. Epidemiologi Penyakit Diare

Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara

lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja penderita.

Beberapa prilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan

meningkatkan resiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI

secara penuh 4-6 bulan pertama kehidupan,menggunakan botol susu,

menyimpan makanan masak pada suhu kamar,menggunakan air minum

yang tercemar, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau setelah

membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak

membuang tinja dengan benar.12

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor penjamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit

dan lamanya diare. Factor- factor tersebut adalah tidak memberikan ASI

selama 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi

dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.12

c. Faktor lingkungan dan prilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan prilaku

manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman

Page 30: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

18  

diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula yaitu,

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.12

6. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare adalah :10

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat di serap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksik) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebalik nya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh yang

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

7. Patofisiologi

Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :10

a. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran

bertambah)

Page 31: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

19  

b. Hipoglikemia

c. Gangguan sirkulasi darah

d. Kehilangan air dan elektrolit ( terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan

gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)

8. Gejala Diare

Gejala diare atau mencret ialah tinja yang encer dengan frekuensi tiga

kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :9

a. Muntah

b. Badan lesu atau lemah

c. Panas

d. Tidak nafsu makan

e. Terdapat darah atau lendir dalam kotoran

Rasa mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh

infeksi virus. Secara tiba – tiba infeksi dapat menyebabkan diare, muntah,

demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat

menyebabkan sakit perut dan kejang perut serta gejala- gejala lain seperti flu,

demam, nyeri otot atau kejang dan sakit kepala. Kadang – kadang gangguan

bakteri dan parasit menyebabkan demam tinggi. Muntah memperberat

dehidrasi karena dua hal, yaitu kehilangan jumlah cairan dengan jumlah

besar dan menghambat rehidrasi oral (pengembalian cairan melalui mulut).

Gejala diare yang umumnya terjadi pada anak – anak ialah sebagai berikut:

1) Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badannya tinggi.

2) Tinja bayi encer, berlendir atau berdahak.

Page 32: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

20  

3) Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

4) Anus dan sekitarnya lecet.

5) Gangguan nutrisi akibat asupan makanan yang kurang

6) Muntah, baik sebelum maupun sesudah diare

7) Hipoglikemia (menurunnya kadar glukosa dalam darah)

8) Dehidrasi yang ditandai dengan berkurangnya berat badan, ubun –

ubun besar cekung, tonus otot dan turgor kulit kurang dan selaput

lendir mulut dan bibir kurang.

9) Nafsu makan berkurang.9

9. Gambaran klinis

Mula – mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian muncul diare. Tinja cair,

mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama

berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitar nya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin

asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang

tidak di absorbsi oleh usus selama diare.11

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan karena lambung ikut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan

cairan dan elektrolit gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan turun,

turgor kulit berkurang, ubun – ubun besar menjadi cekung (pada bayi),

mukosa bibir dan mulut tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang

Page 33: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

21  

hilang dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat.

Bila berdasarkan tonisitas plasma di bagi menjadi hipotonik, isotonik dan

hipertonik.10

10. Komplikasi

Akibat dari diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat

terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :10

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik)

Diare menyebabkan kehilangan cairan dan tubuh dan elektrolit –

elektrolit dan (natrium, klorida, kalsium dan bikarbonat ) diikuti oleh

muntah dan demam dan memperberat kehilangan cairan tersebut.

Dehidrasi terjadi apabila cairan yang hilang tidak terganti sesuai dengan

jumlah yang hilang. Gejala dan tanda dehidrasi tidak akan terlihat apabila

cairan tercukupi kembali.

b. Hipoglikemia

Pengganti kalium yang tidak cukup selama diare yang berulang-ulang

dapat menyebabkan kelurangan kalium yang di tandai dengan hipotoni

otot, ileus, gangguan pada ginjal dan aritmia jantung dan perubahan pada

pemeriksaan EKG.

c. Hiperglikemia

Hiperglikemi diakibatkan karena tidak cukupnya masukan makanan

malabsorbsi jarang di temukan bila pemberian makan cukup.

d. Malnutrisi Energi Protein

Page 34: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

22  

Anak yang sering menderita diare akut atau kronis seperti malabsorbsi

karbohidrat, lemak dan protein, jika tidak segera di tangani akan

mengakibatkan Malabsorbsi Energi Protein (MEP).

e. Syok

Diare mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan

terjadinya dehidrasi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah dan

jatuh dalam keadaan renjatan (syok).

f. Kematian

Anak dalam keadaan renjatan apabila tidak segera di atasi akan

menyebabkan kekurangan oksigen ke otak dan akhirnya menyebabkan

kematian. 10

11. Pencegahan diare

Cara pencegahan diare yang benar dan efektif adalah sebagai berikut : 2

a. Memberikan ASI

ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi karena terdiri

atas komponen zat makanan yang tersedia dalam bentuk yang ideal dan

seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. Pemberian

ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4 – 6

bulan, tidak diperlukan makanan lain selama masa ini. Setelah enam bulan

dari kehidupannya, pemberian ASI harus diterukan sambil ditambah

dengan makanan lain (proses penyapihan).

Sifat ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula

atau cairan lain, yang harus disiapkan dengan ait atau bahan – bahan yang

Page 35: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

23  

terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tampa cairan

atau makanan lain tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari

bahaya bakteri dan organism lain yang akan mengebabkan diare. Keadaan

seperti ini disebut disusui secara penuh.

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada enam bulan

pertama kehidupan, resiko terserang diare 30 kali lebih besar. Penggunaan

botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena

diare sehingga mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Memperbaiki makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI dilakukan pada saat bayi secara

bertahap dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Masa tersebut

merupakan masa yang sangat berbahaya bagi bayi sebab perilaku

pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya

risiko terjadinya diare atau penyakit lain yang dapat menyebabkan

kematian. Pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi

kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran dalam pemberian makanan pendamping ASI yang

lebih baik yaitu sebagai berikut:

1) Perkenalkan makanan lunak dan macam makanan ketika anak

berumur 4 – 6 bulan atau lebih ( walau ASI tetap diberikan).

Berikan anak makan lebih sering setelah anak berumur satu tahun.

2) Tambahkan minyak, lemak, dan gula kedalam nasi/bubur dan biji-

bijian, kacang-kacangan, buah-buahan,dan sayuran berwarna hijau

Page 36: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

24  

kedalam makanannya. Cucilah tangan sebelum menyiapkan

makanan dan menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang

bersih.

3) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin, dan panaskan dengan benar sebelum diberikan

kepada anak.

c. Memberikan imunisasi campak

Diare sering timbul menyertai campak dan pemberian imunisasi

campak dapat mencegah diare. Oleh karena itu, beri imunisasi campak

setelah anak berumur Sembilan bulan.

d. Menggunakan air bersih

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur fekal- oral. Kuman –kuman tersebut dapat ditularkan dengan

memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar tinja,

misalnya air minum, jari – jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam

panic yang dicuci dengan air yang tercemar.

Masyrakat yang terjangkau dengan penyediaan air bersih mempunyai

resiko menderita diare lebih kecil dari pada masyarakat yang tidak

mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu

menggunakan air bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi

mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah.

Page 37: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

25  

e. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyiapkan/ menyuapi makanan anak,

dan sebelum makan mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian

diare.

f. Menggunakan jamban sehat

Pengalaman di beberapa Negara membuktikan bahwa upaya penggunaan

jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap

penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan semua anggota keluarga harus buang air besar di jamban.

g. Membuang tinja bayi dengan benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidak berbahaya, hal ini tidak

benar karena tinja bayi dapat menularkan penyakit pada anak – anak dan

orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.

12. Penatalaksanaan diare

Menurut Ngastiyah (2007) dasar pengobatan diare adalah :

a. Pemberian cairan

Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umumnya.

1) Cairan per oral

Page 38: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

26  

Pada pasien dengan dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan di

berikan per oral berupa cairan yang berisi NACL dan NAHCO3,

KCL, dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas

umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L. formula lengkap sering di

sebut oralit. Cairan sederhana yang dapat di buat sendiri ( formula

tidak lengkap ) hanya mengandung garam dan gula (NACL dan

sukrosa), air tajin yang di beri garam dan gula, untuk pengobatan

sementara di rumah sebelum di bawa ke rumah sakit / pelayanan

kesehatan untuk mencegah dehidrasi yang lebih jauh.

2) Cairan parenteral

Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan

kebutuhan pasien misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi

semua itu tergantung kepada tersedinya cairan setempat. Pada

umumnya cairan ringen lactat (RL) selalu tersedia di fasilitas

kesehatan di mana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak

yang di berikan bergantung dari berat/ringannya dehidrasi, yang di

perhitungankan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan

berat badanya.

3) Pemberian cairan pasien MEP tipe marasmik

Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat

badan 3-10 kg, umur 1 bulan sampai 2 tahun, jumlah cairan 200

ml/kg BB/24 jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama pada pasien

MEP.

Page 39: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

27  

b. Dietetik (cara pemberian makanan)

Untuk anak di bawah umur 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan

berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan :

1) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah

dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron atau sejenis

lainnya).

2) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), jika

anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

3) Susu khusus yang di sesuaikan dengan kelainan yang di temukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang

tidak berantai sedang atau tidak jenuh.

c. Obat – obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang

melalui tinja dengan atau tampa muntah, dengan cairan yang

mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain (gula,air tajin,

tepung beras dan sebagainya).10

13. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Diare

Menurut Wijoyo (2012) faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya diare

sebagai berikut :

1. Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas

anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik

tingkat kesehatan yang di peroleh.

Page 40: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

28  

2. Faktor umur

Diare lebih sering terjadi pada anak - anak (balita) dari pada orang

dewasa. Balita merupakan anak dibawah usia lima tahun, dengan rentang

usia balita adalah satu sampai dengan lima tahun atau dengan perhitungan

bulan yaitu usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan.11 Klasifikasikan umur

balita dapat dibagi menjadi umur 12-24 bulan, 24-36 bulan, 37 – 48 bulan

dan 49 – 59 bulan.31

Sebagian besar diare terjadi pada anak usia di bawah dua tahun. Balita

yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko 2 kali lebih besar terserang

diare dari pada anak umur 25 – 59 bulan.2

3. Faktor pekerjaan

Saat ini banyak orang tua di luar rumah sehingga anak di asuh oleh

orang lain atau pembantu. Anak yang di asuh oleh orang lain atau pembantu

mempunyai resiko lebih besar untuk terpajan penyakit diare.2

4. Faktor lingkungan

Diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua

faktor lingkungan yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan

tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.

Selain itu keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap

kejadian diare, apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare

dan berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan diare.2

Page 41: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

29  

a. Sanitasi air

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat

meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan.

Didalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang

dewasa sekitar 55-60 % dan untuk bayi sekitar 80%.1

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air

bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan

air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena

persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit

dimasyarakat. Volume rata- rata kebutuhan air setiap individu per hari

berkisar antara 150-200 liter atau 35 -40 galon. Kebutuhan air tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan

kebiasaan masyarakat. 13

1) Syarat – syarat air bersih

Air yang sangat sehat mempunyai persyaratan sebagai berikut :14

a) Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat menurut IR. Rudi

Gunawan (2009 :45) adalah :

1) Jernih atau bersih, air terutama air permukaan sering keruh

karena adanya butiran halus yang dinamakan koloida, butir

koloida berasal dari bahan tanah lempung.

2) Tidak berwarna, air rawa yang biasanya berwarna kekuningan

tidak memunuhi persyaratan ini.

Page 42: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

30  

3) Tidak berbau dan tidak berasa apapun(asin,manis,asam

ataupun pahit), air yang berbau menunjukan adanya zat – zat

organic yang sedang diuraikan oleh bakteri.

4) Suhu air disukai yang segar sehingga dapat menghilangkan

haus, tidak perlu terlalu dingin tetapi mendekati suhu udara

segar yang berkisar antara 20 – 26 C.

b) Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala

bakteri pathogen. Cara mengetahui apakah air minum

terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa

sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air

terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah

memenuhi syarat kesehatan.

c) Syarat kimia

Dalam hal persyaratan kimia, secara umum air minum tidak

boleh mengandung zat –zat yang menganggu kesehatan

manusia atau zat – zat korosif yang dapat merusakkan pipa air

minum.14

Adapun batas – batasan sumber air yang bersih dan aman antara lain :13

1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

2. Bebas dari subsatansi kimia yang berbahaya dan beracun

3. Tidak berasa dan tidak berbau

Page 43: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

31  

4. Dapat dipeergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic rumah

tangga

5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau

Departemen Kesehatan RI.

2) Syarat – syarat Sumur

Syarat – syarat sumur sehat secara umum sebagai berikut :1

a) Air dari minum memenuhi syarat untuk air minum (fisik,bakteriologi dan

kimia)

b) Bila pembuangan kotoran dilaksanakan dengan cara peresapan dalam sumur

kotoran (beerput) maka jarak sumur air bersih dengan sumur kotoran minimal

10 m, tergantung dari jenis tanah dan keadaan topografi daerah setempat.

c) Pada daerah atas sumur diberi dinding selubung (curb) minimal setinggi 70

cm, terbuat dari pasangan yang kokoh dan rapat air. Dinding ini dimaksudkan

agar anak kecil dan binatang tidak mudah terjatuh ke dalam sumur dan air

genangan yang kotor di sekitar sumur tidaka dapat mengalir masuk ke sumur.

d) Dinding selubung sumur yang rapat air harus mencapai kedalaman minimal

2,00 m di bawah permukaan tanah sekitar sumur

e) Di sekeliling sumur harus diberi rangsangan lantai yang rapat air selebar

minimal 1,50 m.

Sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan , sebagai berikut :20

1. Sumur Gali

Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaat kan air

tanah dengan cara menggali lubang di tanah sampai mendapatkan air.

Page 44: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

32  

lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup dan lantai serta sarana

pengolahan air limbah.20

Dari segi kesehatan, sumur gali memang kurang baik jika cara

pembuatannya tidak benar- benar diperhatikan karena selain sangat di

pengaruhi oleh musim juga sangat besar kemungkinannya untuk

mendapatkan pencemaran apabila peletakkannya salah. Mengingat bahwa

sumur ini sangat banyak di jumpai oleh masyarakat maka beberapa usaha

pengempurnaan.13

2. Sumur pompa tangan

Selain sumur gali juga, maka untuk mendapatkan air tanah dapat juga

dilakukan dengan pengeboran dan dipasang pompa tangan.20

3. Sumur pompa listris/sumur bor

Pada prinsipnya cara pembuatan dan cara kerja SPL sama dengan SPT.

Hanya bedanya kalau SPL menggunakan kekuatan listrik. Jenis – jenis

SPL seperti Jet pump untuk keadalaman sampai 30 meter, dan pompa

selam (submersible pump) untuk kedalaman lebih dari 30 meter.20

4. Perlindungan Mata Air (PMA)

Mata air adalah sumber air bersih yang berasal dari air tanah dalam,

sehingga biasanya bebas dari pencemaran mikroorganisme. Oleh karena

itu, bila dimanfaatkan maka yang utama adalah perlindungan mata air

tersebut bronkaptering. Selanjutnya yang penting diperhatikan adalah

perpimpaan yang membawa air ke konsumen atau jaringan distribusinya

dan terminal akhir dari jaringan distribusinya.20

Page 45: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

33  

5. Perpimpaan/ PDAM

Ledeng atau perpimpaan adalah air yang diproduksi melalui proses

penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui

suatu instalasi berupa saluran air. Air PDAM merupakan air yang berasal

dari perusahaan air minum yang di alirkan langsung ke rumah dengan

beberapa titik kran, biasanya menggunakan meteran.21

Kondisi sarana air bersih merupakan kondisi fisik sarana air

bersih yang meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan

konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran .22

b. Pengolahan Air Minum

Didalam Permenkes No 492/Menkes/PER/IV/2010 dijelaskan

bahwa air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tampa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum.21

Pengolahan air minum rumah tangga dapat memperbaiki

kualitas secara mikrobiologis air minum rumah tangga dengan metode

sederhana dan terjangkau serta mengurangi angka kejadian dan kematian

yang disebabkan oleh air.22

Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses

purifikasi air di rumah. Agar proses purifikasi air di rumah menjadi

lebih efektif, maka air dibiarkan mendidih antara 5 – 10 menit. Hal

tersebut bertujuan agar semua kuman, spora,kista, dan juga telur telah

mati sehingga air bersifat steril. Selain itu proses pendidihan juga dapat

Page 46: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

34  

mengurangi kesadahan karena dalam proses pendidihan terjadi

penguapan CO2 dan pengendapan CaCO2.13

c. Kebersihan Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman

mengalami perkembangan. Sejak zaman dahulu manusia telah mencoba

mendesain rumahnya, dengan ide mereka masing- masing yang dengan

sendirinya rumah berdasarkan kebudayaan masyarakat setempat dan

membangun rumah mereka dengan yang ada setempat ( local material)

pula.1

Factor – factor yang perlu untuk membangun rumah yaitu :

1) Factor lingkungan

Factor lingkungan yang perlu di perhatikan adalah lingkungan

fisik, biologis maupun social. Maksudnya, membangun sebuah rumah

harus memperhatikan tempat dimana rumah itu sendiri.1

2) Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini di maksud kan rumah dibangun berdasarkan

kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu maka bahan- bahan

setempat yang misalnya dari bamboo, kayu atap rumbio dan

sebagainya, merupakan bahan – bahan pokok pembuatan rumah. Perlu

dicatat bahwa mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada

Page 47: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

35  

saat itu saja, namun di perlukan pemeliharaan seterusnya. Oleh karena

itu, kemampuan pemeliharaan oleh penghuninya perlu

dipertimbangkan.1

3) Teknologi yang dimiliki masyarakat

Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu

modern. Akan tetapi teknologi modern itu sangat mahal bahkan

kadang- kadang tidak di mengerti masyarakat. Dalam rangka

penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah di punyai

oleh masyarakat tersebut dimodifikasi. Segi-segi yang merugikan

kesehatan di kurangi, dan diperhatikan segi- segi yang sudah positif.1

4) Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna

tanah untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat perdesaan belum

merupakan problema, namun di kota sudah menjadi masalah yang

besar.

Syarat – Syarat Rumah Yang Sehat

a. Bahan bangunan

1) Lantai

Ubin atau semen baik untuk pembangunan rumah namun

tidak cocok pada kondisi ekonomi masyarakat pedesaan. Lantai

kayu sering terdapat pada rumah – rumah orang yang mampu di

pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantao rumah

perdesaan cukuplah tanah yang dipadatkan. Syarat yang terpenting

Page 48: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

36  

adalah tidak musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang

padat ( tidak berdebu) dapat di tempuh dengan menyiram air

kemudian dipadatkan dengan benda-benda berat dan dilakukan

berkali- kali. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan sarang

penyakit.1

2) Dinding

Dinding rumah sebaiknya dibuat dari tembok, tetapi

dengan ventilasi yang cukup. Sebenarnya di daerah tropis yang

lebih cocok adalah dari bamboo atau papan agar lubang-lubang

pada dinding atau papan berfungsi sebagai ventilasi.1

3) Atap genteng

Atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat

terjangkau oleh masyarakat. Namun demikian, ada penduduk yang

tidak mampu untuk membelinya, sehingga dapat diganti dengan

dengan atap daun kelapa. Atap seng atau asbes tidak cocok

untuk rumah pedesaan karena dapat menimbulkan suhu panas

di dalam rumah.1

4) Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi yaitu untuk

menjaga agar aliran udara dalam rumah tetap segar, jika

ventilasi kurang akan menyebabkan kurangnya O2 dalam

rumah.. Di samping itu kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan. Sehingga

Page 49: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

37  

rumah yang sehat harus memungkinkan pertukaran udara

dengan luar rumah dan harus dilengkapi dengan ventilasi

yang cukup.1

5) Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,

tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya

yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari di

samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit,

sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan

menyebabkan silau, dan akhirnya dapat merusak mata.1

6) Luas Bangunan Rumah

Rumah yang sehat juga harus memperhatikan

kepadatan penghuninya. Selain tidak nyaman, rumah yang

jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas rumah juga

tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Rumah yang

terlalu padat (overcrowded) lebih memungkinkan terjadinya

penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan

yang optimu, adalah apabila dapat menyediakan 2,5 –3 m2 untuk

tiap orang.1

Halaman rumah yang tidak sehat dapat menimbulkan

berbagai macam penyakit. Hal yang perlu diperhatikan adalah

halaman rumah harus selalu kering dan rata, halaman rumah

Page 50: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

38  

dilakukan perkerasan dengan baik yaitu tidak berdebu pada

musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan, adanya

pagar rumah dari tembok atau tumbuhtumbuhan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan, dan halaman rumah terlihat

bersih dari segala macam jenis sampah serta adanya saluran

drainase air hujan untuk menunjang kebersihan.1

b. Pembuangan Tinja

Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat di halaman

belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit- penyakit

seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang banyak

mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan

mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai

cara pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu,

setiap bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus

dilengkapi dengan kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam

banguanan ataupun di luar bangunan pada jarak yang cukup dekat agar

mudah di capai.14

Bila tempat mandi dan WC berada di dalam satu ruangan

(digabung), luas bersih lantai minimum 3 m. bila ruangan mandi dan

ruangan WC terpisah dan berdiri sendiri, luas bersih lantai ruang mandi

dengan bak air minimum 2,50 m, dan luas bersih lantai WC minimum 1

m.14

Page 51: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

39  

Setiap kamar mandi dan WC harus diberi penerangan dan

pembaruan udara alami. Namun, dapat juga diberi penerangan buatan dan

pembaruan udara mekanis yang memenuhi syarat hygiene banguanan.14

Tinggi ruangan kamar mandi atau WC diperbolehkan sampai

sekurang-kurangnya 2,10 m. hal ini disebabkan karena penggunaan

ruangan tersebut tidak terus – menerus.

Syarat umum kamar mandi dan WC yang sehat adalah sebagai berikut:14

1) Seluruh ruangan kamar mandi dan WC, termasuk perlengkapan

saniternya harus selalu bersih dan tidak berbau. Untuk itu, dinding

kamar mandi dan WC diberi pasangan keramik/ porselen sampai

setinggi minimum 1,70 m.

2) Harus ada jendela/lubang udara yang berlangsung berhubungan

dengan udara luar agar sirkulasi udara cukup dan lancer. Dengan

demikian, bau busuk dari kamar/WC tidak sampai masuk ke ruangan

lain dalam rumah.

3) Penerangan harus cukup, baik dari cahaya matahari (alami) maupun

penerangan buatan dengan lampu listrik.

4) Untuk keamanan harus dipilih ubin/lantai yang tidak licin agar tidak

mudah timbul kecelakaan/ jatuh tergelincir.

5) Jika rumah di huni banyak rumah, sebaiknya kamar mandi dan WC

dipisahkan menjadi dua ruangan terpisah yang masing- masing dapat

digunakan sendiri- sendiri. Pemisahan ini selain praktis juga

higienis.14

Page 52: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

40  

Umumnya masyarakat perdesaan secara langsung

mempergunakan permukaan tanah sebagai tempat pembuangan segala

macam sampah, termasuk kotoran manusia. Sementara itu masyarakat

perkotaan mempergunakan air untuk menghanyutkan berbagai bentuk

sampah. Sampah rumah tangga misalnya air bekas cucian dan juga

termasuk juga kotoran manusia, dibuang bersama- sama sampah industry

dengan cara dihanyutkan pada system saluran air.1

Pandangan sanitasi yang berhubungan dengan cara pembuangan

kotoran yang sangat bervariasi, bertitik tolak dari kebersihan masyarakat

dalam hubungannya dengan ekonomi serta penyehatan. Sedangkan ahli

kesehatan menaruh perhatian kepada cara-cara pembuangan kotoran

manusia dan sampah. Perhatian bahkan lebih besar pada infeksius

manusia dan bahwa penyakit berkaitan dengan pembuangan kotoran

manusia dan sampah.1

Penyakit dapat disebarkan lewat pembuangan kotoran manusia

yang kurang baik. Dan umumnya penyakit- penyakit tersebut merupakan

penyakit yang disebabkan oleh air (water borne disease), yang

menyerang saluran cerna. Antara lain disebabkan bakteri dan virus, yaitu

demam tifoid,diare,basiler, disentri dan penyakit parasit dada saluran

cerna. Infeksi cacing gelang (askalis), cacing pita (taenia), cacing gelang

(ringworm) di tularkan secara langsung atau tidak langsung akibat cara

pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi persyaratan

kesehatan.1

Page 53: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

41  

c. Pengolahan sampah

Sampah terkait erat dengan kesehatan masyrakat, karena dari

sampah akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

pathogen), dan binatang serangga sebagai pemindah atau penyebar

penyakit (vector). Sehingga sampah harus dikelola dengan baik agar

tidak mengganggu atau mengancam kesehatan manusia. Dalam

pengelolaan sampah yaitu meliputi pengumpulan dan pengangkutan

sampah yang menjadi tanggung jawab dari masing- masing rumah tangga

atau instansi yang menghasilkan sampah, maka masyarakat harus

membangun dan mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan

sampah dan kemudian dari masing- masing tempat pengumpulan sampah

tersebut harus di angkut ke tempat pengumpulan sampah sementara

(TPS) selanjutnya ke tempat pengumpulan akhir (TPA).1

d. Pengolahan limbah

Air limbah atau buangan merupakan air yang tersisa dari kegiatan

manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lainnya, dibuang

dalam bentuk yang sudah kotor(tercemar) dan pada umunya mengandung

bahan- bahan atau zat- zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu kesehatan hidup.15

5. Faktor gizi

Diare menyebabkan kurang gizi sehingga memperberat diarenya. Oleh

karena itu, pengobatan dengan makan yang baik merupakan komponen utama

Page 54: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

42  

penyembuhan diare. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar

meninggal karena diare. Hal ini di sebabkan oleh dehidrasi dan malnutrisi.2

6. Faktor sosial ekonomi

Keadaan social ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap

penyebab diare. Kebanyak anak yang mudah menderita diare bersal dari

keluarga besar dengan daya beli rendah, kondisi rumah buruk, dan tidak

mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.2

7. Faktor penyebaran kuman

Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui focal oral antara

lain melalui makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langusung

dengan tinja penderita.2

8. Faktor makanan/minuman yang di konsumsi

Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui udara, terutama

air minum yang tidak di masak, sewaktu mandi, dan berkumur. Kontak kuman

pada kotoran dapat lansung di tularkan pada orang lain apabila melekat pada

tangan kemudian di masukkan ke mulut. 2

9. Faktor hygiene pribadi

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci tangan

dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

Page 55: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

43  

anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan

mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare.

C. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit tergantung pada host,

agent dan environment. Ketiga faktor tersebut merupakan tritunggal yang selalu

ada tetapi tidak akan selalu menimbulkan penyakit, hal itu tergantung pada

kondisi masing-masing faktor serta proses interaksi antara ketiga faktor tersebut.

Sakit akan terjadi bila dalam lingkungan yang memadai agent berhasil memasuki

tubuh host dan mulai menimbulkan reaksi Keadaan sistem immunitas dari host

dan sangat menentukan apakah respons imun untuk melawan antigen berupa

bakteri berhasil atau tidak.23

Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya

antigen adalah dengan proses fagositosis. Host dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang bersifat multi kompleks, dimana faktor-faktor tersebut berkaitan satu dengan

lainnya dan ikut menentukan apakah seseorang itu akan rentan atau tahan

terhadap agent penyakit pada keadaan lingkungan tertentu. 23

Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian diare terbagi atas

enam kelompok besar yaitu faktor infeksi (yang meliputi infeksi bakteri, virus dan

parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan (keracunan bahan-bahan kimia, keracunan

Page 56: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

44  

oleh racun yang dikandung dan diproduksi baik jazad renik, ikan, buah-buahan,

sayur-sayuran, algae dll), imunisasi, defisiensi dan sebab-sebab lain. 23

Alergi/intolerance

Imunodefisiensi Kekebalan tubuh

Malnutrisi

Imunisasi

Malarbsorbsi

Pencemaran air bersih

Umur balita

Racun yang dikandung dan di produksi

Perumahan padat

DIARE BALITA

Pemanfaatan air bersih

Prilaku hidup bersih dan sehat

Ketersediaan jamban

Ketersediaan sarana air bersih

keracunan

Makanan dan minuman yang tercemar

kemiskinan

Bahan kimia

Infeksi bakteri,virus dan

Page 57: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

45  

Bagan 2.1

Mekanisme terjadinya diare 23

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, faktor – faktor

yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sangat banyak. Untuk itu

kerangka konsep ini hanya mengambil beberapa faktor saja karena keterbatasan

dalam dalam hal biaya dan juga waktu. Oleh karena itu, kerangka konsep dapat di

uraikan sebagai berikut :

Kerangka konsep Penelitian

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

Sarana air bersih

Kejadian Diare Pembuangan tinja

Kebersihan rumah

Kebiasaan cuci tangan

Pengolahan air minum

Page 58: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

46  

Bagan 2.2 Factor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015.

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan kerangka konsep

yang ditemukan, maka hipotesa yang diuji adalah :

1. Adanya hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita

2. Adanya hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare pada balita

3. Adanya hubungan pembungan tinja dengan kejadian diare pada balita

4. Adanya hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare pada balita

5. Adanya hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada balita

Page 59: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

47  

F. Definisi Operasional

No Varibel

Definisi Operasional Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala

1 Kejadian Diare

Keadaan yang dialami oleh anak umur 12 – 59 bulan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek/cair dalam 3 bulan terakhir

Kuesioner Wawancara 0 = Diare 1 = Tidak diare (Yosef wijoyo,2013)

Ordinal

2 Sarana Air Bersih

Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran yang diwakili oleh beberapa isian pada lembar observasi.

kuesioner dan lembar observasi

Wawancara dan observasi

0 = Buruk, jika skor yang didapatkan dari hasil observasi pada masing – masing SAB adalah : PDAM : < 3 atau SPL : < 7 atau SPT : < 6 atau SG : < 8

1 = Baik, jika skor yang didapat dari hasil observasi pada masing –masing SAB adalah : PDAM : ≥3 atau SPL : ≥7 atau

Ordinal

Page 60: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

48  

SPT : ≥6 atau SG : ≥ 8

(Suhardiman,2007)

3 Pengolahan Air Minum

Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum.

Kuesioner Wawancara 0 = Tidak dimasak 1 = dimasak (Chandra,2007)

Ordinal

4 Pembuangan Tinja

Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam /

got 2) Septic tank

Kuisioner dan lembar observasi

Wawancara dan Observasi

0 = Tidak sehat apabila pembuangan tinja ke kali/kolam/got

1 = Sehat, apabila menggunakan septic tank dengan memenuhi syarat – syarat jamban sehat.

Ordinal

5 Kebersihan Rumah

Kondisi lingkungan rumah ibu yang mempunyai balita (12-59 bulan ) dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai

semen/kedap air 2) Sampah tidak

berserakan 3) Ada tempat

pembuangan limbah

4) Tidak ada kotoran hewan yang berserakan di sekitar rumah

5) Lantai tidak berdebu

Lembar observasi

Wawancara dan Observasi

0 = Tidak bersih,jika tidak memenuhi kriteria pada DO 1- 6

1= bersih, apabila memenuhi kriteria pada DO 1- 6

Ordinal

Page 61: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

49  

6) Tidak terdapat air tergenang

5 Kebiasaan Mencuci tangan

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita (12- 59 bulan).

Kuisioner Wawancara 0 = Tidak dilakukan, jika 1 dari 8 tidak dilakukan 1 = Dilakukan, jika semuanya dilakukan

Ordinal

Page 62: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan

pendekatan “cross sectional study” dimana variable independen dan dependen

diobservasi secara bersamaan. Hasil yang diharapkan yaitu diketahuinya

faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita.19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh yaitu di

Kelurahan Limau Manis Selatan. Penelitian ini di mulai dari bulan Desember

2014 sampai Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di

teliti.19 Populasi dalam penelitian ini adalah semua Balita di Kelurahan

Limau Manis Selatan Padang yang berjumlah 729 balita.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang di teliti dan di anggap mewakili seluruh

populasi.19 Sampel penelitian adalah beberapa ibu Balita di Kelurahan

Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh yang terdiri dari 8

RW. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penarikan sampel

dengan Simple Random Sampling. Untuk menentukan banyaknya sampel

peneliti menggunakan rumus besar sampel (size) sebagai berikut:

Page 63: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

50

a. Besar sampel

n = 2ቀ1െݖ

2ቁሺ1െሻ2ሺെ1ሻ+2ݖቀ1െ

2ቁሺ1െሻ

Keterangan :

n = jumlah sampel

z = derajat kepercayaan yang diinginkan (95%= 1.96)

p = proporsi kejadian pada populasi (dapat di gunakan p = 0.5)

q = 1 – p

d = presisi mutlak (10%)

N = populasi sampel

n = 2ቀ1െݖ

2ቁሺ1െሻ2ሺെ1ሻ+2ݖቀ1െ

2ቁሺ1െሻ

n = ሺ1.962ሻ0.5ሺ1െ0.5ሻ729

0.12ሺ729െ1ሻ+൫ሺ1.962ሻ0.5ሺ1െ0.5ሻ൯ n =

3.8416×182.25

7.28+0.9604

n = 700.1316

8.2404= 85

Page 64: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

51

b. Cara penarikan sampel

Dari perhitungan diatas didapatkan sampel berjumlah 85 Balita.

sedangkan untuk penarikan sampel di masing – masing RW di

Kelurahan Limau Manis Selatan dengan menggunakan proporsional

Simple Random Sampling, sebagai berikut :

Rumus :

n = ݑ ݏ ݐݏ ݑݑݐݎݐݏ ݏݑ × ݏ ݎݏ

RW I = 134

729× 85 = 16

RW II = 176

729× 85 = 21

RW III = 54

729× 85 = 6

RW IV = 87

729× 85 = 10

RW V = 59

729× 85 = 7

RW VI = 56

729× 85 = 6

RW VII = 92

729× 85 = 11

RW VIII = 72

729× 85 = 8

Page 65: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

52

Adapun kriteria sebagai responden adalah sebagai berikut :

1) Kriteria inklusi

a) Bersedia menjadi responden

b) Responden kooperatif

2) Kriteria eklusi

a) Setelah dua kali kunjungan keluarga yang memiliki balita tidak

dapat ditemui

Pada saat dilakukan penelitian kriteria inklusi dapat terpenuhi

sedangkan untuk kriteria eklusi ada 3 responden yang sudah dua kali

kunjungan tidak di temukan sehingga peneliti melakukan random ulang

dengan menggunakan tabel random.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi di

lapangan dan wawancara oleh peneliti, dengan melakukan observasi dan

menanyakan pertanyaan yang ada pada kuesioner kepada responden untuk

mendapatkan data sarana air bersih, pengolahan air minum,pembuangan tinja,

kebersihan rumah dan kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan

kejadian diare pada Balita.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden.19

Data dikumpulkan dengan hasil wawancara dan menggunakan instrument

(kuisioner) yang di isi oleh peneliti, dengan langkah- langkah sebagai

berikut :

Page 66: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

53

a. Penjelasan tentang penelitian dan tujuan penelitian

b. Penjelasan mengenai format persetujuan, selanjutnya responden

diminta menandatangani format persetujuan tersebut.

c. Peneliti mewawancarai responden untuk mendapatkan informasi,

peneliti mengisi kuisioner

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapatkan dari instansi terkait

seperti Dinas Kesehatan Provinsi atau Kota, Puskesmas, Kader Posyandu

dan buku sumber. Data sekunder yang di dapat dari Dinas Kesehatan Kota

Padang berupa data tentang angka kejadian diare di kota Padang,

sedangkan data yang didapat dari Puskesmas Pauh berupa jumlah balita di

wilayah kerja Puskesmas Pauh dan angka kunjungan balita yang menderita

diare ke Puskesmas pauh.

E. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :19

1. Pemeriksaan Data (editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa setiap kuisioner berkaitan dengan

kelengkapan dan kejelasan jawaban dari responden.

2. Pengkodean ( coding)

Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap

pertanyaan dalam kuisioner untuk memudahkan dalam pengolahan data.

a. Kejadian diare

1) Diare diberi kode ( 0 )

2) Tidak diare diberi kode ( 1 )

Page 67: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

54

b. Sarana air bersih

1) Buruk, diberi kode ( 0 )

2) Baik diberi kode ( 1 )

c. Sumber air bersih

1) Tidak dimasak, diberi kode ( 0 )

2) Dimasak diberi kode ( 1 )

d. Pembuangan tinja

1) Tidak sehat, diberi kode ( 0 )

2) Sehat, diberi kode ( 1 )

e. Kebersihan rumah

1) Tidak bersih, diberi kode ( 0 )

2) Bersih, diberi kode (1)

f. Kebiasaan mencuci tangan

1) Tidak dilakukan, diberi kode (0)

2) Dilakukan , diberi kode ( 1 )

3. Pemindahan Data (entry)

Memproses data agar dapat di analisis dengan cara memindahkan data dari

kuisioner ke dalam master table.

4. Pembersihan Data (cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukan ke dalam master table atau

di entry ke dalam computer untuk melihat apakah ada kesalahan atau

tidak. Pengecekan data dilakukan dengan cara distribusi frekuensi dari

variable yang ada.

Page 68: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

55

5. Pentabulasian Data (tabulating)

Setelah semua data di bersihkan, maka data kemudian ditabulasikan dan

disajikan dalam bentuk variable distribusi frekuensi, data yang telah di

olah kemudian akan dianalisa secara univariat dan bivariat.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis terhadap masing- masing variable.

Analisis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif berupa

distribusi frekuensi dan persentase dengan rumus (Budiarto, 2002) :

P = ܨ

× 100%

Keterangan :

P = persentase (%) yang di proleh

F = frekuensi dari setiap kategori

N = Nilai Maksimal

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk melihat hubungan antara variable

independen dan variable dependen. Analisis pada penelitian ini

menggunakan uji Chi - Square. Dengan tingkat kepercayaan 95 % (0.05).

Hasil analisis dikatakan bermakna apabila nilai p < g dan dikatakan tidak

bermakna jika p>g, dengan nilai g= 0.05

Page 69: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

56  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum wilayah dan karakteristik responden

1. Gambaran umum wilayah

Kelurahan Limau Manis Selatan merupakan daerah yang terletak di

Kecamatan Pauh Padang, yang terdiri dari 8 buah RW. Kelurahan Limau

Manis Selatan ini berbatasan bagian

Sebelah Utara : Kelurahan Indarung

Sebelah Selatan : Kelurahan Limau Manis

Sebelah Barat : Kelurahan Koto Luar

Sebelah Timur : Kelurahan Indarung

Wilayah limau Manis Selatan memiliki wilayah topografi berbukit –

bukit dan dibatasi oleh sungai, bagian wilayah terbesarnya terdiri dari kebun

dan persawahan, jalan yang ada di Kelurahan Limau Manis Selatan

memiliki jalan utama yang sudah beraspal dengan lebar jalan muat untuk

dua mobil, rumah penduduk dapat dicapai dengan jalan beraspal dan juga

jalan tanah. Dengan keadaan topografi dan jalan yang ada di Kelurahan

Limau Manis Selatan alat transportasi yang digunakan paling banyak

menggunakan kendaraan umum dan ojek motor.

Kelurahan Limau Manis Selatan dengan sebagian wilayahnya yang

terdiri dari perkebunan dan persawahan menyebabkan sebagian besar

penduduknya bermata pencarian sebagai petani, sebagian kecilnya sebagai

PNS dan pegawai swasta. Oleh karena itu, masyarakat di Kelurahan Limau

Page 70: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

57  

Manis Selatan status perekonomian keluarganya sebagian besar berada pada

garis ekonomi menengah kebawah.

2. Karakteristik responden

a. Umur Ibu Balita

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu Balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Umur ibu Balita f % 1 21 – 30 tahun 53 62.4

2 31 – 40 tahun 32 37.6 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (62.4%) ibu Balita

berumur 21 – 30 tahun.

b. Umur Balita

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Umur Balita f % 1 12 – 24 bulan 9 10.5

2 25 – 36 bulan 27 31.4 3 37 – 48 bulan 31 36.5 4 49 – 59 bulan 18 21.2

Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukkan kurang dari separuh (36.5%) Balita

berumur 37 – 48 bulan.

Page 71: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

58  

c. Jenis Kelamin Balita

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Jenis Kelamin Balita f % 1 Laki - laki 39 45.9

2 Perempuan 46 54.1 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (54.1%) Balita berjenis

kelamin perempuan.

d. Pendidikan Ibu Balita

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Pendidikan ibu Balita f % 1 SD 12 14.1

2 SMP 22 25.9 3 SMA 34 40 4 PT 17 20

Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukkan kurang dari separuh (40%) ibu Balita

berpendidikan SMA.

Page 72: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

59  

e. Pekerjaan Ibu Balita

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Pekerjaan ibu Balita f % 1 Ibu rumah tangga 45 52.9

2 Wiraswasta 28 32.9 3 PNS 12 14.1

Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukkan lebih dari separuh (52.9%) ibu Balita

bekerja sebagai ibu rumah tangga

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui gambaran masing –

masing variabel penelitian yang meliputi angka kejadian diare, sarana air

bersih, pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan

kebiasaan mencuci tangan, hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.

a. Kejadian diare pada Balita Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Kejadian diare f % 1 Diare 47 55.3

2 Tidak diare 38 44.7 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (55.3%) ibu Balita

yang mengatakan balitanya mengalami diare dalam 3 bulan terakhir.

Page 73: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

60  

b. Sarana air bersih yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih yang

Digunakan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

No Sarana air bersih F % 1 Buruk 54 63.5

2 Baik 31 36.5 Jumlah 85 100

Tabel 4.2 menunjukan lebih dari separuh (63.5%) ibu Balita

mempunyai sarana air bersih yang buruk.

c. Pengolahan air minum yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

No Pengolahan air minum F % 1 Tidak dimasak 26 30.6

2 Dimasak 59 69.4 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukan kurang dari separuh (30.6%) ibu Balita

mengolah air minum dengan tidak dimasak.

Page 74: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

61  

d. Pembuangan tinja yang digunakan Ibu yang mempunyai Balita

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

No Pembuangan tinja F % 1 Tidak sehat 51 60

2 Sehat 34 40 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (60%) ibu Balita

mempunyai tempat pembuangan tinja yang tidak sehat.

e. Kebersihan rumah pada Ibu yang mempunyai Balita

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah di

Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Kebersihan rumah F % 1 Tidak bersih 50 58.8

2 Bersih 35 41.2 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita

mempunyai rumah tidak bersih.

Page 75: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

62  

f. Kebiasaan mencuci tangan Ibu yang mempunyai Balita

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci

Tangan di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Kebiasaan mencuci tangan F % 1 Tidak melakukan 52 61.2

2 Melakukan 33 38.8 Jumlah 85 100

Tabel diatas menunjukan lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita tidak

melakukan kebiasaan mencuci tangan.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dapat dilanjutkan setelah diketahui karakteristik

masing-masing variabel yaitu variabel kejadian diare, sarana air bersih,

pengolahan air minum, pembuangan tinja, kebersihan rumah dan kebiasaan

mencuci tangan, kemudian dapat diteruskan analisis lebih lanjut. Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen. Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedua

variabel yang diteliti, maka dilakukan uji statistic dengan menggunakan uji

Chi-square dengan batas kemaknaan 0.05 artinya bila p ≥ 0.05 maka

hubungan antara variabel independen dengan dependen tidak bermakna, tapi

bila nilai p < 0.05 maka hubungannya menjadi bermakna.

Page 76: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

63  

a. Hubungan Sarana Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih dan

Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

No Sarana air bersih

Kejadian diare Jumlah P value Diare Tidak diare

f % f % f % 0.011 1 Buruk 36 66.7 18 33.3 54 100

2 Baik 11 35.5 20 64.5 31 100 Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100

Tabel diatas menunjukkan dari 54 orang ibu Balita yang mempunyai

sarana air bersih yang buruk terdapat Balita mengalami diare 66.7%,

sedangkan dari 31 orang ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang

baik terdapat Balita yang mengalami diare 35.5%. Berdasarkan uji statistic

didapat p = 0.011 pada g= 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara

sarana air bersih dengan kejadian diare pada Balita.

Page 77: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

64  

b. Hubungan Pengolahan Air minum dengan kejadian Diare pada Balita

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengolahan Air Minum dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau

Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

No Pengolahan Air

Minum

Kejadian diare Jumlah P value

Diare Tidak diare

F % F % f %

0.139 1 Tidak memasak 18 69.2 8 30.8 26 100

2 Memasak 29 49.2 30 50.8 59 100

Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100

Tabel diatas menunjukkan dari 26 orang ibu Balita yang tidak

memasak air minum terdapat Balita mengalami diare 69.2%, sedangkan dari

59 orang ibu Balita yang memasak air minum terdapat Balita yang mengalami

diare 49.2%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.139 pada g = 0.05, artinya

tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan

kejadian diare pada Balita.

Page 78: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

65  

c. Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare pada Balita

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pembuangan Tinja

dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan dari 51 orang ibu Balita yang mempunyai

tempat pembuangan tinja yang tidak sehat terdapat Balita mengalami diare

68.6%, sedangkan dari 34 orang ibu Balita yang mempunyai tempat

pembuangan tinja yang sehat Balita yang mengalami diare sebanyak 35.3%.

Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.005 pada g = 0.05, artinya ada

hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare

pada Balita.

No Pembuangan

Tinja

Kejadian diare Jumlah P value

Diare Tidak diare

F % f % f %

0.005 1 Tidak sehat 35 68.6 16 31.4 51 100

2 Sehat 12 35.3 22 64.7 34 100

Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100

Page 79: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

66  

d. Hubungan kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebersihan Rumah

dan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh

Tahun 2015

No Kebersihan

rumah

Kejadian diare Jumlah P value

Diare Tidak diare

f % f % f %

0.009

1 Tidak bersih 34 68 16 32 50 100

2 Bersih 13 37.1 22 62.9 35 100

Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100

Tabel diatas menunjukkan dari 50 orang ibu Balita yang mempunyai

rumah tidak bersih terdapat Balita mengalami diare 68%, sedangkan dari 35

orang ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih Balita yang mengalami

diare 37.1%. Berdasarkan uji statistic didapat p = 0.009 pada g = 0.05, artinya

ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian diare

pada Balita.

Page 80: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

67  

e. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Limau

Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

Tabel diatas menunjukkan dari 52 orang ibu Balita yang tidak

melakukan kebiasaan mencuci tangan terdapat Balita mengalami diare 67.3%,

sedangkan dari 33 orang ibu Balita melakukan kebiasaan mencuci tangan

hanya Balita yang mengalami diare 36.4%. Berdasarkan uji statistic didapat p

= 0.010 pada g = 0.05, artinya ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan

mencuci tangan dengan kejadian diare pada Balita.

C. Pembahasan

1. Kejadian diare pada balita

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan angka kejadian diare pada

Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah kerja Puskesmas Pauh

sebanyak 47 Balita (55.3%). Sedangkan yang tidak menderita diare adalah 38

Balita (44.7%). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Elsa tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

No Kebiasaan

mencuci tangan

Kejadian diare Jumlah P value

Diare Tidak diare

F % f % F %

0.010 1 Tidak

melakukan

35 67.3 17 32.7 52 100

2 melakukan 12 36.4 21 63.6 33 100

Jumlah 47 55.3 38 44.7 85 100

Page 81: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

68  

kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Tebing Gerinting tahun 2014”,

yaitu sebanyak 67.4 % dari 95 orang Balita menderita diare.

Selain itu, Penelitian lain yang dilakukan oleh Novi tentang

“Hubungan faktor prilaku ibu dengan kejadian diare pada Balita di

Puskesmas Batujajar Bandung Barat tahun 2008”, juga menunjukan bahwa

lebih dari separuh (56.6%) balita mengalami diare.

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu,

lingkungan, dan perilaku. Faktor penjamu yang menyebabkan meningkatnya

kerentanan terhadap diare, diantaranya tidak memberikan ASI selama 2

tahun, kurang gizi, penyakit campak, dan imunodefisiensi. Faktor lingkungan

yaitu sarana penyediaan air bersih, kebersihan rumah dan pembuangan tinja,

faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor

lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan

mudah dapat terjadi.2

Menurut peneliti tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau

Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh, dapat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan yang tidak sehat seperti sarana air bersih, kebersihan rumah dan

pembuangan tinja. Lingkungan rumah yang tidak bersih sangat berpengaruh

pada kejadian diare karena lingkungan yang kotor akan membuat agent

penyakit seperti lalat dapat dengan mudah menyebarkan penyakit terutama

diare. Faktor perilaku yang tidak sehat, seperti kebiasaan mencuci tangan

Page 82: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

69  

dengan sabun yang jarang dilakukan ketika selesai buang air besar atau

ketika membuang tinja anak dapat menyebabkan penyakit diare.

Dampak atau resiko terbesar diare ialah dehidrasi. Jika terjadi

dehidrasi, seseorang dapat kehilangan lima liter air setiap hari beserta

elektrolit utama yaitu natrium dan kalium yang berada di dalamnya.

Keduanya sangat penting dengan fisiologi normal. Jika kehilangan dua

elektrolit utama ini maka akan menyebabkan bayi dan balita menjadi rewel

atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. 2

Disarankan kepada Petugas kesehatan setempat dalam menanggulangi

kejadian diare dapat dengan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat

mengenai tatalaksana diare pada anak yang direkomendasikan oleh

Kementrian Kesehatan. Prinsip tatalaksana diare adalah LINTAS DIARE

(Lima Langkah Tuntaskan diare) yang ditujukan bagi penderita diare yang

bertujuan utuk mencegah dan mengobati dehidrasi, mencegah gangguan

nutrisi dengan memberikan makanan selama dan sesudah diare serta

memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat.

2. Hubungan Sarana Air Bersih dengan kejadian Diare

Hasil penelitian menunjukan hipotesis nol (Ho) ditolak artinya ada

hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare.

Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang mempunyai sarana

air bersih yang buruk (66.7%) lebih banyak anaknya yang menderita diare

Page 83: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

70  

dibandingkan ibu Balita yang mempunyai sarana air bersih yang baik

(35.5%).

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fauziah tentang

“Hubungan faktor individu dan karakteristik sarana sanitasi air bersih dengan

kejadian diare pada Balita di Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang kota

Bekasi tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara sarana air bersih dengan

kejadian diare pada Balita.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada

Balita di Wilayah Puskesmas Nogosari kabupaten Boyolali tahun 2009”,

ditemukan ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan

kejadian diare pada balita.

Sarana sanitasi air bersih merupakan bangunan beserta peralatan dan

perlengkapannya yang menyediakan dan mendistribusikan air tersebut

kepada masyarakat. Sarana air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan,

agar tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang

baik sesuai dengan standar kesehatan. Sarana sanitasi air bersih meliputi

sarana yang digunakan, persyaratan konstruksi, dan jarak minimal dengan

sumber pencemar.30

Sarana air bersih mempunyai peranan dalam penyebaran beberapa

penyakit menular. Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara

langsung di antara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit

bawaan air. Penyakit – penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba

Page 84: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

71  

penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air yang dipakai masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.25

Sumber air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan

dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke

dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. 3

Di samping kebutuhan air yang sangat penting digunakan bagi

masyarakat, Achmadi (2008), menyatakan bahwa air merupakan media

transmisi yang sangat baik bagi mikroorganisme. Air sebagai komponen

lingkungan dikatakan memiliki potensi dan menjadi media transmisi kalau

didalamnya terdapat agen penyakit. Terutama dalam penularan penyakit

diare, air sangat berperan penting.30 Menurut Depkes (2000), air dapat masuk

melalui mekanisme Water borne disease yaitu penyakit yang ditularkan

langsung melalui air yang mengandung kuman patogen.18

Menurut Simatupang (2004), memperbaiki sumber air (kualitas dan

kuantitas) dan keberhasilan perorangan akan mengurangi kemungkinan

tertular dengan bakteri patogen tersebut. masyarakat yang terjangkau oleh

penyediaan air yang bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil

dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.31

Sarana air bersih yang di ukur dalam penelitian berupa sumber air

bersih dan kondisi sarana air bersih. Berdasarkan sumber air bersih, 47 ibu

Balita menggunakan PDAM dan 38 ibu Balita menggunakan sumur pompa

listrik. Berdasarkan kondisi sarana air bersih yang di gunakan ibu Balita,

Page 85: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

72  

63.5% menggunakan sarana air bersih yang buruk dan 36.5% menggunakan

sarana air bersih yang baik. Kemudian dilihat dari masing – masing kondisi

sarana air bersih yang digunakan ibu, 55.3% ibu Balita menggunakan PDAM

dengan kondisi yang buruk, sedangkan 73.7% ibu Balita menggunakan

sumur pompa listrik dengan kondisi buruk.

Berdasarkan hasil observasi ke lapangan, sarana air bersih PDAM

yang buruk bisa disebabkan karena masih banyak ibu Balita yang

mempunyai pipa saluran air yang bocor, tempat penampungan dan kran air

yang tidak bersih dan terawat. Sedangkan untuk sumur pompa listrik, masih

banyak ibu Balita yang mempunyai kualitas air bersih yang tidak jernih,

berbau dan berwarna. Selain itu, juga terdapat sumber pencemaran yang

jaraknya dekat dengan sumur, tempat penyimpana air yang tidak bersih dan

terawat dan terdapat lubang sumur yang tidak tertutup dan terlindung dari

sumber pencemaran.

Sedangkan sarana air bersih ini digunakan oleh ibu Balita untuk

aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci peralatan makan dan minum dan

juga untuk mencuci pakaian. Apabila sarana air bersih yang digunakan ibu

balita telah terkontaminasi oleh bakteri patogen seperti E.Coli maka

peralatan makan dan minum berisiko untuk terkontaminasi, terlebih jika ibu

mencucinya kurang baik. Akibatnya terjadi rantai penularan penyakit diare.

Menurut Puspitasari (2012), jenis sarana air bersih sangat berpengaruh

terhadap kebersihan peralatan makan dan minum yang digunakan. Sarana air

Page 86: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

73  

bersih yang kurang saniter maka kualitas air bersihnya menjadi tidak

terjamin bebas bakteriologis. 30

Menurut Depkes RI (2008), setiap sarana sanitasi air bersih memiliki

masing-masing persyaratan yang berbeda-beda, tetapi dari setiap persyaratan

yang ada, syarat utama yang harus diperhatikan adalah jarak antara sumber

air bersih dengan tempat pembuangan tinja (septic tank) tidak boleh kurang

dari 10 meter. Hal ini agar sumber air bersih yang digunakan tidak

terkontaminasi oleh kotoran tinja yang mengandung banyak bakteri dan

cacing yang dapat menyebabkan penyakit diare. 30

Hasil penelitian juga didapat sebanyak 33.3% ibu Balita yang

mempunyai sarana air bersih yang buruk tetapi tidak mengalami diare pada

Balita , hal ini dikarenakan walaupun air yang dikonsumsi tidak memenuhi

syarat penyediaan air bersih namun untuk keperluan minum, ibu Balita

terlebih dahulu memasak airnya hingga mendidih dan sebagian ibu Balita

selalu menampung air untuk keperluan minum dan memasak dalam wadah

tertutup sehinga sedikit kemungkinan untuk terkontaminasi dengan bakteri

penyebab kejadian diare.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan 35.5% ibu Balita yang

mempunyai sarana air bersih yang baik tetapi balitanya mengalami diare, hal

ini dikarenakan adanya faktor lain penyebab diare seperti pengolahan air

minum yang tidak dimasak, kebersihan rumah, tempat pembuangan tinja,

kebisaan mencuci tangan dan lain – lain.

Page 87: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

74  

Sarana sanitasi air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan, agar

tidak mengalami pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik

sesuai dengan standar kesehatan. Masyarakat dapat mengurangi risiko

terhadap serangan diare tersebut dengan menggunakan air yang bersih dan

air yang terlindungi dari kontaminasi mulai dari sumber sampai

penyimpanan. Oleh karena itu, disarankan kepada petugas Puskesmas

khususnya Pembina wilayah bekerja sama dengan lintas sektor untuk dapat

meningkatkan pengawasan dalam melakukan inspeksi sanitasi sarana air

bersih dan penyuluhan kepada masyarakat agar memperhatikan sarana air

bersih yang digunakan, agar sarana air bersih terlindungi dari kontaminasi.

3. Hubungan Pengolahan Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita

Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di terima artinya

tidak ada Hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan

kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak

memasak air minum 69.2% anaknya menderita diare, sedangkan ibu Balita

yang memasak air minum 35.5% anaknya menderita diare.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita

tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan

kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan tidak ada hubungan

antara pengolahan air minum dengan kejadian diare pada Balita.

Page 88: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

75  

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Rosa tentang “Faktor

– faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada Balita di Puskesmas

Cipayung Kota Depok tahun 2011”, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara pengolahan air minum rumah tangga dengan kejadian

diare pada balita.

Menurut Direktur Jenderal P2PL (2008), Air untuk minum harus

diolah terlebih dahulu dan wadah air harus bersih dan tertutup. Air yang tidak

dikelola dengan standar pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT)

dapat menimbulkan penyakit. Salah satu bentuk pengolahan air minum

rumah tangga yang sederhana dan sering digunakan adalah dengan cara

memasak. Memasak merupakan proses mematikan mikroorganisme (virus,

bakteri, spora bakteri, jamur protozoa) penyebab penyakit dengan cara

pemanasan.20

Memasak air merupakan cara paling baik untuk proses purifikasi air di

rumah. Agar proses purifikasi menjadi lebih efektif, maka air dibiarkan

mendidih antara 5-10 menit. Hal tersebut bertujuan agar semua kuman,

spora, kista, dan telur mati sehingga air bersifat steril. Selain itu, proses

pendidihan juga dapat mengurangi kesadahan karena dalam proses

pendidihan terjadi penguapan CO2dan pengendapan CaCO3.13

Pengolahan air minum yang di ukur dalam penelitian berupa sumber

air minum dan cara mengolah air minum. Berdasarkan sumber air minum

yang digunakan ibu Balita sebanyak 42.4% menggunakan sumber air minum

PDAM, 27.1% menggunakan sumur pompa listrik dan 30.6% menggunakan

Page 89: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

76  

sumber air minum isi ulang. Berdasarkan cara ibu Balita mengolah air

minum 69.4% ibu mengolah air minum dengan dimasak dan 30.6% ibu

Balita mengolah air minum dengan tidak dimasak.

Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum

dengan kejadian diare pada Balita, dapat disebabkan karena sebagian besar

ibu Balita yang tidak mengolah air minumnya dengan cara memasak sampai

mendidih adalah ibu Balita yang mengkonsumsi air minum isi ulang (galon).

Walaupun masyarakat yang menggunakan air isi ulang (galon) tidak

memasak airnya terlebih dahulu, pada depot air minum isi ulang telah

dilakukan proses pengolahan air minum menggunakan sinar ultraviolet dan

filtrasi.

Proses pengolahan air baku menjadi air minum isi ulang pada

prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi

dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminan tersuspensi juga

memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari

dalam air, sedangkan disenfeksi dimaksudkan untuk membunuh

mikroorganisme yang tidak tersaring oleh proses sebelumnya. Sehingga

bakteri patogen yang ada pada air minum telah mati sebelum dikonsumsi.26

Walaupun demikian, di lihat dari persentase kejadian diare pada balita

yang menggunakan sumber air dari PDAM, sumur pompa listrik dan air isi

ulang (galon) didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh 62.9% ibu Balita

yang menggunakan air isi ulang (galon) mengalami kejadian diare pada

balitanya.

Page 90: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

77  

Selain itu, penyimpanan air isi ulang juga dapat berpengaruh pada

keberadaan E.Coli dalam air isi ulang tersebut. Dalam penelitian Ekawati

(2005) menunjukkan bahwa ada perbedaan jumlah E.Coli pada air minum isi

ulang dengan lama penyimpanan. Air minum isi ulang biasanya tidak habis

dalam sekali pakai melainkan dalam beberapa hari. Menurut Hidayati (2010),

semakin lama penyimpanan memungkinkan adanya pertumbuhan

mikroorganisme yang akan berkembang menjadi bakteri patogen dan

menyebabkan kadar zat organik meningkat.26

Untuk mengurangi kontaminasi E.Coli pada air minum, cara yang

paling mudah adalah dengan cara memasak air yang digunakan untuk minum

dan dibiarkan mendidih antara 5-10 menit sebelum diberikan kepada balita.

Tujuannya adalah agar semua kuman, spora, kista dan telur telah mati

termauk E.Coli. sehingga air bersifat steril.22

Selain itu, menurut pengamatan peneliti umumnya masyarakat

menggunakan dispenser dalam penyajian air isi ulang. Rahayu (2008),

mengungkapkan penggunaan dispenser memang membuat penyajian air

minum menjadi praktis sesuai dengan kebutuhan penyajian tetapi kebersihan

dispenser umumnya kurang diperhatikan oleh konsumen. Penggunaan

dispenser berulang-ulang tanpa pembersihan bagian dalam dispenser

memungkinkan tumbuhnya mikroba. Resiko pencemaran mikroba ini dapat

terjadi baik pada keran bersuhu normal, dingin ataupun panas karena

mikroba dapat tumbuh pada suhu dingin / psikrofilik, normal / mesofilik

ataupun panas / termofilik.26

Page 91: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

78  

Hasil penelitian juga di dapatkan sebanyak 49.2% ibu balita yang

memasak airnya mengalami diare pada anaknya. Hal ini bisa disebabkan

karena ibu yang memasak airnya menyimpan air di wadah yang tidak bersih

atau tidak tertutup dan mudah terkontaminasi, sehingga air minum yang

aman bisa terkontaminasi oleh kuman. Selain itu, bisa juga disebabkan

karena faktor lain penyebab diare seperti pembuangan tinja yang tidak sehat,

kebersihan rumah, tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

dan lain-lain.

Menurut Depkes (2008), pengelolaan air minum yang benar antara

lain; air untuk minum harus diolah terlebih dahulu dan wadah air harus

bersih dan tertutup, jangan mengambil air dengan diciduk, sebaiknya simpan

air minum di wadah yang berleher sempit atau memiliki kran. Selain itu, cara

penanganan air yang telah dimasak, misalnya dengan tidak melakukan

perebusan air minum dengan sistem tambah. Sistem tambah artinya ketika air

minum yang telah dimasak lagi secara bersamaan.32

Kemudian disarankan kepada perawat Puskesmas khususnya Pembina

wilayah, bekerja sama dengan lintas sektor misalnya antara Dinas Kesehatan,

atau pelayanan kesehatan lainnya, laboratorium, dan masyarakat agar air

minum yang dikonsumsi bebas kontaminasi E.Coli sehingga dapat memenuhi

syarat kesehatan.

Page 92: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

79  

4. Hubungan Pembuangan Tinja dengan Kejadian Diare aada Balita

Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) ditolak artinya ada

hubungan yang bermakna antara pembuangan tinja dengan kejadian diare.

Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak mempunyai

tempat pembuangan tinja yang tidak sehat 68.6% mengalami diare pada

balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai tempat

pembuangan tinja yang sehat 35.3% balitanya mengalami diare.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita

tentang “Hubungan sarana sanitasi air bersih dan perilaku ibu dengan

kejadian diare pada Balita di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan

Setu Kota Tangerang Selatan tahun 2013”, ditemukan ada hubungan antara

penggunaan jamban dengan kejadian diare pada balita.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Bumolo (2012), pada

“Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo tahun

2012” yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

penggunaan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita dengan P-

value sebesar 0,000.

Selain sarana air bersih, jenis tempat pembuangan tinja juga

merupakan sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Jenis

tempat pembuangan tinja yang tidak saniter akan memperpendek rantai

penularan penyakit diare.2

Page 93: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

80  

Wibowo (2009), juga menjelaskan bahwa tempat pembuangan tinja

yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya

diare pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga

yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat

sanitasi.30

Pada penelitian ini jenis tempat pembuangan tinja dibedakan menjadi

jenis jamban sehat dan jenis jamban tidak sehat. Lebih dari separuh (60%)

ibu Balita mempunyai jamban tidak sehat sedangkan 40% ibu mempunyai

jamban yang sehat. Jenis jamban tidak sehat yaitu jenis jamban tanpa tangki

septic tank atau jamban cemplung dan rumah yang tidak memiliki jamban,

sehingga bila buang air besar mereka pergi ke sungai. Jenis tempat

pembuangan tinja tersebut termasuk jenis tempat pembuangan tinja yang

tidak saniter. Jenis tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat

kesehatan, akan berdampak pada banyaknya lalat. Sedangkan jenis jamban

sehat yaitu jamban yang memiliki tangki septic atau lebih dikenal dengan

jamban leher angsa.

Menurut Entjang (2000), jamban leher angsa (angsa latrine)

merupakan jenis jamban yang memenuhi syarat kesehatan. Jamban ini

berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air, yang berfungsi sebagai

sumbatan sehingga bau dari jamban tidak tercium dan mencegah masuknya

lalat kedalam lubang. Jamban leher angsa menurut Sukarni (2002), memiliki

keuntungan antara lain aman untuk anak-anak dan dapat dibuat didalam

rumah karena tidak menimbulkan bau.27

Page 94: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

81  

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lansung dengan ibu Balita

diketahui masih ada sebagian kecil ibu Balita (20%) yang belum memiliki

jamban pribadi, apabila mereka buang air besar mereka menumpang di

jamban tetangga, buang air besar di sungai dekat rumah atau buang air besar

di jamban cemplung yang ada di kebun dekat rumah dan 29.4% ibu Balita

membuang limbah tinja lansung ke kali/kolam/got.

Dilihat dari kondisi jamban yang digunakan ibu Balita sebanyak

34.1% jamban mengotori air permukaan, 27.1 % jamban berbau dan 50.6%

jamban dengan septic tenk memiliki jarak yang dekat dengan sumur sehingga

dapat mengotori air dalam tanah di sekitarnya.

Menurut Notoatmodjo (2012), syarat pembuangan kotoran yang

memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di

sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,tidak mengotori air

dalam tanah di sekitarnya,dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat

dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit

lainnya.1

Bila dilihat dari perilaku ibu Balita, masih ada sebagian ibu Balita

yang tidak membuang tinja balita dengan benar (kotoran dibuang ke jamban).

Kebanyakan dari mereka membuang tinja balitanya ke kebun dan tempat

sampah. Hal ini dikarenakan tinja Balita dibuang bersamaan dengan pampers

yang dipakai, tapi ada sebagian ibu balita yang membuang kotoran balitanya

ke jamban, lalu mencuci pampersnya, baru kemudian dibuang. Mereka juga

beranggapan bahwa tinja balita tidak berbahaya, hal ini disebabkan karena

Page 95: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

82  

sebagian ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka kurang mengerti

akibat dari membuang tinja sembarangan. Padahal menurut Depkes (2000),

tinja balita juga berbahaya karena mengandung virus atau bakteri dalam

jumlah besar. Tinja balita juga dapat menularkan penyakit pada balita itu

sendiri dan juga pada orang tuanya.27

Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat di gunakan oleh lalat

untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan

penyakit melalui tinja (faecal borne disease), lalat senang menempatkan

telurnya pada kotoran manusia yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap

dikotoran manusia dan hinggap pada makanan manusia.29

Pembuangan kotoran manusia di sembarangan tempat misalnya di

halaman belakang rumah bisa mengakibatkan berjangkitnya penyakit-

penyakit seperti diare, kolera, disentri dan tifus. Tinja manusia memang

banyak mengandung kuman- kuman penyakit. Manusia juga perlu mandi dan

mencuci untuk memelihara kebersihan jasmani dan lingkungan, sebagai cara

pencegahan penyakit menular yang paling efektif. Oleh sebab itu, setiap

bangunan yang digunakan sebagai tempat kediaman harus dilengkapi dengan

kamar mandi dan WC, baik yang terletak di dalam bangunan ataupun di luar

bangunan pada jarak yang cukup dekat agar mudah di capai.14

Masih banyaknya masyarakat di Kelurahan Limau Manis Selatan yang

tidak memiliki jamban yang sehat, disarankan kepada perawat puskesmas

bekerja sama dengan lintas sector untuk dapat memberikan pendidikan

Page 96: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

83  

kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan lingkungan khususnya

penyuluhan tentang jamban sehat.

5. Hubungan Kebersihan Rumah dengan Kejadian Diare pada Balita

Hasil penelitian menunjukan hipotesis Nol (Ho) di tolak artinya

ditolak ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan

kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada kecendrungan ibu Balita yang tidak

mempunyai rumah tidak bersih 68% mengalami diare pada balitanya,

dibandingkan dengan ibu Balita yang mempunyai rumah yang bersih 37.1%

balitanya mengalami diare.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ihwanina tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di

RW VII Pasa Lalang Kelurahan Kuranji Wilayah Kerja Puskesmas

Belimbing tahun 2011”, ditemukan ada hubungan yang bermakna antara

kebersihan rumah dengan kejadian diare pada Balita.

Hasil penelitian ini juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

Umiaty tentang “Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada

balita di Wilayah Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009”,

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan dengan

kejadian diare pada balita dengan P-value sebesar 0,036.

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat

perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama

dengan faktor prilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan

menentukan baik buruknya status kesehatan masyarakat.24

Page 97: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

84  

Keadaan lingkungan perumahan juga mempengaruhi terhadap

kejadian diare. Menurut Notoatmodjo (2012), syarat rumah yang sehat jenis

lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim

hujan. Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, kayu, dan tanah yang

disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat

menimbulkan sarang penyakit. Lantai dari tanah tidak dapat digunakan lagi,

sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan

atau penyakit pada penghuninya, oleh karena itu perlu dilapisi dengan lapisan

yang kedap air (disemen, dipasang keramik, dan teraso).1

Menurut analisa peneliti, 90.6% ibu Balita memiliki rumah berlantai

semen, 55.3% lantai rumah berdebu, 52.9% terdapat kotoran hewan

berserakan di sekitar lingkungan rumah, 42.4% terdapat air tergenang di

sekitar rumah,45.9 tidak terdapat tempat pembuangan limbah dan 56.5%

terdapat sampah berserakan di dalam dan di luar rumah.

Lantai tidak kedap air, lingkungan halaman rumah yang terdapat

sampah berserakan, kotoran hewan dan air yang tergenang akan

menyebabkan ruangan kotor dan menjadi sarang mikroorganisme serta

mudah menyerap air yang mungkin air tersebut juga mengandung

mikroorganisme.1 Aktivitas balita yang bermain dilantai rumah dan di

lingkungan halaman rumah dapat menyebabkan kontak antara lantai rumah

yang tidak kedap air, halaman yang berserakan sampah dan air yang

tergenang dengan tubuh balita. Keadaan memunculkan berbagai kuman

penyakit yang menempel pada tubuh balita.

Page 98: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

85  

Menurut potter & perry salah satu cara untuk menciptakan lingkungan

yang aman adalah dengan pengontrolan penyebaran penyakit melalui

pembuangan sampah manusia yang adekuat ke dalam tempat yang tepat,

serta perbaikan pembuangan air dan drainase. Pengontrolan terhadap

serangga dan hewat pengerat perlu dilakukan untuk mengurangi penyebaran

penyakit.28

Kebersihan rumah mempengaruhi kejadian diare. Dengan lingkungan

rumah yang bersih akan dapat mencegah kejadian diare pada balita,

sebaliknya lingkungan rumah yang kotor akan mengakibatkan meningkatnya

kejadian diare pada Balita. Hal ini disebabkan karena sebagian besar aktivitas

bermain balita di lantai dan lingkungan rumah.

Masih banyaknya ibu Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan yang

mempunyai rumah yang tidak bersih, diharapkan kepada perawat Puskesmas

khususnya Pembina wilayah untuk dapat menberikan pendidikan kesehatan

tentang pentingnya menjaga kebersihan rumah.

6. Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Kejadian Diare pada

Balita

Hasil penelitian ditemukan ada hubungan yang bermakna antara

kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare. Berdasarkan proporsi ada

kecendrungan ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan

67.3% mengalami diare pada balitanya, dibandingkan dengan ibu Balita yang

melakukan kebiasaan mencuci tangan 36.4% balitanya mengalami diare.

Page 99: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

86  

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Cita

tentang hubungan sarana sanitasi air bersih dan prilaku ibu terhadap kejadian

diare pada balita wilayah kerja Puskesmas Keranggan Setu Kota Tangerang

Selatan tahun 2013, dimana ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan

dengan kejadian diare pada balita.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anup (2012), di

Wilayah Nawalparasi (Nepal) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum/sesudah

melakukan kegiatan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai P-value

yang didapat sebesar 0,002.

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. mencuci

tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum menyiapkan/menyuapi makanan, dan sebelum makan

mempunyai dampak positif dalam penurunan kejadian diare. Namun

kurangnya kesadaran akan kebersihan pada setiap orang menyebabkan kasus

diare meluas. Budaya cuci tangan dengan sabun sebelum atau sesudah

melakukan kegiatan merupakan sarana penghindar penyakit diare.2

Hasil penelitian didapatkan sebanyak 57.6% ibu Balita tidak

melakukan kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang

mengalir setiap sebelum menyuapi Balita, 45.9% ibu Balita tidak melakukan

kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir setiap

selesai menyuapi Balita, 35.3% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan

Page 100: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

87  

mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah BAB, 47.1% ibu

Balita tidak mencuci tangan Balita dengan sabun dan air mengalir sebelum

dan setelah Balita makan sendiri ,51.8% ibu Balita tidak melakukan

kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah membuang/membersihkan

BAB Balita, 60% ibu balita tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan

balita pakai sabun dan air mengalir setelah Balita selesai bermain di lantai

rumah dan 61.2% ibu Balita tidak melakukan kebiasaan mencuci mainan

Balita yang di gunakan Balita bermain.

Balita berada pada masa pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya.

Perilaku yang sering dilakukan oleh Balita yaitu berusaha memegang benda

apa saja yang ada disekelilingnya dan memasukkan ke dalam mulut. Ketika

kondisi tangan dari balita maupun benda yang dipegang tidak steril

memungkinkan terjadinya kontaminasi bakteri E.coli.30

Tangan yang mengandung kuman penyakit jika tidak dibersihkan

dengan benar dapat menjadi media masuknya kuman penyakit ke dalam

tubuh manusia, baik melalui kontak langsung dengan mulut ataupun kontak

dengan makanan dan minuman.32 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini.

Kebiasaan mencuci tangan sudah banyak diterapkan oleh ibu Balita. Mereka

juga mengaku membiasakan anak mereka untuk mencuci tangan sebelum

makan. Namun, banyak dari ibu Balita yang jarang mencuci tangan dan

hanya mengelap tangan mereka ke pakaian mereka atau lap jika dirasa kotor

dan adapun mereka mencuci tangan tetapi jarang yang menggunakan sabun

dan air yang mengalir. Karena mereka merasa jika sudah mencuci atau

Page 101: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

88  

membilas tangan menggunakan air dirasa sudah bersih. Hal ini disebabkan

karena sebagian dari ibu Balita berpendidikan rendah sehingga mereka

kurang mengerti kegunaan mencuci tangan pakai sabun dan dampaknya jika

tidak melakukan cuci tangan pakai sabun dengan benar.

Salah satu pencegahan diare yang dibuat pemerintah salah satunya

adalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dimana didalamnya terdapat

perilaku mencuci tangan menggunakan sabun. Upaya mudah dan murah ini

akan menghindarkan manusia dari sejumlah penyakit menular yang dapat

secara langsung terpapar pada tubuh manusia, seperti diare, kolera, tifus,

hingga flu burung.29

Kebiasaan cuci tangan pada Balita merupakan prilaku yang penting

untuk mencegah terjadinya diare karena tangan yang tidak bersih merupakan

media yang dapat menularkan kuman penyebab diare pada Balita. Untuk itu,

diharapkan kepada perawat Puskesmas untuk dapat memberikan pendidikan

kesehatan kepada ibu Balita tentang Prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

terutama tentang kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dan diharapkan

kepada ibu balita untuk selalu mengajarkan kebiasaan mencuci tangan yang

baik kepada anaknya seperti mencuci tangan pakai sabun setelah bermain,

setelah memegang benda/mainan, sebelum dan setelah makan, setelah BAB

dan setelah memegang binatang.

Page 102: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

86  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah

Kerja Puskesmas Pauh tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh (55.3%) Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh menderita diare.

2. Lebih dari separuh 63.5% ibu Balita mempunyai sarana air bersih yang

buruk.

3. Sebagian kecil 30.6% ibu Balita tidak memasak airnya sampai mendidih

sebelum dikonsumsi di Kelurahan Limau Manis Selatan.

4. Lebih dari separuh (60%) ibu Balita mempunyai tempat pembuangan tinja

yang tidak sehat di Kelurahan Limau Manis Selatan.

5. Lebih dari separuh (58.8%) ibu Balita mempunyai rumah yang tidak bersih

di Kelurahan Limau Manis Selatan.

6. Lebih dari separuh (61.2%) ibu Balita yang tidak melakukan kebiasaan

mencuci tangan menggunakan sabun di Kelurahan Limau Manis Selatan.

7. Ada hubungan yang bermakna antara sarana air bersih dengan kejadian diare

pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas

Pauh Padang dengan p- value 0.011.

Page 103: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

87  

8. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengolahan air minum dengan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Padang dengan p- value 0.139.

9. Ada hubungan yang bermakna antara tempat pembuangan tinja dengan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.005.

10. Ada hubungan yang bermakna antara kebersihan rumah dengan kejadian

diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.009.

11. Adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan

kejadian diare pada Balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Padang dengan p-value 0.010.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran kepada :

1. Puskesmas Pauh

Tingginya angka kejadian diare di Kelurahan Limau Manis Selatan

Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, disarankan kepada perawat Puskesmas

melalui Pimpinan Puskesmas untuk dapat meningkatkan program

pencegahan penyakit diare, dapat berupa meningkatkan kualitas sarana air

bersih berserta lingkungan sekitarnya, menjaga kebersihan rumah dan

menggunakan jamban sehat. Bekerja sama dengan lintas sektoral untuk

melakukan inspeksi resiko sarana air bersih secara terus menerus. Jika

Page 104: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

88  

dalam inspeksi terlihat adanya resiko sarana air bersih yang cukup tinggi

langsung dilakukan perbaikan terhadap sarana air bersih tersebut. Yakni

menjaga kebersihan sumur dengan memperbaiki kontruksi dan menjaga

kebersihan bangunan sumur, pipa penyaluran dan tempat penyimpanan air

bersih.

Masih banyak masyarakat yang menggunakan sumur dengan

kualitas yang belum memenuhi syarat kesehatan sebagai sarana air bersih

di harapkan kepada perawat Puskesmas untuk melakukan kegiatan

penyuluhan kepada masyarakat mengenai perbaikan kualitas air dengan

menggunakan sistem saringan air sederhana seperti saringan pasir lambat

dan saringan pasir sederhana atau bisa juga dengan pembubuhan kaporit.

Selain itu, disarankan kepada perawat puskesmas untuk dapat

meningkatkan kegiatan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan

bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah

maupun swasta (perusahaan sabun) sebagai upaya untuk meningkatkan

dan membudayakan kebiasaan cuci tangan pakai sabun di kalangan

masyarakat.

2. Bagi Keluarga

Di harapkan keluarga dapat meningkatkan upaya pencegahan diare

yang efektif kepada Balita terutama dalam menjaga kebersihan air yang

dikonsumsi dan digunakan sehari-hari, menjaga kebersihan rumah,

menggunakan jamban sehat, dan melakukan kebiasaan mencuci tangan

Page 105: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

89  

dengan sabun. Selain itu keluarga juga dapat melakukan pengolahan air

minum dengan benar, yaitu air dimasak sampai mendidih 100°C dan

dibiarkan dalam keadaan mendidih selama 1- 2 menit.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah

variabel-variabel lingkungan dan faktor – faktor penyebab diare lainnya

yang diduga berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang tidak

diteliti pada penelitian ini. Selain itu, diharapkan kepada peneliti

selanjutnya untuk lebih menspesifikan lagi variabel tentang pengolahan air

minum.

Page 106: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

DAFTAR PUSTAKA

1. Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

2. Wijoyo,Yosef.2013. Diare Pahami Penyakit Dan Obatnya. Yogyakarta : Citra Aji Prama

3. Wulandari,Anjar Puriwidiana.2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009.http//www.google.com [diakses tanggal 29 Desember 2014].

4. Kementrian Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset kesehatan Dasar. [diakses tanggal 01 Januari 2015].http://www.depkes.go.id/HasilRiskesdas2013.pdf

5. Dinas Kesehatan Kota Padang.2013. Laporan Tahunan. [diakses tanggal 05 januari 2015]. https://dinkeskotapadang/2014/09/laptahunan2013dkkoce.pdf

6. Kementrian Kesehatan RI. 2011.Situasi Diare di Indonesia.[diakses tanggal 02 Januari 2015].http://www.google.com/depkes.go.buletin-diare.dGc

7. Sofwan,Rudianto.2010.diare pada anak.Jakarta:Bhuana Ilmu Populer

8. Kemenkes RI.2010. Profil Kesehatan Indonesia.2010. Jakarta: Ditjen PP-PL

9. Suharyono. 2008.Diare Akut.Jakarta: Rineka Cipta

10. Ngastiyah.2007.Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

11. Suriadi.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta:Penerbit Swadaya

12. Subagyo B dan Nurtjahjo BS. 2010. Diare Akut. Jakarta :UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI

13. Chandra,Budiman.2007.Pengantar Kesehatan Lingkungan.Jakarta: EGC

14. Gunawan,Rudi.2012.Rencana Rumah Sehat. Yogyakarta : kanisius

15. Kasjono,Heru Subaris.2011.Penyehatan pemukiman. Jakarta :Goshen Publishing

16. Hardi, Amin Rahman,2012. Factor – Factor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah Tahun 2012 http://repository.unhas.ac.id

Page 107: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

17. UNICEF Indonesia.2012. Air Bersih,Sanitasi dan kebersihan.[diakses tanggal 05 Januari 2015]. http://www.unicef.org/indonesia/Ringkasan_Kajian_Air_Bersih.pdf

18. Firdaus, Ade Rahmat,dkk.2012.Kualitas Bakteriologi Air Minum,Perilaku Sanitasi Ibu dan Sarana Sanitasi Lingkungan Sebagai Faktor Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kec.Jetis Kota Yogyakarta Tahun 2012.Jurnal Teknologi Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

19. Notoatmodjo,Soekidjo. 2010.Metodeologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Reneka Cipta.

20. Dinas Kesehatan RI.2008.Monitoring Dan Evaluasi PAMRT (Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga).Dirjen PPM Dan PLP Depkes RI:Jakarta

21. Kementrian Kesehatan RI.2010.Peraturan Mentri Kesehatan No 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.

22. Suhardiman.2007.Hubungan Sanitasi Air Dan Eschericia Choli Dalam Air Minum Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kota Tangerang Tahun 2007.Tesis.Universitas Indonesia

23. Sinthamurniwaty.2006.Faktor – Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita Tahun 2006. Tesis.Universitas Diponegoro Semarang

24. Effendi,Ferry dan Makhfudli.2009.Keperwatan Kesehatan Komunitas.Jakarta:Salemba Medika

25. Slamet,Juli Soemirat.2004.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press

26. Sandra, Christyana. 2007. Hubungan Pengetahuan dan Kebiasaan Konsumen Air Minum Isi Ulang dengan Penyakit Diare. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 3, No.2

27. Entjang, I. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Ke XIII. Bandung: PT Citra Aditya Bakti

28. Potter dan Perry.2006.Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta:EGC

29. Nugraheni, Devi. 2012. Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1, No. 2, Tahun 2012: 922-933. Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm  

30. Marjuki, Adikuri Dini. 2008. Hubungan Kualitas Sumber Air Bersih (Inspeksi Sanitasi) Serta Faktor Risiko Lain Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Plumbon Kabupaten Cirebon Tahun 2008. Skripsi. Universitas Indonesia  

Page 108: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

31. Intiyati,Ani,dkk.2009.Hubungan Kualitas Sanitasi Dasar dan perilaku Ibu Dengan Kejadian Diare pada Balita di Dusun Mijen Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009.Jurnal keperawatan.Vol VII No 4 

32. Cita,Roya Selaras,2013,Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih Dan Perilaku Ibu Dengan

Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Di Wilayah Kerja Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013.Skripsi.Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 109: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

KISI – KISI KUISIONER

Tujuan Variabel Sub Variabel Jumlah Item No Item Untuk mengetahui kejadian diare pada balita di Kelurahan Limau Manis Selatan Untuk mengetahui sarana air bersih yang digunakan ibu balita Untuk mengetahui cara pengolahan air minum Untuk mengetahui kemana ibu membuang limbah tinja Untuk mengetahui kebersihan rumah ibu yang mempunyai ank balita di

Kejadian Diare Sarana air bersih Pengolahan air minum Pembuangan tinja Kebersihan rumah

Adanya balita (12-59 bulan) mengalami diare 3 bulan terakhir, BAB lebih dari 4 kali sehari atau lebih dengan konsistensi lembek di Kelurahan Limau Manis Selatan wilayah kerja Puskesmas Pauh tahun 2015 Kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita yang di survey meliputi kualitas fisik air yang digunakan, persyaratan konstruksi dan jarak minimal dengan sumber pencemaran Cara pengolahan air minum yang dikonsumsi balita dari berbagai sumber air minum. Tempat pembuangan limbah jamban/tinja yang di gunakan sehari – hari dengan kriteria : 1) Ke kali/kolam / got 2) Septic tank Keadaan lingkungan rumah ibu yang mempunyai balita dengan kriteria rumah sehat : 1) lantai semen/kedap

1

2

2

3

1

1

2, 3

4 , 5

6, 7 ,8

9

Page 110: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

Kelurahan Pauh Untuk mengetahui kebiasaan mencuci tangan ibu dan balita

Kebiasaan mencuci tangan

air 2) Sampah tidak

berserakan 3) Ada tempat

pembuangan limbah 4) Tidak ada kotoran

hewan yang berserakan di sekitar rumah

5) Lantai tidak berdebu

6) Tidak terdapat air tergenang

Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, menyiapkan makanan,sesudah BAB dan mencuci mainan balita oleh ibu yang punya balita

8

10, 11, 12,

13, 14,15,16,17

Page 111: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

KUESIONER PENELITIAN Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Tahun 2015

I. Identitas Responden Inisial ibu :

Umur ibu : tahun

Umur balita : bulan

Jenis kelamin balita : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Pendidikan ibu : 1. SD 4. PT

2. SLTP 5. Tidak sekolah

3. SLTA 6. Lain,sebutkan…

Pekerjaan ibu : 1. IRT 4. Pegawai swasta

2. PNS 5. Tani

3. wiraswasta 6. Lain. Sebutkan….

Alamat :

Jumlah anggota keluarga :

( Semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan KK, termasuk mertua suami atau istri).

II. Kejadian diare pada balita Isilah dengan benar!

1. Apakah anak ibu pernah BAB lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi

lembek/ cair dalam 3 bulan terakhir ?

a. Diare ( 0 )

b. Tidak diare ( 1 )

No Responden : 

Page 112: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

III. Sanitasi Air Bersih

2. Dari mana keluarga memperoleh air bersih untuk mencuci,mandi dan masak?

1. PDAM 4. Sumur gali

2. Sumur pompa listrik 5. sungai

3. Pompa tangan 6. Lain-lain, sebutkan

3 Observasi sarana air bersih

a. Observasi sarana air bersih PDAM

No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan

Skor

Ya Tidak

1 Kualitas fisik air

Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna

1

2 Pipa distribusi Tidak ada kebocoran pipa 1 3 Kran air Bersih dan terawatt 1 Jumlah

b. Observasi sarana air bersih sumur pompa listrik

No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan

Skor

Ya Tidak

1 Kualitas fisik air

Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna

1

2 Lubang sumur Tertutup dan terlindung dari pencemaran

2

3 Pipa distribusi Tidak ada kebocoran pipa 1 4 Kran air Bersih dan terawatt 1 5 Jarak sumur

dengan sumber pencemaran

≥ 10 m 2

Jumlah

Page 113: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

c. Observasi sarana air bersih sumur pompa tangan

No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan Skor Ya Tidak

1 Kualitas fisik air Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna

1

2 Dudukan pompa tangan

Ada dan kedap air 1

3 Lantai sumur Ada 1 4 Ukuran lantai

sumur Radius 1 meter dari susukan pompa

1

5 Kondisi lantai sumur

Kedap air dan tidak retak

2

6 Saluran pembuangan air kotor

Ada dan kondisi baik 1

7 Jarak sumur dengan sumber pencemaran

≥ 10 m 2

Jumlah

d. Observasi sarana air bersih sumur gali

No Item Syarat Bobot Hasil pengamatan

Skor

Ya Tidak

1 Kualitas fisik air

Jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna

1

2 Cincin/ bibir sumur

Ada 1

3 Tinggi cincin / bibir sumur

1 meter dari lantai 1

4 Kondisi cicin/bibir sumur

Baik (kedap air) 1

5 Bagian dalam sumur

Diplester 3 m dari permukaan tanah

1

6 Lantai sumur Ada 1

Page 114: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

7 Ukuran lantai

sumur Radius 1 meter dari susukan pompa

1

8 Kondisi lantai sumur

Kedap air dan tidak retak 2

9 Saluran pembuangan air kotor

Ada dan kondisi baik 1

10 Jarak sumur dengan sumber pencemaran

≥ 10 m 2

Jumlah

IV. Pengolahan air minum

4. Darimana sumber air yang digunkan untuk air minum?

1. PDAM 4. Pompa tangan

2. Sumur gali 5. Air isi ulang

3. Sumur pompa listrik 6. Air kemasan

5 Bagaimana cara ibu mengolah air untuk diminum?

0. Tidak dimasak

1. dimasak

V. Pembuangan tinja

6. Apakah keluarga mempunyai jamban atau WC ?

0. Tidak

1. Ada

Page 115: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

7. Dimana ibu membuang limbah jamban/WC ?

0. langsung ke kali/kolam/got

1. septic tank

8. Observasi keadaan jamban sehat

No Pertanyaan Bobot Jawaban Skor Ya Tidak

1 Jamban tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban ?

1

2 Jamban tidak mengotori air permukaan di sekitarnya?

1

3 Jamban tidak mengotori air tanah di sekitarnya?

1

4 Jamban tertutup sehingga tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang lainnya?

1

5 Jamban tidak menimbulkan bau? 1 6 Jamban mudah di gunakan dan di

pelihara? 1

7 Bangunan jamban mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya

1

8 Jamban di sediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih?

1

Jumlah

Page 116: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

VI. Kebersihan rumah

9. Observasi kebersihan rumah

No Pertanyaan Bobot Jawaban Skor Ya Tidak

1 Lantai rumah berasal dari bahan semen/kedap air?

1

2 Lantai rumah tidak berdebu? 1 3 Tidak terdapat kotoran hewan

berserakan di sekitar rumah? 1

4 Tidak terdapat air tergenang di lingkungan rumah?

1

5 Terdapat tempat pembuangan limbah?

1

6 Tidak terdapat sampah berserakan di luar dan di dalam rumah?

1

Jawaban

VII. Mencuci tangan

No Pertanyaan Jawaban Skor Kebiasaan mencuci tangan

10 Apakah setiap sebelum menyuapi balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air yang mengalir?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

11 Apakah setiap selesai menyuapi balita ibu ada mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

12 Apakah ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

13 Apakah ibu selalu mencuci tangan 0. Tidak dilakukan

Page 117: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

balita dengan sabun dan air mengalir saat balita ingin makan sendiri?

1. Dilakukan

14 Apakah ibu selalu mencuci tangan balita dengan sabun dan air mengalir setelah balita makan sendiri?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

15

Apakah ibu selalu mencuci tangan menggunakan sabun setelah membuang/membersih BAB balita?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

16 Apakah ibu mencuci tangan balita pakai sabun dan air mengalir setelah balita selesai bermain di lantai rumah?

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

17 apakah ibu mencuci mainan balita yang di gunakan balita bermain

0. Tidak dilakukan 1. Dilakukan

Jumlah

Page 118: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

FORMAT PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia menjadi responden

dan dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh Saudari Ria Anjela dengan NIM

123110283 (Mahasiswa Politekknik Kesehatan Padang) dengan judul “ Faktor-

Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan

Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”.

Demikian persetujuan ini saya buat dan tanda tangani dengan suka rela tanpa

paksaan dari pihak manapun.

Padang, April 2015

Responden

( )

Page 119: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :

Bapak/Ibu responden :

Di tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI Padang Program Studi Keperawatan Semester VI (enam) yang

bermaksud akan melaksanakan penelitian.

Nama : Ria Anjela

Nim : 123110283

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor – faktor yang Berhubungan

Dengan kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja

Puskesmas Pauh Padang Tahun 2015”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian

bagi Bapak/Ibu sebgai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga

dan di gunakan untuk kepentingan penelitian.

Apabila Bapak/ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu

untuk mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Atas perhatian Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Peneliti, April 2015

Ria Anjela

Page 120: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

Noior, DM.0r.04l 083.{3/ r1s

ni ndhon kPadi saeak/rbu {iLtrk

ada tu kdba BaFk/rbu hnl

canbarandngbrpdcebhhbB|aeibhg

tukbFrahor yais behuhmsiD denFi keladhn

sbbn wibFh kerja Fsksnas peh Fadms

6:nbdandigbtpfrFduaibuhanlbd]ng

cLi hyl osb 7 r, sdao d wibFh kft

Page 121: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

end* 8d,R!b Padtrs $,i Br tux

"*F#*#F#*","_,,N],

2'suEldai:P'6DrefuFobb6bheikER|P6d*qb ;qr ?a,r !6

eneh4 G r tu,r b.ob

Farb Fahor Fns Bsdubunq d.&an &jldbn

sd*n wrhFh kdta Pu'rBn8 P.!h rahun

eds 6d€bi whyai cia

, si: retd 6n nd'@'

PEMERINTAH KOTA PADANGKANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK

Page 122: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

PEi|ERINTAH KOTA PADANGDINAS KESEHATAN

Nomr : 31r/r,.'t ?sDmxwrol5 IegI{9i20| l

DM0ze07*4,0r'be.r17A8il

dB&seh.hhbPli4udkkPqfublaFolisi|njd

can&MTigrc 'Pqsfuhi !TebgPqFldt6dlDiPNkmA

le!|db!yasBgltubuigmD4e(ej.dh tim he Bdira Di krtul-u@ Mok s.r@ wibrd &d!

GnbmTi4gkdP4gfuIbufui|Tc*ryf tmdkDiyls l tcfN

Mbyd cj! M6!E ^rr

l6s rriu

r. rid rurtDpoe ei le@skr ou rLrd.

Tdh@]dsmloikakep.daY'[:

Page 123: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

wDINAS KESIII,{TAN KOTA PADANG

PUSKESI4{S PAUHKICAMATAN PAUH

xo I ?4' m.HcPrror

,nobolp cai xtrdn! Dbn

(qh Pakos Pali '

dhi9[pdbL@&gehohsF4h.6b3bb&bt$|g|

&F'dF@eghgdo@

Page 124: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

1 2 3 4 5 6 7 8

1 3 B 34 55 bln 1 4 2 RW 8 1 1 2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

2 7 A 28 53 bln 1 1 1 RW 8 0 2 5 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 10 M 25 54 bln 2 2 1 RW 8 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

4 15 R 32 44 bln 2 4 3 RW 8 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 0 0 0 0 2 0

5 21 D 37 54 bln 2 3 1 RW 8 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

6 36 E 28 29 bln 2 3 3 RW 8 0 2 3 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

7 54 W 24 20 bln 2 3 1 RW 8 1 1 2 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0

8 2 S 27 52 bln 2 2 1 RW 8 0 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

9 172 A 33 27 bln 2 3 3 RW 2 1 2 7 1 5 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 25 M 29 39 bln 2 1 1 RW 2 0 2 5 0 5 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 0

11 16 E 31 43 bln 2 3 3 RW 2 1 2 2 0 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 4 S 24 54 bln 1 4 2 RW 2 1 2 6 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0

13 92 J 29 47 bln 1 2 1 RW 2 0 2 3 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 1 0 1 0 0 4 0

14 13 Y 30 41 bln 2 1 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

15 85 Y 35 40 bln 1 3 3 RW 2 1 1 2 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

16 8 T 25 56 bln 2 4 1 RW 2 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

17 106 T 24 29 bln 2 2 1 RW 2 1 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

18 53 N 31 53 bln 1 2 1 RW 2 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0

19 83 M 24 47 bln 1 3 1 RW 2 1 2 7 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

20 102 F 23 33 bln 2 3 1 RW 2 0 2 4 0 5 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

21 137 R 29 50 bln 1 3 3 RW 2 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

22 69 L 30 47 bln 2 3 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

23 133 I 34 54 bln 2 4 2 RW 2 0 2 7 1 5 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

24 81 S 26 40 bln 1 4 2 RW 2 1 2 5 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 1 0 1 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

25 67 M 28 45 bln 2 2 1 RW 2 0 2 7 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

26 140 R 33 37 bln 1 1 1 RW 2 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

27 66 S 24 45 bln 2 4 3 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

28 18 M 34 43 bln 2 2 1 RW 2 1 1 3 1 5 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0

29 62 F 26 50 bln 1 3 3 RW 2 1 2 7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

30 47 Y 24 27 bln 2 4 2 RW 6 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 1 0 0 2 0

31 24 Z 30 38 bln 1 1 1 RW 6 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

32 41 Y 23 17 bln 2 2 1 RW 6 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 6 0 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

33 12 Y 28 44 bln 1 4 2 RW 6 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

34 44 D 26 27 bln 1 3 3 RW 6 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

35 26 A 27 32 bln 1 4 1 RW 6 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0

36 44 Y 31 25 bln 2 3 3 RW 5 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

37 13 T 28 55 bln 2 3 3 RW 5 1 2 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

38 36 R 24 31 bln 1 3 3 RW 5 0 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

39 7 R 32 47 bln 1 2 1 RW 5 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0

40 56 M 24 13 bln 2 2 1 RW 5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

41 55 I 27 42 bln 2 3 1 RW 5 0 2 5 0 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

42 20 E 24 48 bln 2 3 3 RW 5 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 1 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

43 12 Y 28 47 bln 1 3 1 RW 7 1 2 6 0 3 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

44 86 R 26 26 bln 2 3 1 RW 7 0 2 4 0 5 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

45 2 E 25 56 bln 1 3 3 RW 7 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

46 67 R 30 36 bln 2 4 2 RW 7 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0

47 16 Y 26 54 bln 1 4 2 RW 7 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0

48 55 S 32 43 bln 2 1 1 RW 7 0 2 6 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0

49 3 M 29 57 bln 2 2 3 RW 7 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

50 52 T 24 42 bln 1 1 3 RW 7 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

51 10 Y 34 48 bln 1 3 3 RW 7 1 2 7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

52 65 S 27 33 bln 1 2 1 RW 7 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 4 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

53 76 A 24 34 bln 1 4 1 RW 7 0 2 3 0 3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0

54 61 S 23 23 bln 2 3 1 RW 4 1 2 6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0

55 17 E 27 46 bln 1 3 3 RW 4 0 2 4 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

56 4 A 32 36 bln 1 2 3 RW 4 1 2 5 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 1 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

57 28 E 31 37 bln 1 1 1 RW 4 0 2 3 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

58 6 I 25 50 bln 2 2 3 RW 4 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

59 69 A 37 59 bln 1 3 1 RW 4 0 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

inisial N Ibu JK balitaNo U ibuNo Res alamat 21

KeDiJB

U balitaskor

kebiasaan mencuci tangan

katsumber

SAB SAM kebersihan rumah

1pddk pkj ibu

2 3 4P AM 5sumber

pembuangan tinja

jamban sehatL JB

MASTER TABEL

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015

skor ketskor ket3 4 5 6 7 86

skor ket

Page 125: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

60 79 W 22 23 bln 2 1 3 RW 4 1 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

61 68 W 27 16 bln 2 4 2 RW 4 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

62 80 I 29 21 bln 1 2 1 RW 4 0 2 6 0 3 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 4 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

63 51 D 35 33 bln 1 3 1 RW 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

64 34 S 34 26 bln 1 1 3 RW 3 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

65 52 T 23 13 bln 2 2 1 RW 3 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 0 0 3 0

66 45 R 28 35 bln 2 2 1 RW 3 0 1 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0

67 5 O 32 36 bln 2 1 3 RW 3 1 2 7 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 1 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

68 16 S 21 30 bln 2 3 1 RW 3 0 2 6 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 0

69 40 Z 35 35 bln 1 2 1 RW 3 0 2 3 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0

70 70 Y 38 43 bln 2 4 2 RW 1 0 1 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 7 0 1 1 0 0 1 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

71 78 E 34 44 bln 2 2 1 RW 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

72 47 M 32 26 bln 1 4 2 RW 1 0 1 1 0 5 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 5 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

73 86 E 22 34 bln 1 1 1 RW 1 0 2 5 0 3 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

74 38 E 26 28 bln 1 2 1 RW 1 0 2 5 0 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0

75 102 H 30 44 bln 2 4 2 RW 1 1 2 4 0 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

76 34 D 29 32 bln 2 3 1 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 6 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0

77 31 T 23 41 bln 1 3 1 RW 1 0 1 1 0 5 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 0

78 110 A 25 24 bln 2 2 1 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 1 1 1 1 6 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

79 33 H 27 48 bln 2 3 3 RW 1 0 2 6 0 5 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 5 0 1 0 0 0 1 0 2 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 0

80 43 A 22 32 bln 1 3 3 RW 1 1 1 2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 0 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

81 53 S 26 56 bln 1 3 3 RW 1 0 1 3 1 5 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 6 0 1 0 1 0 1 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

82 39 E 36 35 bln 1 3 3 RW 1 0 2 7 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

83 32 R 32 28 bln 2 2 1 RW 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

84 8 F 25 48 bln 2 3 1 RW 1 0 2 7 1 3 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 0 0 0 3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1

85 83 E 30 46 bln 2 3 3 RW 1 0 1 2 0 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0

Page 126: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

HASIL PENGOLAHAN DATA

1. Kejadian diare

kejadian diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid diare 47 55.3 55.3 55.3

tidak diare 38 44.7 44.7 100.0

Total 85 100.0 100.0

2. Saranan air bersih

sarana air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PDAM 47 55.3 55.3 55.3

sumur pompa listrik 38 44.7 44.7 100.0

Total 85 100.0 100.0

keterangan Sarana Air bersih

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid buruk 54 63.5 63.5 63.5

baik 31 36.5 36.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 127: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

sarana air bersih * keterangan Sarana Air bersih Crosstabulation

keterangan Sarana Air bersih

Total buruk baik

sarana air bersih PDAM Count 26 21 47

% within sarana air bersih 55.3% 44.7% 100.0%

sumur pompa listrik Count 28 10 38

% within sarana air bersih 73.7% 26.3% 100.0%

Total Count 54 31 85

% within sarana air bersih 63.5% 36.5% 100.0%

3. Pengolahan air minum

sarana air minum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PDAM 36 42.4 42.4 42.4

sumur pompa listrik 23 27.1 27.1 69.4

air isi ulang 26 30.6 30.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

pengolahan air minum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dimasak 26 30.6 30.6 30.6

dimasak 59 69.4 69.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 128: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

sarana air minum * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

sarana air minum PDAM Count 13 23 36

% within sarana air minum 36.1% 63.9% 100.0%

sumur pompa listrik Count 16 7 23

% within sarana air minum 69.6% 30.4% 100.0%

air isi ulang Count 18 8 26

% within sarana air minum 69.2% 30.8% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within sarana air minum 55.3% 44.7% 100.0%

4. Pembuangan tinja

ketersediaan jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 17 20.0 20.0 20.0

ada 68 80.0 80.0 100.0

Total 85 100.0 100.0

limbah jamban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid langsung ke kali atau kolam

atau got 25 29.4 29.4 29.4

septic tank 60 70.6 70.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 129: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

keterangan jamban sehat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak sehat 51 60.0 60.0 60.0

sehat 34 40.0 40.0 100.0

Total 85 100.0 100.0

5. Kebersihan rumah

keterangan kebersihan rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak bersih 50 58.8 58.8 58.8

bersih 35 41.2 41.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

6. Kebiasaan mencuci tangan

keterangan kebiasaan mencuci tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 52 61.2 61.2 61.2

dilakukan 33 38.8 38.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 130: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

7. Hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare

keterangan Sarana Air bersih * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

keterangan Sarana Air bersih buruk Count 36 18 54

% within keterangan Sarana

Air bersih 66.7% 33.3% 100.0%

baik Count 11 20 31

% within keterangan Sarana

Air bersih 35.5% 64.5% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within keterangan Sarana

Air bersih 55.3% 44.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.747a 1 .005

Continuity Correctionb 6.537 1 .011

Likelihood Ratio 7.813 1 .005

Fisher's Exact Test .007 .005

Linear-by-Linear Association 7.656 1 .006

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.86.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 131: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for keterangan

Sarana Air bersih (buruk /

baik)

3.636 1.437 9.199

For cohort kejadian diare =

diare 1.879 1.127 3.131

For cohort kejadian diare =

tidak diare .517 .327 .817

N of Valid Cases 85

8. Hubungan pengolahan air minum dengan kejadian diare

pengolahan air minum * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

pengolahan air minum tidak dimasak Count 18 8 26

% within pengolahan air

minum 69.2% 30.8% 100.0%

dimasak Count 29 30 59

% within pengolahan air

minum 49.2% 50.8% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within pengolahan air

minum 55.3% 44.7% 100.0%

Page 132: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.943a 1 .086

Continuity Correctionb 2.187 1 .139

Likelihood Ratio 3.009 1 .083

Fisher's Exact Test .102 .069

Linear-by-Linear Association 2.909 1 .088

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.62.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengolahan

air minum (tidak dimasak /

dimasak)

2.328 .876 6.182

For cohort kejadian diare =

diare 1.408 .978 2.028

For cohort kejadian diare =

tidak diare .605 .323 1.135

N of Valid Cases 85

Page 133: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

9. Hubungan pembuangan tinja dengan kejadian diare

keterangan jamban sehat * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

keterangan jamban sehat tidak sehat Count 35 16 51

% within keterangan jamban

sehat 68.6% 31.4% 100.0%

sehat Count 12 22 34

% within keterangan jamban

sehat 35.3% 64.7% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within keterangan jamban

sehat 55.3% 44.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.169a 1 .002

Continuity Correctionb 7.871 1 .005

Likelihood Ratio 9.282 1 .002

Fisher's Exact Test .004 .002

Linear-by-Linear Association 9.062 1 .003

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.20.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 134: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for keterangan

jamban sehat (tidak sehat /

sehat)

4.010 1.600 10.053

For cohort kejadian diare =

diare 1.944 1.189 3.179

For cohort kejadian diare =

tidak diare .485 .301 .780

N of Valid Cases 85

10. Hubungan kebersihan rumah dengan kejadian diare

keterangan kebersihan rumah * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

keterangan kebersihan

rumah

tidak bersih Count 34 16 50

% within keterangan

kebersihan rumah 68.0% 32.0% 100.0%

bersih Count 13 22 35

% within keterangan

kebersihan rumah 37.1% 62.9% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within keterangan

kebersihan rumah 55.3% 44.7% 100.0%

Page 135: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.930a 1 .005

Continuity Correctionb 6.731 1 .009

Likelihood Ratio 8.014 1 .005

Fisher's Exact Test .008 .005

Linear-by-Linear Association 7.837 1 .005

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.65.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for keterangan

kebersihan rumah (tidak

bersih / bersih)

3.596 1.451 8.910

For cohort kejadian diare =

diare 1.831 1.143 2.932

For cohort kejadian diare =

tidak diare .509 .316 .821

N of Valid Cases 85

Page 136: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

11. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare

keterangan kebiasaan mencuci tangan * kejadian diare Crosstabulation

kejadian diare

Total diare tidak diare

keterangan kebiasaan

mencuci tangan

tidak dilakukan Count 35 17 52

% within keterangan

kebiasaan mencuci tangan 67.3% 32.7% 100.0%

dilakukan Count 12 21 33

% within keterangan

kebiasaan mencuci tangan 36.4% 63.6% 100.0%

Total Count 47 38 85

% within keterangan

kebiasaan mencuci tangan 55.3% 44.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.820a 1 .005

Continuity Correctionb 6.618 1 .010

Likelihood Ratio 7.893 1 .005

Fisher's Exact Test .007 .005

Linear-by-Linear Association 7.728 1 .005

N of Valid Casesb 85

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.75.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 137: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for keterangan

kebiasaan mencuci tangan

(tidak dilakukan / dilakukan)

3.603 1.442 9.003

For cohort kejadian diare =

diare 1.851 1.135 3.020

For cohort kejadian diare =

tidak diare .514 .322 .820

N of Valid Cases 85

12. Pertanyaan tentang pembuangan tinja

jamban tidak mengotori permukaan rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 28 32.9 32.9 32.9

ya 57 67.1 67.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

jamban tidak mengotori air permukaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 29 34.1 34.1 34.1

ya 56 65.9 65.9 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 138: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

jamban tidak mengotori air tanah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 43 50.6 50.6 50.6

ya 42 49.4 49.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

jamban tertutup

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 18 21.2 21.2 21.2

ya 67 78.8 78.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

jamban tidak bau

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 23 27.1 27.1 27.1

ya 62 72.9 72.9 100.0

Total 85 100.0 100.0

jamban mudah di gunakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 19 22.4 22.4 22.4

ya 66 77.6 77.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 139: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

jamban mempunyai lantai yg kuat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 20 23.5 23.5 23.5

ya 65 76.5 76.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

jamban ada alat pembersih sperti air

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 17 20.0 20.0 20.0

ya 68 80.0 80.0 100.0

Total 85 100.0 100.0

13. Pertanyaan tentang kebersihan rumah

lantai rumah dari bahan semen

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 8 9.4 9.4 9.4

ya 77 90.6 90.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

lantai rumah berdebu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 47 55.3 55.3 55.3

Page 140: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

ya 38 44.7 44.7 100.0

Total 85 100.0 100.0

kotoran hewan berserakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 45 52.9 52.9 52.9

ya 40 47.1 47.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

air tergenang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 36 42.4 42.4 42.4

ya 49 57.6 57.6 100.0

Total 85 100.0 100.0

pembuangan limbah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 39 45.9 45.9 45.9

ya 46 54.1 54.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

sampah berserakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 48 56.5 56.5 56.5

ya 37 43.5 43.5 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 141: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

14. Pertanyaan kebiasaan mencuci tangan

MCT sebelum menyuapi balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 49 57.6 57.6 57.6

dilakukan 36 42.4 42.4 100.0

Total 85 100.0 100.0

MCT setelah menyuapi balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 39 45.9 45.9 45.9

dilakukan 46 54.1 54.1 100.0

Total 85 100.0 100.0

MCT setelah BAB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 30 35.3 35.3 35.3

dilakukan 55 64.7 64.7 100.0

Total 85 100.0 100.0

MCT saat balita makan sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 40 47.1 47.1 47.1

dilakukan 45 52.9 52.9 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 142: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

MCT setelh balita mkn

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 44 51.8 51.8 51.8

dilakukan 41 48.2 48.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

MCT setelh membersihkn BAB balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 44 51.8 51.8 51.8

dilakukan 41 48.2 48.2 100.0

Total 85 100.0 100.0

MCTsetelh balita main

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 51 60.0 60.0 60.0

dilakukan 34 40.0 40.0 100.0

Total 85 100.0 100.0

MC mainan balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak dilakukan 52 61.2 61.2 61.2

dilakukan 33 38.8 38.8 100.0

Total 85 100.0 100.0

Page 143: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

jenis kelamin balita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 39 45.3 45.9 45.9

perempuan 46 53.5 54.1 100.0

Total 85 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 86 100.0

pendidikan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 12 14.0 14.1 14.1

SMP 22 25.6 25.9 40.0

SMA 34 39.5 40.0 80.0

PT 17 19.8 20.0 100.0

Total 85 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 86 100.0

pekerjaan ibu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TIDAK BEKERJA 45 52.3 52.9 52.9

PNS 12 14.0 14.1 67.1

WIRASWASTA 28 32.6 32.9 100.0

Total 85 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 86 100.0

Page 144: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

  

katumuribu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 21-30 tahun 53 61.6 62.4 62.4

31-40 32 37.2 37.6 100.0

Total 85 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 86 100.0

katumurbalita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 12-24 bln 9 10.5 10.6 10.6

25-36 bln 27 31.4 31.8 42.4

37-48 bln 31 36.0 36.5 78.8

49-59 bln 18 20.9 21.2 100.0

Total 85 98.8 100.0

Missing System 1 1.2

Total 86 100.0

Page 145: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

NO NO Res NAMA BALITA TGL LAHIR L/P NAMA ORTU ALAMAT/RW POSYANDU

1 3 RAMADAIANSYAH 02-92-2010 L BUTET RW 8 MELATI 5

2 7 ADHAN 14-11-2010 L AYU RW 8 MELATI 5

3 10 PUTRI DIANA 10/12/2010 P MAMAY RW 8 MELATI 5

4 15 DISKA BUNGSU 8/4/2011 P ROSITA/BAKRI RW 8 MELATI 5

5 21 SYIRA NATASYA 23-03-2012 P YENI RW 8 MELATI 5

6 36 JIHAN 13-11-2012 P EKA RW 8 MELATI 5

7 54 AULIA FITRI 20-08-2013 P WIDYA NINGSIH RW 8 MELATI 5

8 2 RAMADANISYA 12/8/2010 P SRISUSWATI RW 8 MELATI 5

9 172 AZAKA 1/7/2013 P ALIS RW 2 PUSTU

10 25 INTAN APRILIA 1/4/2012 P MEGA RW 2 MELATI 4

11 16 CANTIKA ANUGRAH ILLAHI 21-06-2011 P EL/CAN RW 2 MELATI 4

12 4 M.ASYRAF 10/9/2010 L SARI RW 2 MELATI 4

13 92 REIHAN MUHAMMAD 13-5-2011 L JUS RW 2 MELATI 4

14 13 NAIRA FEBRIO ARIANTY 11/2/2011 P YANTI RW 2 MELATI 4

15 85 AKBAR TANJUNG 14-5-2011 L YURNIATI RW 2 MELATI 4

16 8 HILYATUL RAHMAN 29-08-2010 P TITI RAHMADANI RW 2 MELATI 4

17 106 MUTIA PUTRI 11/8/2012 P TIS RW 2 MELATI 4

18 53 IBRAHIM MUFIQ 11/2/2010 L NENENG RW 2 MELATI 4

19 83 M RIDWAN HERMAWAN 23-5-2011 L MARDIAH RW 2 MELATI 4

20 102 NENI PUTRI 15-7-2012 P FATNA RW 2 MELATI 4

21 137 ZAHRAH ALFAHRIA 22-02-2011 L RINA RW 2 PUSTU

22 69 FEBY CINTIA PERMATA S 30-5-2011 P LIA RW 2 MELATI 4

23 133 ANDINI 9/9/2010 P INDAH RW 2 PUSTU

24 81 AZKA PUTRA 27-12-2011 L SUR RW 2 MELATI 4

25 67 RATNA NENGSIH 7/3/2011 P MITAA RW 2 MELATI 4

26 140 LEVRAN ADITYA MAULANA 18-03-2012 L RENDI RW 2 PUSTU

27 66 YELAN FITRI 25-7-2011 P SARI RW 2 MELATI 4

28 18 RISKA OKTAFIA 9/10/2011 P META RW 2 MELATI 4

29 62 AHMAD ZAMZAMI 18-2-2011 L FERA RW 2 MELATI 4

30 47 SELVIA ELVIANDRA 1/6/2013 P YULIA VERA RW 6 MELATI 6

31 24 M.IQBAL 2/6/2012 L ZURNIWATI RW 6 MELATI 6

32 41 TRI 11/1/2013 P YELISMA RW 6 MELATI 6

33 12 FATHIR PUTRA 25-08-2011 L YULIATY RW 6 MELATI 6

34 44 WIRA ALDIASYAH 29-01-2013 L DESNI RW 6 MELATI 6

35 26 M.RAVI MAULANA 24-08-2012 L ARNI RW 6 MELATI 6

36 43 MUNTAZAH 18-11-2013 P SANTY RW 6 MELATI 6

37 13 PASHA ALNAGITA 9/12/2010 P TRISNAWATI RW 5 MELATI 9

38 36 LUCKY PANCA 17-9-2012 L RIYANI RW 5 MELATI 9

39 7 REGI 7/12/2010 L RENI RW 5 MELATI 9

40 56 UTAMI DWI SEPTA 4/1/2014 P MEGA RW 5 MELATI 9

41 55 MIFTHAH KHAIRUNNISA 17-10-2011 P IIN RW 5 MELATI 9

42 20 HANDINI 19-04-2011 P EIVIA SUSANA RW 5 MELATI 9

43 12 YUDIT 25-05-2011 L YULI RW 7 MELATI 2

44 86 RONAYA 17-12-2012 P RITA RW 7 MELATI 2

45 2 ROZI 26-08-2010 L EVA RW 7 MELATI 2

46 67 LIPANA 29-04-2012 P ROSLINA RW 7 MELATI 2

47 16 AL FURQAN 15-10-2010 L YUS RW 7 MELATI 2

48 55 SHEEZY 30-9-2011 P SRI MULYANI RW 7 MELATI 2

49 3 FEBIOLA 26-07-2010 P MAWARSIH RW 7 MELATI 2

50 52 GUFRON 10/8/2011 L TITIK RW 7 MELATI 2

51 10 RAHMAT 19-04-2011 L YUL RW 7 MELATI 2

52 65 RISKI 7/6/2012 L SANTI RW 7 MELATI 2

53 76 ADIFA S 2/5/2012 L RENI RW 7 MELATI 2

54 61 RISKA AMERA ZULFA 20-5-2013 P SESWITA RW 4 MELATI 3

55 17 FAUZAN 22-6-2011 L EVA RW 4 MELATI 3

Page 146: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

56 4 STEVEN 29-4-2012 L ANA RW 4 MELATI 3

57 28 M DAFI 29-5-2012 L ERNI RW 4 MELATI 3

58 6 AZKIA 2/10/2011 P ITA RW 4 MELATI 3

59 69 AHMAD LUTFI 15-05-2010 L ASNIMAR RW 4 MELATI 3

60 79 AINI NURAINI 24-5-2013 P WATTI RW 4 MELATI 3

61 68 PUTRI RIANTIKA 12/4/2013 P WIWIT RW 4 MELATI 3

62 80 ZUL HAMDI 29-7-2013 L IRMA RW 4 MELATI 3

63 51 AHMAD F 13-7-2012 L DESI RW 4 MELATI 3

64 34 DAFA 23-2-2013 L SARAH RW 3 MELATI 7

65 52 SINTA 21-3-2014 P TITIN RW 3 MELATI 7

66 45 IRMAWATI 23-5-2012 P RAMA RW 3 MELATI 7

67 5 KHUSAMAH 4/12/2012 P ONA RW 3 MELATI 7

68 16 NAZWA 17-10-2012 P SUARNI RW 3 MELATI 7

69 40 CHARLI PUTRA 6/2/2013 L ZAL RW 3 MELATI 7

70 70 KARISA OLIVIA 7/5/2011 P DESI RW 1 MELATI 10

71 78 FIRA 21-8-2011 P ERMA RW 1 MELATI 10

72 47 NEVAN 2/4/2013 L MEL RW 1 PUSKESKEL

73 86 MARCEL 6/3/2012 L EVA RW 1 MELATI 10

74 38 M ROHID 12/4/2012 L EL RW 1 PUSKESKEL

75 102 SUCI 28-8-2011 P HAIRUL RW 1 MELATI 10

76 34 AMERA 8/2/2012 P DESI RW 1 PUSKESKEL

77 31 DAFA 7/9/2011 L TATI RW 1 PUSKESKEL

78 110 ALESIA 4/5/2013 P ANA YUHESNA RW 1 MELATI 10

79 33 ENJEL 27-04-2011 P HIDAYATI RW 1 PUSKESKEL

80 43 HAFIZ 8/10/2012 L AFRIYENI RW 1 PUSKESKEL

81 53 DIDO 8/9/2010 L SANTY RW 1 PUSKESKEL

82 39 FAIS 13-5-2012 L ERA RW 1 PUSKESKEL

83 32 ALYA 12/3/2012 P RILA RW 1 PUSKESKEL

84 8 AISYAH 16-4-2011 P FITRI RW 1 PUSKESKEL

85 83 ALANI 6/8/2011 P ELVI NORA RW 1 MELATI 10

Page 147: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

HASIL DOKUMENTASI

1. Sarana Air Bersih

Page 148: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

     

    

    

Page 149: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

2. Pembuangan tinja  

     

          

Page 150: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

3. Kebersihan rumah 

    

    

Page 151: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

    

    

Page 152: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

Lampiran A

2014Des

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyerahan Topik/Judul Penelitian

Seleksi Judul dan Penentuan Pembimbing

Konsultasi Proposal KTI

Pengumpulan Proposal KTI

Sidang Proposal

Revisi Proposal

Izin Penelitian

Pengumpulan Data

Pembuatan Laporan Hasil

Bimbingan Hasil Akhir

Sidang KTI

Revisi KTI

Penyerahan KTI

JADWAL KEGIATAN PROPOSAL PENELITIAN

Kegiatan Jan Feb Maret April

Padang, Mei 2015Peneliti

Ria Anjela

Mei JuniTahun 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LIMAU MANIS SELATAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2015

NIM : 123110283

Page 153: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

s' b di & qnhai L m& Mads & *:i wi6Fh e{!

h Fn[h ridafe *tuj F d $h ryanr peidan4r

7./-/.r'7,2

tF, H4 4V\2t f

Page 154: New POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR – …pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/pdf_RIA_ANJELA_(2... · 2015. 9. 11. · 2014, Di Puskesmas Pauh, kejadian diare pada

F.kq Fakq Ya4 kaubunei D{sd bi?dbidt. d (dm+- unuManLlbciwbFh&4r

t \n a " i' {

tt4^ I '/,1 !

,.ri t '

ML \t/ s-i\ l4ttrl 1