POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR-FAKTOR …
Transcript of POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG FAKTOR-FAKTOR …
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG
MEMPUNYAI BAYI UMUR 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
RAWANG PADANG TAHUN 2017
Skripsi
Diajukan sebagai Persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan DIV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
Fesi Yamaeka NIM : 164330657
PROGRAM STUDI DIV JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN Skripsi, Desember 2017 Fesi Yamaeka Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang Tahun 2017 xiii + 55 Halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran
ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI saja kepada bayi umur 0-6 bulan, kecuali obat. Data Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015, pencapaian ASI eksklusif Puskesmas Rawang merupakan puskesmas terendah kedua dengan target 80%, terjadi penurunan dari 70,1% pada tahun 2014 menjadi 34,5% pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan di Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional,
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang dari bulan Juni sampai dengan Juli 2017, dengan sasaran ibu yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan yaitu 37 orang. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan data sekunder. Data diolah dengan komputer, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian dari 37 responden, terdapat 20 responden (54,1%) tidak
memeberikan ASI eksklusif, 18 responden (48,6%) bekerja, 19 responden (51,4%) kurang mendapatkan dukungan suami, 16 responden (43,2%) kurang mendapatkan peran tenaga kesehatan, dari 18 responden bekerja didapatkan 3 responden (16,7%) memberikan ASI eksklusif degan nilai p value = 0,002, dari 19 responden yang kurang mendapat dukungan suami didapatkan 4 responden (21,1%) memberikan ASI eksklusif dengan nilai p value = 0,005 dan dari 16 responden yang kurang mendapat peran tenaga kesehatan didapatkan 3 responden (18,8%) memberikan ASI eksklusif dengan nilai p value = 0,010. Artinya, nilai p value ≤ 0,05 maka ada hubungan bermakna.
Kesimpulan, status pekerjaan, dukungan suami dan peran tenaga kesehatan
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Diharapkan tenaga kesehatan mampu meningkatkan dukungan pemberian ASI eksklusif walaupun ibu bekerja dan kurang mendapat dukungan suami.;
Kata kunci : “status pekerjaan, dukungan suami, peran tenaga kesehatan, ASI eksklusif” Daftar Pustaka : 28 (2007-2017)
POLITEKNIK HEALTH KEMENKES PADANG DIV MIDWIFE PROGRAM STUDY MAJORING IN MIDWIFERY Thesis, December 2017 Fesi Yamaeka Factors Associated with Exclusive Breastfeeding Licencing to Mothers with Baby Age 6-11 Months in Work Area Health Center Rawang Padang Year 2017 xiii + 55 Pages + 9 Tables + 2 Drawings + 13 Attachments
ABSTRACT Exclusive breastfeeding is to breastfeed only to infants aged 0-6 months, except for drugs. Data from Padang City Health Office 2015, the achievement of exclusive breastfeeding Health Center Rawang is the second lowest health center with 80% target, it decrease from 70,1% in 2014 to 34,5% in 2015. The purpose of this research is to know the factors associated with exclusive breastfeeding in mothers with infants aged 6-11 months at Health Center Rawang Padang in 2017. This research is analytical descriptive with cross sectional design, done in working area of Health Center Rawang Padang from June to July 2017, with target of mother having baby age 6-11 month that is 37 people. Data collection techniques with questionnaires and secondary data. Data were processed by computer, univariate and bivariate analyzed using Chi-Square test. The results of the study of 37 respondents, there were 20 respondents (54.1%) did not give exclusive breastfeeding, 18 respondents (48.6%) worked, 19 respondents (51.4%) lack of husband support, 16 respondents (43.2% ) get the role of health worker, from 18 respondents work got 3 respondents (16,7%) give exclusive breastfed with value p value = 0,002, from 19 respondents who get less husband support got 4 responden (21,1%) give exclusive breastfeeding with p value = 0,005 and from 16 respondents who get less role of health worker got 3 respondents (18,8%) give exclusive breastfeed with p value = 0,010. That is, the value of p value ≤ 0.05 then there is a meaningful relationship. Conclusions, employment status, husband support and the role of health personnel are associated with exclusive breastfeeding. It is hoped that health workers can improve the support of exclusive breastfeeding, although the mother works and lacks husband support. Keywords : "employment status, support of husband, role of health worker, exclusive breastfeeding" References: 28 (2007-2017)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Fesi Yamaeka
Tempat tanggal lahir : Padang, 13 Februari 1991
Agama : Islam
Negeri asal : Indonesia
Alamat : Parak Laweh RT 002 RW 003 Padang
Nama orang tua
Ayah : Khairul
Ibu : Fitriati
Riwayat pendidikan
No JENJANG PENDIDIKAN TAHUN
1 TK HARAPAN BUNDA PADANG 1996-1997
2 SDN 07 PULAU AIR PADANG 1997-2003
3 SMPN 17 PADANG 2003-2006
4 SMAN 6 PADANG 2006-2009
5 AKADEMI KEBIDANAN ALIFAH PADANG 2009-2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang
Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang
Padang Tahun 2017”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, penuntun kepada
kebenaran dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kecahaya menuju jalan-Nya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma IV Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Peneliti
menyadari akan keterbatasan kemampuan peneliti dalam pembuatan skripsi ini,
sehingga penelitian ini masih belum sempurna baik dalam isi maupun dalam
penyajiannya. Untuk itu peneliti selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan skripsi ini.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, masukan dari Ibu Lisa
Rahmawati, S.SiT, M.Keb dan Bapak Aprizal Ponda, SKM, M.Kes pembimbing
skripsi, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga peneliti tujukan kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang.
2. Ibu Hj. Erwani, KM, M.Kes Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang.
3. Ibu Elda Yusefni, S.SiT, M.Keb Ketua Program Studi DIV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
4. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, keluarga dan sahabat yang telah memberi
semangat dan doa dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
6. Seluruh teman-teman DIV Alih Jenjang Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang yang banyak memberi motivasi, informasi, dan bantuan.
Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal
sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
Padang, Desember 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ....................................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
ABSTRACT ................................................................................................ iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................... iv
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI ......................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. ........................................................................................... Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. ............................................................................................ Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. ............................................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. ........................................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
E. ............................................................................................ Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ........................................................................................... ASI eksklusif ................................................................................... 8
B. ............................................................................................ Status Pekerjaan .................................................................................. 19
C. ............................................................................................ Dukungan Suami ................................................................................... 21
D. ........................................................................................... Peran Tenaga Kesehatan .................................................................... 24
E. ............................................................................................ Kerangka Teori ...................................................................................... 27
F. ............................................................................................ Kerangka Konsep ................................................................................... 27
G. ........................................................................................... Defenisi Operasional............................................................................... 28
H. ........................................................................................... Hipotesis ................................................................................................ 29
BAB III METODA PENELITIAN
A. ........................................................................................... Desain Penelitian .................................................................................. 30
B. ............................................................................................ Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 30
C. ............................................................................................ Populasi dan Sampel ............................................................................... 30
D. ........................................................................................... Teknik Uji Alat Pengumpulan Data ..................................................... 32
E. ............................................................................................ Jenis Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 33
F. ............................................................................................ Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 35
G. ........................................................................................... Analisis Data .......................................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. ........................................................................................... Gambaran Umum Tempat Penelitian .................................................... 38
B. ............................................................................................ Hasil Penelitian .................................................................................. 38
C. ............................................................................................ Pembahasan ........................................................................................... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. ........................................................................................... Kesimpulan ........................................................................................... 54
B. ............................................................................................ Saran .............................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 1. Kandungan ASI Pada Komposisi Kolostrum dan ASI Matur ... 11
Tabel 2. Defenisi Operasional .................................................................. 28
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
Gambar 1. Perilaku Kesehatan ................................................................ 27
Gambar 2. Faktor-faktor Pemberian ASI eksklusif pada Ibu
Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawang Barat Tahun 2017 ................................. 27
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
WHO : World Health Organization
UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund
WHA : World Health Assembly
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Gantchart
Lampiran B Surat izin pengambilan data awal
Lampiran C Surat rekomendasi dari Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
Lampiran D Surat izin penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Padang
Lampiran E Surat selesai penelitian dari Puskesmas Rawang Padang
Lampiran F Surat permohonan kepada responden
Lampiran G Format persetujuan (informed consernt)
Lampiran H Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran I Kuesioner
Lampiran J Hasil Uji Validitas
Lampiran K Master tabel
Lampiran L Hasil Analisis Data
Lampiran M Format bimbingan Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan kegiatan penting dalam
pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan. World Health
Organization (WHO) menjelaskan bahwa ASI adalah makanan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan cara yang paling
optimal dalam pemberian makanan kepada bayi. Setelah bayi berusia 6 bulan,
baru boleh diberikan makanan pendamping ASI.1
Sebuah analisis menerangkan bahwa memberikan ASI selama 6 bulan
dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa diseluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang
melayang setelah kelahiran. United Nations International Children’s Emergency
Fund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10
juta kematian anak balita di dunia setiap tahunnya, bisa dicegah melalui
pemberian ASI ekslusif selama enam bulan sejak sejam kelahirannya, tanpa harus
memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi.1 Hal ini didukung
dengan bukti secara ilmiah bahwa bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan tiga
kali lebih sering dirawat daripada bayi ASI eksklusif.2
Pemberian ASI berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
melalui SK Menkes No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah
menetapkan rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada
bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).3
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
persentase pemberian ASI saja dalam 24 jam terakhir semakin menurun seiring
meningkatnya umur bayi dengan persentase terendah pada anak umur 6 bulan
(30,2%). Proses menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah kelahiran
(35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar 34,5%.4
Di Sumatera Barat menurut Jalal (2003) bayi 0-6 bulan telah diberi
makanan cair sebanyak 33% dan makanan padat sebanyak 18% sedangkan bayi
berumur 2-3 bulan telah diberi makanan cair sebanyak 25% dan makanan padat
sebanyak 47%. Pada bayi berumur 3-5 bulan telah diberi makanan lunak sebanyak
66,2%.5
Pencapaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2014 adalah 38%.6Sedangkan meningkat pada tahun
2014 berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 menjadi 52,3%.7
Data Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 menunjukkan bahwa pencapaian
ASI eksklusif sebesar 67,4% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 75%.8
Walaupun pada tahun 2014 pencapaian ASI eksklusif menjadi 73,6%.9
Berdasarkan laporan data tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang 2014
pencapaian target ASI eksklusif sebesar 72,20%.10 Sedangkan, pada laporan
tahunan 2015 edisi 2016, pencapaian target ASI eksklusif tahun 2015 menurun
menjadi 70,5 % dari target yang ditetapkan yaitu 80%. Dari 22 Puskesmas yang
ada di Kota Padang, Puskesmas Rawang merupakan Puskesmas dengan
pencapaian ASI eksklusif terendah ke dua di Kota Padang.11 Pencapaian ASI
eksklusif Puskesmas Rawang pada tahun 2014 yaitu 70,1%, sedangkan pada tahun
2015 pencapaian ASI eksklusif Puskesmas Rawang menurun menjadi 34,5%12
Bayi yang mendapatkan MPASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang hanya
mendapatkan ASI eksklusif. ASI diberikan kepada bayi karena mengandung
banyak manfaat dan kelebihan. Namun, menyusui sejak dini mempunyai dampak
yang positif baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai
peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup
bayi karena ASI kaya dengan zat gizi, antibodi, mudah dicerna, diserap dan
mengandung enzim pencernaan. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi
uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).4
Teori Green menerangkan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan perilaku ibu tentang gizi yaitu faktor presdisposisi (pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan) faktor pendukung (sarana dan prasarana) faktor
pendorong (petugas kesehatan, media promosi/iklan, keluarga).13 Pemberian ASI
eksklusif menurut Maryunani dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya
pengetahuan ibu, kurangnya dukungan keluarga/suami, kurangnya peran dari
fasilitas pelayanan kesehatan, kuranganya fasilitas yang mendukung laktasi
ditempat kerja.14
Penelitian yang dilakukan Pawenrunsi (2010) dari 86 responden sebanyak
54 responden (62,8%) tidak memberikan ASI eksklusif.15 Hal ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ransum (2013), didapatkan bahwa dari 83
responden hanya sekitar 46 responden (55,4%) tidak memberikan ASI secara
eksklusif16
Menurut Pawenrusi (2010) ada hubungan antara status pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif dari 86 responden, 14 responden (16,2%) yang
bekerja, semua responden tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 14 responden
(100%) dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI ekslusif yaitu 0
responden (0%). Sedangkan dari 72 responden (83,7%) yang tidak bekerja dan
tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 40 responden (55,6%) dan yang ASI
eksklusif sebesar 32 responden (44,4%).15
Hasil penelitian Abidjulu, dkk (2015) ada hubungan dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif dari 61 responden, 33 responden (54,1%) kurang
mendapatkan dukungan suami tidak memberikan ASI eksklusif yaitu semua 33
responden (100%) lebih besar dibandingkan memberikan ASI eksklusif yang
hanya 0 responden (100%). Sedangkan dari 28 responden (45,9%) yang
mendapatkan dukungan suami, 20 responden (71,4%) memberikan ASI eksklusif
dan hanya 8 responden (28,6%) yang tidak memberikan ASI eksklusif.17
Penelitian yang dilakukan oleh Ariwati, dkk (2014) menunjukkan ada
hubungan peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif dari 76
responden, 49 responden (64,5%) kurang mendapatkan peran tenaga kesehatan
tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 45 responden (91,8%) lebih besar
dibandingkan 4 responden (8,2%) yang memberikan ASI eksklusif. Sedangkan
dari 27 responden yang mendapatkan peran tenaga kesehatan, 17 responden
(63,0%) memberikan ASI eksklusif dan hanya 10 responden (37,0%) yang tidak
memberikan ASI eksklusif .18
Survey awal yang peneliti lakukan di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Kecamatan Padang Selatan dengan sasaran bayi 6-11 bulan yaitu 288 orang,
tanggal 27 Februari 2017 melalui wawancara terhadap 8 orang ibu yang
mempunyai bayi usia 6-12 bulan, didapatkan 5 orang ibu yang tidak memberikan
ASI eksklusif. Adapun alasan ibu-ibu tersebut tidak memberikan ASI eksklusif
karena ibu bekerja diluar rumah merasa bahwa bayi tidak cukup dengan ASI saja
sehingga harus menambah makanan lain serta karena suami memperbolehkan
ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif dan belum mendapatkan informasi
yang cukup dari tenaga kesehatan mengenai ASI eksklusif.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Kecamatan Padang Selatan dengan
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu
yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Padang tahun 2017
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian yaitu “Apakah faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi
umur 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Barat Padang tahun 2017 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Rawang Barat Padang tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Rawang Padang Tahun 2017.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi status pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan suami ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017.
d. Diketahuinya distribusi frekuensi peran tenaga kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017.
e. Diketahuinya hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Tahun 2017.
f. Diketahuinya hubungan dukungan suami ibu dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Tahun 2017.
g. Diketahuinya hubungan peran tenaga kesehatan dengan pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Tahun
2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai masukan dalam menerapkan ilmu, mendapatkan pengalaman
dalam bidang penelitian dan data dasar untuk peneliti selanjutnya yang
berkaitan dalam pemberian ASI eksklusif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
khususnya yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan mengenai
pemberian ASI eksklusif.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan
di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang, yang telah dilaksanakan pada bulan
Januari sampai Juli 2017. Peneliti hanya meneliti status pekerjaan ibu, dukungan
suami dan peran tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif sebagai
variabel independen dan pemberian ASI eksklusif sebagai variabel dependen.
Metode peneltian ini adalah analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi umur 6-11
bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Kecamatan Padang Selatan
yaitu 144 orang, sampel diambil dengan metode simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 37 orang. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner yang dibagikan kepada responden dan diolah dengan komputerisasi
dan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan Uji Chi Square,
selanjutnya ditarik kesimpulan, bila p≤0,05 maka ada hubungan bermakna dan
bila p>0,05 berarti tidak ada hubungan bermakna.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6
bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit,
bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin mineral, dan obat. Selain itu, pemberian
ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi
hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat.1
Dimasa dewasa, terbukti bahwa bayi yang diberi ASI memiliki resiko
lebih rendah terkena penyakit degeneratif seperti penyakit darah tinggi, diabetes
tipe 2, dan obesitas. Sehingga WHO sejak 2001 merekomendasikan agar bayi
mendapat ASI eksklusif sampai umur 6 bulan. Dalam World Health Assembly,
yang berlangsung 18 Mei 2001, WHO menyampaikan rekomendasi pemberian
ASI eksklusif 6 bulan dan MPASI setelahnya dengan tetap memberikan ASI
hingga 2 tahun.19
Hal ini juga ditekankan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada pasal 6 menyatakan
setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang
dilahirkan. Pemberian ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan
bayi, memang tidak mudah karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan,
masa 6 bulan inilah yang disebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang
belum diberi makanan selain susu, untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang
ekstra pada bayi.19
Jadi, ASI eksklusif adalah pemeberian ASI kepada bayi yang baru lahir
sampai berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan dan minuman selain ASI
kecuali obat, yang diberikan dengan cara disusui langsung oleh ibu ataupun
diperah dengan pemberian serta penyimpanannya yang tepat dan benar.
2. Komposisi ASI
Pada 6 bulan pertama pasca melahirkan rata-rata ASI yang diproduksi ibu
adalah 780 ml/hari,dan menurun menjadi 600 ml/hari pada 6 bulan kedua.
Komposisi ASI tidak sama dari waktu kewaktu. Menurut stadium laktasi, ASI
terbagi menjadi tiga komposisi ASI yaitu :19
a. Kolostrum
Kolostrum merupakan ASI yang kental berwarna kuning yang dihasilkan
sejak hari pertama sampai dengan hari ke-7 hingga hari ke-10 setelah ibu
melahirkan. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari beta karoten. Volume
kolostrum berkisar 2-20 ml dalam 3 hari pertama setelah melahirkan. Rata-rata
energi yang yang dapat diperoleh dari 100 ml kolostrum adalah 67 kalori.
Keistimewaan kolostrum adalah memiliki kandungan imunoglobulin A
yang dapat memberikan oerlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan. Vitamin larut
lemak pada kolostrum lebih tingggi jika dibandingkan dengan ASI matur, selain
itu lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan
dengan ASI matur. Kolesterol yang tinggi baik untuk perkembangan otak dan
mielenisasi saraf. Kolesterol tinggi juga membuat bayi mempnunyai kemampuan
untuk memetabolisme kolesterol lebih baik sehingga bayi akan memiliki resiko
yang lebih rendah untuk menderita penyakit degeneratif dimasa dewasa.
Kolostrum juga dapat membantu perkembangan flora fibidus serta
memfasilitasi pengeluaran mekonium (tinja bayiyang berwarna hijau kehitaman)
dan mencegah bayi kuning/ikterus, sehingga usus akan berkembang lebih
mantang, mencegah alergi. Kolostrum juga kaya vitamin A untuk mengurangi
keparahan infeksi dan mencegah penyakit mata.
b. ASI Transisi/Peralihan
ASI transisi merupakan peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
matur. ASI transisi diproduksi pada hari ke-7 atau ke-10 sampai 2 minggu pasca
melahirkan. Kandungan vitaminnya lebih rendah dari kolostrum. Kadar protein
semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin tinggi
sedangkan volume akan semakin meningkat.
c. ASI Matang/Matur
ASI matur merupakan kandungan terbesar ASI yang disekresi pada
minggu ke-2 setelah melahirkan dan seterusnya. ASI matur menghasilkan energi
sekitar 75 Kal/100 ml. ASI matur berwarna putih kekuningan dikarenakan adanya
garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten. Didalamnya terdapat antimikrobial
yaitu antibodi, bakteri dan virus, enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase,
katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase), protein, resistance
factor terhadap stafilokokus, komplemen, interferon producing cell. Laktobasilus
bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisir laktosa menjadi asam laktat
yang menyebabkan rendahnya Ph sehingga pertumbuhan bakteri patogen akan
terhambat. Faktor lekosit dan pH ASI mempunyai pengaruh mencegah
pertumbuhan bakteri patogen.
Tabel 1. Kandungan ASI Pada Komposisi Kolostrum dan ASI Matur
Kandungan (per 100 ml) Kolostrum ASI Matur Energi (kkal) 58 70
Laktosa (gr) 5,3 7,4
Protein Total (gr) 2,3 0,9
IgA (mg) 364 142
Lemak (gr) 2,9 4,2
Vitamin A (μg) 89 60
Vitamin D (μg) - 0,05
Vitamin E (μg) 1280 315
Vitamin K (μg) 0,23 0,21
Thiamin (μg) 15 21
Riboflavin (μg) 25 35
Niacin (μg) 75 150
Asam Folat (μg) - 5,2
Vitamin B6 (μg) 12 93
Vitamin B12 (ng) 200 0,01
Vitamin C (mg) 4,4 3,8
Kalsium (mg) 23 35
Natrium (mg) 48 18
Kalium (mg) 74 58
Fosfor (mg) 14 15
Zat Besi (μg) 45 0,08
Selenium (μg) - 2,0
Magnesium (μg) - 0,6
Zinc (μg) 540 295
Sumber : Departement Health and Social Security(1977), Paul dan Southgate (1978).1
3. Manfaat ASI Eksklusif Manfaat dari pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai berikut:1,19
a. Sebagai gizi yang sangat ideal.
b. Imunisasi awal yang berguna meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
c. Mudah dicerna, diserap dan mengandung enzim pencernaan.
d. Meningkatkan kecerdasan otak serta emosional dan spiritual bayi.
e. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
f. Mengoptimalkan perkembangan bayi.
g. Mengurangi kemungkinanan berbagai penyakit kronik dikemudian
hari.
Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu yaitu:
a. Mencegah perdarahan.
b. Mempercepat pengecilan rahim setelah melahirkan.
c. Mengurangi pengeroposan tulang.
d. Mengurangi risiko kanker payudara.
e. Mudah dan praktis serta hemat.
f. Bagi ibu bekerja akan jarang bolos karena bayi sakit.
g. Mengecilkan perut sehingga ibu bisa menjadi langsing.
h. Mengurangi kemungkinan untuk terkena kanker.
i. Memberikan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi ibu.
Keuntungan ASI bagi negara adalah:
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
b. Mengurangi subsidi biaya perawatan ibu dan anak.
c. Membantu program keluarga berencana.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
4. Tips Agar ASI Lancar
Berikut ini sembilan tips yang perlu dilakukan ibu demi mendukung
produksi ASI:
a. Carilah informasi tentang keunggulan ASI eksklusif saat ibu sedang
hamil untuk menimbulkan motivasi menyusui.
b. Saat persalinan tiba, pilihlah rumah sakit yang melaksanakan kebijakan
rawat gabung sehingga ibu dapat memberi ASI on demand (saat
dibutuhkan).
c. Siapkanlah diri secara fisik dan mental untuk menyusui. Hal ini akan
membuat hormon oksitosin bekerja memproduksi ASI.
d. Dukungan suami sangat diperlukan. Jangan takut ditinggal suami
karena payudara menjadi jelek. Menyusui tidak mengubah bentuk
payudara Anda.
e. Belajarlah cara dan posisi menyusui yang benar.
f. Janganlah memberi makanan/minuman apapun selain ASI pada bayi
yang baru lahir.
g. Carilah suasana yang tenang dan bersikaplah rileks saat menyusui.
h. Hindarilah stres.
i. Konsumsilah makanan bergizi, buah-buahan, dan rajinlah minum air
putih setidaknya 8-10 gelas per hari.19
5. Cara Perawatan Payudara
a. Perlahan-lahan usap setiap kotoran yang akan menyumbat saluran ASI
dan keringkan dengan handuk bersih.
b. Oleskan krem “lanolin” setiap hari pada putting susu, untuk menjaga
kelembutan dan mencegah lecet-lecet sewaktu menyusui.
c. Bila putting terlalu pendek, datar atau tertarik ke dalam, tariklah
masing-masing putting keluar dan pilir-pilirlah diantara ibu jari dan
jari telunjuk selama beberapa menit setiap hari, atau kenakan
pelindung putting susu.
d. Pijatlah daerah putting susu (areola) beberapa kali setiap menit, ini
akan membantu membuka saluran susu. Perhatikan untuk selalu
membersihkan tetesan susu sehingga tidak mongering dan menyumbat
saluran ASI.
e. Mengkonsumsi makanan bergizi.
f. Senam payudara.19
6. Cara Pemberian ASI yang Benar
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.
b. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
c. Duduk dan berbaring dengan santai.
d. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh
tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh
bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi
berhadapan dengan puting susu.
e. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting
susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
f. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir
bawah bayi terletak di bawah puting susu.19
7. ASI Perah
ASI terbukti menjadi asupan nutrisi alami yang paling baik diberikan
kepada bayi. Jika anda adalah ibu bekerja, tak lantas menjadi kendala untuk
memberikan ASI setiap hari. Kini banyak ibu bekerja memutuskan untuk tetap
menyusui. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memerah ASI. Anda bisa
memerah ASI tersebut, lalu menyimpan ASI perah (ASIP) dengan baik agar
manfaatnya tak berkurang. ASI perah adalah ASI yang diambil dengan cara
diperas dari payudara untuk kemudian disimpan dan nantinya diberikan pada
bayi.
a. Cara Memerah ASI dengan Tangan
Memerah bisa secara manualmenggunakan tangan atau menggunakan
alat bantu pompa ASI atau bisa juga menggunakan keduanya secara
bergantian tergantung dengan kondisi, yaitu :
1) Sebelum memerah anda harus mencuci kedua tangan terlebih dahulu.
2) Kompres kedua payudara dengan air hangat selama kurang lebih 15
menit.
3) Lakukan massage atau memijat payudara ringan. Caranya adalah dengan
memijat perlahan payudara kea rah bawah, lakukan gerakan melingkar
membentuk spiral kea rah putting susu.
4) Cara memerah : tempatkan tangan kesalah satu payudara, tepatnya di tepi
areola.
5) Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Letak ibu jari
pada posisi pukul 12, dank e empat jari lainnya pada posisi pukul 6.
6) Tekan tangan kea rah dada, lalu dengan lambut takan ibu jari dan telunjuk
bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai
menggeser ke putting.
7) Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di
sekeliling payudara agar seluruh saluran susu tertekan. Anda bisa
berpindah ke bagian areola lainnya agar semua ASI merata disalurkan,
misalnya mengubah posisi ibu jari kea rah pukul 3 dan keempat jari
lainnya kea rah pukul 9, atau arah lainnya.
8) Ulangi pada sisi payudara lain dan jika diperlukan pijat payudara di antara
waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama, kemudian
lakukan lagi pada payudara kedua. Letakkan cangkir bermulut lebar yang
sudah disterilkan dibawah payudara yang diperas.
9) Untuk menghindari kerusakan jaringan-jaringan sensitive, jangan
meremas payudara, jangan menggosok kulitnya dengan jari, dan jangan
menarik-narik putingnya.
10) Hindari memijit puting susu karena hal itu sama dengan bayi mengisap
pada puting.
11) Diperlukan waktu kira-kira 30 menit untuk memeras kedua payudara.
Oleh karena itu, janganlah merasa frustasi jika anda menggunakan waktu
yang lebih panjang pada waktu melakukan pertama kali. Semua akan
menjadi lebih mudah setelah mempraktikannya berulang kali.
12) Ketika aliran susu dari satu payudara berubah menjadi tetesan, anda harus
segera pindah ke payudara satunya. Ikuti petunjuk yang sama untuk
payudara kedua. Untuk mengeluarkan air susu sebanyak-banyaknya,
prosedur ini mungkin perlu diulang-ulang dari satu payudara ke payudara
lainnya.19
b. Cara Menyimpan ASI yang Benar
Memerah dan menyimpan ASI merupakan solusi terbaik untuk ibu
yang bekerja. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan :
1) Pertama-tama anda menyiapkan wadah untuk menampung ASI yang
mudah untuk disterilkan biasanya berupa botol yang tertutup rapat yang
gelas tahan panas.
2) Anda dapat memilih wadah yang memiliki volume sesuai dengan
kebutuhan bayi sekali minum, misalnya saja 125 ml.
3) ASI perah yang akan diberikan kurang dari 6 jam maka tidak perlu
disimpan dilemari pendingin. Sedangkan untuk ASI yang disimpan di
suhu kamar tidak dianjurkan lebih dari 3-4 jam.
4) Sedangkan apabila ASI untuk waktu 24 jam atau lebih sebaiknya
disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 derajat celcius akan
tetapi jangan sampai beku.Ini dapat menjaga kandungan gizi di dalam ASI
yang bermanfaat untuk bayi.
5) Berbeda dengan ASI perah yang akan digunakan dalam waktu 1 minggu
maka ASI harus didinginkan dalam lemari pendingin selama 30 menit
kemudian dibekukan dalam suhu -18 derajat celcius atau lebih rendah.
Kondisi ASI yang dibekukan dapat bertahan hingga 3-6 bulan.
6) Apabila memungkinkan ketika ASI disimpan di lemari pendingin bagian
tengah atau pada bagian dalam freezer karena lebih dingin dan memiliki
tempratur konstan.
7) Jangan menyimpan ASi pada rak yang menempel pada kulkas karena
memiliki temperatur yang berubah-ubah.
8) Selain itu untuk memudahkan anda sebaiknya menggunakan label tanggal
peras ASI.Perhatikan pula ketika anda menyimpan ASI jangan diisi penuh
akan tetapi usahakan untuk seperempat bagian kosong.
9) Perlu diperhatikan apabila ASI yang disimpan dalam waktu lebih dari 6
bulan maka akan kehilangan senyawa yang akan berfungsi dalam
melawan organisme berbahaya.Inilah yang menyebabkan ASI akan
membahayakan kesehatan bayi apabila disimpan lebih dari waktu 6
bulan.1
8. Tanda Cukup ASI
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah cukup
mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung dengan berapa
banyak atau berapa sering pemberian ASI yang baik itu.Oleh karena itu, berbagai
tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman untuk mengevaluasi kecukupan
pemberian ASI, yaitu :
a. Bayi menunjukan keinginan dan gairah yang kuat untuk bangun secara
teratur untuk menyusui.
b. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan
terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap
dan menelan ASI yang diberikan.
c. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
d. Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua
bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka
pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi
menyusui menjadi lebih singkat.
e. Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
f. Bayi tumbuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami
peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
g. Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang
sehat pula.1
B. Status Pekerjaan
Bekerja adalah suatu kegiatan yang yang dilakukan oleh buruh atau
pekerja, dimana setiap orang yang bekerja akan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Pekerjaan merupakan suatu yang dibutuhkan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidup, karena setiap saat kebutuhan yang bermacam-
macam akan berkembang dan berubah. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan
tersebut pelaku akan terus bekerja dan bekerja. Menurut Undang-undang RI
No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan memberikan batasan jam kerja yaitu
40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.20
Pekerjaan adalah tugas yang dilaksanakan setiap hari dimana tugas
tersebut dapat dilakukan untuk penghidupan mencari nafkah. Adapun pekerjaan
itu dilakukan diluar rumah yang banyak memakan waktu yang akan berpengaruh
terhadap pemberian ASI pada bayi. Ibu yang bekerja di luar rumah minimal 6
jam dalam sehari atau meninggalkan rumah dan anaknya dengan keluarga,
pembantu, orang lain harus bisa membagi waktu dimana ibu harus mampu
berperan ganda yaitu mengurus rumah tangga dan mengurus pekerjaan.1,21
Bagi ibu yang bekerja dikantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi
sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang
menyita banyak waktu di luar rumah, upaya pemberian ASI eksklusif seringkali
mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cuti hamil dan melahirkan.
Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara sempurna, ia harus kembali
bekerja. Inilah yang menjadikan bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6
bulan karena dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka sehingga
tidak perlu memberikan ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di
rumah bersama anak.1
Menurut hasil penelitian Dahlan (2014) yang berjudul “Hubungan Status
Pekerjaan Dengan Pemberian Asi eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang” didapatkan hasil bahwa dari 24 ibu bekerja 20 ibu
(83,3%) tidak memberikan ASI eksklusif, 23 ibu yang tidak bekerja 6 ibu (26,1%)
tidak memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisis didapatkan hubungan antara
status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil diatas menunjukan
bahwa apabila status pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Kebanyakan ibu bekerja, waktu
merawat bayinya lebih sedikit, sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan
ASI eksklusif pada bayinya. Sebenarnya apabila ibu bekerja masih bisa
memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memompa atau dengan
memerah ASI, lalu kemudian disimpan dan diberikan pada bayinya nanti.22
C. Dukungan Suami
Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita
(istri). Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab
suami terhadap kesehatan istrinya.23
Bentuk dukungan dari suami adalah.23
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional memberikan pasien perasaan nyaman, merasa
dicintai meskipun saat mengalami suatu masalah, bantuan dalam bentuk
semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat kepada pasien
yang dirawat di rumah. Jenis dukungan bersifat emosional atau menjaga
keadaan emosi atau ekspresi. Yang termasuk dukungan emosional ini
adalah ekspresi dari empati, kepedulian, dan perhatian kepada individu.
Memberikan individu perasaan yang nyaman, jaminan rasa memiliki, dan
merasa dicintai saat mengalami masalah, bantuan dalam bentuk
semangat, kehangatan personal, cinta, dan emosi.
b. Dukungan informasi
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk didalamnya memberikan solusi dari masalah yang
dihadapi pasien di rumah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau
umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang keluarga dapat
menyediakan informasi dengan menyarankan tempat.
c. Dukungan instrumental
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dengan menyediakan dana untuk biaya
pengobatan, dan material berupa bantuan nyata (Instrumental Supporti
Material Support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu
memecahkan masalah kritis, termasuk didalamnya bantuan langsung
seperti saat seseorang membantu pekerjaan sehari-hari, menyediakan
informasi dan fasilitas, menjaga dan merawat saat sakit serta dapat
membantu menyelesaikan masalah. Pada dukungan nyata, keluarga
sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis.
d. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan merupakan dukungan berupa dorongan dan
motivasi yang diberikan keluarga kepada pasien. Dukungan ini
merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif
terhadap individu. Pasien mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara
tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi penghargaan positif
keluarga kepada pasien, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau
perasaan pasien. Dukungan keluarga ini dapat membantu meningkatkan
strategi koping pasien dengan strategi-strategi alternative berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek positif.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi bukan hanya tanggungjawab ibu saja.
Kepala keluarga, dalam hal ini suami juga memiliki tanggungjawab besar untuk
memberikan dukungan. Dukungan suami sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan
melakukan ASI eksklusif, salah satu tindakan yang dapat dilakukan suami antara
lain memberikan dukungan kepada istri, misalnya mengelus-mengelus rambut
istri saat menyusui bayi, mengambil alih pekerjaan rumah tangga hingga
memberikan keyakinan agar ibu menyusui jangan takut gemuk.2,19
Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif bisa berhasil sukses
dengan adanya dorongan suami kepada ibu menyusui memberikan ASI pada bayi.
Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI pasti akan
selalu membantu ibu mengurus bayi, setiap saat siang atau malam ayah membantu
memberikan bayi kepada ibu bila bayi ingin minum, menyendawakan bayi bila
selesai menyusu, menggantikan popok, memandikan bayi, menenangkan bayi bila
bayi gelisah dengan menggendong bayi dan memberikan pijatan pada bayi.
Sementara ibu, berusaha fokus meningkatkan kualitas ASI-nya, dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan melakukan pola hidup sehat.2,19
Hasil penelitian dari Abidjulu (2015) tentang “Hubungan Dukungan Suami
dengan Kemauan Ibu Memberikan ASI eksklusif “ menunjukkan bahwa dari 61
responden, 33 responden (54,1%) kurang mendapatkan dukungan suami tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu semua 33 responden (100%) lebih besar
dibandingkan memberikan ASI eksklusif yang hanya 0 responden (100%).
Sedangkan dari 28 responden (45,9%) yang mendapatkan dukungan suami, 20
responden (71,4%) memberikan ASI eksklusif dan hanya 8 responden (28,6%)
yang tidak memberikan ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian diatas,
membuktikan adanya hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif
karena suami merupakan orang yang paling dekat dengan ibu.17
Hasil ukur dari dukungan suami sadalah sebagai berikut :26
a) Dukungan lengkap, jika ≥ 50%
b) Dukungan kurang, jika < 50%
D. Peran Tenaga Kesehatan
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan seseorang pada situasi
tertentu. Menurut Barbara Kozier, peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem. Peran dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon terhadap
orang, objek atau situasi tertentu peran mendukung suatu penilaian emosional
(senang, benci dan sebagainya) peran seseorang dapat berubah dengan
diprolehnya tambahan informasi tentang sesuatu objek melalui persuasi serta
tekanan aturan yang berlaku.23
Para tenaga kesehatan juga turut berperan menggalakkan ASI eksklusif.
Hal itu sesuai peran dan wewenang bidan , yang mengacu pada Keputusan Materi
Kesehatan Republik Indonesi Nomor 900/MenKes/SK/VII/2002 tentang
Registrasi dan Paraktik Bidan. Dalam keputusan tersebut, diharapkan semua bidan
atau tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
khususnya para ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, senantiasa berupaya
memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif. Penyuluhan dengan
menggunakan bahan cetak dan media masa dilakukan untuk dapat menjangkau
masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi masyarakat tentang ASI
eksklusif dari “suatu penyakit dapat dicegah dengan memberikan ASI eksklusif.1
Ada 10 langkah sukses menyusui bayi yang berkaitan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan, yaitu seluruh fasilitas kesehatan harus:1
1. Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan
kepada semua staf pelayanan kesehatan
2. Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan
kebijakan menyusui
3. Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dn
manajemen menyusui
4. Membantu ibu untuk menyusui dini dalam waktu 60 menit pertama
persainan
5. Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui
meskipun ibu dipisah dari bayinya
6. Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi
medis
7. Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu 24
jam
8. Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi
9. Tidak memberikan dot kepada bayi
10. Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan
merujuk ibu kepada kelompok tersebut setelah keluar dari fasilitas
pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian dari Ariwati (2014) yang berjudul “Hubungan Dukungan
Tenaga Kesehatan Tentang Pemberian Asi Eksklusif dengan Perilaku Pemberian
Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang”
menunjukkan bahwa responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan kurang
mendapatkan dukungan tenaga kesehatan yaitu 91,8% (45 orang), lebih besar
dibandingkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan mendapatkan
dukungan tenaga kesehatan yaitu 37,0% (10 orang). Responden yang
memberikan ASI eksklusif dan kurang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan
yaitu 8,2% (4 orang), lebih kecil dibandingkan responden yang memberikan ASI
eksklusif dan mendapatkan dukungan tenaga kesehatan yaitu 63% (17 orang).18
Hasil ukur dari dukungan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut :26
a) Peran lengkap, jika ≥ 50%
b) Peran kurang, jika < 50%
E. Kerangka Teori
Teori Lawrance Green.9 Diteliti o Tidak diteliti
Gambar 1.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep-konsep atau variabel-variabel yang ingin diamati atau diukur melalui
penelitian-penelitian yang di maksud atau yang akan dilakukan.9
Independen Dependen
Gambar 2.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawang Padang tahun 2017
Status pekerjaan
Dukungan suami Pemberian ASI eksklusif
Faktor Predisposisi o Pendidikan o Pengetahuan Pekerjaan
Faktor Pendukung o Sarana dan prasarana
Faktor pendorong Tenaga kesehatan o Pengaruh media promosi/iklan Dukungan Suami/keluarga
Perilaku Kesehatan
Peran tenaga kesehatan
G. Defenisi Operasional
Tabel 2. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1.
2.
Pemberian ASI eksklusif
Status Pekerjaan Ibu
Dukungan
Pembeian ASI kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral)
Kegiatan yang dilakukan Ibu diluar rumah untuk menhgasilkan upah atau uang, minimal 40 jam/minggu
Dukungan yang diberikan oleh suami ibu agar ibu bisa melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif pada
Kuesioner
Kuesioner
Angket
Angket
0. Tidak ASI eksklusif : jika ibu tidak memberikan ASI eksklusif
1. ASI eksklusif : jika ibu memberikan ASI eksklusif
0. Bekerja : jika ibu bekerja diluar rumah ≥5 jam/hari
1. Tidak bekerja : jika ibu tidak bekerja atau bekerja diluar rumah <5 jam/hari
0. Kurang : jika < 50%
1. Lengkap : jika ≥ 50%
Ordinal
Ordinal
3.
4.
Suami
Peran Tenaga Kesehatan
bayinya
Peranan yang diberikan oleh tenaga kesehatan agar ibu bisa melaksanakan pemberian ASI secara eksklusif pada bayinya
Kuesioner
Kuesioner
Angket
Angket
0. Kurang : jika < 50%
1. Lengkap : jika ≥ 50%
Ordinal
Ordinal
H. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah
dikumpulkan maka hipotesisi yang akan diuji adalah:
Ha1 : Ada hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Ha2 : Ada hubungan dukungan suami ibu dengan pemberian ASI eksklusif
Ha3 : Ada hubungan peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei analitik, dengan pendekatan
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan. Pada penelitian ini
variabel independen (status pekerjaan ibu, dukungan suami ibu dan peran tenaga
kesehatan) dan variabel dependen (pemberian ASI eksklusif) diteliti dalam waktu
bersamaan.23
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Padang, Komplek Perumahan Jundul Rawang, Kecamatan Padang Selatan pada
bulan Januari sampai Juli 2017. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 Juni
sampai 04 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang
diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai
bayi umur 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Kecamatan
Padang Selatan yaitu 144 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.9 Cara pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah Metode Simple Random Sampling, yaitu
semua ibu yang mempunyai bayi umur 6-11 bulan yang diundi secara
acak, sampel yang digunakan pada penelitian ini dihitung menggunakan
rumus Lameshow.28
n =
Keterangan :
n : Besar sampel minimum
N : Besar populasi
d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi = 10%
P : Harga proporsi di populasi = 0,50
Z2-α/2 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu =1,96
n =
=
=
=
= 36,75
Jadi sampel yang diperoleh berdasarkan rumus tersebut adalah 37 responden.
Adapun kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah :
1) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent.
2) Berada di tempat saat melakukan penelitian
3) Bisa baca tulis
D. Teknik Uji Alat Pengumpulan Data
Alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang dukungan suami
dan peran tenaga kesehatan, dimana kuesioner yang digunakan sebelumnya
dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan
tanggal 15 sampai 17 Juni 2017 terhadap 20 responden di wilayah kerja
Puskesmas Seberang Padang.
1. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner)
dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor masing-masing
variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel dikatakan valid bila skor
variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya.
Teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product
moment, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Bila r hitung (r pearson) > r tabel, maka pertanyaan dikatakan valid
b. Bila r hitung (r pearson) < r tabel, maka pertanyaan dikatakan tidak
valid
Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan di wilyah kerja
Puskesmas Seberang Padang terhadap 20 responden, dari masing-
masing 16 pertanyaan pada variabel dukungan suami dan 10 pertanyaan
pada variabel peran tenaga kesehatan didapatkan pertanyaan valid,
pertanyaan valid jika nilai r hitung > r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Pertanyaan dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. pertanyaan yang
sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Bila nilai Cronbach's Alpha (α) > konstanta (0,60), maka pertanyaan
reliabel.
b. Bila nilai Cronbach's Alpha (α) < konstanta (0,60), maka pertanyaan
tidak reliabel.
Dari hasil uji reliabilitas yang dilakukan didapatkan nilai
Cronbach's Alpha (α) pada variabel dukungan suami yaitu 0,955 > 0,6
dan variabel peran tenaga kesehatan yaitu 0,960 > 0,6. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa instrumen dapat dikatakan reliabel untuk dijadikan
instrumen penelitian.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumentasi
dari Profil Kesehatan Indonesia, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Barat, Profil Dinas Kesehatan Kota Padang, laporan Puskesmas Rawang
Padang dan laporan dari kader wilayah kerja Puskesemas Seberang
Padang.
b. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang mencakup status pekerjaan ibu,
dukungan suami ibu dan peran tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI
eksklusif dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan dan diisi
langsung oleh 37 responden dan tidak boleh diwakilkan.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan
1) Peneliti telah mendapatkan izin dan mendapatkan surat dari
pihak pendidikan untuk melakukan penelitian.
2) Peneliti menyerahkan surat tersebut ke kantor Kesatuan
Bangsa dan Politik serta ke kantor Dinas Kesehatan Kota
Padang dengan mendapat surat rekomendasi untuk izin
penelitian di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang.
3) Peneliti meminta izin kepada petugas tata usaha Puskesmas
Rawang untuk melakukan penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tanggal 22 Juni sampai 04 Juli 2017 dengan didampingi
kader, peneliti langsung mengunjungi satu per satu rumah
responden (door to door). Sebelum memberikan kusioner kepada
responden terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Bagi yang bersedia dan
memenuhi kriteria inklusi diminta menandatangani informed
consent yang sudah disediakan dan langsung melakukan pengisian
kusioner. Pengumpulan data berlangsung selama 10 hari dengan
responden yang didapat perharinya adalah tanggal 22 Juni
didapatkan 5 responden, tanggal 23 Juni didapatkan 5 responden,
tanggal 24 Juni didapatkan 5 responden, tanggal 28 Juni didapatkan
3 responden, tanggal 29 Juni didapatkan 3 responden dan tanggal
30 Juni didapatkan 3 responden, tanggal 01 Juli didapatkan 4
responden, tanggal 02 Juli didapatkan 4 responden, tanggal 03 Juli
didapatkan 4 responden dan tanggal 04 Juli didapatkan 4
responden. Kusioner yang telah diisi diperiksa kembali untuk
memastikan tidak adanya jawaban yang ganda dan kosong.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah secara komputerisasi dengan
menggunakan tahapan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data (Editing)
Proses memeriksa kembali jawaban ibu menyusui terhadap
kuesioner yang telah diisi responden berupa pemeriksaan kelengkapan
dan kejelasan pengisian kuesioner. Didapatkan 1 orang respoonden
belum mengisi format persetujuan, pada saat itu juga peneliti langsung
memberikan kembali kuesioner untuk dilengkapi oleh responden.
2. Pemberian Kode (Coding)
Pemberian kode dilakukan setelah kuesioner diperiksa. Pemberian
kode dilakukan agar mempermudah dalam pengolahan data. pemberian
kode jawaban pada kuesioner tentang Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang mempunyai bayi umur 6-
11 bulan dengan menggunakan angka yaitu:
1. Status pekerjaan
a. Untuk jawaban bekerja diberi kode angka 0
b. Untuk jawaban tidak bekerja diberi kode angka 1
2. Dukungan suami
a. Untuk jawaban dukungan suami kurang diberi kode angka 0
b. Untuk jawaban dukung suami lengkap diberi kode angka 1
3. Peran tenaga kesehatan
a. Untuk jawaban peran tenaga kesehatan kurang diberi kode 0
b. Untuk jawaban peran tenaga kesehatan lengkap diberi kode 1
4. Pemberian ASI eksklusif
a. Untuk jawaban tidak ASI eksklusif diberi kode angka 0
b. Untuk jawaban ASI eksklusif diberi kode 1
3. Memasukan Data (Entry)
Data yang telah diedit dan diberi kode, data dimasukan kedalam
tabel distribusi frekuensi .
4. Membersihkan Data (Cleaning)
Sebelum dianalisis dilakukan pengecekan terlebih dahulu data yang
telah dientry, data yang telah dientry tidak terdapat kesalahan, sehingga
analisis yang dilakukan sesuai dengan yang sebenarnya. Proses cleaning
dapat dilakukan dengan bantuan program analisis statistik computer.
G. Analisis Data
1. Analisa Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel (status pekerjaan, dukungan suami, peran tenaga
kesehatan dan pemberian ASI eskklusif) yang diteliti, sehingga diketahui
variasi dari masing-masing variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi
Square Test selanjutnya di tarik suatu kesimpulan, bila p≤0,05 maka ada
hubungan bermakna dan bila p>0,05 berarti tidak ada hubungan
bermakna.21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Wilayah Kerja Puskesmas Rawang mempunyai 3 Kelurahan dengan penduduk
berjumlah 26.581 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 5.668 KK. Puskesmas Rawang
Padang berlokasi di Komplek Perumahan Jundul Rawang Kecamatan Padang Selatan
dengan wilayah kerja Puskesmas terdiri dari 3 Kelurahan dengan letak geografis
bervariasi antara perbukitan, dataran dan pantai dengan luas wilayah + 4,13 Km2. Secara
topografi dan pertanggungjawaban Wilayah Kerja Puskesmas Rawang berbatasan
dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Seberang Padang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kerja Pengambiran dan Puskesmas
Lubuk Begalung
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Pemancungan.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelit ian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-11
bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017, yang sesuai dengan
kriteria sampel, maka didapatkan hasil penelit ian :
1. Analisis Univariat
a. Pemberian ASI eksklusif
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
No. Pemberian ASI eksklusif f %
1. Tidak ASI eksklusif 20 54,1
2. ASI eksklusif 17 45,9
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 37 responden
didapatkan 20 responden (54,1%) t idak memberikan ASI eksklusif pada bayi
di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
b. Status Pekerjaan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
No. Status Pekerjaan f %
1. Bekerja 18 48,6
2. Tidak Bekerja 19 51,4
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 37 responden
didapatkan 18 responden (48,6%) berstatus bekerja dalam pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
c. Dukungan Suami
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
No. Dukungan Suami f %
1. Kurang 19 51,4
2. Lengkap 18 48,6
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 37 responden
didapatkan 19 responden (51,4%) kurang mendapatkan dukungan dari dari
suami dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Padang tahun 2017.
d. Peran Tenaga Kesehatan
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI
eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
No. Peran Tenaga Kesehatan F %
1. Kurang 16 43,2
2. Lengkap 21 56,8
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa dari 37 responden
didapatkan 16 responden (43,2%) kurang mendapatkan peran tenaga
kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Rawang Padang tahun 2017.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Tabel 7
Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
ASI eksklusif di Wialayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
Status Pekerjaan
Pemberian ASI Eksklusif Jumlah
Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif
f % f % f %
Bekerja 15 83,3 3 16,7 18 100
Tidak Bekerja 5 26,3 14 73,7 19 100
Jumlah 20 54,1 17 45,9 37 100
p value = 0,002
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa dari 18 responden yang
bekerja , cenderung t idak memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 responden
(83,3%) lebih besar dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif
sebanyak 3 responden (16,7%). Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square
didapat nilai p value = 0,002 (p < 0,05) art inya ada hubungan status
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Rawang Padang tahun 2017.
b. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI eksklusif
Tabel 8
Hubungan Dukungan Suami Ibu dengan Pemberian
ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
Dukungan Suami
Pemberian ASI eksklusif Jumlah
Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif
F % F % f %
Kurang 15 78,9 4 21,1 19 100
Lengkap 5 27,8 13 72,2 18 100
Jumlah 20 54,1 17 45,9 37 100
p value = 0,005
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa dari 19 responden yang
kurang mendapat dukungan kurang dari suami, cenderung t idak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 responden (78,9%) lebih besar
dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 4 responden
(21,1%). Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square didapat nilai p value =
0,005 (p < 0,05) art inya ada hubungan dukungan suami ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun
2017.
c. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 9
Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemberian
ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang
Tahun 2017
Peran Tenaga
Kesehatan
Pemberian ASI eksklusif Jumlah
Tidak ASI eksklusif ASI eksklusif
f % F % f %
Kurang 13 81,3 3 18,8 16 100
Lengkap 7 33,3 14 66,7 21 100
Jumlah 20 54,1 17 45,9 37 100
p value = 0,010
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 16 responden yang
kurang mendapat peran tenaga kesehatan, cenderung t idak memberikan
ASI eksklusif sebanyak 13 responden (81,3%) lebih besar dibandingkan
dengan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 responden (18,8%).
Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square didapat nilai p value = 0,010 (p <
0,05) art inya ada hubungan peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
C. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan dari 37
responden, didapatkan bahwa 20 responden (54,1%) t idak memberikan ASI
eksklusif pada bayi umur 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang
Padang tahun 2017.
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi
dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi t idak diharapkan
mendapatkan tambahan cairan lain sepert i susu formula, air jeruk, air teh,
madu, air put ih. Pada pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif, bayi juga t idak
diberikan makanan tambahan sepert i pisang, biskuit , bubur nasi t im, dan
sebagainya.29
Penelit ian ini sama dengan penelit ian yang dilakukan oleh Ransum
(2013) tentang hubungan sikap ibu, pendidikan dan dukungan petugas
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 6-11 bulan di
Puskesmas Antang Perumas Kota Makassar. Penelit ian Ransum
menunjukkan bahwa 55,4% responden t idak memberikan ASI eksklusif.16
Menurut penelit i, lebih dari separoh responden t idak memberikan
ASI eksklusif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sepert i status
pekerjaan, dukungan suami dan peran tenaga kesehatan. Padahal
pemberian ASI memiliki efek kesehatan yang besar bagi bayi, namun rata-
rata prevalensi ASI tetap saja rendah. Bayi akan tumbuh lebih sehat dan
lebih cerdas dengan diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan.
Tetapi, hanya sedikit responden yang benar-benar dapat menyusui secara
eksklusif, sebagian responden t idak dapat melakukannya kebanyakan
karena merasa ASI-nya kurang dan bayi selalu rewel setelah disusukan
namun akan diam setelah diberi minuman/ makanan tambahan.
b. Status Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan dari 37
responden, didapatkan bahwa 18 responden (48,6%) berstatus bekerja.
Didapatkan responden yang bekerja dengan rincian sebanyak 11 responden
(29,7%) sebagai pedagang, 5 responden (13,5%) sebagai pekerja swasta dan
2 responden (5,4%) sebagai wiraswasta dengan pemberian ASI eksklusf pada
bayi umur 6-11 bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun
2017.
Bekerja adalah suatu kegiatan yang yang dilakukan oleh buruh atau
pekerja, dimana set iap orang yang bekerja akan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Pekerjaan merupakan suatu yang dibutuhkan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena set iap saat kebutuhan
yang bermacam-macam akan berkembang dan berubah. Sehingga untuk
memenuhi kebuthan tersebut pelaku akan terus bekerja dan bekerja.20
Hasil penelit ian ini hampir sama dengan penelit ian yang dilakukan
oleh Pawenrusi (2010) tentang faktor yang berhubungan dengan pemberian
ASI eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kota Makassar. Penelit ian Pawenrusi
menunjukkan responden bekerja lebih sedikit yaitu 16,2% responden.15
Menurut penelit i, kurang dari separoh responden yang berstatus
bekerja, pekerjaan sangat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif karena
sebagian besar responden yang bekerja t idak memiliki kesempatan dalam
menyusui bayinya. Kesibukan responden dalam melakukan pekerjaanya,
merupakan alasan yang sering diungkapkan oleh responden yang t idak
berhasil menyusui secara eksklusif dan meningkatkan pemberian M P-ASI
dini pada bayi.
c. Dukungan Suami
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan dari 37
responden, didapatkan bahwa 19 responden (51,4%) kurang mendapatkan
dukungan dari suami dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang
wanita (istri). Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan
tanggung jawab suami terhadap kesehatan istrinya.23 Pemberian ASI
eksklusif pada bayi bukan hanya tanggungjawab ibu saja. Kepala keluarga,
dalam hal ini suami juga memiliki tanggungjawab besar untuk memberikan
dukungan. Dukungan suami sangat dibutuhkan oleh ibu yang akan
melakukan ASI eksklusif, salah satu t indakan yang dapat dilakukan suami
antara lain memberikan dukungan kepada istri, misalnya mengelus-
mengelus rambut istri saat menyusui bayi, mengambil alih pekerjaan rumah
tangga hingga memberikan keyakinan agar ibu menyusui jangan takut
gemuk.2,19
Hasil penelit ian ini hampir sama dengan penelit ian yang dilakukan
oleh Abidjulu, dkk (2015) tentang hubungan dukungan suami dengan
kemauan ibu memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Tumint ing Kecamatan
Tumint ing. Penelit ian dari Abidjulu ditemukan 54,1% responden kurang
mendapatkan dukungan suami.
Menurut penelit i, lebih dari separoh responden kurang
mendapatkan dukungan dari suami. Hal ini terlihat dari hasil analisis
kuesioner, dimana 64,9% responden mengatakan suami t idak pernah
menanyakan masalah yang dihadapi saat menyusui. Sebesar 75,7%
responden mengatakan suami t idak mendengarkan keluhan-keluhan
responden selama memberikan ASI eksklusif. Sebesar 56,8% responden
mengatakan suami t idak mengingatkan responden untuk memberikan ASI
kepada bayi dan suami juga t idak memberikan informasi untuk memberikan
ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Sebesar 70,3% responden
mengatakan suami t idak membantu responden dalam merawat bayi selama
menyusui. Sebesar 56,8% responden mengatakan suami t idak menyediakan
makanan yang bergizi demi kelancaran ASI. Sebesar 73% responden
mengatakan suami t idak membantu dalam menyendawakan bayi setelah
menyusui bayi. Rendahnya dukungan yang diberikan suami kepada
responden disebabkan oleh faktor pekerjaan suami karena suami yang
bekerja memiliki sedikit waktu dalam memperhatikan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif serta kurangnya pemahaman suami dalam
beberapa keluhan yang dirasakan ibu. Hal ini mengakibatkan ibu merasa
kurang dukungan secara emosional untuk menyusui bayinya.
d. Peran Tenaga Kesehatan
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan dari 37
responden, didapatkan bahwa 16 responden (43,2%) kurang mendapatkan
peran tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan seseorang pada
situasi tertentu. Menurut Barbara Kozier, peran adalah seperangkat t ingkah
laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dapat dirumuskan sebagai
kecendrungan untuk merespon terhadap orang, objek atau situasi tertentu
peran mendukung suatu penilaian emosional (senang, benci dan
sebagainya) peran seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang sesuatu objek melalui persuasi serta tekanan
aturan yang berlaku.23
Hasil penelit ian berbeda dengan penelit ian yang dilakukan oleh
Ariwati, dkk (2014) tentang hubungan dukungan bidan tentang pemberian
ASI eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelit ian Ariwati
menunjukkan 64,5% responden kurang mendapatkan peran tenaga
kesehatan.
Menurut penelit i, kurang dari separoh responden mendapatkan
kurang peran tenaga kesehatan. Terlihat dari hasil kuesioner penelit ian,
dimana 51,4% responden mengatakan t idak mendapat penjelasan dari
petugas kesehatan tentang waktu pemberian ASI eksklusif . Sebesar 59,5%
responden mengatakan t idak mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang manfaat ASI eksklusif bagi Ibu. Sebesar 54,1% responden
mengatakan t idak mendapat penjelasan dari petugas kesehatan tentang
kapan memberikan makanan pendamping ASI. Sebesar 56,8% responden
mengatakan t idak mendapat penjelasan dari petugas kesehatan tentang
kandungan ASI. Sebesar 75,7% responden mengatakan t idak pernah diberi
penyuluhan secara langsung mengenai ASI eksklusif . Rendahnya peran
tenaga kesehatan disebabkan oleh masih kurangnya waktu tenaga
kesehatan dalam memberikan penyuluhan pemberian ASI, dimana hal ini
dipengaruhi oleh banyaknya tugas sebagai seorang tenaga kesehatan,
sehingga pelaksanaan perannya dalam pemberian ASI eksklusif t idak
berjalan opt imal.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan, didapatkan
bahwa responden bekerja berjumlah 18 orang, responden yang t idak
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 15 orang (83,3%) lebih besar
dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 orang
(16,7%). Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square didapat nilai p value =
0,002 (p < 0,05) art inya ada hubungan status pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun
2017.
Bagi ibu yang bekerja dikantor atau pabrik, menjalankan usaha
pribadi sebagai tambahan penghasilan, serta berkecimpung dalam kegiatan
sosial yang menyita banyak waktu di luar rumah, upaya pemberian ASI
eksklusif seringkali mengalami hambatan lantaran singkatnya masa cut i
hamil dan melahirkan. Sebelum pemberian ASI eksklusif berakhir secara
sempurna, ia harus kembali bekerja. Inilah yang menjadikan bayi diberi
makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan karena dianggap lebih
menguntungkan dan membantu mereka sehingga t idak perlu memberikan
ASI kepada anak, dan menghabiskan banyak waktu di rumah bersama anak.1
Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian yang dilakukan oleh
Dahlan (2014) tentang hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang.
Penelit ian Dahlan ditemukan adanya hubungan antara status pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif .
Menurut penelit i, terdapatnya hubungan status pekerjaan
responden dengan pemberian ASI eksklusif karena responden yang bekerja
akan memiliki waktu sedikit dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja sangat erat kaitannya
dengan kebijakan-kebijakan yang ada di tempat kerja. Pada ibu yang bekerja
sebagai karyawan swasta rata-rata mendapat cut i bersalin hanya 1-2 bulan
saja dan pada umumnya responden t idak memiliki tempat penit ipan anak
serta fasilitas tempat penyimpanan ASI ditempat kerja. Penyebab lain
adalah responden merasa ASI kurang atau ingin melat ih bayi mengkonsumsi
susu formula karena akan dit inggal bekerja karena sebagian besar
responden menit ipkan bayinya kepada orangtua atau saudara. Diharapkan
ibu yang memiliki bayi walaupun bekerja diluar rumah tetap memberikan
ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memompa ASI sebelum berangkat
bekerja dan disimpan pada tempat yang steril.
b. Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan, didapatkan
bahwa responden yang mendapat dukungan kurang dari suami berjumlah
19 orang, yang mana t idak memberikan ASI eksklusif sebanyak 15 orang
(78,9%) lebih besar dibandingkan dengan yang memberikan ASI eksklusif
sebanyak 4 orang (21,1%). Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square didapat
nilai p value = 0,005 (ρ < 0,05) art inya ada hubungan dukungan suami ibu
dengan pemberian ASI eksklusif di wilyah kerja Puskesmas Rawang Padang
tahun 2017.
Tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif bisa berhasil sukses
dengan adanya dorongan suami kepada ibu menyusui memberikan ASI pada
bayi. Seorang suami yang mengerti dan memahami bagaimana manfaat ASI
pasti akan selalu membantu ibu mengurus bayi, setiap saat siang atau malam
ayah membantu memberikan bayi kepada ibu bila bayi ingin minum,
menyendawakan bayi bila selesai menyusu, menggantikan popok,
memandikan bayi, menenangkan bayi bila bayi gelisah dengan menggendong
bayi dan memberikan pijatan pada bayi. Sementara ibu, berusaha fokus
meningkatkan kualitas ASI-nya, dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dan melakukan pola hidup sehat.2,19
Hasil penelit ian ini sejalan dengan penelit ian yang dilakukan oleh
Abidjulu, dkk (2015) tentang hubungan dukungan suami dengan kemauan
ibu memberikan ASI eksklusif di Puskesmas Tumint ing Kecamatan
Tumint ing, ditemukan adanya hubungan dukungan suami dengan kemauan
ibu dalam memberikan ASI eksklusif.
Menurut penelit i, terdapatnya hubungan dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif karena dukungan yang diberikan suami dalam
bentuk perilaku sepert i bersikap hangat kepada responden selama
menyusui, memberikan suasana yang tenang saat responden menyusui
bayinya, mendengarkan keluhan-keluhan selama menyusui dan
memberikan saran kepada responden mampu meningkatkan pemberian ASI
sesuai kebutuhan bayi. Agar pemberian ASI eksklusif tercapai, sebaiknya
suami dapat meningkatkan dukungan emosional terhadap ibu dan
meningkatkan pemahaman yang dapat membantu mengurangi keluhan ibu
menyusui bayinya dengan ikut berpart isipasi tentang konsultasi pemberian
ASI eksklusif serta menambah wawasan dengan menggali informasi t idak
hanya sejak bayi lahir atau setelah ditemukan keluhan tetapi dimulai sejak
ibu mengikut i pemeriksaan kehamilan. Dengan adanya dukungan yang baik,
dapat meningkatkan kegigihan ibu untuk menyusui bayinya.
c. Hubungan Peran Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelit ian yang telah dilakukan, didapatkan
bahwa peran tenaga kesehatan yang kurang berjumlah 16 orang, yang mana
t idak memberikan ASI eksklusif sebanyak 13 orang (81,3%) lebih besar
dibandingkan dengan yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 7 orang
(18,8%). Setelah dilakukan uji stat ist ik chi-square didapat nilai p value =
0,010 (p < 0,05) art inya ada hubungan peran tenaga kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun
2017.
Para tenaga kesehatan juga turut berperan menggalakkan ASI
eksklusif. Hal itu sesuai peran dan wewenang bidan, yang mengacu pada
Keputusan Materi Kesehatan Republik Indonesi Nomor
900/ MenKes/ SK/ VII/ 2002 tentang Registrasi dan Prakt ik Bidan. Dalam
keputusan tersebut, diharapkan semua bidan atau tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya para ibu
hamil, melahirkan dan menyusui, senantiasa berupaya memberikan
penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif. Penyuluhan dengan
menggunakan bahan cetak dan media masa dilakukan untuk dapat
menjangkau masyarakat yang lebih luas, untuk mengubah persepsi
masyarakat tentang ASI eksklusif dari “suatu penyakit dapat dicegah dengan
memberikan ASI eksklusif.1
Hasil penelit ian ini sejalan dengan Ariwat i, dkk (2014) tentang
hubungan dukungan bidan tentang pemberian ASI eksklusif dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten
Semarang. Ditemukan adanya hubungan dukungan bidan tentang
pemberian ASI eksklusif dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Menurut penelit i, terdapatnya hubungan peran tenaga kesehatan
dengan pemberian ASI eksklusif karena tenaga kesehatan merupakan salah
satu tempat untuk mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif. Tenaga
kesehatan yang memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang ASI eksklusif
dapat memberikan informasi, penjelasan, termasuk mendengarkan,
menanyakan keluhan dan membantu responden dalam memahami tentang
ASI eksklusif. Tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan
penyuluhan dan meningkatkan dukungan t idak hanya kepada ibu tetapi juga
mengajak semua kalangan masyarakat beserta keluarga ibu untuk
mensukseskan gerakan pemberian ASI eksklusif demi kecerdasan bangsa.
Sebaiknya, peran tenaga kesehatan sebagai motivator juga dapat
memberikan apresiasi kepada ibu yang memberikan ASI eksklusif berupa
sert ifikat pemberian ASI eksklusif kepada ibu yang berhasil melakukannya.
Tidak hanya ibu yang diberi penghargaan, hendaknya pemerintah juga
memberikan apresiasi kepada tenaga kesehatan yang mampu meningkatkan
tercapainya pemberian ASI eksklusif dengan memberikan predikat sebagai
duta ASI eksklusif.
BAB V
KESIM PULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelit ian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-11
bulan di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Lebih dari separoh ibu t idak memberikan ASI eksklusif pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
2. Kurang dari separoh ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
3. Lebih dari separoh ibu mendapatkan dukungan yang kurang dari suami dalam
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
4. Kurang dari separoh ibu mendapatkan peran tenaga kesehatan yang kurang
dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang
tahun 2017.
5. Ada hubungan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
6. Ada hubungan dukungan suami ibu dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
7. Ada hubungan peran tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif di
wilayah Puskesmas Rawang Padang tahun 2017.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Rawang Padang
Harapan penelit i kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan di
puskesmas untuk lebih meningkatkan motivasi ibu menyusui agar selalu
menyusui bayinya walaupun ibu bekerja didalam ataupun diluar rumah.
Melakukan kunjungan rumah dengan melibatkan kader-kader kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya dan meningkatkan informasi serta peran suami ibu yang
memiliki bayi untuk lebih meningkatkan dukungan kepada ibu agar ibu tercapai
dalam pemberian ASI eksklusif pada bayinya. Memberikan penghargaan berupa
sert ifikat sukses pemberian ASI eksklusif pada ibu yang berhasil melakukannya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Harapan penelit i agar skripsi ini dapat menjadi tambahan kepustakaan
di Prodi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Padang atau sebagai bahan
perbandingan bagi mahasiswa dalam menyusun skripsi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Harapan penelit i kepada penelit i selanjutnya untuk melanjutkan
penelit ian ini dengan menggunakan variabel dan pembahasan yang berbeda
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: DIVA Pres; 2012
2. Roesli, Utami.2009.Mengenal Asi Eksklusif.Jakarta:Trubus Agriwidya
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.. Profil Kesehatan Indonesia; 2015
4. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013
5. Jalal, Fasli. Seminar Nasional MP-ASI. Sumatera Barat; 2003
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia; 2014.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia;
2015.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2014
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Barat; 2015 10. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Edisi
2015; 2014.
11. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang Edisi 2016; 2015
12. Puskesmas Rawang Barat Padang. Laporan Cakupan Pelayanan
Kesehatan Bayi; 2017
13. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010
14. Maryunani, Anik. Inisiasi Menyusui Dini, ASI eksklusif dan
Manajemen Laktasi. Jakarta: Trans Info Medika; 2012
15. Pawenrusi, Esse Puji. Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kota Makassar [Jurnal]. Makassar: STIK Makassar; 2010
16. Ransum, Ullya Prastika. Syam, Aminuddin. Hendrayati. Hubungan Sikap
Ibu, Pendidikan,dan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 6-11 Bulan Di Puskesmas Antang Perumas Kota Makassar[Jurnal]. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin; 2013
17. Abidjulu, Farha Riany. Hutagaol, Esther. Kundre, Rina. Hubungan
Dukungan suami dengan kemauan ibu memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Tuminting Kecamatan Tuminting[Jurnal]. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2015
18. Ariwati, Valentina Dili. Rosyidi, M Imron. Pranowowati, Puji. Hubungan
Dukungan Bidan Tentang Pemberian ASI Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang[Skripsi]. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran; 2014
19. Fikawati, Sandra. Syafiq, Ahmad. Karima, Khaula. Gizi Ibu dan Bayi.
Jakarta: Rajawali Pers; 2015
20. Anoraga, Panji. Psikologi Pekerjaan. Jakarta:PT. Rineka Cipta; 2012
21. Lewis, Sara. Menyiapkan Makanan Bayi. Jakarta: Erlangga;2012:
22. Dahlan, Avrina. Hubungan Status Pekerjaan Dengan Pemberian Asi eksklusif di Kelurahan Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang[Jurnal]. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammdiyah Semarang; 2014
23. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta; 2007
24. Syafrudin. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media; 2012
25. Wahyuningsih, Dyan. Machmudah. Dukungan Suami Dalam Pemberian Asi Eksklusif di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten[Jurnal]. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammdiyah Semarang; 2013
26. Arikunto , suharsimi. Posedur Penelitian : suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2010
27. Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2012
28. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeda; 2016
Lampiran F
SURAT PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN
Kepada,
Yth. Ibu
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Padang Program Studi DIV Jurusan Kebidanan :
Nama : Fesi Yamaeka
NIM : 164330657
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi
Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Barat Padang tahun
2017” untuk itu saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam
penelitian ini.
Penelitian ini semata-mata bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak akan menimbulkan kerugian bagi Ibu. Kerahasiaan semua
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kebutuhan
penelitian.
Apabila Ibu menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan untuk
menandatangani lembar persetujan. Atas kesediaan Ibu menjadi responden, saya
ucapkan terimakasih.
Padang, Juni 2017 Peneliti
FESI YAMAEKA
Lampiran G
FORMAT PERSETUJUAN (Informed Concent)
Setelah dijelaskan maksud penelitian,
Saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Fesi
Yamaeka, mahasiswi Prodi DIV Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Padang dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Padang tahun 2017”
Demikianlah pernyataan persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela
tanpa paksaan dari pihak manapun.
Padang, Juni 2017 Responden
(........................................)
Lampiran H
KISI-KISI KUESIONER
No.
Variabel Sub Variabel
Jumlah Item
No. Pertanyaan
1. Pemberian ASI
eksklusif
1. Pemberian ASI 0-6 bulan 1 1
2. Status pekerjaan 1. Lama bekerja 2 1,2
3. Dukungan
suami
1. Dukungan emosional
2. Dukungan informasi
3. Dukungan instrumental
4. Dukungan penghargaan
4
4
4
4
1,2,3,4
5,6,7,8
9,10,1,12
13,14,15,16
4. Peran tenaga
kesehatan
1. Partisipasi tenaga
kesehatan dalam
pemberian ASI eksklusif
10 1,2,3,4,5,,6,
7,8,9,10
Lampiran I
KUESIONER PENELITIAN
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Bayi Umur 6-11 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawang Padang Tahun 2017
Kode Sampel:……………..
Data Responden
Nama Ibu :
Pekerjaan Ibu :
Umur bayi :
Jenis Kelamin :
Anak ke :
Petunjuk pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan baik
2. Jawablah setiap pertanyaan dengan sejujurnya
3. Berikanlah tanda silang (X) pada jawaban yang ibu anggap paling sesuai
4. Jawaban diisi sendiri tidak boleh diwakilkan pada orang lain
5. Setelah mengisi angket kuesioner mohon kembalikan kembali pada
peneliti
I. Pemberian ASI eksklusif
1. Kapan ibu pertama kali memberikan minuman / makanan tambahan selain
ASI pada bayi ?
a. Sebelum umur 6 bulan
b. Setelah umur 6 bulan
II. Status Pekerjaan
1. Apakah Ibu mempunyai pekerjaan diluar rumah yang menghasilkan uang?
a. Ya
b. Tidak
2. Berapa lama Ibu bekerja di luar rumah ?
a. ≥ 5 jam
b. < 5 jam
III. Dukungan Suami
A. Dukungan emosional
1) Apakah suami ibu mendukung untuk memberikan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah suami pernah menanyakan masalah yang dihadapi saat
menyusui ?
a. Ya
b. Tidak
3) Apakah suami mendengarkan keluhan-keluhan ibu selama memberikan
ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
4) Apakah suami mengingatkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayi ?
a. Ya
b. Tidak
B. Dukungan informasi
5) Apakah suami memberikan informasi untuk memberikan ASI saja sejak
bayi lahir sampai usia 6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
6) Apakah suami memberikan informasi tentang komposisi ASI ?
a. Ya
b. Tidak
7) Apakah suami memberikan informasi tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
8) Apakah suami memberikan informasi tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi ibu ?
a. Ya
b. Tidak
C. Dukungan instrumental
9) Apakah suami membantu ibu dalam merawat bayi selama menyusui ?
a. Ya
b. Tidak
10) Apakah suami menyediakan makanan yang bergizi demi kelancaran
ASI ibu ?
a. Ya
b. Tidak
11) Apakah suami membantu tugas-tugas rumah tangga dirumah ?
a. Ya
b. Tidak
12) Apakah suami membantu ibu dalam menyendawakan bayi setelah
menyusui bayi ?
a. Ya
b. Tidak
D. Dukungan penghargaan
13) Apakah suami memberikan kepercayaan kepada ibu untuk menyusui
bayi 0-6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
14) Apakah suami memberikan pujian kepada ibu untuk memberikan ASI
eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
15) Apakah suami memberikan pujian untuk tidak takut menyusui apabila
bila bentuk fisik ibu menjadi berubah ?
a. Ya
b. Tidak
16) Apakah suami memberikan pujian kepada ibu makan-makanan bergizi
untuk kelancaran ASI ?
a. Ya
b. Tidak
IV. Peran Tenaga Kesehatan
1) Apakah Ibu/Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang waktu pemberian ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah Ibu/ Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang manfaat ASI eksklusif bagi bayi?
a. Ya
b. Tidak
3) Apakah Ibu/ Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang manfaat ASI eksklusif bagi Ibu?
a. Ya
b. Tidak
4) Apakah Ibu/ Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang kapan memberikan makanan pendamping ASI ?
a. Ya
b. Tidak
5) Apakah Ibu /Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
tentang kandungan ASI ?
a. Ya
b. Tidak
6) Apakah Ibu /Saudara mendapat penjelasan dari petugas kesehatan
mengenai keluhan atau efek samping yang ditimbulkan apabila bayi
tidak diberi ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
7) Setiap Ibu/Saudara pergi ke Puskesmas mencari pelayanan konsultasi
pemberian ASI eksklusif, apakah dilayani dengan baik oleh petugas
kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
8) Apakah Ibu/Saudara pernah diberikan informasi ASI eksklusif oleh
petugas kesehatan selama kehamilan ?
a. Ya
b. Tidak
9) Apakah Ibu/Saudara pernah mendapat brosur ASI eksklusif yang
diberikan petugas kesehatan ?
a. Ya
b. Tidak
10) Apakah Ibu/Saudara pernah diberi penyuluhan secara langsung
mengenai ASI eksklusif?
a. Ya
b. Tidak
Lampiran L
HASIL ANALISIS DATA
Frequency Table
Jenis Pekerjaan
11 29.7 29.7 29.7
19 51.4 51.4 81.1
5 13.5 13.5 94.6
2 5.4 5.4 100.0
37 100.0 100.0
Dagang
IRT
Swasta
Wiraswas
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
Percent
Pemberian ASI Eksklusif
20 54.1 54.1 54.1
17 45.9 45.9 100.0
37 100.0 100.0
Tidak ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
Status Pekerjaan
18 48.6 48.6 48.6
19 51.4 51.4 100.0
37 100.0 100.0
Bekerja
Tidak Bekerja
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulativ e
Percent
Dukungan Suami
19 51,4 51,4 51,4
18 48,6 48,6 100,0
37 100,0 100,0
Kurang
Lengkap
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
Peran Tenaga Kesehatan
16 43,2 43,2 43,2
21 56,8 56,8 100,0
37 100,0 100,0
Kurang
Lengkap
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulat iv e
Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
37 100.0% 0 .0% 37 100.0%
Status Pekerjaan *
Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Suami *
Pemberian ASI Eksklusif
Peran Tenaga
Kesehatan * Pemberian
ASI Eksklusif
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Status Pekerjaan * Pemberian ASI Eksklusif
Crosstab
15 3 18
9.7 8.3 18.0
83.3% 16.7% 100.0%
5 14 19
10.3 8.7 19.0
26.3% 73.7% 100.0%
20 17 37
20.0 17.0 37.0
54.1% 45.9% 100.0%
Count
Expected Count
% within Status
Pekerjaan
Count
Expected Count
% within Status
Pekerjaan
Count
Expected Count
% within Status
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Status Pekerjaan
Total
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Total
Chi-Square Tests
12.099b 1 .001
9.913 1 .002
12.928 1 .000
.001 .001
11.772 1 .001
37
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.
27.
b.
Risk Estimate
14.000 2.810 69.760
3.167 1.451 6.910
.226 .078 .658
37
Odds Rat io for Status
Pekerjaan (Bekerja /
Tidak Bekerja)
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = Tidak ASI
Eksklusif
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = ASI Eksklusif
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al
Dukungan Suami * Pemberian ASI Eksklusif
Crosstab
15 4 19
10,3 8,7 19,0
78,9% 21,1% 100,0%
5 13 18
9,7 8,3 18,0
27,8% 72,2% 100,0%
20 17 37
20,0 17,0 37,0
54,1% 45,9% 100,0%
Count
Expected Count
% within
Dukungan Suami
Count
Expected Count
% within
Dukungan Suami
Count
Expected Count
% within
Dukungan Suami
Kurang
Lengkap
Dukungan
Suami
Total
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Total
Chi-Square Tests
9,745b 1 ,002
7,793 1 ,005
10,222 1 ,001
,003 ,002
9,481 1 ,002
37
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8,27.
b.
Risk Estimate
9,750 2,154 44,138
2,842 1,303 6,202
,291 ,117 ,729
37
Odds Rat io for Dukungan
Suami (Kurang /
Lengkap)
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = Tidak ASI
Eksklusif
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = ASI Eksklusif
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al
Peran Tenaga Kesehatan * Pemberian ASI Eksklusif
Crosstab
13 3 16
8,6 7,4 16,0
81,3% 18,8% 100,0%
7 14 21
11,4 9,6 21,0
33,3% 66,7% 100,0%
20 17 37
20,0 17,0 37,0
54,1% 45,9% 100,0%
Count
Expected Count
% within Peran
Tenaga Kesehatan
Count
Expected Count
% within Peran
Tenaga Kesehatan
Count
Expected Count
% within Peran
Tenaga Kesehatan
Kurang
Lengkap
Peran Tenaga
Kesehatan
Total
Tidak ASI
Eksklusif ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Total
Chi-Square Tests
8,395b 1 ,004
6,577 1 ,010
8,873 1 ,003
,007 ,005
8,168 1 ,004
37
Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asy mp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 tablea.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
7,35.
b.
Risk Estimate
8,667 1,841 40,789
2,438 1,274 4,665
,281 ,097 ,815
37
Odds Rat io for Peran
Tenaga Kesehatan
(Kurang / Lengkap)
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = Tidak ASI
Eksklusif
For cohort Pemberian ASI
Eksklusif = ASI Eksklusif
N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Conf idence
Interv al