POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

130
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI IRNA NON BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG KARYA TULIS ILMIAH BINTANG SYARIFATUL HIDAYAH NIM : 163110159 JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2019

Transcript of POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Page 1: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

NUTRISI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI IRNA

NON BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

BINTANG SYARIFATUL HIDAYAH

NIM : 163110159

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

TAHUN 2019

Page 2: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

i

Poltekkes Kemenkes Padang

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

NUTRISI PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DI IRNA

NON BEDAH RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan ke Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

BINTANG SYARIFATUL HIDAYAH

NIM : 163110159

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2019

Page 3: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

ii

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 4: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

iii

Poltekkes Kemenkes Padang

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul

“Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi pada Pasien Sirosis

Hepatis di IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahaun 2019.”

Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang

Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari Bapak Ns. Suhaimi, S.Kep, M. Kes selaku pembimbing I dan

Bapak Drs. H. Maswardi, M.Kes selaku pembimbng ke II yang telah menyediakan

waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim. SKM.M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI Padang.

6. Bapak Dr. dr. Yusirwan, Sp. B, Sp. BA(K), MARS selaku pimpinan beserta

Staf Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah mengizinkan

untuk pengambilan data dan melakukan survey awal serta melakukan

penelitian di RSUP Dr. M. Djamil Padang.

2. Ibu Ns. Sila Dewi Anggreini.M. Kep. Sp.KMB selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.

3. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep. Sp. Jiwa selaku Ketua Prodi Keperwatan Padang

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.

4. Bapak Ibu dosen serta staf jurusan keperawatan yang telah memberikan

pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan

7. Teristimewa Kepada Kedua Orang Tua dan Saudara tercinta yang telah

memberikan dorongan, semangat, doa restu dan kasih sayang yang tiada

terhingga yang tidak dapat ternilai dengan apapun. Tiada kata yang dapat

Ananda utarakan selain ucapan terima kasih dan semoga Allah SWT selalu

memberikan kesehatan, keselamatan, rahmat dan karunia-Nya.

8. Sahabat-sahabat yang selalu membantu peneliti yaitu Elisa Oktavia, Fani

Rahmayuni, Siti Yunia Wulandari dan Zaharatul Fitria, serta anggota

Page 5: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

iv

Poltekkes Kemenkes Padang

kelompok 1 yang selalu mendapat pembimbing koordinator mata kuliah yang

terus mendorong peneliti untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

9. Teman-temanku yang senasip dan seperjuangan Mahasiswa/i Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang Program Studi D-III Keperawatan

Padang angkatan 2016.

Peneliti menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, peneliti dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca.

Akhir kata peneliti berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi

peneliti sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta peneliti mendoakan

semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Aamiin

Padang, Mei 2019

Peneliti

Page 6: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

v

Poltekkes Kemenkes Padang

LEMBAR ORISINALITAS

Page 7: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

vi

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 8: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

vii

Poltekkes Kemenkes Padang

KEMENTERIAN KESEHATAN POLITEKHNIK KESEHATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

Karya Tulis Ilmiah, Mei 2019

Bintang Syarifatul Hidayah

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Sirosis

Hepatis di Irna Non-Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Tahun 2019

Isi : xii + 74 halaman, 2 tabel, 12 lampiran

ABSTRAK

Kebutuhan nutrisi menjadi kebutuhan yang mutlak bagi setiap manusia.

Munculnya gangguan pada pemenuhan nutrisi disebabkan oleh berbagai penyakit

diantaranya sirosis hepatis. Data dari RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan 350

pasien dirawat selama tahun 2017. Tujuan penelitian untuk mengetahui

bagaimana gambaran asuhan keperawatan pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis

hepatis.

Desain penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilakukan di

ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang dari bulan

Desember 2018 sampai Mei 2019. Populasi didapat sebanyak 3 orang dengan

pengambilan sampel 1 orang. Cara pengambilan sample dengan menggunakan

simple random sampling. Teknik pengumpulan data diperoleh dari data primer

dan sekunder dengan observasi, wawancara, pengukuran, pemeriksaan fisik,

analisa data dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian didapatkan pasien mengeluh nafsu makan menurun, badan terasa

lemah dan pegal - pegal, imt 17,41. Didapatkan 3 diagnosa utama yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, konstripasi, dan

keletihan. Rencana keperawatan sesuai dengan NIC. Evaluasi yang didapatkan

selama 7 hari pada pasien dimana ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi sebagian, tidak terjadi penurunan berat badan dan adanya

peningkatan berat badan pada hari ke-7. Diagnosa konstipasi teratasi pada hari ke

4, dimana pasien sudah BAB. Diagnosa Keletihan teratasi sebagian.

Disarankan kepada perawat agar dapat memaksimalkan dalam memberikan

asuhan keperawatan secara profesional dan komprehensif khususnya pada

pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dan mengajarkan kepada keluarga tentang

pentingnya pemberian diit yang tepat serta pemberian makan sedikit tapi sering

untuk memebuhi kebutuhan nutrisi pasien serta monitor berat badan pasien.

Kata Kunci : Sirosis Hepatis, asuhan keperawatan

Daftar Pustaka : 21 (2010-2017)

Page 9: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

viii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... v

LEMBAR ORISINALITAS...................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi ...................................................... 8

1. Pengertian Kebutuhan Nutrisi ....................................................... 8

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi ........................... 8

3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Nutrisi ............................................................................................ 10

4. Komponen Nutrisi ......................................................................... 13

5. Status Nutrisi ................................................................................. 24

6. Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi ...... 25

B. Konsep Dasar Pasien Sirosis Hepatis................................................. 26

1. Pengertian Sirosis Hepatis ............................................................ 26

2. Etiologi Sirosis Hepatis ................................................................. 27

3. Patofisiologi Sirosis Hepatis ........................................................ 27

4. Tanda dan Gejala Sirosis Hepatis ................................................. 29

5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis ....................................................... 30

6. Penatalaksanaan Sirosis Hepatis ................................................... 31

C. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis .............................................. 32

1. Pengkajian Keperawatan .............................................................. 32

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 37

3. Intervensi Keperawatan ................................................................ 38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .............................................................................. 42

B. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 42

C. Populasi Dan Sampel ........................................................................ 42

D. Alat Atau Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 44

Page 10: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

ix

Poltekkes Kemenkes Padang

E. Jenis-Jenis Data ................................................................................. 44

F. Tekhnik Pengumpulan data ................................................................ 45

G. Hasil Analisis ..................................................................................... 46

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi Lokasi penelitian .............................................................. 47

B. Deskripsi Kasus.................................................................................. 47

C. Pembahasan kasus .............................................................................. 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................... 73

Daftar Pustaka ........................................................................................... 74

Page 11: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

x

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel 2.1 Klasifikasi Body Mass Index (BMI) .................................... 26

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan NANDA, NIC, NOC ..................................... 38

Page 12: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

xi

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1

Lampiran 2 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1

Lampiran 4 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulias Ilmiah Pembimbing 2

Lampiran 5 Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes RI

padang

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari Kepala RSUP Dr M. Djamil Padang

Lampiran 8 Surat Pernyataan Persetujuan Respondent (Informconsent)

Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian Dari RSUP Dr.M.Djamil Padang

Lampiran 10 Ganchart Penelitian

Lampiran 11 Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 12 Pengkajian Keperawatan Dasar

Page 13: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

xii

Poltekkes Kemenkes Padang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bintang Syarifatul Hidayah

NIM : 163110159

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 06 November 1997

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Golongan Darah : B

Alamat : Jln. Tan Malaka. Jorong Kubangtungkek,

Kenagarian Guguak VII Koto, Kecamatan Guguak

Kabupaten Lima Puluh Kota

Nama Orang Tua

Ayah : Endi Iswandi

Ibu : Afridanis H

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Tahun Lulus

1. TK Yapiguna Guguak 2003

2. SD Negeri 07 Guguak VIII Koto 2010

3. SMP Negeri 1 Kecamatan Guguak 2013

4. SMA Negeri 1 Kecamatan Guguak 2016

5. Poltekkes Kemenkes RI Padang 2019

Page 14: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

8

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki kebutuhan yang yang beragam. Namun pada hakikatnya

setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama guna

mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang

tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan.

Menurut teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh

Maslow bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu

kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigenasi), keamanan, cinta, harga

diri dan aktualisasi diri (Budiono, 2015).

Kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan primer dan mendasar yang harus

terpenuhi guna memelihara keseimbangan biologis dan kelangsungan hidup

manusia. Kebutuhan lain yang lebih tinggi baru dapat dipenuhi setelah

terpenuhinya kebutuhan fisiologis. Kebutuhan tersebut terdiri dari

kebutuhan cairan, kebutuhan eliminasi, kebutuhan istirahat dan tidur,

kebutuhan cairan, keseimbangan suhu tubuh, kebutuhan seksual dan

kebutuhan Nutrisi (Sutanto, 2017).

Kebutuhan nutrisi menjadi kebutuhan yang vital bagi manusia. Nutrisi

menjadi sumber energi untuk segala aktivitas. Sumber nutrisi dapat berasal

dari dalam tubuh itu sendiri seperti glikoge yang terdapat dalam otot dan

hati ataupun prtotein dan lemak dalam jaringan, sedangkan sumber lain

yang berasal dari luar tubuh seperti dari makanan yang dikonsumsi sehari-

hari oleh manusia. Nutrisi itu sendiri juga sangat berperan dalam menjaga

kesehatan dan mencegah penyakit (Sutanto, 2017). Nutrisi dalam makanan

adalah pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan

dan kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang mempengaruhi

asupan makanan aktual. Adapun faktor yang mempengaruhi kebutuhan

Page 15: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2

Poltekkes Kemenkes Padang

nutrisi sesorang yaitu : perkembangan, jenis kelamin, etnis dan budaya,

medikasi dan terapi, serta kesehatan (Kozier, 2011). Dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi ada beberapa sistem dan saluran yang terlibat dan sangat

berperan penting. Adapun Sistem yang berperan dalam pemenuhan

kebutuhan nutrisi adalah sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ

yang terletak di luar saluran pencernaan yaitu pankreas, hati dan kantong

empedu. Sedangkan saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut,

tenggorokan, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan

anus (Nuari, 2015).

Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status

kesehatan individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran gastroinestinal

dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan metabolisme (Kozier, 2011).

Gangguan pada sistem pencernaan dapat berdampak pada pemenuhan

nutrisi seseorang. Adapun penyakit yang diakibatkan diantaranya; diabetes

melitus, penyakit arteri koronen, dan sirosis hepatis (Adriani, 2012).

Penyakit yang beresiko tinggi akan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

salah satunya yaitu sirosis hepatis. Proses metabolik dalam tubuh seseorang

dapat terganggu oleh penyakit hati (Kozier, 2011).

Sirosis hepatis ditandai dengan adanya peradangan difusi dan menahun pada

hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-

sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Ada

beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti asupan alkohol

berlebihan, defisiendi gizi dengan penurunan asupan protein turut

menimbulkan kerusakan hati pada sirosis. (Nuari, 2015).

Pada penderita sirosis hepatis, perubahan-perubahan patologis berkembang

lambat. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami

kemunduran secara bertahap. Adapun gejala klinis dari penderita sirosis

hepatis yaitu berupa gejala dini yang samar dan non spesfik seperti

kelelalahan, anoreksia, dispepsia, berat badan menurun. Gejala lain yang

Page 16: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

3

Poltekkes Kemenkes Padang

juga dirasakan penderita yaitu mual dan muntah pada pagi hari, nyeri

tumpul atau perasaan berat pada epigastrium dan yang paling spesifik yaitu

hati keras dan mudah teraba (Nuari, 2015).

Penelitian dari Bemeur (2013), Malnutrisi protein-kalori lebih umum pada

pasien dengan sirosis dibandingkan dengan populasi umum, dikaitkan

dengan tingkat kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. Keparahan

penyakit hati umumnya berkolerasi dengan keparahan kekurangan gizi, dan

kekurangan gizi protein-kalori berkolerasi dengan memburuknya hasil

klinis. Selain itu tingkat malnutrisi berkolerasi dengan perkembangan

komplikasi serius seperti asites dan sindrom hepatorenal.

Masalah nutrisi yang paling signifikan pada pasien sirosisi adalah

pengecilan otot dan sarkopenia. Pasien sirosis hepatis sering masuk ke fase

katabolik semalaman karena terbatasnya cadangan glikogen di hati. Dengan

demikian, sangat penting bagi pasien sirosisi untuk menjaga massa otot

mereka. Diet dapat memainkan peran besar dalam perkembangan dan

perkembangan penyakit hati. Kelebihan gizi dapat menyebabkan pasien

menjadi kelebihan berat badan, yang dapat menyebabkan penyakit hati

berlemak dan steatohepatitis nonalkohol (NASH). Metabolisme alkohol

dapat berinteraksi dengan nutrisi seperti asam lemak omega-6 (mis., Asam

linoleat) dan menyebabkan peroksidasi lipid dengan stres oksidatif dan

produksi metabolit lipid toksik tertentu yang sangat reaktif. Ketika pasien

sirosis mengkonsumsi alkohol, mereka dapat menjadi kurang gizi dan

mengalami kesulitan bergerak dan melakukan rutinitas sehari-hari (aktivitas

fungsional yang berkurang) (Craig J. McClain, 2016)

Data Center for Disease Control and Prevention [CDC], Pada tahun 2016,

jumlah orang dewasa dengan penyakit hati yang di diagnosis 4,9 juta

(2,0%). Sirosis hati menempati urutan ke-12 sebagai penyebab utama

kematian di Amerika Serikat. Prevalensi sirosis di Amerika Serikat adalah

Page 17: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

4

Poltekkes Kemenkes Padang

sekitar 0,27%, sesuai dengan 633.000 orang dewasa dan 69% melaporkan

bahwa tidak sadar memiliki penyakit hati (Scaglion, 2014).

Menurut laporan rumah sakit umum pemerintah di Indonesia tahun 2013,

rata-rata prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di

bangsal penyakit dalam, atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit

hati yang dirawat. Perbandingan prevalensi sirosis pada pria:wanita adalah

2,1:1 dan usia rata-rata 44 tahun.( Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia ,

2013).

RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan utama di

Sumatera Barat, data yang ditemukan di rumah sakit yaitu jumlah pasien

yang dirawat dengan sirosis hepatis dalam tiga tahun terakhir mengalami

peningkatan. Tercatat jumlah pasien dengan sirosis hepatis yang menjalani

rawat inap sebanyak 145 pasien yang dirawat selama tahun 2014, 212

pasien yang dirawat selama tahun 2015, 250 pasien yang dirawat di tahun

2016, dan 350 pasien dirawat selama tahun 2017 (Rekam Medis RSUP Dr.

M. Djamil Padang, 2017).

Berdasarkan survei awal pada tanggal 19 Desember 2018 di ruangan IRNA

Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang didapatkan jumlah

kasus Sirosis Hepatis dari bulan September 2018 sampai tanggal 18

Desember 2018 yaitu sebanyak 84 kasus. Peneliti juga melakukan

wawancara dengan dua orang pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 66

tahun dan 59 tahun yang dirawat di penyakit dalam. Berdasarkan hasil

pengamatan peneliti di ruang rawat penyakit dalam pria, perawat sudah

melakukan pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan

sesuai dengan format pengkajian asuhan keperawatan. Diagnosa yang

diangkat ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Dalam hal

ini keluarga kurang mengetahui mengenai nutrisi pada pasien sirosis

hepatis. Perawat ruangan kurang memberikan pendidikan kesehatan

Page 18: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

5

Poltekkes Kemenkes Padang

mengenai status nutrsi pada keluarga sehingga keluarga dan pasien kurang

mengetahui nutrisi yang seharusnya dipenuhi oleh pasien.

Peran perawat untuk gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien

Sirosis Hepatis adalah dengan melakukan asuhan keperawatan yaitu

melakukan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan,

membuat perencanaan keperawatan, melakukan implementasi keperawatan

dan evaluasi keperawatan. Selain itu perawat berperan dalam

mempertahankan atau memulihkan status nutrisi yang optimal, menurunkan

atau mendapatkan kembali berat tubuh tertentu, meningkatkan praktik

nutrisis yang sehat, dan mencegah komplikasi akibat malnutrisi (Kozier,

2011).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertaarik melakukan asuhan

keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien sirosis

hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana asuhan

keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di

IRNA Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum.

Dideskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada

pasien sirosis hepatis di IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang

tahun 2019.

2. Tujuan Khusus.

a. Dideskripsikan hasil pengkajian asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah

Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

Page 19: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

6

Poltekkes Kemenkes Padang

b. Dideskripsikan rumusan diagnosa asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah

Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

c. Dideskripsikan rencana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan

nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr.

M. Djamil Padang tahun 2019.

d. Dideskripsikan tindakan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan

nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah Pria RSUP Dr.

M. Djamil Padang tahun 2019.

e. Dideskripsikan evaluasi hasil asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah

Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

f. Dideskripsikan pendokumentasian asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di IRNA non Bedah

Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Pengembangan Keilmuan

a. Bagi Peneliti

Diharapkan menambah wawasan dan pengalaman nyata bagi

peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien dengan sirosis hepatis

b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan acuan

dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis

oleh mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk penelitian

selanjutnya.

2. Institusi Pelayanan

a. Bagi RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan

bagi Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang beserta petugas

Page 20: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

7

Poltekkes Kemenkes Padang

pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan

asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien

sirosis hepatis.

Page 21: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

8

Poltekkes Kemenkes Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi

1. Pengertian Nutrisi

Nutrisi adalah suatu interaksi antara makanan yang dikonsumsi dengan

bagaimana tubuh menggunakannya. Zat gizi dapat berupa zat organik

dan anorganik yang dijumpai dalam makanan dan digunakan untuk

pertumbuhan serta memelihara semua jaringan dan fungsi normal

semua proses tubuh (Kozier, 2011). Dalam konsep dasar nutrisi kita

mengenal istilah nutrien. Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau

anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh

untuk menjalankan fungsinya. (Ambarwati, 2014).

2. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Menurut Kozier (2011), kandungan nutrisi dalam makanan adalah

pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan

kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang

mempengaruhi asupan makanan aktual. Adapun faktor yang

mempengruhi kebutuhan nutrisi sesorang yaitu :

c. Perkembangan

Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat

(masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan gizi yang meningkat.

Sedangkan lansia memerlukan lebih sedikit kalori karena resiko

penyakit.

d. Jenis kelamin

Kebutuhan zat gizi pria dan wanita sangat berbeda karena

komposisi tubuh dan fungsi reproduksi. Pada pria, kebutuhan kalori

dan protein lebih besar karena masa otot yang leih besar, karena

masa otot yang leih besar, sedangkan pada wanita yang sedang

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 22: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

9

Poltekkes Kemenkes Padang

mengalami menstruasi lebih banyak memerlukan zat besi

dibandingkan pria

e. Etnis dan budaya

Pilihan makana sangat berbeda di antara individu dari latar

belakang budaya yang berbeda. Etnis seringkali mennetukan

pilihan makanan.

f. Medikasi dan terapi

Efek obat-obatan pada nutrisi sangat bervariasi. Beberapa obat-

obatan mungkin mengganggu nafsu makan, mengganggu persepsi

rasa atau mengganggu absorpsi atau ekskresi zat gizi. Sebaliknya,

zat gizi dapat memengaruhi manfaat obat. Beberapa zat gizi dapat

menurunkan absorbsi obat.

g. Kesehatan

Kebiasaan makan dan status nutrisi, sangat dipengaruhi oleh status

kesehatan individu. Proses penyakit dan pembedahan saluran

gastroinestinal dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan

metabolisme. Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati.

Angka kecukupan gizi pada masing-masing orang berbeda berdasarkan

umur, aktivitas, jenis kelamin, kondisi hamil dan menyusui (Khasanah.

2012)

a. Umur

Pada balita, tubuh mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

sehingga kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih

tinggi dari kelompok umur lain. Kebutuhan energi akan semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang.

b. Aktivitas

Kebutuhan energi ditentukan oleh aktivitas sehari-hari, dimana

semakin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi,

terutama energi, juga akan semakin tinggi.

c. Jenis kelamin

Page 23: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

10

Poltekkes Kemenkes Padang

Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan,

terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh

komposisi tubuh dan jenus aktivitasnya.

d. Kondisi khusus (hamil dan menyusui)

Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita

meningkat. Hal ini dikarenakan metabolisme tubuh meningkat

untuk kebutuhan diri sendiri dan bayi dikandungnya, di dsamping

juga untuk persiapan produksi ASI.

3. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Nutrisi

Saluran pencernaan manusia terdiri dari mulut, tenggorokan,

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan anus

(Nuari, 2015).

a. Mulut

Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan. Di dalam

mulut terdapat lidah yang be rfungsi untuk merasakan (asam,asin,

pahit, dan manis) dan mencampurkan makanan. Ketika makana

msuk ke mulut, makanan tersebut akan dipotong-potong oleh gigi,

sehingga menjadi bagian kelcil. Kemudian saliva akan

membungkus bagian makanan tersebut.

Fungsi dari saliva :

1) Memecah polisakarida menjadi disakarida melalui kerja

amilase dari saliva.

2) Mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-

partike makanan, serta menghasilkan pelumas, sehingga

makanan lebih mudah dicerna.

3) Enzim lisozim menghancurkan bakteri tertentu dan membilas

makanan yang mungkin digunkan oleh bakteri.

b. Faring dan Esofagus

Faring merupakan penghubung antara rongga mulut dan

kerongkongan. Di lengkungan faring terdapat tonsil (amandel)

Page 24: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

11

Poltekkes Kemenkes Padang

yang banyak mengandung kelnejar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi. Bagian atas berhubunga dengan

rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,

keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan

perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

c. Esofagus

Di esofagus terjadi proses peristaltik dimana makana dari mulut

akan di dorong menuju lambung. Pada saat menelan makanan, ada

tulang rawan yang menutup lubang ke tenggorokan. Bagian

tersebut dinamakan epiglotis, yang akan mencegah makana masuk

ke parru-paru. Sekresi esofagus berfungsi memberi pelumas untuk

menelan.

d. Lambung

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi

secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Makakan masuk ke dalam lambung dari keronglongan melalui otot

berbentuk cincin yang disebut sfingter yang bisa membuka dan

menutup, sehingga menghalangi makanan kembali ke

kerongkongan. Didalam lambung, makanan dicerna secara

kimiawi. Gerakan peristaltik dinding lambung mengakibatkan

makanan di dalam lambung tercampur. Lambung juga mengasilkan

getah lambung yang mengandung asam lambung, serta enzim lain.

Asam lambung berfungsi sebagai pembunuh mikroorganisme dan

menggantikan enzim pepsinogen menjadi pepsin yang dapat

mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil.

e. Usus Halus

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, ileum dan

jejenum

1) Usus dua bels jari (duodenum)

Duodenum terletak setelah lambung dan menghubungakannya

ke usus kosong (jejenum). Pada duodenum terdapata dua

muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Page 25: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

12

Poltekkes Kemenkes Padang

2) Jejenum

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus antara 2-8 meter,

1-2 meter aalah bagian jejenum. Permukaan dalam jejenum

berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (villi), yang

memperluas permukaan dari usus.

3) Illeum

Ileum disebut juga usus penyerapan yang memiliki pH antara

7-8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin

B12 dan garam-garam empedu.

f. Usus Besar

Usus besar terdiri dar : kolon asendens (kanan), kolon transversum,

kolon desendens (kiri) dan kolon sigmoid (berhubungan dengan

rektum). Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap

air dan elektrolit dari tinja. Banyak bakteri yag terdapat di dalam

usus besar berfungsi mencerna bahan, membantu penyerapan zat

gizi, membuat zat-zat penting, serta berperan penting untuk fungsi

normal dari usus.

g. Anus

Rektum terdapat dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

berakhir di anus. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan

di kolon descendens. Rektum baru terisi ketika kolom desendens

sudah penuh, sehingga tinja akan masuk ke rektum, makan timbul

keinginan untuk buang air besar. Anus merupakan lubang di ujung

saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Di

anus terdapat suatu cincin berotot(sfingter ani) yang menjaga agar

anus tetap tertutup.

Proses pencernaan makanan tidak terlepas dari peran organ-organ

sistem pencernaan (Tarwoto, dan Wartonah. 2015), diantaranya :

a) Hati

Hati berfungsi sebagai regulasi hematologik, pengaturan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan regulasi metabolik dimana

Page 26: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

13

Poltekkes Kemenkes Padang

seluruh sirkulasi darah dari saluran pencernaan yang mengabsorpsi

nutrisi akan masuk ke hati melalui sistem vena porta hepatika.

Kemudian sel hati akan mengekstrak nutrisi dan toksin dari darah

sebelum beredar ke sirkulasi sistemik. Hati akan memindahkan

atau menyimpan kelebihan nutrisi dan akan memecahkan simpanan

makanan jika terjadi kekurangan nutrisi.

b) Kandung empedu

Kandung empedu menghasilkan garam empedu yang berfusngsi

untuk mempercepat kerja enzim seperti amilase dan tripsin.

Kandung empedu juga berfungsi menyimpan cairan/garam empedu

yang dihasilkan oleh hati sekitar 1 liter per hari.

c) Pankreas

Pankreas mempunyai dua fungsi yaitu fungsi endokrin dan

eksokrin. Sel endokrin yang menghasilkan hormon insulin dan

glukgon yang berperan dalam pengaturan kadar gula darah.

Sedangkan sel eksokrin menghasilkan cairan pankeas seperti air,

ion, dan enzim pencernaan.

4. Komponen Nutrisi

Komponen-komponen dari nutrisi terdiri dari ;

a. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan salah satu sumber utama

energi. (Jauhari, 2013)

1) Jenis Karbohidrat

Secara umum, karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi tiga

golongan (Putra, 2013), yakni:

a) Monosakarida.

Merupakan karbohidrat paling sederhana. Monosakarida

dibedakan menjadi karbohidrat lain. Monosakarida

dibedakan menjadi aldosa (glukosa dan galaktosa) dan

ketosa (fruktosa).

Page 27: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

14

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Disakarida dan oligosakarida.

Merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul

monoskarida yang saling terikat. Contoh dari disakarid

adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.

c) Polisakarida

Merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banayk

sakarida. Contoh polisakarida adalah selulosa, glikogen,

dan amilum.

2) Fungsi karbohidrat

Adapun fungsi karbohidrat bagi tubuh (Khasanah. 2012),

yaitu:

a) Sebagai sumber energi

Sel-sel tubuhn membutuhkan ketersediaan energi siap

pakai yang harus selalu ada, terutama dalam bentuk

karbohidrat sederhana, yaitu glukosa.

b) Penghemat protein

Di dalam tubuh, karbohidrat mencegah timbulnya

pemecahan protein tubuh yang berlebihan, sehingga

protein tubuh tidak dipecah untuk memenuhi kebutuhan

energi, namun dipenuhi oleh karbohidrat.

c) Pemberi rasa manis pada makanan

Monosakarida (gula) dan disakarida akan memberi rasa

manis pada makanan.

d) Pengatur penggunaan lemak untuk energi

Karbohidrat dapat mencegah pemecahan lemak secara

tidak sempurna dimana bahan-bahan sampingan yang

dihasilkan pemecahan lemak dapat mengakibatkan

ketidakseimbangan cairan tubuh atau dehidrasi karena

lemak dapat mengikat natrium ketika dikeluarkan lewat

urine.

Page 28: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

15

Poltekkes Kemenkes Padang

e) Membantu pengeluaran tinja (feses)

Serat mengatur pergerakan usus selama proses pencernaan

makanan dan memberi bentuk pada tinja.

3) Sumber karbohidrat

Sumber utama karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan

dari makanan hewani. Sumber energi terutama terdapat dalam

bentuk zat tepung (amylum) dan zat gula (mono dan

disakarida). Timbunan zat tepung terdapat di dalam biji, akar

dan batang. Gula terdapat di dalam danging buah atau di dalam

cairan tubuh batang (tebu). Bahan makanan pokok di indonesia

dapat berupa beras (serealia, akar dan umbi, serta ekstrak

tepung, seperti sagu, menjadi sumber utama karbohidrat

(Jauhari, 2013)

4) Pencernaan karbohidrat

Polisakarida yang terkandung dalam makanan sebagian besar

berupa amilum yang kemudian akan dikatalis oleh enzim

amilase menjadi polisakarida yang lebih kecil. Kemudian

makanan masuk ke dalam lambung. Dan dilanjutkan di

duodenum, yang mana terjadi pencernaan dekstrim menjadi

disakarida (maltosa), trisakarida (maltotriosa), dan

oligosakarida oleh enzim amilase yang disekresi pankreas

(Khasanah. 2012).

5) Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat merupakan sumber energi utama

tubuh. Hampir 80% energi dihasulkan dari karbohidrat. Setiap

1 gram karbohidrat akan dihasilkan 4 kilokalori (kkal).

Glukosa dapat berasal dari zat tepung dan gula, asam amino,

serta gliserol. Di dalam tubuh, glukosa tersimpan pada plasma

darah dalam bentuk glukosa darah, dan kelebihan glukosa akan

disimpan di hati dan otot dalam bentuk glikogen. Setelah

kebutuhan energi tubuh terpenuhi, kelebihan glukosa akan

Page 29: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

16

Poltekkes Kemenkes Padang

diubah menjadi lemak dan disimpan dalam jaringan adiposa

(Tarwoto dan Wartonah, 2015).

b. Lemak

Tubuh membutuhkan lemak san asam lemak esensial, karena asam

lemak esensial tidak dapat dibentuk oleh tubuh manusia, sehingga

harus didapatkan dari makanan sehari-hari. Tidak ada aturan

mutlak mengenai seberapa banyak jumlah kandungan lemak yang

harus diasup setiap harinya. Namun dianjurkan untuk

mengkonsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total.

Konsumsi kolesterol harus kurang dari atau sama dengan 300 mg.

(Khasanah. 2012).

1) Jenis lemak

Berdasarkan ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi:

a) Lemak murni, yaitu lemak yang terdiri dari asam lemak dan

gliserol. Asam lemak bebas dapat dengan mudah menembus

membran sel melalui proses difusi.

b) Lemak yang berikatan dengan unsur lain seperti fosfolipid

merupakn senyawa ikatan lemak dengan garam fosfot,

glikolipid (senyawa ikatan lemak dengan glikogen), serta

lipoprotein (senyawa antara lipid dan protein).

2) Fungsi lemak

Menurut (Khasanah, 2012) fungsi lemak bagi tubuh yaitu:

a) Sebagai sumber energi, dimana energi dari lemak 2,4 kali

lebih besar dibandingkan energi yang dihasilkan

karbohidrat dan protein dalam umlah yang sama. Lemak

tubuh umumnya disimpan di jaringan bawah kulit sebanyak

50%, di sekeliling organ tubuh dalam rongga perut 45%,

dan dijaringan otot 5%.

b) Sumber asam lemak esensial, berupa omega 3 dan omega 6

yang dapat mencegah timbulnya penyempitan pembuluh

darah oleh kolesterol, sehingga sangat baik untuk menjaga

kesehatan jantung.

Page 30: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

17

Poltekkes Kemenkes Padang

c) Pengangkut dan membantu penyerapan vitamin larut lemak,

yaitu A,D,E, dan K.

d) Menghemat protein, sehingga protein tidak digunakan

sebagai sumber energi.

e) Memberi rasa kenyang dan kelezatan.

Lemak memperlambat pengeluaran asam lambung dan

memperlambat pengosongan isi lambung sehingga akan

memberi rasa kenyang lebih lama.

f) Memelihara suhu tubuh dan mencegah kehilangan panas

tubuh secara cepat.

g) Pelindung organ tubuh terhadap benturan dan menahan

organ-organ tersebut tetap di tempatnya.

3) Sumber lemak

Sumber utama lemak adalah mminyak tumbuh-tumbuhan

(minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai, dan

sebagainya), margarin, mentega, dan lemak hewan. Makanan

yang mengandung asam lemak tidaj jenuh ganda dan tidak

jenuh tunggal, umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali

minyak kelapa. Makanan sumber lemak jenuh umumnya

berasal dari hewani. Kolesterol hanya terdapat di dalam

makanan asal hewan seperti hati ginjal dan kuning telur

(Khasanah, 2012).

4) Metabolisme Lemak

a) Pencernaan lemak

Lemak tidak mengalami pencernaan di dalam rongga

mulut, karena tidak ada enzim yang dapat memecahnya.

Lemak dipecah di duodenum oleh enzim lipase yang

berasal dari sekresi pancreas. Trigliserida dipecah

menghasilkan campuran metabolik digliserida dan

monigliserida serta asam lemak bebas (Jauhari, 2013).

Page 31: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

18

Poltekkes Kemenkes Padang

b) Penyerapan dan transpor

Sekitar 80 gram per hari diabsorpsi dalam usus kususnya

di duodenum melalui mekanisme difusi pasif.Asam lemak

dengan rantai pendek (terdiri atas 10 – 12 atom karbon)

masuk ke jaringan kapiler dan selanjutnya dibawa ke vena

porta hepatika sebagai asam lemak bebas. Sedangkan

asam lemak dengan rantai panjang (lebih dari 12 atom

karbon) disintesis kembali menjadi trigliserida, kemudian

bergabung bersama lipoprotein, kelosterol dan fosfolipid

membentuk silimikron selanjutnya akan diabsorpsi oleh

lakteal dari vili. Dari lakteal kemudian masuk kesirkulasi

simpatik dan kemudian masuk kesirkulasi darah

(Khasanah. 2012).

c. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting dalam menunjang

keberadaan setiap sel tubuh dan memperkuat kekebalan tubuh

(Putra, 2013).

1) Jenis protein

Berdasarkan komponen-komponen yang menyusun protein

a) Protein bersahaja (simple protein)

Protein jenis ini merupakan campuran yang hanya

terdiri atas asam-asam amino. Protein ini mampu

mendukung pertumbuhan badan dan pemeliharaan

jaringan yang rusak. Contoh: protein jenis kasein pada

susu dan albumin pada telur.

b) Protein kompleks (complex protein, conjungated

protein)

Protein jenis ini terdiri atas bergabai jenis asam amino,

dan komponen lain, misalnya unsur logam, gugusan

phosphat dan sebagainya. Protein ini dapat mendukung

pemeliharaan kesehatan orang dewasa, dimana tidak

lagi menunjukkan adanya pertumbuhan badan, tapi

Page 32: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

19

Poltekkes Kemenkes Padang

masih memerlukan diperlukan untuk pemeliharaan

jaringan yang rusak. Contoh: protein jenis legumin

pada kacang-kacangan dan gliadin pada gandum.

c) Protein derivat (protein derivate)

Merupakan hasil hidrolisa prsial dari protein native,

misalnya albosa, peptone. Protein jenis ini sama sekali

tidak dapat mendukung pertumbuhan badan dan

pemeliharaan jaringan, karena protein ini akan dibakar

seluruhnya untuk menghasilkan energi. Contoh: protein

jenis zein pada jagung.

2) Fungsi protein

Protein berfungsi sebagai zat gizi yang diperlukan tubuh.

Selain itu, protein juga memiliki banyak peran penting lain,

(Khasanah. 2012), diantaranya:

a) Sebagai bahan pertumuhan dan pemeliharaan tubuh,

terutama tulang dan otot serta sel-sel saraf dan otak.

b) Sebagai bahan untuk epmbuatan enzim, hormon dan

hemoglobin.

c) Sebagai cadangan energi. Protein dipecah menjadi

energi ketika tubuh benar-benar kekurangan

karbohidrat.

d) Membantu menjaga keseimbangan asam basa dalam

darah.

e) Mengatur keseimbangan air

f) Pembentukan zat kekebalan tubuh (antibodi)

g) Mengangkut zat-zat gizi

3) Metabolisme protein

a) Pencernaan protein

Protein mengalami proses pencernaan di dalam

lambung, dimana terdapat enzim pepsine dan HCL

yang bekerjasama memecah protein makanan menjadi

metabolisme intermediate tingkat polypeptida, yaitu

Page 33: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

20

Poltekkes Kemenkes Padang

peptone, albumoa, dan proteosa. Kemudian di

duodenum, protein dicerna lebih lanjut oleh enzim yang

berasal dari pancreas dan dari dinding usus halus.

Enzim erepsine, oligopeptida dipecah lebih lanut

menjadi asam-asam amino (Jauhari, 2013).

b) Absorpsi protein

Didalam usus halus protein makanan dicerna total

menjadi asam-asam amino, yang kemudian diserap

melalui sel-sel epithelium dinding usus. Semua asam

amino larut air, sehingga dapat berdifusi secara pasif

melalui membrna sel (Jauhari, 2013).

4) Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein

adalah sebagai (Sediaoetama, 2010), berikut :

a) Berat badan seseorang. Semakin besar beratbadannya

kebutuhan akan protein akan lebih besar, hal ini sangat

terkait dengan semakin banyak jumlah sel dan jaringan

yang harus dipertahankan dan memperbaiki jaringan

yang rusak.

b) Aktivitas. Aktivitas membutuhkan tambahan energi

yang diantaranya berasal dari protein

c) Keadaan pertumbuhan. Bayi: 3 gr/kgBB, anak – anak

1,7 – 2,5 gr/kgBB, dan pada remaja sampai usia lanjut

kebutuhan protein 1,25 – 1,75 gr/kgBB.

d) Pada wanita hamil di tambah 10gr/hari.

e) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.

f) Keadaan atau kondisi kesehatan, misal sakit atau terjadi

infeksi.

c. Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubu dan

tidak dapat diproduksi dalam tubuh.Vitamin sangat berperan dalam

proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator (Tarwoto

dan Wartonah, 2015)

Page 34: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

21

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Jenis vitamin

Vitamin dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a) Vitamin yang larut dalam air seperti B kompleks, B1

(Tiamin), B2 (Riboflavin), B3 (Niasin), B5 (Asam

Pantotenat), B6 (Piridoksin), B12 (Kobalamin), asam folat,

dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air

sehingga kelebihannya dapat dibuang melalui urine.

b) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak

seperti vitamin A, D, E, dan K.

2) Sumber dan fungsi vitamin

Sumber dan fungsi vitamin beragam, diantaranya:

a) Vitamin B1, banyak terdapat pada biji-bijian tumbuhan

seperti padi, kacang tanah, kacang hijau, gandum, roti,

sereal, jaringan, tubuh hewan, ginjal, hati, dan ikan.

Fungsinya adalah mencegah terjadinya penyakit beri-beri,

neuropati perifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan

ensefalopati wernicke.

b) Vitamin B2, banyak terdapat pada ragi, hati, ginjal, susu,

keju, kacang almond, dan yoghurt. Fungsinya adalah

memperbaiki kulit, mata serta mencegah terjadinya

hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan

fototerapi.

c) Vitamin B3, banyak terdapat pada berbagai jenis makanan

dari hewani dan nabati seperti sereal, beras, dan

kacangkacangan. Fungsi vitamin ini adalah menetralisasi

zat racun, berperan dalam sintesis lemak, memperbaiki kulit

dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak enzim

dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.

d) Vitamin B5, sumber vitamin ini melimpah di berbagai jenis

makanan, baik di tumbuhan dan hewani, sehingga jarang

terjadi kekurangan vitam B5. Ungsinya sebagai katalisator

Page 35: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

22

Poltekkes Kemenkes Padang

reaksi kimia dalam pembentukan koenzim A yang berperan

dalam pembentukan energi (ATP).

e) Vitamin B6, vitamin ini banyak terdapat pada hati, ikan,

daging, telur, pisang, sayuran, fungsinya berperan dalam

proses metabolisme asam amino, proses glikogenesis,

pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah merah.

Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan dermatitis,

bibir pecah-pecah, sariawan, anemia, dan kejang.

f) Vitamin B12, vitamin ini banyak terdapat pada daging,

ikan, kepiting, telur, susu, dan tempe. Fungsinya membantu

pembentukan sel darah merah, mencegah kerusakan sel

saraf, dan membantu metabolisme protein.

g) Vitamin C, sumbernya banyak pada sayuran dan buah

saperti jeruk, mangga, tomat, stroberi, asparagus, kol, susu,

mentega, ikan, dan hati. Fungsinya membantu pembentukan

tulang,otot, dan kulit, membantu penyembuhan luka,

meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat

besi, serta melindungi tubuh dari radikal bebas.

h) Asam Folat, sumbernya terdapat pada hati, daging, sayuran

hijau, kacang-kacangan, fungsinya dalam membantu

metabolisme, khususnya asam amino, pematangan sel darah

merah, serta mencegah terjadinya penyakit jantung bawaan,

kekurangan dapat mengakibatkan anemia megaloblastik.

i) Vitamin D, sumber vitamin ini adlah ikan, telur, daging,

susu, keju, tahu, dan tempe. Fungsinya adalah

meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk kekuatan

tulang dan gigi,p engaturan produksi hormon, serta

pengaturan kadar kalsium darah.

j) Vitamin A, banyak terdapat pada ikan, telur, daging, hati,

susu, wortel, labu, dan bayam. Fungsinya membangun

selsel kulit, melindungi sel-sel retina dari kerusakan.

Page 36: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

23

Poltekkes Kemenkes Padang

Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan gangguan

penglihatan pada senja hari (rabun senja).

k) Vitamin E, sumbernya banyak terdapat pada minyak sayur,

alpukat, kacang-kacangan, sayuran, daging, telur, susu,

ikan. Manfaat vitamin ini adalah sebagai antioksidan

dengan cara memutuskan berbagai reaksi rantai radikal

bebas.

l) Vitamin K, vitamin ini banyak terdapat pada jaringan

tanaman, sayuran, dan hewan sebagai bahan makanan,

produksi oleh bakteri usus. Fugsinya adalah membantu

dalam proses pembekuan darah dan jika terjadi kekurangan

dapat mengakibatkan penyakit perdarahan.

3) Absorbsi vitamin

Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C

mudah diabsorbsi dalam epitelium mukosa usus melalui proses

difusi, kecuali vitamin B12 yang hanya dapat diabsorbsi pada

ileum terminal. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak

seperti A, D ,E, dan K akan diabsorbsi dengan bantuan

garamgaram empedu dan lipase. Vitamin A, D, E, K, dan B12

yang diabsorbsi dari darah disimpan dalam hati dan kemudian

dipergunakan kembali jika dibutuhkan tubuh (Tarwoto dan

Wartonah, 2015).

d. Mineral

Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan

penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh Mineral digolongkan ke

dalam mineral makro dan mikro. Mineral makro adalah mineral

yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,

yang terdiri dari natrium, kalsium, kalium, klorida, fosfor,

magnesium , dan sulfur. Sedangkan mineral mikro dibutuhkan

kurang dari 100 mg sehari. Mineral mikro terdiri dari yodium, besi,

seng, dan selenium (Khasanah.2012).

Page 37: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

24

Poltekkes Kemenkes Padang

Fungsi mineral menurut Tarwoto dan Wartonah, (2015);

1) Penentuan konsentrasi osmotik cairan tubuh, misalnya natrium

dan klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan

ekstrasel. Dan kalium yang berperan mempertahankan

konsentrasi osmotik intrasel.

2) Mempertahankan transmembran potensial, pembentukan dan

mempertahankan tulang, kontraksi otot, pembentukan

neurotransmitter, pembentukan hormon, pembentukan darah,

transpor gas, dan sistem penyangga (buffer).

3) Sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik.

e. Air

Merupakan media transpor nutrisi dan sangat penting dalam

kehidupan sel-sel tubuh.cairan di dalam tubuh manusia banyak

terdapat dalam darah, air mata, cairan dalam sel, cairan di ruang

antarsel, dan bagian-bagian tubuh lain. Banyak air dalam tubuh

manusia rata-rata 65% dari berat tubuhnya. Sedangkan kebutuhan

air sangat bergantung pada proporsi jarigan ototo dan jaringan

lemak. Air yang kelur dari tubuh manusia sebagian besar berupa

urine yang 95%-nya terdiri dari air, dan cairan juga keluar dalam

bentuk keringat serta uap air saat kita bernafas (khasanah. 2012).

5. Status Nutrisi

Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa

tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weight-

IBW). (Tarwoto dan Wartonah, 2015)

1) Body mass index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan

tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan

sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over

weight) dan obesitas.

Page 38: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

25

Poltekkes Kemenkes Padang

Rumus BMI diperhitungkan:

BB (Kg) atau BB(Pon) x 704,5

TB (meter)² TB (inci)²

2) Ideal body weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam ungsi tubuh yang

sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam

sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau ditambah 10% dari

jumlah tersebut.

Rumus IBW diperhitungkan: (TB - 100) + 10%

6. Masalah yan Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi

Masalah umum yang berkaitan dengan ketidakseimbangan nutrisi

adalah kekurangan atau kelebihan nutrisi yang dimanifestasikan adanya

kelebihan berat badan, obesitas, berat badan yang kurang dari normal,

atau kehilangan berat badan (Tarwoto dan Wartonah, 2015)

a. Kelebihan berat badan atau overweight.

Untuk menentukan status overweight dipakai dengan ukuran

Indeks Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan

membandingkan perhitungan berat badan ideal. Overweight

diidentifikasikan dengan kriteria untuk orang Asia jika IMT antara

23,0-24,9 (normal: 18,5-22,9) atau kelebihan berat badan 10-20%

dari berat badan ideal. Penyebab terjadinya overweight di

antaranya faktor keturunan, perubahan pola makan, kurang

aktivitas.

b. Obesitas

Menurut WHO tahun 2006 obesitas dikelompokkan menjadi:

preobesitas dengan IMT antara 25-29,9 kg/m²; obesitas I degan

IMT 30,0-34,9; obesitas II dengan BMI 35,0-39,9; dan obesitas III

dengan BMI lebih dari 40,0.

Penyebab obesitas di antaranya faktor keturunan, pola makan

dengan porsi besar atau diet yang tinggi karbohidrat, protein dan

lemak, serta aktivitas yang kurang.

Page 39: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

26

Poltekkes Kemenkes Padang

c. Berat badan kurang atau underweight.

Merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu

kurang dari 10% dari berat badan idela atau BMI kurang dari 18,5.

Ada beberapa kondisi yang menyebabkan berat badan kurang,

diantaranya; asupan nutrisi yang kurang, ketidakmampuan

menyediakan makanan, pecandu alkohol dan obat terlarang serta

berbagai penyakit infeksi saluran cerna.

Tabel 2.1

Klasifikasi Body Mass Index (BMI) Menurut WHO (2006)

Klasifikasi BMI (kg/m²)

Normal 18,50-24,99

Berat badan kurang

Ringan 17,00-18,49

Menengah 16,00-16,99

Berat <16,00

Kelebihan berat badan

Preobesitas 25,00-29,99

Obesitas ≥30,00

Obesitas I 30,00-34,99

Obesitas II 35,00-39,99

Obesitas III ≥40,00

B. Konsep Sirosis Hepatis

1. Pengertian Sirosis Hepatis

Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan

difusi dan menahun pada hati, diikuti dengan poliferasi jaringan ikat,

degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam

Page 40: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

27

Poltekkes Kemenkes Padang

susunan parenkim hati (mansjoer, Trijayati, Savitri, dan Wardhani, 1999

dalam Nuari Nian Afrian, 2015)

2. Etiologi Sirosis Hepatis

Meskipun ada beberapa faktor yang menjadi penyabab sirosisi seperti

defisiendi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan

kerusakakn hati pada sirosis, namun asupan alkohol berlebihan merupakan

faktor penyebab utama pada perlemakan hati. Namun, sirosis juga bisa

terjadi pada individu yang tidak memiiki kebiasaan minum-minuman keras

dan pada individu yang diatnya normal tetapi dengan konsumsi alkohol

yang tinggi.

Menutur Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (2013), di negara

berkembang, penyebab utama sirosisi hati adalah virus heptitis B dan C,

selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga mempengaruhi terjadinya

sirosis hati. Penyakit perlemakan hati nan alkoholik (non alcoholic

steatohepatitis NASH, yang lemaknya dalam hepatosit (sel-sel hati) dapat

menyebabkan komplikasi berupa perdarahan atau inflamasi hati atau

fibrosis juga dapat menyebabkan terjadinya sirosisi kriptogenik (penyebab

tidak diketahui pasti).

3. Patofisiologi

a. Sirosis Laennec

Hubungan yang pasti antara penyalahgunaan alkohol dengan sirosis

laennes tidaklah dikatehui. Perubahan pertma pada hati yang

ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara bertahap di dalam

sel0sel hati (infiltrasi lemak). Akumulasi lemak mencerminkan adanya

sejumlah gangguan metabolik yang mencangkup pembentukan

trigliserida secara berlebihan, menurunnya jumlah keluaran

trigliserida dari hati dan menurunkan aksidasi asam lemak (Nuari,

2015).

Page 41: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

28

Poltekkes Kemenkes Padang

Individu yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah berlebhan juga

mungkin tidak makan selayaknya. Penyebab kerusakan hati

tampaknya merupakan efek langsung alkohol pada sel hati, yang

meningkat pada saat malnutrisi. Pasien dapat mengalami beberapa

defisiensi nutrisi, termasuk vitamin A. Pengeroposan tulang sering

terjadi akibat asupan kalsium yang menurun dan gangguan

metabolisme. Asupan vitamin K, besi dan seng juga cenderung

menurun pada pasien dengan sirosisi hepatis. Selain itu, defisiensi

kalori-protein juga sering terjadi (Nuari, 2015).

Pada kasus Sirosis Laennac sangat lanjut, lembaran-lembaran jaringan

ikat yang tebal terbentuk pada tepian lobulus, membagi parenkim

menjadi nodul-nodul halus yang dapat membesar akibat regenerasi

sebagai upaya hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati akan

menciut, keras, dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada

stadium akhir sirosis, yang menyebabkan terjadinya hipertensi portal

dan gagal hati (Nuari, 2015).

b. Sirosisi Pascanekrotik

Sirosis Pascanekrotik terjadi setelah nekrosisi berbercak pada jaringan

hati. Hepatosit dikelilingin dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan

kehilangan banyak sel hati dan diselingi dengan parenkim hati normal.

Kasusnya sekitar 10% dari seluruh kasus sirosisi. Sekitar 25% sampai

75% kausus memiliki riwayat hepatitis sebelumnya. Sejumlah kecil

kasus akibat intoksikan yang pernah diketahui adalah dengan bahan

kimia industri, racun, ataupun obat-obatan seperti fosfat, dan karbon

tetraklorida (Nuari, 2015).

c. Sirosisi Billiaris

Peyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruktif biliaris

pascahepatik. Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di

dalam masa hati dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuknya lembaran-

lembaran fibrosa di tepi lobulus, namun jarang memotong lobulus

Page 42: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

29

Poltekkes Kemenkes Padang

seperti sirosisi laennec. Hati membesar, keras, bergranula halus, dan

berwarna kehijauan.

Osteomalasia terjadi pada sekitar 25% penderita sirosisi biliaris primer

(akibat menurunnya absorbsi vitamin D). Jaringan fibrosa dalam

jumlah yang sangat banyak timbul di dalam struktur hati, yang

merusak banyak sel parenkim dan akhirnya berkontraksi di sekitar

pembuluh darah, dengan demikian sangat menghalangi aliran darah

porta melalui hati tersebut sehingga dapat menyebabkan sirosis

hepatis. (Nuari, 2015).

4. Tanda dan Gejala

Perubahan-perubahan patologis pada sirosisi berkembang lambat dan

bersifat laten. Selama masa laten yang panjang, fungsi hati mengalami

kemunduran secara bertahap. Didapatkan tanda dan gejala (Nuari, 2015),

sebagai berikut :

a. Gejala dini yang samar dan non spesifik seperti kelelahan, anoreksia,

dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan defeksi (konstipasi/diare),

berat badan menurun.

b. Mual dan muntah pada pagi hari

c. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium

d. Hati keras dan teraba

e. Manifestasi gagal hepatoseluler, meliputi :

1) Ikterus

Penderita dapat menjadi ikterus selama fase dekompensase disertai

gangguan reversibel fungsi hati. Pada penderita, terkadang urine

akan berwarna kecoklatan atau lebih tua.

2) Edema

Merupakan gejala lanjut pada sirosis hepatis. Konsentrasi albumin

plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk terjadinya

edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan

retensi natrium serta air dan ekskresi kalium.

Page 43: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

30

Poltekkes Kemenkes Padang

3) Kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia dan

trombositopenia

Adanya fenomena heorrhage (perdarahan hidung, gusi, menstruasi

yang berat dan mudah memar), yang merupakan tanda-tanda

defisinsi vitamin (terutama vit A,C, dan K).

4) Fektor hepatikum

Merupakan bau apek manis yang dtemukan pada nafas penderita

khususnya pada koma hepatikum dan akibat ketidakmampuan hati

dalam metabolisme metionin.

5. Akibat Lanjut Sirosis Hepatis

Menurut perhimpunan peneliti hati indonesia (2013) akibat lanjut dari

sirosis hepatis adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan saluran cerna

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan paling

berbahaya pasa sirosis adalah perdarahan dari varises esofagus yang

merupakan penyebab dari sepertiga kematian. Penyebab lain

perdarahan adalah tukak lambung dan duodenum ( pada sirosis,

insedensi gangguan ini meningkat), erosi lambung akut, dan

kecenderungan perdarahan (akibat masa protombin yang memanjang

dan trombositopeni). Penderita datang dengan melena atau

hemetemesis.

b. Asites

Asites adalah penimbunan cairan dan infeksi dari cairan di perut

(peritonitis bacterial spontan).

c. Pembesaran pembuluh darah (varises) di perut, kerongkongan, dan

ususu yang mudah berdarah.

d. Kanker hati (hepatocellular carcinoma).

e. Gangguan paru akibat sirosis (sindrom hepatopulmonae).

f. Gagal ginjal akibat sirosisi (sindrom hepatopulmonae).

g. Gangguan mental seperti kebingungan sampai perubahan tingkat

kesadaran, dan koma (hepatic encephalopathy).

Page 44: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

31

Poltekkes Kemenkes Padang

6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Menurut Nuari (2025) penatalaksaan medis dari pasien sirosisi hepatis,

yaitu:

1) Terapi mencakup antasid, suplemen vitamin dan nutrisi, diet

eimbang, diuretik, hhindari alkohol,

2) Kolkisin dapat memperlambat keinstasan pada pasien dengan

sirosisi rinangan sampai sedang.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan pada penderita sirosis hepatis adalah istirahat,

perbaikan status nutrisi, perawatan kulit, serta pendidikan pasien dan

pertimbangan perawatan dirumah (Nuari, 2015).

1) Istirahat

Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis, sehingga akan

mengurangi kebutugan dala hati dan meningkatkan suplai darah.

Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya

perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi

dan vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk

mencapai status pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga

ringan di samping istirahat harus direncanakan.

2) Perbaikan status nutrisi

Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan diet yang

bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B

kompleks. Dala hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering

daripada makan 3 kali sehari dalam porsi besar, karena adanya

tekanan abdominal yang ditimbulkan oleh asites.

Pasien dengan feses berlemak (steatorea) harus mendapatkan

vitamin larut lemak, yaitu vitamin A,D, dan E. Diet rendah protein

dapat diberikan untuk sementara jika tidak terdapat encefalopati

hepatik.asupan kalori yang tinggi harus dipertahankan dan

suplemen vitamin mineral perlu diberikan.

Page 45: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

32

Poltekkes Kemenkes Padang

3) Perawatan kulit

Perawatan kulit yang perlu dilakukan sehubungan dengan adanya

edema subkutan, immobilitas pasien, ikterus, dan peningkatan

kerentanan terhadap infeksi serta luka pada kulit. Penggunaan

sabun yang iritatif dan plester harus dihindari untuk mencegah

trauma kulit.

4) Pendidikan pasien dan pertimbanga perawatan di rumah

Instruksi diet perlu diberitahukan pada pasien dan keluarga.

Intruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari

diet. Pembatasan natrium diperlukan untuk waktu yang cukup

lama.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama, tempat dan

tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,

pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan diagnose

medis.

b) Identitas penaggung jawab

Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa di

hubungi selama menjalani masa rawatan di rumah sakit.

c) Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pada pasien sirosis hepatis diantaranya, tidak

nafsu makan, mual atau muntah, kelemahan fisik, penurunan

berat dana dan kesulitan menelan (Tarwoto dan Wartonah,

2015)

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang merupakan permulaan klien

merasakan keluhan dari gejala awal sampai sekarang. Perawat

Page 46: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

33

Poltekkes Kemenkes Padang

perlu mengkaji secara sitematis agar gejala yang dirasakan

pasien tida ada yang terlewatkan. Tanyakan apakah ada

perubahan intake nutrisi setiap ada keluhan utama atau apakah

berhubungan juga dengan berat badan. Tanyakan kepada pasien

upaya yang sudah dilakukan untuk menangani gejala yang

dirasakan, apakah ada obat-obatan yang sudah diminum dan

perlu dijelaskan juga nama dan dosis obatnya (Nuari, 2015).

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Perawat perlu mengkaji riwayat masuk rumah sakit, riwayat

kesehatan dahulu dan riwayat penggunaan obat. Dalam riwayat

penggunaan obat perlu dikaji apakah pasien menggunakan obat-

obatan hepatotoksin atau bersifat racun terhadap fisiologis kerja

hati. Perawat juga harus mengkaji riwayat alergi, sebagai tindakan

antisipasi apabila klien mendapatkan obat/terapi tertentu.

Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat

penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih

lanjut dan untuk memberikan tindakan selanjutnya (Nuari, 2015).

3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita sirosis hepatis atau

riwayat hepatitis dari generasi terdahulu.

d) Pola aktivitas sehari-hari (ADL)

1) Pola Nutrisi

Anamnesis mengenai jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

dan dilakukan dengan cermat. Penghasilan dan pengeluaran per

bulan harus dikaji. Makanan sehari-hari yang dikonsumsi, sumber

bahan makanan (untuk mengetahui kandungan gizi), kebiasaan

hidup (misalnya ngemil sebelum tidur), kondisi finansial

keuangan), sering minum alkohol, makanan yang dipantang, dan

makanan yang menyebabkan alergi.

2) Pola tidur dan istirahat

Waktu istirahat perhari pasien di bandingkan saat keadaan sehat

dengan keadaan saat pasien dirawat dirumah sakit, olahraga (apa

Page 47: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

34

Poltekkes Kemenkes Padang

jenisnya dan berapa frekuensinya), biasanya pasien mudah lelah

saat melakukan aktivitas sederhana.

3) Pola coping

Respon terhadap stress (makan atau tidak makan), persepsi

terhadap masalah, persepsi terhadap faktor penyebab/pendukung,

tanggapan terhadap keadaan sekarang atau konsep diri, sistem

pendukung yang ada (kekuatan/kelemahan), dirumah hidup dan

makan sendiri.

4) Pengetahuan tentang nutrisi

Dapat mengetahui kelompok makanan dasar, makanan yang tinggi

dan rendah kalori, hubungan antara aktivitas dan metabolisme.

e. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,

berat badan dan tanda–tanda vital.

2) Ukuran antropometri :

a) Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%

b) Lingkar pergelangan tangan

c) Lingkar lengan atas (MAC)

(nilai normal)

Wanita : 28,5 cm

Pria : 28,3 cm

d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :

(nilai normal)

Wanita : 16,5-18 cm

Pria : 12,5-16,6 cm

(Tarwoto dan Wartonah, 2015)

3) B1: Breathing (Sistem pernafasan)

Biasanya terlihat sesai dan terdapat retraksi intercostae sekunder

dari acites. Taktil fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi.

Lapangan paru resonance, bila terdapat efusi maka bunyinya redup.

Page 48: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

35

Poltekkes Kemenkes Padang

Secara umum normal, akan ada ronchi bila ada akumulasi secret

(Nuari, 2015)

4) B2 : Sistem kardiovaskuler

Biasanya terdapat tanda gehala perdarahan dan anemia, adanya

peningkatan denyut nadi, dan biasanya auskutasi normal, kecuali

sirosisi hepatis dengan gagal jantung kongestif (Nuari, 2015)

5) B3 : Brain (Sistem syaraf neurosensory endokrin)

Sistem syaraf : agitasi, disorientasi. Pada waita mengalami

ginecomastia, menstruasi tidak teratur, perubahan suara menjadi

lebih berat. Ketidak di palpasi, terdapat pembesaran kelenjar tiroid

(Nuari, 2015).

6) B4 : Bladder Genitourinaria

Urin gelap, warna kecoklatan. Jika di palpasi, biasanya normal

tidak ada tendeness (Nuari, 2015).

7) B5 : Bowel

Pada inspeksi biasanya pasien tampak mual, dyspepsia, perubahan

dalam buang air besar, anoreksia, peurunan berat badan. Jika

dipalpasi teraba hepatoslenomegali ringan dan nyeri tekan

(tenderness) kuadran kanan, adanya shifting dullness. Saat

dipalpasi pasien akan merasa nyeri ketuk pada kuadran kanan atas.

Dan bisanya bising usus normal (Nuari, 2015).

8) B6 : Bone, Muskuloskeletal

Biasanya pasien terlihat kelelahan, tremor dan atrofi otot pada

sirosis hepatis kronis. Memar dan perdarahan meliputi perdarahan

gusi, ekimosis, spider navi. Ketika dipalpasi akan didapatkan

penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan dalam

beraktivitas (Nuari, 2015).

f. Data psikologis

Adanya perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit yang

dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah sakit.

Page 49: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

36

Poltekkes Kemenkes Padang

g. Data sosial

Status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam memilih dan

membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien dalam

pemenuhan kesehatan.

h. Data spritual

Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh pasien dan keluarga.

i. Data penunjang, pemeriksaan laboratorium :

Menurut Diyono dan mulyanti (2013) pada pemeriksaan laboratorium

akan ditemukan sebagai berikut :

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Darah

Bisa dijumpai Hb rendah, anemia normokrom, normositer,

hipokrom monositer, atau hipokrom makrositer. Anemia bisa

akibat hipersplenisme dengan leukopenia dan trombositopenia.

Kolestrol darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang

kurang baik. Kenaikan kadar enzim transaminase atau SGOT,

SGPT, bukan merupakan petunjuk tentang berat dan luasnya

kerusakan parenkim hati. Kenaikan nya dalam serum timbul

akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan.

Uji faal hepar

a. Bilirubin menningkat (Normal: 0,2-1,4 gr%).

b. SGOT meningkat (Normal: 10-40 u/c).

c. SGPT meningkat (Normal: 5-35 u/c).

d. Protein total menurun (Normal: 6,6-8 gr/dl).

b) Albumin

Kadar albumin yang merendah merupakan cerminan

kemampuan sel hati yang berkurang. Penuruanan kadar

albumin dan peningkatan kadar globulin merupaka tanda

kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress.

c) Pemeriksaan CHE (Kolinesterase)

Penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi kerusakan hatikadar

CHE akan menurun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE

Page 50: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

37

Poltekkes Kemenkes Padang

menuju normal , nilai CHE yang bertahan dibawah normal,

mmpunyai prognosis yang jelek.

d) Pemeriksaan kadar Elektrolit penting dalam penggunaan

diuretik dan pembatasan garam dalam diet. Dalam hal

enselopati, kadar Na 500-1000, mempunyai nilai diagnostik

suatu kanker hati primer.

2) USG

Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit.

Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar,

permulaan irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat

perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan permukaan hati

yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi

dalam batas nomal.

3) CT (chomputed tomography)

Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah

hepatic serta obstruksi aliran tersebut.

4) MRI

Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah

hepatic serta obstruksi aliran tersebut.

5) Analisa gas darah

Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan

a) Albumin (nilai normal: 4 – 5,5 mg/100ml)

b) Transferi (nilai normal: 170 -25 mg/100ml)

c) Hemoglobin (nilai normal: 12 mg%)

d) BUN (nilai normal: 10 – 20 mg/100ml)

e) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal: laki-laki: 0,6-

1,3 mg/100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100ml).

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yang

muncul menurut Nanda (2015), adalah:

Page 51: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

38

Poltekkes Kemenkes Padang

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis atau ketidakmampuan mengabsorpsi makanan

b. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

c. Keletihan berhungan dengan peningkatan kelemahan fisik

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2

Intervensi Keperawatan Nort American Nursing Diagnosis

Association (NANDA), Nursing intervention Classification (NIC) – Nursing outcomes Classification (NOC), 2015)

No Diagnosa Noc Nic

1 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Definisi : Asupan

nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi

kebutuhan metabolik

Batasan

Karakteristik :

1) Berat badan 20%

atau lebih

dibawah rentang

berat badan ideal

2) Bising usus

hiperaktif

3) Kelemahan otot

untuk mengunyah

4) Kelemahan otot

untuk menelan

5) Kehilangan

rambut berlebihan

6) Membrane

mukosa pucat

7) Ketidakmampuan

memakan

makanan

8) Nyeri abdomen

Status Gizi

Indikator:

1) Asupan

nutrisi

2) Asupan

makanan

3) Asupan

cairan

4) Energi

5) Rasio tinggi

berat badan

6) Hidrasi

Status gizi:

asupan

makanan dan

airan

Indikator:

1) Asupan

makanan

secara oral

2) Asupan

cairan

secara oral

3) Asupan

nutris

parenteral

Manajemen Nutrisi

a) Menentukan status gizi

pasien dan kemampuan

untuk memenuhi

kebutuhan gizi

b) Identifikasi adanya

alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki

pasien

c) Monitor kalori dan

asupan makanan

d) Monitor kecendrungan

terjadinya penurunan

atau kenaikan berat

badan

e) Membantu pasien

dalam menentukan

pedoman diet sirosis

f) Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

diet pasien

g) Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat diet

sirosis

h) Ciptakan lingkungan

yang optimal pada saat

Page 52: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

39

Poltekkes Kemenkes Padang

Faktor yang

berhubungan:

1) Faktor biologis

2) Ketidakmampuan

mengabsorpsi

nutrien

3) Kurang asupan

makanan

mengkonsumsi makan.

i) Mengatur pada makan,

yang diperlukan (yaitu,

menyediakan makanan

protein tinggi, gula

pengganti, kenaikan

atau penurunan kalori,

menambah atau

mengurangi vitamin,

mineral, atau suplemen.

Monitor Nutrisi

a) Monitoring adanya

penurunan berat badan

b) Monitor adanya mual

dan muntah

c) Monitor diet dan

asupan kalori

d) Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

e) Monitor diet pasien

f) Melakukan pemantauan

hasil laboratorium

2 Keletihan

Defenisi : keletihan

terus-menerus dan

penurunan kapasitas

untuk kerja fisik dan

mental pada tingkat

yang lazim.

Batasan

karakteristik:

a) Kelelahan

b) Gangguan

konsentrasi

c) Kurang minat

terhadap sekitar

d) Peningkatan

keluhan fisik

e) Tidak mampu

Kelelahan :

efek yang

mengganggu

a) Penurunan

energi

b) Nafsu

makan

menurun

c) Perubahan

status

nutrisi

d) Gangguan

terhadap

e) aturan

pengobatan

f) Gangguan

dengan

aktivitas

Manajemen Energi

1) Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2) Dorong untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3) Kaji adanya factor yang

menyebabkan

kelelahan

4) Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

5) Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

6) Monitor respon

kardiovaskular

Page 53: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

40

Poltekkes Kemenkes Padang

mempertahankan

aktivitas fisik pada

tingkat yang

biasanya

f) Peningkatan

kebutuhan istirahat

g) Tidak mampu

mempertahankan

rutinitas yang

biasanya.

Faktor yang

berhubungan:

a) Kelesuan fisik

b) Malnutrisi

c) Peningkatan

kelelahan fisik

d) Kelesuan fisiologis

sehari-hari.

Tingkat

Kelelahan :

a) Kelelahan

b) Kelesuan

c) Kehilangan

selera makan

d) Kualitas

istirahat

e) Kualitas

tidur

f) Metabolisme

Terhadap aktivitas

7) Monitor pola tidur dan

lamanya

8) Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan, berhubungan

dengan perubahan

hidup yang disebabkan

keletihan

9) Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan

10) Konsultasikan dengan

ahli gizi untuk

meningkatkan asupan

makanan yang

berenergi tinggi

3 Konstipasi

Defenisi: Penurunan

frekuensi normal

defekasi yang disertai

kesulitan atau

pengeluaran feses

tidak tuntas dan/atau

feses yang keras,

kering dan banyak.

Batasan

Karakteristik:

a) Nyeri abdomen

b) Byeri tekan

abdomen dengan

teraba distensi otot

c) Anoreksi

d) Perubahan pada

pola defekasi

e) Distensi abdomen

f) Tidak dapat

makan, mual

g) Tidak dapat

Eliminas usus:

Hidrasi

a) Turgor kulit

b) Membran

mukosa

lembab

c) Intake

cairan

d) Output urin

e) Haus

f) Warna urin

keruh

g) Bola mata

cekung dan

lunak

h) Nadi cepat

dan lemah

i) Kehilangan

berat badan

Manajemen

Konstipasi/impaksi:

a) Monitor tanda dan

gejala konstipasi

b) Monitor bising usus

c) Monitor frekuensi

feses, konsistensi dan

volume

d) Konsultasi dengan

dokter tentang bising

usus

e) Identifikasi factor dan

kontribusi konstipasi

f) Dukung intake cairan

g) Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

h) Memantau gerakan

usus

i) Mendorong

meningkatkan asupan

cairan kecuali

dikontraindikasikan

j) Anjurkan

Page 54: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

41

Poltekkes Kemenkes Padang

mengeluarkan

feses

h) Nyeri saat defekasi

Faktor yang

berhubungan:

a) Kebiasaan defekasi

yang tidak teratur

b) Kebiasaan

menekan

dorongan defekasi

c) Kelemahan otot

abdomen

d) Perubahan

lingkungan saat ini

e) Asupan cairan

tidak cukup

f) Asupan serat tidak

cukup

g) Dehidrasi

pasien/keluarga

mencatat warna,

volume, frekuensi dan

konsistensi pada

hubungan asupan diet,

olahraga, cairan

sembelit/impaksi

k) Timbang pasien secara

teratur

l) Ajarkan pasien/

keluarga tentang proses

pencernaan yang

normal

Page 55: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Deskriptif, yaitu suatu metode

penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena

yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau (Hamdi, 2014).

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang

didapatkan peneliti adalah melihat asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada pasien sirosis hepatis di ruang IRNA Non Bedah

RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan IRNA Non Bedah RSUP Dr. M.

Djamil Padang.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal pada bulan

November 2018 sampai Juni 2019. Waktu studi kasus dilakukan selama

1 minggu yaitu pada tanggal 16 - 22 Mei 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek berupa orang, benda, gejala, atau

wilayah yang akan diteliti (Kartika, 2017). Populasi dari penelitian ini

adalah semua pasien sirosis hepatis yang dirawat di IRNA Non-Bedah

RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi pasien sirosis hepatis di RSUP

Dr. M. Djamil pada tanggal 16 Mei 2019 ada sebanyak 3 orang

pasien.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi, atau sample adalah elemen

populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Kartika,

Poltekkes Kemenkes Padang

Page 56: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

43

Poltekkes Kemenkes Padang

2017). Sample dari penelitian ini diambil sebanyak 1 orang pasien

sirosis hepatis yang mengalami gangguan pemenuhan nutrisi di ruang

IRNA Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2019. dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu

cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh

peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik populasinya

(Swarjana, 2012).

Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu

1. Kriteria inklusi

a) Pasien bersedia menjadi responden

b) Pasien mengalami penurunan nafsu makan dan tidak

menghabiskan diit nya

c) Pasien kooperatif dan dapat berkomunikasi verbal dengan baik

2. Kriteria Eksklusi

a) Pasien dengan hari rawatan kurang dari 5 hari

b) Pasien rencana pulang.

Sample dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling,

yaitu pengambilan sampel secara acak oleh peneliti, karena setiap

kasus atau elemen memiliki kesempatan yang sama besar untuk

dipilih sebagai sampel penelitian. Adapun cara pengambilan sample

yaitu : populasi yang ditemukan saat melakukan penelitian pada

tanggal 16 Maret 2019 sebanyak 3 orang pasien sirosis hepatis dengan

gangguan nutrisi. Keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk dijadikan sample penelitian. Makan digunakan metode

pengundian, ketiga orang pasien tersebut diberi kode berdasarkan

inisial nama pasien diatas kertas, kemudian kertas tersebut digulung

lalu diaduk secara bersamaan. Setelah diaduk, peneliti mengambil satu

buah kertas secara acak, kertas yang berinisial pasien tersebut yang

dijadikan sebagai sample penelitian.

Page 57: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

44

Poltekkes Kemenkes Padang

D. Alat atau instrumen pengumpulan data

Alat atau instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses

keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi dalam hal ini

terlampir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencananaan

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat

pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer,

penlight, mictroise (alat ukur tinggi) dan timbangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik,

observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, identifikasi

penanggung jawab, riwayat kesehatan, kebutuhan dasar, pemeriksaan

fisik, data psikologis, data ekonomi sosial, data spiritual, lingkungan

tempat tinggal, pemeriksaan laboratorium, dan program pengobatan.

2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data,

masalah, dan etiologi

3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam

medik, diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya

masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

4. Format rencana asuhan keperwatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi NIC dan NOC.

5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor

rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi

keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam

medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan,

dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis-Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien dan

keluarga berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan, meliputi:

Page 58: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

45

Poltekkes Kemenkes Padang

Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari

dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien. Data ini didapatkan

dari hasil wawancara observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada

partisipan.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari perawat, rekam medis, data penunjang

(hasil labor dan diagnostik) yang ada diruang rawat IRNA Non Bedah

RSUP Dr. M. Djamil Padang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Wawancara atau Anamnesa

Peneliti melakukan wawancara kepada kedua partisipan melalui

pertanyaan yang diajukan secara langsung dan tatap muka. Wawancara

yang dilakukan meliputi perkenalan diri, menjelaskan tujuan,

informconsent, pengkajian yaitu menanyakan keluhan yang dirasakan

pasien sehingga dibawa kerumah sakit, keluhan yang dirasakan pada

saat sekarang ini, riwayat kesehatan dahulu pasien, riwayat kesehatan

keluarga pasien, dan ADL pasien.

2. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan secara langsung kepada kedua

partisipan untuk mencari perubahan atau perkembangan yang dialami

kedua partisipan.

3. Pengukuran

Peneliti melakukan cek tekanan darah, pemeriksaan fisik secara head

too toe, menggunakan penlight, mengukur LILA, menimbang berat

badan dengan menggunakan timbangan dan mengukur tinggi.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dalam hal ini peneliti menggunakan dokumentasi dari

Page 59: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

46

Poltekkes Kemenkes Padang

rumah sakit berupa data laboratorium, pemeriksaan diagnostik, dan

terapi pengobatan untuk menunjang penelitian yang dilakukan.

G. Hasil Analisis

Hasil analisis pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan pada

tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori

keperawatan pada gangguan pemenuhan nutrisi. Data yang telah didapat

dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian asuhan

keperawatan, menegakkan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan

asuhan keperawatan, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,

mengevaluasi hasil tindakan asuhan keperawatan dan dinarasikan. Analisis

selanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan

pada pasien kelolaan dengan teori asuhan keperawatan gangguan

pemenuhan nutrisi pada kasus Sirosis Hepatis dan penelitian terdahulu.

Page 60: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

47

Poltekkes Kemenkes

Padang

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP DR.M. Djamil Padang di IRNA Non Bedah.

tepatnya di Ruang Penyakit Dalam. Ruang Penyakit Dalam terbagi atas 2 wing,

yaitu wing A dan wing B dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

yang dibagi menjadi 3 shift. Perawat dipimpin oleh kepala ruangan dan dibantu

oleh 2 orang kepala tim pada masing-masing tim yang terdiri dari perawat

pelaksana dan perawat profesi.

B. Deskripsi Kasus

Penelitian Asuhan keperawatan dengan kebutuhan nutrisi pada pasien Sirosis

Heaptia di IRNA Non Bedah RSUP. DR. M. Djamil Padang, pada tanggl 16

Maret – 22 Maret 2019, dengan satu orang partisipan. Asuhan keperawatan

dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan

metode wawancara, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan dilakukan di ruang penyakit dalam RSUP DR. M.

Djamil Padang pada hari Kamis, Tanggal 16 Maret 2019 jam 13.00 WIB.

Pengkajian dilakukan dengan metoda anamnesa, pemeriksaan fisik dan studi

dokumentasi yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pengakjian

pola kesehatan, dan pengakajian biopsikososial spiritual. Pengkajian yang

dilakukan ditunjang dengan pemeriksan diagnostik dan pemeriksaan

laboratorium serta terapi pengobatan yang diberikan oleh dokter.

Page 61: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

48

Poltekkes Kemenkes Padang

Hasil pengkajiaan pada pasien didapatkan data sebagai berikut

a. Identitas Pasien dan penanggung jawab; Tn. D Umur 32 tahun, jenis

kelamin laki – laki, statusnya belum kawin, beragama Islam, Pendidikan

terakhir SMA. Bekekerjaan sebagai petani sawit, dan tempat tinggal di

Sarasah Air Mancur Cubadak Duo Koto Pasaman Barat. Selama dirawat

dirumah sakit yang bertanggung jawab kepada Tn. D adalah Ny. E yang

merupakan ibu kandung. Ny.E bekerja sebagai petani sawit di Pasaman

Barat.

b. Keluhan Utama : Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil

Padang tanggal 15 maret 2019 pada jam 18.17 dengan keluhan sesak

nafas dan penurusan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah

Sakit, seluruh badan terasa lemah.

c. Riwayat kesehatan saat ini; Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16

Mei 2019, pasien mengatakan perasaan penuh di perut, tidak BAB selama

3 hari, seluruh badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, makanan

dihabiskans 2-3 sendok dari porsi yang diberikan, mual pada pagi hari

dan terkadang muntah. Klien mengatakan ada penurunan berat badan ±10

kg sejak 2 bulan yang lalu., imt 17,41.

d. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien mengatakan belum pernah dirawat di

rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat seperti

penyakit jantung, TB, DM, dan yang lain. Pasien mengatakan sering

meminum alkohol, merokok dan suka membeli obat tanpa resep dokter

seperti obat demam dan obat batuk.

e. Riwayat kesehatan keluarga : Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan keluarga pasien, tidak ada keluarga yang pernah

menderita penyakit yang sama, tidak ada anggota keluarga yang pernah

menderita penyakit hepatitis dan penyakit keturunan ataupun menular

lainnya.

Page 62: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

49

Poltekkes Kemenkes Padang

f. Pola makan pasien. Pasien mengatakan saat sehat : pasien makan 3-4 kali

sehari dengan satu piring nasi, lauk, dan sayur, kadang disertai buah,

makanan lainnya adalah roti dan gorengan sebagai cemilan disela-sela

jam makan.ketika sakit : Pasien diberikan diet hati II dengan nasi 100gr,

lauk 20 gr, sayur 50 gr dan buah apel/pisang 1 buah. Pasien hanya

menghabiskan makanan yang diberikan 2-3 sendok makan. ketika sehat :

pasien minum kurang lebih 7-8 gelas air putih perhari dan 1 gelas kopi

perhari. Saat sakit : pasien minum air putih 1 gelas perhari, infus

Aminofusin: Triofusin (1:2) .

g. Pola istirahat dan tidur. Pada saat sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam

hari, kualitas tidur baik. Ketika sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi

sangat sulit untuk tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena

perubahan lingkungan baru di Rumah Sakit.

h. Pola BAB dan BAK; BAB. Ketika sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2

hari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.saat sakit : pasien belum

BAB sejak 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Ketika sehat : pasien

BAK 8 kali dalam 24 jam, warna kuning jernih, bau khas. Sast sakit :

Pasien menggunakan kateter, ± 700cc perhari

i. Pola aktifitas; Sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari, kualitas tidur

baik. Saat sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat sulit untuk

tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan

lingkungan baru di Rumah Sakit.

j. Pemeriksaan fisik; Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien,

pasien kooperatif dengan tingkat kesadaran composmentis. Hasil

pengukuran didapatkan tinggi badan 166 Cm, berat badan 51 Kg, tekanan

darah 130/90 mmHg, suhu 37,5 0C, nadi 74X / Menit dan

pernafasan 24 X / Menit. Kulit pasien tampak menguning dan kering,

tidak ada edema, dan fungsi perabaan baik.

Page 63: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

50

Poltekkes Kemenkes Padang

1) Kepala tidak ada kelainan, rambut bewarna hitam, berminyak, rambut

tidak rapi, rontok. Telinga tampak bersih, simetris kiri dan kanan,

tidak ada lesi ataupun luka dan pendengaran baik. Pada mata pasien,

mata simetris kiri dan kanan konjungtiva anemis (+) , dan sklera

ikterik (+) dan penglihatan masih baik tidak ada keluhan. Hidung

tampak simetris, tidak ada lesi, hidung bersih dan penciuman baik.

2) Pada mulut, mukosa mulut kering, bibir pucat. Leher tidak ada lesi,

tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjer getah bening, serta

fungsi menelan tidak tergangggu.

3) Pemeriksaan dada, dada tampak simetris kiri dan kanan, cukup bersih ,

warna kulit merata , tidak ada lesi ataupun luka dan retraksi dinding

dada (-). Saat dipalpasi Fermitus kiri dan kanan, ictus cordis teraba .

diperkusi terdengar sonor dan dilakukan auskultasi tidak terdapat

bunyi nafas tambahan (-).

4) Pada bagian abdomen, terlihat membuncit, tidak ada lesi, dan warna

kulit merata, bising usus (-), saat dipalpasi nyeri tekan epigastrium,

ada pembengkakan hati 2 jari, perkusi berbunyi tympani.

5) Pemeriksaan ekstermitas, ekstermitas atas akral teraba hangat dan

lembab, CRT < 2 detik, kuku tangan tampak panjang dan kotor,

turgor kulit kembali cepat dan fungsi otot baik. Pada tangan kanan

terpasang infuse.

6) Ekstermitas bawah, Pada ekstermitas bawah pasien mengatakan kaki

pegal pegal dan lemah untuk digerakan, turgor kulit baik, kuku kaki

tidak rapi dan tidak bersih.

k. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium

dan USG abdomen.

l. Terapi pengobatan yang didapatkan pasien adalah Namipril 2,5 g,

Bisoprolol 2,5 g, IVFD aminofusin hepar : triofusin (1:2), Lactulac 3x1

sdt, Proparolol 2x 10 g, Tranfusi albumin

Page 64: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

51

Poltekkes Kemenkes Padang

2. Diagnosa Keperawataan

Setelah dilakukan pengkajian dengan mengelompokan data, memvalidasi data

dan menganalisa data berdasarkan data subjektif daan objektif. Pada diagnosa

keperawatan, peneliti akan menganalisis perumusan diagnosa keperawatan

pada pasien berdasarkan teori dan kasus. Ditemukan beberapa diagnosa

keperawatan yang yang teridentifikasi dengan tiga diagnosa utama yang

berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan oksigen, yaitu :

1) Diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan

kurang asupan makanan. Diagnosa ini diangkat dan diperkuat dengan data

subjektif bahwa Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya

menghabiskan 2-3 sendok dari porsi yang disediakan, sedangkan untuk

data objektif yang didapat dari pengukuran dan observasi yang hasilnya

IMT pasien kurang dari rentang normal.

2) Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak

cukup. Diagnosa ini didukung oleh data, yang pertama adalah data

subjekctif bahwa pasien mengatakan BAB keras, dan Pasien mengatakan

tidak BAB selama 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Yang kedua

didukung oleh data objektif dimana saat dilakukan observasi dan

pemeriksaan didapatkan perut pasien membuncit, kembung dan bising usus

tidak normal 2x/menit.

3) Diagnosa ketiga adalah keletihan berhubungan dengan malnutrisi. Data

subjektif yang ditemukan pasien mengatakan sering merasa lelah dan letih

dengan atau tanpa aktivitas. Data objektif yang didapatkan adalah pasien

tampak lemah dan letih serta tampak mata pasien memerah.

Page 65: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

52

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Intervensi Keperawataan

Intervensi keperawatan tujuannya untuk mempertahankan tingkat kesehatan

optimal pasien dalam upaya menurunkan jumlah dan atau keparahan gejala

ganguan nutrisi, hal ini meliputi tindakan keperawatan mandiri, seperti prilaku

peningkatan kesehatan dan upaya pencegahan.

a. Diagnosa pertama, yaitu Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrient dan kurang asupan makanan dengan kriteria hasil asupan nutrisi

adekuat, asupan cairan adekuat, Energi cukup, Rasio tinggi berat badan

dalam rentanng normal. Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan

sesuai dengan NIC yaitu Menentukan status gizi pasien dan kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan,

monitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan berat badan,

membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien, nformasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat diet sirosis, ciptakan lingkungan yang optimal

pada saat mengkonsumsi makan, monitoring adanya penurunan berat

badan, monitor adanya mual dan muntah, monitor diet dan asupan kalori,

monitor diet pasien.

b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup

dan perubahan lingkungan saat ini dengan kriteria hasil turgor kulit normal,

membran mukosa lembab, intake cairan normal, output urin, tidak haus,

warna urin tidak keruh, bola mata tidak cekung dan lunak, tidak ada

kehilangan berat badan. Sedangkan untuk rencana intervensi yang akan

dilakukan sesuai dengan NIC monitor tanda dan gejala konstipasi, monitor

bising usus, monitor frekuensi, konsistensi dan volume feses, monitor

Page 66: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

53

Poltekkes Kemenkes Padang

tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien, identifikasi factor

penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-

tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala impaksi, Tinja yang

kering, keras dan berbentuk , teraba massa pada rectum, perasaan rektal

penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia, ajurkan pasien/keluarga

untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, anjurkan

pasien/keluarga untuk diet tinggi serat, anjurkan pasien/keluarga pada

penggunaan yang tepat dari obat pencahar, anjurkan passion/keluarga pada

pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks.

c. Diagnosa ketiga, yaitu keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan

energy metabolism dengan kriteria hasil tidak terjadi perubahan status

nutrisi yang buruk, tidak ada gangguan terhadap aturan pengobatan, tidak

kelelahan, tidak mengalami kehilangan selera makan, kualitas istirahat

adekuat. Sedangkan untuk intervensi yang akan dilakukan sesuai dengan

NIC adalah Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan selelahan

sesuai dengan konteks usia dan perkembangan, monitor asupan nutrisi

untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, konsulkan dengan ahli gizi

mengenai cara meningkatkan asupan nutrisi dan makan, bantu pasien untuk

memantau secara mandiri dengan mencatat asupan kalori dan energi yang

digunakan sesuai dengan kebutuhan, anjurkan pasien mengungkapkan

perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami, tentukan

persepsi pasien atau keluarga dengan pasien mengenai penyebab kelelahan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien

sesuai dengan rencana tindakan yang telah dirumuskan. Implementasi yang

dilakukan pada tanggl 16 Maret 2019 sampai 22 Maret 2019. Dari pertemuan

Page 67: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

54

Poltekkes Kemenkes Padang

pertama sampai dengan pertemuan ke tujuh pada diagnosis keperawatan

utama

a. Diagnosa Pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan

kurang asupan makanan adalah menentukan status gizi pasien dan

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, mengidentifikasi alergi atau

intoleransi makanan yang dimiliki pasien, memonitor kalori dan asupan

makanan, memonitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan

berat badan, membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis

yaitu diet hati, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien

diet hati, menginformasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat diet

sirosis, menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi

makan, memonitoring adanya penurunan berat badan, memonitor adanya

mual dan muntah yang dialami pasien, monitor diet dan asupan kalori

Pasien, monitor diet pasien.

b. Diagnosis kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak

cukup dan perubahan lingkungan saat ini yang dilakukan tanggal 16 Maret

2019 sampai 22 Maret 2019 adalah memonitor tanda dan gejala konstipasi,

memonitor bising usus, memonitor frekuensi, konsistensi dan volume

feses, memonitor tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien,

identifikasi factor penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake

cairan, pantau tanda-tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala

impaksi, tinja yang kering, keras dan berbentuk, teraba massa pada rectum,

perasaan rektal penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia,

mengajurkan pasien/keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan

konsistensi tinja, menganjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat,

menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan yang tepat dari obat

Page 68: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

55

Poltekkes Kemenkes Padang

pencahar, menganjurkan passion/keluarga pada pada hubungan asupan diet,

olahraga, cairan sembelit/impaks.

c. Diagnose ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan

energy metabolisme yang dilakukan pada yanggal 16 Maret 2019 sampai

22 maret 2019 adalah mengkaji status fisiologis pasien yang menyebabkan

selelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan, memonitor

asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,

mengkonsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan

nutrisi dan makan, membantu pasien untuk memantau secara mandiri

dengan mencatat asupan kalori dan energi yang digunakan sesuai dengan

kebutuhan dengan mencatat kedalam buku, menganjurkan pasien

mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang

dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan pasien mengenai

penyebab kelelahan.

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selanjutknnyaa akan dilakukan

evaluasi selamaa tujuh hari (16 Maret 2019 sampai 22 Maret 2019 ). Dengan

menggunakan SOAP hasil yang diperoleh pada hari ke-7, tepatnya hari Rabu

tanggaal 22 Maret 2019 adalah sebagai berikut

a. Diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan

kurang asupan makanan. Masalah teratasi pada hari ke 7 yaitu evaluasi

subjektifnya didapatkan Tn. D mengatakan nafsu makan sudah mulai

meningkat, sudah ada keinginan untuk makan. Sedangkan untuk evaluasi

objektifnya yang diperoleh melalui observasi dan pengukuran didapatkan,

Tn. D tampak sudah bisa menghabiskan makanan yang diberikan, tidak

Page 69: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

56

Poltekkes Kemenkes Padang

terjadi penurunan berat badan yang signifikan, dan tidak ada mual

muntah.

b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak

cukup dan perubahan lingkungan saat ini. Masalah konstipasi teratasi

pada hari ke 4 dimana didapatkan evaluasi subjektifnya bahwa Tn. D

mengatakan sudah BAB dengan normal. Sedangkan evaluasi objektif

yang di dapatkan dari diagnose ini adalah perut sudah tidak kembung,

BAB tidak berlemak, bising usus normal 6x/menit.

c. Diagnose ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan

energy metabolisme. Masalah keletihan tertatasi sebagian pada hari ke 7,

evaluasi subjektifnya didapatkan Tn. D mengatakan sudah dapat

beraktifitas ke kamar mandi tanpa kelelahan yang berarti. Pada saat

dilakukan evaluasi subjektif, pasien dapat berjalan ke kamar mandi tanpa

kelelahan yang berarti, pasien juga tampak, konjungtiva tidak anemis.

C. Pembahasan Kasus

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara teori dan laporan

kasus peneliti. Pembahasan kasus meliputi pengkajian keperawatan, merumuskan

diagnosa keperawatan, membuat perencanaan keperawatan, melakukan implement

asi keperawatan, dan evaluasi pada asuhan keperawatan yang diberikan.

Pembahasan dilakukan dengan membandingan hasil proses keperawatan dengan

teori.

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019 di RSUP DR. M. Djamil

Padang tepatnya diruang penyakit dalam. Hasil pengkajian riwayat kesehatan

Page 70: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

57

Poltekkes Kemenkes Padang

sekarang pada Tn.D di temukan bahwa pasien merasa lelah, perut terasa penuh,

dan tidak menghabiskan makanan, serta ada mual.

Hal ini sesuai dengan teori Wartonah dan Tarwoto (2015) seseorang yang

mengalami gangguan kebutuhan nutrisi akan merasakan, tidak nafsu makan,

mual atau muntah, kelemahan fisik, penurunan berat dana dan kesulitan

menelan.

Menurut Nuari (2015) Hal ini disebabkan oleh defisiendi gizi dengan

penurunan asupan protein yang turut menimbulkan kerusakakan hati pada

sirosis. Tanda dan gejala penderita sirosis yaitu, gejala dini yang samar dan non

spesifik seperti kelelahan, anoreksia, dispepsia, flatulen, perubahan kebiasaan

defeksi (konstipasi/diare), berat badan menurun, mual dan muntah pada pagi

hari, nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium, hati keras dan teraba.

Hasil pengakjian riwayat kesehatan dahulu Tn. D belum pernah masuk rumah

sakit. Tn. D adalah seorang pecandu alkohol dan suka mengkonsumsi kopi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia

(2013), menyebutkan penyebab utama sirosisi hati adalah virus heptitis B dan

C, selain itu konsumsi alkohol dan autoimun juga mempengaruhi terjadinya

sirosis hati.

Pengkajian yang dilakukan tentang riwayat kesehatan keluarga Tn.D,

didapatkan bahwa tidak ada keluarga yang menderita penyakit hati yang sama

dengan Tn.D.

Menurut Smeltzer (2016) Salah satu catra penularan penyakit sirosis hepatis

ditularkan ketika seorang penderita penyakit sirosis hepatis dengan hepatitis B

bersentuhan dengan individu lain, ibu dengan penyakit hepatitis juga akan

sangat berisiko menularkan kepada anaknya.

Page 71: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

58

Poltekkes Kemenkes Padang

Pada pengkajian status nutirisi, Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan

hanya menghabiskan ¼ dari porsi yang disediakan, sedangkan untuk data

objektif yang didapat dari pengukuran dan observasi yang hasilnya IMT pasien

kurang dari rentang normal.

Menurut Kozier (2011), kandungan nutrisi dalam makanan adalah

pertimbangan penting dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan

kebiasaan individu seringkali menjadi faktor utama yang mempengaruhi asupan

makanan aktual. Adapun faktor yang mempengruhi kebutuhan nutrisi sesorang

salah satunya adalah kesehatan, dimana proses penyakit dan pembedahan

saluran gastroinestinal dapat mempengaruhi pencernaan, absorpsi dan

metabolisme. Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati.

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Berat badan kurang atau underweight,

merupakan kondisi dimana berat badan kurang dari normal, yaitu kurang dari

10% dari berat badan idela atau BMI kurang dari 18,5. Ada beberapa kondisi

yang menyebabkan berat badan kurang, diantaranya; asupan nutrisi yang

kurang, ketidakmampuan menyediakan makanan, pecandu alkohol dan obat

terlarang serta berbagai penyakit infeksi saluran cerna. Hal ini sesuai dengan

kondisi pasien saat ini.

Pola istirahat dan tidur. Pada saat sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari,

kualitas tidur baik. Ketika sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat

sulit untuk tertidur dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan

lingkungan baru di Rumah Sakit.

Menurut Nuari, (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,

sehingga akan mengurangi kebutuhan dalam hati dan meningkatkan suplai

darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya perlu

dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan vaskuler.

Page 72: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

59

Poltekkes Kemenkes Padang

Pola BAB dan BAK; BAB. Ketika sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2 hari,

konsistensi lunak, warna kuning, bau khas.saat sakit : pasien belum BAB sejak

3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Ketika sehat : pasien BAK 8 kali dalam

24 jam, warna kuning jernih, bau khas. Sast sakit : Pasien menggunakan

kateter, ± 700cc perhari

Pola BAB dan BAK pasien tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wahyudo (2014), dimana Wahyudo mendapatkan BAK pasien berwarna

pekat seperti teh, BAB lunak dan berwarna hitam, tanpa lendir sebanyak 2 kali

dalam sehari.

Berdasarkan penelitian mahasiwa gizi FKM UI menunjukkan bahwa sebesar

58,2% seorang yang mengkonsumsi rendah serat mengalami konstipasi. Hal ini

sesuai dengan kasus, dimana konstipasi terjadi karena kurangnya asupan serat

pasien.

Pemeriksaan fisik; Pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien

kooperatif dengan tingkat kesadaran composmentis. Hasil pengukuran

didapatkan tinggi badan 166 Cm, berat badan 51 Kg, tekanan darah 130/90

mmHg, suhu 37,5 0C, nadi 74X / Menit dan pernafasan 24 X / Menit. Kulit

pasien tampak menguning dan kering, tidak ada edema, dan fungsi perabaan

baik. Kepala berminyak, rambut rontok. Pada mata pasien, mata simetris kiri

dan kanan konjungtiva anemis (+) , dan sklera ikterik (+). Pada mulut, mukosa

mulut kering, bibir pucat. Pada bagian abdomen, terlihat membuncit, tidak ada

lesi, dan warna kulit merata, bising usus (-), saat dipalpasi nyeri tekan

epigastrium, ada pembengkakan hati 2 jari, perkusi berbunyi tympani.

Pemeriksaan ekstermitas, ekstermitas atas akral teraba hangat dan lembab,

kuku tangan tampak panjang dan kotor, turgor kulit kembali cepat dan fungsi

otot baik. Pada tangan kanan terpasang infuse. Ekstermitas bawah, Pada

ekstermitas bawah pasien mengatakan kaki pegal pegal dan lemah untuk

digerakan, turgor kulit baik, kuku kaki tidak rapi dan tidak bersih.

Page 73: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

60

Poltekkes Kemenkes Padang

Menurut Nuari (2015) Sistem pernafasan biasanya terlihat sesuai dan terdapat

retraksi intercostae sekunder dari acites. Taktil fremitus seimbang bila tidak ada

komplikasi. Lapangan paru resonance, bila terdapat efusi maka bunyinya redup.

Secara umum normal, akan ada ronchi bila ada akumulasi secret. Sistem

kardiovaskuler biasanya terdapat tanda gehala perdarahan dan anemia, adanya

peningkatan denyut nadi, dan biasanya auskutasi normal, kecuali sirosisi

hepatis dengan gagal jantung kongestif

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium dan

USG abdomen.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan kasus, didapatkan tiga diagnosa

utama Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien ditemukan masalah yang

prioritas yaitu

a. Diagnosa Pertama, ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan

tubuh. Pasien mengeluh pasien merasa lelah, perut terasa penuh, dan tidak

menghabiskan makanan, serta ada mual, IMT kurang dari rentang normal.

Menurut diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017) Diagnosa pertama,

ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik batasan

karakteristik diantaranya yaitu adanya kelemahan otot mengunyah,

gangguan sensai rasa, kesalahan presepsi, kram abdomen, nyeri abdomen,

membran mukosa pucat. Prioritas masalah pada pasien yang mengalami

gangguan nutrisi pada pasien sirosisi hepatis yaitu Ketidakseimbangan

nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient karena adanya gangguan pada

roses metabolik dalam tubuh seseorang karena penyakit hati (Kozier,

2011), serta kurang asupan makanan karena adanya pada abdomen dan

abdomen terasa cepat penuh. Oleh sebab itu peneliti mengangkat diagnosa

Page 74: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

61

Poltekkes Kemenkes Padang

keperawatan pada masalah ini yaitu Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrien dan kurang asupan makanan.

a. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak

cukup. Pasien mengeluh BAB keras, dan Pasien mengatakan tidak BAB

selama 3 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Saat dilakukan observasi

dan pemeriksaan didapatkan perut pasien membuncit, kembung dan bising

usus tidak normal 2x/menit.

Menurut diagnosis keperawatan NANDA (2015-2017), Konstipasi

definisikan sebagai Penurunan frekuensi normal defekasi yang disertai

kesulitan atau pengeluaran feses tidak tuntas dan/atau feses yang keras,

kering, dan banyak. Batasan karakteristinya antara lain, `Anoreksia, Bising

usus hiperaktif, Distensi abdomen, feses keras dan berbentuk, keletihan

umum, mual, tidak dapat mengeluarkan feses.

Menurut Jauhari (2013), Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan salah satu

sumber utama energy. Salah satu fungsi karbohidrat yaitu membantu

pengeluaran tinja (feses). Serat mengatur pergerakan usus selama proses

pencernaan makanan dan memberi bentuk pada tinja. Gangguan pada

sistem pencernaan dapat berdampak pada pemenuhan nutrisi seseorang dan

bentuk tinja.

Menurut Toner dan Claros (2012), Jika konstipasi tidak diatasi dapat

menimbulkan situasi yang lebih serius. Komplikasi yang ditimbulkan dari

konstipasi jika tidak ditangani diantaranya hemoroid, prolaps rektum,

impaksi fekal (feses menjadi keras dan kering), obstruksi usus dan kanker

kolon.

Page 75: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

62

Poltekkes Kemenkes Padang

Oleh karena itu, peneliti mengangangkat diagnosa keperawatan untuk

masalah ini yaitu konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak

cukup.

c. Diagnosa ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi. Pasien

mengatakan sering merasa lelah dan letih dengan atau tanpa aktivitas.

Ditemukan Pasien tampak lemah dan letih serta tampak mata pasien sedikit

anesmis.

Menurut NANDA (2015-2017), keletihan didefenisikan keletihan terus

menerus dan penurunan kapasitas untuk kerja fisik dan mental pada tingkat

yang lazim yang mempunyai beberapa batasan krakteristik antara lain,

kelelahan, kurang energi, mengantuk, peningkatan keluhan fisk, tidak

mampu mempertahankan aktifitas fisik pada tingkat biasanya, tidak mampu

mempertahankan rutinitas yang biasanya.

Menurut Nuari (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,

sehingga akan mengurangi kebutuhan dalam hati dan meningkatkan suplai

darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya

perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan

vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk mencapai status

pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga ringan di samping istirahat

harus direncanakan.

Oleh karena itu, peneliti mengangangkat diagnosa keperawatan untuk

masalah ini, keletihan didefenisikan keletihan.

Page 76: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

63

Poltekkes Kemenkes Padang

3. Intervensi Keperawata

Intervensi keperawatan merupakan perencanaan yang akan dilakukan dalam

mengatasi masalah keperawatan. Intervensi keperawatan berpedoman kepada

Nursing Interventions Clasification (NIC) dan Nursing Outcomes Clasification

(NOC). Perencanaan tindakan berdasarkan tujuan intervensi masalah

keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang

asupan makanan, konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup dan

perubahan lingkungan saat ini, keletihan berhubungan dengan malnutrisi dan

penurunan energi metabolisme.

b. Diagnosa petama, ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang

asupan makanan dengan tujuan tercapainya tidak adanya penurunan berat

badan, asupan makanan yang adekuat. Sedangkan rencana intervensi yang

aakan dilakukan sesuai dengan NIC adalah Menentukan status gizi pasien

dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya

alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan

asupan makanan, monitor kecendrungan terjadinya penurunan atau

kenaikan berat badan, membantu pasien dalam menentukan pedoman diet

sirosis, kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien,

nformasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat diet sirosis, ciptakan

lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan, monitoring

adanya penurunan berat badan, monitor adanya mual dan muntah, monitor

diet dan asupan kalori, monitor diet pasien.

Menurut Nuari (2015), Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau

edema dan tidak memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan

diet yang bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B

Page 77: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

64

Poltekkes Kemenkes Padang

kompleks. Dalam hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering

daripada makan 3 kali sehari dalam porsi besar, karena adanya tekanan

abdominal yang ditimbulkan oleh asites.

b. Diagnosa kedua, konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup

dan perubahan lingkungan saat ini dengan tujuan turgor kulit normal,

membran mukosa lembab, intake cairan normal, output urin, tidak haus,

warna urin tidak keruh, bola mata tidak cekung dan lunak, tidak ada

kehilangan berat badan. Sedangkan untuk rencana intervensi yang akan

dilakukan sesuai dengan NIC monitor tanda dan gejala konstipasi, monitor

bising usus, monitor frekuensi, konsistensi dan volume feses, monitor

tanda dan rasionalisasi tindakan terhadap paien, identifikasi factor

penyebab dan kontribusi konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-

tanda dan gejala konsipasi, pantau tanda-tanda gejala impaksi, Tinja yang

kering, keras dan berbentuk , teraba massa pada rectum, perasaan rektal

penuh atau bertekanan, nyeri abdomen, anoreksia, ajurkan pasien/keluarga

untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja, anjurkan

pasien/keluarga untuk diet tinggi serat, anjurkan pasien/keluarga pada

penggunaan yang tepat dari obat pencahar, anjurkan passion/keluarga pada

pada hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks.

intervensi yang dilakukan sama dengan intervensi yang diakukan Herlina

(2017) yaitu memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising

usus, berkonsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan

bising usus, menjelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap

pasien, mengindentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,,

mendukung intake cairan, berkolaborasi dalam pemberian laktasif,

memantau tanda-tanda gejala konstipasi, memantau tanda-tanda gejala

impaksi, memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk,

Page 78: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

65

Poltekkes Kemenkes Padang

volume dan warna, memantau bising usus, mendorong meningkatkan

asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan, menganjurkan pasien/keluarga

untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan

yang tepat dari obat pencahar, mengajarkan pasien/keluarga tentang proses

pencernaan yang normal.

c. Diagnosa ketiga. pada pasien yaitu keletihan berhubungan dengan

malnutrisi dan penurunan energi metabolisme mempunyai tujuan tidak

terjadi perubahan status nutrisi yang buruk, tidak ada gangguan terhadap

aturan pengobatan, tidak kelelahan, tidak mengalami kehilangan selera

makan, kualitas istirahat adekuat. Sedangkan untuk intervensi yang akan

dilakukan sesuai dengan NIC adalah mengkaji status fisiologis pasien yang

menyebabkan selelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan,

monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat,

konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan nutrisi dan

makan, bantu pasien untuk memantau secara mandiri dengan mencatat

asupan kalori dan energi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan,

anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai

keterbatasan yang dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan

pasien mengenai penyebab kelelahan.

intervensi yang dilakukan hampir sama dengan intervensi yang dilakan

Aulia (2017) menentukan keterbatasan klien terhadap aktivita, menentukan

penyebab lain dari kelemahan, mengobservasi nutrisi sebagai sumber

energi yang adekuat, manginstruksikan klien atau keluarga untuk mengenal

tanda dan gejala kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas

Page 79: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

66

Poltekkes Kemenkes Padang

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan

perencanaan yang telah disiapkan. Hasil implementasi yang dilakukan pada

pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi dilakukan dengan menyesuaikan

dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep

keperawatan.implementasi dilakukan pada kasus dimulai tanggal 16-22 Maret

2019.

a. Diagnosa petama, ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient dan kurang

asupan makanan yaitu menentukan status gizi pasien dan kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan gizi, Identifikasi adanya alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan,

memonitor kecendrungan terjadinya penurunan atau kenaikan berat badan,

membantu pasien dalam menentukan pedoman diet sirosis, kolaborasi

dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien, informasikan pada klien

dan keluarga tentang manfaat diet sirosis, menciptakan lingkungan yang

optimal pada saat mengkonsumsi makan. Impelemntasi yang tidak dapat

dilakukan yaitu mengatur pada makan, yang diperlukan (yaitu,

menyediakan makanan protein tinggi, gula pengganti, kenaikan atau

penurunan kalori, menambah atau mengurangi vitamin, mineral, atau

suplemen karena sudah ditetapkannya diet tertentu pada pasien.

Menurut Kozier (2011). Proses metabolik dalam tubuh seseorang dapat

terganggu oleh penyakit hati, Ada beberapa faktor yang menjadi penyabab

sirosisi seperti asupan alkohol berlebihan, defisiendi gizi dengan penurunan

asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis. Menurut

Nuari (2015) Penderita sirosis yang tidak mengalami asites atau edema dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda koma harus mendapatkan diet yang

Page 80: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

67

Poltekkes Kemenkes Padang

bergizi dan tinggi protein dengan penambahan vitamin B kompleks. Dalam

hal ini pasien sebaiknya makan sedikit tapi sering daripada makan 3 kali

sehari dalam porsi besar, karena adanya tekanan abdominal yang

ditimbulkan oleh asites. Pasien dengan feses berlemak (steatorea) harus

mendapatkan vitamin larut lemak, yaitu vitamin A,D, dan E. Diet rendah

protein dapat diberikan untuk sementara jika tidak terdapat encefalopati

hepatik.asupan kalori yang tinggi harus dipertahankan dan suplemen

vitamin mineral perlu diberikan.

Implementasi yang dilakukan hampir sama dengan implementasi yang

dilakukan Aulia (2017) yaitu mengkaji adanya alergi makanan,

berkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet DH MC, melengkapi

pengkajian nutrisi sesuai anjuran, memonitor adanya penurunan berat

badan, memonitor turgor kulit, memonitor kulit kering dan perubahan

pigmentasi, memonitor mual dan muntah.

Terdapat perbedaan pada pemberian diet, dimana Aulia (2017)

berkolaborasi dalam pemberian DH berupa MC karena pasien mengalami

masalah menelan, sedangkan peneliti berkolaborasi dalam pemberian DH

biasa/lunak, karena pada kasus didapatkan pasien tidak mengalami masalah

dengan saluran pencernaan dan pasien dapat mengunyah manakan.

b. Diagnosa kedua, konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup

dan perubahan lingkungan saat ini implementasi yang diberikan yaitu

memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising usus, memonitor

frekuensi, konsistensi dan volume feses, memonitor tanda dan rasionalisasi

tindakan terhadap paien, identifikasi factor penyebab dan kontribusi

konstipasi, dukung intake cairan, pantau tanda-tanda dan gejala konsipasi,

Page 81: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

68

Poltekkes Kemenkes Padang

pantau tanda-tanda gejala impaksi, tinja yang kering, keras dan berbentuk,

teraba massa pada rectum, perasaan rektal penuh atau bertekanan, nyeri

abdomen, anoreksia, mengajurkan pasien/keluarga untuk mencatat warna,

volume, frekuensi dan konsistensi tinja, menganjurkan pasien/keluarga

untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan

yang tepat dari obat pencahar, menganjurkan passion/keluarga pada pada

hubungan asupan diet, olahraga, cairan sembelit/impaks. Pada diagnosa

konstipasi penulis memiliki hambatan yaitu pada monitor respon

kardiovaskular terhadap aktivitas karena keterbatas waktu peneliti di rumah

sakit sehingga sulit untuk memonitor respon kardiovaskuler pasien

Implementasi yang dilakukan sama dengan implenetasi yang diakukan

Herlina (2017) memonitor tanda dan gejala konstipasi, memonitor bising

usus, berkonsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan

bising usus, menjelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap

pasien, mengindentifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi,,

mendukung intake cairan, berkolaborasi dalam pemberian laktasif,

memantau tanda-tanda gejala konstipasi, memantau tanda-tanda gejala

impaksi, memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk,

volume dan warna, memantau bising usus, mendorong meningkatkan

asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan, menganjurkan pasien/keluarga

untuk diet tinggi serat, menganjurkan pasien/keluarga pada penggunaan

yang tepat dari obat pencahar, mengajarkan pasien/keluarga tentang proses

pencernaan yang normal.

c. Diagnosa ketiga keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan

energy metabolisme impelementasi yang dilakukan adalah mengkaji status

fisiologis pasien yang menyebabkan selelahan sesuai dengan konteks usia

dan perkembangan, memonitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber

Page 82: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

69

Poltekkes Kemenkes Padang

energi yang adekuat, mengkonsulkan dengan ahli gizi mengenai cara

meningkatkan asupan nutrisi dan makan, membantu pasien untuk

memantau secara mandiri dengan mencatat asupan kalori dan energi yang

digunakan sesuai dengan kebutuhan dengan mencatat kedalam buku,

menganjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai

keterbatasan yang dialami, tentukan persepsi pasien atau keluarga dengan

pasien mengenai penyebab kelelahan. Diagnosa ketiga yaitu keletihan

penulis tidak memiliki hambatan.

Menurut Nuari (2015) Istirahat sangat dianjurkan pada penderita sirosis,

sehingga akan mengurangi kebutugan dala hati dan meningkatkan suplai

darah. Karena pasien rentan terhadap bahaya immobilitas, berbagai upaya

perlu dilakukan untuk mencegah gangguan pernafasan, sirkulasi dan

vaskuler. Posisi pasien di tempat tidur perlu diatur untuk mencapai status

pernafasan yang efisien. Aktivitas dan olahraga ringan di samping istirahat

harus direncanakan.

Implenetasi yang dilakukan terdapat beberapa perbedaan dengan

implenetasi yang dilaukan Aulia (2017) menentukan keterbatasan klien

terhadap aktivita, menentukan penyebab lain dari kelemahan,

mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat,

manginstruksikan klien atau keluarga untuk mengenal tanda dan gejala

kelelahan yang memerlukan pengurangan aktivitas

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan yang membandingkan

hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan

serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratai seluruhnya, hanya

Page 83: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

70

Poltekkes Kemenkes Padang

sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi keperawatan

dilakukan untuk melihat keefektifan intervensi yang sudah dilakukan dengan

metode SOAP.

a. Diagnosa diagnosa pertama, Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrient dan kurang asupan makanan. Diagnosa ini tertatasi pada hari ke 7

yaitu evaluasi subjektifnya didapatkan pasien mengatakan nafsu makan

sudah mulai meningkat, sudah ada keinginan untuk makan. Sedangkan

untuk evaluasi objektifnya yang diperoleh melalui observasi dan

pengukuran didapatkan, tidak terjadi penurunan berat badan, dan tidak ada

mual muntah.

Evaluasi tersebut berbeda dengan Hasil penelitian dari Reskita (2017)

dimana didapatkan evaluasi untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh pada hari ke 5 didapatkan evaluasi subjektif:

klien mengatakan tidak nafsu, makan, klien mengatakan merasa, mual saat

mkan. Sedangakn evaluasi objektifnya didapatkan makanan klien hanya

habis 1 sendok, terjadi penurunan BB, rambut klien rontok.

b. Diagnosa kedua, Konstipasi berhubungan dengan Asupan serat tidak cukup

dan perubahan lingkungan saat ini, tertatasi pada hari ke 4 dimana

didapatkan evaluasi subjektifnya bahwa pasien mengatakan sudah BAB

dengan normal. Sedangkan evaluasi objektif yang di dapatkan dari

diagnose ini adalah perut sudah tidak kembung, BAB tidak berlemak,

bising usus normal 5x/menit.

Evaluasi tersebut berbeda dengan hasil penelitian dari Herlina (2018)

dimana didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan BAB nya sudah

Page 84: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

71

Poltekkes Kemenkes Padang

lancar, BAB nya tidak keras lagi, pasien juga mengatakan perutnya tidak

tegang dan sakit lagi,. Sedangkan untuk evaluasi objektif didapatkan pasien

tampak tenang, perut pasien tampak tidak tegang.

c. Diagnosa ketiga, keletihan berhubungan dengan malnutrisi penurunan

energy metabolisme, teratasi sebagian pada hari ke 7 dimana evaluasi

subjektifnya didapatkan pasien mengatakan sudah dapat beraktifitas ke

kamar mandi tanpa kelelahan yang berarti. Pada saat dilakukan evaluasi

subjektif, pasien dapat berjalan ke kamar mandi tanpa kelelahan yang

berarti, pasien juga tampak, konjungtiva tidak anemis.

Evaluasi tersebut berbeda dengan hasil penelitian dari Reskita (2017)

dimana didapatkan evaluasi subjektifnya klien mengatakan merasa lemah,

klien mengatakan kesulitan melakukan aktivitas. Sedangkan evaluasi

objektifnya didapatkan klien terlihat hanya terbaring di, tempat tidur,

aktivitas klien dibantu oleh kelurga dan perawat.

Page 85: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

72

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadadp asuhan keperawatan pada kasus

penderita sirosis hepatis dengan gangguan pemenuhan nutrisi di ruang IRNA

Non Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2019, peneliti

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada pasien didapatkan dari pasien, keluarga, catatan

medik, dan perawat ruangan. Data yang didapatkan berkesinambugan

dengan teori dan jurnal yaitu didapatkan pasien mual, penurunan berat

badan, badan terasa lemas, penurunan nafsu makan, wajah pucat,

konjungtiva anemis, skelera ikterik, mukosa bibir kering, serta rambut

berminyak dan rontok. Nilai IMT berada di kekurangan berat badan

tingkat ringan yakni < 17,41 kg/m².

2. Diagnosa yang muncul pada kedua kasus yaitu pada kasus Tn. D (32

tahun) sesuai dengan keluhan pasien yaitu ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien dan kurangnya asupan makanan, konstipasi

berhubungan dengan asupan serat tidak cukup dan perubahan lingkungan

saat ini, keletihan berhubungan dengan malnutrisi.

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan teori NOC dan

NIC. Intervensi yang direncanakan pada diagnosa ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu manajemen nutrisi dan monitor

nutrisi. Diagnosa konstipasi intervensi yang dilakukan yaitu manajemen

konstipasi/impaksi. Diagnosa keletihan intervensi yang dilakukan yaitu

manajemen nutrisi.

4. Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan keadaan pasien.

Pada diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

tindakan yang tidak dapat dilakukan yaitu mengatur pada makan, yang

diperlukan (yaitu, menyediakan makanan protein tinggi, gula pengganti,

kenaikan atau penurunan kalori, menambah atau mengurangi vitamin,

Page 86: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

73

mineral, atau suplemen. Pada diagnosa konstipasi penulis memiliki

hambatan yaitu pada monitor respon kardiovaskular terhadap aktivitas

karena keterbatas waktu penelitian. Diagnosa ketiga yaitu keletihan

penulis tidak memiliki hambatan.

5. Hasil evaluasi selama 7 hari menunjukkan bahwa masalah pemenuhan

nutrisi teratasi, dilihat dari status gizinya yang mengalami kenaikan berat

badan dan keadaan umumya yang membaik sehingga bisa direncanakan

untuk pulang.

B. Saran

1. Bagi perawat di ruangan

Diharapkan perawat ruangan dapat memberikan asuhan keperawatan

secara optimal kepada pasien yakni dilihat dari segi implementasi mulai

dari pemantauan status gizi berkala, pemantauan pola diit sesuai dengan

prinsip 3J, pemberian menu diit yang perlu divariasikan dengan makanan

kesukaan tanpa merubah nilai kebutuhan kalori serta promosi kesehatan

yang efektif dan inovatif agar permasalahan terkait pemenuhan nutrisi

pada pasien sirosis hepatis tidak terus berulang dan jatuh lebih parah.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Diharapkan peneliti selanjutnya dalam memberikan asuhan

keperawatan terutama pada tahap pengkajian dengan menambahkan

pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan (LILA).

b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan asuhan

keperawatan dengan menggunakan trend atau terobosan terbaru yang

lebih inovatif sehingga dapat meningkatkan minat pasien maupun

peran serta keluarga dalam pengelolaan sirosis hepatis terkait

permasalahan nutrisi.

Page 87: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Daftar Pustaka

Adrian, Merryana, dan Bambang Wirjatmadi. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.

Jakarta: Kencana.

Ahmad, D Sediaoetama. 2010. Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:

Dua Satria Offset.

Angela, Lovena, dkk. 2017. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M.

Djamil Padang. Fakultas Kedoktera Universitas Andalas Padang; 6(1)

Budiono, Suminah Budi Pertami. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta;

Bumi Medika.

Craig J. McClain, MD. 2016. Gastroenterol Hepatol (NY) ; 12 (8): 507–510.

Hamdi, Asep Saipul dan E. Baharuddin. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta : Deepublish.

Jauhari, Ahmad. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Gizi.Yogyakarta: Jaya Ilmu.

Jiaquan Xu, M.D, dkk. 2016. National Vital Statistics Reports. 67(5)

Kartika, Iin Ira. 2017. Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan

Pengolahan Data Statistik. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Khasanah, Nur. 2012. Waspadai Beragam Akibat Penyakt Degeneratif akibat

Pola Makan. Jogjakarta: Laksana.

Kozier, Dkk. 2011. Fundamental Keperawatan :Konsep, Proses dan Praktik.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG

Nuari, Nian Afrian. 2015. Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta; CV. Trans Info Media.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit

Dalam. Yogyakarta; Nuha Medika.

Page 88: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. 2013. Artikel umum : Sirosis Hati. Jakarta :.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Jogjakarta; D-

Medika.

Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2017. Data Sirosis Hepatis.

Scaglion S, Kliethermes S, Cao G, et al. 2014. The Epidemiology of cirrhosis in

the United States : A population-based study. J Clin Gastroenterol.

Sutanto, Andina vita dan Yuni Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia.

Yogyakarta ; Pustaka Baru Press.

Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : ANDI.

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

eperawatan. Jakarta Selatan; Salemba Medi

Page 89: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 90: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 91: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 92: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 93: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 94: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 95: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 96: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 97: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 98: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 99: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 100: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …
Page 101: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PADANG

JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751)

7051300 PADANG 25146

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

NAMA MAHASISWA : Bintang Syarifatul Hidayah

NIM : 163110159

RUANGAN PRAKTIK : IRNA Non Bedah Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang

FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGUMPULAN DATA

1) Identifikasi Klien

a. Nama : Tn. D

b. Umur : 32 tahun

c. Jenis kelamin : Laki-laki

d. Status kawin : belum kawin

e. Agama : Islam

f. Pendidikan : SMU

g. Pekerjaan : Petani

h. Alamat : Sarasah Air Mancur, Cubadak Duo Koto, Pasaman

Barat

2) Identifikasi Penanggung jawab

a. Nama : Ny. E

b. Pekerjaan : Petani

c. Alamat : Sarasah Air Mancur, Cubadak Duo Koto, Pasaman

Barat

Page 102: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

d. Hubungan : Ibu Kandung

3) Diagnosa dan informasi medik yang penting waktu masuk

a. Tanggal masuk : 18 Maret 2019

b. No. Registrasi : 010438xx

c. Ruang rawat : Interne Pria

d. Diagnosa mesik : Sirosis Hepatis

e. Rujukan : -

4) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama masuk

Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal 15

maret 2019 pada jam 18.17 dengan keluhan sesak nafas dan

penurusan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah

Sakit, seluruh badan terasa lemah.

2) Keluhan Saat ini

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 16 Mei 2019, pasien

mengatakan perasaan penuh di perut, tidak BAB selama 3 hari,

seluruh badan terasa lemas, nafsu makan berkurang, makanan

dihabiskans2-3 sendok dari porsi yang diberikan, mual pada pagi

hari dan terkadang muntah. Klien mengatakan ada penurunan berat

badan ±10 kg sejak 2 bulan yang lalu.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Pasien

mengatakan tidak mempunyai riwayat seperti penyakit jantung, TB,

DM, dan yang lain. Pasien mengatakan sering meminum alkohol,

merokok dan suka membeli obat tanpa resep dokter seperti obat

demam dan obat batuk.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keluarga pasien,

tidak ada keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama, tidak

ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hepatitis dan

penyakit keturunan ataupun menular lainnya.

Page 103: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

5) Pola Aktifitas Sehari-hari

a. Pola Nutrisi

1) Makan

Sehat : pasien makan 3-4 kali sehari dengan satu piring nasi, lauk,

dan sayur, kadang disertai buah, makanan lainnya adalah roti dan

gorengan sebagai cemilan disela-sela jam makan.

Sakit : Pasien diberikan diet hati II dengan nasi 100gr, lauk 20 gr,

sayur 50 gr dan buah apel/pisang 1 buah. Pasien hanya

menghabiskan makanan yang diberikan 2-3 sendok makan.

2) Cairan

Sehat : pasien minum kurang lebih 7-8 gelas air putih perhari dan

1 gelas kopi perhari.

Sakit : pasien minum air putih 1 gelas perhari, Aminofusin:

Triofusin (1:2)

b. Pola eliminasi

1) ̀ BAB

Sehat : pasien BAB 1 kali dalam 2 hari, konsistensi lunak, warna

kuning, bau khas.

Sakit : pasien belum BAB sejak 3 hari sebelum dibawa ke Rumah

Sakit.

2) BAK

Sehat : pasien BAK 8 kali dalam 24 jam, warna kuning jernih,

bau khas

Sakit : Pasien menggunakan kateter, ± 700cc perhari

c. Pola istirahat dan tidur

Sehat : pasien tidur 4-6 jam pada malam hari, kualitas tidur baik

Sakit : pasien sering merasa kelelahan tapi sangat sulit untuk tertidur

dan sering terbangun pada malam hari karena perubahan lingkungan

baru di Rumah Sakit.

d. Pola aktifitas dan latihan

Sehat : pasien lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja

dibandingkan dengan latihan fisik atau olahraga lainnya.

Page 104: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Sakit : semua aktifitas pasien dibantu keluarga.

e. Pola bekerja

Sehat : pasien bekerja sebagai petani sawit.

Sakit ; pekerjaan pasien terganggu karena dirawat di rumah sakit.

6) Pemeriksaan fisik (secara Head to toe)

a. Keadaan umum : lemah

GCS : 14

TB : 166 cm

BB : 51 kg

BB kering : 48 kg

IMT : 17,41 kg/m²

TTV : TD : 130/90 mmhg, HR : 74 x/menit, RR : 24

x/menit, suhu : 37,5 oC.

b. Kepala:

Kepala tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan, rambut berminyak,

kasar, rontok dan berwarna hitam.

c. Mata:

Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera ikterik dan

fungsi penglihatan baik.

d. Hidung:

Hidung simetris, bersih, tidak ada sianosis dan tidak ada pernafasan

cuping hidung.

e. Telinga:

Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat pembengkakan pada

telinga dan fungsi pendengaran baik.

f. Mulut:

Bibir kering, berwarna hitam, pecah-pecah dan pucat.

g. Leher:

Tidak teraba pembesaran kelenjer getah bening pada leher, tidak ada

pelebaran vena jagularis.

h. Pernafasan:

I : Simetris kiri dan kanan

Page 105: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Pa : Fremitus kiri dan kanan

Pe: Sonor

A:Vesikuler

i. Kardiovaskuler

I : Ictus cordis tidak terlihat

Pa : Ictus cordis teraba

Pe : Bunyi pekak jantung dalam batas normal

A : irama jantung normal

j. Abdomen:

I: Simetris, tampak membuncit, acites

A: Bising usus terdengar 2x/menit

Pa: Hepar teraba 2 jari, nyeri tekan di kuadran I

Pe: Bunyi timpani

k. Ekstremitas

Atas: kulit kering, terpasang infus ditangan sebelah kiri, telapak

tangan kuning, CRT <2 detik, tidak ada edema.

Bawah :tidak ada edema dan akral hangat.

7) Data Psikologis

a. Status emosional

Pasien mampu mengontrol emosinya, pasien lebih sering tampak

murung dan lesu. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih.

b. Kecemasan

Pasien mengatakan cemas terhadap kondisi perutnya yang semakin

membesar.

c. Pola koping

Pola koping aktif, dimana pasien mampu menerima kenyataan dan

berusaha untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya.

d. Gaya komunikasi

Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan perawat dengan baik,

pasien juga selalu tersenyum saat berbicara.

Page 106: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

e. Konsep diri

Pasien laki-laki berusia 32 tahun, belum menikah dan hanya bekerja

sebagai petani sawit, pasien mengatakan sedikit malu dengan

keadaannya yang sekarang, namun pasien mengatakan bahwa dia

akan berusaha menerima keadaan penyakit yang diderita, dan ingin

segera sembuh.

8) Data Sosial

Pasien merupakan orang yang suka bersosialisasi, aktif dalam kegiatan

masyarakat di daerahnya seperti karang taruna, namun ketika masuk

rumah sakit, pasien mengatakan tidak bersosialisasi dengan pasien lain

karena merasa lemas.

9) Data Spiritual

Pasien menganut agama islam, Keluarga mengatakan terkadang lupa

sholat 5 waktu dan sholat jumat.

10) Data Penunjang

a. Hematologi

Tanggal pengambilan sample 17 Maret 2019

No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuan

1 Hemoglobin 13,4 14-18 g/dl

2 Leukosit 11.800 5.000-10.000 /mm³

3 Trombosit 165.000 150.000-400.000 /mm³

4 Hematokrit 38 40-48

5 PT C = 11,8 24,2 9,1-12,3 detik

6 APTT C = 33,6 69,9 26,8-36,2 detik

Kesimpulan ; Anemia, Albumin menurun, SGOT dan SGPT

meningkat

b. Kimia Klinik

Tanggal pengambilan sample 17 Maret 2019

no Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Page 107: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

1 Total protein 5,9 6,6-8,7 g/dl

2 Albumin 2,9 3,8-5,0 g/dl

3 SGOT 534 <38 u/l

4 SGPT 962 <41 u/l

5 HbSAG (rapid test) Non reaktif negatif

c. Kimia Klinik

Tanggal pengambilan sample 19 Maret 2019

No Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

1 Bilirubin total 6,8 0,3-0,1 mg/dl

2 Bilirubin direk 3,7 < 0,20 mg/dl

3 Bilirubin indirek 3,2 <0,60 mg/dl

4 Alkali fosfatase 49 40-130

Kesimpulan ; hiperbilirubin

d. Usg abdomen

USG Abdomen :

Hasil : Sirosis + acites

11) Program dan rencana pengobatan

Namipril

Bisoprolol

IVFD aminofusin hepar : triofusin

Lactulac

Proparolol

Tranfusi albumin

1 x 2,5 gr

1x 2,5 gr

1;2

3x1 sdt

2x 10 g

Page 108: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Analisa Data

Nama Pasien : Tn. D

No Mr : 010438xx

No Data dasar Etiologi Masalah

1. DS:

- Pasien mengatakan tidak

nafsu makan, tidak pernah

mengabiskan makanan yang

diberikan, sering merasa

mual jika makanan, sejak

sakit malas makan, makanan

yang diberikan hanya habis

2-3 sendok. - Keluarga mengatakan terjadi

penurunan berat badan sejak

2 bulan terakhir.

DO:

- Hb = 13,4 g/dl

- Total protein = 5,9 g/dl

- Albumin = 2,1 g/dl

- Protein urin = positif

- KU : Lemah

- IMT = 15,96 (Kurus)

- Konjungtiva anemis

- Rambut berminyak dan

- mudah rontok

- Diit yang disediakan rumah

Sakit hanya mampu

dihabiskan 2-3 sendok

makan

ketidakmampuan

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

Ketidakseimbangan

nutrisi ; kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan

2. DS :

- Pasien mengatakan BAB

keras, tidak BAB selama 3

hari sebelum dibawa ke

Rumah Sakit.

- Pasien mengatakan perut

kembung

DO :

- Perut pasien membuncit,

- Hasil USG didapatkan

pasien acites

- Bising usus tidak normal

2x/menit

Asupan serat tidak

cukup

Konstipasi

3 DS :

- Pasien mengatakan badan

Malnutrisi keletihan

Page 109: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

terasa letih, tidak nafsu makan,

kurang tidur pada malam hari,

merasa lelah, walaupun sudah

istrahat tidur, tidak mampu

beraktivitas seperti biasanya

dan selalu dibantu oleh perawat

ataupun keluarga.

DO :

- Pasien tampak lesu, pucat,

mukosa bibir kering, tidak

nafsu makan

- Pasien tampak kelelahan, lesu,

kurang berkonsentrasi, kurang

minat terhadap sekitar, dan

sering mengantuk

Page 110: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Rencana Intervensi

Nama Pasien : Tn. D

No Mr : 010438xx

No Diagnosa Noc Nic

1 Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Definisi : Asupan

nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi

kebutuhan metabolik

Batasan

Karakteristik :

9) Berat badan 20%

atau lebih

dibawah rentang

berat badan ideal

10) Bising usus

hiperaktif

11) Kelemahan otot

untuk mengunyah

12) Kelemahan otot

untuk menelan

13) Kehilangan

rambut berlebihan

14) Membrane

mukosa pucat 15) Ketidakmampuan

memakan

makanan

16) Nyeri abdomen

Faktor yang

berhubungan:

4) Faktor biologis

5) Ketidakmampuan

mengabsorpsi

nutrien

6) Kurang asupan

makanan

Status Gizi

Indikator:

7) Asupan

nutrisi

8) Asupan

makanan

9) Asupan

cairan

10) Energi

11) Rasio tinggi

berat badan

12) Hidrasi

Status gizi:

asupan

makanan dan

airan

Indikator:

4) Asupan

makanan

secara oral

5) Asupan

cairan secara oral

6) Asupan

nutris

parenteral

Manajemen Nutrisi

j) Menentukan status gizi

pasien dan kemampuan

untuk memenuhi

kebutuhan gizi

k) Identifikasi adanya

alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki

pasien

l) Monitor kalori dan

asupan makanan

m) Monitor kecendrungan

terjadinya penurunan

atau kenaikan berat

badan

n) Membantu pasien

dalam menentukan

pedoman diet sirosis

o) Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

diet pasien

p) Informasikan pada

klien dan keluarga tentang manfaat diet

sirosis

q) Ciptakan lingkungan

yang optimal pada saat

mengkonsumsi makan.

Monitor Nutrisi

g) Monitoring adanya

penurunan berat badan

h) Monitor adanya mual

dan muntah

i) Monitor diet dan

asupan kalori

j) Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

k) Monitor diet pasien

l) Melakukan pemantauan

hasil laboratorium

Page 111: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

2 Konstipasi

Defenisi: Penurunan

frekuensi normal

defekasi yang disertai

kesulitan atau

pengeluaran feses

tidak tuntas dan/atau

feses yang keras,

kering dan banyak.

Faktor yang

berhubungan:

h) Kebiasaan defekasi

yang tidak teratur

i) Kebiasaan

menekan

dorongan defekasi

j) Kelemahan otot

abdomen

k) Perubahan

lingkungan saat ini

l) Asupan cairan

tidak cukup

m) Asupan serat tidak

cukup

n) Dehidrasi

Eliminas usus:

Hidrasi

j) Turgor kulit

k) Membran

mukosa

lembab

l) Intake

cairan

m) Output urin

n) Haus

o) Warna urin

keruh

p) Bola mata

cekung dan

lunak

q) Nadi cepat

dan lemah

r) Kehilangan

berat badan

Manajemen

Konstipasi/impaksi:

m) Monitor tanda dan

gejala konstipasi

n) Monitor bising usus

o) Monitor frekuensi

feses, konsistensi dan

volume

p) Konsultasi dengan

dokter tentang bising

usus

q) Identifikasi factor dan

kontribusi konstipasi

r) Dukung intake cairan

s) Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

t) Memantau gerakan

usus

u) Mendorong

meningkatkan asupan

cairan kecuali

dikontraindikasikan

v) Anjurkan

pasien/keluarga

mencatat warna,

volume, frekuensi dan

konsistensi pada

hubungan asupan diet,

olahraga, cairan

sembelit/impaksi

w) Timbang pasien secara

teratur

x) Ajarkan pasien/

keluarga tentang proses

pencernaan yang

normal

3 Keletihan

Defenisi : keletihan

terus-menerus dan

penurunan kapasitas

untuk kerja fisik dan

mental pada tingkat

Kelelahan :

efek yang

mengganggu

g) Penurunan

energi

h) Nafsu

Manajemen Energi

6) Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

7) Dorong untuk

mengungkapkan

Page 112: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

yang lazim.

Batasan

karakteristik:

h) Kelelahan

i) Gangguan

konsentrasi

j) Kurang minat

terhadap sekitar

k) Peningkatan

keluhan fisik

l) Tidak mampu

mempertahankan

aktivitas fisik pada

tingkat yang

biasanya

m) Peningkatan

kebutuhan istirahat

n) Tidak mampu

mempertahankan

rutinitas yang

biasanya.

Faktor yang

berhubungan:

e) Kelesuan fisik

f) Malnutrisi

g) Peningkatan

kelelahan fisik

h) Kelesuan fisiologis

makan

menurun

i) Perubahan

status

nutrisi

j) Gangguan

terhadap

k) aturan

pengobatan

l) Gangguan

dengan

aktivitas

sehari-hari.

Tingkat

Kelelahan :

g) Kelelahan

h) Kelesuan

i) Kehilangan

selera makan

j) Kualitas

istirahat

k) Kualitas

tidur

l) Metabolisme

perasan terhadap

keterbatasan

8) Kaji adanya factor yang

menyebabkan

kelelahan

9) Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

10) Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

8) Monitor respon

kardiovaskular

Terhadap aktivitas

9) Monitor pola tidur dan

lamanya

11) Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan, berhubungan

dengan perubahan

hidup yang disebabkan

keletihan

12) Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan

13) Konsultasikan dengan

ahli gizi untuk

meningkatkan asupan

makanan yang

berenergi tinggi

Page 113: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Tn. D

NO. MR : 010438xx

Hari /Tgl Diagnosa

Keperawatan

Implementasi

Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

( SOAP )

Par

af

Sabtu/16

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

1. Menentukan status

gizi pasien dan

kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan

gizi

IMT : 17,41

2. mengidentifikasi

adanya alergi atau

intoleransi makanan

yang dimiliki pasien

3. Membantu pasien

dalam menentukan

pedoman diet sirosis

4. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan diet

pasien

Diet : HT II

5. Monitor kalori dan

asupan makanan

6. Membantu pasien

dalam menentukan

pedoman diet sirosis

S:

- Pasien mengatakan

tidak nafsu makan,

tidak pernah

mengabiskan

makanan yang

diberikan, sering

merasa mual jika

makanan, sejak sakit

malas makan,

makanan yang

diberikan hanya

dimakan 2-3 sendok

makan

- Pasien mengatakan

tidak memiliki alergi

makanan.

- Keluarga

mengatakan

mengerti dengan

penjelasan yang

diberikan tentang

manfaat diet hati

Page 114: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

7. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat diet

sirosis

8. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

9. Monitor adanya mual

dan muntah

10. Monitor pucat

pada jaringan

konjungtiva

untuk pasien

O :

- Pasien tampak lesu,

pucat, Konjungtiva

anemis

- Pasien mendapatkan

diet HT II

- LILA 26 cm

A:

- Masalah belum

teratasi

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

Konstipasi

berhubungan

dengan

Asupan serat

tidak cukup

1. Monitor tanda dan

gejala konstipasi

2. Monitor bising usus

3. Monitor frekuensi

feses, konsistensi dan

volume

4. Konsultasi dengan

dokter tentang bising

usus

5. Dukung intake cairan

6. Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

7. Memantau gerakan

usus

8. Mendorong

S :

- pasien mengatakan

merasa penuh pada

perut

- pasien mengatakan

sudah tidak BAB

selama 3 hari yang

lalu.

O :

- Pasien tampak

meringis

- Bising usus

2x/menit, perut

mebuncit dan acites

A : Masalah belum

Page 115: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

meningkatkan asupan

cairan.

9. Anjurkan

pasien/keluarga

mencatat warna,

volume, frekuensi dan

konsistensi pada

hubungan asupan diet,

olahraga, cairan

sembelit/impaks

10. Ajarkan pasien/

keluarga tentang

proses pencernaan

yang normal

teratasi

P :Intervensi di

lanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

S: :

- Pasien mengatakan

badan terasa letih,

tidak nafsu makan,

kurang tidur pada

malam hari, merasa

lelah, walaupun

sudah istrahat tidur,

tidak mampu

beraktivitas seperti

biasanya dan selalu

dibantu oleh perawat

ataupun keluarga.

O :

- Pasien tampak lesu,

pucat, mukosa bibir

kering, tidak nafsu

makan

Page 116: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

perubahan hidup yang

disebabkan keletihan

7. Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan

- Pasien tampak

kelelahan, lesu,

kurang

berkonsentrasi,

kurang minat

terhadap sekitar, dan

sering mengantuk

A :

Masalah belum

teratasi

- Keletihan

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Minggu/

17 Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

1. Monitor kalori dan

asupan makanan

2. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat diet

sirosis

3. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

4. Monitor adanya mual

dan muntah

5. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

S:

- Pasien mengatakan

masih tidak nafsu

makan, pasien masih

tidak mengabiskan

makanannya, masih

mual jika makanan

- Pasien mengatakan

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

seblumnya 4-6

sendok makan tiap

makan

O :

- Pasien masih

tampak lesu, pucat,

konjungtiva anemis

Page 117: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

- Pasien masih

mendapatkan diet

HT II

A:

- Masalah belum

teratasi

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

Konstipasi

berhubungan

dengan

Asupan serat

tidak cukup

1. Monitor tanda dan

gejala konstipasi

2. Monitor bising usus

3. Konsultasi dengan

dokter tentang

bising usus

4. Dukung intake

cairan

5. Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

6. Memantau gerakan

usus

7. Mendorong

meningkatkan

asupan cairan.

8. Ajarkan pasien/

keluarga tentang

proses pencernaan

yang normal

S :

- pasien mengatakan

merasa penuh pada

perut

- pasien mengatakan

sudah tidak BAB

selama 4 hari.

O :

- Pasien tampak

meringis

- Bising usus

1x/menit, perut

mebuncit dan acites

A : Masalah belum

teratasi

P :Intervensi di

lanjutkan

keletihan 1. Observasi adanya S: :

Page 118: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

berhubungan

dengan

malnutrisi

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan

fisik dan emosi

secara berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

perubahan hidup

yang disebabkan

keletihan

7. Bantu aktivitas

sehari-hari sesuai

dengan kebutuhan

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidak nafsu

makan, kurang tidur

pada malam hari,

merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur, masih

tidak mampu

beraktivitas seperti

biasanya dan masih

dibantu oleh perawat

ataupun keluarga.

O :

- Pasien tampak lesu,

pucat, mukosa bibir

kering, tidak nafsu

makan

- Pasien tampak

kelelahan, lesu,

kurang

berkonsentrasi,

kurang minat

terhadap sekitar, dan

sering mengantuk

A :

Masalah belum

teratasi

- Keletihan

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Page 119: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

Senin/18

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

1. Monitor kalori dan

asupan makanan

2. Informasikan pada

klien dan keluarga

tentang manfaat diet

sirosis

3. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

4. Monitor adanya mual

dan muntah

5. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

S:

- Pasien mengatakan

masih tidak nafsu

makan, pasien masih

tidak mengabiskan

makanannya, mual

berkurang

- Pasien mengatakan

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

sebelumnya 5-6

sendok makan tiap

makan

O :

- Pasien masih

tampak lesu, pucat,

konjungtiva anemis

- Pasien tampak sudah

menunjukkan minat

terhadap makanan.

- Pasien masih

mendapatkan diet

HT II

A:

- Masalah belum

teratasi

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

Page 120: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

dilanjutkan

Konstipasi

berhubungan

dengan

Asupan serat

tidak cukup

1. Monitor tanda dan

gejala konstipasi

2. Monitor bising usus

3. Konsultasi dengan

dokter tentang

bising usus

4. Dukung intake

cairan

5. Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

6. Memantau gerakan

usus

7. Mendorong

meningkatkan

asupan cairan.

8. Ajarkan pasien/

keluarga tentang

proses pencernaan

yang normal

S :

- pasien mengatakan

masih merasa penuh

pada perut

- pasien mengatakan

sudah tidak BAB

selama 5 hari.

O :

- Pasien tampak

meringis

- Bising usus

2x/menit, perut

mebuncit dan acites

A : Masalah belum

teratasi

P :Intervensi di

lanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

S: :

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidur sudah

mulai pulas, tapi

masih terbangun,

masih merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur, masih

tidak mampu

beraktivitas seperti

biasanya dan masih

Page 121: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan

fisik dan emosi

secara berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

perubahan hidup

yang disebabkan

keletihan

7. Bantu aktivitas

sehari-hari sesuai

dengan kebutuhan

dibantu oleh perawat

ataupun keluarga.

- Keluarga

mengatakan pasien

sudah menunjukkan

minat terhadap

sekitar, dimana

pasien sudah mulai

berinteraksi dengan

orang lain disekitar.

O :

- Pasien tampak lesu,

pucat, mukosa bibir

kering

- Pasien tampak

kurang

berkonsentrasi,

A :

Masalah belum

teratasi

- Keletihan

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Selasa/19

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

1. Monitor kalori dan

asupan makanan

2. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

3. Monitor adanya

mual dan muntah

S:

- Pasien mengatakan

masih tidak nafsu

makan, pasien masih

tidak mengabiskan

makanannya, mual

berkurang

- Pasien mengatakan

Page 122: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

4. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

sebelumnya 5-6

sendok makan tiap

makan

O :

- Pasien masih

tampak lesu, pucat,

konjungtiva anemis

- Pasien tampak sudah

menunjukkan minat

terhadap makanan.

- Pasien masih

mendapatkan diet

HT II

A:

- Masalah belum

teratasi

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

Konstipasi

berhubungan

dengan

Asupan serat

tidak cukup

1. Monitor tanda dan

gejala konstipasi

2. Monitor bising usus

3. Konsultasi dengan

dokter tentang bising

usus

4. Dukung intake cairan

S :

- pasien mengatakan

masih merasa penuh

pada perut

- pasien mengatakan

sudah tidak BAB

selama 6 hari.

Page 123: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

5. Pantau tanda-tanda

gejala konstipasi

6. Memantau gerakan

usus

7. Mendorong

meningkatkan asupan

cairan.

8. Ajarkan pasien/

keluarga tentang

proses pencernaan

yang normal

O :

- Pasien tampak

meringis

- Pasien diberi obat

pencahar

- Bising usus

2x/menit, perut

mebuncit dan acites

A : Masalah belum

teratasi

P :Intervensi di

lanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

S: :

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidur sudah

mulai pulas, tapi

masih terbangun,

masih merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur, masih

tidak mampu

beraktivitas seperti

biasanya dan masih

dibantu oleh perawat

ataupun keluarga.

O :

- Pasien tampak lesu,

pucat, mukosa bibir

kering

- Pasien tampak

kurang

Page 124: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

perubahan hidup yang

disebabkan keletihan

7. Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan

berkonsentrasi,

kurang minat

terhadap sekitar, dan

sering mengantuk

A :

Masalah belum

teratasi

- Keletihan

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Rabu/20

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

5. Monitor kalori dan

asupan makanan

1. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

2. Monitor adanya

mual dan muntah

3. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

S:

- Pasien mengatakan

sudah nafsu makan,

pasien masih tidak

mengabiskan

makanannya, mual

berkurang

- Pasien mengatakan

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

sebelumnya ½ dari

porsi yang diberikan

O :

- Pasien masih

tampak lesu, pucat,

konjungtiva anemis

- Pasien tampak sudah

menunjukkan minat

terhadap makanan.

- Pasien masih

Page 125: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

mendapatkan diet

HT II

A:

- Masalah belum

teratasi

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

S: :

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidur sudah

mulai pulas, tapi

masih terbangun,

masih merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur,

- Pasien sudah

mampu mengakses

kamar mandi dengan

bantuan keluarga.

- Pasien mengatakan

masih sering

mengantuk

O :

- Pasien tampak lesu.

A :

Masalah teratasi

sebagian

Page 126: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

perasaan,

berhubungan dengan

perubahan hidup yang

disebabkan keletihan

7. Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan.

P :

- Intervensi

dilanjutkan

Kamis/21

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

1. Monitor kalori dan

asupan makanan

2. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

3. Monitor adanya mual

dan muntah

4. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

S:

- Pasien mengatakan

sudah nafsu makan,

pasien masih tidak

mengabiskan

makanannya, mual

tidak ada

- Pasien mengatakan

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

sebelumnya, yaitu

lebih dari ½ dari

porsi yang diberikan

O :

- Pasien masih

tampak pucat,

konjungtiva tidak

nemis

- Pasien tampak sudah

menunjukkan minat

terhadap makanan.

- Pasien masih

mendapatkan diet

HT II

Page 127: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

A:

- Masalah teratasi

sebagian

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan

fisik dan emosi

secara berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

S :

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidur sudah

mulai pulas, tapi

masih terbangun,

masih merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur,

- Pasien sudah

mampu mengakses

kamar mandi dengan

bantuan keluarga.

- Pasien mengatakan

masih sering

mengantuk

O :

- Pasien masih

tampak lesu.

A :

Masalah teratasi

sebagian

Page 128: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

perubahan hidup

yang disebabkan

keletihan

7. Bantu aktivitas

sehari-hari sesuai

dengan kebutuhan.

P :

- Intervensi

dilanjutkan

jumat/22

Maret

2019

Ketidakseimba

ngan nutrisi ;

kurang dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakmampu

an

mengabsorpsi

nutrient dan

kurang asupan

makanan

1. Monitor kalori dan

asupan makanan

2. Ciptakan lingkungan

yang optimal pada

saat mengkonsumsi

makan.

3. Monitor adanya

mual dan muntah

4. Monitor pucat pada

jaringan konjungtiva

S:

- Pasien mengatakan

sudah nafsu makan,

pasien masih tidak

mengabiskan

makanannya, mual

tidak ada

- Pasien mengatakan

menghabiskan

makanan lebih

banyak dari

sebelumnya, yaitu

lebih dari ½ dari

porsi yang diberikan

O :

- Pasien masih

tampak pucat,

konjungtiva tidak

nemis

- Pasien tampak sudah

menunjukkan minat

terhadap makanan.

- Tidak ada

penurunan berat

badan

Page 129: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

A:

- Masalah teratasi

sebagian

- Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

P :

- intervensi

dilanjutkan

keletihan

berhubungan

dengan

malnutrisi

1. Observasi adanya

perubahan pasien

dalam melakukan

aktivitas

2. Memotivasi pasien

untuk

mengungkapkan

perasan terhadap

keterbatasan

3. Monitor nutrisi dan

sumber energy yang

adekuat

4. Monitor pasien akan

adanya kelelahan fisik

dan emosi secara

berlebihan

5. Monitor pola tidur

dan lamanya

6. Dukung pasien dan

kelurga untuk

mengungkapkan

perasaan,

berhubungan dengan

S: :

- Pasien mengatakan

badan masih terasa

letih, tidur sudah

mulai pulas, tapi

masih terbangun,

masih merasa lelah,

walaupun sudah

istrahat tidur,

- Pasien sudah

mampu mengakses

kamar mandi dengan

bantuan keluarga.

- Pasien mengatakan

masih sering

mengantuk

O :

- Pasien masih

tampak lesu.

A :

Masalah teratasi

sebagian

P :

Page 130: POLTEKKES KEMENKES RI PADANG ASUHAN KEPERAWATAN …

perubahan hidup yang

disebabkan keletihan

7. Bantu aktivitas sehari-

hari sesuai dengan

kebutuhan.

- Intervensi

dilanjutkan