POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Transcript of POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IBU
DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr. REKSODIWIRYO PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
DESI REGINA PUTRI 143110208
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IBU
DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr. REKSODIWIRYO PADANG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang
DESI REGINA PUTRI 143110208
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari
bahwa, tanpa bantuan bimbingan dari ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep
selaku pembimbing I dan ibu Delima,S.Pd. M,Kes selaku pembimbing II yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa juga peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi
D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan
ilmu dan pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di
Jurursan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
5. Bapak Direktur Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang yang
telah mengizinkan untuk melakukan penelitian
6. Teristimewa orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan
dukungan moral dan material.
7. Teman-teman dan rekan sejawat serta para sahabat yang selalu
memberikan semangat serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
iv
Peneliti menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran
yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiyah ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Padang, Juni 2017
Peneliti
Poltekkes Kemenkes Padang
vi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Desi Regina Putri
NIM : 143110208 Tempat/ Tanggal Lahir
: Payakumbuh/ 29 Desember 1995
Suku : Minang Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam Orang Tua : Ayah : Naswar
Ibu : Nina Kondisi Kesehatan : Baik Tinggi Badan : 148 cm Berat Badan : 48 kg
Golongan Darah : B Alamat : Jl. Bougenvil No. 33 B Kelurahan Padang tinggi,
Kec. Payakumbuh Barat, Prov. Sumatra Barat Riwayat Pendidikan
No Pendidikan Tahun Ajaran
1 TK Aisyah Bunian 2001
2 SD N 26 Bunian 2002-2008
3 SMP N 4 Payakumbuh 2008-2011
4 SMA N 3 Payakumbuh 2011-2014
5 Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 DESI REGINA PUTRI “Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.Reksodiwiryo Padang Tahun 2017 “ Xii + 66 halaman, 1 gambar, 7 tabel, 12 lampiran.
ABSTRAK Masalah pada anak yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38ºC yaitu kejang demam. Angka kejadian penyakit kejang demam di RS Tk.III. Dr. Reksodiwiryo Padang dalam satu tahun terakhir sekitar 112 kasus kejang demam. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pasien dengan kejang demam di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dilakukan pada tanggal 24 Mei-29 Mei 2017 di ruang Ibu dan Anak RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang . Populasi penelitian ini seluruh pasien kejang demam dengan 2 sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara, dan studi dokumentasi. Rencana analisis pada penelitian ini adalah membandingkan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada pasien dengan teori dan penelitian terdahulu. Hasil penelitian didapatkan kedua partisipan mengalami kejang demam yang berlangsung ± 10 menit, demam, dan kejang tidak berulang. Diagnosa utama yang diangkat adalah hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Rencana keperawatan yaitu perawatan demam, pengaturan suhu, manajemen pengobatan. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa utama sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan.
Diasarankan dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional khususnya pada pasien kejang demam.
Kata Kunci : Kejang demam sederhana, asuhan keperawatan Daftar Pustaka : 32 (2006-2016)
viii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................ ii i LEMBAR ORISINALITAS ......................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN .........................................................................vi ABSTRAK ................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 A. Konsep Kasus Kejang Demam .............................................................. 7
1. Pengertian ........................................................................................ 7 2. Penyebab .......................................................................................... 7 3. Klasifikasi ........................................................................................ 8 4. Patofisiologi ..................................................................................... 9 5. WOC ............................................................................................... 11 6. Manifestasi ...................................................................................... 12 7. Respon Tubuh ................................................................................. 12 8. Penatalaksanaan .............................................................................. 13
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kejang Demam ............................. 16 1. Pengkajian ....................................................................................... 16 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ............................................. 21 3. Rencana Keperawatan ..................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31 A. Desain Penelitian ................................................................................. 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 31 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31 D. Alat dan Instrumen Penelitian .............................................................. 32 E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 32 F. Rencana Analisis .................................................................................. 36
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ............................. 37 A. Deskripsi Kasus ................................................................................... 37
1. Pengkajian ........................................................................................ 37 2. Diagnosa keperawatan ...................................................................... 39 3. Intervensi Keperawatan .................................................................... 41 4. Implementasi Keperawatan ............................................................... 43
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 44
B. Pembahasan Kasus ................................................................................. 47 1. Pengkajian ......................................................................................... 47 2. Diagnosa keperawatan ....................................................................... 52 3. Intervensi Keperawatan...................................................................... 57 4. Implementasi Keperawatan ................................................................ 59 5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 64 A. Kesimpulan ........................................................................................... 64 B. Saran ..................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 WOC .............................................................................................11
xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penilaian Kekuatan Otot.......................................................................19
Tabel 2.2. Intervensi keperawatan pada kasus kejang demam..............................21
Tabel 4.1. Pengkajian deskripsi kasus....................................................................37
Tabel 4.2. Diagnosa keperawatan.........................................................................39
Tabel 4.3. Rencana asuhan keperawatan keperawatan.........................................41
Tabel 4.4. Implementasi keperawatan...................................................................43
Tabel 4.5. Evaluasi keperawatan............................................................................44
xii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1
Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2
Lampiran. Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 1
Lampiran Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 2
Lampiran Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran Surat Izin Penelitian dari Kepala RS TK. III Dr. Reksodiwiryo
Padang
Lampiran Absensi Penelitian
Lampiran Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran Dokumentasi
1 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah
yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila
demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam
(Ngastiyah, 2012).
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan
menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada
kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium
sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun (Ridha, 2014).
Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian
kejang demam terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam
rentang usia 6 hingga 36 bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka
kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan
Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian kejang demam pertahunnya.
Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang 8,8%. Hampir 80%
kasus Kejang demam adalah kejang demam sederhana (kejang<15 menit,
fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang
pada waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang demam
komplek.
Christopher (2012), menyebutkan 2 samapai 5 % dari seluruh anak di dunia
yang berumur ≤5 tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90%
terjadi ketika anak berusia <5 tahun. Insiden tertinggi kejang demam terjadi
2
Poltekkes Kemenkes Padang
pada usia dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Hasil penelitian prospektif
Sillanpa, dkk (2008), menyebutkan di Finlandia diperoleh insidens rate
kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun.
Penelitian Kurnia (2015), menyebutkan di RSPI Puri Indah Jakarta terjadi
peningkatan angka kejang demam pada anak sebesar ± 6 kali lipat pada
Januari – Juni 2014 dibandingkan pada tahun 2008, total anak dengan kejang
demam ada sebanyak 135 anak dengan kejang demam. Gunawan, dkk (2012),
menyebutkan bahwa 100 anak kejang demam yang dirawat di RSUD
Dr.Soetomo Surabaya mengalami kejang demam pertama kalinya.
Berdasarkan kelompok usia per bulan pada awal pendataan, didapatkan rata-
rata usia saat kejang pertama adalah 16,8 bulan, terbanyak pada usia 12 bulan.
Hasil penelitian Imaduddin (2013), mengatakan kasus kejang demam yang
dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari
2010 sampai Desember 2012 adalah 173 kasus anak dengan kejang demam.
Sedangkan dari survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada 13 Januari 2017 ditemukan 216 orang anak
dengan kasus kejang demam pada tahun 2014. Sedangkan dalam satu tahun
terakhir terdapat skitar 112 kasus kejang demam pada anak diruangan Ibu dan
Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Wastoro, dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang
demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile
seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure )
biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih
dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk
(2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi
pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang
demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
3
Poltekkes Kemenkes Padang
Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus
kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat
berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%.
Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan
intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian
tentang penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak
sama, 4% pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan
tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Menurut Ngastiyah (2014),
gambaran klinis yang timbul saat anak mengalami kejang demam adalah
gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit,
dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari
terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan mengalami penundaan
pertumbuhan jaringan otak.
Penelitian Putra, dkk (2014), mengatakan diagnosa secara dini serta
pengelolahan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang
lebih parah, yang diakibatkan karena bangkitan kejang yang sering. Untuk
itu tenaga perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan
keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu
kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Christian, dkk (2015), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus
dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam
diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,
pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam
yang tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang
demam dan cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang
demam.
4
Poltekkes Kemenkes Padang
Wong (2008), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam
adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien
dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang
positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,
prognosis, dan kebutuhan penangannya.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan tanggal 11 Maret 2017 ditemukan 1
orang anak dengan diagnosa medis kejang demam kompleks dengan waktu
rawatan hari ke dua diruang ibu dan anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang. Dari hasil observasi awal tampak perawat ruangan
melakukan pengkajian pada status kesehatan pasien, dilakukan dengan cara
alloanamnesa. Sedangkan pada pemeriksaan fisik perawat ruangan cendrung
hanya melakukan pemeriksaan fisik secara umum saja pada anak.Perawat
ruangan tidak melakukan pemeriksaan refleks neurologis. Pemeriksaan fisik
yang lengkap (head to toe) dan pemeriksaan neurologis sangat diperlukan
untuk mengangkat diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada
pasien dengan kejang demam. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut
adalah hipertermi, ketidakefektifan pola napas dan resiko jatuh. An. M
mengalami infeksi pada saluran pernafasan, anak tampak batuk-batuk dan
sesak napas. Hasil observasi tampak perawat memberikan oksigen,
pemenuhan cairan klien dengan pemasangan infus, dan untuk mengatasi
kejang berulang perawat sudah berkolaborasi dengan dokter mengenai
sediaan obat diazepam. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat
ruangan cendrung memberikan kebutuhan fisiologis anak tanpa memberikan
kebutuhan psikologis dan sosial anak serta keluarga. Evaluasi dilakukan
dengan baik, namun pendokumentasian yang dilakukan lebih berfokus pada
shift sebelumnya, sehingga perkembangan dari kesehatan pasien kurang bisa
dinilai secara tepat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam di
Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada
tahun 2017.
5
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Rumusan Masalah
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kejang
demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak
dengan kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan
kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan
kasus kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III
Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.
D. Manfaat
1. Institusi tempat penelitian
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan bagi tenaga kesehatan terutama bagi perawat,
6
Poltekkes Kemenkes Padang
khususnya mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam di Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.
2. Pengembangan keilmuan
Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang
demam bagi peneliti selanjutnya. Dan juga dapat mengaplikasikan dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam yang
telah dipelajari.
7
7 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Kasus Kejang Demam
1. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.
2. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan
infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
8
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang bersifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkan kelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam
kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang
demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada
pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan
disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24
jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
9
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanya meningitis.
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
10
Poltekkes Kemenkes Padang
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).
11
7 Poltekkes Kemenkes Padang
Cairan/ sekret dijalan napas
Penyumbatan jalan napas
Epilepsi
MK: resiko keterlambatan perkembangan
Bagan 2.1
Kebutuhan O2 ↑ 20 %
Kejang Demam
MK : Hipertermia
Pireksia (demam)
Proses inflamasi
Suhu tubuh ↑
uhu tubuh ↑
Inflamasi
Infeksi diantaranya : Pneumonia Otitis Media ISK
Pelepasan muatan listrik meluas ke sel oleh neurotrasmiter
Difusi ion K+ dan Na+
Ketidakseimbangan membran sel neuron
MK: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
↑ sirkulasi O2 di otak
uhu tubuh ↑
Kenaikan metabolisme
basal 10-15 %
Kejang > 15 mnt
Gejala sisa (hemiparis
EEG abnormal
Kejang demam simpleks
Kejang demam kompleks Apnea, keb O2 & energi u/
kontraksi otot skeletal ↑
hipoksemia
MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Hipotensi, denyut jantung
tdk teratur
Hiperkapnia
MK: gangguan pertukaran gas
Sesak napas, akral dingin
Metabolisme anaerob
Asidosis
- Kejang < 15 mnt - Timbul dlm 16 jam pertama setelah muncul demam - Umur anak 6 bln- 4 thn - Kejang bersifat umum - Pemeriksan saraf normal - EEG normal - Frekuensi bangkitan kejang dlm 1 thn tdk >4 kali - Tanpa gejala sisa
MK : Resiko aspirasi
Lidah jatuh kebelakang,
MK : Ketidakefektifan pola napas
sesak
12
7 Poltekkes Kemenkes Padang
5. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
a. Sistem Pernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan
pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan
perifer (Brunner & Suddart, 2013).
b. Sistem Thermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi
sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam
terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh
secara fisiologis pada anak dengan kejang demam mengalami
vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat. (Suriadi & yuliani,
2010).
c. Sistem Neurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan
otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan
otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak
kejang demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).
d. Sistem Muskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan
terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,
13
Poltekkes Kemenkes Padang
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan
listrik yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan
kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak.
7. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila
masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan
tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.
Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang
seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat
badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg.
14
Poltekkes Kemenkes Padang
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena
tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan,
tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi
vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya
diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit.
Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah
edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid
misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
3) Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik
dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat
tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua
bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis
pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya
15
Poltekkes Kemenkes Padang
dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengobatan fase akut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebih baik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampai bersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obat penenang.
2) Pencegahan kejang berulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti
tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara
yang sama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatan rumat.
16
Poltekkes Kemenkes Padang
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6
bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virus influenza.
(3) Riwayat nutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis
17
Poltekkes Kemenkes Padang
2) TTV :
Suhu : biasanya >38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit
Nadi : biasanya >100 x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
6) Mulut dan lidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
seperti ronchi.
18
Poltekkes Kemenkes Padang
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akral dingin.
c. Penilaian tingkat kesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 - 10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat
19
Poltekkes Kemenkes Padang
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤ 3.
d. Penilaian kekuatan otot
Tabel 2.1
Penilaian Kekuatan Otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0 Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1 Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2 Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3 Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
4
Kekuatan otot normal 5 (Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
e. Pemeriksaan penunjang
Menurut Dewi (2011) :
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) Lumbal Pungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
20
Poltekkes Kemenkes Padang
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :
(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )
(2) Mengalami complex partial seizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya)
(4) Kejang saat tiba di IGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalah normal
(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuning santokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-
120ml dan dewasa 130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa
3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,
misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala
yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.
21
Poltekkes Kemenkes Padang
2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi otak
c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoksemia
f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan
neurologis atau kejang
h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguan kejang
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
N
o
NANDA NOC NIC
1 Hipertermia
Batasan
karakteristik
a. Apnea b. Bayi tidak dapat
mempertahankan menyusu
c. Gelisah d. Hipotensi e. Kulit
kemerahan f. Kulit terasa
hangat g. Latergi h. Kejang
a. Termoregulasi
Kriteria hasil :
1) Merasa merinding saat dingin
2) Berkeringat saat panas
3) Tingkat pernapasan 4) Melaporkan
kenyamanan suhu 5) Perubahan warna
kulit 6) Sakit kepala
Perawatan demam
1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya
2. Monitor warna kulit dan suhu
3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak di rasakan
4. Beri obat atau cairan IV
5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
22
Poltekkes Kemenkes Padang
i. Koma j. Stupor k. Takikardia l. Takipnea m. Vasodilatasi
Faktor yang berhubungan a. Peningkatan
laju metabolisme
b. Penyakit c. Sepsis
6. Dorong konsumsi cairan
7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan
8. Berikan oksigen yang sesuai
9. Tingkatkan sirkulasi udara
10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.
Pengaturan suhu 1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan
2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia
3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan 1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan kelola menurut resep dan/atau protokol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan
nafas 2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien
selama kejang 5. Catat lama kejang 6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
23
Poltekkes Kemenkes Padang
dengan benar.
2 Ketidakefektifan
perfusi jaringan
serebral
Faktor resiko a. Gangguan
serebrovaskuler b. penyakit
neurologis
a. Status sirkulasi 1) Tekanan darah
sistol 2) Tekanan darah
diastol 3) Tekanan nadi 4) PaO2 (tekanan
parsial oksigen dalam darah arteri)
5) PaCO2 (tekanan parial karbondioksida dalam darah arteri
6) Saturasi oksigen 7) Urine output 8) Capillary refill.
b. Status neurologi 1) Kesadaran 2) Fungsi sensorik dan
motorik kranial 3) Tekanan
intrakranial 4) Ukuran pupil 5) Pola istirahat-tidur 6) Orientasi kognitif 7) Aktivitas kejang 8) Sakit kepala.
Terapi oksigen 1. Periksa mulut, hidung,
dan sekret trakea 2. Pertahankan jalan
napas yang paten 3. Atur peralatan
oksigenasi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertahankan posisi
pasien 6. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi 7. Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigenasi.
Manajemen edema serebral 1. Monitor adanya
kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing, pingsan
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor karakteristik cairan serebrospinal : warna, kejernihan,konsistensi
4. Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, PaO2,PaCO2, pH, Bicarbonat
5. Catat perubahan pasien dalam berespon terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan
7. Batasi cairan 8. Dorong
keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien
9. Posisikan tinggi
24
Poltekkes Kemenkes Padang
kepala 30o atau lebih. Monitoring peningkatan intrakranial 1. Monitor tekanan
perfusi serebral 2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF)
3. Monitor intake dan output
4. Monitor suhu dan jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk
6. Berikan antibiotik 7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi pinggang yang berlebihan
8. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral
9. Berikan agen farmakologis untuk mempertahankan TIK dalam jangkauan tertentu.
Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan cepat
2. Monitor kualitas dari nadi
3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4. Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya, cheyne-stokes, kussmaul, biot,apneustic,ataksia
25
Poltekkes Kemenkes Padang
dan bernapas berlebihan)
5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
6. Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
3 Ketidakefektifan
pola napas Batasan karakteristik a. Bradipnea b. Dispnea c. Penggunaan
otot bantu penapasan
d. Penurunan kapasitas vital
e. Penurunan tekanan ekspirasi
f. Penurunan tekanan inpsirasi
g. Pernapasan bibir
h. Pernapasan cuping hidung
i. Pola nafas abnormal
j. Takipnea.
Faktor yang berhubungan
a. Cedera medula spinalis
b. Gangguan neurologis
c. Nyeri
a. Status penrnapasan : ventilasi
Kriteria hasil 1) Frekuensi pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Kedalaman
pernapasan 4) Penggunaan otot
bantu nafas 5) Suara nafas tambahan 6) Retraksi dinding dada 7) Dispnea saat istirahat 8) Atelektasis.
b. Status pernapasan :
kepatenan jalan nafas Kriteria Hasil :
1) frekuensi pernapasan 2) pernapasan cuping
hidung 3) mendesah
Terapi oksigen 1. Bersihkan mulut,
hidung dan sekret trakea dengan tepat
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Monitor aliran oksigen 5. Periksa perangkat
pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa kosentrasi yang telah di tentukan sedang di berikan
6. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal setiap kali perangkat diganti
7. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis.
Monitor neurologi 1. Pantau ukuran pupil,
bentuk kesimetrisan dan reaktivitas
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor GCS 4. Monitor status
pernapasan.
26
Poltekkes Kemenkes Padang
Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah 3. Monitor kualitas nadi 4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan 5. Monitor suara paru 6. Monitor pola
pernapasan abnormal 7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapan kulit. 8. Identifikasi dari
penyebab perubahan vital sign.
4. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
a. status pernafasan :
pertukaran gas
Kriteria hasil: 1) Tekanan parsial
oksigendalam daraharteri(po2)
2) Tekanan parsial oksigendalam daraharteri(pco2)
3) Saturasi oksigen 4) Keseimbanganventila
siperfusi 5) Dyspneapada saat
istirahat 6) Sianosis
a. monitor vital sign
Tindakan keperawatan:
1) Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan,
2) Memonitor Denyut jantung
3) Memonitor suara paru-paru
4) Memonitor warna kulit
5) Meniai CRT
b. monitor pernafasan
Tindakan keperawatan:
1) Memonitortingkat, irama, kedalaman, dan respirasi
2) Memonitor gerakandada
3) Monitor bunyi pernafasan
4) Auskultasi bunyi paru 5) Memonitordyspneadan
halyang meningkatkan dan memperburuk
27
Poltekkes Kemenkes Padang
5.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
a. Cardiopulmonaly
status (Status kardiopulmonal)
Kriteria hasil : 1) Tekanan darah
sistolik 2) Tekanan darah
diastolik 3) Nadi perifer 4) Saturasi oksigen 5) Indeks kardio 6) Sianosis 7) Edema perifer 8) Kedalaman pernafasan
b. Status pernafasan 1) Menilai pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Kedalaman pernafasan 4) Volume tidal 5) Saturasi oksigen 6) sianosis 7) Clubbing of finger 8) Gasping (terengah-
engah) c. Vital sign 1) Rentang nadi radial 2) Rentang pernafasan 3) Tekanan darah sistolik 4) Tekanan darah diastol 5) Tekanan nadi 6) Kedalaman saat
inspirasi
terapi oksigen) 1) Monitor kemampuan
pasien dalam mentoleransi kebutuhan oksigen saat makan
2) Observasi cara masuknya oksigen yang menyebabkan hipoventilalsi
3) Monitor perubahan warna kulit pasien
4) Monitor posisi pasien untuk membantu masuknya oksigen
5) Monitor keefektifan terapi oksigen
6) Memonitor penggunaan oksigen saat pasien beraktivitas
menajemen sensasi perifer 1) Memonitor perbedaan
terhadap rasa tajam,tumpul,panas atau dingin
2) Monitor adanya mati rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang adanya kehilangan sensasi atau perubahan sensasi
4) Minta keluarga untuk memantau perubahan warna kulit setap hari
7.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
a. pertumbuhan
Kriteria hasil: 1) Persentil berat badan
untuk usia
Stimulasi Tumbuh Kembang 1. kaji tingkat
tumbuhkembang anak 2. ajarkan untuk
28
Poltekkes Kemenkes Padang
2) Percentil berat untuk tinggi
3) Tingkatberat badan 4) Massa tubuh
(a) Penggunaandisiplin
yang sesuai usia (b) Merangsangperke
mbangan kognitif (c) Merangsangpemba
ngunan
intervensi dengan terapi rekreasi dan aktivitas
3. berikan aktivitas yang sesuai, menarik, dan dapat dilakukan oleh anak
4. Rencanakan bersama anak aktivitas dan sasaran yang memberikan kesempatan untuk keberhasilan
5. Berikan pendkes stimulasi tumbuh kembang anak pada keluarga
manajemen nutrisi 1. Kaji adanya alergi
makanan 2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
3. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
6. Berikan substansi gula 7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
8. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11. Kaji kemampuan
29
Poltekkes Kemenkes Padang
pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
8 Resiko cidera Faktor resiko 1) Eksternal
a) Gangguan fungsi kognitif
b) Agens nosokomial
2) Internal a) Hipoksia
jaringan b) Gangguan
sensasi (akibat dari cedera medula spinalis, dll)
c) Malnutrisi.
a. Kontrol resiko Kriteria hasil : 1) Klien terbebas dari
cidera 2) Klien mampu
menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera
3) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan
4) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5) Mampu mengenali perubahan status kesehatan.
b. Kejadian jatuh 1) Jatuh dari tempat
tidur 2) Jatuh saat di
pindahkan.
Manajemen lingkungan 1. Sediakan lingkungan
yang aman untuk pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik
3. Dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakir dahulu pasien
4. Memasang side rail tempat tidur
5. Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
6. Membatasi pengunjunng
7. Memberikan penerangan yang cukup
8. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.
Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan
nafas 2. Balikkan badan pasien
ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien
selama kejang 5. Catat lama kejang 6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi dengan benar.
30
Poltekkes Kemenkes Padang
Pencegahan jatuh 1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
2. Sediakan pengawasan ketat dan /atau alat pengikatan
Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)
31 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini Kualitatif, dengan desain penelitian studi kasus yang
dijabarkan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, dengan bentuk penelitian studi
kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit
penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,
komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini menggunakan studi
kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di Ruang
Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang diarahkan
untuk mengetahui semua variable yang berhubungan dengan masalah
penelitian dengan melakukan pengkajian secara rinci dan luas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Juni 2017. Pengambilan kasus atau
melakukan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 24 Mei – 29 Mei
2017. Studi kasus penerapan asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Ibu
dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kasus
kejang demam yang dirawat di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat
III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017. Jumlah pasien kejang
demam pada bulan Januari sampai Februari 2017 ada 14 orang. Rata – rata
hari rawat pasien dengan kejang demam ada 3 hari. Dan rata- rata usia
pasien ada 2 sampai 3 tahun.
2. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2012).
Sampel penelitian ini adalah 2 orang anak dengan kasus kejang demam.
32
Poltekkes Kemenkes Padang
Sampel dalam penelitian ini diteliti dengan teknik purposive sampling disebut
juga judgement sampling, adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti
(tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,
2015).
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria inklusi
1) Pasien dengan diagnosis kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang
2) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
1) Pasien dengan kejang disertai dengan penyakit lain seperti meningitis,
encephalitis, dll.
D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data
Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format
pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer,
timbangan, penlight, stetoskop, dan alat perlindungan diri (APD).
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden
dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan
anak. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil
wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada
responden. Data primer yang diperoleh masing- masing akan
dijelaskan sebagai berikut:
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan
keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi:
33
Poltekkes Kemenkes Padang
identitas pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat
imuisasi dan perkembangan, kebiasaan sehari- hari
2) Hasil observasi langsung berupa: pasien tampak malas makan,
pasien tampak kelelahan, pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran, pasien tampak pucat, pasien tampak kaku dan lain-
lain
3) Pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik head to toe
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang
diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan
diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data
penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan
dokter.
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara
observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau anamnesa (pengkajian
dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan
fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak
(Sugiyono, 2014).
1. Observasi
Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi
dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain
itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada
pasien, misalnya reaksi pasien setelah dan sesudah memasang
injectpam, reaksi pasien setelah diberikan obat diazepam, dan reaksi
anak setelah mengalami kejang berulang.
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,
34
Poltekkes Kemenkes Padang
seperti melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,menghitung intake
dan output pasien, dan penilaian kekuatan otot.
3. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan
wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada
pengarah pembicara secara tegas dan mengarah sesuai dengan
format pengkajian. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang
fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,
pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan
sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden
secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan
data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas
sehari-hari pasien.
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan data
yang didapatkan dari studi dokumentasi adalah hasil laboratorium
(darah lengkap), dan pemeriksaan LCS dengan lumbal pungsi, dan
EEG.
Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian
yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.
35
Poltekkes Kemenkes Padang
b. Meminta surat rekomendari ke Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang
c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Tingkat III Dr.
Reksodiwiryo Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Ibu dan Anak
Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang
e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak
dengan masalah kejang demam. Pemilihan sampel dilakukan
dengan teknik purposive sampling disebut adalah suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan
tentang tujuan penelitian
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk
dijadikan responden dalam penelitian
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk
bertanya
i. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent.
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan
keperawatan dan pamit.
Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
b. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada
responden
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan
diberikan kepada responden
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden
e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan
pada responden
36
Poltekkes Kemenkes Padang
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian
sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
F. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan
teori keperawatan pada anak dengan kejang demam. Data yang ditemukan
saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan
objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian
menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi
keperawatan pada anak dengan kejang demam. Analisis selanjutnya
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien
kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.
37 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian
Partisipan dalam penelitian ini ada 2 orang yaitu An.R (partisipan 1)
seorang laki-laki berusia 12 bulan dan An.A (partisipan 2) seorang laki-
laki berusia 48 bulan. Hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Pengkajian
Partisipan 1 Partisipan 2
Riwayat Kesehatan Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar 10 menit. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang lagi.
Riwayat Kesehatan Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada mengalami kejang lagi. Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak dirumah. Ibu mengatakan An.A
38
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Ibu mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R yang menderita penyakit ISPA. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal bersama pasien, terdiri dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok didalam maupun luar rumah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum keluarga adalah air galon. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan selama sakit anaknya jarang tidur siang dan susah tidur saat malam hari. Ny. Z mengatakan An.R BAK lebih dari 5 kali dengan warna pekat dan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna kuning. Biasanya anak bermain dengan saudaranya dan selama sakit anak hanya mandi lap. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75 cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm.
sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu sama dengan sekarang. Ibu mengatakan ada anggota keluarga dari ayah An.A yang juga mempunyai riwayat kejang demam. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri dari ayah, ibu, dan nenek dari An.A. Dirumah klien memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup. Ayah An.A memiliki kebiasaan merokok didalam rumah. Diluar rumah terdapat tempat pembakaran sampah dan septitack yang berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum berasal dari air galon. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya menghabiskan ¼ dari porsi makannya, saat makan anak muntah sekali, konsumsi cairan 2000cc/hari. Selama dirawat anak tidur siang teratur 3 jam. Dan malam 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya BAK ±5 x/hari dengan warna kuning jernih dan BAB 1 x/hari dengan konsistensi padat dan berwarna coklat. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan 22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB 125 Bentuk kepala normal, lingkar kepala 49 cm. Posisi mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis,
39
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, terpasang infus pada tangan kiri, pemeriksaan tanda rangsangan meningeal negatif. Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan tanda rangsangan meningeal negatif. Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Ht 31,4 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg, PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.R dan An.A
didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari studi dokumentasi : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang ditandai dengan ibu mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari studi dokumentasi : Diagnosa keperawatan pertama adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah
40
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2 tampak cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami kejang satu kali, anak tampak lemah dan lesu. Diagnosa yang pertama diangkat oleh peneliti adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang ditandai dengan ibu mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak tampak cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami kejang satu kali, anak tampak lemah dan lesu. Peneliti mengangkat diagnosa yang kedua adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 39⁰C, tonsil hiperemis, teraba KGB, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Peneliti mengangkat diagnosa yang ketiga yaitu defesiensi pengetahuan pada berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit anaknya secara medis, ibu tampak panik saat suhu tubuh anaknya meningkat, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaiman penatalaksanaan anak kejang demam.
dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 38,3⁰ C, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Diagnosa yang kedua adalah resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder ditandai dengan anak sebelumnya sudah pernah dirawat dengan penyakit yang sama, ibu mengatakan anak mudah demam, pengukuran didapatkan hasil suhu tubuh 38,3⁰C, leukosit 13.820/mm3. Diagnosa keperawatan yang diangkat peneliti : Diagnosa keperawatan pertama adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 38⁰C, tonsil hiperemis, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Peneliti mengangkat diagnosa yang kedua yaitu defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit anaknya secara medis, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaiman penatalaksanaan anak kejang demam. Ibu takut anaknya mengalamigangguan perkembangan.
41
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan
mengacu pada NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan
keperawatan pada kedua partisipan :
Tabel 4.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana asuhan keperawatan diagnosa kekurangan volume cairan kriteria hasil berdasarkan NOC : tekanan darah, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit, kelembaban membran mukosa. Rencana intervensi tersebut diantaranya : a) manajemen cairan tindakan yang dilakukan timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien, hitung atau timbang popok dengan baik , jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, monitor status hidrasi, monitor tanda-tanda vital, pantau suhu dan tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan suhu, dorong konsumsi cairan. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : melaporkan kenyamanan suhu, tidak terjadi kejang, berkeringat saat panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a) perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa pertama, hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : melaporkan melaporkan kenyamanan suhu, tidak terjadi kejang, berkeringat saat panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a) perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama kejang, Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa kedua, resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder kriteria hasil berdasarkan NOC : mengidentifikasi faktor Resiko infeksi, mencuci tangan, memonitor perubahan status.
42
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2 antipiretik sesuai kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama kejang,
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa ketiga defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.
kesehatan. Rencana intervensi diantaranya : a) kontrol infeksi tindakan yang dilakukan tingkatkan intake nutrisi yang tepat, dorong intake cairan yang sesuai, ajarkan pasien pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejal infeksi, monitor suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya, ajarkan cara menghindari infeksi Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa ketiga defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing partisipan.
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan
43
Poltekkes Kemenkes Padang
keperawatan yang telah dibuat. Berikut adalah implementasi yang
dilakukan.
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Implementasi keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: a) timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien dengan hasil BB 10 kg dan anak tampak lemah, lesu. b) jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, ibu mengatakan anaknya merasa haus dan BAK anak lebih dari 5kali/hari dengan output 80cc, c) monitor status hidrasi dengan hasil membran mukosa tampak kering, denyut nadi normal, kesadaran normal d) monitor tanda-tanda vital dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C f) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 39⁰C g) dorong konsumsi cairan, anak tampak rajin menyusu h) lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering. Implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme, tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada An.R adalah a) monitor suhu dan tanda-tanda vital dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C b) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 39⁰C. c) beri obat atau cairan, obat yang diberikan PCT syr 3x250 mg, dan terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat hasil yang ditemukan An.R rajin menyusui e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan obat yang
Implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme, tindakan keperawatan yang dilakukan : a) monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, dengan hasil TD 100/70 mmHg, suhu 38,3⁰ C, nadi 120 x/i, pernapasan 22x/i b) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 38,3⁰ C c) beri obat atau cairan PCT syr 3 x 250 mg dan terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan PCT syr 3 x 250 mg f) monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali dengan hasil 38,3⁰ C pada 2 jam pertama dan 2 jam selanjutnya 37,8⁰C g) lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi,tampak ibu sudah melakukan kompres hangat. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa kedua, resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder tindakan keperawatan yang dilakukan: a) tingkatkan intake nutrisi yang tepat, anak dianjurkan untuk menghabiskan diit yang diberikan b) dorong intake cairn yang sesuai, anak dianjurkan
44
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
diberikan PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O) f) monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali dengan hasil pada 2 jam pertama dan 2 jam selanjutnya 38,8⁰C g) lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi, tampak ibu sudah melakukan kompres hangat. Implementasi keperawatan pada diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan dengan hasil terbinanya hubungan saling percaya dengan peneliti (b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress dengan hasil pasien tampak masih cemas dengan kondisi anaknya, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, keluarga sudah diajarkan teknik napas dalam (d) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (e) Prioritaskan kebutuhan pasien, (f) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.
Implementasi keperawatan pada diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan dengan hasil terbinanya hubungan saling percaya dengan peneliti (b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress dengan hasil pasien tampak masih cemas dengan kondisi anaknya, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, keluarga sudah diajarkan teknik napas dalam (d) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap An.R
(selama 4 hari dirumah sakit dan satu hari kunjungan rumah) dan An.A
(selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan rumah), didapatkan
perkembangan pasien yaitu :
45
Poltekkes Kemenkes Padang
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa kekurangan volume cairan dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak rewel dn gelisah, badan anak panas, ibu mengatakan anak kuat menyusu, dan data objektif didaptkan mata anak tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil hiperemis, suhu 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i. Maslah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan sampai hari ke-3. Sedangkan pada hari ke-4 ditemukan data subjektif ibu mengatakan panas anak sudah turun, data objektif didapatkan anak mukosa bibir lembab, tonsil hiperemis, badan teras hangat, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x1 mg. Masalah terasi sebagian dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak masih demam, anak batuk, anak rewel dan gelisah, dan data objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu anak 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i, anak tampak rewel, leukosit 12.780 /mm3, sampai hari ke-3 suhu badan anak masih tinggi dan naik turun, anak diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, anak juga mendapat diazepam 3x1,5 mg (P.O) pemberian diazepam hanya sampai hari ke-2. dan ibu tampak sudah melakukan kompres hangat pada anaknya. Masalah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan sampai hari ke 3.
Evaluasi keperawatan pada An.A dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak masih demam, anak gelisah, ibu mengatakan satu kali muntah sejak dirawat dan data objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu anak 37,8⁰C, nadi 122 x/i, pernapasan 22 x/i, anak tampak rewel, leukosit 13.820/mm3 sampai hari ke-3 suhu badan anak masih tinggi dan naik turun, anak diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, donperidon syr 3x 60 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i dan ibu tampak sudah melakukan kompres hangat pada anaknya. Masalah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan. Pada hari ke-3 didapatkan evaluasi data subjektif ibu mengatakan anak sudah tidak demam lagi, muntah sudah tidak ada dan suhu anak 37,4⁰C. Masalah teratasi dengan kriteria hasil: melaporkan kenyamanan suhu (4), terjadi kejang, (4) berkeringat saat panas (3), dan tingkat pernapasan (5). dan intervensi dihentikan di rumah sakit. Sedangkan pada hari ke-4 saat dilakukan kunjungan rumah didapatkan data subjektif, ibu mengatakan anaknya demam lagi tadi pagi, ibu mengatakan sudah dilakukan kompres dan anak tidak kejang.
46
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2 Sedangkan pada hari ke-4 didapatkan data subjektif, ibu mengatakan demam anaknya sudah mulai turun, anak sudah mau makan, dan data objektif didapatkan suhu anak 37,4⁰C, nadi 110x/i, pernapasan 32 x/i, batuk sudah hilang. Masalah keperawatan sudah teratasi sebagian intervesi dirumah sakit dihentikan. Dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5. Didapatkan data subjektif mengatakan saat dirumah badan anaknya panas lagi, ibu sudah melakukan kompres hangat dan data objektif suhu 37,3⁰C, nadi 120x/i, pernapasan 29 x/i, terapi pengobatan yang didapatkan PCT syr 3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi intervensi dilanjutkan dengan terapi obat. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu mengatakan masih belum paham dengan kondisi anaknya saat ini. Data objektif yang didapatkan ibu tampak cemas. Masalah teratasi sebagian Intervensi dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5 dengan didapatkan hasil objektif ibu mengatakan sudah paham bagaimana penangan dan pertolongan pertama saat anak kejang dirumah dan perawatan anak demam. Data objektif yang didapatkan ibu mampu mengulang kembali materi yang diberikan peneliti. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Data objektinya suhu anak 37,7⁰C, nadi 100x/i, pernapasan 22 x/i, Masalah keperawatan belum teratasi dan intervesi dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5 didapatkan data subjektif mengatakan badan anaknya tidak panas lagi, dan data objektif suhu 36,5⁰C, nadi 110x/i, pernapasan 20 x/i, terapi pengobatan yang didapatkan PCT syr 3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.A dengan diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan badan anak panas, kejang sudah tidak ada, ibu mengatakan badan anaknya tampak lemah, dan data objektif didapatkan suhu 38,3⁰ C, nadi 112 x/i, pernapasan 30 x/i, leukosit 13.820/mm3. Masalah teratasi pada hari ketiga dengan dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu mengatakan masih belum paham dengan kondisi anaknya saat ini. Data objektif yang didapatkan ibu tampak cemas. Pada hari kedua
47
Poltekkes Kemenkes Padang
Partisipan 1 Partisipan 2
masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Pada hari keempat dan kelima dengan didapatkan hasil objektif ibu mengatakan sudah paham bagaimana penangan dan pertolongan pertama saat anak kejang dirumah dan perawatan anak demam. Data objektif yang didapatkan ibu mampu mengulang kembali materi yang diberikan peneliti. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
B. Pembahasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada
bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan
kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus kejang demam pada
partisipan 1 yaitu, An.R dan partisipan 2 yaitu, An.A yang telah dilakukan
pengkajian pada tanggal 24-28 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan
keperawatan mulai tanggal 24- Mei 2017 di Ruang Ibu dan Anak Rumah
Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang, yang dapat di uraikan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An. R berusia 12 bulan
mengalami kejang demam pertama kali dan partisipan An.A berusia 48
bulan mengalami kejang demam kedua. An.R dan An.A berjenis kelamin
laki laki dan diagnosa saat dirawat adalah kejang demam simpleks.
Widagdo (2012), mengatakan bahwa anak laki-laki menunjukkan angka
kejadian kejang demam lebih sering dari anak perempuan. Salah satu dari
48
Poltekkes Kemenkes Padang
kriteria kejang demam menurut Livingstone yaitu umur anak ketika
kejang antara 6 bulan - 4 tahun (Ngastiyah, 2012).
Menurut analisa peneliti ada kecenderungan pengaruh jenis kelamin
dalam kasus kejang demam. Kejang demam lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Dan juga kelompok usia terjadinya kejang
demam sederhana yakni, usia 6 bulan sampai 4 tahun. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada tentang kejang demam sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama pada An.R yaitu ibu
mengatakan anak demam sejak kemarin malam, dan juga anak
mengalami kejang (±10 menit) satu kali saat dirumah. Sedangkan pada
An.A ibu mengatakan anaknya demam sejak tadi pagi, anak muntah ± 5
kali tadi pagi dan anak mengalami kejang (±10 menit) satu kali sebelum
dibawa kerumah sakit. Saat dilakukan pengkajian pada An.R dan An.A
didapatkan data ibu mengatakan anaknya demam dan mengalami kejang
satu kali yang berlangsung ±10 menit. Saat kejang anak tidak sadar dan
sekujur tubuh kaku, setelah kejang anak kembali sadar.
Ngastiyah (2012) menyebutkan ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur
anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15
menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama
setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal, Pemeriksaan EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan
dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. Kejang demam yang tidak
memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut digolongkan
pada demam kompleks dan mengacu pada epilepsi.
Menurut Dewanto (2009) menyebutkan gambaran klinis yang dapat
dijumpai pada saat pasien kejang demam yaitu suhu tubuh mencapai >
49
Poltekkes Kemenkes Padang
38⁰C, anak sering kehilangan kesadaran saat kejang, mata mendelik,
tungkai dan lengan mulai kaku, kulit pucat, akral mendingin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat kesehatan dahulu dan
keluarga pada An.R ibu mengatakan An.R tidak pernah dirawat
sebelumnya dan baru pertama kali mengalami kejang saat usia 12 bulan.
Ibu mengatakan An.R mengalami ISPA sejak 2 hari yang lalu, penyakit
ini menular dari saudaranya yang juga tinggal serumah dengan An.R
mengalami ISPA sejak 1 minggu yang lalu. Ibu mengatakan tidak ada
anggota keluarga lainnya yang juga mempunyai riwayat penyakit kejang
demam. Sedangkan pada partisipan 2, ibu mengatakan An.A pernah
dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama. An.A mengalami
kejang demam pertama saat berusia 36 bulan. An.A mengalami demam
sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit dan tidak memiliki riwayat
penyakit ISPA, ISK, Otitis media dan penyakit infeksi lainnya. Ibu
mengatakan keluarga dari ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit
kejang demam.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lestari (2016) dan
ridha (2014) yang mengatakan bahwa demam biasa disebabkan kerena
ISPA, pneumoni, otitis media, infeksi saluran kemih, faktor genetik,
gangguan metabolisme. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi
pada suhu tubuh diatas 38°C karena terjadi kelainan ekstrakranium. Pada
keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu
kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan
listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
50
Poltekkes Kemenkes Padang
maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”
dan terjadi kejang.
Menurut analisa peneliti penyebab kejang demam pada An.R dan An.A
kejang pada kedua partisipan sama yaitu anak mengalami demam
sebelum kejang. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
kejang demam dapat terjadi karena kenaikkan suhu tubuh yang
diakibatkan oleh proses ekstrakranium. Dan faktor resiko yang
menyebabkan An.R mengalami kejang demam diakibatkan karena ISPA
yang tertular dari saudaranya yang juga mengalami ISPA. Sedangkan
pada An.A salah satu faktor resiko yang memungkinkan terjadinya
kejang demam berulang pada An.R adalah faktor genetik (keturunan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik yang telah
dilakukan pada An.R dan An.A memiliki perbedaan yaitu pada An.R
ditemukan mata cekung, KGB teraba kulit teraba hangat sedangkan pada
An.A hasil pemeriksaan pada mata normal. Suhu tubuh kedua anak
>38⁰C (An.A = 39⁰C, An.A = 38,3⁰C) Sedangkan tanda dan gejala
lainnya umumnya sama. Hasil pemeriksaan neurologis nya normal.
Suriadi & yuliani (2010), Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput
otak akan menstimulasi sel host inflamasi. Hipotalamus akan
menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan pada
“set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan kejang
demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat.
Biasanya pada pemeriksaan fisik juga ditemukan tonsil hiperemis, KGB
teraba yang diakibatkan dari proses peradangan akibat dari infeksi yang
terjadi didalam tubuh.
Sarah (2016), mengatakan pasien kejang demam sederhana berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang hasilnya disesuaikan dengan
kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk
51
Poltekkes Kemenkes Padang
membuat diagnosis kejang demam sederhana. Sesuai dengan anamnesis
didapatkan umur penderita <6 thn (13 bulan), kejang didahului demam,
kejang berlangsung satu kali selama 24 jam, kurang dari 5 menit, kejang
umum, tonik-klonik, kej
ang berhenti sendiri, pasien tetap sadar setelah kejang. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan suhu tubuh 38oC dan tidak ditemukan kelainan
neurologis setelah kejang.
Menurut peneliti tanda dan gejala yang ditemukan pada An.A dan An.R
dengan kejang demam sederhana (simpleks) sama dengan teori yang ada
pada hasil pemeriksaan fisik serta tanda dan gejala yang dialami kedua
anak.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada An.R 24 Mei 2017 ditemukan Hb
11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-
10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,
Ht 36 % (normal 40-48 %). Dan pada An.A Hasil pemeriksaan
laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-18
gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit
462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48
%).
Peningkatan leukosit disebabkan oleh peningkatan neutrofil atau
eosinofil. Bebrapa penyebab leukositosis adalah neutrofilia (infeksi akut,
inflamasi, dan nekrosis jaringan), eosinofilia (alergi, parasit), monositosis
(infeksi kronik, gangguan inflamasi). Penelitian menunjukkanbahwa
pada populasi demam dengan kejang, RNA virus mampu merangsang
leukosit menstimulasi peningkatan kadar IL-1B secara bermakna jika
dibandingkan dengan populasi demam tanpa kejang. Oleh karena itu
leukosit tidak dapat dijadikan marker untuk terjadinya kejang demam
sederhana. Leukosit yang tinggi, normal, atau rendah dapat terjadi pada
kejang demam sederhana. Hal ini sesuai bahwa factor genetic dan
52
Poltekkes Kemenkes Padang
lingkungan (infeksi bakteri maupun virus) dapat berperan dalam kejang
demam sederhana (Nurindah, D, dkk, 2014).
Menurut analisa peneliti kedua partisipan sudah mengalami peningkatan
leukosit. Peningkatan leukosit dapat terjadi karena kedua partisipan
sudah memngalami infeksi, dan demam.
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An.R dan An.A ditemukan 3
diagnosa pada An.A yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada An.A peneliti mengangkat
2 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme dan defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.
Diagnosa yang ditemukan pada studi dokumentasi adalah pada An.R
diangkat diagnosa yaitu, kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kegagalan mekanisme regulasi sedangkan pada An.A diangkat diagnosa
yaitu, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan
resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan.
Menurut Suriadi dan Yulianni (2016), Lestari (2016) kemungkinan
diagnosa yang muncul pada penyakit kejang demam yaitu hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan sirkulasi
diotak, resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi, resiko
aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan
perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi.
53
Poltekkes Kemenkes Padang
a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
Pada saat melakukan pengkajian ditemukan data pada kedua
partisipan yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
(36,5⁰C -37,5⁰C), mengalami kejang sebelumnya, kulit teraba hangat,
tonsil hiperemis. Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua
partisipan, diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme dapat diangkat.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.
Batasan karakteristiknya yaitu konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan
suhu tubuh diatas kisaran normal, kejang, takikardia, takipnea, kulit
terasa hangat (NANDA, 2015).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan
ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Lestari,2016).
Menurut asumsi peneliti, dari data yang ditemukan pada kedua
pasrtisipan sama yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran
normal (normal 36,5⁰C - 37,5 ⁰C), mengalami kejang sebelumnya,
kulit teraba hangat, tonsil hiperemis. Sehingga diagnosa Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dapat diangkat
untuk kedua partisipan. Karena kedua partisipan mengalami
peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah kejang.
b. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data pada An.R ibu
mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak tampak
cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami
kejang satu kali. Berdasarkan data yang diperoleh dari pertisipan
54
Poltekkes Kemenkes Padang
diagnosa Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat.
Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi. Didefenisikan sebagai
penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/ intra selular. Ini
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan
natrium. Batasan karakteristiknya yaitu perubahan status mental,
penurunan tekanan darah, nadi, penurunan turgor kulit, penurunan
turgor lidah, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan
hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan konsentrasi urine,
penurunan berat badan tiba-tiba, haus, dan kelemahan (NANDA,
2015).
Maling, B dkk (2012), mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan
hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan
sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Perawat sangat
berperan untuk mengatasi hipertermia melalui peran mandiri maupun
kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat mengatasi hipertermia bisa
dengan melakukan kompres hangat.
Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan pada An.R ibu
mengatakan anak demam, mengalami kejang satu kali, anak merasa
haus dan data objektifnya didapatkan pengukuran suhu tubuh anak
39⁰C, mukosa bibir kering, mata anak cekung. Sehingga diagnosa
ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat untuk
mengatasi masalah pada An.R. sedangkan pada An.A data yang
ditemukan tidak seseuai dengan kriteria yang ada pada NANDA
(2015).
55
Poltekkes Kemenkes Padang
c. Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko
ketidakadekuatan.
Pada saat melakukan pengkajian pada An.A ditemukan data suhu
tubuh 38⁰C, hasil labor : b 11,8 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit
13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3
(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48 %)., suhu
tubuh anak naik turun.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmadi, dkk (2012)
mengatakan peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam
adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas
reaksi demam yang terjadi. Infeksi virus paling sering ditemukan pada
kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan karena infeksi virus
memang lebih sering menyerang pada anak. Kebanyakan penyakit
yang berhubungan dengan kejang demam disebabkan oleh infeksi
umum seperti tonsilitis, infeksi saluran pernapasan atas, otitis media.
Mekanisme penting dari infeksi virus dalam etiologi kejang demam
adalah derajat suhu demam dan ambang kejang bervariasi antara
individu.
Diagnosa Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko
ketidakadekuatan menurut peneliti tidak sesuai dengan teori yang ada
pada kemungkinan diagnosa kejang demam, dan diagnosa ini tidak bias
diangkat karena pada saat pengkajian didapatkan data anak mengalami
demam, dan mengalami peningkatan leukosit (leukosit : 13.820/mm3).
Nugroho, W (2014) menyebutkan bahwa penyebab penyerta dari kejang
demam dikarenakan oleh infeksi bakteri sehingga pada
penatalaksanaannya dapat dipertimbangkan dalam pemberian terapi
antibiotik.
56
Poltekkes Kemenkes Padang
Masalah keperawatan yang dapat diangkat kepada kedua partisipan
namun tidak diangkat oleh perawat ruangan adalah defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Masalah
keperawatan defesiensi didefenisikan sebagai ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan
karakteristiknya yaitu perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti
perintah, ketidakakuratan melakukan tes, perilaku tidak tepat,
pengungkapan masalah (NANDA, 2015).
Menurut asumsi peneliti diagnosa ini dapat ditegakkan pada kedua
partisipan ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi
anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit
anaknya secara medis, ibu tampak panik saat suhu tubuh anaknya
meningkat, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit
yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaimana
penatalaksanaan anak kejang demam.
Masalah keperawatan yang terdapat pada teori dan tidak ditemukan pada
partisipan 1 maupun partisipan 2 adalah resiko aspirasi berthubungan
dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan perkembangan
berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
(kejang), ketidak efektifan perfusi jaringan serebral.
Menurut analisa peneliti masalah ini tidak diangkat karena tidak ada data
yang mendukung pada kedua partisipan dan sesuai teori menyebutkan
ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur anak ketika kejang antara 6
bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15 menit, kejang bersifat umum,
kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam,
pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal, Pemeriksaan
EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan
57
Poltekkes Kemenkes Padang
kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4
kali. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh
kriteria tersebut digolongkan pada demam kompleks dan mengacu pada
epilepsi.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan pada An.R didasarkan pada tujuan
intervensi masalah keperawatan yang muncul yaitu, Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada
An.A ditemukan 3 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme, resiko infeksi berhubungan dengan faktor
resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan defesiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan
pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan hipertermi
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tujuannya
agar tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil
berdasarkan NOC yaitu : melaporkan kenyamanan suhu, berkeringat saat
panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a)
perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan
tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau
cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan
intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres
hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat
dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama
kejang, berikan obat anti kejang dengan benar,dan dokumentasikan
informasi mengenai kejang dengan benar.
58
Poltekkes Kemenkes Padang
Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
saat tinggi yaitu kompres tepid sponge, yaitu sebuah teknik kompres
hangat pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (suprati,
2008). Menurut penelitian Setiawati, (2009) rata- rata penurunan suhu
tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik
ditambah tepid sponge yaitu sebesar 0,53⁰C dalam waktu 30 menit.
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan
pada An.R kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : tekanan
darah, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit,
kelembaban membran mukosa. Rencana intervensi tersebut diantaranya :
a) manajemen cairan tindakan yang dilakukan timbang berat badan setiap
hari dan monitor status pasien, hitung atau timbang popok dengan baik ,
jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, monitor status
hidrasi, monitor tanda-tanda vital, pantau suhu dan tanda-tanda vital,
monitor warna kulit dan suhu, dorong konsumsi cairan.
Menurut analisa peneliti tindakan dalam pemenuhan kebutuhan cairan
yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat yaitu menganjurkan
pasien banyak mengkonsumsi air putih, mencatat output dan input.
Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan
pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan yaitu Rencana
asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa
ketiga defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan
anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi
sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko
tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang
tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien
dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan
teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang
59
Poltekkes Kemenkes Padang
dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e)
Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk
melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g)
pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.
4. Implementasi Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan
pada An.R dan AN.A dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada
An.R asuhan atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai
tanggal 24 Mei sampai dengan tanggal 28 Mei 2017. Sedangkan untuk
An.A tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 25 mei 2017 sampai
dengan 29 Mei 2017.
Implementasi yang dilakukan pada An.R selama 5 hari untuk sesuai
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan
tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna
kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)
memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat
jika suhu tubuh tinggi h) berikan obat anti kejang
Implementasi yang dilakukan pada An.A selama 5 hari untuk sesuai
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan
tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna
kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)
memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat
jika suhu tubuh tinggi
60
Poltekkes Kemenkes Padang
Memberikan pengobatan rumat. Setelah kejang diatasi harus disusul
pengobatan rumat. Daya kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar
antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu harus diberikan
obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan
rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas
dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
profilaksis jangka panjang Ngastiyah (2012).
Menurut asumsi peneliti implementasi pada masalah keperawatan
hipertermi pada kedua partisipan hampir sama hanya saja An.R pada
masalah hipertermi dilakukan tindakan keperawatan manajemen kejang
yaitu pemberian obat anti kejang dan terapi yang diberikan diazepam
dengan dosis diazepam 3x1,5 mg (P.O) yang diberikan sampai hari
rawatan kedua pasien. Hali ini dikarenakan suhu tubuh klien tetap tinggi
setelah diberi obat antipiretik dan dilakukan kompres. Dalam hal ini
diazepam yang diberikan berfungsi sebagai terapi rumatan untuk
pencegahan kejang berulang.
Implementasi pada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kegagalan mekanisme regulasi telah dilakukan tindakan a)
timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien b) hitung atau
timbang popok dengan baik c) jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output d) monitor status hidrasi e) monitor tanda-tanda vital f)
pantau suhu dan tanda-tanda vital g) monitor warna kulit dan suhu h)
dorong konsumsi cairan i) lembabkan bibir dan mukosa hidung yang
kering.
Menurut analisa peneliti salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan cairan pada anak yaitu dengan pemasangan infus.
Cairan yang digunakan berupa KaEN 1 B , yang bisa digunakan untuk
menggantikan cairan yang hilang pada pasien anak dengan masalah
demam, dehidrasi.
61
Poltekkes Kemenkes Padang
Implementasi pada masalah keperawatan defesiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi telah dilakukan tindakan (a)
pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami
perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga
dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal
maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi
untuk perilaku sehat, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan
manajemen kejang pada keluarga.
Orang tua dan keluarga perlu diberikan penjelasan tentang kejang demam
yang terjadi pada anaknya, kecemasan dikurangi dengan cara
memberitahukan bahwa kejang demam umumnya tidak berat, perlu
penanganan yang tepat saat anak kejang, dan perlu diberitahukanb bahwa
kejang demam sederhana tidak membuat anak menjadi keterlambatan
perkembangan otak atau kesulitan sekolah. Kejang demam yang
berlangsung kurang dari 30 menit tidak merusak otak. Keluarga juga
perlu diberitahukan kemungkinan adanya kejang berulang. Resiko
terjadinya kejang demam pada kejadian kejang pertama kali ialah 33%
memiliki faktor resiko terjadi berulang terutama pada anak usia muda
(Darmadi, dkk, 2012).
5. Evaluasi keperawatan
Hasil penelitian An.R (selama 4 hari dirumah sakit dan 1 hari kunjungan
rumah) dan pada An.A (selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan
rumah). Didapatkan evaluasi keperawatan pada kedua partisipan tidaklah
sama untuk masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme, pada An.R didapatkan data subjektif pada hari pertama dan
sampai hari ke-3 ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan badan
anak teraba hangat dan gelisah. Sedangkan pada hari ke-4 suhu tubuh
anak sudah normal, namun pada hari kelima anak sempat demam lagi.
Sedangkan data objektif yang ditemukan pengukuran suhu anak pada hari
pertama 38,3⁰C, sedangkan pada hari ke-4 suhu anak sudah kembali
62
Poltekkes Kemenkes Padang
normal yaitu 37,4⁰C dan batuk sudah tidak ada lagi. Masalah teratasi dan
intervensi dilanjutkan. Pada An.A didapatkan hasil evaluasi data subjektif
pada hari pertama ibu mengatakan anak masih demam, kejang sudah tidak
ada, data objektif suhu 38,8⁰C. Pada hari ke tiga suhu tubuh partisipan 2
sudah kembali normal. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak berumur 1-10 tahun yang
dirujuk ke unit gawatdarurat pediatrik. Sebagian besar hipertermia
berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemik. Oleh karena itu hipertermia harus ditangani dengan benar. Dari
segi usia juga mempengaruhi terjadinya hipertermia, usia sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga
memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Semakin muda usia
anak maka akan rentan mengalami hipertermia (Maling.B,dkk, 2012).
Menurut analisa peneliti masalah hipertermia ini muncul pada An.R dan
An.A karena pada kedua anak sudah terjadi infeksi didalam tubuhnya.
Meningkatnya suhu tubuh merupakan respon dari tubuh terhadap proses
peradangan yang terjadi didalam tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah kekurangan
volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang
terjadi pada An.R ditemukan data subjektif: ibu mengatakan badan
anaknya tidak panas lagi, ibu mengatakan kulit anaknya tidak kering
seperti awal sakit. objektif: BB 10 gr, suhu 37,4⁰C pernafasan 33 x/mnt,
HR: 120x/mnt, mukosa bibir lembab, masalah teratasi dan intervensi
dihentikan.
Menurut analisa peneliti masalah kekurangan volume cairan pada anak
disebabkan karena anak mengalami hipertermia. Saat masalah demam
pada anak teratasi dan asupan cairan yang diberikan pada anak cukup,
63
Poltekkes Kemenkes Padang
tidak ditemukan masalah pada turgor kulit anak. Maka masalah
kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditemukan data
subjektif : ibu mengatakan sudah memahami tentang cara penangan anak
saat demam dan kejang, ibu mengatakan sudah memahami penyebab sakit
anaknya. Data objektif: ibu tampak tenang, ibu mampu mengulangi
kembali penjelasan yang diberi tahukan peneliti tentang kejang demam,
sehingga masalah teratasi dan intervensi hentikan.
Menurut analisa peneliti pemberian penkes tentang kejang demam sangat
diperlukan untuk ibu dan keluarga pada anak dengan riwayat kejang
demam. Karena usia yang rentan untuk terjadinya kejang berulang dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang penatalaksaan anak saat kejang. Hal
ini dibuktikan ibu sudah mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada
saat anak kejang dirumah dan pencegahan kejang saat anak mulai demam.
64 Poltekkes Kemenkes Padang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An.R dan An.A
berjenis kelamin laki-laki. An.R berusia 12 bulan dan An.A berusia 48 bulan.
Dirawat dengan diagnosa dengan kejang demam sederhana di Rumah Sakit
Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil pengkajian didapatkan data An.R dan An.A sama pada keluhan
utama yaitu pasien mengeluhkan demam dan mengalami kejang (±10
menit) satu kali saat dirumah. Kejang bersifat umum. Pada An.R tidak
memiliki riwayat kejang demam pada keluarganya dan An.R tidak pernah
mengalami kejang demam sebelumnya, namun saat ini ada anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan An.R mengalami ISPA. Hasil
pemeriksaan fisik ditemukan suhu 39⁰C, RR: 30x/i, HR: 112xi, mata
tampak cekung, ubun-ubun cekung, mukosa mulut kering. Sedangkan
pada An.A memiliki riwayat kejang pertama saat usia tiga tahun dan
pernah dirawat dengan penyakit yang sama. An.A memiliki riwayat
keluarga dengan kejang demam. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu
38,3⁰C, RR: 22x/i, HR: 100x/i,
2. Diagnosa keperawatan An.R ada tiga yaitu, hipertermi berhubungan
dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, dan defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan sedangkan
pada An.A ada dua diagnosa yaitu, hipertermi berhubungan dengan laju
peningkatan metabolisme, dan defesiensi pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi. Diagnosa utama pada An.R dan An.A sama
yaitu hipertermia.
3. Intervensi keperawatan yang pada direncanakan pada kedua anak dengan
masalah hipertermia yaitu a) perawatan demam, b) pengaturan suhu, c)
manajemen pengobatan.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan selam 5 hari pada masalah
hipertermia sama yang pada An.R dan An.A untuk diagnosa hipertermi
65
Poltekkes Kemenkes Padang
sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan yaitu a) memonitor suhu
dan tanda-tanda vital lainnya b) memonitor warna kulit dan suhu c)
berikan obat atau cairan d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat e)
berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan f) memonitor suhu tubuh
setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari pada diagnosa hipertermia
pada An.R a) ibu mengatakan anak tidak demam, suhu 37,5⁰C b) ibu
mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak tampak berkeringat saat
panas d) pernapasan tidak mengalami masalah atau gangguan RR: 29 x/i.
Dan pada An.A didapatkan hasil a) ibu mengatakan anak tidak demam,
suhu 36,5⁰C b) ibu mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak
tampak berkeringat saat panas d) pernapasan tidak mengalami masalah
atau gangguan RR: 20 x/i. Pada kedua partisipan masalah hipertermia
teratasi dan intervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Direktur Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua
staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan
meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.
2. Bagi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak
Bagi perawat ruangan diharapkan melakukan pengkajian lebih dalam dan
secara lengkap agar dapat mengetahui masalah-masalah yang ada dan
pada diagnosa keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama
saja, perawat lebih memperhatikan rencana yang sudah dilakukan dan
melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah
dirumuskan agar intervensi berjalan secara optimal dan
berkesinambungan.
3. Bagi instiusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan
perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu
66
Poltekkes Kemenkes Padang
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode
etik keperawatan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan
mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang
didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus
terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan
benar.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang baik pada pasien dengan kejang demam.
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health. http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm. Diakses pada 10 januari 2017
Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.
Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16 Januari 2017
Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017
Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April 2017.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika
Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia di RSUD Tugurejo Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2012-2014. (Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
Poltekkes Kemenkes Padang
Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC
Nugroho, W.W., dkk, 2014. Penyakit-penyakit yang Menyertai Kejadian Kejang Demam Anak di RSUP Dr. Kariadi Semarang. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada 15 Januari 2017
Nurindah,D, dkk (2014). Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor Alpha
Plasma Dengan Kejang Demam Sederhana Pada Anak. http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 19 Juni 2017
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodologi_Nursalam_EDISI%204-21%20NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari 2017
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Purnasiswi, S, dkk, 2008. Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam pada Anak di
Instalasi Rawat Inap Rs. Bethesda Yogyakarta, Vol.03 No. 02 Mei 2008. http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 09 Januari 2017
Putra, H.R., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Kejang Demam dengan Penanganan Kejang Demam pada Anak di Instalasi Rawat Darurat Anak (IRDA) dan Ruangan Perawatan Intensif (RIP) IRNA E RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017,
Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit
RST.TK.III Dr. Reksodiwiryo, 2016. Laporan Rekam Medik Chronic Kidney Desease. Padang: Bagian Rekam Medik
Sarah, R.E. (2016). Manajemen Kejang Demam Sederhana dengan Riwayat Kejang Demam pada Balita Usia 13 Bulan. Lampung. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta : Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016
Suprapti. (2008). Perbedaan Pengaruh Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Anak karena Infeksi di BP RSUD Djojonegoro Temanggung. http://digilib.unimus.ac.id/ diaskes pada tanggal 13 Juni 2016
Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto
Poltekkes Kemenkes Padang
Wastoro Dadiyanto, M. Heru Muryawan, Anindita S, Buku ajar IKA. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011;13
Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam. Jakarta : CV Agung Seto
Wijaya, Andra.S & Yessi,M.P. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha Medika
Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC
Poltekkes Kemenkes Padang
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
24 Mei 2017 Rabu 17.00
Rumah Sakit / Klinik/Puskesmas : Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
Ruangan : Sakura II
Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2017
No. Rekam Medik : 166356
Sumber informasi : Ibu pasien
I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA 1. IDENTITAS ANAK Nama / Panggilan An.R Tanggal lahir / Umur 24 mei 2016/ 12 bulan Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan Agama Islam Pendidikan - Anak ke / jumlah saudara 3/3 Diagnosa Medis Kejang demam sederhana 2. IDENTITAS
ORANGTUA IBU AYAH
Nama Ny.Z Tn.Z Umur 38 tahun 45 tahun Agama Islam Islam Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia Pendidikan SMP SMP Pekerjaan IRT Sopir Alamat Jalan Raya Indarung Pitameh,
Padang Jalan Raya Indarung Pitameh, Padang
3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama (Inisial)
Usia (bl/th)
Jenis Kelamin
Hub.dg KK
Pendi dikan
Status kesehatan
Ket
1 An.T 16 th Lk Anak SMP ISPA Ibu klien mengatakan An.T sudah seminggu mengalami
2 An.B 14 th Lk Anak SMP
II. RIWAYAT KESEHATAN
Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III
Poltekkes Kemenkes Padang
KELUHAN UTAMA
Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar 10 menit.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang lagi. 2. Riwayat kesehatan dahulu Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam sebelumnya. a. Prenatal Riwayat gestasi G3P3A0H3 HPHT Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v Tidak ada Perokok Ya v Tidak Alkohol Ya v Tidak b. Intranatal Tanggal persalinan 24 Mei 2016 BBL / PBL 3800 gr / 48 cm Usia gestasi saat lahir 32 mg Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji Jenis persalinan spontan alat v Sectio Caesaria (SC) Penyulit persalinan v ada, sebutkan posisi bayi lintang......................... tidak
ada c. Post natal (24 jam) APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =
Pemberian Vit K Ada
Tidak
Koord. reflek hisap dan reflek menelan
v Baik Buruk
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak ada
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Tidak
ada v Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B ISPA
Riwayat penyakit keturunan v Tidak ada
Ada, sebutkan penyakitnya:
Genogram Ket : : Laki-laki O : Perempuan ©/ : Klien /O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI BCG v Simpulan :
v lengkap sesuai usia tidak lengkap
DPT v1 v2 v3 Polio v1 v2 v3 v4 Hepatitis B v 0 v1 v2 v3 Campak v IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN Usia anak saat : 1. Berguling 2. Duduk 3. Merangkak 4. Berdiri 5. Berjalan 6. Tersenyum pertama kali pada orang tua 7. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 8. Berpakaian tanpa bantuan Hasil Penilaian Perkembangan anak dengan Denver II/ KPSP (coret salah satu) Kesimpulan :
3 bl 7 bl 8 bl 11 bl ............. bl ............. bl 8 bl kata yang d ucapkan maa ............. bl An. R tidak mengalami keterlambatan perkembangan
V. Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal bersama klien, terdiri dari ayah, ibu, klien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok didalam maupun luar rumah. Wc klien berada didalam rumah dan memiliki septictank berjarak 2 m dari rumah pasien. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum keluarga adalah air galon.
VI. PENGKAJIAN KHUSUS A. ANAK 1) Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran v CM Apatis Soporus Somnolen Coma
Poltekkes Kemenkes Padang
GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15 b. Tanda Vital Suhu : 39 oC RR : 33 x/m HR : 112 x/m TD : mmHg
c. Posture BB : 10 kg PB/TB : 75 cm
d. Kepala
Bentuk : v Normal Makrocepal Mikrocepal Hidrocepal Kebersihan : v Bersih Kotor Lingkar kepala : 45 cm Fontanel anterior : v Ada tidak Fontanel posterior : v menutup belum Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............ v tidak ada Data lain : fontanel cekung
e. Mata v Simetris Tidak simetris Menonjol Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v tidak Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema tidak Pupil : v isokor anisokor Data lain : mata cekung
f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak Kebersihan : v Bersih Kotor
g. Mulut
Warna bibir, lidah, palatum : merah Gigi : _____________ Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak
h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris Kebersihan : v Bersih Kotor Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : v ada tidak ada j. Dada - Toraks Inspeksi
: tidak terlihat adanya retraksi dinding dada
Auskultasi
: vesikuler
Palpasi : vremitus kir – kanan sama
Perkusi
:
Lingkar dada : 45 cm - Jantung Inspeksi
: cordis tidak terlihat
Auskultasi : irama teratur/regular.
Palpasi
: teraba di RIC 4 midklafikula
k. Abdomen Inspeksi
: tidak tampak tonjolan dan terdapat luka
Auskultasi
: bising usus normal
Poltekkes Kemenkes Padang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi
: tympani.
Lingkar perut : cm l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat
Kelembaban: Lembab v Kering Warna: v Merah muda Pucat
m. Ekstremitas Atas
Lingkar lengan atas : cm Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk Data lain yang ditemukan
n. Ekstremitas Bawah
capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema tidak ada
o. Genitalia dan anus
Laki-laki Bentuk : v Normal Tidak Ukuran penis : v Normal Tidak Testis : v Turun Belum
Perempuan Labia minora&mayora : Normal Tdk Kebersihan : bersih kotor Data lain :
p. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
1. Kaku kuduk 2. Kernig sign 3. Brudzinsky sign 4. Refleks babyski
: positif v negatif : positif v negatif : positif v negatif : positif v negatif
2) Temperamen dan daya adaptasi
Easy child Karakteristik santai Temperamen mudah Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi Mudah beradaptasi terhadap perubahan
( v ) ( v ) ( v ) ( v )
Difficult child Sangat aktif Peka rangsang Kebiasaan yang tidak teratur Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru Sering menangis
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Slow-to-warm up child Reaksi negatif terhadap stimulus baru Lambat beradaptasi Tidak aktif
( ) ( ) ( )
3) Kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi dan cairan ASI PASI v ASI + PASI
> 6 bl : Makanan yang diberikan : Jenis : nasi tim Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari Pola makan : teratur v tidak teratur Minum : Jenis : Air putih + ASI
b. Istirahat dan tidur
Siang Pola tidur : teratur v tidak teratur
Malam Pola tidur : v teratur tidak teratur Jumlah jam : tidur 8 jam/hari
Poltekkes Kemenkes Padang
Jumlah jam tidur 3 jam/hari Masalah : tidak ada masalah
Masalah : tidak ada masalah
c. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning Masalah : tidak ditemukan masalah
BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat Konsistensi : padat Masalah : tidak ditemukan masalah
Bayi mengunakan diapers : v ya tidak Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak
d. Personal higiene Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi : x/hr
e. Aktivitas bermain sendiri v saudara/teman dalam rumah luar rumah f. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur VI. DATA PENUNJANG Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %).
Terapi medis
Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
Perawat Yang Melakukan Pengkajian
(___________________________)
Desi Regina Putri
Analisa Data
Tabel. 1.1 Analisa Data
NO. DATA PENYEBAB MASALAH 1. DS:
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. Ibu mengatakan anaknya batuk 3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah
DO: 1. Anak tampak gelisah 2. Nadi: 112 x/ menit 3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit 4. Leukosit 12.870/mm3 5. Tonsil hiperemis
Peningkatan laju metabolisme
hipertermi
2. DS: 1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. ibu mengatakan anak sering haus
DO: 1. tonsil hiperemis 2. mata tampak cekung 3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg 4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering 6. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i
Kegagalan mekanisme regulasi
Kekurangan volume cairan
3. DS: 1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini 2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis
DO:
Kurang informasi Defesiensi pengetahuan
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Ibu tampak cemas dan gelisah 2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang kondisi
sakit anaknya
2. Diagnosa keperawatan Tabel. 2.1
Diagnosa keperawatan
No Diagnosa keperawatan Ditemukan masalah Dipecahkan masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf 1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
24 Mei 2017 24 Mei 2017
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
24 Mei 2017 24 Mei 2017
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017
3. Intervensi keperawatan
Tabel. 3.1
Intervensi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang
No Diagnosa keperawatan
NOC NIC
1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
b. Termoregulasi Kriteria hasil : 7) Merasa merinding saat dingin 8) Berkeringat saat panas 9) Tingkat pernapasan 10) Melaporkan kenyamanan suhu 11) Perubahan warna kulit 12) Sakit kepala
Perawatan demam 11. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya 12. Monitor warna kulit dan suhu 13. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
yang tak di rasakan 14. Beri obat atau cairan IV 15. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan 16. Dorong konsumsi cairan 17. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan 18. Berikan oksigen yang sesuai 19. Tingkatkan sirkulasi udara 20. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.
Pengaturan suhu 5. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan 6. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia 7. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat 8. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan 3. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep
dan/atau protokol 4. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.
Manajemen kejang
Poltekkes Kemenkes Padang
7. Pertahankan jalan nafas 8. Balikkan badan pasien ke satu sisi 9. Longgarkan pakaian 10. Tetap disisi pasien selama kejang 11. Catat lama kejang Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
a. Keseimbangan cairan Kriteria hasil :
1) Tekanan darah 2) Keseimbangan intake output dalam 24
jam 3) Berat badan stabil 4) Turgor kulit 5) Kelembaban membran mukosa 6) Serum elektrolit 7) Hematokrit 8) Edema perifer 9) Bola mata cekung dan lembek 10) Kehausan 11) Pusing.
b. Dehidrasi
Kriteria hasil : 1) Warna urine keruh 2) Fontanela cekung 3) Nadi cepat dan lambat 4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen)
Manajemen cairan
1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien 2. Hitung atau timbang popok dengan baik 3. Jaga dan catat intake dan output 4. Monitir status hidrasi 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi
cairan 6. Monitor status hemodinamik 7. Monitor tanda-tanda vital 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan 9. Berikan cairan dengan tepat 10. Tingkatkan asupan oral 11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik 12. Berikan produk-produk darah.
Manajemen elektrolit
1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit 3. Pertahankan kepatenan akses IV 4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis
level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Peningkatan suhu tubuh. 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk
7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.
Manajemen muntah
1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)
2. Posisikan untuk mencegah aspirasi 3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum
menawarkan cairan kepada pasien 4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada
muntah yang terjadi selama 30 menit.
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi
NOC :
1) Parenting performance (kinerja pengasuhan)
Kriteia hasil:
1) Kinerja pengasuhan 2) Menyediakan kebutuhan fisik anak 3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 4) Menghilangkan bahaya lingkungan 5) Berinteraksi positif dengan anak 6) Menyediakan untuk kebutuhan anak 7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia 8) Merangsang perkembangan kognitif 9) Merangsang pembangunan sosial 10) Merangsang pertumbuhan emosi 11) Merangsang pertumbuhan rohani
NIC :
Pendidikan Kesehatan
1. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat
2. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan
3. Prioritaskan kebutuhan pasien
Fasilitasi pembelajaran a. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan
untuk belajar b. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar c. Atur informasi dalam urutan yang logis d. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai
Poltekkes Kemenkes Padang
12) Merangsang pertumbuhan normal
2) Pengetahuan keselamatan diri
Kriteria hasil: (a) Menggambarkan untuk mengurangi
risiko cedera (b) Menggambarkan perilaku yang
berisiko tinggi
3) Status nutrisi Kriteria hasil:
1) Status nutrisi 2) Asupan gizi 3) Asupan makanan 4) Asupan cairan 5) Energi 6) Berat badan
pengurangan kecemasan a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan b. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi
stress c. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi d. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan
4. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Tabel. 4.1 Implementasi keperawatan
No Hari/
tanggal Diagnosa
keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
1. Rabu/ 24 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
S: - ibu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk O:
Poltekkes Kemenkes Padang
metabolisme
adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
- Pasien tampak gelisah Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
- Suhu 38,8oC, nadi 110x/i, pernapasan 35x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mengatakan badan anak
panas O:
- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,8⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
2. Kamis / 25 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan
S: - bu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk
Poltekkes Kemenkes Padang
Peningkatan laju metabolisme
3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan
5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
O: - Pasien tampak gelisah - Pasien diberi obat PCT syr 3 x
250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O), OBH syr
- Suhu 38oC, nadi 110x/i, pernapasan 33x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas
O: - BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
3. Jumat/ 26 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
S: - bu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk sudah berkurang
Poltekkes Kemenkes Padang
metabolisme
adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
O: - Pasien tampak gelisah
Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi 110x/i, pernapasan 30x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas
berkurang O:
- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 37,8⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, 2. berusaha untuk memahami perspektif
pasien dari situasi stress, 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam
menggunakan teknik relaksasi, 4. Identitafikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat,
5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang)
S: - Ibu mengatakan cemas akan
kondisi anaknya - Ibu mengatakan takut karena
panas anaknya naik turun - Ibu mengatakan takut jika anak
kejang berulang O:
- Ibu tampak cemas
Poltekkes Kemenkes Padang
yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan,
6. Prioritaskan kebutuhan pasien, 7. pengetahuan manajemen kejang pada
keluarga.
- Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam
25 Mei 2017 Kamis 18.00
Rumah Sakit /
Klinik/Puskesmas
: Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang
Ruangan : Sakura I
Tanggal Masuk RS : 25 Mei 2017
No. Rekam Medik : 166449
Sumber informasi : Ibu pasien
J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
4. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An.A
Tanggal lahir / Umur 7 November 2012/ 48 bulan
Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan
Agama Islam
Pendidikan -
Anak ke / jumlah saudara
1/-
Diagnosa Medis Kejang demam sederhana
5. IDENTITAS ORANGTUA
IBU AYAH
Nama Ny.E Tn.S
Umur 35 tahun 47 tahun
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Security
Alamat Kampung jua, padang Kampung jua, padang
6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH
No Nama
(Inisial) Usia
(bl/th) Jenis
Kelamin Hub.dg
KK Pendi dikan
Status kesehatan
Ket
Ny.E 35
tahun
PR istri SMA
III. RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit
Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A
Poltekkes Kemenkes Padang
demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10
menit, serta muntah ± 5 kali.
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu mengatakan
panas badan anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan malas
minum air putih. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu
mengatakan anak muntah saat makan. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit)
pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar
kembali. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada mengalami kejang lagi.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan An.A sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan penyakit yang
sama, yaitu kejang demam. Ibu mengatakan ada anggota keluarga dari ayah An.A yang
juga mempunyai riwayat kejang demam.
d. Prenatal
Riwayat gestasi G1P1A0H1
HPHT
Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll
Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah
Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada
Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif
Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil
Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v Tidak ada
Perokok Ya v Tidak
Alkohol Ya v Tidak
e. Intranatal
Tanggal persalinan 7 November 2012
BBL / PBL 3400 gr / 48 cm
Usia gestasi saat lahir 32 mg
Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah
Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji
Jenis persalinan v spontan alat Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, sebutkan......................... v tidak ada f. Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =
Pemberian Vit K Ada
Tidak
Koord. reflek hisap dan reflek menelan
v Baik Buruk
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak
BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak
Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak ada
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit v Tidak
ada Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B ISPA
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
v Ada, sebutkan penyakitnya:
Genogram Ket :
: Laki-laki O : Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG v Simpulan : v lengkap sesuai usia
tidak lengkap
DPT v1 v2 v3
Polio v1 v2 v3 v4
Hepatitis B v 0 v1 v2 v3
Campak v
IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Usia anak saat : 9. Berguling 10. Duduk 11. Merangkak 12. Berdiri 13. Berjalan 14. Tersenyum pertama kali pada
orang tua 15. Bicara pertama kali (satu kosa
kata) 16. Berpakaian tanpa bantuan Hasil Penilaian Perkembangan anak dengan Denver II/ KPSP (coret salah satu) Kesimpulan :
......3....... bl ......7...... bl ......8....... bl ......11... bl ......12...... bl .......4...... bl .......8...... bl kata yang d ucapkan maa.. .....36........ bl
An. R tidak mengalami keterlambatan
perkembangan
V. Lingkungan
Saat peneliti melakukan kunjungan rumah
didapatkan data ada 3 orang anggota
keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri
dari ayah, ibu, dan nenek dari An.A.
Dirumah klien memiliki ventilasi dan
penerangan yang cukup. Ayah An.A
memiliki kebiasaan merokok didalam
rumah. Diluar rumah terdapat tempat
pembakaran sampah dan septitack yang
berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum
Poltekkes Kemenkes Padang
berasal dari air galon.
VI. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
3) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran v CM Apatis Soporus Somnolen Coma
GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 38,3 oC RR : 22 x/m HR : 100 x/m TD : 100/70
mmHg
c. Posture BB : 17 kg PB/TB : cm
d. Kepala
Bentuk : v Normal Makrocepal Mikrocepal Hidrocepal
Kebersihan : v Bersih Kotor
Lingkar kepala : 49 cm
Fontanel anterior : Ada v tidak
Fontanel posterior : v menutup belum
Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............ v tidak ada
e. Mata v Simetris Tidak simetris Menonjol
Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v
tidak
Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema v
tidak
Pupil : v isokor anisokor
f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris
Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak
Kebersihan : v Bersih Kotor
g. Mulut
Warna bibir, lidah, palatum : merah Gigi : _____________
Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak Data lain : .....................................................................
h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris
Kebersihan : v Bersih Kotor
Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata
Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................ Data lain : .....................................................................
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : ada v tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi
: tidak terlihat adanya retraksi dinding dada
Auskultasi
: vesikuler
Poltekkes Kemenkes Padang
Palpasi : vremitus kir – kanan sama
Perkusi
:
- Jantung Inspeksi
: cordis tidak terlihat
Auskultasi : irama teratur/regular.
Palpasi
: teraba di RIC 4 midklafikula
k. Abdomen Inspeksi
: tidak tampak tonjolan dan terdapat luka
Auskultasi
: bising usus normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi
: tympani.
Lingkar perut
: cm
l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat
Kelembaban: Lembab v Kering
Warna: v Merah muda Pucat
Data lain : ......................................................................................
m. Ekstremitas Atas
Lingkar lengan atas : cm
Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk
n. Ekstremitas Bawah
capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema
tidak ada
o. Genitalia dan anus
Laki-laki
Bentuk : v Normal Tidak
Ukuran penis : v Normal Tidak
Testis : v Turun Belum Data lain :.....................................
Perempuan
Labia minora&mayora : Normal Tdk
Kebersihan : bersih kotor Data lain : .................................................................
p. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal
1. Kaku kuduk 2. Kernig sign 3. Brudzinsky sign 4. Refleks babyski
: positif v negatif
: positif v negatif
: positif v negatif
: positif v negatif 4) Temperamen dan
daya adaptasi
Easy child Karakteristik santai Temperamen mudah Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi Mudah beradaptasi terhadap perubahan
( v ) ( v ) ( v ) ( v )
Difficult child Sangat aktif Peka rangsang
( ) ( )
Poltekkes Kemenkes Padang
Kebiasaan yang tidak teratur Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru Sering menangis
( ) ( ) ( )
Slow-to-warm up child Reaksi negatif terhadap stimulus baru Lambat beradaptasi Tidak aktif
( ) ( ) ( )
3) Kebiasaan sehari-hari
g. Nutrisi dan cairan
ASI PASI v ASI + PASI > 6 bl : Makanan yang diberikan : Jenis : nasi lunak Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari
Pola makan : teratur v tidak teratur Minum : Jenis : Air putih Jumlah : 7 gls/ hari Masalah : tidak ditemukan masalah
h. Istirahat dan tidur
Siang
Pola tidur : v teratur tidak teratur Jumlah jam tidur 3 jam/hari Masalah : tidak ada masalah
Malam
Pola tidur : teratur v m/hari Masalah : tidak ada masalah
i. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning Masalah : tidak ditemukan masalah
BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat
Konsistensi : padat Masalah : tidak ditemukan masalah
Bayi mengunakan diapers : ya v tidak
Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak
j. Personal higiene
Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi : 1 x/hr Masalah : tidak ditemukan masalah
k. Aktivitas bermain
sendiri v saudara/teman dalam rumah luar rumah
l. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8
gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3
(normal 5.000-
10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm
3 (normal 150.000-400.000/mm
3,
Ht 31,4 % (normal 40-48 %).
Terapi medis
Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x ¼ mg, PCT syr 3 x 250 mg,
diazepam T= 9⁰C x mg, IVFD KaEN B tts/i
Perawat Yang Melakukan Pengkajian
(___________________________)
Desi Regina Putri
Analisa Data
Tabel. 1.1 Analisa Data
NO. DATA PENYEBAB MASALAH 1. DS:
1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. Ibu mengatakan anaknya batuk 3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah
DO: 1. Anak tampak gelisah 2. Nadi: 112 x/ menit 3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit 4. Leukosit 12.870/mm3 5. Tonsil hiperemis
Peningkatan laju metabolisme
hipertermi
2. DS: 1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. ibu mengatakan anak sering haus
DO: 1. tonsil hiperemis 2. mata tampak cekung 3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg 4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering 5. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i
Kegagalan mekanisme regulasi
Kekurangan volume cairan
3. DS: 1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini 2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis
DO:
Kurang informasi Defesiensi pengetahuan
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Ibu tampak cemas dan gelisah 2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang kondisi
sakit anaknya
5. Diagnosa keperawatan
Tabel. 2.1 Diagnosa keperawatan
No Diagnosa keperawatan Ditemukan masalah Dipecahkan masalah
Tanggal Paraf Tanggal Paraf 1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
24 Mei 2017 24 Mei 2017
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
24 Mei 2017 24 Mei 2017
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017
6. Intervensi keperawatan
Tabel. 3.1 Intervensi Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang
No Diagnosa
keperawatan NOC NIC
1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
c. Termoregulasi Kriteria hasil : 1) Merasa merinding saat dingin 2) Berkeringat saat panas 3) Tingkat pernapasan 4) Melaporkan kenyamanan suhu 5) Perubahan warna kulit 6) Sakit kepala
Perawatan demam 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya 2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan
yang tak di rasakan 4. Beri obat atau cairan IV 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan 6. Dorong konsumsi cairan 7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan 8. Berikan oksigen yang sesuai 9. Tingkatkan sirkulasi udara 10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.
Pengaturan suhu 1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan 2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan
hipertermia 3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.
Manajemen pengobatan 1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep
dan/atau protokol 2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.
Poltekkes Kemenkes Padang
Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan nafas 2. Balikkan badan pasien ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien selama kejang 5. Catat lama kejang Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
c. Keseimbangan cairan Kriteria hasil :
1) Tekanan darah 2) Keseimbangan intake output dalam 24
jam 3) Berat badan stabil 4) Turgor kulit 5) Kelembaban membran mukosa 6) Serum elektrolit 7) Hematokrit 8) Edema perifer 9) Bola mata cekung dan lembek 10) Kehausan 11) Pusing.
d. Dehidrasi
Kriteria hasil : 1) Warna urine keruh 2) Fontanela cekung 3) Nadi cepat dan lambat
Manajemen cairan
1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien 2. Hitung atau timbang popok dengan baik 3. Jaga dan catat intake dan output 4. Monitir status hidrasi 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi
cairan 6. Monitor status hemodinamik 7. Monitor tanda-tanda vital 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan 9. Berikan cairan dengan tepat 10. Tingkatkan asupan oral 11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makan dengan baik 12. Berikan produk-produk darah.
Manajemen elektrolit
1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit 3. Pertahankan kepatenan akses IV
Poltekkes Kemenkes Padang
4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen) 5) Peningkatan suhu tubuh.
4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis
level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk 7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.
Manajemen muntah
1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)
2. Posisikan untuk mencegah aspirasi 3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum
menawarkan cairan kepada pasien 4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada
muntah yang terjadi selama 30 menit.
3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi
NOC :
4) Parenting performance (kinerja pengasuhan)
Kriteia hasil:
1) Kinerja pengasuhan 2) Menyediakan kebutuhan fisik anak 3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 4) Menghilangkan bahaya lingkungan 5) Berinteraksi positif dengan anak 6) Menyediakan untuk kebutuhan anak
NIC :
Pendidikan Kesehatan 6. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat
meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat 7. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk
melaksanakan program kesehatan 8. Prioritaskan kebutuhan pasien
Fasilitasi pembelajaran
Poltekkes Kemenkes Padang
7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia 8) Merangsang perkembangan kognitif 9) Merangsang pembangunan sosial 10) Merangsang pertumbuhan emosi 11) Merangsang pertumbuhan rohani 12) Merangsang pertumbuhan normal
5) Pengetahuan
keselamatan diri
Kriteria hasil: (c) Menggambarkan untuk mengurangi
risiko cedera (d) Menggambarkan perilaku yang
berisiko tinggi
6) Status nutrisi Kriteria hasil:
1) Status nutrisi 2) Asupan gizi 3) Asupan makanan 4) Asupan cairan 5) Energi 6) Berat badan
e. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan untuk belajar
f. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar g. Atur informasi dalam urutan yang logis h. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai
pengurangan kecemasan
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan f. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi
stress g. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi h. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan
7. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Tabel. 4.1 Implementasi keperawatan
Poltekkes Kemenkes Padang
No Hari/ tanggal
Diagnosa keperawatan
Implementasi Evaluasi Paraf
1. Rabu/ 24 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
S: - ibu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk O:
- Pasien tampak gelisah Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).
- Suhu 38,8oC, nadi 110x/i, pernapasan 35x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1
sampai 6)
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mengatakan badan anak
panas O:
- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,8⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
Kamis / 25 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
S: - bu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk O:
- Pasien tampak gelisah - Pasien diberi obat PCT syr 3 x
250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O), OBH syr
- Suhu 38oC, nadi 110x/i, pernapasan 33x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas
O: - BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Jumat/ 26 Mei 2017
Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme
1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat
atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai
kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh
tinggi.
S: - bu mengatakan An. R masih demam
- Ibu mengatakan An. R batuk sudah berkurang
O: - Pasien tampak gelisah
Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi 110x/i, pernapasan 30x/i
- Pasien tampak gelisah
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi
1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien
2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan
catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung
S: - Ibu mengatakan An. R masih
sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas
berkurang O:
- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 37,8⁰C
A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan
Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, 2. berusaha untuk memahami perspektif
pasien dari situasi stress, 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam
S: - Ibu mengatakan cemas akan
kondisi anaknya - Ibu mengatakan takut karena
Poltekkes Kemenkes Padang
informasi menggunakan teknik relaksasi, 4. Identitafikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat,
5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan,
6. Prioritaskan kebutuhan pasien, 7. pengetahuan manajemen kejang pada
keluarga.
panas anaknya naik turun - Ibu mengatakan takut jika anak
kejang berulang O:
- Ibu tampak cemas - Ibu tampak antusias
mendengarkan penjelasan dari perawat
A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan