POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

131
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IBU DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr. REKSODIWIRYO PADANG KARYA TULIS ILMIAH DESI REGINA PUTRI 143110208 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

Transcript of POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Page 1: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IBU

DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DESI REGINA PUTRI 143110208

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2017

Page 2: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.R DAN AN.A DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IBU

DAN ANAK RUMAH SAKIT TINGKAT III Dr. REKSODIWIRYO PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan di Pendidikan Diploma III Politeknik

Kesehatan Kemenkes Padang

DESI REGINA PUTRI 143110208

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2017

Page 3: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 4: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

judul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan

Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi

D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari

bahwa, tanpa bantuan bimbingan dari ibu Ns. Zolla Amelly Ilda, S.Kep, M.Kep

selaku pembimbing I dan ibu Delima,S.Pd. M,Kes selaku pembimbing II yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Tidak lupa juga peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI

Padang.

2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Prodi

D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang.

4. Bapak dan Ibu Dosen dan Staf yang telah membantu dan memberikan

ilmu dan pendidikan untuk bekal bagi peneliti selama perkuliahan di

Jurursan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang

5. Bapak Direktur Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang yang

telah mengizinkan untuk melakukan penelitian

6. Teristimewa orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan

dukungan moral dan material.

7. Teman-teman dan rekan sejawat serta para sahabat yang selalu

memberikan semangat serta dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Page 5: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

iv

Peneliti menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran

yang membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiyah ini.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, Juni 2017

Peneliti

Page 6: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 7: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

vi Poltekkes Kemenkes RI Padang

Page 8: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Regina Putri

NIM : 143110208 Tempat/ Tanggal Lahir

: Payakumbuh/ 29 Desember 1995

Suku : Minang Status Perkawinan : Belum Kawin Agama : Islam Orang Tua : Ayah : Naswar

Ibu : Nina Kondisi Kesehatan : Baik Tinggi Badan : 148 cm Berat Badan : 48 kg

Golongan Darah : B Alamat : Jl. Bougenvil No. 33 B Kelurahan Padang tinggi,

Kec. Payakumbuh Barat, Prov. Sumatra Barat Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 TK Aisyah Bunian 2001

2 SD N 26 Bunian 2002-2008

3 SMP N 4 Payakumbuh 2008-2011

4 SMA N 3 Payakumbuh 2011-2014

5 Poltekkes Kemenkes Padang 2014-2017

Page 9: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

vii

Poltekkes Kemenkes Padang

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 DESI REGINA PUTRI “Penerapan Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Kejang Demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.Reksodiwiryo Padang Tahun 2017 “ Xii + 66 halaman, 1 gambar, 7 tabel, 12 lampiran.

ABSTRAK Masalah pada anak yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas

38ºC yaitu kejang demam. Angka kejadian penyakit kejang demam di RS Tk.III. Dr. Reksodiwiryo Padang dalam satu tahun terakhir sekitar 112 kasus kejang demam. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pasien dengan kejang demam di RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Dilakukan pada tanggal 24 Mei-29 Mei 2017 di ruang Ibu dan Anak RS TK.III Dr. Reksodiwiryo Padang . Populasi penelitian ini seluruh pasien kejang demam dengan 2 sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Instrument pengumpulan data yang digunakan format pengkajian, alat pemeriksaan fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara, dan studi dokumentasi. Rencana analisis pada penelitian ini adalah membandingkan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan pada pasien dengan teori dan penelitian terdahulu. Hasil penelitian didapatkan kedua partisipan mengalami kejang demam yang berlangsung ± 10 menit, demam, dan kejang tidak berulang. Diagnosa utama yang diangkat adalah hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme. Rencana keperawatan yaitu perawatan demam, pengaturan suhu, manajemen pengobatan. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa utama sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan.

Diasarankan dalam memberikan asuhan keperawatan perawat dapat meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional khususnya pada pasien kejang demam.

Kata Kunci : Kejang demam sederhana, asuhan keperawatan Daftar Pustaka : 32 (2006-2016)

Page 10: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

viii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................ ii i LEMBAR ORISINALITAS ......................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN .........................................................................vi ABSTRAK ................................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 A. Konsep Kasus Kejang Demam .............................................................. 7

1. Pengertian ........................................................................................ 7 2. Penyebab .......................................................................................... 7 3. Klasifikasi ........................................................................................ 8 4. Patofisiologi ..................................................................................... 9 5. WOC ............................................................................................... 11 6. Manifestasi ...................................................................................... 12 7. Respon Tubuh ................................................................................. 12 8. Penatalaksanaan .............................................................................. 13

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kejang Demam ............................. 16 1. Pengkajian ....................................................................................... 16 2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan ............................................. 21 3. Rencana Keperawatan ..................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31 A. Desain Penelitian ................................................................................. 31 B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 31 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 31 D. Alat dan Instrumen Penelitian .............................................................. 32 E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 32 F. Rencana Analisis .................................................................................. 36

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ............................. 37 A. Deskripsi Kasus ................................................................................... 37

1. Pengkajian ........................................................................................ 37 2. Diagnosa keperawatan ...................................................................... 39 3. Intervensi Keperawatan .................................................................... 41 4. Implementasi Keperawatan ............................................................... 43

Page 11: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

ix

Poltekkes Kemenkes Padang

5. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 44

B. Pembahasan Kasus ................................................................................. 47 1. Pengkajian ......................................................................................... 47 2. Diagnosa keperawatan ....................................................................... 52 3. Intervensi Keperawatan...................................................................... 57 4. Implementasi Keperawatan ................................................................ 59 5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 64 A. Kesimpulan ........................................................................................... 64 B. Saran ..................................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA

Page 12: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

x

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC .............................................................................................11

Page 13: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

xi

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penilaian Kekuatan Otot.......................................................................19

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan pada kasus kejang demam..............................21

Tabel 4.1. Pengkajian deskripsi kasus....................................................................37

Tabel 4.2. Diagnosa keperawatan.........................................................................39

Tabel 4.3. Rencana asuhan keperawatan keperawatan.........................................41

Tabel 4.4. Implementasi keperawatan...................................................................43

Tabel 4.5. Evaluasi keperawatan............................................................................44

Page 14: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

xii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1

Lampiran Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2

Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 1

Lampiran Lembar Konsultasi KTI Pembimbing 2

Lampiran. Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 1

Lampiran Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent) Partisipan 2

Lampiran Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran Surat Izin Penelitian dari Kepala RS TK. III Dr. Reksodiwiryo

Padang

Lampiran Absensi Penelitian

Lampiran Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran Dokumentasi

Page 15: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

1 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah

yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila

demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang

sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam

(Ngastiyah, 2012).

Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi

bersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu gangguan

neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak dan

menyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi pada

kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium

sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan

sampai 4 tahun (Ridha, 2014).

Penelitian Gunawan, dkk (2012), menyebutkan hampir 1,5 juta kejadian

kejang demam terjadi tiap tahunnya di USA, dan sebagian besar terjadi dalam

rentang usia 6 hingga 36 bulan dengan puncak pada usia 18 bulan. Angka

kejadian kejang demam bervariasi diberbagai negara. Daerah Eropa Barat dan

Amerika tercatat 2 sampai 4% angka kejadian kejang demam pertahunnya.

Sedangkan di India sebesar 5 sampai 10 % dan di Jepang 8,8%. Hampir 80%

kasus Kejang demam adalah kejang demam sederhana (kejang<15 menit,

fokal atau klonik dan akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau berulang

pada waktu 24 jam). Sedangkan 20% kasus merupakan kejang demam

komplek.

Christopher (2012), menyebutkan 2 samapai 5 % dari seluruh anak di dunia

yang berumur ≤5 tahun pernah mengalami kejang demam, lebih dari 90%

terjadi ketika anak berusia <5 tahun. Insiden tertinggi kejang demam terjadi

Page 16: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

2

Poltekkes Kemenkes Padang

pada usia dua tahun pertama (Vestergaard, 2006). Hasil penelitian prospektif

Sillanpa, dkk (2008), menyebutkan di Finlandia diperoleh insidens rate

kejang demam 6,9% pada anak usia 4 tahun.

Penelitian Kurnia (2015), menyebutkan di RSPI Puri Indah Jakarta terjadi

peningkatan angka kejang demam pada anak sebesar ± 6 kali lipat pada

Januari – Juni 2014 dibandingkan pada tahun 2008, total anak dengan kejang

demam ada sebanyak 135 anak dengan kejang demam. Gunawan, dkk (2012),

menyebutkan bahwa 100 anak kejang demam yang dirawat di RSUD

Dr.Soetomo Surabaya mengalami kejang demam pertama kalinya.

Berdasarkan kelompok usia per bulan pada awal pendataan, didapatkan rata-

rata usia saat kejang pertama adalah 16,8 bulan, terbanyak pada usia 12 bulan.

Hasil penelitian Imaduddin (2013), mengatakan kasus kejang demam yang

dirawat di bangsal anak RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Januari

2010 sampai Desember 2012 adalah 173 kasus anak dengan kejang demam.

Sedangkan dari survey awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Tingkat

III Dr. Reksodiwiryo Padang pada 13 Januari 2017 ditemukan 216 orang anak

dengan kasus kejang demam pada tahun 2014. Sedangkan dalam satu tahun

terakhir terdapat skitar 112 kasus kejang demam pada anak diruangan Ibu dan

Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

Wastoro, dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari kejang

demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple febrile

seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya

akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex febrile seizure )

biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang berulang atau lebih

dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil penelitian Kakalang, dkk

(2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis kejang demam tertinggi terjadi

pada kejang demam kompleks sebanyak 91 (60,7%), sedangkan pada kejang

demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).

Page 17: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

3

Poltekkes Kemenkes Padang

Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian besar kasus

kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2% sampai 7% dapat

berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian 0,64% sampai 0,75%.

Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan

intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Beberapa hasil penelitian

tentang penurunan tingkat intelegensi paska bangkitan kejang demam tidak

sama, 4% pasien kejang demam secara bermakna mengalami gangguan

tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Menurut Ngastiyah (2014),

gambaran klinis yang timbul saat anak mengalami kejang demam adalah

gerakan mulut dan lidah yang tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit,

dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari

terjadinya kejang demam pada anak dan balita akan mengalami penundaan

pertumbuhan jaringan otak.

Penelitian Putra, dkk (2014), mengatakan diagnosa secara dini serta

pengelolahan yang tepat sangat diperlukan untuk menghindari cacat yang

lebih parah, yang diakibatkan karena bangkitan kejang yang sering. Untuk

itu tenaga perawat dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan

tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan

keluarga. Yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

secara terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu

kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.

Christian, dkk (2015), menyebutkan ada beberapa hal penting yang harus

dimiliki seorang perawat dalam penanganan anak dengan kejang demam

diantaranya pengalaman primary survey pada anak dengan kejang demam,

pengetahuan perawat pada anak kejang demam, penanganan kejang demam

yang tepat, memahami kesulitan tindakan penanganan pada anak kejang

demam dan cara mengatasi kesulitan pada anak yang mengalami kejang

demam.

Page 18: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

4

Poltekkes Kemenkes Padang

Wong (2008), mengatakan prioritas asuhan pada keperawatan kejang demam

adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien

dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang

positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,

prognosis, dan kebutuhan penangannya.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan tanggal 11 Maret 2017 ditemukan 1

orang anak dengan diagnosa medis kejang demam kompleks dengan waktu

rawatan hari ke dua diruang ibu dan anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang. Dari hasil observasi awal tampak perawat ruangan

melakukan pengkajian pada status kesehatan pasien, dilakukan dengan cara

alloanamnesa. Sedangkan pada pemeriksaan fisik perawat ruangan cendrung

hanya melakukan pemeriksaan fisik secara umum saja pada anak.Perawat

ruangan tidak melakukan pemeriksaan refleks neurologis. Pemeriksaan fisik

yang lengkap (head to toe) dan pemeriksaan neurologis sangat diperlukan

untuk mengangkat diagnosa dan intervensi keperawatan yang tepat pada

pasien dengan kejang demam. Diagnosa keperawatan pada pasien tersebut

adalah hipertermi, ketidakefektifan pola napas dan resiko jatuh. An. M

mengalami infeksi pada saluran pernafasan, anak tampak batuk-batuk dan

sesak napas. Hasil observasi tampak perawat memberikan oksigen,

pemenuhan cairan klien dengan pemasangan infus, dan untuk mengatasi

kejang berulang perawat sudah berkolaborasi dengan dokter mengenai

sediaan obat diazepam. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat

ruangan cendrung memberikan kebutuhan fisiologis anak tanpa memberikan

kebutuhan psikologis dan sosial anak serta keluarga. Evaluasi dilakukan

dengan baik, namun pendokumentasian yang dilakukan lebih berfokus pada

shift sebelumnya, sehingga perkembangan dari kesehatan pasien kurang bisa

dinilai secara tepat.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penerapan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam di

Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang pada

tahun 2017.

Page 19: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

5

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Rumusan Masalah

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo

Padang pada tahun 2017.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo

Padang pada tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada anak dengan kejang

demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada anak

dengan kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat

III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada anak dengan

kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada anak dengan

kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada anak dengan

kasus kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III

Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017.

D. Manfaat

1. Institusi tempat penelitian

Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan

rujukan atau perbandingan bagi tenaga kesehatan terutama bagi perawat,

Page 20: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

6

Poltekkes Kemenkes Padang

khususnya mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam di Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

2. Pengembangan keilmuan

Penelitian studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pikiran dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam bagi peneliti selanjutnya. Dan juga dapat mengaplikasikan dan

menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam

menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam yang

telah dipelajari.

Page 21: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

7

7 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kasus Kejang Demam

1. Pengertian

Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang

bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas

listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,

2012).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi

(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.

Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi

pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

(Lestari,2016).

Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat

dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang

diakibatkan karena proses ekstrakranium.

2. Penyebab

Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering

disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan

infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).

Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang

demam diantaranya :

a. Faktor-faktor prinatal

b. Malformasi otak congenital

c. Faktor genetika

d. Demam

e. Gangguan metabolisme

f. Trauma

g. Neoplasma

h. Gangguan Sirkulasi

Page 22: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

8

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Klasifikasi

Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :

a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

c. Kejang bersifat umum

d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan

g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria

tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam

kompleks.

(Ngastiyah, 2012).`

Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang

demam dibagi 3 jenis, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat

pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh

yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,

umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.

Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat

seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya

sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada

pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan

disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dari otak.

b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)

biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24

jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca

bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama

dengan kejang demam sederhana.

Page 23: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

9

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat

dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan

sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.

Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks

waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang

kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka

pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan

adanya meningitis.

4. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah

menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari

permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam

keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium

(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron

tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat

keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam

dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut

potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial

membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang

terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat

diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh

dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan

Page 24: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

10

Poltekkes Kemenkes Padang

suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan

dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium

akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian

besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel

disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap

anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu

rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada

kenaikan suhu tertentu.

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya

dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung

lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya

kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak

teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya

aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian

kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron

otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah, 2012).

