SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

22
SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MELAYU MALAYSIA E-JOURNAL OLEH: MOHAMMAD ARIF ADITYA NIM. 120388201221 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

Page 1: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MELAYU MALAYSIA

E-JOURNAL

OLEH:

MOHAMMAD ARIF ADITYA

NIM. 120388201221

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

2

SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA MELAYU MALAYSIA

Mohammad Arif Aditya

NIM. 120388201221

Pembimbing I: Tety Kurmalasari, M.sc. P.hd

Pembimbing II: Indah Pujiastuti, M.Pd.

Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang

[email protected]

ABSTRAK

Kata Kunci: Sikap Bahasa

Pada hakikatnya, Sikap Bahasa adalah kesopanan beraksi pada suatu

keadaan. Dengan demikian, Sikap Bahasa menunjukan sikap mental dan sikap

perilaku dalam berbahasa. Sikap Bahasa dapat diamati antara lain melaluiperilaku

berbahasa atau perilaku bertutur. Oleh karena itu, masyarakat harus memiliki

sikap dalam berbahasa sebagai wujud rasa bangga dan cintanya terhadap Bahasa

Indonesia.

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui Sikap

Bahasa Masyarakat Desa pauh terhadap Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu

Malaysia. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk

dijawab oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Sikap Bahasa

Masyarakat Desa Pauh Kecamatan Moro terhadap Bahasa Indonesia ialah Negatif

hal ini dapat dilihat dari jumlah pernyataan positif dan pernyataan negative yang

memiliki hasil yang sama. Berbeda halnya dengan Sikap Bahasa Masyarakat Desa

Pauh Kecamatan Moro terhadap Bahasa Melayu Malaysia yang terbilang Tinggi

hal ini dikarenakan pernyataan positif mendapatkan jumlah yang lebih besar

berbanding dengan pernyataa negatif, dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa

Masyarakat Desa Pauh Kecamatan Moro lebih cenderung untuk menggunakan

Bahasa Melayu Malaysia atau Bahasa Melayu Daerah berbanding dengan

menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, tidak hanya itu

Masyarakat Desa Pauh juga lebih lancar dalam mengunakan Bahasa Melayu

Malaysia berbanding dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Page 3: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

3

ATTITUDE LANGUAGE LANGUAGE PAUH VILLAGE AGAINST

INDONESIAN AND MALAY MALAYSIAN

Muhammad Arif Aditya

NIM. 120388201221

Prodi of Indonesian Language and Literature Education

Supervisor I Tety Kurmalasari, M.sc. P.hd

Supervisor II Indah Pujiastuti, M.Pd.

Faculty of Teacher Training and Education, Maritime university Raja Ali Haji

Tanjungpinang

[email protected]

ABSTRAK

Keywords: Language Attitude

In essence, Language Attitude is decency in action in a state. Thus,

Attitude Language shows the attitude of mental attitude and behavior in language.

Language Attitudes can be observed, among others, through language behavior

or behavior of speech. Therefore, the public must have an attitude in the language

as a form of pride and love of the Indonesian language.

The purpose of this research is to know the attitude of Pauh Village

Society Language against Indonesian and Malay Malaysian. This type of research

is descriptive quantitative. Data collection is done by distributing questionnaires

containing questions to be answered by the community.

Based on the results of the above analysis can be concluded that the

Attitude Language Society Village Pauh Moro District against Indonesian is

Negative this can be seen from the number of positive statements and negative

statements that have the same results. Unlike the case of Pauh Moro Village

Society's Language toward High Malay Malaysia, this is due to positive

statements of getting larger amounts compared with negative statements, with this

result it can be said that Pauh Sub-District of Moro Village is more likely to use

Malay Malay Or Melayu Language Island is proportional to using Indonesian

language in communicating, not only that Pauh Village Community is also more

fluent in using Malay Malaysia compared to using Indonesian language.

Page 4: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

4

I. PENDAHULAUN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa masyarakat, dan budaya

adalah tiga entitas yang erat berpadu.

Ketiadaan yang satu menyebabkan

ketidakadaan yang lainnya. Budaya dan

masyarakat adalah dua hal yang juga

tidak dapat saling terpisahkan, dimana

ada masyarakat di situ ada budaya,

demikian sebaliknya. Sosok Bahasa

sering disebut penanda eksistensi

budaya dari masyarakat yang

bersangkutan. Bahasa yang baik juga

dapat menunjukkan keberadaan

masyarakatnya karena Bahasa

merupakan cermin masyarakat.

Pada UUD 1945 Pasal 36 ayat (1)

menyatakan bahwa Bahasa Indoneisa

berfungsi sebagai jati diri bangsa,

kebanggaan nasional, sarana pemersatu

berbagai suku bangsa, serta komunikasi

antar daerah dan antar budaya daerah.

Sedangkan di Pasal 29 ayat 1

disebutkan Bahasa Indonesia wajib

digunakan sebagai Bahasa pengantar

dalam pendidikan nasional. Yang

artinya dalam setiap kegiatan belajar

mengajar tenaga pendidik dituntut untuk

menggunakan Bahasa Indonesia dengar

tujuan agar pendidik tidak merasa asing

terhadap bahasanya sendiri, namun

pengenalan dan pengembangan Bahasa

Indonesia ini tidak hanya menjadi tugas

tenaga pendidik saja pemerintah juga

punya andil dalam hal ini seperti yang

disebutkan pada UUD Pasal 41 ayat (1)

yang menyatakan bahwa pemerintah

wajib mengembangkan, membina, dan

melindungi Bahasa dan Sastra Indonesia

agar tetap memenuhi kedudukan dan

fungsinya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara,

sesuai dengan perkembangan zaman.

Di desa Pauh, Kecamatan Moro,

Kabupaten Karimun.Bahasa Indonesia

jarang sekali digunakan dalam

berkomunikasi antar sesama. Selain

itu,Bahasa Indonesia dianggap sebagai

bahasanya orang-orang kota, di desa ini

Bahasa Indonesia tidak berkembang

dengan baik, sehingga ketika mereka

menggunakan Bahasa Indonesia banyak

terjadi kesalahan-kesalahan dalam

Berbahasa. Masyarakat di desa ini lebih

sering menggunakan Bahasa Melayu

Daerah dan Bahasa Melayu Malaysia

berbanding dengan menggunakan

Bahasa Indonesia yang merupakan

Page 5: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

5

Bahasa Nasional dari negaranya sendiri,

mereka merasa tidak nyaman dan

sedikit kaku ketika masyarakat pesisir

seperti mereka berbahasa Indonesia dan

apabila dalam berbicara salah satu dari

lawan bicaranya tidak sengaja

mengunakan Bahasa Indonesia tidak

jarang mereka akan disebut orang kota

namun ketika seseorang sengaja

menggunakan Bahasa Melayu Malaysia

orang tersebut justru akan mendapat

respon positif dari lawan bicaranya.

Contoh,

a. geliii aku tengok pakai bahasa

indonesia diee, ngomong-ngomong apa

ngentam,

b. sorry la beb kite orang tak sengaje

pon tecakap cam thu,

c. kite orang geli la beb tengok awak

cakap bahase indon thu, tak suai tau,

d. ape daa cam thu aja nak gadoh, jom

lah kite pegi !

Seperti yang dikutip dari buku

“sosiologi perkenalan awal”. Pada

halaman (151). Menurut Anderson,

Sikap Bahasa adalah tata keyakinan

atau kognisi yang relatif berjangka

panjang sebagian mengenai Bahasa,

mengenai objek Bahasa, yang

memberikan kecenderungan kepada

seseorang untuk bereaksi dengan cara

tertentu yang disenanginya.

Penggunaan Bahasa Indonesia yang

sangat jarang ini tidak hanya terjadi

dikalangan masyarakat saja, namun hal

ini juga terjadi dilingkungan sekolah.

Dalam kegiatan belajar mengajar hanya

tiga orang tenaga pendidik saja yang

menggunakan Bahasa Indonesia dan

selebihnya mereka menggunakan

Bahasa Melayu Daerah dalam

menyampaikan materi pelajaran yang

mereka ajarkan kepada anak didik

mereka, hal ini berdasarkan hasil

wawancara dengan ibu Kartini selaku

guru agama pada hari minggu jam

setengah tiga waktu Indonesia barat.

Dalam hal ini dapat dikatakan

bahwa Bahasa Indonesia sangat jarang

sekali digunakan dalam dalam

kehidupan sehari-hari dan tidak

berkembang dengan baik, bahkan

Bahasa lain seperti Bahasa Melayu

Malaysia seolah-olah terlihat seperti

bahasa mereka sendiri berbangding

dengan Bahasa Indonesia yang

merupakan Bahasa Nasional bangsa

Indonesia. Itulah alasan mengapa

Page 6: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

6

penulis ingin melakukan penelitian

mengenai Sikap Bahasa dengan judul,

“Sikap Berbahasa Masyarakat Desa

Pauh terhadap Bahasa Indonesia dan

Bahasa Melayu Malaysia”.

1.1 Pembeberan Masalah

Bahasa Indonesia merupakan

Bahasa resmi bangsa Indonesia dan

sebagai warga negara Indonesia

tentulah bangga terhadap Bahasanya

sendiri, namun hal tersebut tidak

tercermin pada semua warga negara

Indonesia seperti halnya mereka yang

tinggal dipesisir dan berdekatan dengan

negara tengga, kebanggaan mereka

tehadap Bahasa Indonesia tidaklah

begitu tinggi berbanding kebanggaan

mereka dalam menggunakan Bahasa

asing (Bahasa Melayu Malaysia).

Daerah pesisir seperti Desa Pauh,

Bahasa Indonesia malah terlihat seperti

Bahasa asing dan jarang sekali

dipergunakan dalam berkomunikasi

sehari-hari, tidak hanya dikalangan

masyarkat saja bahkan dilingkungan

sekolah pun demikian, hal ini tentulah

bertolak belakang dengan kebijakan

dan UUD yang ada tanpa adanya upaya

ataupun tindakan untuk

memperkenalkan, membina dan

mengembangkan Bahasa Indonesia

tentunya akan membawa dampak buruk

terhadapa Bahasa Indonesia itu sendiri

dan akan menjadi asing di negeri

sendiri.

Sudah seharusnya selaku

warga negara Indonesia yang baik

menyadari akan adanya norma dalam

Bahasa Indonesia, dan sudah

selayaknya dalam berkomunikasi

menggunakan Bahasa Indonesia yang

baik dan benar sesuai kaidah yang telah

ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di

atas, maka penulis akan merumuskan

masalah sebagai berikut:

Bagaimanakah Sikap Berbahasa

Masyarakat Karimun khususnya Desa

Pauh Kecamatan Moro terhadap

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu

Malaysia?

Page 7: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

7

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada

tujuan yang ingin dicapai oleh penulis,

tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

Ingin mengetahui dan mengkaji

menegenai sikap berbahasa masyarkat

desa Pauh kecamatan Moro terhadap

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu

Malaysia?

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian

di atas, maka penelitian ini diharapkan

akan bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis. Adapun manfaat

tersebut adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat untuk

mengembangkan pengetahuan dibidang

ilmu kebahasaan, khususnya

Sosiolinguistik. Selain itu diharapkan

dapat menambah pengetahuan

mengenai penyimpangan dalam

menggunakan Bahasa Indonesia baik

penyimpangan dalam bentuk lisan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, melalui penelitian ini

penulis bisa mengetahui Sikap

Berbahasa Masyarakat Desa Pauh

Kecamatan Moro terhadap Bahasa

Indonesia.

2) Bagi pembaca, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menumbuhkan

kecintaan dan kebanggaan dalam

berkomunikasi menggunakan

Bahasa Indonesia.

1.5 Definisi Istilah

Sikap Bahasa adalah tata

keyakinan atau kognisi yang relatif

berjangka panjang sebagian mengenai

bahasa, mengenai objek bahasa, yang

memberikan kecenderungan kepada

seseorang untuk bereaksi dengan cara

tertentu yang disenanginya. Bahasa

Melayu Malaysia merupakan bahasa

kebangsaan negara Malaysia yang

ditetapkan oleh Dewan bahasa dan

pustaka Malaysia. Lebih dari 80%

Bahasa Melayu Malaysia berhubungan

dekat dengan Bahasa Indonesia dan

dituturkan asli oleh lebih dari 10 juta

orang. Bahasa Melayu Malaysia

dituturkan sebagai Bahasa kedua oleh

Page 8: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

8

18 juta orang, sebagian besar dari etnik

minoritas negara Malaysia.

II. LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sikap Bahasa

Untuk memahami apa yang

disebut Sikap Bahasa terlebih dahulu

haruslah apa itu sikap dalam Bahasa

Indonesia kata sikap dapat mengacu

pada bentuk tubuh, posisi berdiri yang

tegak, perilaku atau gerak-gerik, dan

perbuatan atau tindakan yang dilakukan

berdasarkan pandangan (pendirian,

keyakinan, dan pendapat) sebagai

reaksi atas adanya suatu hal atau

kejadian. Sesungguhnya sikap itu

adalah fenomena kejiwaan yang

biasanya termanifestasi dalam bentuk

tindakan atau perilaku.

Menurut penelitian tidak selalu

yang dilakukan secara lahiriah

merupakan cerminan dari sikap dari

batiniah. Atau yang terdapat dalam

batin selalu keluar dalam bentuk

perilaku yang sama ada dalam batin.

Banyak faktor yang mempengaruhi

hubungan sikap batin dan perilaku

lahir.Oleh karena yang namanya sikap

ini yang berupa pendirian (pendapat

atau pandangan) berada dalam batin

maka tidak dapat disamakan secara

empiris. Namun, menurut kebiasaan

jika tidak ada faktor-faktor lain yang

mempengaruhi, sikap yang ada dalam

batin itu dapat diduga dari tindakan dan

perilaku lahir.

Anderson (dalam Chaer dan

Agutina, 2010:151). Membagi sikap

atas dua macam, yaitu (1) sikap

kebahasaan, dan (2) sikap

nonkebahasaan, seperti sikap politik,

sikap sosial, sikap estetis, dan sikap

keagamaan. Kedua jenis sikap ini

(kebahasaan dan nonkebahasaan) dapat

menyangkut atau kognisi mengenai

bahasa.Maka dengan demikian.

Menurut andeson, sikap bahasa adalah

tata keyakinan atau kognisi yang relatif

berjangka panjang sebagian mengenai

bahasa, mengenai objek bahasa, yang

memberikan kecenderungan kepada

seseorang untuk bereaksi dengan cara

tertentu yang disenanginya. Namun,

perlu diperhatikan karna sikap itu bisa

positif (kalau dinilai baik atau disukai)

dan bisa negatif (kalau dinilai tidak

baik atau tidak disukai), maka sikap

terhadap Bahasa pun demikian.

Page 9: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

9

Umpamanya, sampai akhir tahun lima

puluhan masih banyak golongan

intelektual di Indonesia yang masih

bersikap negatif terhadap Bahasa

Indonesia di samping mereka yang

bersikap positif.

Setelah mengetahui pengertian

sikap dan Sikap Bahasa menurut

Anderson dapat disimpulkan bahwa

Sikap Bahasa merupakan pandangan

atau penilaian terhadap suatu Bahasa

yang memberikan kecenderungan

kepada seseorang untuk beraksi

dengan cara tertentu yang

disenanginya, dengan kata lain apabila

seseorang menganggap suatu Bahasa

itu mudah atau senang untuk digunakan

maka hal tersebut akan memberikan

kecenderungan kepada seseorang untuk

menggunakan Bahasa tersebut

berbanding dengan menggunakan

Bahasa lainnya.

2.2. Jenis dan Indikator Sikap

Bahasa

Jenis Sikap Bahasa

diklasifikasikan menjadi dua macam,

yaitu sikap positif dan sikap negatif.

1. Sikap Positif

Sikap positif terhadap Bahasa

tertentu akan mempertinggi

keberhasilan belajar Bahasa itu. Sikap

positif itu merupakam kontributor

utama bagi keberhasilan belajar Bahasa

(Marcama dalam Shuy dan Fasold

melalui Sumarsono, 2004:363).

Karsana (2009:78). Mengungkapkan

bahwa Sikap positif itu adalah:

Sikap positif terhadap suatu Bahasa

dapat dilihat dari perilakunya dari

suatu Bahasa itu, ditunjukkan antara

lain jika seseorang lebih lebih

banyak menggunakan Bahasa

tersebut sebagai alat komunikasi

dalam berbagai situasi dan kondisi

pembicaraan, memiliki tingkat

penguasaan yang relatif tinggi

terhadap Bahasa tersebut, tidak

banyak dialek-dialek lain yang akan

merusak keberadaan Bahasa tersebut

dalam dirinya dan juga turut

memperjuangkan Bahasa tersebut

dari hal-hal yang merugikan.

a. Indikator Sikap Bahasa Positif, yaitu

sebagai berikut:

1) Penutur menyukai Bahasa

Indonesia.

Page 10: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

10

2) Penutur sering menggunakan

Bahasa Indonesia.

3) Penutur bangga menggunakan

Bahasa Indonesia.

4) Penutur lancar dalam

menggunakan Bahasa Indonesia.

5) Penutur tidak gengsi dan merasa

percaya diri dalam menggunakan

Bahasa Indonesia.

2. Sikap Negatif

Chaer (2004: 152).

Mengungkapkan bahwa Sikap negatif

terhadap suatu Bahasa bisa terjadi

apabila seseorang atau sekelompok

orang sudah tidak lagi mempunyai rasa

bangga terhadap Bahasanya, serta

mengalihkan Bahasa lain yang bukan

miliknya. Ada beberapa faktor yang

bisa menyebabkan hilangnya rasa

bangga terhadap Bahasa sendiri, dan

menumbuhkan pada Bahasa lain, antara

lain faktor politik, ras, etnik, gengsi,

dan lain sebagainya.

Hal tersebut seiring dengan

pernyataan Karsana (2009: 78), yang

mengungkapkan bahwa Sikap negatif

terhadap suatu Bahasa dapat terlihat di

dalam perilakunya, seseorang sama

sekali tidak mendukung dan menjaga

keberadaan Bahasa tersebut. Hal

tersebut dapat dilihat dari sikap kurang

peduli, tidak mau tau dengan

perkembangan Bahasa tersebut, serta

tidak akan menggunakannya dalam

kesempatan pembicaraan, walaupun

seseorang tersebut mempunyai banyak

kemungkinan untuk menggunakan

Bahasa tersebut.

a. Indikator Sikap Bahasa negatif,

yaitu sebagai berikut:

1) Penuutur menyukai Bahasa lain.

2) Penutur lebih sering

menggunakan Bahasa lain.

3) Penutur tidak bangga

menggunakan Bahasa Indonesia.

4) Penutur tidak malu

menggunakan Bahasa lain.

5) Penutur lebih memilih umtuk

menggunakan Bahasa lain.

Page 11: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

11

2.3. Kerangka Konseptual

Berdasarkan deskripsi teoritis yang

telah dipaparkan, maka dibangun

kerangka konseptual sebagai berikut:

Teoretis :

Konseptual :

Operasional :

III. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karekteristik tertentu yang

ditetapkan oleh oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan

hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. populasi

juga bukan sekedar jumlah yang ada

pada obyek/subyek yang dipelajari,

tetapi meliputi seleruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh

subyek atau obyek itu. Pengertian

mengenai populasi ini dikutip buku,

“Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif Dan R&D” (Sugiyono,

2008:80). Jadi yang menjadi populasi

yang akan diteliti dalam penelitian ini

adalah keseluruhan dari masyarakat

desa Pauh dalam empat belas RT yang

berjumlah 2135 orang.

3.1.2 Sampel

Berdasarkan buku “Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan

R&D” ( Sugiyono, 2008 :81). Sampel

adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar,

dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu. Apa yang dipelajari dari

sampel itu, kesimpulannya akan dapat

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi

harus representatif (mewakili). Jumlah

sampel yang ditentukan pada penelitian

Sikap Bahasa Indonesia

Sikap Bahasa Melayu

Malaysia

Sikap Berbahasa

masyarakat Desa Pauh

terhadap Bahasa

Indonesia dan Bahasa

Melayu Malaysia

Page 12: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

12

ini yaitu sebanyak 20% dari jumlah

populasi atau sekitar 100 orang.

Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan Cluster Sampling (Area

Sampilng). Teknik sampling daerah

digunakan untuk menentukan sampel

bila obyek yang akan diteliti atau

sumber data sangat luas, misalnya

penduduk dari suatu Negara, Provinsi

atau Kabupaten. Untuk menentukan

penduduk mana yang akan dijadikan

sumber data, maka pengambilan

sampelnya berdasarkan daerah populasi

yang telah ditetapkan (Sugiyono,

2008:83).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yaitu Desa

Pauh Kecamatan Moro, Kabupaten

Karimun. Desa Pauh ini terletak 4

kilometer dari kecamatan Moro,

Kabupaten Karimun.

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapaun waktu penelitian yang

direncanakan peneliti mulai pengajuan

judul, seminar proposal,

mengumpulkan data, menganalisis, dan

menyajikan data yaitu dari November

sampai April 2017.

3.2 Metode Penelitian

Setiap penelitian selalu

berangkat dari masalah, ketika akan

melalukan penelitian harus jelas

metode apa yang akan digunakan,

misalnya metode penelitian kuantitatif,

penggunaan metode kuantitatif ini

dikarenakan peneliti hanya menentukan

persenan dari masyarakat mengenai

Sikap Berbahasa.

Berdasarkan penjelasan di atas,

maka metode penelitian yang kami

gunakan pada penelitian, “Sikap

Berbahasa Masyarakat Desa Pauh

terhadap Bahasa Indonesia dan

Bahasa Melayu Malaysia” adalah

metode penelitian kuantitatif, sebab

masalah yang peneliti bawa sudah jelas

mengenai Sikap Berbahasa Masyarakat

Desa Pauh.

3.4 Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan

suatu teknik atau cara yang dilakukan

oleh peneliti dalam pengumpulan data

penelitian. Teknik penelitian dibagi

Page 13: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

13

menjadi dua bagian, yaitu: teknik

penelitian data/teknik pengumpulan

data dan teknik pengolahan data.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik

penelitian data/teknik pengumpulan

data yang kami gunakan yaitu dengan

cara memberikan seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (kuesioner/angket).

Alasan kami menggunakan teknik

kuesioner sebab teknik ini lebih efisien,

selain itu teknik kuesioner cocok

dengan penelitian ini mengingat

responden yang kami teliti cukup

banyak.

3.4.2 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini teknik

pengolahan data yang digunakan yaitu

Skala Guttman tujuannya yaitu untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya

diberlakukan untuk populasi.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan

alat pada suatu penelitian dalam

penelitian kuantitatif yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah

penelitian itu sendiri. Dalam penelitian

ini instrumen penelitian yang

digunakan dengan cara memberikan

seperangkat pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya

(kuesioner/angket).Kuesioner adalah

metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden. Angket diisi

oleh responden sesuai dengan yang

“dia”

kehendaki/ketahui/rasakan.Angket

adalah instrumen untuk jenis penelitian

kuantitatif. dan skala penelitian yang

digunakan adalah Skala Guttman.

pengukuran dengan tipe ini akan

didapat jawaban yang tegas seperti, “

Ya-Tidak”.

IV. Hasil Penelitian

4.1. Sejarah Desa Pauh

Desa Pauh merupakan salah

satu desa yang ada di kecamatan Moro,

kabupaten Karimun. Desa Pauh terdiri

dari empat belas RT dan penduduknya

berjumlah dua ribu seratus tiga puluh

lima (2135) orang. Desa ini merupakan

Page 14: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

14

satu-satunya desa yang memiliki

jembatan penghubung antara desa Pauh

dan kecamatan Moro, tidak hanya itu

desa pauh ini juga memiliki pantun

yang cukup unik dan singkat, “daun

senudok becabang due, duduk sehari

nak due” pantun ini dibuat

dikarenakan banyaknya pendatang yang

tak ingin pulang atau ingin berlama-

lama di desa Pauh ini meskipun niat

awal mereka hanya ingin singgah

sebentar atau bermalam sehari.

Masyarakat desa Pauh ini percaya jika

seseorang datang berkunjung ke desa

ini orang tersebut pasti akan merasa

betah dan seakan tidak mau kembali

setelah mereka bermalam di desa Pauh

ini

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dimulai dari

menyebarkan angket. Angket terdari

dari 10 butir pertanyaan tertulis untuk

dijawab oleh responden yaitu

masyarakat desa Pauh yang berjumlah

seratus responden . adapun pertanyan

yang termuat dalam angket tersebut

menjadi data yang dapat diolah

sehingga dapat diketahui jumlah

responden yang sesuai dengan

petanyaan yang diajukan penulis di

setiap masing-masing butir pertanyaan.

Pada BAB III telah penulis kemukakan

bahwa instrumen yang digunakan

dalam laporan penelitian ini adalah

dengan angket. Angket disusun

berdasarkan pokok penelitian yang

diteliti. Angket dibuat terdiri dari 10

pertanyan 5 pertanyaan mengenai

Bahasa Indonesia dan 5 pertanyaan

mengenai Bahasa Melayu Malaysia dan

berdasarkan angket yang telah di

sebarkan kepada responden yang

berjumlah 100 orang didapatlah data

sebagai berikut.

Page 15: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

15

4.2.1 Data Hasil Penelitian

TABEL III

SIKAP BERBAHASA

MASYARAKAT TERHADAP

BAHASA INDONESIA

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda

menyukai Bahasa

Indonesia?

96 4

2 Apakah anda sering

menggunakan Bahasa

Indonesia?

27

73

3 Apakah anda bangga

mengunakan Bahasa

Indonesia?

76

24

4 Apakah anda percaya

diri ketika

menggunakan Bahasa

Indonesia?

24

76

5 Apakah anda lancar

dalam menggunakan

Bahasa Indonesia

27

73

Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa sikap Berbahasa

Masyarakat Desa Pauh terhadap Bahasa

Indonesia Negatif, ini dapat dilihat dari

sedikitnya pernyaataan positif yang

hanya terdapat pada nomor 1 (satu) dan

3 (tiga).

TABEL IV

SIKAP BERBAHASA

MASYARAKAT TERHADAP

BAHASA MELAYU MALAYSIA

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah anda

menyukai Bahasa

Melayu Malaysia ?

97 3

2 Apakah anda sering

menggunakan Bahasa

Melayu Malaysia ?

78

22

3 Apakah anda bangga

menggunakan Bahasa

Melayu Malaysia ?

44

56

4 Apakah anda tidak

merasa malu ketika

menggunakan Bahasa

Melayu Malaysia?

35

65

5 Apakah dalam

berkomunikasi Bahasa

melayu Malaysia lebih

mudah untuk

digunakan dari pada

Bahasa Indonesia ?

68

32

Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa sikap Berbahasa

Masyarakat Desa Pauh terhadap Bahasa

Melayu Malaysia Positif, ini dapat

Page 16: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

16

dilihat dari banyaknya pernyaataan

positif berbanding dengan pernyataan

negatif yang terdapat pada nomor 1

(satu), 2 (dua), dan 5 (lima).

V. ANALISIS DATA

5.1. Sikap Bahasa Positif

Setelah melakukan

pengambilan data dan melakukan

penghitungan terhadap responden yang

memilki pernyataan positif paling

banyak, maka data yang dihasilkan

ialah sebagai berikut. Dari 100

responden yang memilki Sikap Positif

yaitu sebanyak 46 responden yang

ditandai dengan adanya indikator Sikap

Bahasa Positif sebagai berikut:

1. Penutur menyukai Bahasa Indonesia.

2. Penutur sering menggunakan Bahasa

Indonesia.

3. Penutur bangga mengunakan Bahasa

Indonesia.

4. Penutur lancar dalam menggunakan

Bahasa Indonesia.

5. Penutur tidak gengsi dan merasa

percaya diri dalam menggunakan

Bahasa Indonesia.

Responden pertama sampai responden

ke Sembilan belas memenuhi tiga

indikator di atas antara lain indikator

1,2, dan 3. Hasil ini menunjukkan

bahwa responden masih memiliki

kebangaan terhadap Bahasa Indonesia,

kebanggaan terhadap suatu Bahasa

mampu mendorong masyarakat suatu

Bahasa mengembangkan Bahasanya

dan menggunakannya sebagai lambang

identitas dan kesatuan masyarakat. Dari

kelima indikator di atas responden

pertama tidak memenuhi indikator ke

4,dan 5. yang menjadi alasan tidak

terpenuhinya kedua indikator ini

disebabkan oleh ketidak lancaran dan

tidak adanya kepercayaan diri pada

responden dalam mengunakan Bahasa

Indonesia.

Responden ke duapuluh

memenuhi tiga indikator antara lain

indikator 1,2,dan 5. Dengan hasil ini

dapat diketahui bahwa kesetian

responden terhadap Bahasa Indonesia

masih terjaga, kesetian terhadap suatu

Bahasa mampu mendorong seoseorang

mempertahankan Bahasanya. Dalam

penelitian ini responden tidak

memenuhi indikator ke 3 dan 4, hal ini

Page 17: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

17

dikarenakan responden tidak lancar dan

tidak bangga dalam mengunakan

Bahasa Indonesia.

Responden ke duapuluh satu

sampai reponden ke duapuluh empat

memenuhi tiga indikator yang ada,

antara lain indikator 1,3, dan 4. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa

kelancaran responden dalam

menggunakan Bahasa Indonesia

membuat responden masih menyukai

dan Bangga terhadapa Bahasa

Indonesia, namun dikarenakan tidak

adanya rasa percaya diri pada

responden menyebabkan Bahasa

Indonesia tidak sering digunakan oleh

responden itu sendiri sehingga

indikator ke 2 dan 5 tidak dapat

dipenuhi.

Responden ke duapuluh lima

sampai responden ke tigapuluh satu

memenuhi tida indikator antara lain

yaitu indikator ke 1,3, dan 5.

Sedangkan indikator ke 2 dan 4 tidak

penuhi oleh responden dengan alasan

ketidak lancaran responden dalam

menggunakan Bahasa Indonesia

sehingga penggunaan Bahasa Indonesia

tidak sering digunakan oleh responden,

namun meskipun demikian hal tersebut

tidak membuat responden gengsi dalam

menggunakan Bahasa Indonesia serta

kebangaan dan kecintaan responden

terhadapa Bahasa Indonesia masih

terjaga.

Responden ke tigapuluh dua

sampai responden ke tigapuluh enam

juga memenuhi tiga indikator antara

lain yaitu indikator ke 1.4, dan 5.

Dengan hasil ini diketahui bahwa para

responden lancar dan tidak gengsi

dalam menggunakan Bahasa Indonesia,

akan tetapi penggunakan Bahasa

Indonesia dalam berkomunikasi tidak

sering dipergunakan sehingga

kebanggaan responden terhadap Bahasa

Indonesia mulai melemah. Hal inilah

yang membuat para responden tidak

dapat memenuhi indikator ke 2 dan 3.

Responden ke tigapuluh tujuh

dari kelima indikator yang ada

memenuhi empat indikator antaran lain

yaitu indikator ke 1,2,3, dan 4. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa

responden masih memiliki kesetiaan

dan kebanggaan terhadap Bahasa

Indonesia hal ini tentunya mampu

mendorong responden untuk

Page 18: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

18

mempertahankan Bahasanya dan

menjaga adanya pengaruh dari Bahasa

lain. Sedangkan indikator ke 5 tidak

dapat dipenuhi oleh responden dengan

alasan tidak adanya kepercayaan diri

pada responden dalam menggunakan

Bahasa Indonesia.

Responden ke tigapuluh delapan

memenuhi semua indikator Sikap

Bahasa positif antara lain yaitu

indikator 1,2,3,4, dan 5. Hasil ini

menunjukkan bahwa responden masih

memjunjung tinggi Bahasa Indonesia

dan sering memnggukannya dalam

berkomunikasi berbanding dengan

menggunakan Bahasa lain yang bukan

miliknya, responden juga memiliki

kesadaran akan adanya norma Bahasa

yang mendorong responden

menggunakan Bahasanya dengan

cermat dan santun dan hal ini

merupakan factor yang sangat besar

pengarunya terhadap kegiatan

menggunakan Bahasa.

Responden ke tigapuluh

sembilan sampai responden ke empat

puluh satu hanya memenuhi empat

indikator Sikap Bahasa positif,

indikator yang terpenuhi antara lain

1,2,3, dan 5. Ketidak lancaran para

responden dalam menggunakan Bahasa

Indonesia menjadi alasan utama tidak

terpenuhinya indikator ke 4, meskipun

demikian hal tersebut tidak

menghilangkan kecintaan dan

kebanggaan responden terhadap Bahasa

Indonesia. Ketidak lancaran ini

karenakan responden lebih sering

menggunakan Bahasa daerah

berbanding dengan mengunakan

Bahasa Indonesia, derngan ini sangat

diperlukan pendidikan Bahasa dalam

suatu masyarakat agar seluruh

masyarakat Indonesia mampu

menggunakan Bahasa Indoneia dengan

lancar.

Responden ke empat puluh dua

sampai responden ke empat puluh enam

memenuhi empat indikator antara lain

indicator ke 1,3,4, dan 5. Hasil ini

menunjukkan bahwa responden suka

dan bangga terhadap Bahasa Indonesia,

responden juga lancar dan tidak gengsi

dalam mengunakan Bahasa Indonesia

akan tetapi penggunaan Bahasa

Indonesia tidak sering dipergunakan

dalam berkomunikasi hal itulah yang

menyebabkan responden tidak dapat

Page 19: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

19

memenuhi indikator yang ke 2, hal ini

disebabkan oleh faktor lingkungan

yang dimana masyarakatnya lebin

dominan menggunakan Bahasa daerah

berbanding mengunakan Bahasa

Indonesia.

5.2 Sikap Bahasa Negatif

Dalam penelitian ini dari 100

responden jumlah responden yang

memiliki Sikap negatif yaitu sebanyak

54 orang hal ini ditandai dengan adanya

kelima indicator Sikap Bahasa negatif

sebagai berikut:

1. Penutur menyukai Bahasa lain.

2. Penutur sering menggunakan Bahasa

lain.

3. Penutur tidak bangga menggunakan

Bahasa Indonesia.

4. Penutur gengsi menggunakan

Bahasa Indonesia.

5. Penutur lebih memilih menggunakan

Bahasa lain.

Responden pertama sampai

responden ke enam berdasarkan

jawaban pada kuesioner yang telah

diberikan dapat diketahui bahwa

responden lebih sering menggunkan

Bahasa lain seperti Bahasa Melayu

Malaysia berbanding dengan

menggunakan Bahasa Indonesia,

responden juga tidak memilki

kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia

dan hal ini sesuai dengan indikator ke

1,2, dan 3. Responden ketujuh sampai

responden ke sebelas juga sama seperti

responden sebelumnya yang lebih

sering menggunakan Bahasa lain

Berbangding dengan menggunakan

Bahasa Indonesia tidak hanya itu

responden juga lebih memilih untuk

menggunakan Bahasa lain, dengan

terpenuhinya indikator 1,2, dan 5

menandakan bahwa tidak adanya

kesetian terhadap Bahasa Indonesia

sehingga tidak ada dorongan untuk

responden mempertahankan Bahasanya

sendiri.

Responden ke duabelas sampai

responden ke tigapuluh memenuhi

empat indikator diatas antara lain

indikator ke 1,2,3, dan 5. Dengan hasil

ini dapat dikatakan bahwa para

responden lebih bangga menggunkan

Bahasa lain berbanding menggunaka

Bahasa Indonesia. Hilangnya

kebanggaan terhadap sutau Bahasa

membuat seseorang mengalihkan pada

Page 20: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

20

Bahasa lain yang bukan miliknya hal

ini tentu akan berdampak buruk

terhadap Bahasa Indonesia itu sendiri.

Responden ke tigapuluh satu

sampai responden ke empat puluh lima

memenuhi indikator ke 2,4, dan 5.

Dengan demikian dapat diketahui

bahwa masih memilki rasa suka

terhadap Bahasa Indonesia namun hal

tersebut tidak membuat responden

menggunakannya dalam berkomunikasi

justru responden lebih memilih untuk

menggunakan Bahasa lain seperti

Bahasa Melayu Malaysia berbanding

dengan menggunkan Bahasa Indonesia.

Hal ini dikarenakan responden tidak

memiliki kepercayaan diri dalam

menggunakan Bahasa Indonesia.

Responden ke empat puluh enam

sampai responden ke lima puluh

memenuhi empat indikator antara lain

indikator 1,2,4, dan 5. Hasil ini

menunjukkan bahwa kebanggaan

responden terhadap Bahasa Indonesia

telah melemah dan mengalihkan

kebanggaan tersebut kepada Bahasa

lain yang bukan miliknya. Responden

ke lima puluh empat memenuhi semua

indikator Sikap Bahasa negatif yaitu

indikator 1,2,3,4, dan 5. Dengan hasil

ini dapat dikatakan bahwa responden

tidak lagi menjunjung tinggi Bahasa

Indonesia dan tidak memilki kesadaran

akan adanya norma Bahasa, hal seperti

ini tentu akan memberi dampak buruk

bagi Bahasa Indonesia itu sendiri dan

membuatnya sangat jarang sekali

dipergunkan dalam berkomunikasi.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa Sikap Bahasa

Masyarakat Desa Pauh Kecamatan

Moro terhadap Bahasa Indonesia ialah

Negatif hal ini dapat dilihat dari

jumlah pernyataan positif dan

pernyataan negative yang memiliki

hasil yang sama. Berbeda halnya

dengan Sikap Bahasa Masyarakat Desa

Pauh Kecamatan Moro terhadap

Bahasa Melayu Malaysia yang

terbilang Tinggi hal ini dikarenakan

pernyataan positif mendapatkan jumlah

yang lebih besar berbanding dengan

pernyataa negatif, dengan hasil ini

dapat dikatakan bahwa Masyarakat

Page 21: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

21

Desa Pauh Kecamatan Moro lebih

cenderung untuk menggunakan Bahasa

Melayu Malaysia atau Bahasa Melayu

Daerah berbanding dengan

menggunakan Bahasa Indonesia dalam

berkomunikasi, tidak hanya itu

Masyarakat Desa Pauh juga lebih

lancar dalam mengunakan Bahasa

Melayu Malaysia berbanding dengan

menggunakan Bahasa Indonesia.

Sebagai Masyarakat Indonesia

mereka tetap menyukai dan bangga

terhadap Bahasa Indonesia akan tetapi

hal tersebut tidak membuat mereka

sering menggunkannnya, ini

dikarenakan meraka tidak percaya diri

dan tidak lancar dalam berbahasa

Indonesia, sedangkan terhadap Bahasa

Melayu Malaysia masyarakat Desa

Pauh tidak hanya menyukainya saja

namun juga sering menggunakannya

ketika Berbahasa, dalam penggunaan

Bahasa Melayu Malaysia masyarakat

Desa Pauh merasa malu dan tidak

bangga akan mereka menilai bahwa

Bahasa Melayu Malaysia lebih mudah

untuk digunakan Berbanding dengan

Bahasa Indonesia. Meskipun ada

kecenderungan masyarakat lebih sering

menggunakan menggunakan Bahasa

Melayu Malaysia, namun masih ada

sebagian masyarakat yang setia dan

bangga terhadap Bahasa Indonesia dan

lebih memlih untuk menggunakanya

berbanding dengan menggunakan

Bahasa lain baik dalam keadaan formal

maupun non formal.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Penggunaan Bahasa Indonesia di

Desa Pauh Kecamatan Moro

Kabupaten Karimun hendaknya

lebih ditingkatkan lagi baik dalam

kondisi yang formal maupun non

formal mengingat bahwa Bahasa

Indonesia adalah Bahasa pemersatu

republik Indonesia.

2. Sebagai masyarakat Indonesia tidak

perlu malu dan takut untuk

menggunakan Bahasa Indonesia

karena bahasa Indonesia merupakan

Bahasa kita sendiri dan hendaknya

lebih mengutamakan penggunaan

Page 22: SIKAP BERBAHASA MASYARAKAT DESA PAUH TERHADAP …

22

Bahasa Indonesia berbanding

menggunakan Bahasa melayu

Malaysia yang merupakan bahasa

dari Negara lain.

3. Pemerintah hendaknya melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai

sikap Berbahasa masyarakat yang

lebih mendalam.

4. Peneliti selanjutnya kemungkinan

dapat memanfaatkan instrumen

dalam penelitian ini untuk

melakukan penelitian yang terkait

dengan memperbaiki atau

menyesuaikannya dengan tujuan

dari penelitian yang dikehendaki.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni,

(2010). Sosiolinguistik

perkenalan awal.

Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul, (2007). Linguistik

Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Hamid, Darmadi, (2011). Metode

Penelitian Pendidikan.

Bandung: Alfabeta

Kunjana, Rahardi, (2009). Bahasa

Indonesia Untuk Peguruan

Tinggi. Jakarta: Erlangga

Nasir, Mohammad, (2005). Metode

Penelitian. Bogor: Ghalia

Indonesia

Rahmadini, Nurul, (2016). Sikap

Bahasa Indonesia Siswa XI IPA

SMA AN- NAJAH

Sukamulya Rumpin Bogor.

Skripsi. Jakarta. Universitas

Islam Negeri

Riduwan, (2010). Metode dan Teknik

menyusun Proposal. Bandung:

Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif Dan

R&D. Bandung: Alfabeta

http://www.seocontoh.com/2013/12/co

ntoh-angket-contoh-kuesioner-

penelitian.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_M

alaysia

https://pusatbahasaalazhar.wordpress.c

om/hakikat-hakiki-

kemerdekaan/sikap- bahasa-

language-attitude/