POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES...

144
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS MENINGITIS DI RUANG RAWAT ANAK IRNA KEBIDANAN DAN ANAKRSUP Dr. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH ALFINIA YULITA 143110204 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2017

Transcript of POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES...

  • POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS MENINGITIS DI RUANG RAWAT ANAK IRNA

    KEBIDANAN DAN ANAKRSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

    KARYA TULIS ILMIAH

    ALFINIA YULITA 143110204

    JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

    2017

  • POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS MENINGITIS DI RUANG RAWAT ANAK IRNA

    KEBIDANAN DAN ANAKRSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

    ALFINIA YULITA 143110204

    JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

    2017

  • ii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Alfinia Yulita

    NIM : 143110204

    Tempat/Tanggal Lahir: Tampunik/ 29 juli 1996

    Agama : Islam

    Status Perkawinan : Belum Kawin

    Orang Tua

    Ayah : Asnawi Aripin

    Ibu : Lendri Maini

    Alamat : Tampunik, Kecamatan lengayang Kabupaten Pesisir

    Selatan

    Riwayat Pendidikan :

    Pendidikan Tahun

    TK Dinda Koto Rawang 2001- 2002

    SD N 23 Tampunik Kecamatan Lengayang 2002-2008

    MTsN Kayu kalek 2008-20011

    SMA N 3 Lengayang 2011-2014

    Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

  • iii

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

    saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam rangka memenuhi salah

    satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dengan judul

    “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Meningitis di Ruang Rawat

    Anak IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang”. Shalawat beriringan salam buat Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia dari

    alam kebodohan hingga alam yang berpengetahuan.

    Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari

    masa perkuliahan sampai pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit

    bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis ini. Oleh karena itu, saya

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1) Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M. Kes selaku pembimbing I yang telah

    mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh

    kesabaran dan perhatian dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

    2) Ibu Delima, S.Pd, M.Kesselaku pembimbing II yang telah mengarahkan,

    membimbing dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan

    perhatian dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

    3) Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI Padang.

    4) Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan

    Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.

    5) Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III

    Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrerian Kesehatan RI

    Padang.

    6) Bapak Direktur RSUP Dr. M. DJamil Padang beserta staf yang telah

    mengizinkan untuk melakukan penelitian.

    7) Bapak dan Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan

    pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.

  • v

    8) Orang Tua yang telah memberi semagat dan dukungan serta do’anya yang tak

    ternilai dengan apapun.

    9) Rekan- rekan seperjuangan Bp 2014D-III keperawatan, serta semua pihak

    yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

    meneyelesaikan karya tulis ini.

    Akhir kata saya, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

    semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Imiah ini membawa

    manfaat.

    Padang, 16 Juni 2017

    Peneliti

  • vi

  • vii

  • viii

    DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv LEMBAR ORISINALITAS ....................................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................... .......... viii DAFTAR SKEMA ...................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................. ......... xi DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... ......... xii BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A. Konsep Dasar kasus Meningitis 1. Pengertian .................................................................................. 7 2. Klasifikasi .................................................................................. 7 3. Penyebab .................................................................................... 8 4. Patofisiologi ............................................................................... 9 5. Tanda dan Gejala ....................................................................... 10 6. WOC............................................................................... ........... 13 7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ......................... 15 8. Penatalaksanaan ......................................................................... 15 9. Pencegahan ................................................................................ 19

    B. Konsep Asuhan keperawatan Pada Kasus

    1. Pengkajian .................................................................................. 19 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ....................................... 26 3. Intervensi Keperawatan .............................................................. 26

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian .............................................................................. 39 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 39 C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 39 D. Instrumen Pengumpulan Data............................................................ 40 E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 41 F. Rencana Analisis ............................................................................... 43

  • ix

    BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

    A. Deskripsi kasus ............................................................................. 45 B. Asuhan Keperawatan ................................................................... 46 C. Pembahsan Kasus ......................................................................... 57

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................. 78 B. Saran ........................................................................................... 79

    DAFTAR PUSTAKA

  • x

    DAFTAR SKEMA Skema 2.1 WOC ....................................................................................... 14

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Karakteristik Cairan Serebrospinal (LCS) pada Bayi dan Anak... 24

    Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ................................................................ 26

    Tabel 2.3 Asuhan Keperawatn ...................................................................... 46

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1: Ghan Chart Kegiatan Lampiran 2: Lembaran Bimbingan Pembimbing 1 Lampiran 3: Lembaran Bimbingan Pembimbing 2 Lampiran 4: Surat izin memulai penelitian Lampiran 5: Surat Persetujuan responden Lampiran 6: Daftar hadir penelitian Lampiran 7: Surat selesai penelitian Lampiran 8: Asuhan Keperawatan pada An.Z Lampiran 9: Asuhan Keperawatan pada By.F

  • 1

    Poltekkes Kemenkes Padang

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak

    dan medula spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua

    kelompok umur, meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang

    paling rawan terkena penyakit ini adalah anak- anak usia balita dan orang

    tua (Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial

    terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak

    terdapat pada rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka

    morbiditas tertinggi adalah dari lahir sampai 4 tahun(Betz & Sowden,

    2009).

    Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di

    obati secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan

    gangguan memori juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat

    mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat

    terjadi yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP

    (Intracranial Pressure) meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak

    atau hidrosefalus. Tanda awal peningkatan ICP mencakup penurunan

    tingkat kesadaran dan defisit motorik lokal.

    Pengetahuan dari orang tua sangat penting untuk mengenali gejala awal

    meningitis sehingga anak mendapatkan pengobatan sesegera mungkin dan

    terhindar dari komplikasi yang lebih parah. Anak dengan meningitis

    bakteri akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe sensorineural

    permanen dan 10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah

    sakit selama 24 jam (Anurogo, 2014).

    Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien meningitis

    meningokokus yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang

    berlebihan. Awitan demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan

    ekstremitas), syok dan tanda koagulasi intravaskular diseminata (DIC)

  • 2

    Poltekkes Kemenkes Padang

    terjadi secara mendadak, kematian dapat terjadi dalam beberapa jam

    setelah awitan infeksi (Brunner & Suddart 2013).

    DataWorld Health Organization (WHO) (2015), melaporkan bahwa Pada

    tahun 2014 di Afrika ditemukan 14.317 dugaan kasus meningitis dengan

    jumlah kematian sebanyak 1.304 jiwa. Setiap tahun, kasus meningitis

    bakteri mempengaruhi lebih dari 400 juta orang yang tinggal di 26 negara

    (dari Senegal ke Ethiopia). Lebih dari 900.000 kasus dilaporkan dalam 20

    tahun terakhir (1995-2014). kasus meningitis tersebut mengakibatkan

    kematian sebanyak 10%. Sedangkan 10-20% meninggalkan gejala sisa

    neurologis.

    Insiden meningitis di negara berkembang cukup tinggi. Meningitis di

    Indonesia merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan

    ke 17 (0,8%) setelah malaria.Meningitis penyebab kematian bayi umur 29

    hari- 11 bulan dengan urutan ketiga yaitu (9,3%) setelah diare (31,4%),

    dan pneumoni (23,8%). Proporsi meningitis penyebab kematian pada umur

    1-4 tahun yaitu (8,8%) dan merupakan urutan ke-4 setelah Necroticans

    EnteroColitis (NEC) yaitu (10,7%) (Balitbangkes 2008).

    Berdasarkan penelitian yang di lakukan Shinta (2010) di RSUP H. Adam

    Malik Medan, anak yang mengalami kematian karena meningitis

    (42,16%), dari 102 kasus yang ditemukan terdapat penderita meningitis

    Purulenta (43,1%) sedangkan penderita meningitis Serosa (56,9%) dan

    penderita paling banyak yaitu usia nol sampai kurang dari lima tahun

    (58,8%).

    Penelitian Arydina, dkk (2014) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

    melaporkan bahwa Bacterial Meningeal Score merupakan indikator yang

    baik untuk menilai meningitis bakteri pada bayi dan anak karena memiliki

    sensitivitas, spesifisitas, nilai praduga negatif, nilai praduga positif,

    likelihood ratio positif dan likelihood ratio negatif yang tinggi. Parameter

    BMS berdasarkan kriteria WHO. Skor BMS berkisar antara 0–6. Pasien

  • 3

    Poltekkes Kemenkes Padang

    berdasarkan BMS dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu BMS

  • 4

    Poltekkes Kemenkes Padang

    komplikasi kelebihan cairan seperti edema serebri. Turunkan suhu anak

    dengan kompres hangat dan nilai status hidrasi pada anak (Ngastiyah,

    2012).

    Survey awal yang dilakukan pada tanggal 11 januari 2017 di RSUP Dr. M.

    Djamil Padang di temukan lima orang anak yang dirawat di diruangan

    HCU anak dan 1 dari 5 orang anak mengalami meningitis dengan diagnosa

    medis meningitis TB. Saat observasi anak tampak terpasang triway,

    terpasang oksigen dengan kosentrasi 3 liter, terpasang monitor dan

    terpasang NGT, anak tampak mengalami penurunan kesadaran. Diagnosa

    keperawatan yang muncul adalah resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

    serebral dan hipertermi. Tindakan keperawatan yang telah di lakukan

    diruangan berupa melakukan pemasangan O2, memantau aliran O2,

    memonitor suhu pasien, melakukan pemberian makan melalui NGT dan

    memonitor intake output serta menganjurkan keluarga untuk melakukan

    pengompresan. Evaluasi dilakukan dengan baik, namun pendokumentasian

    yang dilakukan lebih berfokus pada shift sebelumnya, sehingga

    perkembangan dari kesehatan pasien kurang bisa dinilai secara tepat.

    Perawat berperan penting dalam memberikan asuhan kepada pasien.

    Mortalitas bergantung pada daya tahan tubuh pasien, cepatnya mendapat

    pengobatan, cara pengobatan dan perawatan yang diberikan. Hasil survey

    ditemukan perawat lebih sering melakukan perawatan kepada pasien jika

    pasien mengalami keluhan, sehingga asuhan yang sering di berikan hanya

    bersifat biologis. Akibatnya anak lebih sering mengalami stress

    hospitalisasi.

    Berdasarkan latar belakang diatas dengan tingginya kejadian meningitis

    serta masih perlunya asuhan keperawatan yang komprehensif untuk

    kesembuhan pasien. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan

    asuhan keperawatan pada pasien anak dengan meningitis di ruangan HCU

    dan Akut IRNA kebidanan dan anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.

  • 5

    Poltekkes Kemenkes Padang

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah peniliti uraikan di atas, maka

    rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan asuhan

    keperawatan pada anak dengan kasus meningitis di ruangan HCU dan

    Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun

    2017”?

    C. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan Umum

    Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan

    kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kasus

    Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.

    b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada

    anak dengan kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA

    Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun

    2017.

    c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada anak dengan

    dengan kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan

    dan Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.

    d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan

    kasus Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan

    Anak RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017

    e. Mampu mendeskripsikan evaluasi pada anak dengan kasus

    Meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP Dr.M. Djamil Padang pada tahun 2017.

  • 6

    Poltekkes Kemenkes Padang

    D. Manfaat Penulisan

    1. Peneliti

    Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan

    ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan

    keperawatan pada anak dengan kasus meningitis.

    2. Rumah sakit

    Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

    bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada

    anak dengan dengan kasus meningitis.

    3. Institusi Pendidikan

    Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran

    bagi mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu

    pengetahuan dalam penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan

    dengan kasus meningitis.

  • 7

    Poltekkes Kemenkes Padang

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    A. Konsep Dasar Kasus Meningitis

    1. Pengertian

    Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak

    dan medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis adalah peradangan pada

    selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang

    menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Yuliani,

    2010).

    Infeksi meningeal biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain

    (selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada

    tulang wajah). Meningitis bakterial atau meningokokal juga muncul

    sebagai infeksi oportunis pada pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari

    penyakit limfe (Brunner & Suddart, 2013).

    2. Klasifikasi

    Menurut Muttaqin (2008), meningitis di klasifikasikan sesuai dengan

    faktor penyebabnya antara lain terdiri dari meningitis asepsis, sepsis dan

    tuberkulosa.

    a. Asepsis

    Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis

    virus.Meningitis ini biasanya di sebabkan berbagai jenis penyakit

    yang di sebabkan virus seperti gondongan, herpes simpleks dan

    herpes zooster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis

    bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak di temukan

    organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh

    korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari

    jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang

    terlibat.

  • 8

    Poltekkes Kemenkes Padang

    b. Sepsis/ Meningitis Purulenta

    Meningitis sepsis merupakan meningitis yang di sebabkan oleh

    organisme bakteri. Penyebab meningitis bakteri akut yaitu Neisseria

    meningitidis (meningitis meningokokus), streptococus pneumoniae

    (pada dewasa), dan haemophilus influenzae(pada anak-anak dan

    dewasa muda).

    c. Tuberkulosa

    Meningitis tuberculosa di sebabkan oleh basilus tuberkel.Menurut

    Rich & McCoredck, Meningitis tuberkulosa terjadi akibat

    komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya dari paru.

    Meningitis terjadi bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung

    oleh penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui

    pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang

    belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga

    arachnoid. Kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari

    mastoiditis atau spondilitis. Pada pemeriksaan histologis, meningitis

    tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis. (Ngastiyah,

    2012).

    3. Penyebab

    Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman

    secara hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit

    faringotonsilitis, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat

    pula sebagai perluasan kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di

    dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis,

    trombosis sinus kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012).

    Penyebab meningitis adalah sebagai berikut :

    a. Bakteri

    Sebagian besar kasus meningitis pada neonatus disebabkan oleh

    flora dalam saluran genitalia ibu. Streptokokkus grup B dan

  • 9

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Escherichia collimerupakan patogen yang sangat penting bagi

    kelompok usia ini. Pada anak berusia 6 bulan atau lebih

    haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae merupakan

    penyebab tersering. Selain itu meningitis juga di sebabkan

    mycobacterium tuberculosa yang berawal dari penyakit TBC.

    b. Virus: echovirus, coxsackie virus, virus gondongan dan virus

    imunodefisiensi manusia (HIV).

    c. Faktor maternal: ruptur membran fetal, infeksi maternal pada

    minggu terakhir kehamilan.

    d. Faktor imunologi: defesiensi mekanisme imun, defesiensi

    imunoglobin dan anak yang mendapat obat-obatan imunosupresi.

    e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat , pembedahan atau injury

    yang berhubungan dengan sistem persarafan (Suriadi & Yuliani,

    2010).

    4. Patofisiologi

    Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis

    yang dapat menyebabkan obstruksi, selanjutnya terjadi hidrosefalus dan

    peningkatan tekanan intra kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut

    adalah hiperemi pada meningen, edema dan eksudasi yang menyebabkan

    peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada

    blood brain barrier. Masuknya organisme dapat melalui trauma, penetrasi

    prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau kelainan sistem saraf

    pusat. Otorrhea atau rhinorhea akibat fraktur dasar tengkorak dapat

    menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara Cerebral spinal

    fluid (CSF) dan dunia luar.Masuknya mikroorganisme kesusunan saraf

    pusat melalui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan

    pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel, dari reaksi radang muncul eksudat

    dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan

    sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan

    Hidrosefalus.

  • 10

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Meningitis bakteri; netrofil,monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan

    sel respon radang. Eksudet terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang di

    bentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah

    dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medula spinalis. Terjadi

    vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan ruptur

    atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak yang berakibat

    menjadi infarctCSF (Suriadi & Yuliani, 2010).

    5. Tanda dan Gejala

    Menurut Wong, dkk (2010), manifestasi klinis meningitis antara lain:

    a. Meningitis bakteri

    1) Neonatus: tanda-tanda Spesifik

    a) Sangat sulit menegakkan diagnosis

    b) Manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik

    c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai

    terlihat dan menunjukkan perilaku yang buruk

    d) Menolak pemberian susu/makan

    e) Kemampuan menghisap buruk

    f) Diare

    g) Tonus otot buruk

    h) Penurunan gerakan

    i) Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol dapat terlihat

    pada akhir perjalanan penyakit

    j) Leher biasanya lemas (supel)

    2) Neonatus: tanda-tanda non spesifik

    a) Hipotermia atau demam (tergantung maturitas bayi)

    b) Ikterus

    c) Iritabilitas

    d) Mengantuk

    e) Kejang

    f) Pernapasan ireguler atau apnea

    g) Sianosis

  • 11

    Poltekkes Kemenkes Padang

    h) Penurunan berat badan

    3) Bayi dan anak yang masih kecil

    a) Demam

    b) Pemberian makan buruk

    c) Vomitus

    d) Iritabilitas yang nyata

    e) Serangan kejang ( sering di sertai dengan tangisan bernada

    tinggi)

    f) Fontanela menonjol

    g) Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak terjadi

    h) Tanda brudzinski dan kernig tidak membantu dalam

    penegakan diagnosis

    4) Anak-anak dan remaja

    a) Demam

    b) Menggigil

    c) Sakit kepala

    d) Vomitus

    e) Perubahan sensorik

    f) Kejang

    g) Iritabilitas

    h) Agitasi

    i) Dapat terjadi fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif,

    mengantuk, stupor, koma dan kaku kuduk

    j) Dapat berlanjut menjadi opistotonus

    k) Tanda kernig dan brudzinski positif

    l) Ruam ptikie atau purpurik (infeksi meningokokus), khusus nya

    jika disertai dengan keadaan mirip syok

    m) Telinga mengeluarkan sekret yang kronis (meningitis

    pneumokokus).

    b. Meningitis non bakteri (Aseptik)

    Awitan meningitis aseptik bisa bersifat mendadak atau bertahap.

    Manifestasi awal adalah sakit kepala, demam, malaise, gejala

  • 12

    Poltekkes Kemenkes Padang

    gastrointestinal, dan tanda-tanda iritasi meningen yang timbul satu

    atau dua hari setelah awitan penyakit. Nyeri abdomen, mual dan

    muntah merupakan gejala yang sering ditemukan; nyeri punggung

    dan tungkai, tukak tenggorokan serta nyeri dada kadang-kadang di

    jumpai dan dapat terjadi ruam mukulopapular. Biasanya semua

    gejala ini menghilang secara spontan dan cepat. Anak akan sembuh

    dalam waktu 3 sampai 10 hari tanpa dampak yang tersisa.

    Gambaran klinis pada meningitis tuberkulosa :

    Gejala awal biasanya di dahului oleh stadium prodromal berupa iritasi

    selaput otak. Meningitis biasanya mulai perlahan –lahan tanpa panas atau

    terdapat kenaikan suhu yang ringan saja. Sering di jumpai anak mudah

    terangsang atau menjadi apatis dantidur nya sering terganggu. Anak besar

    dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia, obstipasi dan muntah juga sering

    di jumpai.

    Stadium transisi gejala lebih berat dan gejala ransangan meningeal mulai

    nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus.

    Refleks tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya

    juga terdapat kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala

    strabismus dan mistagismus. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan

    kesadaran lebih menurun hingga timbul stupor.Stadium terminal berupa

    kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi

    sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur, sering terjadi

    pernapasan cheyne Stokes. Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa

    kesadarannya pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak

    mempunyai batas yang jelas antara satu dengan stadium lainya, namun jika

    tidak di obati umumnya berlangung 3 minggu sebelum anak meninggal

    (Ngastiyah, 2012)

  • 13

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Bakteri : haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae, mycobacterium tuberculosa dan Escherichia colli

    Organisme masuk ke aliran darah

    Faktor imunologi : Defesiensi imunoglobin&Anak yang mendapat imunodepresan

    Faktor maternal : ruptur membran fetal& infeksi maternal pada minggu terakhir

    Virus : echovirus, coxsackie virus, virus gondongan

    Kerusakan neurologis

    Thrombus aliran darah serebral

    meningitis

    Reaksi radang pada meningen

    Vasospasme pembuluh darah serebri

    CO2 ↑ Eksudet purulen menyebar ke dasar otak dan medula

    spinalis

    Transudat cairan

    Permeabilitas vaskuler pada serebri

    TIK↑

    Volume tekanan otak

    Edema serebral Volume cairan interstitial ↑

    Kebocoran cairan dari intrvaskuler

    MK : ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

    Sirkulasi di serebral ↓

    Ketidakseimbangan ion

    Hiperaktivitas neuron

    Kelainan depolarisasi neuron

    Ggn hemostatis neuron

    Ketidakseimbangan asam basa

    kejang

    Keb. Energi ↑

    MK : resiko cedera

    Pelepasan zat virogen endogen Aktivitas makrofag dan virus

    Suhu tubuh ↑

    Instabil thermoregulasi

    Merangsang kerja hipotalamus

    MK : hipertermi

    Hidrosefalus Peningkatan CSS Obstuksi pada saluran ventrikel

    TIK ↑

    Menekan saraf MK : nyeri Sakit kepala

    6. WOC Meningitis

  • 14

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Bagan 2.1 WOC Meningitis

    Sumber: Price & Wilson (2006) , Muttaqin (2008) & Suriadi & Yuliani (2010).

    TIK ↑

    - Penurunan kesadaran

    - TD ↑

    Merangsang saraf simpatis

    Menekan saraf di servikal

    Mual dan muntah

    MK : Resiko aspirasi

    Ransangan otot di sekitar servikal

    Otot berkontraksi

    Otot pada tengkuk meregang

    Kaku kuduk

    Edema serebral

    mesenpalon desensepalon

    Penekanan pd hipotalamus

    Ransangan pd hipofise anterior ↑

    evavorasi

    Keringat berlebihan

    Diaphoresis MK : kekurangan

    Volume cairan

    Kerusakan pada fungsional farmasi

    kerja RAS

    Kesadaran ↓

    MK : pola nafas tidak efektif

    Penurunan refleks batuk

    Penumpukan sekret di jalan

    nafas

    MK: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

    demam

    Penekanan pada pusat pernapasan

    Upaya bernapas ↑

    Mk: ketidakefektifan pola nafas

    Penekanan pada pusat pernapasan

    Sesak nafas

  • 15

    Poltekkes Kemenkes Padang

    7. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

    a. Sistem Pernapasan

    Pada anak dengan meningitis laju metabolisme akan meningkat,

    sebagai kompensasi tubuh pernapasan akan mengalami

    peningkatan pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan

    terutama pada jaringan perifer. Pasien meningitis sering terjadi

    peningkatan TIK yang dapat menyebabkan terjadinya koma. Pasien

    koma pernapasannya sering cheyne-Stokes sehingga terdapat

    gangguan kebutuhan O2 (Brunner & Suddart, 2013).

    b. Sistem Thermogulasi

    Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan

    menstimulasi sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan

    “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan pada “set

    poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan

    meningitis mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh

    meningkat. (Suriadi & Yuliani, 2010).

    c. Sistem Neurologis

    Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik

    jaringan otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan

    hipertrofi pada jaringan otak yang beresiko pada abses serebri.

    Keluhan yang muncul pada anak meningitis adalah kejang atau

    bahkan penurunan kesadaran serta positifnya pemeriksaan

    ransangan meningeal pada anak (Muttaqin, 2008).

    8. Penatalaksanaan

    a. Penatalaksanaan Medis

    1) Meningitis purulenta

    a) Pemberian cairan secara intravena untuk menghindari

    kekurangan cairan/elektrolit akibat muntah-muntah atau

    diare.

    b) Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus,

    diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/ kali intravena, dan dapat

  • 16

    Poltekkes Kemenkes Padang

    di ulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian. Bila

    kejang belum berhenti, ulangan pemberian diazepam

    berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis yang sama

    diberikan secara intramuskular.

    c) Setelah kejang dapat di atasi, diberikan fenobarbital dosis

    awal untuk neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg

    dan di atas 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan

    rumat diberikan fenobarbital dengan dosis 8-9 mg/kg BB/hari

    di bagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari.

    d) Berikan ampisisilin intravena sebanyak 400 mg/kg BB/ hari

    di bagi dalam 6 dosis di tambah kloramfenikol 100 mg/ Kg

    BB/hari intravena dibagi dalam 4 dosis . Pada hari ke-10

    pengobatan di lakukan pungsi lumbal ulangan dan bila

    ternyata menunjukkan hasil yang normal pengobatan tersebut

    di lanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum normal

    pengobatan di lanjutkan dengan obat yang sama seperti di

    atas atau di ganti dengan obat yang sesuai dengan hasil

    biakan dan uji resisten kuman.

    2) Dasar pengobatan meningitis tuberkulosa ialah pemberian

    kombinasi obat antituberkulosis dan di tambahkan dengan

    kortikosteroid, pengobatan sitomatik bila terdapat kejang, koreksi

    dehidrasi akibat masukan makanan yang kurang atau muntah dan

    fisioterapi. Umumnya di pakai kombinasi streptomisin, PAS dan

    INH. Bila ada resisten terhadap salah satu obat tersebut maka dapat

    digantikan dengan reserve drugs. Streptomisin di berikan dengan

    dosis 30-50 mg/kg BB/hari selama 3 bulan atau jika perlu di

    teruskan 2 kali seminggu selama 2-3 bulan lagi sampai likuor

    serebrospinalis menjadi normal. PAS dan INH di teruskan paling

    sedikit sampai 2 tahun. Kortikostreoid biasanya di berikan berupa

    prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis minimum 20 mg/

    hari) dibagi 3 dosis selama 2-4 minggu, kemudian di turunkan 1

    mg/kg BB/hari setiap 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid

  • 17

    Poltekkes Kemenkes Padang

    seluruhnya selama 3 bulan dan dihentikan bertahap untuk

    menghindarkan terjadinya rebound phenomenon.

    b. Penatalaksanaan Keperawatan

    Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan meningitis adalah

    gangguan kesadaran, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman

    dan nyaman serta kurangnya pengetahuan orang tua mengenai

    penyakit.

    1) Gangguan kesadaran

    Pasien meningitis yang mengalami koma memerlukan pengawasan

    tanda-tanda vital secara cermat karena pernapasannya sering

    cheyne-Stokes sehingg terdapat gangguan O2. Untuk membantu

    pemasukan O2perlu diberikan oksigen yaitu 1-2 liter/ menit. Selain

    itu pasien koma juga mengalami inkontinensia urine maka perlu di

    pasang penampung urine. Kebersihan kulit perlu di perhatiakn

    terutama sekitar genitalia dan bagian tubuh yang tertekan. Oleh

    karena itu jika akan memasang kateter urine harus konsultasi

    dahulu dengan dokter. Buat catatan khusus jika belum ada catatan

    perawatan untuk mencatat hasil observasi pasien.

    2) Resiko terjadi komplikasi

    Dehidrasi asidosis dapat terjadi pada pasien, oleh sebab itu untuk

    memenuhi kebutuhan pasien perlu dilakukan pemasangan sonde

    tetapi untuk kebutuhan elektroloit tidak akan cukup. Bila terjadi

    dehidrasi cairan yang di berikan biasanya glukosa 10 % dan NACl

    0,9% dalam perbandingan 3:1. Pengawasan tetesan perlu dilakukan

    secara cermat dan setiap mengganti cairan harus dicatat pada pukul

    berapa agar mudah diketahui untuk memperhitungkan kecukupan

    cairan atau tidak.

    Pengaturan posisi pada pasien juga perlu di perhatikan, teutama

    pada pasien dengan penurunan kesadaran. Ubahlah sikap

    berbaringnya setiap tiga jam, sekali-sekali lakukan gerakan pada

  • 18

    Poltekkes Kemenkes Padang

    sendi-sendi dengan menekuk/meluruskan kaki –tangan tetapi

    usahakan agar kepala tidak ikut terangkat (bergerak).

    3) Gangguan rasa aman dan nyaman

    Gangguan aman dan nyaman perlu diperhatikan dengan selalu

    bersikap lembut (jangan berpikir bahwa pasien koma tidak akan

    tahu). Salah satu kesalahan yang sering terjadi ialah membaringkan

    pasien tersebut menghadap cahaya matahari, sedangkan pasien

    koma matanya selalu terbuka. Untuk menghindarkan silau yang

    terus menerus jangan baringkan pasien kearah jendela. Untuk

    pasien yang akan melakukan tindakan, ajak lah pasien berbicara

    sewaktu melakukan tindakan tersebut walaupun pasien tidak sadar

    (Ngastiyah, 2012).

    4) Penatalaksanaan kejang

    a) Airway

    (1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala

    dimiringkan dan pasangkan sudip lidah yang telah

    dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.

    (2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,

    lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan

    (3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

    b) Breathing

    (1) Isap lendir sampai bersih

    c) Circulation

    (1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara

    intensif.

    (2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum

    hangat ( berbeda dengan pasien tetanus yang jika

    kejang tetap sadar).

  • 19

    Poltekkes Kemenkes Padang

    9. Pencegahan Meningitis

    Imunisasi dini dapat mencegah agar anak dalam keluarga tidak mengalami

    kematian yang tragis. Perawat memainkan peran yang signifikan dalam

    memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai berbagai tindakan

    pencegahan seperti vaksinasi. Pemberian vaksinasi yang dapat mencegah

    terjadinya meningitis adalah vaksin DPT(difteri, pertusis dan tetanus) Hib

    (Haemofilus Influenza Tipe b) untuk mencegah meningitis yang di sebabkan

    oleh H. Influenzae, N. Meningitidis dan penyebab meningitis akibat komplikasi

    dari pneumonia, di berikan pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Selain itu vaksin BCG

    (Bacillus Calmette-Guerin) diberikan untuk mencegah penyakit TBC,

    pemberian dilakukan pada usia 1 bulan (Pusdiknakes, 2015).

    B. Konsep Asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis

    1. Pengkajian

    Pengkajian pada pasien dengan kasus meningitis meliputi :

    a. Identitas Pasien

    Identitas pasien yang perlu dikaji meliputi; nama, tempat tanggal

    lahir/umur,jenis kelamin, beratbadan lahir, serta apakah bayi lahir

    cukup bulan atau tidak, anak ke, jumlah saudara dan identitas orang

    tua.

    b. Riwayat Kesehatan

    1) Keluhan utama

    Alasan anak di bawa ke rumah sakit karena mengalami demam

    tinggi, sakit kepala berat, kejang dan penurunan kesadaran.

    2) Riwayat penyakit saat ini

    Biasanya pasien meningitis keluhan gejala awal berupa sakit

    kepala dan demam.Keluhan kejang perlu mendapat perhatian

    untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana sifat

    timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang

    dan tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan

    keluhan kejang tersebut. Terkadang pada sebagian anak

  • 20

    Poltekkes Kemenkes Padang

    mengalami penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran,

    Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi, sesuai dengan

    perkembangan penyakit dapat terjadi letargi, tidak responsif dan

    koma.

    3) Riwayat penyakit dahulu

    Pasien meningitis biasanya pernah memiliki riwayat penyakit

    yang meliputi; infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,

    mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, tindakan

    bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh

    imunologis pada masa sebelumya. Meningitis tuberkulosis perlu

    dikaji tentang riwayat sakit TB. Riwayat imunisasi juga perlu di

    ketahui seperti pemberian imunisasi BCG dan DPT Hib pada

    anak. Selain itu pengkajian tentang riwayat kehamilan pada ibu

    diperlukan untuk melihat apakah ibu pernah mengalami penyakit

    infeksi pada saat hamil (Muttaqin, 2008).

    4) Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak

    Pada pasien dengan meningitis organ yang mengalami gangguan

    adalah organ yang berdekatan dengan fungsi memori, fungsi

    pengaturan motorik dan sensorik, maka kemungkinan besar anak

    mengalami masalah ancaman pertumbuhan dan perkembangan

    seperti retardasi mental, gangguan kelemahan atau

    ketidakmampuan menggerakkan tangan maupun kaki (paralisis).

    Akibat gangguan tersebut anak dapat mengalami keterlambatan

    dalam mencapai kemampuan sesuai dengan tahapan usia.

    c. Pemeriksaan Fisik

    1) Tingkat Keadaran

    kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma. Nilai GCS yang

    berkisar antara 3 sampai dengan 9 (GCS normal 15) (Riyadi &

    Sukarmin, 2009).

  • 21

    Poltekkes Kemenkes Padang

    2) Tanda-tanda vital

    Pada pasien dengan meningitis biasanya di dapatkan peningkatan suhu

    tubuh lebih dari normal. penurunan denyut nadi terjadi berhubungan

    dengan tanda-tanda peningkatan TIK, pernapasan meningkat > 30

    x/menit dan tekanan darah biasanya normal atau meningkat karena

    tanda-tanda peningktan TIK.(suhu normal 36,5-37,40 C, pernapasan

    normal : untuk anak 2 bulan -< 12 bulan < 50 x/menit, 12 bulan-

  • 22

    Poltekkes Kemenkes Padang

    8) Dada

    a) Thoraks

    1. Inspeksi, akan nampak penggunaan otot bantu

    penapasan.

    2. Palpasi, pada pasien dengan meningitis jarang

    dilakukan dan biasanya tidak ditemukan kelainan.

    3. Auskultasi, ditemukannya bunyi nafas tambahan seperti

    ronkhi pada pasien dengan meningitis tuberkulosa

    dengan penyebaran primer dari paru.

    b) Jantung

    penurunan kesadaran pada anak akan di ikuti dengan denyut

    jantung yang terkesan lemah < 100x/menit. (normal 100-

    140x/i).

    9) Kulit

    Pada kulit saat inspeksi akan ditemukan ruam petekia dengan lesi

    purpura sampai ekimosis pada daerah luas. Selain itu turgor kulit

    mengalami penurunan akibat peningkatan kehilangan cairan.

    10) Ekstremitas

    Kekuatan otot menurun dan mengalami opistotonus. Pada tahap lanjut

    anak mengalami gangguan koordinasi dan keseimbangan pada alat

    gerak.

    11) Genitalia, jarang di temukan kelainan.

    12) Pemeriksaan saraf kranial

    a) Saraf I, biasanya pada pasien dengan meningitis fungsi

    penciuman tidak ada kelainan.

    b) Saraf II, tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.

    Pemeriksaan papiledema mungkin didapatkan terutama pada

    meningitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural

    yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK berlangsung

    lama.

    c) Saraf III, IV dan VI, pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada

    pasien dengan meningitis yang tidak disertai penurunan

  • 23

    Poltekkes Kemenkes Padang

    kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada tahap lanjut

    meningitis yang telah mengganggu kesadaran, tanda-tanda

    perubahan dari fungsi dan reaksi pupil akan di dapatkan.

    Dengan alasan yang tidak di ketahui pasien meningitis

    mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan

    terhadap cahaya.

    d) Saraf V, pada pasien dengan meningitis biasanya tidak di

    dapatkan paralis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya

    tidak ada kelainan.

    e) Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah

    sismetris.

    f) Saraf VIII, tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli

    persepsi.

    g) Saraf IX dan X, kemampuan menelan baik.

    h) Saraf XI, tidak ada atrofi otot strenokleidomastoideus dan

    trapezius. Adanya usaha dari pasien untuk melakukan fleksi

    leher dan kaku kuduk.

    i) Saraf XII, lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan

    tidak ada fasikulasi serta indra pengecap normal.

    13) Sistem motorik

    Kekuatan otot menurun, mengalami gangguan koordinasi pada alat

    gerak, anak bisa mengalami hemiplegi dan/atau hemiparise.

    14) Pemeriksaan ransangan meningeal

    a) Kaku kuduk

    Kaku kuduk adalah tanda awal. Adanya upaya untuk fleksi

    kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot

    leher. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.

    b) Tanda kernig positif

    Ketika pasien di baringkan dengan paha dalam keadaan fleksi

    kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

    c) Tanda brudzinski

  • 24

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Tanda ini di dapatkan apabila leher pasien di fleksikan, maka d

    hasilnya fleksi lutut dan pinggul, bila di lakukan fleksi pasif

    pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang

    sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan (Muttaqin,

    2008).

    d. Pemeriksaan Penunjang

    1) Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut :

    a) Hitung sel darah putih, biasanya meningkat sampai lebih dari

    100/mm3(normal : < 6/µL).

    b) Pewarnaan gram CSS

    c) Kadar glukosa cairan otak menurun pada meningitis bakterial

    dan pada meningitis dengan penyebab virus kadar glukosa

    biasanya normal. (normal kadar glukosa cairan otak 2/3 dari

    nilai serum glukosa).

    d) Protein, tinggi (bakterial, tuberkular, infeksi kongenital) dan

    pada meningtis virus protein sedikit meningkat.

    Tabel 2.1 karakteristik Cairan Serebro Spinal pada bayi dan anak

    Sumber : Meadow & Newell (2006).

    Karakteristik cairan serebrospinal (LCS) pada bayi dan anak

    Normal Meningitis viral Meningitis bakterial

    Penampakan Jernih Jernih atau agak keruh

    Berkabut atau purulen

    Sel (mm3) 0-4 20-100 500-5000

    Tipe Limfosit Limfosit Neutrofil

    Protein g/L 0,2-0,4 ↑ ↑↑

    Glukosa mmol/L

    3-6 3-6 ↓

  • 25

    Poltekkes Kemenkes Padang

    2) Pemeriksaan laboratorium

    a) Pemeriksaan Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Leukosit dan

    trombosit, protombin dan tromboplastin parsial. Pemeriksaan

    leukosit diperlukan untuk menentukan kemungkinan adanya

    infeksi bakteri berat dan leukopenia mungkin merupakan tanda

    prognosis yang buruk terutama pada penyakit akibat

    meningokokus dan pneumokokus. Sama halnya dengan

    memanjangnya waktu protombin dan tromboplastin parsial yang

    di sertai trombositopenia menunjukkan koagulasi intravaskuler

    deseminata. (leukosit normal : 5000-10000/mm3, trombosit

    normal : 150.000-400.000/mm3, Hb normal pada perempuan:

    12-14gr/dl, pada laki-laki : 14-18gr/dl).

    b) Pemeriksaan glukosa darah. (Glukosa darah normal < 200

    gr/dl).

    3) Pemeriksaan cairan dan elektrolit

    a) Kadar elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi, natrium

    serum (Na+) naik, kalium serum (K+)turun. (Na+ normal : 136-

    145mmol/L, K+ normal : 3,5-5,1 mmol/L).

    b) Osmolaritas urine meningkat dengan peningkatan sekresi ADH.

    4) Pemeriksaan kultur

    a) Kultur darah berguna untuk mengidentifikasi organisme

    penyebab.

    b) Kultur urien/urinalisis, untuk mengidentifikasi organisme

    penyebab.

    c) Kultur nasofaring, untuk mengidentifikasi organisme penyebab.

    5) Pemeriksaan diagnostik

    Pemeriksaan rontgenografi jarang diperlukan dalam mendiagnosis

    meningitis namun pemeriksaan tersebut bisa berguna dalam

    mengenali faktor resiko. CT scan dilakukan untuk menentukan

    adanya edema serebri atau penyakit saraf lainya (Betz & Sowden,

    2009).

  • 26

    Poltekkes Kemenkes Padang

    2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

    Berdasarkan Diagnosis Keperawatan Nanda 2015-2017,diagnosa

    keperawatan yang mungkin muncul antara lain:

    a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b/d proses inflamasi,

    edema pada otak.

    b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

    aktif.

    c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi

    sekret, penurunan kesadaran.

    d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi pusat

    pernapasan di otak, perubahan tingkat kesadaran.

    e. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi selaput dan jaringan otak.

    f. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, proses

    inflamasi.

    g. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran

    h. Resiko cedera berhubungan dengan kejang berulang, fiksasi kurang

    optimal.

    3. Intervensi Keperawatan

    Bulechek (2009) dan Moorhead (2009), menjelaskan teori rencana

    keperawatan yang dapat dilakukan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah :

    Tabel 2.2 : Diagnosis dan perencanaan keperawatan

    No Diagnosa NOC NIC

    1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Faktor resiko a. Gangguan

    serebrovaskuler b. penyakit

    neurologis.

    a. Status sirkulasi 1) Tekanan darah

    sistol 2) Tekanan darah

    diastol 3) Tekanan nadi 4) PaO2 (tekanan

    parsial oksigen dalam darah arteri)

    5) PaCO2 (tekanan parial

    Terapi oksigen 1. Periksa mulut, hidung,

    dan sekret trakea 2. Pertahankan jalan

    napas yang paten 3. Atur peralatan

    oksigenasi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertahankan posisi

    pasien 6. Observasi tanda-tanda

  • 27

    Poltekkes Kemenkes Padang

    karbondioksida dalam darah arteri

    6) Saturasi oksigen 7) Urine output 8) Capillary refill.

    b. Status neurologi

    1) Kesadaran 2) Fungsi sensorik

    dan motorik kranial 3) Tekanan

    intrakranial 4) Ukuran pupil 5) Pola istirahat-tidur 6) Orientasi kognitif 7) Aktivitas kejang 8) Sakit kepala.

    hipoventilasi 7. Monitor adanya

    kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

    Manajemen edema serebral 1. Monitor adanya

    kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing, pingsan

    2. Monitor tanda-tanda vital

    3. Monitor karakteristik cairan serebrospinal : warna, kejernihan,konsistensi

    4. Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, PaO2,PaCO2, pH, Bicarbonat

    5. Catat perubahan pasien dalam berespon terhadap stimulus

    6. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan

    7. Batasi cairan 8. Dorong

    keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien

    9. Posisikan tinggi kepala 30o atau lebih.

    Monitoring peningkatan intrakranial 1. Monitor tekanan

    perfusi serebral 2. Monitor jumlah, nilai

    dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF)

    3. Monitor intake dan output

  • 28

    Poltekkes Kemenkes Padang

    4. Monitor suhu dan jumlah leukosit

    5. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk

    6. Berikan antibiotik 7. Letakkan kepala dan

    leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi pinggang yang berlebihan

    8. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral

    9. Berikan agen farmakologis untuk mempertahankan TIK dalam jangkauan tertentu.

    Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor tekanan

    darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan cepat

    2. Monitor kualitas dari nadi

    3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

    4. Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya, cheyne-stokes, kussmaul, biot,apneustic,ataksia dan bernapas berlebihan)

    5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

    6. Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

    7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

  • 29

    Poltekkes Kemenkes Padang

    2. Kekurangan volume cairan Batasan karakteristik

    a. Haus b. Kelemahan c. Kulit kering d. Membran

    mukosa kering e. Peningkatan

    frekuensi nadi f. Peningkatan

    hematokrit g. Peningkatan

    kosentrasi urine h. Peningkatan

    suhu tubuh i. Penurunan berat

    badan tiba-tiba j. Penurunan

    haluan urine k. Penurunan

    pengisian vena l. Penurunan

    tekanan darah m. Penurunan

    turgor kulit.

    Faktor yang berhubungan a. Kegagalan

    mekanisme regulasi

    b. Kehilangan cairan aktif.

    a. Keseimbangan cairan Kriteria hasil :

    1) Tekanan darah 2) Keseimbangan

    intake output dalam 24 jam

    3) Berat badan stabil 4) Turgor kulit 5) Kelembaban

    membran mukosa 6) Serum elektrolit 7) Hematokrit 8) Edema perifer 9) Bola mata cekung

    dan lembek 10) Kehausan 11) Pusing.

    b. Dehidrasi

    Kriteria hasil : 1) Warna urine keruh 2) Fontanela cekung 3) Nadi cepat dan

    lambat 4) Peningkatan BUN

    blood urea Nitrogen) 5) Peningkatan suhu

    tubuh.

    Manajemen cairan 1. Timbang BB setiap

    hari dan monitor status pasien

    2. Hitung atau timbang popok dengan baik

    3. Jaga dan catat intake dan output

    4. Monitir status hidrasi 5. Monitor hasil

    laboratorium yang relevan dengan dengan retensi cairan

    6. Monitor status hemodinamik

    7. Monitor tanda-tanda vital

    8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan

    9. Berikan cairan dengan tepat

    10. Tingkatkan asupan oral

    11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian makan dengan baik

    12. Berikan produk-produk darah.

    Manajemen elektrolit 1. Monitor nilai serum

    elektrolit abnormal 2. Monitor manifestasi

    ketidakseimbangan elektrolit

    3. Pertahankan kepatenan akses IV

    4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan

    5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat

  • 30

    Poltekkes Kemenkes Padang

    6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk

    7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

    Manajemen muntah 1. Identifikasi faktor-

    faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)

    2. Posisikan untuk mencegah aspirasi

    3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum menawarkan cairan kepada pasien

    4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada muntah yang terjadi selama 30 menit.

    3. Ketidakefektifan pola nafas Batasan karakteristik a. Bradipnea b. Dispnea c. Penggunaan

    otot bantu penapasan

    d. Penurunan kapasitas vital

    e. Penurunan tekanan ekspirasi

    f. Penurunan

    a. Status penrnapasan : ventilasi

    Kriteria hasil 1) Frekuensi

    pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Kedalaman

    pernapasan 4) Penggunaan otot

    bantu nafas 5) Suara nafas

    tambahan 6) Retraksi dinding

    dada 7) Dispnea saat istirahat 8) Atelektasis.

    Terapi oksigen 1. Bersihkan mulut,

    hidung dan sekret trakea dengan tepat

    2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

    3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

    4. Monitor aliran oksigen 5. Periksa perangkat

    pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa kosentrasi yang telah di tentukan sedang di

  • 31

    Poltekkes Kemenkes Padang

    tekanan inpsirasi

    g. Pernapasan bibir

    h. Pernapasan cuping hidung

    i. Pola nafas abnormal

    j. Takipnea.

    Faktor yang berhubungan

    a. Cedera medula spinalis

    b. Gangguan neurologis

    c. Nyeri

    b. Status pernapasan :

    kepatenan jalan nafas

    Kriteria Hasil : 1) frekuensi pernapasan 2) pernapasan cuping

    hidung 3) mendesah

    berikan 6. Pastikan penggantian

    masker oksigen/kanul nasal setiap kali perangkat diganti

    7. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis.

    Monitor neurologi 1. Pantau ukuran pupil,

    bentuk kesimetrisan dan reaktivitas

    2. Monitor tingkat kesadaran

    3. Monitor GCS 4. Monitor status

    pernapasan.

    Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor TD, nadi,

    suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi

    tekanan darah 3. Monitor kualitas nadi 4. Monitor frekuensi dan

    irama pernapasan 5. Monitor suara paru 6. Monitor pola

    pernapasan abnormal 7. Monitor suhu, warna,

    dan kelembapan kulit. 8. Identifikasi dari

    penyebab perubahan vital sign.

    4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Batasan karakteristik

    a. Batuk yang tidak efektif

    b. Gelisah c. Dispnea d. Mata terbuka

    lebar

    a. Status pernapasan: kepatenan jalan nafas

    Kriteria hasil: 1) Frekuensi

    pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Kemampuan untuk

    mengeluarkan sekret

    4) Penggunaan otot

    Kepatenan jalan nafas 1. Pastikan kebutuhan

    oral suctioning 2. Auskultasi suara nafas

    sebelum dan sesudah suctioning

    3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

    4. Monitor status oksigen pasien

  • 32

    Poltekkes Kemenkes Padang

    e. Perubahan pola nafas

    f. Sianosis g. Sputum dalam

    jumlah yang berlebihan

    h. Suara nafas tambahan

    Faktor yang berhubungan

    a. Infeksi b. Difungsi

    neuromuskular c. Mukus

    berlebihan d. Benda asing di

    jalan nafas.

    bantu pernapasan 5) Batuk.

    b. Status pernapasan Kriteria hasil:

    1) Kedalaman inspirasi

    2) Suara auskultasi nafas

    3) Kepatenan jalan nafas

    4) Kapasitas vital

    5. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakeal

    Manajemen jalan nafas 1. Buka jalan nafas. 2. Posisikan pasien untuk

    memaksimalkan ventilasi.

    3. Lakukan fisioterapi dada bila perlu

    4. Auskultasi suara nafas , catat adanya suara tambahan

    5. Monitor respirasi dan status O2

    Manajemen batuk 1. Bantu pasien untuk

    mengatur posisi duduk.

    2. Dorong pasien untuk melakukan latihan nafas dalam

    3. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam selama dua detik dan batukkan, lakukan dua atau tiga kali berturut turut

    Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor TD, nadi,

    suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi

    tekanan darah 3. Monitor kualitas nadi 4. Monitor frekuensi dan

    irama pernapasan 5. Monitor suara paru 6. Monitor pola

    pernapasan abnormal 7. Monitor suhu, warna,

    dan kelembapan kulit. 8. Identifikasi penyebab

  • 33

    Poltekkes Kemenkes Padang

    dari perubahan vital sign.

    5. Nyeri akut

    Batasan

    karakteristik

    a. Diaforesis

    b. Ekspresi wajah

    nyeri

    c. Keluhan tentang

    karakteristik

    nyeri dengan

    menggunakan

    standar

    instrumen nyeri

    d. Mengekspresika

    n perilaku

    (gelisah,mereng

    ek, menangis,

    waspada)

    e. perubahan pada

    parameter

    fisiologis

    (mis.,tekanan

    darah, frekueni

    jantung,

    frekuensi

    pernapasan)

    f. perubahan

    selera makan

    Faktor yang

    berhubungan

    Agen cedera

    biologis (infeksi,

    a. Tingkat nyeri Kriteria hasil : 1) Nyeri yang di

    laporkan 2) Panjangnya episode

    nyeri 3) Ekspresi nyeri wajah 4) Berkeringat

    berlebihan 5) Kehilangan nafsu

    makan.

    b. Kontrol nyeri Kriteria hasil : 1) Mengenali kapan

    nyeri terjadi 2) Menggambarkan

    faktor penyebab 3) Menggunakan

    tindakan pencegahan 4) Menggunakan

    tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik.

    c. Status kenyamanan Kriteria hasil :

    1) Nyeri berkurang 2) Kecemasan

    berkurang 3) Stres berkurang 4) Ketakutan berkurang.

    Manajemen nyeri 1. Lakukan pengkajian

    nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

    2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

    3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

    4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

    5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

    6. Kurangi faktor presipitasi nyeri

    7. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, interpersonal)

    8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi

    9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

    10. Evaluasi tingkat keefektifan kontrol nyeri

    11. Tingkatkan istirahat 12. Monitor penerimaan

    pasien tentang manajemen nyeri.

  • 34

    Poltekkes Kemenkes Padang

    iskemia).

    Pemberian Analgesik 1. Tentukan lokasi,

    karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

    2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis dan frekuensi

    3. Cek riwayat alergi 4. Monitor vital sign

    sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

    5. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

    6. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala.

    Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor tekanan

    darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan cepat

    2. Monitor kualitas dari nadi

    3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

    4. Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya, cheyne-stokes, kussmaul, biot,apneustic,ataksia dan bernapas berlebihan)

    5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

    6. Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

    7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital

  • 35

    Poltekkes Kemenkes Padang

    sign.

    6. Hipertermia

    Batasan

    karakteristik

    a. Apnea b. Bayi tidak dapat

    mempertahankan menyusu

    c. Gelisah d. Hipotensi e. Kulit

    kemerahan f. Kulit terasa

    hangat g. Latergi h. Kejang i. Koma j. Stupor k. Takikardia l. Takipnea m. Vasodilatasi

    Faktor yang berhubungan a. Peningkatan

    laju metabolisme

    b. Penyakit c. Sepsis

    a. Termoregulasi

    Kriteria hasil :

    1) Merasa merinding saat dingin

    2) Berkeringat saat panas

    3) Tingkat pernapasan 4) Melaporkan

    kenyamanan suhu 5) Perubahan warna

    kulit 6) Sakit kepala

    Perawatan demam

    1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya

    2. Monitor warna kulit dan suhu

    3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak di rasakan

    4. Beri obat atau cairan IV

    5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan

    6. Dorong konsumsi cairan

    7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan

    8. Berikan oksigen yang sesuai

    9. Tingkatkan sirkulasi udara

    10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

    Pengaturan suhu 1. monitor suhu paling

    tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan

    2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia

    3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat

    4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

  • 36

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Manajemen pengobatan 1. Tentukan obat apa

    yang di perlukan, dan kelola menurut resep dan/atau protokol

    2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

    Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan

    nafas 2. Balikkan badan pasien

    ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien

    selama kejang 5. Catat lama kejang 6. Monitor tingkat obat-

    obatan anti epilepsi dengan benar.

    7. Resiko Aspirasi Faktor resiko a. Penurunan

    motilitas gastrointestinal

    b. Penurunan tingkat kesadarn

    c. Peningkatan residu lambung

    a. Status pernapasan: kepatenan jalan nafas

    1) Frekuensi pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Tersedak 4) Suara nafas tambahan

    b. Pencegahan aspirasi

    1) Memposisikan tubuh untuk miring ketika makan dan minum jika dibutuhkan.

    2) Mengidentifikasi faktor-faktor resiko.

    Pencegahan aspirasi 1. Monitor tingkat

    kesadaran, refleks batuk dan kemampuan menelan

    2. Monitor stastus pernapasan

    3. Jaga kepala tempat tidur ditinggikan 30 menit setelah pemberian makan

    4. Periksa residu pada selang makanan atau lebih besar 100 cc pada selang.

    Manajemen muntah 1. Kaji emesis terkait

    dengan warna, konsistensi, akan adanya darah, waktu dan sejauh mana kekuatan emesis.

    2. Ukur atau perkirakan volume emesis.pastikan obat

  • 37

    Poltekkes Kemenkes Padang

    antiemetik yang di berikan untuk mencegah muntah bila memungkinkan

    3. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada muntah yang terjadi selama 30 menit.

    4. Monitor efek manajemen muntah secara menyeluruh.

    Pengaturan posisi 1. Jelaskan kepada

    pasien badan pasien akan di balik

    2. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa meningkatkan nyeri.

    3. 8. Resiko cidera

    Faktor resiko

    1) Eksternal

    a) Gangguan

    fungsi

    kognitif

    b) Agens

    nosokomial

    2) Internal

    a) Hipoksia

    jaringan

    b) Gangguan

    sensasi

    (akibat dari

    cedera

    medula

    spinalis, dll)

    a. Kontrol resiko Kriteria hasil : 1) Klien terbebas dari

    cidera 2) Klien mampu

    menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera

    3) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan

    4) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

    5) Mampu mengenali perubahan status kesehatan.

    b. Kejadian jatuh 1) Jatuh dari tempat

    tidur 2) Jatuh saat di

    pindahkan.

    Manajemen lingkungan 1. Sediakan lingkungan

    yang aman untuk pasien

    2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik

    3. Dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakir dahulu pasien

    4. Memasang side rail tempat tidur

    5. Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih

    6. Membatasi pengunjunng

    7. Memberikan penerangan yang cukup

    8. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya

  • 38

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016).

    c) Malnutrisi.

    perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

    Pencegahan jatuh 1. Identifikasi perilaku

    dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh

    2. Sediakan pengawasan ketat dan /atau alat pengikatan

  • 39

    Poltekkes Kemenkes Padang

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis dan Desain Penelitian

    Pada penelitian ini jenis penelitian yang di gunakan adalah kualitatif dengan

    desain studi kasus yang di jabarkan secara deskriptif. Metode penelitian ini di

    lakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

    keadaan secara objektif. Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan atau

    menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien anak

    dengan kasus meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian telah dilaksanakan dari bulan April sampai Juni 2107. Tempatnya

    di ruang Akut IRNA Kebidanan dan Anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang.

    Pengelolaan kasus dilakukan selama 7 hari, pada partisipan I peneliti mulai

    mengelola dari tanggal 24 sampai 30 Mei 2017. Sedangkan pada partisipan II

    di mulai pada tanggal 25 sampai 31 Mei 2017.

    C. Populasi dan Sampel

    Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu

    yang akan diteliti. Sampel merupakan bagian populasi yang akan di teliti atau

    sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Hidayat,

    2012).

    Pada penelitian ini populasi yang di gunakan adalah semua pasien anak yang

    mengalami meningitis di ruang HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Sampel diambil sebanyak 2 orang secara

    purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan berdasarkan pada

    tujuan dari peneliti.

  • 40

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

    1. Kriteria inklusi

    a) Semua pasien anak dengan masalah meningitis yang dirawat di

    ruangan HCU dan Akut IRNA Kebidanan dan Anak

    RSUP.Dr.M.Djamil Padang.

    b) Pasien dan Orangtua bersedia menjadi responden.

    2. Kriteria eksklusi

    Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari lima hari dan berada di

    luar kota.

    D. Instrumen Pengumpulan data

    Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format asuhan

    keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi ),

    alat perlindungan diri (Handscoon dan maker) dan alat pemeriksaan fisik

    (Tensi meter, Termometer, stetoskop, timbangan, arloji dengan detik dan

    penlight).

    1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi

    penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan

    fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan

    tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium dan program pengobatan.

    2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,

    masalah dan etiologi.

    3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam

    medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah,

    serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

    4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor

    rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NOC dan NIC.

    5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

    rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi

    keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

  • 41

    Poltekkes Kemenkes Padang

    6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam

    medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,

    dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

    E. Jenis dan Teknik Pengumpulan data

    1. Jenis data

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang di dapatkan secara langsung, dimana

    sumber data secara langsung memberikan data kepada pengumpul

    data (Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini data primer di dapatkan

    langsung dari pasien seperti pengkajian, meliputi: Identitas pasien,

    riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan

    pemeriksaan fisik terhadap pasien.

    b. Data Sekunder

    Pada penelitian ini data sekunder didapatkan langsung dari

    keluarga, rekam medis dan Ruang Rawat Anak di RSUP Dr. M.

    Djamil Padang.

    2. Teknik Pengumpulan data

    a. Teknink Wawancara

    Wawancara digunakan untuk menemukan permasalahan yang diteliti

    dan mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

    (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada

    pasien dan keluarga. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data

    tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien (sekarang, dahulu

    dan riwayat kesehatan keluarga) dan aktivitas sehari-hari pasien.

    b. Observasi

    Observasi yang dilakukan peneliti berkaitan dengan keadaan fisik

    pasien serta kegiatan sehari-hari pasien seperti polamakan, pola

    aktivitas dan lain-lain (Sugiyono, 2014).

  • 42

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Pada penelitian ini obeservasi dilakukan untuk pemeriksaan fisik

    pasien yang dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan

    auskultasi, menilai tingkat kesadaran, memantau intake output dan

    memonitor bagaimana perubahan kesehatan dari pasien.

    c. Dokumentasi

    Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari rumah sakit untuk

    menunjang penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan hasil

    pemeriksaan lumbal pungsi, pemeriksaan darah lengkap (Hb,

    trombosit, leukosit, eritrosit, dan Ht), hasil pemeriksaan elektrolit,

    hasil pemeriksaan kultur dan pemeriksaan rontgen atau CT scan

    kepala dan/atau MRI.

    d. Pengukuran

    Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan

    mengukur objek (Supardi & Rustika, 2013). Pada penelitian ini

    dilakukan pemantau kondisi pasien dengan metoda pengukuran

    menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan pengukuran

    tanda-tanda vital dan menimbang berat badan anak.

    Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

    1) Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu

    Poltekkes Kemenkes Padang.

    2) Meminta surat rekomendasi ke RSUP DR. M. Djamil Padang.

    3) Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang.

    4) Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang HCU IRNA Kebidanan

    dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.

    5) Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak dengan

    meningitis. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive

    sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

    sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.

    6) Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan

    penelitian.

  • 43

    Poltekkes Kemenkes Padang

    7) Responden dan keluarga memberikan persetujuan untuk dijadikan

    responden dalam penelitian.

    8) Responden dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya.

    9) Responden/ orang tua menandatangani informed consent. Peneliti

    meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dan

    pamit.

    Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:

    1) Peneliti melakukan pengkajian kepada responden menggunakan

    metode wawancara, observasi dan pengukuran.

    2) Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada

    responden.

    3) Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan

    diberikan pada responden.

    4) Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden.

    5) Peneliti melakukan tindakan keperawatan pada responden.

    6) Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang

    diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian sampai

    pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

    F. Analisis Data

    Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi

    pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

    keperawatan yang dibandingkan dengan teori. Pada penelitian ini, yang akan

    dilakukan peneliti adalah setelah di dapatkan data tentang pasien melalui

    pengkajian keperawatan, data akan di kelompokkan melalui analisis data

    dalam bentuk data subjektif dan data objektif. Kemudian baru di rumuskan

    diagnosa keperawatan, disusun rencana keperawatan, melakukan

    implementasi dan evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan yang telah

    dibuat selanjutnya dibandingkan dengan teori yang telah dibahas sebelumnya.

  • 44

    Poltekkes Kemenkes Padang

    BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Kasus

    An.Z (Partisipan I) perempuan berusia 7 tahun datang ke RSUP Dr. M

    Djamil Padang pada tanggal 27 April 2017 pukul 24.56 WIB melalui IGD

    rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien datang dengan keluhan demam

    selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum masuk, frekuensi

    1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang.

    An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa

    medis Meningitis Tb.

    By. F (Partisipan I) laki-laki berusia 9 bulan datang ke RSUP Dr. M. Djamil

    Padang pada tanggal 5 April 2017, pukul 04.00 WIB melalui IGD rujukan

    dari RS. Silaguri. Pasien datang dengan keluhan demam disertai muntah dan

    diare selama 3 hari, frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer. Bayi mengalami

    kejang pada sebagian tubuh, frekuensi 1x lamanya 3 jam dan penurunan

    kesadaran setelah kejang. By.F di di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan

    dan anak dengan diagnosa medis Meningitis Tb.

  • 45

    Poltekkes Kemenkes Padang

    B. Asuhan Keperawatan

    Tabel 2.3

    Asuhan Keperawatan

    Partisipan I Partisipan II

    1. Hasil Pengkajian An.Z perempuan berusia 7 tahun datang ke RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 27 April 2017 pukul 24.56 WIB melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien datang dengan keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran setelah kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis TB. Riwayat kesehatan sekarang yang di dapatkan saat pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 14.30 WIB dengan hari rawatan ke-28, anak mengalami penurunan kesadaran, tampak lemah dan nafas sesak, Ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Sedangkan Riwayat kesehatan dahulu yang dimiliki An.Z adalah sering mengeluh sakit kepala, kemudian di belikan obat di warung namun sakit kepala tidak hilang. pasien juga mengalami demam selama 2 minggu. Badan sudah tampak kurus 3 bulan sebelum masuk RS dan tidak ditimbang. Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita Tb (saudara laki-laki ayah), menderita TB selama 2,5 tahun dan sudah mendapat obat OAT. An.Z tidak memiliki Riwayat trauma kepala dan riwayat keluar cairan dari telinga.

    By. F laki-laki berusia 9 bulan datang ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 5 April 2017, pukul 04.00 WIB melalui IGD rujukan dari RS. Silaguri. Pasien datang dengan keluhan demam disertai muntah dan diare selama 3 hari, frekuensi 3-4 kali, konsistensi encer. Bayi mengalami kejang pada sebagian tubuh, frekuensi 1x lamanya 3 jam dan penurunan kesadaran setelah kejang. By.F di di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan diagnosa medis Meningitis TB.

    Riwayat kesehatan sekarang yang di dapatkan saat pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 16.00 WIB dengan hari rawatan ke-47, bayi tampak spastik, otot kaku, kelopak mata sebelah kiri tidak simetris, Ibu mengatakan anak demam, badan teraba panas, gelisah dan bayi hanya mampu merintih. Riwayat kesehatan dahulu pada By.F adalah pernah di rawat di klinik selama 8 hari dengan diare dan memiliki riwayat Post VP-shunting 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Paman dari By.F memiliki riwayat kejang tanpa demam, kakek menderita hipertensi serta ayahnya memiliki riwayat alergi. Orang tua tidak mengetahui apakah anak pernah kontak dengan penderita TB Paru.

  • 46

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Riwayat prenatal di dapatkan selama masa kehamilan istrinya tidak pernah menderita penyakit yang berat. Ny.Y memeriksakan kehamilannya ke bidan dengan teratur, Persalinan secara spontan dan di bantu oleh Bidan di Klinik dengan usia kehamilan cukup bulan. Saat lahir bayi langsung menangis berat badan lahirnya 2300 gr dan panjang lahir 40 cm. An.Z mendapatkan ASI eklusif dan imunisasi yang lengkap. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data GCS 9 (E4V2M3), TD 110/70 mmHg (Normal 120/80 mmHg), HR 87 x/i (Normal 60-100x/i), T 37,80 C (Normal 36-37,5oC), RR 30 x/i. Hasil pengukuran BB 14,5 kg dan TB 105 Cm. Pada pemeriksaan kepala di temukan bentuk kepala normal, mata simetris kiri dan kanan, refleks pupil positif, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Pada pasien tidak ditemukannya pernapasan cuping hidung. pasien terpasang NGT serta O2 binasal kanul dengan kosentrasi 2L/i. Pemeriksaan bibir ditemukan bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor dan rongga mulut kurang bersih sedangkan pada telinganya tidak ada infeksi, dari telinga tidak ada keluar cairan dan pada leher tidak ditemukannya kaku kuduk. Hasil inspeksi pada paru-paru di dapatkan thoraks simetris kiri dan kanan, terdapat tarikan dinding dada, saat di palpasi premitus kiri dan kanan sama, saat di perkusi terdengar redup dan di auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi. Pemeriksaan jantung tidak ada masalah, iramanya reguler.

    Riwayat Prenatal di dapatkan selama masa kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit yang berat dan Ibu memeriksakan kehamilan secara rutin ke bidan dan dokter. Ny.M mengakui saat hamil emosinya labil. Saat melahirkan anak pertamanya ini, Ny.M mengalami partus lama dan dilakukan operasi SC, usia kehamilan cukup bulan, bayi langsung menangis, berat badan lahir 3500 gr, panjang lahir 51 cm. By.F tidak mendapatkan ASI eksklusif karena puting susu ibu terbenam dan imunisasi yang di dapat juga belum lengkap hanya sampai DPT HB1.

    Hasil pemeriksaan fisik pada By.F adalah sebagai berikut; di peroleh GCS 10 (E4V2M4), berat badan 8,2 Kg, tinggi badan 70 cm, TD 160/120 mmHg (normal 120/80 mmHg), suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i, bentuk kepala makrosepal, lingkar kepala 45 cm (41,5-48 cm), fontanela anterior menonjol, terdapat bekas luka dekubitus pada oksipital, kelopak mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, reflek pupil lambat dan tidak sama, mata tampak stabismus (mata juling), Pada pemeriksaan hidung tidak ditemukannya pernapasan cuping hidung, pasien terpasang NGT dan O2 binasal kanul 2 L/i, mukosa bibir kering, tidak ada keluar cairan dari telinga dan pada leher tidak di temukan kaku kuduk.

    Hasil Pemeriksaan paru-paru di dapatkan thoraks simetris kiri dan kanan, saat di perkusi terdengar sonor, saat di palpasi fremitus kiri dan kanan sama, di auskultasi terdengar vesikuler. Pemeriksaan jantung tidak ada masalah. Pada Abdomen pasien tidak ditemukan asites, turgor kulitnya kembali cepat

  • 47

    Poltekkes Kemenkes Padang

    Pemeriksaan abdomen di dapatkan tidak ada asites dan bising usus normal. Pada Ekstremitas atas kanan terpasang infus, sedangkan pada ekstremitas bawah tampak kaku, spastik dan ekstensi abnormal. Pemeriksaan kulit ditemukannya ruam kemerahan di seluruh tubuh, teraba panas, akralnya hangat dan CRT kembali dalam 3 detik, tanda Kernig sign dan brdudzinski tidak ditemukan. Pemeriksaan genitalia tidak ada kelainan, bentuk normal dan lengkap. Kegiataan aktivitas An.Z memiliki kebiasaan makan 3 x sehari, jenis nasi, lauk dan sayur. Pola makan teratur dan habis. Jenis minum air putih, frekuensi minum lebih dari 5 gelas/ hari. Tn.F mengatakan selama di rawat di rumah sakit An.Z makan melalui NGT dengan Jenis MC 6x200 cc dan di berikan secara teratur. Ketika sehat An.Z jarang tidur siang, tidur malam ± 10 jam/ hari dan teratur. Saat di rawat anak tidur siang ± 2 jam dan tidur malam selama ± 7 jam, anak sering terbangun. eliminasi BAB dan BAK di rumah sakit memakai pempers. BAK warna normal, frekuensi 3-4x/hari cc/hari, tidak ada masalah BAK. sedangkan BAB frekuensi 2x/ hari, warna kuning, konsistensi lunak dan tidak ada masalah. ketika sehat An.Z mandi 2x sehari. Sedangkan selama di RS An.Z mandi lap 1x/hari, tidak pernah cuci rambut dan sikat gigi. Hasil pemeriksaan diagnostik di peroleh data sebagai berikut: Pada tanggal 16 Mei 2017 didapatkan hasil Hb 10,7 gr/dl (Normal 12-16), leukosit 8.620/mm3 (Normal 6000-18.000), trombosit 229.000/mm3 (Normal 150.000-400.000), dan hematokrit 30 % (Normal 37-43%). Tanggal 18 Mei

    dan bising usus normal.

    Pemeriksaan ekstremitas ditemukan kedua anggota gerak kaku, mengalami spastik. Pemeriksaan kulit ditemukan ruam kemerahan di seluruh tubuh, kulit teraba panas, akral teraba hangat, mukosanya lembab dan CRT kembali dalam 3 detik Pada pemeriksaan ransangan meningeal kernig sign dan Brudzinski hasilnya negatif sedangkan pemeriksaan refleks babinsky hasilnya positif. Pemeriksaan genitalia bentuk normal dan lengkap.

    Kegiataan aktivitas By.F memiliki kebiasaan makan 8 kali sehari, konsistensi makanan biasa, jenis susu formula, pola makan teratur, selama di rumah sakit ibu mengatakan bayi makan 8x120 cc/hari diberikan secara teratur seperti biasanya. Kebiasaan tidur siang teratur dengan lama tidur lebih kurang 2 jam, dan tidur malam tidur 10 jam, selama di rumah sakit ibu pasien mengatakan tidur By.F sama seperti biasanya. Ketika sehat By.F BAK dan BAB memakai pumpers, warna normal, tidak ada masalah. Sedangkan selama di RS tidak ada masalah dengan BAB dan BAK pasien. Kebiasaan mandi 2 kali sehari, selama di rumah sakit ibu mengatakan By.F mandi 1 kali sehari, hanya di lap.

    Hasil pemeriksaan diagnostik di dapatkan hasil, pada tanggal 17 Mei 2017 Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl, leukosit 5300/mm3 (Normal 6000-18.000), trombosit 458.000/mm3 (Normal 150.000-400.000), Ht 29 % ( Normal 35-51 %). Tanggal 18 Mei 2017 dilakukan pemeriksaan elektrolit

  • 48

    Poltekkes Kemenkes Padang

    2017 di dapatkan hasil pemeriksaan kalsium 8 mg/dl (Normal 8,1-10,4), natrium 132 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,1 mmol/L (Normal 3,5-5,1) dan korida serum 107 mmol/L (Normal 97-111). Hasil pemeriksaan Lumbal Pungsi pada tanggal 4 Mei 2017 di dapatkan hasil volume ± 2 CC, kekeruhan negatif, warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44 mg/dl. Terapi pengobatan yang di dapatkan oleh pasien adalah INH 1x150 mg, luminal 2x30 gr, etambutol 1x250 mg, diazepam 3x1 mg, rifampisin 1x225 mg, Prednison 3x10 mg, pirazinamid 1x300 mg, Asam folat 1x1 mg, Ambroxol sirup 3x1/2 sdt, Bicnat 3x3/4 tablet, Vit B6, diamox 3x150 gr, paracetamol 4x150 mg, , IVFD KaEN 1 B 22 tts/i.

    serum di dapatkan natrium 131 mmol/L (Normal 136-145), kalium 3,5 mmol/L (Normal 3,5-5,1), klorida serum 93 mmol/L (Normal 97-111). Pemeriksaan Lumbal Pungsi yang di lakukan pada tanggal 11 April 2017 di dapatkan hasil volume ± 1 cc, kekeruhan negatif, warna bening, jumlah sel 10/mm3 dan glukosa 38 mg/dl. Terapi pengobatan yang di dapatkan By.F adalah streptomisin 1x340 mg, luminal 2x2,5 mg, etambutol 3x50 mg, diazepam 3x1,5 mg, phenitoin 2x20 mg, nifedipin 3x2,5 mg, metil dopa 3x45 gr, curcuma syrup 3x1/2 sdt, Vit.B6 1x10 mg, urdafalf 3x65 mg, Paracetamol 3x100 mg (IV), , IVFD KaEN 1 B 18 tts/i.

    2. Diagnosa Keperawatan Setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 24 sampai 28 Mei 2017, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut : 1)Resiko ketidakfektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, refleks batuk lemah, tidak mampu bicara dan hanya mengerang. Data objektif: GCS 9 (E4V2M3), ekstremitas bawah kaku, ransangan meningeal negatif, badan teraba panas T 37,8oC, TD 110/70 mmHg, HR 87x/i, P 30x/i, Hb 10,7 gr/dl, dan hasil pemeriksaan LP volume ± 2 CC, kekeruhan negatif, warna bening, jumlah sel 8/mm3 dan glukosa 44

    Setelah dilakukan pengkajian dari tanggal 25 Mei sampai 29 Mei 2017, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data dan dapat dirumuskan diagnosa keperawatan sebabagai berikut: 1) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral beruhubungan dengan proses inflamasi di selaput otak, dengan data subjektif: ibu mengatakan kelopak mata bayinya tidak simteris, badan panas, bayi hanya mampu merintih. Data objektif: GCS 10 (E4V2M4), ekstremitas atas dan bawah kaku, TD 160/120 mmHg, suhu 38,4 ºC (36,5-37,5 ºC) , nadi 92 x/i (normal 60-100 x/i) RR 28 x/i dan CRT < 3 detik, Hb 10,1 (Normal 14-18) gr/dl. Pemeriksaan Lumbal Pungsi di dapatkan hasil volume ± 1 cc, kekeruhan negatif (-), warna bening,

  • 49

    Poltekkes Kemenkes Padang

    mg/dl. 2) Ketidakefektifan bersihan jalan

    nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas dengan data subjektif: ayah mengatakan anak batuk berdahak, refleks batuk lemah dan tampak sesak. Data objektif: terdapat tarikan dinding dada, saat auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C, HR 87x/i.

    3)Hipertermi berhubungan dengan

    peningkatan laju metabolisme, dengan data subjektif: ayah mengatakan anak demam dan badannya panas. Data objektif: kulit pasien teraba panas, TD 110/70 mmHg, P 30 x/i, T 37,80C,