Page 25: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

11

7 Poltekkes Kemenkes Padang

Cairan/ sekret dijalan napas

Penyumbatan jalan napas

Epilepsi

MK: resiko keterlambatan perkembangan

Bagan 2.1

Kebutuhan O2 ↑ 20 %

Kejang Demam

MK : Hipertermia

Pireksia (demam)

Proses inflamasi

Suhu tubuh ↑

uhu tubuh ↑

Inflamasi

Infeksi diantaranya : Pneumonia Otitis Media ISK

Pelepasan muatan listrik meluas ke sel oleh neurotrasmiter

Difusi ion K+ dan Na+

Ketidakseimbangan membran sel neuron

MK: ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

↑ sirkulasi O2 di otak

uhu tubuh ↑

Kenaikan metabolisme

basal 10-15 %

Kejang > 15 mnt

Gejala sisa (hemiparis

EEG abnormal

Kejang demam simpleks

Kejang demam kompleks Apnea, keb O2 & energi u/

kontraksi otot skeletal ↑

hipoksemia

MK: Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Hipotensi, denyut jantung

tdk teratur

Hiperkapnia

MK: gangguan pertukaran gas

Sesak napas, akral dingin

Metabolisme anaerob

Asidosis

- Kejang < 15 mnt - Timbul dlm 16 jam pertama setelah muncul demam - Umur anak 6 bln- 4 thn - Kejang bersifat umum - Pemeriksan saraf normal - EEG normal - Frekuensi bangkitan kejang dlm 1 thn tdk >4 kali - Tanpa gejala sisa

MK : Resiko aspirasi

Lidah jatuh kebelakang,

MK : Ketidakefektifan pola napas

sesak

Page 26: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

12

7 Poltekkes Kemenkes Padang

5. Manifestasi

Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada

pasien dengan kejang demam diantaranya :

a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C

b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang

c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak

berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)

d. Kulit pucat dan membiru

e. Akral dingin

6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

a. Sistem Pernapasan

Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.

Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan

pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan

perifer (Brunner & Suddart, 2013).

b. Sistem Thermogulasi

Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi

sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam

terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”. Mekanisme tubuh

secara fisiologis pada anak dengan kejang demam mengalami

vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat. (Suriadi & yuliani,

2010).

c. Sistem Neurologis

Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan

otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan

otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak

kejang demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).

d. Sistem Muskulosketal

Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan

terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,

Page 27: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

13

Poltekkes Kemenkes Padang

keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan

listrik yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan

kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak.

7. Penatalaksanaan

Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa

faktor yang perlu dikerjakan yaitu:

a. Penatalaksanaan Medis

1) Memberantas kejang secepat mungkin

Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat

pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara

intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan

dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan

minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.

Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan

maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg

pada anak yang lebih besar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila

masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga

melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih

kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan

tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan

berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau

paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian

diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang

seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif

adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat

badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang

diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10 mg.

Page 28: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

14

Poltekkes Kemenkes Padang

Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status

konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena

tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan,

tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.

2) Pengobatan penunjang

Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan

penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala

sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan

agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi

vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi

jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya

diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit.

Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah

edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30

mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid

misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan

membaik.

3) Memberikan pengobatan rumat

Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja

diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah

disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik

dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat

tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua

bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan

profilaksis jangka panjang.

4) Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang

diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius

bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang

adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis

pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya

Page 29: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

15

Poltekkes Kemenkes Padang

dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan

adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

b. Penatalaksanaan keperawatan

1) Pengobatan fase akut

a) Airway

(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan

dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau

bila ada guedel lebih baik.

(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,

lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan

(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.

b) Breathing

(1) Isap lendir sampai bersih

c) Circulation

(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.

(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (

berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap

sadar).

Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi

dokter apakah perlu pemberian obat penenang.

2) Pencegahan kejang berulang

a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata

0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti

tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara

yang sama.

b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital

dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan

pengobatan rumat.

Page 30: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

16

Poltekkes Kemenkes Padang

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam

1. Pengkajian

a. Anamnesis

1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,

umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,

pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),

mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6

bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi

serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien

mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam

kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.

b) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,

nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya

tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.

c) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan

kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan

perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami

kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).

(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi

tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti

virus influenza.

(3) Riwayat nutrisi

Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan

karena mual dan muntahnya

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis

Page 31: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

17

Poltekkes Kemenkes Padang

2) TTV :

Suhu : biasanya >38,0⁰C

Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit

Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit

Nadi : biasanya >100 x/i

3) BB

Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan

berar badan yang berarti

4) Kepala

Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

5) Mata

Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva

anemis.

6) Mulut dan lidah

Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah

tampak kotor

7) Telinga

Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan

katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang

bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.

8) Hidung

Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,

bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.

9) Leher

Biasanya terjadi pembesaran KGB

10) Dada

a) Thoraks

(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada

penggunaan otot bantu pernapasan

(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama

(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan

seperti ronchi.

Page 32: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

18

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Jantung

Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis di SIC V teraba

P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri

(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea

midclavicularis kiri.

Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV

kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang

intercosta II kanan linea parasternalis kanan.

A: BJ II lebih lemah dari BJ I

11) Abdomen

biasanya lemas dan datar, kembung

12) Anus

biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak

13) Ekstermitas :

a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2

detik, akral dingin.

b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2

detik, akral dingin.

c. Penilaian tingkat kesadaran

1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya, nilai GCS: 15-14.

2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.

3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),

memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai

GCS: 11 - 10.

4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat

Page 33: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

19

Poltekkes Kemenkes Padang

pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,

mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.

5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.

6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon

terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek

muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai

GCS: ≤ 3.

d. Penilaian kekuatan otot

Tabel 2.1

Penilaian Kekuatan Otot

Respon Skala

Kekuatan otot tidak ada 0 Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1 Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2 Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3 Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi

4

Kekuatan otot normal 5 (Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)

e. Pemeriksaan penunjang

Menurut Dewi (2011) :

a) EEG(Electroencephalogram)

Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak

menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah

belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.

b) Lumbal Pungsi

Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan

kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti

kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang

demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda

meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.

Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika

Page 34: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

20

Poltekkes Kemenkes Padang

tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang

menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :

(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher )

(2) Mengalami complex partial seizure

(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit

dalam 48 jam sebelumnya)

(4) Kejang saat tiba di IGD

(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk

hingga 1 jam setelah kejang adalah normal

(6) Kejang pertama setelah usia 3 tahun

Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :

(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan

pigmen kuning santokrom.

(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal

(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-

120ml dan dewasa 130-150ml).

(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa

3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-5.8mEq/L).

c) Neuroimaging

Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-

Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang

demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan

tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,

misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala

yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.

d) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber

demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi

pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,

magnesium, atau gula darah.

Page 35: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

21

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akan muncul

a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

peningkatan sirkulasi otak

c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi

d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

ketidakseimbangan ventilasi perfusi

e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

hipoksemia

f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran

g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan

neurologis atau kejang

h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan

gangguan kejang

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2

Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam

N

o

NANDA NOC NIC

1 Hipertermia

Batasan

karakteristik

a. Apnea b. Bayi tidak dapat

mempertahankan menyusu

c. Gelisah d. Hipotensi e. Kulit

kemerahan f. Kulit terasa

hangat g. Latergi h. Kejang

a. Termoregulasi

Kriteria hasil :

1) Merasa merinding saat dingin

2) Berkeringat saat panas

3) Tingkat pernapasan 4) Melaporkan

kenyamanan suhu 5) Perubahan warna

kulit 6) Sakit kepala

Perawatan demam

1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya

2. Monitor warna kulit dan suhu

3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak di rasakan

4. Beri obat atau cairan IV

5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan

Page 36: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

22

Poltekkes Kemenkes Padang

i. Koma j. Stupor k. Takikardia l. Takipnea m. Vasodilatasi

Faktor yang berhubungan a. Peningkatan

laju metabolisme

b. Penyakit c. Sepsis

6. Dorong konsumsi cairan

7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan

8. Berikan oksigen yang sesuai

9. Tingkatkan sirkulasi udara

10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

Pengaturan suhu 1. monitor suhu paling

tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan

2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan hipertermia

3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat

4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan 1. Tentukan obat apa

yang di perlukan, dan kelola menurut resep dan/atau protokol

2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan

nafas 2. Balikkan badan pasien

ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien

selama kejang 5. Catat lama kejang 6. Monitor tingkat obat-

obatan anti epilepsi

Page 37: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

23

Poltekkes Kemenkes Padang

dengan benar.

2 Ketidakefektifan

perfusi jaringan

serebral

Faktor resiko a. Gangguan

serebrovaskuler b. penyakit

neurologis

a. Status sirkulasi 1) Tekanan darah

sistol 2) Tekanan darah

diastol 3) Tekanan nadi 4) PaO2 (tekanan

parsial oksigen dalam darah arteri)

5) PaCO2 (tekanan parial karbondioksida dalam darah arteri

6) Saturasi oksigen 7) Urine output 8) Capillary refill.

b. Status neurologi 1) Kesadaran 2) Fungsi sensorik dan

motorik kranial 3) Tekanan

intrakranial 4) Ukuran pupil 5) Pola istirahat-tidur 6) Orientasi kognitif 7) Aktivitas kejang 8) Sakit kepala.

Terapi oksigen 1. Periksa mulut, hidung,

dan sekret trakea 2. Pertahankan jalan

napas yang paten 3. Atur peralatan

oksigenasi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertahankan posisi

pasien 6. Observasi tanda-tanda

hipoventilasi 7. Monitor adanya

kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

Manajemen edema serebral 1. Monitor adanya

kebingungan, perubahan pikiran, keluhan pusing, pingsan

2. Monitor tanda-tanda vital

3. Monitor karakteristik cairan serebrospinal : warna, kejernihan,konsistensi

4. Monitor status pernapasan: frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, PaO2,PaCO2, pH, Bicarbonat

5. Catat perubahan pasien dalam berespon terhadap stimulus

6. Berikan anti kejang sesuai kebutuhan

7. Batasi cairan 8. Dorong

keluarga/orang yang penting untuk bicara pada pasien

9. Posisikan tinggi

Page 38: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

24

Poltekkes Kemenkes Padang

kepala 30o atau lebih. Monitoring peningkatan intrakranial 1. Monitor tekanan

perfusi serebral 2. Monitor jumlah, nilai

dan karakteristik pengeluaran cairan serebrispinal (CSF)

3. Monitor intake dan output

4. Monitor suhu dan jumlah leukosit

5. Periksa pasien terkait ada tidaknya gejala kaku kuduk

6. Berikan antibiotik 7. Letakkan kepala dan

leher pasien dalam posisi netral, hindari fleksi pinggang yang berlebihan

8. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral

9. Berikan agen farmakologis untuk mempertahankan TIK dalam jangkauan tertentu.

Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor tekanan

darah, nadi, suhu dan status pernapasan dengan cepat

2. Monitor kualitas dari nadi

3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan

4. Monitor pola pernapasan abnormal (misalnya, cheyne-stokes, kussmaul, biot,apneustic,ataksia

Page 39: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

25

Poltekkes Kemenkes Padang

dan bernapas berlebihan)

5. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

6. Monitor adanya cushling triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

7. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

3 Ketidakefektifan

pola napas Batasan karakteristik a. Bradipnea b. Dispnea c. Penggunaan

otot bantu penapasan

d. Penurunan kapasitas vital

e. Penurunan tekanan ekspirasi

f. Penurunan tekanan inpsirasi

g. Pernapasan bibir

h. Pernapasan cuping hidung

i. Pola nafas abnormal

j. Takipnea.

Faktor yang berhubungan

a. Cedera medula spinalis

b. Gangguan neurologis

c. Nyeri

a. Status penrnapasan : ventilasi

Kriteria hasil 1) Frekuensi pernapasan 2) Irama pernapasan 3) Kedalaman

pernapasan 4) Penggunaan otot

bantu nafas 5) Suara nafas tambahan 6) Retraksi dinding dada 7) Dispnea saat istirahat 8) Atelektasis.

b. Status pernapasan :

kepatenan jalan nafas Kriteria Hasil :

1) frekuensi pernapasan 2) pernapasan cuping

hidung 3) mendesah

Terapi oksigen 1. Bersihkan mulut,

hidung dan sekret trakea dengan tepat

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan

4. Monitor aliran oksigen 5. Periksa perangkat

pemberian oksigen secara berkala untuk memastikan bahwa kosentrasi yang telah di tentukan sedang di berikan

6. Pastikan penggantian masker oksigen/kanul nasal setiap kali perangkat diganti

7. Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis.

Monitor neurologi 1. Pantau ukuran pupil,

bentuk kesimetrisan dan reaktivitas

2. Monitor tingkat kesadaran

3. Monitor GCS 4. Monitor status

pernapasan.

Page 40: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

26

Poltekkes Kemenkes Padang

Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor TD, nadi,

suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi

tekanan darah 3. Monitor kualitas nadi 4. Monitor frekuensi dan

irama pernapasan 5. Monitor suara paru 6. Monitor pola

pernapasan abnormal 7. Monitor suhu, warna,

dan kelembapan kulit. 8. Identifikasi dari

penyebab perubahan vital sign.

4. Gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi

a. status pernafasan :

pertukaran gas

Kriteria hasil: 1) Tekanan parsial

oksigendalam daraharteri(po2)

2) Tekanan parsial oksigendalam daraharteri(pco2)

3) Saturasi oksigen 4) Keseimbanganventila

siperfusi 5) Dyspneapada saat

istirahat 6) Sianosis

a. monitor vital sign

Tindakan keperawatan:

1) Memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan,

2) Memonitor Denyut jantung

3) Memonitor suara paru-paru

4) Memonitor warna kulit

5) Meniai CRT

b. monitor pernafasan

Tindakan keperawatan:

1) Memonitortingkat, irama, kedalaman, dan respirasi

2) Memonitor gerakandada

3) Monitor bunyi pernafasan

4) Auskultasi bunyi paru 5) Memonitordyspneadan

halyang meningkatkan dan memperburuk

Page 41: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

27

Poltekkes Kemenkes Padang

5.

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

a. Cardiopulmonaly

status (Status kardiopulmonal)

Kriteria hasil : 1) Tekanan darah

sistolik 2) Tekanan darah

diastolik 3) Nadi perifer 4) Saturasi oksigen 5) Indeks kardio 6) Sianosis 7) Edema perifer 8) Kedalaman pernafasan

b. Status pernafasan 1) Menilai pernafasan 2) Irama pernafasan 3) Kedalaman pernafasan 4) Volume tidal 5) Saturasi oksigen 6) sianosis 7) Clubbing of finger 8) Gasping (terengah-

engah) c. Vital sign 1) Rentang nadi radial 2) Rentang pernafasan 3) Tekanan darah sistolik 4) Tekanan darah diastol 5) Tekanan nadi 6) Kedalaman saat

inspirasi

terapi oksigen) 1) Monitor kemampuan

pasien dalam mentoleransi kebutuhan oksigen saat makan

2) Observasi cara masuknya oksigen yang menyebabkan hipoventilalsi

3) Monitor perubahan warna kulit pasien

4) Monitor posisi pasien untuk membantu masuknya oksigen

5) Monitor keefektifan terapi oksigen

6) Memonitor penggunaan oksigen saat pasien beraktivitas

menajemen sensasi perifer 1) Memonitor perbedaan

terhadap rasa tajam,tumpul,panas atau dingin

2) Monitor adanya mati rasa,rasa geli.

3) Diskusikan tentang adanya kehilangan sensasi atau perubahan sensasi

4) Minta keluarga untuk memantau perubahan warna kulit setap hari

7.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

a. pertumbuhan

Kriteria hasil: 1) Persentil berat badan

untuk usia

Stimulasi Tumbuh Kembang 1. kaji tingkat

tumbuhkembang anak 2. ajarkan untuk

Page 42: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

28

Poltekkes Kemenkes Padang

2) Percentil berat untuk tinggi

3) Tingkatberat badan 4) Massa tubuh

(a) Penggunaandisiplin

yang sesuai usia (b) Merangsangperke

mbangan kognitif (c) Merangsangpemba

ngunan

intervensi dengan terapi rekreasi dan aktivitas

3. berikan aktivitas yang sesuai, menarik, dan dapat dilakukan oleh anak

4. Rencanakan bersama anak aktivitas dan sasaran yang memberikan kesempatan untuk keberhasilan

5. Berikan pendkes stimulasi tumbuh kembang anak pada keluarga

manajemen nutrisi 1. Kaji adanya alergi

makanan 2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

3. nutrisi yang dibutuhkan pasien.

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

6. Berikan substansi gula 7. Yakinkan diet yang

dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

8. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan

Page 43: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

29

Poltekkes Kemenkes Padang

pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

8 Resiko cidera Faktor resiko 1) Eksternal

a) Gangguan fungsi kognitif

b) Agens nosokomial

2) Internal a) Hipoksia

jaringan b) Gangguan

sensasi (akibat dari cedera medula spinalis, dll)

c) Malnutrisi.

a. Kontrol resiko Kriteria hasil : 1) Klien terbebas dari

cidera 2) Klien mampu

menjelaskan cara atau metode untuk mencegah cidera

3) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan

4) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

5) Mampu mengenali perubahan status kesehatan.

b. Kejadian jatuh 1) Jatuh dari tempat

tidur 2) Jatuh saat di

pindahkan.

Manajemen lingkungan 1. Sediakan lingkungan

yang aman untuk pasien

2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan kondisi fisik

3. Dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakir dahulu pasien

4. Memasang side rail tempat tidur

5. Menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih

6. Membatasi pengunjunng

7. Memberikan penerangan yang cukup

8. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit.

Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan

nafas 2. Balikkan badan pasien

ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien

selama kejang 5. Catat lama kejang 6. Monitor tingkat obat-

obatan anti epilepsi dengan benar.

Page 44: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

30

Poltekkes Kemenkes Padang

Pencegahan jatuh 1. Identifikasi perilaku

dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh

2. Sediakan pengawasan ketat dan /atau alat pengikatan

Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)

Page 45: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

31 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini Kualitatif, dengan desain penelitian studi kasus yang

dijabarkan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi pada masa kini, dengan bentuk penelitian studi

kasus yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit

penelitian secara intensif misalnya satu pasien, keluarga, kelompok,

komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015). Penelitian ini menggunakan studi

kasus pada asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam di Ruang

Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang diarahkan

untuk mengetahui semua variable yang berhubungan dengan masalah

penelitian dengan melakukan pengkajian secara rinci dan luas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Juni 2017. Pengambilan kasus atau

melakukan asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 24 Mei – 29 Mei

2017. Studi kasus penerapan asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Ibu

dan Anak Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak dengan kasus

kejang demam yang dirawat di Ruang Ibu dan Anak Rumah Sakit Tingkat

III Dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017. Jumlah pasien kejang

demam pada bulan Januari sampai Februari 2017 ada 14 orang. Rata – rata

hari rawat pasien dengan kejang demam ada 3 hari. Dan rata- rata usia

pasien ada 2 sampai 3 tahun.

2. Sampel

Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat, 2012).

Sampel penelitian ini adalah 2 orang anak dengan kasus kejang demam.

Page 46: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

32

Poltekkes Kemenkes Padang

Sampel dalam penelitian ini diteliti dengan teknik purposive sampling disebut

juga judgement sampling, adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antarapopulasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam,

2015).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Kriteria inklusi

1) Pasien dengan diagnosis kejang demam di Ruang Ibu dan Anak Rumah

Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang

2) Pasien dan orangtua bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi

1) Pasien dengan kejang disertai dengan penyakit lain seperti meningitis,

encephalitis, dll.

D. Alat/ Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format

pengkajian anak, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari thermometer,

timbangan, penlight, stetoskop, dan alat perlindungan diri (APD).

E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden

dan keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan

anak. Data primer dari penelitian berikut didapatkan dari hasil

wawancara observasi langsung dan pemeriksaan fisik langsung pada

responden. Data primer yang diperoleh masing- masing akan

dijelaskan sebagai berikut:

1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengkajian asuhan

keperawatan yang telah disediakan sebelumnya meliputi:

Page 47: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

33

Poltekkes Kemenkes Padang

identitas pasien dan orang tua, riwayat kesehatan, riwayat

imuisasi dan perkembangan, kebiasaan sehari- hari

2) Hasil observasi langsung berupa: pasien tampak malas makan,

pasien tampak kelelahan, pasien tampak mengalami penurunan

kesadaran, pasien tampak pucat, pasien tampak kaku dan lain-

lain

3) Pemeriksaan fisik berupa: keadaan umum, pemeriksaan tanda-

tanda vital, pemeriksaan fisik head to toe

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan status pasien. Informasi yang

diperoleh berupa data tambahan atau penunjang dalam merumuskan

diagnosa keperawatan. Data yang diperoleh biasanya berupa: data

penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang diberikan

dokter.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data pada penelitian berikut ini dilakukan dengan cara

observasi, pengukuran, wawancara mendalamatau anamnesa (pengkajian

dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan

fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak

(Sugiyono, 2014).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi

dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain

itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada

pasien, misalnya reaksi pasien setelah dan sesudah memasang

injectpam, reaksi pasien setelah diberikan obat diazepam, dan reaksi

anak setelah mengalami kejang berulang.

2. Pengukuran

Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan

metoda mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan,

Page 48: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

34

Poltekkes Kemenkes Padang

seperti melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,menghitung intake

dan output pasien, dan penilaian kekuatan otot.

3. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini

merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan

wawancara terpimpin. Meskipun dapat unsur kebebasan, tapi ada

pengarah pembicara secara tegas dan mengarah sesuai dengan

format pengkajian. Jadi wawancara ini mempunyai ciri yang

fleksibelitas (keluwesan) tapi arahnya yang jelas. Artinya,

pewawancara diberi kebebasan untuk mengolah sendri pertanyaan

sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan dan responden

secara bebas dapat memberikan informasi selengkap mungkin.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan

data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas

sehari-hari pasien.

4. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini mengunakan data

yang didapatkan dari studi dokumentasi adalah hasil laboratorium

(darah lengkap), dan pemeriksaan LCS dengan lumbal pungsi, dan

EEG.

Prosedur dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

adalah:

a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian

yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.

Page 49: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

35

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Meminta surat rekomendari ke Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang

c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Tingkat III Dr.

Reksodiwiryo Padang

d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Ibu dan Anak

Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang

e. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 2 orang pasien anak

dengan masalah kejang demam. Pemilihan sampel dilakukan

dengan teknik purposive sampling disebut adalah suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti.

f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan

tentang tujuan penelitian

g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk

dijadikan responden dalam penelitian

h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk

bertanya

i. Responden/ orang tua menandatanggani informed consent.

Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan

keperawatan dan pamit.

Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Peneliti melakukan pengkajian kepada responden/ keluarga

menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik

b. Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul pada

responden

c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang akan

diberikan kepada responden

d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada responden

e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pada responden

Page 50: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

36

Poltekkes Kemenkes Padang

f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang

telah diberikan pada responden mulai dari melakukan pengkajian

sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

F. Rencana Analisis

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua

temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan

teori keperawatan pada anak dengan kejang demam. Data yang ditemukan

saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan

objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian

menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi

keperawatan pada anak dengan kejang demam. Analisis selanjutnya

membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien

kelolaan dengan teori dan penelitian terdahulu.

Page 51: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

37 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Kasus

1. Pengkajian

Partisipan dalam penelitian ini ada 2 orang yaitu An.R (partisipan 1)

seorang laki-laki berusia 12 bulan dan An.A (partisipan 2) seorang laki-

laki berusia 48 bulan. Hasil pengkajian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Pengkajian

Partisipan 1 Partisipan 2

Riwayat Kesehatan Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar 10 menit. Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang lagi.

Riwayat Kesehatan Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10 menit, serta muntah ± 5 kali. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu mengatakan panas badan anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan malas minum air putih. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan anak muntah saat makan. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada mengalami kejang lagi. Ibu mengatakan anak pertama kali mengalami kejang pada usia 3 tahun. Pada saat kejang ibu tidak melakukan pengukuran suhu tubuh anak dirumah. Ibu mengatakan An.A

Page 52: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

38

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2

Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam sebelumnya. Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Ibu mengatakan satu minggu yang lalu ada saudara dari An.R yang menderita penyakit ISPA. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal bersama pasien, terdiri dari ayah, ibu, pasien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok didalam maupun luar rumah. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum keluarga adalah air galon. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya menghabiskan 1/5 dari porsinya. An.R lebih sering menyusu. Ny.Z mengatakan selama sakit anaknya jarang tidur siang dan susah tidur saat malam hari. Ny. Z mengatakan An.R BAK lebih dari 5 kali dengan warna pekat dan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek dan berwarna kuning. Biasanya anak bermain dengan saudaranya dan selama sakit anak hanya mandi lap. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 10 kg, TB 75 cm. Bentuk kepala normal, lingkar kepala 45cm.

sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan penyakit yang sama, yaitu kejang demam. Ibu mengatakan kondisi anak saat kejang dahulu sama dengan sekarang. Ibu mengatakan ada anggota keluarga dari ayah An.A yang juga mempunyai riwayat kejang demam. Lingkungan Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 3 orang anggota keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri dari ayah, ibu, dan nenek dari An.A. Dirumah klien memiliki ventilasi dan penerangan yang cukup. Ayah An.A memiliki kebiasaan merokok didalam rumah. Diluar rumah terdapat tempat pembakaran sampah dan septitack yang berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum berasal dari air galon. ADL Selama dirawat An.R mendapatkan makanan berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB) dan hanya menghabiskan ¼ dari porsi makannya, saat makan anak muntah sekali, konsumsi cairan 2000cc/hari. Selama dirawat anak tidur siang teratur 3 jam. Dan malam 9 jam. Ny.E mengatakan anaknya BAK ±5 x/hari dengan warna kuning jernih dan BAB 1 x/hari dengan konsistensi padat dan berwarna coklat. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil , Nadi 100 x/i, pernapasan 22x/i suhu 38,3⁰ C, dengan kesadaran compos mentis. Saat ini BB klien 17 kg, TB 125 Bentuk kepala normal, lingkar kepala 49 cm. Posisi mata klien simetris, konjungtiva tidak anemis,

Page 53: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

39

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2

fontanel cekung, Posisi mata klien simetris, tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil hiperemis, KGB teraba, turgor kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, terpasang infus pada tangan kiri, pemeriksaan tanda rangsangan meningeal negatif. Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

mukosa bibir kering, KGB tidak teraba, turgor kulit kembali cepat, kering, kulit teraba hangat, CRT kembali < 3 dtk, akral teraba hangat, terpasang infus pada tangan kiri pemeriksaan tanda rangsangan meningeal negatif. Data penunjang Hasil pemeriksaan laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,

Ht 31,4 % (normal 40-48 %). Terapi Pengobatan Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x 60mg, PCT syr 3 x 250 mg, diazepam (T=39⁰C) 3 x 2 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan terhadap An.R dan An.A

didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :

Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari studi dokumentasi : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang ditandai dengan ibu mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak

Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari studi dokumentasi : Diagnosa keperawatan pertama adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah

Page 54: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

40

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2 tampak cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami kejang satu kali, anak tampak lemah dan lesu. Diagnosa yang pertama diangkat oleh peneliti adalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang ditandai dengan ibu mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak tampak cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami kejang satu kali, anak tampak lemah dan lesu. Peneliti mengangkat diagnosa yang kedua adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 39⁰C, tonsil hiperemis, teraba KGB, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Peneliti mengangkat diagnosa yang ketiga yaitu defesiensi pengetahuan pada berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit anaknya secara medis, ibu tampak panik saat suhu tubuh anaknya meningkat, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaiman penatalaksanaan anak kejang demam.

dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 38,3⁰ C, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Diagnosa yang kedua adalah resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder ditandai dengan anak sebelumnya sudah pernah dirawat dengan penyakit yang sama, ibu mengatakan anak mudah demam, pengukuran didapatkan hasil suhu tubuh 38,3⁰C, leukosit 13.820/mm3. Diagnosa keperawatan yang diangkat peneliti : Diagnosa keperawatan pertama adalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme yang ditandai dengan ibu mengatakan anaknya gelisah dan badannya teraba hangat, ibu mengatakan panas anaknya naik turun, anak kejang satu kali, suhu tubuh anak 38⁰C, tonsil hiperemis, akral teraba hangat. Dan anak tampak gelisah. Peneliti mengangkat diagnosa yang kedua yaitu defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi yang ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit anaknya secara medis, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaiman penatalaksanaan anak kejang demam. Ibu takut anaknya mengalamigangguan perkembangan.

Page 55: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

41

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan

mengacu pada NIC dan NOC. Berikut adalah rencana asuhan

keperawatan pada kedua partisipan :

Tabel 4.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Rencana asuhan keperawatan diagnosa kekurangan volume cairan kriteria hasil berdasarkan NOC : tekanan darah, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit, kelembaban membran mukosa. Rencana intervensi tersebut diantaranya : a) manajemen cairan tindakan yang dilakukan timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien, hitung atau timbang popok dengan baik , jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, monitor status hidrasi, monitor tanda-tanda vital, pantau suhu dan tanda-tanda vital, monitor warna kulit dan suhu, dorong konsumsi cairan. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : melaporkan kenyamanan suhu, tidak terjadi kejang, berkeringat saat panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a) perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa pertama, hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : melaporkan melaporkan kenyamanan suhu, tidak terjadi kejang, berkeringat saat panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a) perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama kejang, Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa kedua, resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder kriteria hasil berdasarkan NOC : mengidentifikasi faktor Resiko infeksi, mencuci tangan, memonitor perubahan status.

Page 56: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

42

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2 antipiretik sesuai kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama kejang,

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa ketiga defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

kesehatan. Rencana intervensi diantaranya : a) kontrol infeksi tindakan yang dilakukan tingkatkan intake nutrisi yang tepat, dorong intake cairan yang sesuai, ajarkan pasien pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejal infeksi, monitor suhu tubuh dan tanda-tanda vital lainnya, ajarkan cara menghindari infeksi Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa ketiga defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing partisipan.

Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana asuhan

Page 57: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

43

Poltekkes Kemenkes Padang

keperawatan yang telah dibuat. Berikut adalah implementasi yang

dilakukan.

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Implementasi keperawatan pada diagnosa kekurangan volume cairan dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: a) timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien dengan hasil BB 10 kg dan anak tampak lemah, lesu. b) jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, ibu mengatakan anaknya merasa haus dan BAK anak lebih dari 5kali/hari dengan output 80cc, c) monitor status hidrasi dengan hasil membran mukosa tampak kering, denyut nadi normal, kesadaran normal d) monitor tanda-tanda vital dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C f) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 39⁰C g) dorong konsumsi cairan, anak tampak rajin menyusu h) lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering. Implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme, tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada An.R adalah a) monitor suhu dan tanda-tanda vital dengan hasil Nadi 112 x/i, pernapasan 35x/i suhu 39⁰C b) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 39⁰C. c) beri obat atau cairan, obat yang diberikan PCT syr 3x250 mg, dan terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat hasil yang ditemukan An.R rajin menyusui e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan obat yang

Implementasi keperawatan pada diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme, tindakan keperawatan yang dilakukan : a) monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya, dengan hasil TD 100/70 mmHg, suhu 38,3⁰ C, nadi 120 x/i, pernapasan 22x/i b) monitor warna kulit dan suhu dengan hasil kulit tampak kemerahan dan suhu 38,3⁰ C c) beri obat atau cairan PCT syr 3 x 250 mg dan terpasang IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan PCT syr 3 x 250 mg f) monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali dengan hasil 38,3⁰ C pada 2 jam pertama dan 2 jam selanjutnya 37,8⁰C g) lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi,tampak ibu sudah melakukan kompres hangat. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 2 dengan diagnosa kedua, resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder tindakan keperawatan yang dilakukan: a) tingkatkan intake nutrisi yang tepat, anak dianjurkan untuk menghabiskan diit yang diberikan b) dorong intake cairn yang sesuai, anak dianjurkan

Page 58: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

44

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2

diberikan PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O) f) monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali dengan hasil pada 2 jam pertama dan 2 jam selanjutnya 38,8⁰C g) lakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi, tampak ibu sudah melakukan kompres hangat. Implementasi keperawatan pada diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan dengan hasil terbinanya hubungan saling percaya dengan peneliti (b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress dengan hasil pasien tampak masih cemas dengan kondisi anaknya, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, keluarga sudah diajarkan teknik napas dalam (d) Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan, (e) Prioritaskan kebutuhan pasien, (f) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

Implementasi keperawatan pada diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan tindakan keperawatan yang dilakukan: (a) pendekatan yang tenang dan meyakinkan dengan hasil terbinanya hubungan saling percaya dengan peneliti (b) berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi stress dengan hasil pasien tampak masih cemas dengan kondisi anaknya, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan teknik relaksasi, keluarga sudah diajarkan teknik napas dalam (d) pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan selama 5 hari terhadap An.R

(selama 4 hari dirumah sakit dan satu hari kunjungan rumah) dan An.A

(selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan rumah), didapatkan

perkembangan pasien yaitu :

Page 59: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

45

Poltekkes Kemenkes Padang

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan

Partisipan 1 Partisipan 2

Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa kekurangan volume cairan dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak rewel dn gelisah, badan anak panas, ibu mengatakan anak kuat menyusu, dan data objektif didaptkan mata anak tampak cekung, mukosa bibir kering, tonsil hiperemis, suhu 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i. Maslah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan sampai hari ke-3. Sedangkan pada hari ke-4 ditemukan data subjektif ibu mengatakan panas anak sudah turun, data objektif didapatkan anak mukosa bibir lembab, tonsil hiperemis, badan teras hangat, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x1 mg. Masalah terasi sebagian dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak masih demam, anak batuk, anak rewel dan gelisah, dan data objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu anak 38,8⁰C, nadi 112 x/i, pernapasan 35 x/i, anak tampak rewel, leukosit 12.780 /mm3, sampai hari ke-3 suhu badan anak masih tinggi dan naik turun, anak diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, anak juga mendapat diazepam 3x1,5 mg (P.O) pemberian diazepam hanya sampai hari ke-2. dan ibu tampak sudah melakukan kompres hangat pada anaknya. Masalah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan sampai hari ke 3.

Evaluasi keperawatan pada An.A dengan diagnosa hipertermi berhubungan dengan laju peningkatan metabolisme dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan anak masih demam, anak gelisah, ibu mengatakan satu kali muntah sejak dirawat dan data objektif saat dilakukan pemeriksaan suhu anak 37,8⁰C, nadi 122 x/i, pernapasan 22 x/i, anak tampak rewel, leukosit 13.820/mm3 sampai hari ke-3 suhu badan anak masih tinggi dan naik turun, anak diberikan terapi IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, donperidon syr 3x 60 mg, IVFD KaEN 1 B 20 tts/i dan ibu tampak sudah melakukan kompres hangat pada anaknya. Masalah keperawatan belum teratasi dan Intervensi masih dilanjutkan. Pada hari ke-3 didapatkan evaluasi data subjektif ibu mengatakan anak sudah tidak demam lagi, muntah sudah tidak ada dan suhu anak 37,4⁰C. Masalah teratasi dengan kriteria hasil: melaporkan kenyamanan suhu (4), terjadi kejang, (4) berkeringat saat panas (3), dan tingkat pernapasan (5). dan intervensi dihentikan di rumah sakit. Sedangkan pada hari ke-4 saat dilakukan kunjungan rumah didapatkan data subjektif, ibu mengatakan anaknya demam lagi tadi pagi, ibu mengatakan sudah dilakukan kompres dan anak tidak kejang.

Page 60: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

46

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2 Sedangkan pada hari ke-4 didapatkan data subjektif, ibu mengatakan demam anaknya sudah mulai turun, anak sudah mau makan, dan data objektif didapatkan suhu anak 37,4⁰C, nadi 110x/i, pernapasan 32 x/i, batuk sudah hilang. Masalah keperawatan sudah teratasi sebagian intervesi dirumah sakit dihentikan. Dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5. Didapatkan data subjektif mengatakan saat dirumah badan anaknya panas lagi, ibu sudah melakukan kompres hangat dan data objektif suhu 37,3⁰C, nadi 120x/i, pernapasan 29 x/i, terapi pengobatan yang didapatkan PCT syr 3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi intervensi dilanjutkan dengan terapi obat. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu mengatakan masih belum paham dengan kondisi anaknya saat ini. Data objektif yang didapatkan ibu tampak cemas. Masalah teratasi sebagian Intervensi dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5 dengan didapatkan hasil objektif ibu mengatakan sudah paham bagaimana penangan dan pertolongan pertama saat anak kejang dirumah dan perawatan anak demam. Data objektif yang didapatkan ibu mampu mengulang kembali materi yang diberikan peneliti. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Data objektinya suhu anak 37,7⁰C, nadi 100x/i, pernapasan 22 x/i, Masalah keperawatan belum teratasi dan intervesi dilanjutkan dengan kunjungan rumah pada hari ke-5 didapatkan data subjektif mengatakan badan anaknya tidak panas lagi, dan data objektif suhu 36,5⁰C, nadi 110x/i, pernapasan 20 x/i, terapi pengobatan yang didapatkan PCT syr 3x250 mg. Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.A dengan diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif, ibu mengatakan badan anak panas, kejang sudah tidak ada, ibu mengatakan badan anaknya tampak lemah, dan data objektif didapatkan suhu 38,3⁰ C, nadi 112 x/i, pernapasan 30 x/i, leukosit 13.820/mm3. Masalah teratasi pada hari ketiga dengan dan intervensi dihentikan. Evaluasi keperawatan pada An.R dengan diagnosa defesiensi pengetahuan pada ibu berhubungan dengan kurangnya informasi dengan metoda SOAP pada hari pertama memperoleh hasil data subjektif ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, ibu mengatakan takut jika anaknya mengalami kejang lagi, ibu mengatakan masih belum paham dengan kondisi anaknya saat ini. Data objektif yang didapatkan ibu tampak cemas. Pada hari kedua

Page 61: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

47

Poltekkes Kemenkes Padang

Partisipan 1 Partisipan 2

masalah teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Pada hari keempat dan kelima dengan didapatkan hasil objektif ibu mengatakan sudah paham bagaimana penangan dan pertolongan pertama saat anak kejang dirumah dan perawatan anak demam. Data objektif yang didapatkan ibu mampu mengulang kembali materi yang diberikan peneliti. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

B. Pembahasan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada 2 orang pasien melalui

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada

bab ini peneliti akan membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan

kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus kejang demam pada

partisipan 1 yaitu, An.R dan partisipan 2 yaitu, An.A yang telah dilakukan

pengkajian pada tanggal 24-28 Mei 2017, dan telah dilakukan asuhan

keperawatan mulai tanggal 24- Mei 2017 di Ruang Ibu dan Anak Rumah

Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo Padang, yang dapat di uraikan sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An. R berusia 12 bulan

mengalami kejang demam pertama kali dan partisipan An.A berusia 48

bulan mengalami kejang demam kedua. An.R dan An.A berjenis kelamin

laki laki dan diagnosa saat dirawat adalah kejang demam simpleks.

Widagdo (2012), mengatakan bahwa anak laki-laki menunjukkan angka

kejadian kejang demam lebih sering dari anak perempuan. Salah satu dari

Page 62: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

48

Poltekkes Kemenkes Padang

kriteria kejang demam menurut Livingstone yaitu umur anak ketika

kejang antara 6 bulan - 4 tahun (Ngastiyah, 2012).

Menurut analisa peneliti ada kecenderungan pengaruh jenis kelamin

dalam kasus kejang demam. Kejang demam lebih sering terjadi pada

laki-laki daripada perempuan. Dan juga kelompok usia terjadinya kejang

demam sederhana yakni, usia 6 bulan sampai 4 tahun. Hal ini sesuai

dengan teori yang ada tentang kejang demam sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama pada An.R yaitu ibu

mengatakan anak demam sejak kemarin malam, dan juga anak

mengalami kejang (±10 menit) satu kali saat dirumah. Sedangkan pada

An.A ibu mengatakan anaknya demam sejak tadi pagi, anak muntah ± 5

kali tadi pagi dan anak mengalami kejang (±10 menit) satu kali sebelum

dibawa kerumah sakit. Saat dilakukan pengkajian pada An.R dan An.A

didapatkan data ibu mengatakan anaknya demam dan mengalami kejang

satu kali yang berlangsung ±10 menit. Saat kejang anak tidak sadar dan

sekujur tubuh kaku, setelah kejang anak kembali sadar.

Ngastiyah (2012) menyebutkan ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur

anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15

menit, kejang bersifat umum, kejang timbul dalam 16 jam pertama

setelah timbulnya demam, pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah

kejang normal, Pemeriksaan EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu

normal tidak menunjukkan kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan

dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali. Kejang demam yang tidak

memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria tersebut digolongkan

pada demam kompleks dan mengacu pada epilepsi.

Menurut Dewanto (2009) menyebutkan gambaran klinis yang dapat

dijumpai pada saat pasien kejang demam yaitu suhu tubuh mencapai >

Page 63: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

49

Poltekkes Kemenkes Padang

38⁰C, anak sering kehilangan kesadaran saat kejang, mata mendelik,

tungkai dan lengan mulai kaku, kulit pucat, akral mendingin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat kesehatan dahulu dan

keluarga pada An.R ibu mengatakan An.R tidak pernah dirawat

sebelumnya dan baru pertama kali mengalami kejang saat usia 12 bulan.

Ibu mengatakan An.R mengalami ISPA sejak 2 hari yang lalu, penyakit

ini menular dari saudaranya yang juga tinggal serumah dengan An.R

mengalami ISPA sejak 1 minggu yang lalu. Ibu mengatakan tidak ada

anggota keluarga lainnya yang juga mempunyai riwayat penyakit kejang

demam. Sedangkan pada partisipan 2, ibu mengatakan An.A pernah

dirawat sebelumnya dengan penyakit yang sama. An.A mengalami

kejang demam pertama saat berusia 36 bulan. An.A mengalami demam

sejak tadi pagi sebelum masuk rumah sakit dan tidak memiliki riwayat

penyakit ISPA, ISK, Otitis media dan penyakit infeksi lainnya. Ibu

mengatakan keluarga dari ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit

kejang demam.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lestari (2016) dan

ridha (2014) yang mengatakan bahwa demam biasa disebabkan kerena

ISPA, pneumoni, otitis media, infeksi saluran kemih, faktor genetik,

gangguan metabolisme. Kejang demam merupakan kejang yang terjadi

pada suhu tubuh diatas 38°C karena terjadi kelainan ekstrakranium. Pada

keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan

metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh

dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu

kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel

neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium

maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan

listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel

Page 64: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

50

Poltekkes Kemenkes Padang

maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”

dan terjadi kejang.

Menurut analisa peneliti penyebab kejang demam pada An.R dan An.A

kejang pada kedua partisipan sama yaitu anak mengalami demam

sebelum kejang. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

kejang demam dapat terjadi karena kenaikkan suhu tubuh yang

diakibatkan oleh proses ekstrakranium. Dan faktor resiko yang

menyebabkan An.R mengalami kejang demam diakibatkan karena ISPA

yang tertular dari saudaranya yang juga mengalami ISPA. Sedangkan

pada An.A salah satu faktor resiko yang memungkinkan terjadinya

kejang demam berulang pada An.R adalah faktor genetik (keturunan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan fisik yang telah

dilakukan pada An.R dan An.A memiliki perbedaan yaitu pada An.R

ditemukan mata cekung, KGB teraba kulit teraba hangat sedangkan pada

An.A hasil pemeriksaan pada mata normal. Suhu tubuh kedua anak

>38⁰C (An.A = 39⁰C, An.A = 38,3⁰C) Sedangkan tanda dan gejala

lainnya umumnya sama. Hasil pemeriksaan neurologis nya normal.

Suriadi & yuliani (2010), Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput

otak akan menstimulasi sel host inflamasi. Hipotalamus akan

menghasilkan “set poin”. Demam terjadi karena adanya gangguan pada

“set poin”. Mekanisme tubuh secara fisiologis pada anak dengan kejang

demam mengalami vasokontriksi perifer sehingga suhu tubuh meningkat.

Biasanya pada pemeriksaan fisik juga ditemukan tonsil hiperemis, KGB

teraba yang diakibatkan dari proses peradangan akibat dari infeksi yang

terjadi didalam tubuh.

Sarah (2016), mengatakan pasien kejang demam sederhana berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang hasilnya disesuaikan dengan

kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk

Page 65: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

51

Poltekkes Kemenkes Padang

membuat diagnosis kejang demam sederhana. Sesuai dengan anamnesis

didapatkan umur penderita <6 thn (13 bulan), kejang didahului demam,

kejang berlangsung satu kali selama 24 jam, kurang dari 5 menit, kejang

umum, tonik-klonik, kej

ang berhenti sendiri, pasien tetap sadar setelah kejang. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan suhu tubuh 38oC dan tidak ditemukan kelainan

neurologis setelah kejang.

Menurut peneliti tanda dan gejala yang ditemukan pada An.A dan An.R

dengan kejang demam sederhana (simpleks) sama dengan teori yang ada

pada hasil pemeriksaan fisik serta tanda dan gejala yang dialami kedua

anak.

Hasil pemeriksaan laboratorium pada An.R 24 Mei 2017 ditemukan Hb

11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-

10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3,

Ht 36 % (normal 40-48 %). Dan pada An.A Hasil pemeriksaan

laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8 gr/dl (normal 14-18

gr/dl), leukosit 13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit

462.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48

%).

Peningkatan leukosit disebabkan oleh peningkatan neutrofil atau

eosinofil. Bebrapa penyebab leukositosis adalah neutrofilia (infeksi akut,

inflamasi, dan nekrosis jaringan), eosinofilia (alergi, parasit), monositosis

(infeksi kronik, gangguan inflamasi). Penelitian menunjukkanbahwa

pada populasi demam dengan kejang, RNA virus mampu merangsang

leukosit menstimulasi peningkatan kadar IL-1B secara bermakna jika

dibandingkan dengan populasi demam tanpa kejang. Oleh karena itu

leukosit tidak dapat dijadikan marker untuk terjadinya kejang demam

sederhana. Leukosit yang tinggi, normal, atau rendah dapat terjadi pada

kejang demam sederhana. Hal ini sesuai bahwa factor genetic dan

Page 66: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

52

Poltekkes Kemenkes Padang

lingkungan (infeksi bakteri maupun virus) dapat berperan dalam kejang

demam sederhana (Nurindah, D, dkk, 2014).

Menurut analisa peneliti kedua partisipan sudah mengalami peningkatan

leukosit. Peningkatan leukosit dapat terjadi karena kedua partisipan

sudah memngalami infeksi, dan demam.

2. Diagnosa Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada An.R dan An.A ditemukan 3

diagnosa pada An.A yaitu Hipertermi berhubungan dengan peningkatan

laju metabolisme, kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada An.A peneliti mengangkat

2 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme dan defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi.

Diagnosa yang ditemukan pada studi dokumentasi adalah pada An.R

diangkat diagnosa yaitu, kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kegagalan mekanisme regulasi sedangkan pada An.A diangkat diagnosa

yaitu, hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan

resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan.

Menurut Suriadi dan Yulianni (2016), Lestari (2016) kemungkinan

diagnosa yang muncul pada penyakit kejang demam yaitu hipertermia

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan sirkulasi

diotak, resiko cidera berhubungan dengan gangguan sensasi, resiko

aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan

perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi.

Page 67: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

53

Poltekkes Kemenkes Padang

a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.

Pada saat melakukan pengkajian ditemukan data pada kedua

partisipan yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

(36,5⁰C -37,5⁰C), mengalami kejang sebelumnya, kulit teraba hangat,

tonsil hiperemis. Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua

partisipan, diagnosa keperawatan Hipertermi berhubungan dengan

peningkatan laju metabolisme dapat diangkat.

Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Batasan karakteristiknya yaitu konvulsi, kulit kemerahan, peningkatan

suhu tubuh diatas kisaran normal, kejang, takikardia, takipnea, kulit

terasa hangat (NANDA, 2015).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi

(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan

ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan

kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh

proses ekstrakranium (Lestari,2016).

Menurut asumsi peneliti, dari data yang ditemukan pada kedua

pasrtisipan sama yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh diatas kisaran

normal (normal 36,5⁰C - 37,5 ⁰C), mengalami kejang sebelumnya,

kulit teraba hangat, tonsil hiperemis. Sehingga diagnosa Hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dapat diangkat

untuk kedua partisipan. Karena kedua partisipan mengalami

peningkatan suhu tubuh sebelum dan setelah kejang.

b. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan mekanisme regulasi.

Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data pada An.R ibu

mengatakan badan anaknya panas naik turun, mata anak tampak

cekung, mukosa bibir kering, suhu 39⁰C, anak sebelumnya mengalami

kejang satu kali. Berdasarkan data yang diperoleh dari pertisipan

Page 68: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

54

Poltekkes Kemenkes Padang

diagnosa Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat.

Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan mekanisme regulasi. Didefenisikan sebagai

penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/ intra selular. Ini

mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan

natrium. Batasan karakteristiknya yaitu perubahan status mental,

penurunan tekanan darah, nadi, penurunan turgor kulit, penurunan

turgor lidah, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan

hematokrit, peningkatan suhu tubuh, peningkatan konsentrasi urine,

penurunan berat badan tiba-tiba, haus, dan kelemahan (NANDA,

2015).

Maling, B dkk (2012), mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan

hipertermia dapat berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan

sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang. Perawat sangat

berperan untuk mengatasi hipertermia melalui peran mandiri maupun

kolaborasi. Untuk peran mandiri perawat mengatasi hipertermia bisa

dengan melakukan kompres hangat.

Menurut asumsi peneliti, dari data yang didapatkan pada An.R ibu

mengatakan anak demam, mengalami kejang satu kali, anak merasa

haus dan data objektifnya didapatkan pengukuran suhu tubuh anak

39⁰C, mukosa bibir kering, mata anak cekung. Sehingga diagnosa

ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kegagalan mekanisme regulasi dapat diangkat untuk

mengatasi masalah pada An.R. sedangkan pada An.A data yang

ditemukan tidak seseuai dengan kriteria yang ada pada NANDA

(2015).

Page 69: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

55

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko

ketidakadekuatan.

Pada saat melakukan pengkajian pada An.A ditemukan data suhu

tubuh 38⁰C, hasil labor : b 11,8 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit

13.820/mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm3

(normal 150.000-400.000/mm3, Ht 31,4 % (normal 40-48 %)., suhu

tubuh anak naik turun.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmadi, dkk (2012)

mengatakan peranan infeksi pada sebagian besar kejang demam

adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas

reaksi demam yang terjadi. Infeksi virus paling sering ditemukan pada

kejang demam. Hal ini mungkin disebabkan karena infeksi virus

memang lebih sering menyerang pada anak. Kebanyakan penyakit

yang berhubungan dengan kejang demam disebabkan oleh infeksi

umum seperti tonsilitis, infeksi saluran pernapasan atas, otitis media.

Mekanisme penting dari infeksi virus dalam etiologi kejang demam

adalah derajat suhu demam dan ambang kejang bervariasi antara

individu.

Diagnosa Resiko infeksi resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko

ketidakadekuatan menurut peneliti tidak sesuai dengan teori yang ada

pada kemungkinan diagnosa kejang demam, dan diagnosa ini tidak bias

diangkat karena pada saat pengkajian didapatkan data anak mengalami

demam, dan mengalami peningkatan leukosit (leukosit : 13.820/mm3).

Nugroho, W (2014) menyebutkan bahwa penyebab penyerta dari kejang

demam dikarenakan oleh infeksi bakteri sehingga pada

penatalaksanaannya dapat dipertimbangkan dalam pemberian terapi

antibiotik.

Page 70: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

56

Poltekkes Kemenkes Padang

Masalah keperawatan yang dapat diangkat kepada kedua partisipan

namun tidak diangkat oleh perawat ruangan adalah defesiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Masalah

keperawatan defesiensi didefenisikan sebagai ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Batasan

karakteristiknya yaitu perilaku hiperbola, ketidakakuratan mengikuti

perintah, ketidakakuratan melakukan tes, perilaku tidak tepat,

pengungkapan masalah (NANDA, 2015).

Menurut asumsi peneliti diagnosa ini dapat ditegakkan pada kedua

partisipan ditandai dengan ibu mengatakan cemas dengan kondisi

anaknya saat ini, ibu mengatakan tidak mengerti tentang penyakit

anaknya secara medis, ibu tampak panik saat suhu tubuh anaknya

meningkat, orang tua tampak antusia saat dijelaskan tentang penyakit

yang diderita anaknya. Ibu mengatakan tidak mengetahui bagaimana

penatalaksanaan anak kejang demam.

Masalah keperawatan yang terdapat pada teori dan tidak ditemukan pada

partisipan 1 maupun partisipan 2 adalah resiko aspirasi berthubungan

dengan penurunan kesadaran, resiko keterlambatan perkembangan

berhubungan dengan gangguan kejang, gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi,

ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis

(kejang), ketidak efektifan perfusi jaringan serebral.

Menurut analisa peneliti masalah ini tidak diangkat karena tidak ada data

yang mendukung pada kedua partisipan dan sesuai teori menyebutkan

ada 7 kriteria kejang demam yaitu umur anak ketika kejang antara 6

bulan dan 4 tahun, kejang berlangsung < 15 menit, kejang bersifat umum,

kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam,

pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal, Pemeriksaan

EEG yang dilakukan 1 minggu setelah suhu normal tidak menunjukkan

Page 71: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

57

Poltekkes Kemenkes Padang

kelainan, dan frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4

kali. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh

kriteria tersebut digolongkan pada demam kompleks dan mengacu pada

epilepsi.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada An.R didasarkan pada tujuan

intervensi masalah keperawatan yang muncul yaitu, Hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi dan defesiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Sedangkan pada

An.A ditemukan 3 diagnosa Hipertermi berhubungan dengan

peningkatan laju metabolisme, resiko infeksi berhubungan dengan faktor

resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder dan defesiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan

pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan hipertermi

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme rencana tujuannya

agar tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dengan kriteria hasil

berdasarkan NOC yaitu : melaporkan kenyamanan suhu, berkeringat saat

panas, tingkat pernapasan. Rencana intervensi tersebut diantaranya a)

perawatan demam tindakan yang dapat dilakukan monitor suhu dan

tanda-tanda vital lainnya, monitor warna kulit dan suhu,beri obat atau

cairan IV b) pengaturan suhu tindakan yang dapat dilakukan, tingkatkan

intake cairan dan nutrisi adekuat, berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan, monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali, lakukan kompres

hangat jika suhu tubuh tinggi. c) manajemen kejang tindakan yang dapat

dilakukan pertahankan jalan napas, longgarkan pakaian, catat lama

kejang, berikan obat anti kejang dengan benar,dan dokumentasikan

informasi mengenai kejang dengan benar.

Page 72: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

58

Poltekkes Kemenkes Padang

Salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh

saat tinggi yaitu kompres tepid sponge, yaitu sebuah teknik kompres

hangat pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (suprati,

2008). Menurut penelitian Setiawati, (2009) rata- rata penurunan suhu

tubuh pada anak hipertermia yang mendapatkan terapi antipiretik

ditambah tepid sponge yaitu sebesar 0,53⁰C dalam waktu 30 menit.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan

pada An.R kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme regulasi dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : tekanan

darah, keseimbangan intake dan output dalam 24 jam, turgor kulit,

kelembaban membran mukosa. Rencana intervensi tersebut diantaranya :

a) manajemen cairan tindakan yang dilakukan timbang berat badan setiap

hari dan monitor status pasien, hitung atau timbang popok dengan baik ,

jaga intake/ atau asupan yang akurat dan catat output, monitor status

hidrasi, monitor tanda-tanda vital, pantau suhu dan tanda-tanda vital,

monitor warna kulit dan suhu, dorong konsumsi cairan.

Menurut analisa peneliti tindakan dalam pemenuhan kebutuhan cairan

yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat yaitu menganjurkan

pasien banyak mengkonsumsi air putih, mencatat output dan input.

Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah keperawatan

pada An.R dan An.A dengan diagnosa keperawatan yaitu Rencana

asuhan keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 dengan diagnosa

ketiga defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

dengan kriteria hasil berdasarkan NOC : (a) berinteraksi positif dengan

anak, membantu menyediakan kebutuhan fisik anak, memberikan nutrisi

sesuai kebutuhan, menggambarkan perilaku yang mengurangi resiko

tinggi. Rencana intervensi diantaranya gunakan (a) pendekatan yang

tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami perspektif pasien

dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga dalam menggunakan

teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang

Page 73: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

59

Poltekkes Kemenkes Padang

dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat, (e)

Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk

melaksanakan program kesehatan, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g)

pengetahuan manajemen kejang pada keluarga.

4. Implementasi Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan keperawatan

pada An.R dan AN.A dilaksanakan dalam waktu yang berbeda. Pada

An.R asuhan atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai

tanggal 24 Mei sampai dengan tanggal 28 Mei 2017. Sedangkan untuk

An.A tindakan keperawatan dimulai pada tanggal 25 mei 2017 sampai

dengan 29 Mei 2017.

Implementasi yang dilakukan pada An.R selama 5 hari untuk sesuai

dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan

tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna

kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan

dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)

memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat

jika suhu tubuh tinggi h) berikan obat anti kejang

Implementasi yang dilakukan pada An.A selama 5 hari untuk sesuai

dengan intervensi yang sudah direncanakan. Pada masalah hipertermia

berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme telah dilakukan

tindakan a) memonitor suhu dan tanda-tanda vital b) memonitor warna

kulit dan suhu c) memberikan obat atau cairan, d) tingkatkan intake cairan

dan nutrisi adekuat e) berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan, f)

memonitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat

jika suhu tubuh tinggi

Page 74: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

60

Poltekkes Kemenkes Padang

Memberikan pengobatan rumat. Setelah kejang diatasi harus disusul

pengobatan rumat. Daya kerja diazepan sangat singkat yaitu berkisar

antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena itu harus diberikan

obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan

rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas

dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan

profilaksis jangka panjang Ngastiyah (2012).

Menurut asumsi peneliti implementasi pada masalah keperawatan

hipertermi pada kedua partisipan hampir sama hanya saja An.R pada

masalah hipertermi dilakukan tindakan keperawatan manajemen kejang

yaitu pemberian obat anti kejang dan terapi yang diberikan diazepam

dengan dosis diazepam 3x1,5 mg (P.O) yang diberikan sampai hari

rawatan kedua pasien. Hali ini dikarenakan suhu tubuh klien tetap tinggi

setelah diberi obat antipiretik dan dilakukan kompres. Dalam hal ini

diazepam yang diberikan berfungsi sebagai terapi rumatan untuk

pencegahan kejang berulang.

Implementasi pada diagnosa kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kegagalan mekanisme regulasi telah dilakukan tindakan a)

timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien b) hitung atau

timbang popok dengan baik c) jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output d) monitor status hidrasi e) monitor tanda-tanda vital f)

pantau suhu dan tanda-tanda vital g) monitor warna kulit dan suhu h)

dorong konsumsi cairan i) lembabkan bibir dan mukosa hidung yang

kering.

Menurut analisa peneliti salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan cairan pada anak yaitu dengan pemasangan infus.

Cairan yang digunakan berupa KaEN 1 B , yang bisa digunakan untuk

menggantikan cairan yang hilang pada pasien anak dengan masalah

demam, dehidrasi.

Page 75: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

61

Poltekkes Kemenkes Padang

Implementasi pada masalah keperawatan defesiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi telah dilakukan tindakan (a)

pendekatan yang tenang dan meyakinkan,(b) berusaha untuk memahami

perspektif pasien dari situasi stress, (c) anjurkan pasien dan keluarga

dalam menggunakan teknik relaksasi, (d) Identitafikasi faktor internal

maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi

untuk perilaku sehat, (f) Prioritaskan kebutuhan pasien, (g) pengetahuan

manajemen kejang pada keluarga.

Orang tua dan keluarga perlu diberikan penjelasan tentang kejang demam

yang terjadi pada anaknya, kecemasan dikurangi dengan cara

memberitahukan bahwa kejang demam umumnya tidak berat, perlu

penanganan yang tepat saat anak kejang, dan perlu diberitahukanb bahwa

kejang demam sederhana tidak membuat anak menjadi keterlambatan

perkembangan otak atau kesulitan sekolah. Kejang demam yang

berlangsung kurang dari 30 menit tidak merusak otak. Keluarga juga

perlu diberitahukan kemungkinan adanya kejang berulang. Resiko

terjadinya kejang demam pada kejadian kejang pertama kali ialah 33%

memiliki faktor resiko terjadi berulang terutama pada anak usia muda

(Darmadi, dkk, 2012).

5. Evaluasi keperawatan

Hasil penelitian An.R (selama 4 hari dirumah sakit dan 1 hari kunjungan

rumah) dan pada An.A (selama 3 hari dirumah sakit dan 2 hari kunjungan

rumah). Didapatkan evaluasi keperawatan pada kedua partisipan tidaklah

sama untuk masalah hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju

metabolisme, pada An.R didapatkan data subjektif pada hari pertama dan

sampai hari ke-3 ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan badan

anak teraba hangat dan gelisah. Sedangkan pada hari ke-4 suhu tubuh

anak sudah normal, namun pada hari kelima anak sempat demam lagi.

Sedangkan data objektif yang ditemukan pengukuran suhu anak pada hari

pertama 38,3⁰C, sedangkan pada hari ke-4 suhu anak sudah kembali

Page 76: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

62

Poltekkes Kemenkes Padang

normal yaitu 37,4⁰C dan batuk sudah tidak ada lagi. Masalah teratasi dan

intervensi dilanjutkan. Pada An.A didapatkan hasil evaluasi data subjektif

pada hari pertama ibu mengatakan anak masih demam, kejang sudah tidak

ada, data objektif suhu 38,8⁰C. Pada hari ke tiga suhu tubuh partisipan 2

sudah kembali normal. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.

Hipertermia terjadi pada 1 dari 2000 kasus anak berumur 1-10 tahun yang

dirujuk ke unit gawatdarurat pediatrik. Sebagian besar hipertermia

berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau

sistemik. Oleh karena itu hipertermia harus ditangani dengan benar. Dari

segi usia juga mempengaruhi terjadinya hipertermia, usia sangat

mempengaruhi metabolisme tubuh akibat mekanisme hormonal sehingga

memberi efek tidak langsung terhadap suhu tubuh. Semakin muda usia

anak maka akan rentan mengalami hipertermia (Maling.B,dkk, 2012).

Menurut analisa peneliti masalah hipertermia ini muncul pada An.R dan

An.A karena pada kedua anak sudah terjadi infeksi didalam tubuhnya.

Meningkatnya suhu tubuh merupakan respon dari tubuh terhadap proses

peradangan yang terjadi didalam tubuh.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah kekurangan

volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi yang

terjadi pada An.R ditemukan data subjektif: ibu mengatakan badan

anaknya tidak panas lagi, ibu mengatakan kulit anaknya tidak kering

seperti awal sakit. objektif: BB 10 gr, suhu 37,4⁰C pernafasan 33 x/mnt,

HR: 120x/mnt, mukosa bibir lembab, masalah teratasi dan intervensi

dihentikan.

Menurut analisa peneliti masalah kekurangan volume cairan pada anak

disebabkan karena anak mengalami hipertermia. Saat masalah demam

pada anak teratasi dan asupan cairan yang diberikan pada anak cukup,

Page 77: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

63

Poltekkes Kemenkes Padang

tidak ditemukan masalah pada turgor kulit anak. Maka masalah

kekurangan volume cairan dapat teratasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada masalah defesiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditemukan data

subjektif : ibu mengatakan sudah memahami tentang cara penangan anak

saat demam dan kejang, ibu mengatakan sudah memahami penyebab sakit

anaknya. Data objektif: ibu tampak tenang, ibu mampu mengulangi

kembali penjelasan yang diberi tahukan peneliti tentang kejang demam,

sehingga masalah teratasi dan intervensi hentikan.

Menurut analisa peneliti pemberian penkes tentang kejang demam sangat

diperlukan untuk ibu dan keluarga pada anak dengan riwayat kejang

demam. Karena usia yang rentan untuk terjadinya kejang berulang dan

kurangnya pengetahuan ibu tentang penatalaksaan anak saat kejang. Hal

ini dibuktikan ibu sudah mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada

saat anak kejang dirumah dan pencegahan kejang saat anak mulai demam.

Page 78: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

64 Poltekkes Kemenkes Padang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada An.R dan An.A

berjenis kelamin laki-laki. An.R berusia 12 bulan dan An.A berusia 48 bulan.

Dirawat dengan diagnosa dengan kejang demam sederhana di Rumah Sakit

Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian didapatkan data An.R dan An.A sama pada keluhan

utama yaitu pasien mengeluhkan demam dan mengalami kejang (±10

menit) satu kali saat dirumah. Kejang bersifat umum. Pada An.R tidak

memiliki riwayat kejang demam pada keluarganya dan An.R tidak pernah

mengalami kejang demam sebelumnya, namun saat ini ada anggota

keluarga yang tinggal serumah dengan An.R mengalami ISPA. Hasil

pemeriksaan fisik ditemukan suhu 39⁰C, RR: 30x/i, HR: 112xi, mata

tampak cekung, ubun-ubun cekung, mukosa mulut kering. Sedangkan

pada An.A memiliki riwayat kejang pertama saat usia tiga tahun dan

pernah dirawat dengan penyakit yang sama. An.A memiliki riwayat

keluarga dengan kejang demam. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan suhu

38,3⁰C, RR: 22x/i, HR: 100x/i,

2. Diagnosa keperawatan An.R ada tiga yaitu, hipertermi berhubungan

dengan peningkatan laju metabolisme, kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi, dan defesiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan sedangkan

pada An.A ada dua diagnosa yaitu, hipertermi berhubungan dengan laju

peningkatan metabolisme, dan defesiensi pengetahuan berhubungan

dengan kurangnya informasi. Diagnosa utama pada An.R dan An.A sama

yaitu hipertermia.

3. Intervensi keperawatan yang pada direncanakan pada kedua anak dengan

masalah hipertermia yaitu a) perawatan demam, b) pengaturan suhu, c)

manajemen pengobatan.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan selam 5 hari pada masalah

hipertermia sama yang pada An.R dan An.A untuk diagnosa hipertermi

Page 79: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

65

Poltekkes Kemenkes Padang

sesuai dengan intervensi yang telah dirumuskan yaitu a) memonitor suhu

dan tanda-tanda vital lainnya b) memonitor warna kulit dan suhu c)

berikan obat atau cairan d) tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat e)

berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan f) memonitor suhu tubuh

setiap 2 jam sekali g) melakukan kompres hangat jika suhu tubuh tinggi.

5. Hasil evaluasi yang dilakukan selama lima hari pada diagnosa hipertermia

pada An.R a) ibu mengatakan anak tidak demam, suhu 37,5⁰C b) ibu

mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak tampak berkeringat saat

panas d) pernapasan tidak mengalami masalah atau gangguan RR: 29 x/i.

Dan pada An.A didapatkan hasil a) ibu mengatakan anak tidak demam,

suhu 36,5⁰C b) ibu mengatakan anak tidak kejang berulang c) anak

tampak berkeringat saat panas d) pernapasan tidak mengalami masalah

atau gangguan RR: 20 x/i. Pada kedua partisipan masalah hipertermia

teratasi dan intervensi dihentikan.

B. Saran

1. Bagi Direktur Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang

Melalui pimpinan diharapkan dapat memberikan motivasi kepada semua

staf agar memberikan pelayanan kepada pasien secara optimal dan

meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.

2. Bagi Ruang Rawat Inap Ibu dan Anak

Bagi perawat ruangan diharapkan melakukan pengkajian lebih dalam dan

secara lengkap agar dapat mengetahui masalah-masalah yang ada dan

pada diagnosa keperawatan yang diangkat tidak hanya masalah utama

saja, perawat lebih memperhatikan rencana yang sudah dilakukan dan

melaksanakan implementasi sesuai dengan intervensi yang sudah

dirumuskan agar intervensi berjalan secara optimal dan

berkesinambungan.

3. Bagi instiusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga terciptanya lulusan

perawat yang profesional, terampil, dan bermutu yang mampu

Page 80: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

66

Poltekkes Kemenkes Padang

memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode

etik keperawatan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian secara tepat dan

mengambil diagnosa secara tepat menurut pengkajian yang

didapatkan dan dalam melaksanakan tindakan keperawatan, harus

terlebih dahulu memahami masalah dengan baik, serta

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan

benar.

b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu

seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

yang baik pada pasien dengan kejang demam.

Page 81: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC

Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes tanggal : 07 maret 2017

Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health. http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm. Diakses pada 10 januari 2017

Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam, Lampung. . http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit

Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017

Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id. Diaskes Pada 16 Januari 2017

Kakalang, J.P, dkk, 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kondou Manado periode Januari 2014-Juni 2016. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 13 Januari 2017

Kurnia, P & Anggraeni, L.D, Rustika, 2014. Analisis Perbedaan faktor – faktor pada Kejang Demam Pertama dengan Kejang Demam Berulang pada Balita di RSPI Puri Indah Jakarta. http://download.portalgaruda.org . Diaskes pada tanggal 6 April 2017.

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Maling, dkk, (2016). Pengaruh Kompres Tepid Sponge Hangat Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Umur 1-10 Tahun dengan Hipertermia di RSUD Tugurejo Semarang. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2012-2014. (Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Page 82: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Nugroho, W.W., dkk, 2014. Penyakit-penyakit yang Menyertai Kejadian Kejang Demam Anak di RSUP Dr. Kariadi Semarang. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada 15 Januari 2017

Nurindah,D, dkk (2014). Hubungan Antara Kadar Tumor Necrosis Factor Alpha

Plasma Dengan Kejang Demam Sederhana Pada Anak. http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 19 Juni 2017

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis (edisi 4). Jakarta: Salemba Medika. Diakses dalam: http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3-2Metodologi_Nursalam_EDISI%204-21%20NOV.pdf, diakses tanggal 18 Januari 2017

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Poses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Purnasiswi, S, dkk, 2008. Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam pada Anak di

Instalasi Rawat Inap Rs. Bethesda Yogyakarta, Vol.03 No. 02 Mei 2008. http://id.portalgaruda.org. Diaskes tanggal 09 Januari 2017

Putra, H.R., dkk. 2014. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Kejang Demam dengan Penanganan Kejang Demam pada Anak di Instalasi Rawat Darurat Anak (IRDA) dan Ruangan Perawatan Intensif (RIP) IRNA E RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. http://download.portalgaruda.org. Diaskes pada tanggal 10 Januari 2017,

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit

RST.TK.III Dr. Reksodiwiryo, 2016. Laporan Rekam Medik Chronic Kidney Desease. Padang: Bagian Rekam Medik

Sarah, R.E. (2016). Manajemen Kejang Demam Sederhana dengan Riwayat Kejang Demam pada Balita Usia 13 Bulan. Lampung. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Setiawati, Tia. (2009). Pengaruh Tepid Sponge. Jakarta : Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia. http://download.portalgaruda.org. diaskes paada tanggal : 11 Juni 2016

Suprapti. (2008). Perbedaan Pengaruh Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Anak karena Infeksi di BP RSUD Djojonegoro Temanggung. http://digilib.unimus.ac.id/ diaskes pada tanggal 13 Juni 2016

Suriadi & Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto

Page 83: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Wastoro Dadiyanto, M. Heru Muryawan, Anindita S, Buku ajar IKA. Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2011;13

Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam. Jakarta : CV Agung Seto

Wijaya, Andra.S & Yessi,M.P. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep). Yogyakarta: Nuha Medika

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku Ajar Keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Page 84: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 85: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 86: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 87: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 88: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 89: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 90: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 91: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 92: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 93: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 94: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 95: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 96: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 97: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 98: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …
Page 99: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam

24 Mei 2017 Rabu 17.00

Rumah Sakit / Klinik/Puskesmas : Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang

Ruangan : Sakura II

Tanggal Masuk RS : 24 Mei 2017

No. Rekam Medik : 166356

Sumber informasi : Ibu pasien

I. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA 1. IDENTITAS ANAK Nama / Panggilan An.R Tanggal lahir / Umur 24 mei 2016/ 12 bulan Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan Agama Islam Pendidikan - Anak ke / jumlah saudara 3/3 Diagnosa Medis Kejang demam sederhana 2. IDENTITAS

ORANGTUA IBU AYAH

Nama Ny.Z Tn.Z Umur 38 tahun 45 tahun Agama Islam Islam Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia Pendidikan SMP SMP Pekerjaan IRT Sopir Alamat Jalan Raya Indarung Pitameh,

Padang Jalan Raya Indarung Pitameh, Padang

3. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

No Nama (Inisial)

Usia (bl/th)

Jenis Kelamin

Hub.dg KK

Pendi dikan

Status kesehatan

Ket

1 An.T 16 th Lk Anak SMP ISPA Ibu klien mengatakan An.T sudah seminggu mengalami

2 An.B 14 th Lk Anak SMP

II. RIWAYAT KESEHATAN

Pada tanggal 24 Mei 2017 An.R masuk melalui IGD rumah sakit TK.III

Page 100: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

KELUHAN UTAMA

Dr.Reksodiwiryo padang. Ibu pasien mengeluhkan An.R demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, An.R mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar 10 menit.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 24 Mei 2017 pukul 16.00 WIB ibu mengatakan anak demam, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini. Ibu mengatakan ini kejang pertama kali anaknya saat usia 12 bulan, Ibu mengatakan tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit) pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah, ibu mengatakan tidak memahami tentang penyakit anaknya secara medis, ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada kejang lagi. 2. Riwayat kesehatan dahulu Ibu mengatakan An.R belum pernah dirawat dirumah sakit dan mengalami kejang demam sebelumnya. a. Prenatal Riwayat gestasi G3P3A0H3 HPHT Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v Tidak ada Perokok Ya v Tidak Alkohol Ya v Tidak b. Intranatal Tanggal persalinan 24 Mei 2016 BBL / PBL 3800 gr / 48 cm Usia gestasi saat lahir 32 mg Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji Jenis persalinan spontan alat v Sectio Caesaria (SC) Penyulit persalinan v ada, sebutkan posisi bayi lintang......................... tidak

ada c. Post natal (24 jam) APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =

Pemberian Vit K Ada

Tidak

Koord. reflek hisap dan reflek menelan

v Baik Buruk

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak ada

Page 101: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit Tidak

ada v Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B ISPA

Riwayat penyakit keturunan v Tidak ada

Ada, sebutkan penyakitnya:

Genogram Ket : : Laki-laki O : Perempuan ©/ : Klien /O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah

III. RIWAYAT IMUNISASI BCG v Simpulan :

v lengkap sesuai usia tidak lengkap

DPT v1 v2 v3 Polio v1 v2 v3 v4 Hepatitis B v 0 v1 v2 v3 Campak v IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN Usia anak saat : 1. Berguling 2. Duduk 3. Merangkak 4. Berdiri 5. Berjalan 6. Tersenyum pertama kali pada orang tua 7. Bicara pertama kali (satu kosa kata) 8. Berpakaian tanpa bantuan Hasil Penilaian Perkembangan anak dengan Denver II/ KPSP (coret salah satu) Kesimpulan :

3 bl 7 bl 8 bl 11 bl ............. bl ............. bl 8 bl kata yang d ucapkan maa ............. bl An. R tidak mengalami keterlambatan perkembangan

V. Lingkungan

Saat peneliti melakukan kunjungan rumah didapatkan data ada 4 orang anggota keluarga yang tinggal bersama klien, terdiri dari ayah, ibu, klien dan 2 orang saudaranya. Dirumah Ny.Z memelihara beberapa ekor kucing. Ayah dan saudara An.R memiliki kebiasaan merokok didalam maupun luar rumah. Wc klien berada didalam rumah dan memiliki septictank berjarak 2 m dari rumah pasien. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Sumber air minum keluarga adalah air galon.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS A. ANAK 1) Pemeriksaan Fisik a. Kesadaran v CM Apatis Soporus Somnolen Coma

Page 102: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15 b. Tanda Vital Suhu : 39 oC RR : 33 x/m HR : 112 x/m TD : mmHg

c. Posture BB : 10 kg PB/TB : 75 cm

d. Kepala

Bentuk : v Normal Makrocepal Mikrocepal Hidrocepal Kebersihan : v Bersih Kotor Lingkar kepala : 45 cm Fontanel anterior : v Ada tidak Fontanel posterior : v menutup belum Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............ v tidak ada Data lain : fontanel cekung

e. Mata v Simetris Tidak simetris Menonjol Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v tidak Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema tidak Pupil : v isokor anisokor Data lain : mata cekung

f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak Kebersihan : v Bersih Kotor

g. Mulut

Warna bibir, lidah, palatum : merah Gigi : _____________ Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak

h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris Kebersihan : v Bersih Kotor Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : v ada tidak ada j. Dada - Toraks Inspeksi

: tidak terlihat adanya retraksi dinding dada

Auskultasi

: vesikuler

Palpasi : vremitus kir – kanan sama

Perkusi

:

Lingkar dada : 45 cm - Jantung Inspeksi

: cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama teratur/regular.

Palpasi

: teraba di RIC 4 midklafikula

k. Abdomen Inspeksi

: tidak tampak tonjolan dan terdapat luka

Auskultasi

: bising usus normal

Page 103: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi

: tympani.

Lingkar perut : cm l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat

Kelembaban: Lembab v Kering Warna: v Merah muda Pucat

m. Ekstremitas Atas

Lingkar lengan atas : cm Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk Data lain yang ditemukan

n. Ekstremitas Bawah

capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema tidak ada

o. Genitalia dan anus

Laki-laki Bentuk : v Normal Tidak Ukuran penis : v Normal Tidak Testis : v Turun Belum

Perempuan Labia minora&mayora : Normal Tdk Kebersihan : bersih kotor Data lain :

p. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal

1. Kaku kuduk 2. Kernig sign 3. Brudzinsky sign 4. Refleks babyski

: positif v negatif : positif v negatif : positif v negatif : positif v negatif

2) Temperamen dan daya adaptasi

Easy child Karakteristik santai Temperamen mudah Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi Mudah beradaptasi terhadap perubahan

( v ) ( v ) ( v ) ( v )

Difficult child Sangat aktif Peka rangsang Kebiasaan yang tidak teratur Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru Sering menangis

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Slow-to-warm up child Reaksi negatif terhadap stimulus baru Lambat beradaptasi Tidak aktif

( ) ( ) ( )

3) Kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi dan cairan ASI PASI v ASI + PASI

> 6 bl : Makanan yang diberikan : Jenis : nasi tim Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari Pola makan : teratur v tidak teratur Minum : Jenis : Air putih + ASI

b. Istirahat dan tidur

Siang Pola tidur : teratur v tidak teratur

Malam Pola tidur : v teratur tidak teratur Jumlah jam : tidur 8 jam/hari

Page 104: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Jumlah jam tidur 3 jam/hari Masalah : tidak ada masalah

Masalah : tidak ada masalah

c. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning Masalah : tidak ditemukan masalah

BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat Konsistensi : padat Masalah : tidak ditemukan masalah

Bayi mengunakan diapers : v ya tidak Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak

d. Personal higiene Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi : x/hr

e. Aktivitas bermain sendiri v saudara/teman dalam rumah luar rumah f. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur VI. DATA PENUNJANG Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Mei 2017 ditemukan Hb 11,9 gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 12.780 /mm3 (normal 5.000-10.000/mm3), Trombosit 180.000 /mm3 (normal 150.000-400.000/mm3, Ht 36 % (normal 40-48 %).

Terapi medis

Terapi yang diberikan, IVFD KaEN 1 B 20 tetes/i, PCT syr 3x250 mg, OBH syr 3x1 ½ sdk, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________)

Desi Regina Putri

Page 105: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Analisa Data

Tabel. 1.1 Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH 1. DS:

1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. Ibu mengatakan anaknya batuk 3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah

DO: 1. Anak tampak gelisah 2. Nadi: 112 x/ menit 3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit 4. Leukosit 12.870/mm3 5. Tonsil hiperemis

Peningkatan laju metabolisme

hipertermi

2. DS: 1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. ibu mengatakan anak sering haus

DO: 1. tonsil hiperemis 2. mata tampak cekung 3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg 4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering 6. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i

Kegagalan mekanisme regulasi

Kekurangan volume cairan

3. DS: 1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini 2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis

DO:

Kurang informasi Defesiensi pengetahuan

Page 106: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

1. Ibu tampak cemas dan gelisah 2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang kondisi

sakit anaknya

2. Diagnosa keperawatan Tabel. 2.1

Diagnosa keperawatan

No Diagnosa keperawatan Ditemukan masalah Dipecahkan masalah

Tanggal Paraf Tanggal Paraf 1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

24 Mei 2017 24 Mei 2017

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

24 Mei 2017 24 Mei 2017

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017

3. Intervensi keperawatan

Tabel. 3.1

Intervensi Keperawatan

Page 107: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

No Diagnosa keperawatan

NOC NIC

1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

b. Termoregulasi Kriteria hasil : 7) Merasa merinding saat dingin 8) Berkeringat saat panas 9) Tingkat pernapasan 10) Melaporkan kenyamanan suhu 11) Perubahan warna kulit 12) Sakit kepala

Perawatan demam 11. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya 12. Monitor warna kulit dan suhu 13. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan

yang tak di rasakan 14. Beri obat atau cairan IV 15. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan 16. Dorong konsumsi cairan 17. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan 18. Berikan oksigen yang sesuai 19. Tingkatkan sirkulasi udara 20. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

Pengaturan suhu 5. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan 6. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan

hipertermia 7. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat 8. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan 3. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep

dan/atau protokol 4. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Manajemen kejang

Page 108: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

7. Pertahankan jalan nafas 8. Balikkan badan pasien ke satu sisi 9. Longgarkan pakaian 10. Tetap disisi pasien selama kejang 11. Catat lama kejang Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

a. Keseimbangan cairan Kriteria hasil :

1) Tekanan darah 2) Keseimbangan intake output dalam 24

jam 3) Berat badan stabil 4) Turgor kulit 5) Kelembaban membran mukosa 6) Serum elektrolit 7) Hematokrit 8) Edema perifer 9) Bola mata cekung dan lembek 10) Kehausan 11) Pusing.

b. Dehidrasi

Kriteria hasil : 1) Warna urine keruh 2) Fontanela cekung 3) Nadi cepat dan lambat 4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen)

Manajemen cairan

1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien 2. Hitung atau timbang popok dengan baik 3. Jaga dan catat intake dan output 4. Monitir status hidrasi 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi

cairan 6. Monitor status hemodinamik 7. Monitor tanda-tanda vital 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan 9. Berikan cairan dengan tepat 10. Tingkatkan asupan oral 11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian

makan dengan baik 12. Berikan produk-produk darah.

Manajemen elektrolit

1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit 3. Pertahankan kepatenan akses IV 4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis

level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat

Page 109: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

1. Peningkatan suhu tubuh. 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk

7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

Manajemen muntah

1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)

2. Posisikan untuk mencegah aspirasi 3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum

menawarkan cairan kepada pasien 4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada

muntah yang terjadi selama 30 menit.

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

NOC :

1) Parenting performance (kinerja pengasuhan)

Kriteia hasil:

1) Kinerja pengasuhan 2) Menyediakan kebutuhan fisik anak 3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 4) Menghilangkan bahaya lingkungan 5) Berinteraksi positif dengan anak 6) Menyediakan untuk kebutuhan anak 7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia 8) Merangsang perkembangan kognitif 9) Merangsang pembangunan sosial 10) Merangsang pertumbuhan emosi 11) Merangsang pertumbuhan rohani

NIC :

Pendidikan Kesehatan

1. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat

2. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan

3. Prioritaskan kebutuhan pasien

Fasilitasi pembelajaran a. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan

untuk belajar b. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar c. Atur informasi dalam urutan yang logis d. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai

Page 110: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

12) Merangsang pertumbuhan normal

2) Pengetahuan keselamatan diri

Kriteria hasil: (a) Menggambarkan untuk mengurangi

risiko cedera (b) Menggambarkan perilaku yang

berisiko tinggi

3) Status nutrisi Kriteria hasil:

1) Status nutrisi 2) Asupan gizi 3) Asupan makanan 4) Asupan cairan 5) Energi 6) Berat badan

pengurangan kecemasan a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan b. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi

stress c. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi d. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan

4. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Tabel. 4.1 Implementasi keperawatan

No Hari/

tanggal Diagnosa

keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf

1. Rabu/ 24 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

S: - ibu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk O:

Page 111: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

metabolisme

adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

- Pasien tampak gelisah Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

- Suhu 38,8oC, nadi 110x/i, pernapasan 35x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1

sampai 6) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mengatakan badan anak

panas O:

- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,8⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

2. Kamis / 25 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan

S: - bu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk

Page 112: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Peningkatan laju metabolisme

3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat

4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan

5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

O: - Pasien tampak gelisah - Pasien diberi obat PCT syr 3 x

250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O), OBH syr

- Suhu 38oC, nadi 110x/i, pernapasan 33x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas

O: - BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

3. Jumat/ 26 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

S: - bu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk sudah berkurang

Page 113: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

metabolisme

adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

O: - Pasien tampak gelisah

Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi 110x/i, pernapasan 30x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas

berkurang O:

- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 37,8⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, 2. berusaha untuk memahami perspektif

pasien dari situasi stress, 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam

menggunakan teknik relaksasi, 4. Identitafikasi faktor internal maupun

eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat,

5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang)

S: - Ibu mengatakan cemas akan

kondisi anaknya - Ibu mengatakan takut karena

panas anaknya naik turun - Ibu mengatakan takut jika anak

kejang berulang O:

- Ibu tampak cemas

Page 114: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan,

6. Prioritaskan kebutuhan pasien, 7. pengetahuan manajemen kejang pada

keluarga.

- Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan

Page 115: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Waktu Pengkajian Hari Tanggal Jam

25 Mei 2017 Kamis 18.00

Rumah Sakit /

Klinik/Puskesmas

: Rumah Sakit Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang

Ruangan : Sakura I

Tanggal Masuk RS : 25 Mei 2017

No. Rekam Medik : 166449

Sumber informasi : Ibu pasien

J. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA

4. IDENTITAS ANAK

Nama / Panggilan An.A

Tanggal lahir / Umur 7 November 2012/ 48 bulan

Jenis kelamin v Laki-laki Perempuan

Agama Islam

Pendidikan -

Anak ke / jumlah saudara

1/-

Diagnosa Medis Kejang demam sederhana

5. IDENTITAS ORANGTUA

IBU AYAH

Nama Ny.E Tn.S

Umur 35 tahun 47 tahun

Agama Islam Islam

Suku bangsa Minang, Indonesia Minang, Indonesia

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan IRT Security

Alamat Kampung jua, padang Kampung jua, padang

6. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH

No Nama

(Inisial) Usia

(bl/th) Jenis

Kelamin Hub.dg

KK Pendi dikan

Status kesehatan

Ket

Ny.E 35

tahun

PR istri SMA

III. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA

Pada tanggal 25 Mei 2017 An.A masuk melalui IGD Rumah Sakit

Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Ibu pasien mengeluhkan An.A

Page 116: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

demam sejak tadi pagi dan mengalami kejang 1 kali selama ±10

menit, serta muntah ± 5 kali.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 18.00 ibu mengatakan

panas badan anaknya naik turun, ibu mengatakan anaknya tidak mau makan, dan malas

minum air putih. Ibu mengatakan cemas dengan kondisi anaknya saat ini. Ibu

mengatakan anak muntah saat makan. Ibu mengatakan anak kejang 1 kali (±10 menit)

pada saat kejang badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar

kembali. Ibu mengatakan saat dirawat anak tidak ada mengalami kejang lagi.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Ibu mengatakan An.A sudah pernah dirawat setahun yang lalu dengan penyakit yang

sama, yaitu kejang demam. Ibu mengatakan ada anggota keluarga dari ayah An.A yang

juga mempunyai riwayat kejang demam.

d. Prenatal

Riwayat gestasi G1P1A0H1

HPHT

Pemeriksaan kehamilan RS/Puskesmas v Bidan dokter dll

Frekuensi v Teratur Tidak teratur Tidak pernah

Masalah waktu hamil Ada, sebutkan............................ v Tidak ada

Sikap ibu terhadap kehamilan v Positif Negatif

Emosi ibu pada saat hamil v Stabil Labil

Obat-obatan yang digunakan Ada, sebutkan............................................... v Tidak ada

Perokok Ya v Tidak

Alkohol Ya v Tidak

e. Intranatal

Tanggal persalinan 7 November 2012

BBL / PBL 3400 gr / 48 cm

Usia gestasi saat lahir 32 mg

Tempat persalinan v Rumah Sakit Puskesmas Klinik Rumah

Penolong persalinan v Dokter Bidan/Perawat Paraji

Jenis persalinan v spontan alat Sectio Caesaria (SC)

Penyulit persalinan ada, sebutkan......................... v tidak ada f. Post natal (24 jam)

APGAR skor Menit ke-1 = Menit ke-5 =

Pemberian Vit K Ada

Tidak

Koord. reflek hisap dan reflek menelan

v Baik Buruk

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ada v tidak

BBLR : Perawatan kangguru v ada tidak

Kelainan kongenital ada, sebutkan............................................... v tidak ada

Page 117: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Anggota keluarga pernah sakit v Tidak

ada Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya : An.B ISPA

Riwayat penyakit keturunan Tidak ada

v Ada, sebutkan penyakitnya:

Genogram Ket :

: Laki-laki O : Perempuan

©/ : Klien

/O : Meninggal : Menikah ╫ : Cerai : Saudara : Tinggal serumah

III. RIWAYAT IMUNISASI

BCG v Simpulan : v lengkap sesuai usia

tidak lengkap

DPT v1 v2 v3

Polio v1 v2 v3 v4

Hepatitis B v 0 v1 v2 v3

Campak v

IV. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Usia anak saat : 9. Berguling 10. Duduk 11. Merangkak 12. Berdiri 13. Berjalan 14. Tersenyum pertama kali pada

orang tua 15. Bicara pertama kali (satu kosa

kata) 16. Berpakaian tanpa bantuan Hasil Penilaian Perkembangan anak dengan Denver II/ KPSP (coret salah satu) Kesimpulan :

......3....... bl ......7...... bl ......8....... bl ......11... bl ......12...... bl .......4...... bl .......8...... bl kata yang d ucapkan maa.. .....36........ bl

An. R tidak mengalami keterlambatan

perkembangan

V. Lingkungan

Saat peneliti melakukan kunjungan rumah

didapatkan data ada 3 orang anggota

keluarga yang tinggal bersama An.A terdiri

dari ayah, ibu, dan nenek dari An.A.

Dirumah klien memiliki ventilasi dan

penerangan yang cukup. Ayah An.A

memiliki kebiasaan merokok didalam

rumah. Diluar rumah terdapat tempat

pembakaran sampah dan septitack yang

berjarak 3 m dari rumah. Sumber air minum

Page 118: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

berasal dari air galon.

VI. PENGKAJIAN KHUSUS

A. ANAK

3) Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran v CM Apatis Soporus Somnolen Coma

GCS : E 4 M 6 V 5 Jumlah : 15

b. Tanda Vital Suhu : 38,3 oC RR : 22 x/m HR : 100 x/m TD : 100/70

mmHg

c. Posture BB : 17 kg PB/TB : cm

d. Kepala

Bentuk : v Normal Makrocepal Mikrocepal Hidrocepal

Kebersihan : v Bersih Kotor

Lingkar kepala : 49 cm

Fontanel anterior : Ada v tidak

Fontanel posterior : v menutup belum

Benjolan : ada, lokasi..........................ukuran ............ v tidak ada

e. Mata v Simetris Tidak simetris Menonjol

Sklera : ikterik v tidak Konjungtiva : anemis v

tidak

Reflek cahaya : v positif negatif Palbebra : edema v

tidak

Pupil : v isokor anisokor

f. Hidung Letak : v Simetri Asimetris

Pernapasan cuping hidung : Ada v Tidak

Kebersihan : v Bersih Kotor

g. Mulut

Warna bibir, lidah, palatum : merah Gigi : _____________

Kebersihan rongga mulut : v bersih tidak Data lain : .....................................................................

h. Telinga Bentuk : v Simetris Asimetris

Kebersihan : v Bersih Kotor

Posisi puncak pina : v Sejajar kantus mata Tidak sejajar kantus mata

Pemeriksaan pendengaran : v baik tidak, pada telinga ................ Data lain : .....................................................................

i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : ada v tidak ada

j. Dada

- Toraks Inspeksi

: tidak terlihat adanya retraksi dinding dada

Auskultasi

: vesikuler

Page 119: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Palpasi : vremitus kir – kanan sama

Perkusi

:

- Jantung Inspeksi

: cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama teratur/regular.

Palpasi

: teraba di RIC 4 midklafikula

k. Abdomen Inspeksi

: tidak tampak tonjolan dan terdapat luka

Auskultasi

: bising usus normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: tympani.

Lingkar perut

: cm

l. Kulit Turgor : v Kembali cepat Lambat Sangat lambat

Kelembaban: Lembab v Kering

Warna: v Merah muda Pucat

Data lain : ......................................................................................

m. Ekstremitas Atas

Lingkar lengan atas : cm

Capillary refill : v < 3 dtk > 3 dtk

n. Ekstremitas Bawah

capillary refil kembali dalam dua detik, akral teraba hangat, edema

tidak ada

o. Genitalia dan anus

Laki-laki

Bentuk : v Normal Tidak

Ukuran penis : v Normal Tidak

Testis : v Turun Belum Data lain :.....................................

Perempuan

Labia minora&mayora : Normal Tdk

Kebersihan : bersih kotor Data lain : .................................................................

p. Pemeriksaan tanda rangsangan meningeal

1. Kaku kuduk 2. Kernig sign 3. Brudzinsky sign 4. Refleks babyski

: positif v negatif

: positif v negatif

: positif v negatif

: positif v negatif 4) Temperamen dan

daya adaptasi

Easy child Karakteristik santai Temperamen mudah Kebiasaan yang teratur dan mudah diprediksi Mudah beradaptasi terhadap perubahan

( v ) ( v ) ( v ) ( v )

Difficult child Sangat aktif Peka rangsang

( ) ( )

Page 120: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Kebiasaan yang tidak teratur Lambat adaptasi dg rutinitas, orang / situasi baru Sering menangis

( ) ( ) ( )

Slow-to-warm up child Reaksi negatif terhadap stimulus baru Lambat beradaptasi Tidak aktif

( ) ( ) ( )

3) Kebiasaan sehari-hari

g. Nutrisi dan cairan

ASI PASI v ASI + PASI > 6 bl : Makanan yang diberikan : Jenis : nasi lunak Jumlah : satu porsi Frek : 3 x sehari

Pola makan : teratur v tidak teratur Minum : Jenis : Air putih Jumlah : 7 gls/ hari Masalah : tidak ditemukan masalah

h. Istirahat dan tidur

Siang

Pola tidur : v teratur tidak teratur Jumlah jam tidur 3 jam/hari Masalah : tidak ada masalah

Malam

Pola tidur : teratur v m/hari Masalah : tidak ada masalah

i. Eliminasi BAK : Frek : > 5 kali/hari Jumlah : Warna : kuning Masalah : tidak ditemukan masalah

BAB : Frek : 1 Jumlah : Warna: cokelat

Konsistensi : padat Masalah : tidak ditemukan masalah

Bayi mengunakan diapers : ya v tidak

Latihan BAK/BAB di toilet : ya v tidak

j. Personal higiene

Frek. Mandi : 2 x/hr Cuci rambut : 2 x/mg Sikat gigi : 1 x/hr Masalah : tidak ditemukan masalah

k. Aktivitas bermain

sendiri v saudara/teman dalam rumah luar rumah

l. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : teratur v tidak teratur VI. DATA PENUNJANG

Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada 25 Mei 2017 ditemukan Hb 11,8

gr/dl (normal 14-18 gr/dl), leukosit 13.820/mm3

(normal 5.000-

10.000/mm3), Trombosit 462.000 /mm

3 (normal 150.000-400.000/mm

3,

Ht 31,4 % (normal 40-48 %).

Terapi medis

Terapi yang diberikan, donperidon syr 3x ¼ mg, PCT syr 3 x 250 mg,

diazepam T= 9⁰C x mg, IVFD KaEN B tts/i

Perawat Yang Melakukan Pengkajian

(___________________________)

Desi Regina Putri

Page 121: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Analisa Data

Tabel. 1.1 Analisa Data

NO. DATA PENYEBAB MASALAH 1. DS:

1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. Ibu mengatakan anaknya batuk 3. Ibu mengatakan anak rewel dan gelisah

DO: 1. Anak tampak gelisah 2. Nadi: 112 x/ menit 3. Suhu: 390C, pernafasan 35 x/menit 4. Leukosit 12.870/mm3 5. Tonsil hiperemis

Peningkatan laju metabolisme

hipertermi

2. DS: 1. ibu pasien mengatakan demam anaknya naik turun 2. ibu mengatakan anak sering haus

DO: 1. tonsil hiperemis 2. mata tampak cekung 3. BB: 19 kg, BB sehat 20 kg 4. Membrane mukosa bibir An. R tampak kering 5. Suhu: 390C, pernafasan 35x/menit, nadi 112x/i

Kegagalan mekanisme regulasi

Kekurangan volume cairan

3. DS: 1. Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini 2. Ibu mengatakan tidak mengerti tentang kondisi sakit anak secara medis

DO:

Kurang informasi Defesiensi pengetahuan

Page 122: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

1. Ibu tampak cemas dan gelisah 2. Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan dari perawat tentang kondisi

sakit anaknya

5. Diagnosa keperawatan

Tabel. 2.1 Diagnosa keperawatan

No Diagnosa keperawatan Ditemukan masalah Dipecahkan masalah

Tanggal Paraf Tanggal Paraf 1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

24 Mei 2017 24 Mei 2017

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

24 Mei 2017 24 Mei 2017

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi 26 Mei 2017 26 Mei 2017

6. Intervensi keperawatan

Tabel. 3.1 Intervensi Keperawatan

Page 123: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

No Diagnosa

keperawatan NOC NIC

1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

c. Termoregulasi Kriteria hasil : 1) Merasa merinding saat dingin 2) Berkeringat saat panas 3) Tingkat pernapasan 4) Melaporkan kenyamanan suhu 5) Perubahan warna kulit 6) Sakit kepala

Perawatan demam 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainya 2. Monitor warna kulit dan suhu 3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan

yang tak di rasakan 4. Beri obat atau cairan IV 5. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan 6. Dorong konsumsi cairan 7. Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika di perlukan 8. Berikan oksigen yang sesuai 9. Tingkatkan sirkulasi udara 10. Mandikan pasien dengan spon hangat dengan hati-hati.

Pengaturan suhu 1. monitor suhu paling tidak setiap 2 jam sesuai kebutuhan 2. monitor dan laporkan adanya tanda gejala hipotermia dan

hipertermia 3. tingkatka intake cairan dan nutrisi adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan.

Manajemen pengobatan 1. Tentukan obat apa yang di perlukan, dan kelola menurut resep

dan/atau protokol 2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai.

Page 124: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Manajemen kejang 1. Pertahankan jalan nafas 2. Balikkan badan pasien ke satu sisi 3. Longgarkan pakaian 4. Tetap disisi pasien selama kejang 5. Catat lama kejang Monitor tingkat obat-obatan anti epilepsi dengan benar.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

c. Keseimbangan cairan Kriteria hasil :

1) Tekanan darah 2) Keseimbangan intake output dalam 24

jam 3) Berat badan stabil 4) Turgor kulit 5) Kelembaban membran mukosa 6) Serum elektrolit 7) Hematokrit 8) Edema perifer 9) Bola mata cekung dan lembek 10) Kehausan 11) Pusing.

d. Dehidrasi

Kriteria hasil : 1) Warna urine keruh 2) Fontanela cekung 3) Nadi cepat dan lambat

Manajemen cairan

1. Timbang BB setiap hari dan monitor status pasien 2. Hitung atau timbang popok dengan baik 3. Jaga dan catat intake dan output 4. Monitir status hidrasi 5. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan dengan retensi

cairan 6. Monitor status hemodinamik 7. Monitor tanda-tanda vital 8. Berikan terapi IV seperti yang ditentukan 9. Berikan cairan dengan tepat 10. Tingkatkan asupan oral 11. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian

makan dengan baik 12. Berikan produk-produk darah.

Manajemen elektrolit

1. Monitor nilai serum elektrolit abnormal 2. Monitor manifestasi ketidakseimbangan elektrolit 3. Pertahankan kepatenan akses IV

Page 125: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

4) Peningkatan BUN blood urea Nitrogen) 5) Peningkatan suhu tubuh.

4. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan 5. Ambil spesimen sesuai order untuk dapat melakukan analisis

level elektrolit (ABG, urine, dan level serum) dengan tepat 6. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala

ketidakseimbangan cairan dan/elektrolit menetap atau memburuk 7. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit yang diberikan.

Manajemen muntah

1. Identifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap muntah (obat-obatan dan prosedur)

2. Posisikan untuk mencegah aspirasi 3. Tunggu minimal 30 menit setelah episode mutah sebelum

menawarkan cairan kepada pasien 4. Tingkatkan pemberian cairan secara bertahap jika tidak ada

muntah yang terjadi selama 30 menit.

3. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi

NOC :

4) Parenting performance (kinerja pengasuhan)

Kriteia hasil:

1) Kinerja pengasuhan 2) Menyediakan kebutuhan fisik anak 3) Memberikan nutrisi yang sesuai usia 4) Menghilangkan bahaya lingkungan 5) Berinteraksi positif dengan anak 6) Menyediakan untuk kebutuhan anak

NIC :

Pendidikan Kesehatan 6. Identitafikasi faktor internal maupun eksternal yang dapat

meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat 7. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk

melaksanakan program kesehatan 8. Prioritaskan kebutuhan pasien

Fasilitasi pembelajaran

Page 126: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

7) Penggunaan disiplin yang sesuai usia 8) Merangsang perkembangan kognitif 9) Merangsang pembangunan sosial 10) Merangsang pertumbuhan emosi 11) Merangsang pertumbuhan rohani 12) Merangsang pertumbuhan normal

5) Pengetahuan

keselamatan diri

Kriteria hasil: (c) Menggambarkan untuk mengurangi

risiko cedera (d) Menggambarkan perilaku yang

berisiko tinggi

6) Status nutrisi Kriteria hasil:

1) Status nutrisi 2) Asupan gizi 3) Asupan makanan 4) Asupan cairan 5) Energi 6) Berat badan

e. Mulai instruksi hanya setelah pasien menunjukkan kesiapan untuk belajar

f. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar g. Atur informasi dalam urutan yang logis h. Sediakan lisan petunjuk atau pengingat, yang sesuai

pengurangan kecemasan

e. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan f. Berusaha untuk memahami perspektif pasien dari situasi

stress g. Anjurkan pasien dalam menggunakan teknik relaksasi h. Tentukan pasien dalam pengambilan keputusan

7. Implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Tabel. 4.1 Implementasi keperawatan

Page 127: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

No Hari/ tanggal

Diagnosa keperawatan

Implementasi Evaluasi Paraf

1. Rabu/ 24 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

S: - ibu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk O:

- Pasien tampak gelisah Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O).

- Suhu 38,8oC, nadi 110x/i, pernapasan 35x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan (intervensi 1

sampai 6)

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mengatakan badan anak

panas O:

- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,8⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

Page 128: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

Kamis / 25 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

S: - bu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk O:

- Pasien tampak gelisah - Pasien diberi obat PCT syr 3 x

250 mg, diazepam 3x1,5 mg (P.O), OBH syr

- Suhu 38oC, nadi 110x/i, pernapasan 33x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 6

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas

O: - BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 38,⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

Page 129: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Jumat/ 26 Mei 2017

Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan laju metabolisme

1. monitor suhu dan tanda-tanda vital lainnya 2. monitor warna kulit dan suhu c) beri obat

atau cairan 3. tingkatkan intake cairan dan nutrisi

adekuat 4. berikan pengobatan antipiretik sesuai

kebutuhan 5. monitor suhu tubuh setiap 2 jam sekali 6. lakukan kompres hangat jika suhu tubuh

tinggi.

S: - bu mengatakan An. R masih demam

- Ibu mengatakan An. R batuk sudah berkurang

O: - Pasien tampak gelisah

Pasien diberi obat PCT syr 3 x 250 mg, Suhu 37,5oC, nadi 110x/i, pernapasan 30x/i

- Pasien tampak gelisah

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan 1 sampai 5

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kegagalan mekanisme regulasi

1. timbang berat badan setiap hari dan monitor status pasien

2. hitung atau timbang popok dengan baik 3. jaga intake/ atau asupan yang akurat dan

catat output 4. monitor status hidrasi e 5. monitor tanda-tanda vital 6. pantau suhu dan tanda-tanda vital 7. monitor warna kulit dan suhu 8. dorong konsumsi cairan 9. lembabkan bibir dan mukosa hidung

S: - Ibu mengatakan An. R masih

sering haus - Ibu mekatakan badan anak panas

berkurang O:

- BB: 10 kg - Mukosa bibir kering - Mata cekung - Suhu 37,8⁰C

A: Masalah belum teratasi P: intervensi dilanjutkan

Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang

1. pendekatan yang tenang dan meyakinkan, 2. berusaha untuk memahami perspektif

pasien dari situasi stress, 3. anjurkan pasien dan keluarga dalam

S: - Ibu mengatakan cemas akan

kondisi anaknya - Ibu mengatakan takut karena

Page 130: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …

Poltekkes Kemenkes Padang

informasi menggunakan teknik relaksasi, 4. Identitafikasi faktor internal maupun

eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat,

5. Identifikasi (pribadi, ruang dan uang) yang diperlukan untuk melaksanakan program kesehatan,

6. Prioritaskan kebutuhan pasien, 7. pengetahuan manajemen kejang pada

keluarga.

panas anaknya naik turun - Ibu mengatakan takut jika anak

kejang berulang O:

- Ibu tampak cemas - Ibu tampak antusias

mendengarkan penjelasan dari perawat

A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan

Page 131: POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN …