Mahir Berbahasa Indonesia

88
MAHIR MAHIR EJAAN BAHASA INDONESIA EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN YANG DISEMPURNAKAN Kantor Bahasa Provinsi Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Kalimantan Timur Timur

Transcript of Mahir Berbahasa Indonesia

Page 1: Mahir Berbahasa Indonesia

MAHIR MAHIR EJAAN BAHASA INDONESIAEJAAN BAHASA INDONESIA

YANG DISEMPURNAKANYANG DISEMPURNAKAN

Kantor Bahasa Provinsi Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan TimurKalimantan Timur

Page 2: Mahir Berbahasa Indonesia

MATERI EJAANMATERI EJAAN

1. Pengertian Ejaan

2. Sejarah Ejaan

3. Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia

yang Disempurnakan

Page 3: Mahir Berbahasa Indonesia

PENGERTIANPENGERTIAN

• Kaidah-kaidah tentang cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) dan cara menggunakan tanda baca.

• Kaidah/sistem itu harus disepakati bersama oleh pemakai bahasa Indonesia.

Page 4: Mahir Berbahasa Indonesia

SEJARAHSEJARAH

1. Ejaan van Ophuijsen (ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, 1901)

2. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947).

3. Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972)

Page 5: Mahir Berbahasa Indonesia

1. Ejaan van Ophuijsen

• Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Page 6: Mahir Berbahasa Indonesia

• Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.

1.Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

2.Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

3.Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

Page 7: Mahir Berbahasa Indonesia

2. Ejaan Soewandi

• Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik.

Page 8: Mahir Berbahasa Indonesia

• Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut

1.Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

2.Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

3.Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

Page 9: Mahir Berbahasa Indonesia

4. Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah dan dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis dan dikarang.

Page 10: Mahir Berbahasa Indonesia

3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan(EYD)

• Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Page 11: Mahir Berbahasa Indonesia

• Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas

Page 12: Mahir Berbahasa Indonesia

• Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Page 13: Mahir Berbahasa Indonesia

• Pada tahun 1987, kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

Page 14: Mahir Berbahasa Indonesia

• Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.

Page 15: Mahir Berbahasa Indonesia

• Perubahan Huruf• Ejaan Soewandi> Ejaan yang

Disempurnakan

• djalan, djauh>jalan, jauh

• pajung, laju >payung, layu

• njonja, bunji>nyonya, bunyi

• isjarat, masjarakat>isyarat, masyarakat

• tjukup, tjutji > cukup, cuci

• tarich, achir> tarikh, akhir

Page 16: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH EYDKAIDAH EYD

1. Pemakaian Huruf2. Penulisan Huruf3. Penulisan Kata4. Penulisan Unsur Serapan5. Pemakaian Tanda Baca

Page 17: Mahir Berbahasa Indonesia
Page 18: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)

1. Pemakaian Hurufa. Nama huruf yang digunakan dalam EYDb. Pelafalan singkatan dan katac. Pemenggalan kata

2. Penulisan Hurufa. Penulisan huruf kapitalb. Penulisan huruf miring

Page 19: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH EYD (lanjutan)KAIDAH EYD (lanjutan)

3. Penulisan Kata

a. Penulisan kata dasar

b. Penulisan kata turunan

c. Penulisan kata ganti

d. Penulisan partikel

e. Penulisan kata depan

f. Penulisan singkatan dan akronim

g.penulisan angka dan lambang bilangan.

4. Penulisan Unsur Serapan

5. Pemakaian Tanda Baca

Page 20: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH IKAIDAH IPEMAKAIAN HURUFPEMAKAIAN HURUF

1. Nama Huruf yang Digunakan dalam EYD

2. Pelafalan Singkatan dan Kata

3. Pemenggalan Kata

Page 21: Mahir Berbahasa Indonesia

Nama Huruf yang Digunakan Nama Huruf yang Digunakan dalam EYDdalam EYD

• Pelafalan huruf yang perlu diperhatikan: C atau c dilafalkan ce bukan se

Q atau q dilafalkan ki bukan kyu

• Huruf diftong (ai, au, dan oi), yang pelafalannya sebagai vokal diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w atau y.

• Konsonan, yang terdiri atas gabungan huruf, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

• Dalam hal-hal yang bersifat khusus, dalam bahasa Indonesia terdapat juga gabungan huruf yang lain, yakni nk, seperti yang terdapat dalam kata sanksi ‘hukuman’, tank, dan bank.

Page 22: Mahir Berbahasa Indonesia

Pelafalan Singkatan dan KataPelafalan Singkatan dan Kata• Singkatan kata, termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing,

menurut kaidah EYD harus dibaca huruf demi huruf dengan pelafalan bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya, pelafalan singkatan sering dipengaruhi oleh lafal daerah atau asing.

Singkatan/Kata Lafal Baku Lafal Tidak Baku

MTQ em te ki em te kyu

BBC be be ce bi bi si atau be be se

TV te ve ti vi

makin makin mangkin

pascasarjana pascasarjana paskasarjana

• Dalam hal akronim bahasa asing (singkatan yang dibaca seperti kata atau diperlakukan sebagai kata) yang bersifat internasional, lazimnya dilafalkan seperti bahasa asalnya.

Akronim Lafal Baku Lafal Tidak Baku

Unesco yu nes ko u nes ko

Unicef yu ni sef u ni sef

Page 23: Mahir Berbahasa Indonesia

Pemenggalan KataPemenggalan Kata• Pemenggalan lazimnya dilakukan atas dasar suku kata

dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara suku-suku kata itu tanpa jarak atau spasi. Tanda hubung itu harus dibubuhkan di pinggir ujung baris, bukan di bawah ujung baris, seperti yang sering terjadi pada pengetikan manual. Namun, perlu diketahui bahwa suku kata atau imbuhan yang berupa satu huruf tidak dilakukan pemenggalan agar tidak terjadi satu huruf itu berdiri sendiri pada akhir baris atau pangkal baris.

• Ada tiga hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemenggalan suatu kata, yaitu apakah kata itu sebagai (1) kata dasar, (2) kata berimbuhan, atau (3) gabungan kata (suatu kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur kata).

Page 24: Mahir Berbahasa Indonesia

1)1) Pemenggalan Kata Dasar Pemenggalan Kata Dasara) Huruf vokal berjajar yang berada di tengah kata dilakukan di antara kedua

vokal itu. Misalnya:

sa-at, la-in, ma-in, bu-ah, ka-it, bi-ang

b) Huruf konsonan—termasuk gabungan huruf konsonan ng, ny, kh, dan sy—yang diapit oleh huruf vokal, pemenggal-annya dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya:

hu-kum, ma-cam, ma-sya-ra-kat, ba-ha-sa, ke-nyang

c) Huruf konsonan berurutan yang berada di tengah kata, kecuali gabungan huruf konsonan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua konsonan itu.

Misalnya:

Ap-ril, lang-sung, bang-sa, ikh-las, cap-lok

d) Jika di tengah kata terdapat tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalannya dilakukan di antara konsonan yang pertama dan yang kedua. Misalnya:

ab-strak, ben-trok, in-stru-men, in-stan-si, in-fra

Page 25: Mahir Berbahasa Indonesia

2) 2) PemenggalanPemenggalan Kata BerimbuhanKata Berimbuhan

• Kata yang mendapat imbuhan, baik awalan, akhiran, maupun partikel yang lazimnya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedapat-dapatnya kata dasarnya tersebut tidak dipenggal. Dengan kata lain, pemenggalan dilakukan pada imbuhan. Misalnya:

pen-didik-an sebaiknya bukan pendi-dikan

pergi-lah sebaiknya bukan per-gilah

Catatan:• Pada kata berimbuhan sisipan, pemenggalannya dilakukan sebagai

berikut. Misalnya:

ge-li-gi, te-lun-juk, si-nam-bung• Perlu ditekankan bahwa nama orang tidak dipenggal atas suku katanya di

dalam pergantian baris. Pada nama orang hanya dapat dilakukan dengan memisahkan nama orang itu atas unsur nama yang pertama dan kedua, dan seterusnya.

Page 26: Mahir Berbahasa Indonesia

3) 3) Pemenggalan Gabungan KataPemenggalan Gabungan Kata• Dalam bahasa Indonesia ada sebuah kata yang terdiri atas satu unsur atau lebih

yang salah satu unsurnya dapat bergabung dengan unsur kata yang lain, seperti kata pascasarjana dan pascapanen. Pemenggalan pada kata seperti itu dilakukan melalui dua tahap. Pertama, kata tersebut dipisahkan antarunsurnya. Kedua, unsur kata yang dipisahkan dipenggal atas dasar suku katanya. Misalnya:

pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na intro-speksi, in-tro-spek-si

trans-migrasi, trans-mig-ra-si bio-grafi, bi-o-gra-fi

• Kata eks- yang dapat dioposisikan dengan in- atau im- pemenggalannya dilakukan dengan cara unsur ks tidak dipisahkan. Namun, jika eks- itu tidak dapat diperlawankan dengan bentuk in atau im, pemenggalannya dilakukan dengan cara memisahkan konsonan ks itu. Misalnya:

Bentuk eks- Bentuk in, im

ek-strem -

eks-ter-nal in-ter-nal

eks-tra-ku-ri-ku-ler in-tra-ku-ri-ku-ler

eks-pli-sit im-pli-sit

Page 27: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH IIKAIDAH IIPENULISAN HURUFPENULISAN HURUF

1. Penulisan Huruf Kapital

2. Penulisan Huruf Miring

Page 28: Mahir Berbahasa Indonesia

Penulisan Huruf KapitalPenulisan Huruf Kapital

EYD memuat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Namun, dalam makalah ini hanya dibahas delapan kaidah yang sering kurang kita pahami sehingga kita sering menggunakannya secara salah. Kedelapan kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

Page 29: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

(1) Varida bertanya, “Kapan kita berangkat ke Jakarta?”(2) “Besok pagi,” kata Imam, “kita akan berangkat.”

Perlu dicatat bahwa tanda baca yang digunakan sebelum memulai petikan langsung bukan tanda titik dua (:), tetapi tanda koma (,). Tanda baca akhir (tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya) dibubuhkan sebelum tanda petik penutup.

Page 30: Mahir Berbahasa Indonesia

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

(1) Mudah-mudahan Yang Mahakuasa melindungi kita.(2) Bimbinglah hamba-Mu ini ke jalan yang lurus.(3) Kitab Alquran harus kita jadikan sebagai pedoman hidup.

Huruf pertama kata ganti Tuhan, yakni ku, mu, dan nya dituliskan dengan huruf kapital serta dirangkaikan dengan tanda hubung (-) pada kata yang mendahuluinya. Hal lain yang berhubungan dengan keagamaan yang bukan nama diri, penulisannya tidak diawali dengan huruf kapital, misalnya nabi, puasa, imam, surga, dan neraka. Jadi, kata imam dan nabi pada kalimat berikut tidak diawali dengan huruf kapital.

(1) Aulia diangkat sebagai imam masjid di kampungnya. (2) Allah telah mengutus beberapa nabi.

Page 31: Mahir Berbahasa Indonesia

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, dan keagamaan), jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Misalnya:

(1) Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.(2) Kapuspen TNI yang baru, Mayor Jenderal TNI Sjafri

Sjamsuddin, sudah dilantik beberapa tahun yang lalu.

(3) Seminar itu dihadiri oleh Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jika nama gelar, jabatan, dan pangkat tidak diikuti namaorang, penulisannya harus dengan huruf kecil. Kita harus dapat membedakan antara nama dan kata yang hanya menunjukkan suatu jenis. Kata-kata yang sering ditulis dengan menggunakan huruf awal kapital, misalnya jenderal, rektor, presiden, menteri, nasional, internasional, perguruan tinggi, dan bangsa merupakan nama jenis. Misalnya:

(1) Hari Rabu yang lalu, Ahmad Saladin dilantik sebagai rektor.(2) Siapa menteri agama yang baru dilantik?

Page 32: Mahir Berbahasa Indonesia

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama suku, bahasa, dan bangsa. Misalnya:

bangsa Arabsuku Jawabahasa Melayu

Kata bangsa, suku, dan bahasa pada contoh tersebut merupa-kan nama jenis, bukan nama diri sehingga ditulis dengan huruf kecil.

Page 33: Mahir Berbahasa Indonesia

5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

(1) Datangnya bulan Ramadan tahun 1418 Hijrah bertepatan dengan datangnya tahun 1998 Masehi.(2) Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, dikumandangkan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.(3) Yang sesungguhnya berhak merayakan hari Lebaran adalah orang yang tingkat ketakwaannya bertambah. (4) Nabi Muhammad dilahirkan pada Tahun Gajah.

Page 34: Mahir Berbahasa Indonesia

6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi. Perhatikan contoh penulisan sebagai berikut.

Benar SalahTeluk Bintan teluk BintanSelat Karimata selat KarimataPulau Sedanau pulau SedanauGunung Daik Lingga gunung Daik Lingga

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata teluk, bukit, danau, selat, dan sungai ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

(1) Anak-anak itu senang sekali berenang di sungai.(2) Mereka telah menyeberangi selat yang sangat dalam.

Demikian pula dengan huruf pertama nama geografi yangdigunakan sebagai nama jenis ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

garam inggris, gula jawa, jeruk bali, pisang ambon

Page 35: Mahir Berbahasa Indonesia

7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi ba- dan, lembaga pemerintah dan tata kenegaraan, serta dokumen resmi pemerintah. Misalnya:

Dewan Perwakilan RakyatDepartemen Pendidikan NasionalUndang-Undang Dasar 1945

Perhatikan penulisan berikut ini yang menggunakan hurufkecil.

(1) Dia telah lama menjadi karyawan di salah satu kementerian.(2) Menurut undang-undang di negara ini, perbuatan itu dapat

dikategorikan sebagai tindakan subversif.

Page 36: Mahir Berbahasa Indonesia

8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, atau paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, serta kata ganti Anda. Misalnya:

(1) Kapan Bapak berangkat ke Malaysia?(2) Tahukah Anda gaji pegawai negeri tahun ini dinaikkan?(3) Atas perhatian Saudara, saya ucapkan terima kasih.

Perhatikan penulisan berikut ini.(1) Kita berkewajiban menghormati ayah dan ibu kita.(2) Semua adik dan kakak saya adalah pegawai negeri.(3) Rumah paman terletak di samping masjid.

Kata ayah, ibu, adik, kakak, dan paman tidak ditulis denganhuruf awal kapital karena bukan sebagai kata ganti atau sapaan.

Page 37: Mahir Berbahasa Indonesia

Penulisan Huruf MiringPenulisan Huruf Miring

• Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan manual dinyatakan dengan tanda garis bawah, dipakai untuk menuliskan hal-hal sebagai berikut.

Page 38: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam suatu tulisan.

Misalnya:(1) Sudahkah Anda membaca buku Panduan Berbahasa Indonesia

yang disusun oleh Imam Budi Utomo?(2) Majalah Ajami’ah memuat hasil-hasil penelitian tentang

keagamaan yang dilakukan oleh para dosen IAIN.(3) Artikel yang berjudul “Pengajaran Bahasa Asing” yang dimuat

dalam surat kabar Suara Merdeka perlu Anda baca.

Page 39: Mahir Berbahasa Indonesia

2) Huruf miring dipakai untuk mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:

(1) Huruf pertama kata sukses adalah s. (2) Dia tidak ditipu, tetapi tertipu.(3) Kata daripada sering digunakan secara tidak tepat.

3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya:

(1) Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostana.(2) Kata islah sering diartikan menjadi ‘rujuk kembali’.(3) Apa artinya hablum-minallah dan hablum-minannas?

Catatan:Dalam tulisan tangan atau ketik manual, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Namun, jika akan dicetak tebal sebagai variasi dari cetak miring, huruf atau kata itu diberi dua garis di bawahnya.

Page 40: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH IIIKAIDAH IIIPENULISAN KATAPENULISAN KATA

Di dalam EYD terdapat beberapa pasal yang mengatur penulisan kata. Namun, tidak semua pasal itu akan dibahas karena ada dua pasal yang secara umum tampaknya tidak bermasalah, yakni penulisan kata dasar dan penulisan kata si dan sang. Adapun beberapa pasal yang dibahas adalah penulisan kata turunan, penulisan kata ganti, penulisan partikel, penulisan kata depan, penulisan singkatan dan akronim, serta penulisan angka dan lambang bilangan.

Page 41: Mahir Berbahasa Indonesia

1. 1. Penulisan Kata TurunanPenulisan Kata Turunan

Yang dimaksud dengan kata turunan kata jadian adalah kata yang dibentuk dari hasil afiksasi (penambahan awalan, akhiran, dan sisipan), reduplikasi (pengulangan), dan penggabungan. Beberapa kaidah yang berkaitan dengan penulisan kata turunan adalah sebagai berikut.

Page 42: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan

atau akhiran ditulis serangkai dengan yang langsung meng- ikuti atau mendahuluinya. Misalnya:

Benar Salahbertolak belakang bertolakbelakangbertanggung jawab bertanggungjawabsebar luaskan sebarluaskandiuji coba diujicoba

 2) Bentuk dasar yang berupa gabungan kata, jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai. Misalnya:

Benar SalahMempertanggungjawabkan mempertanggung jawabkanmengujicobakan menguji cobakandilatarbelakangi dilatar belakangi

Page 43: Mahir Berbahasa Indonesia

3) Gabungan kata yang salah satu unsurnya hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:

Benar Salahmultidimensi multi dimensiproaktif pro aktifekstrakurikuler ekstra kurikulerpascasarjana pasca sarjanaantarkota antar kotasubbagian sub bagiansemiprofesional semi profesional

 Catatan:(i)Jika bentuk terikat dikuti oleh kata yang huruf awalnya menggunakan huruf kapital, di antara kedua unsur kata tersebut diberikan tanda hubung

( - ). Misalnya:non-Arab, pan-Asianisme

(ii) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan kata, diikuti oleh kata esa atau kata yang bukan kata dasar, gabungan kata itu ditulis terpisah. Misalnya:

(1) Tuhan Yang Maha Esa selalu bersama kita.(2) Dialah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Namun, jika kata maha bergabung dengan kata dasar selain kata esa, gabungan kata tersebut ditulis serangkai, misalnya Mahakuasa dan Mahakasih.

Page 44: Mahir Berbahasa Indonesia

4) Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-) tanpa menggunakan spasi. Misalnya:

Benar Salahgerak-gerik gerak gerik, gerak - geriktunggang-langgang tunggang langgangmeja-meja tulis meja tulis - meja tulisundang-undang undang undang, undang2

5) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya:

duta besar rumah sakit umummata kuliah segi tigaorang tua meja tulis

Page 45: Mahir Berbahasa Indonesia

6) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) untuk menegaskan unsur pertalian tersebut. Misalnya:

(1) UGM membuka program studi non-gelar.(2) Fivin Fitriya Buditama membeli mesin-potong tangan dari luar negeri.(3) Anak-istri saya rajin salat berjamaah di masjid.

Gabungan kata non-gelar, mesin-potong tangan, dan anak-istri saya, jika tidak diberi tanda hubung seperti itu dapat menimbulkan salah baca dan salah pengertian. Gabungan kata mesin potong tangan, jika penulisannya tidak menggunakan tanda hubung dapat diartikan sebagai ‘mesin khusus untuk memotong tangan’. Padahal, yang dimaksudkan gabungan kata itu adalah ‘mesin potong yang dijalankan dengan tangan’.

Page 46: Mahir Berbahasa Indonesia

7) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya:acapkali beasiswa kepadaadakalanya radioaktif kilometerakhirulkalam bumiputra manakalaalhamdulillah daripada manasukaastagfirullah darmabakti mataharibismillah kacamata olahragahalalbihalal segitiga padahalbagaimana sukacita kosakatasebagaimana dukacita darmawisatabilamana peribahasa wasalambarangkali sediakala kasatmatasaptapesona sukarela belasungkawasaputangan syahbandar paramasastra

Page 47: Mahir Berbahasa Indonesia

2. 2. Penulisan Kata Ganti Penulisan Kata Ganti ku, kau, ku, kau, mumu, dan , dan nyanya

Kata ganti ku- dan kau-, yang ada pertalian dengan aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Demikian pula dengan kata ganti -ku, -mu, dan -nya—yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia—ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:

(1) Masalah yang kauusulkan telah kukemukakan dalam diskusi itu.

(2) Pensilku, bukumu, dan tasnya tersimpan di perpustakaan.

Page 48: Mahir Berbahasa Indonesia

3. 3. Penulisan PartikelPenulisan Partikel1) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya. Misalnya:

(1) Bacalah buku ini dengan cermat.

(2) Apakah yang seharusnya kita lakukan?

(3) Apatah gunanya engkau bersedih hati?

2) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya:(1) Apa pun alasannya, ia tetap bersalah.

(2) Sekalipun diminta, sekali pun saya tidak akan menurutinya.

(3) Siapa pun yang bersalah harus dihukum.

Catatan:

Kelompok kata yang sudah lazim dianggap padu, misalnya adapun, walaupun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, maupun, kendatipun, sungguhpun, dan kalaupun ditulis serangkai.

3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengIkutinya. Misalnya:

(1) PNS akan mendapat kenaikan gaji per 1 April.

(2) Persoalan tersebut akan dibahas satu per satu.

(3) Harga durian ini Rp12.000,00 per buah.

Page 49: Mahir Berbahasa Indonesia

4. 4. Penulisan Kata Depan Penulisan Kata Depan didi, , keke, , dan dan daridari

Dalam EYD dinyatakan bahwa kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Namun, di- dan ke- sebagai awalan dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Persoalan yang muncul adalah apa perbedaan di dan ke sebagai kata depan dengan di- dan ke- sebagai awalan?

Page 50: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Ciri kata depan di dan awalan di-A) Kata depan di a) Selalu diikuti kata benda yang menyatakan arah atau

tempat. b) Posisinya dapat ditempati oleh kata ke dan dari. c) Tidak dapat dioposisikan dengan awalan me-.

  B) Awalan di- a) Selalu diikuti oleh kata kerja. b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari. c) Dapat dioposisikan dengan awalan me-.

Misalnya:

di (Kata Depan) di- (Awalan)di masjid (dari masjid) dilarang (*dari larang)di samping (dari samping) dianjurkan (*dari anjurkan)di atas (dari atas) dijual (*dari jual)di luar (ke luar) diwariskan (mewariskan)di sana (ke sana) diwasiatkan (mewasiatkan)

Page 51: Mahir Berbahasa Indonesia

2) Ciri kata depan ke dan awalan ke-A) Kata depan ke a) Selalu diikuti oleh kata benda yang menyatakan arah atau

tempat. b) Posisinya dapat tempati oleh kata dari dan di.

B) Awalan ke- a) Tidak diikuti oleh kata benda. b) Posisinya tidak dapat ditempati oleh kata dari dan di. c) Awalan ke- membentuk kata benda dari kata yang lain. d) Awalan ke- yang berkombinasi dengan akhiran -kan dapat menghasilkan kata kerja perintah.

Misalnya:ke (Kata Depan) ke- (Awalan)ke mana (dari mana) kemari (*dari mari)ke jalan (dari jalan) ketua ke belakang (dari belakang) kekasih, kehendakke samping (dari samping) kesampingkan

Page 52: Mahir Berbahasa Indonesia

5. 5. Penulisan Singkatan dan AkronimPenulisan Singkatan dan Akronim

Istilah singkatan dan akronim memiliki persamaan, yaitu merupakan kependekan dari suatu kata atau frasa (kelompok kata) sebagai pengganti bentuk yang lengkap. Namun, di samping persamaan itu, terdapat unsur perbedaannya, yakni sebagai berikut.

Page 53: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Singkatan adalah bentuk pendek yang diambil dari huruf-huruf pertama suatu kata atau frasa yang dieja huruf demi huruf. Misalnya:CBSA cara belajar siswa aktifPKB Partai Kebangkitan Bangsa

2) Akronim adalah bentuk pendek yang biasanya merupakan gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan (dilafalkan) sebagai kata. Misalnya:

SIM surat izin mengemuditilang bukti pelanggaran

Catatan:Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-

syarat berikut, yakni (1) jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada bahasa Indonesia (tujuh suku kata), (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim, (3) hasil pengakroniman tidak berasosiasi pada hal-hal yang tidak patut (tabu).

Page 54: Mahir Berbahasa Indonesia

Di samping singkatan dan akronim, terdapat juga yang disebut dengan bentuk singkat. Bentuk itu merupakan bentuk pendek yang diambil atau dipotong dari bentuk lengkapnya. Penulisannya menggunakan huruf kecil semua. Misalnya:

lab bentuk singkat dari laboratoriumharian bentuk singkat dari surat kabar harian

Page 55: Mahir Berbahasa Indonesia

Kaidah penulisan singkatan adalah sebagai berikut.1)Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

Imam B.U.M.Sc. master of scienceSdr. SaudaraKol. kolonel

2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas tiga huruf awal kata ditulis dengan huruf awal kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

MPR Majelis Permusyawaratan RakyatSD sekolah dasar 

Catatan:Singkatan umum seperti yang terdapat dalam contoh di bawah ini penulisan yang benar adalah sebagai berikut.

Benar Salahdsb. d.s.b., dsb (tanpa titik)sda. s.d.a., sda (tanpa titik)a.n. a/nd.a. d/au.b. ub., u/bu.p. up., u/ps.d. s/d

Page 56: Mahir Berbahasa Indonesia

3) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:

cm sentimeterkVA kilovolt-amperekg kilograml literg gramRp (lambang mata uang Indonesia)

4) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:

PAN Partai Amanat NasionalIKIP institut keguruan dan ilmu pendidikanSIM surat izin mengemudi

Page 57: Mahir Berbahasa Indonesia

5) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

Depag Departemen AgamaAkpol Akademi KepolisianIwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

6) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

siskamling sistem keamanan lingkunganradar radio detecting and rangingpemilu pemilihan umum

Page 58: Mahir Berbahasa Indonesia

6. 6. Penulisan Angka dan Lambang Penulisan Angka dan Lambang BilanganBilangan

Ketentuan untuk menuliskan lambang bilangan ada dua cara, yaitu (1) dengan angka Arab atau angka Romawi dan (2) dengan huruf. Akan tetapi, penggunaan lambang bilangan itu sering dipertukarkan. Lambang bilangan yang seharusnya dituliskan dengan huruf dituliskan dengan angka, atau sebaliknya. Untuk itu, ejaan bahasa Indonesia menentukan kaidah, antara lain, sebagai berikut.

Page 59: Mahir Berbahasa Indonesia

1) Lambang bilangan dituliskan dengan angka jika untuk menyatakan satuan ukuran (panjang, luas, isi, dan berat), satuan waktu, nilai uang, atau yang dipakai untuk menandai nomor jalan, rumah, kamar pada alamat yang bukan dokumen resmi, dan juga untuk menomori pada karangan beserta bagian-bagiannya. Misalnya:

(1) Panjang bangunan itu 12 m, lebar 10 m.(2) Berat kendaraan itu 365 kg.(3) Dalam waktu 1 jam 30 menit, Anda harus dapat menempuh jarak 100 km.(4) Harga semangka itu Rp3.500,00 per buah.(5) Saya tinggal di Jalan Soragan 238 Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.(6) Perintah puasa Ramadan terdapat di dalam Alquran, Surat Albaqarah:183.

Page 60: Mahir Berbahasa Indonesia

2) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata dituliskan dengan huruf, sedangkan yang dinyata- kan lebih dari dua kata atau untuk menyatakan perincian dinyatakan dengan angka. Misalnya:

(1) Selama tiga hari saja calon pegawai yang mendaftar berjumlah tiga ribu orang.(2) Seminar itu diikuti oleh 1.234 orang peserta.(3) Menurut catatan, sarjana yang akan diwisuda berjumlah 500 orang, terdiri atas 199 laki-laki dan 301 perempuan.

Page 61: Mahir Berbahasa Indonesia

3) lambang bilangan pada awal kalimat dituliskan dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi dalam awal kalimat. Misalnya:

Bentuk yang tidak benar(1) 27 orang ditahan dalam unjuk rasa itu, sedangkan yang lain

diizinkan pulang.(2) 10 ekor kambing kurban disembelih.(3) 5 mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al-Amin.(4) 250 orang diundang dalam acara syukuran Pak Umar.

 Bentuk yang benar

(1) Dalam unjuk rasa itu 27 orang ditahan, sedangkan yang lain diizinkan pulang.

(2) Sepuluh ekor kambing kurban disembelih.(3) Lima mahasiswa teladan memperoleh besiswa dari Yayasan Al- Amin.(4) Dalam acara syukuran itu Pak Umar mengundang 250 orang.

Page 62: Mahir Berbahasa Indonesia

4) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Misalnya:

(1) HUT Ke-65 RI akan kita peringati dengan sederhana.(2) Abad ke-20 ini dikenal juga sebagai abad informasi.(3) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad informasi.(4) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad informasi.

5) Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an, penulisannya sebagai berikut. Misalnya:

(1) Ayah saya lahir pada tahun 20-an.(2) Ayah saya lahir pada tahun dua puluhan.(3) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang 500-an.(4) Mohon uang ini ditukar dengan lembaran uang lima ratusan.

Page 63: Mahir Berbahasa Indonesia

6) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi, seperti dalam akta dan kuitansi. Misalnya:Bentuk yang tidak benar

(1) Jumlah mahasiswa yang diwisuda hanya 45 (empat puluh lima) orang.(2) Saya membeli 10 (sepuluh) ekor ayam buras di Pasar Kembang.

Bentuk yang Benar(1) Jumlah mahasiswa yang ikut karyawisata ada 45 orang.(2) Saya membeli sepuluh ekor ayam buras di Pasar Kembang.

Dalam dokumen resmi penulisan lambang bilangan yang dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat, seperti contoh berikut.

(1) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu rupiah).

(2) Telah dijual sebidang tanah seluas 700 (tujuh ratus) meter dengan harga Rp17.500.000,00 (tujuh belas juta lima ratus ribu) rupiah.

Penulisan seperti itu dibenarkan menurut ejaan bahasa Indonesia untuk menghindari kemungkinan adanya pengubahan angka-angka dari orang yang tidak bertanggung jawab.

Page 64: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH IVKAIDAH IVPENULISAN UNSUR SERAPANPENULISAN UNSUR SERAPAN

• Sebagai bahasa yang hidup dan terbuka, bahasa Indonesia dapat menerima unsur serapan dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, misalnya Sanskerta, Arab, Belanda, Portugis, dan Inggris). Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam dua golongan.

• Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, misalnya jer basuki mawa bea, amar ma’ruf nahi munkar, dan fighter. Meskipun pengucapannya masih mengikuti cara asing, unsur itu dapat dipakai dalam konteks bahasa Indonesia dengan digarisbawahi atau dimiringkan.

• Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti kata kiblat, takwa, efektif, dan sistem. Dalam kaitannya dengan hal itu, pengubahan ejaan hanya dilakukan seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa asalnya.

• Selain hal tersebut, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian yang utuh. Kata seperti standardisasi dan implementasi merupakan unsur serapan asing berakhiran yang diserap secara utuh. Di samping itu, kata dasar dari kata-kata itu juga diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu standar dan implemen.

Page 65: Mahir Berbahasa Indonesia

Hal lain yang perlu dicatat berkenaan dengan penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.

1)Unsur serapan yang sudah lazim dieja atau ditulis secaraIndonesia tidak perlu diubah lagi. Misalnya:

kabar pikirhadir iklanperlu bengkelsirsak kompor

2) Sekalipun dalam ejaan bahasa Indonesia menerima huruf q dan x sebagai abjad, tetapi huruf itu hanya digunakan dalam hal tertentu, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus, seperti Quran, xenon, dan nama-nama orang.

Page 66: Mahir Berbahasa Indonesia

Berikut didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia yang sering salah pemakaiannya. Kata asing Salah Benaraphoteek apotik apotekanalysis analisa analisisatlet atlit atletactive aktiv aktifactivity aktifitas aktivitasasas azas asasadjective ajektif adjektifbalance balan balanscelebrity selebriti selebritascommodity komoditi komoditascarier karir kariercoordination kordinasi, kordinir koordinasiconsequency konsekwensi konsekuensidefinitie difinisi definisidescriptive diskriptiv deskriptifdiscrimination deskriminasi diskriminasi

Page 67: Mahir Berbahasa Indonesia

Kata asing Salah Benaressay esei esaieffective efektiv efektifeffectivity efektifitas efektivitasexport eksport eksporformal formil formalfrequency frekwensi frekuensihaqiqah hakekat hakikathypotesis hipotesa hipotesisimport import imporijazah ijasah ijazahjadwal jadual jadwalkhazanah khasanah khazanahkhotbah khutbah khotbahliquidation likwidasi likuidasimethode metoda metodemanagement menejemen manajemenmanager menejer manajernashihat nasehat nasihat

Page 68: Mahir Berbahasa Indonesia

Kata asing Salah BenarNovember Nopember Novemberoperational operasionil operasionalorganitation organisir organisasiobject obyek objekproduction produsir produksipsychis psikhis psikisrisk resiko risikosystem sistim sistemsyntesis sintesa sintesisstandard standard standarstandardization standarisasi standardisasisurvey survai surveisubject subyek subjektechnique tehnik tekniktheoretis teoritis teoretistransport transport transporvariety varitas varietaswujud ujud wujudzaman jaman zaman

Page 69: Mahir Berbahasa Indonesia

KAIDAH IVKAIDAH IVPEMAKAIAN TANDA BACAPEMAKAIAN TANDA BACA

• Di dalam EYD terdapat lima belas pasal yang mengatur pemakaian tanda baca, yaitu (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda elipsis, (8) tanda tanya, (9) tanda seru, (10) tanda kurung, (11) tanda kurung siku, (12) tanda petik, (13) tanda petik tunggal, (14) tanda garis miring, dan (15) tanda penyingkat (apostrof). Namun, dalam penyuluhan ini hanya dibahas masalah pemakaian tanda baca yang memiliki kekerapan pemakaian cukup tinggi dan sering menimbulkan masalah bagi kebanyakan pemakai bahasa dalam ragam tulis bahasa Indonesia. Beberapa kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

Page 70: Mahir Berbahasa Indonesia

1. Tanda Titik ( . )a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya:

W.S. RendraImam B.U.Muh. Arief S.H. (Susilo Handoyo)

b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya:

Prof. Dr. H. SoewitoKol. Drs. R. Harry Anwar, S.H.Sdr. Syamsul Arifin, M.Hum

c. Tanda titik dipakai dalam menuliskan daftar pustaka, yaitu untuk memisahkan di antara nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, dan tempat terbit. Misalnya:

Wedhawati dkk. 1995. Yang Penting Buat Anda. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Utomo, Imam Budi. 2011. Sastra Indonesia di Yogyakarta Periode 1981—2000. Yogyakarta: Curvaksara.

Page 71: Mahir Berbahasa Indonesia

d. Tanda titik dipakai dalam bilangan yang menyatakan jumlah ribuan atau kelipatannya. Misalnya:

(1) Tebal buku itu 1.678 halaman.(2) Di gudang itu masih tersimpan 96.456 ton beras yang siap dibagikan kepada masyarakat miskin.

Akan tetapi, jika bilangan itu tidak menyatakan jumlah, tanda titik tidak digunakan. Misalnya:

(1) Permasalahan itu dapat Anda temukan pada halaman 1234.(2) Siapa yang mempunyai NIP 131967332?(3) Silakan Anda hubungi pesawat 4321.

e. Tanda titik tidak dipakai di belakang tanggal surat, alamat pengirim surat dan penerima surat. Misalnya:

 Yth. Vindya Nuriljaza BuditamaJalan Soragan 238, Ngestiharjo, KasihanBantul 55182

  

Page 72: Mahir Berbahasa Indonesia

2. Tanda Koma ( , ) a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:

Saya telah mengumpulkan bahan-bahan berupa bambu, paku, gergaji, kertas, lem, dan benang.

Catatan:Jika rincian itu hanya terdiri atas dua unsur, sebelum kata dan tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika rincian itu terdiri atas lebih dari dua unsur yang sebelum unsur terakhir diberi kata dan, sebelum kata dan itu juga dibubuhi tanda koma.

b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara, yang satu dari kalimat setara berikutnya yang

didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:

(1) Saudara boleh pulang, tetapi selesaikan dahulu pekerjaan itu.(2) Dia bukan mahasiswa IAIN, melainkan mahasiswa UII.(3) Fiki dan Vindi sibuk belajar, sedangkan Fitri asyik bermain.

Page 73: Mahir Berbahasa Indonesia

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi

induk kalimatnya. Misalnya:(1) Karena tidak pernah belajar, ia tidak lulus ujian.(2) Agar mendapatkan prestasi yang baik, Saudara harus belajar dengan sungguh-sunguh.(3) Meskipun hari hujan, ia tetap datang memenuhi janjinya.

Catatan: Anak kalimat biasanya didahului oleh kata penghubung, antara lain, adalah bahwa, walaupun, meskipun, karena, jika, agar, supaya, sehingga, dan apabila. Jika anak kalimat mengiringi induk kalimat, tanda koma tidak dipakai di antara induk kalimat dan anak kalimatnya.

 

Page 74: Mahir Berbahasa Indonesia

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

(1) .... Oleh karena itu, pekerjaan itu harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

(2) .... Namun, tidak semua persoalan dapat dimengerti oleh anak buahnya.(3) .... Sehubungan dengan itu, ada satu hal yang diprioritaskan penyelesaiannya.

Kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, antara lain, adalah akan tetapi, jadi, selain itu, oleh sebab itu, meskipun demikian, sebaliknya, kemudian, lagi pula, dalam pada itu, sementara itu, sebagai simpulan, selanjutnya, akhirnya, bahkan, pertama, kedua, dan dalam hubungan itu.

Page 75: Mahir Berbahasa Indonesia

e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

(1) Kasihan, sudah lima bulan Anita tergolek di ranjang.(2) Wah, indah sekali pemandangan di Belinyu.

Dalam ejaan lama, kata-kata itu diikuti dengan tanda seru (!).

f. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, serta (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:

•Surat itu telah dikirimkan kepada Kepala Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau, Jalan

Ketapang 2, Tanjungpinang. (2) Yogyakarta, 20 Mei 2011

Page 76: Mahir Berbahasa Indonesia
Page 77: Mahir Berbahasa Indonesia

i. Tanda koma dipakai--untuk menghindari salah baca--di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

(1) Atas perhatian Saudara, saya mengucapkan terima kasih.(2) Dalam pengajaran, kita memerlukan metode yang tepat.

Bandingkan dengan kalimat yang tidak menggunakan koma berikut ini.

(1a) Atas perhatian Saudara saya mengucapkan terima kasih.

(2a) Dalam pengajaran kita memerlukan metode yang tepat.

Page 78: Mahir Berbahasa Indonesia

3. Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara; dalam kalimat majemuk setara, tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung. Misalnya:

(1) Hari sudah siang; dia belum keluar dari kamar tidurnya.(2) Ayah mengajari Adik membaca Alquran; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya asyik mendengarkan musik.

Page 79: Mahir Berbahasa Indonesia

4. Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua sering dipakai secara tidak tepat, terutama dalam kalimat yang mengandung rincian. Hal itu dapat dihindari apabila penulis memperhatikan kaidah ejaan.

a.Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau

pemerian.Misalnya:(1) Saya sekarang memerlukan alat-alat tulis: pensil, penggaris, dan

kertas.(2) Seseorang dapat diangkat menjadi PNS jika memenuhi beberapa syarat: WNI, berkelakuan baik, berbadan sehat, dan berumur maksimal empat puluh tahun.

Page 80: Mahir Berbahasa Indonesia

b. Tanda titik dua dapat juga dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:

(1) Ketua : Novianti, S.Pd. Sekretaris : Eko Andriyanto, S.E. Bendahara : Zuryetti Muzar, S.E.(2) Ayah : “Dari mana saja kau ini?” Nanang : “Belajar di rumah teman” Ayah : “Bohong!”

c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, dan (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya:

Gatra, V (1997), 35:57.Alquran, Surat Almaidah:3Sebuah buku karya Imam dan Umar, Panduan Berbahasa Indonesia, sudah terbit pada bulan Mei 2002.Ayatrohaedi. 1996. Cerdas Berbahasa. Jakarta: Gramedia

Page 81: Mahir Berbahasa Indonesia

5. Tanda Hubung ( - )

a. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya:

(1) Benarkah kera telah ber-evolusi menjadi manusia?(2) Pak Parto membeli mesin-potong tangan (mesin yang dijalankan dengan tangan).

Bandingkan dengan kalimat berikut.

(1a) Benarkah kera berevolusi (melakukan revolusi) menjadi manusia?(2a) Pak Parto membeli mesin potong-tangan (mesin khusus untuk

memotong tangan).

Page 82: Mahir Berbahasa Indonesia

b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata. Misalnya:

(1) Pada tahun 2006 diadakan MTQ se-Bangka Belitung.(2) Dia baru saja memperoleh hadiah ke-2 lomba kaligrafi.(3) Dia lahir pada tahun 60-an.(4) Akibat krisis moneter banyak perusahaan yang mem-PHK karyawannya.

c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Misalnya:

(1) Kita dianjurkan untuk ber-fastabiqul khairat.(2) Siapa berani men-tackle urusan yang sangat pelik itu?

Page 83: Mahir Berbahasa Indonesia

6. Tanda Pisah ( — )

Tanpa pisah (—) dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, memberi penegasan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat lebih jelas. Untuk itu, jika sisipan atau aposisi ditiadakan, makna kalimat tidak terganggu. Selain itu, tanda pisah juga dipakai di antara dua bilangan, atau nama kota dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Dalam pengetikan manual, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi, baik sebelum maupun sesudahnya. Misalnya:

(1) Gunung Bintan—percaya atau tidak—menyimpan misteri.(2) Penyuluhan ini dilaksanakan pada tanggal 21—23 Juni 2011.(3) Pemakaian tanda koma dapat dilihat pada EYD (1997:41—47).(4) Tarif bus jurusan Pangkalpinang—Belinyu naik 25 persen.

Page 84: Mahir Berbahasa Indonesia

7. Tanda Elipsis ( ... )

Selain digunakan dalam kalimat yang terputus-putus, tanda elipsis digunakan untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, digunakan empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangannya dan satu titik untuk menandai akhir kalimat. Misalnya:

(1) Kalau begitu … ya, cepat dicarikan jalan keluarnya.(2) Penentuan tanggal satu Syawal sering berbeda …. Masyarakat diharapkan untuk dapat menyikapinya secara arif.

Page 85: Mahir Berbahasa Indonesia

8. Tanda Petik ( “... “)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, judul syair, karangan, dan istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.Misalnya:

(1) Kata Hamzah, “Anda akan pergi ke Jakarta hari ini.”(2) Saudara silakan membaca artikel berjudul “Islam di Persimpangan Jalan”, dalam majalah Khazanah, 34 (V) Maret 1964:7.(3) Karena kerap keluar pada malam hari, ia dijuluki “si Kalong”.

Page 86: Mahir Berbahasa Indonesia

9. Tanda Petik Tunggal ( ‘ ...’ )

Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter-jemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Di samping itu, tanda petik tunggal juga dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.Misalnya:

(1) Ghasab ‘pinjam tanpa izin’ adalah perbuatan yang tidak baik.(2) “Ketika berjalan di trotoar, seseorang menyapaku dari belakang, ‘Sodiq, tunggu dulu!’, aku pun terkejut mengenali suara itu,” kata Pak Sodiq Ridwan.

Page 87: Mahir Berbahasa Indonesia

10. Tanda Apostrof ( ‘ )

Tanda apostrof dipakai sebagai tanda penyingkat atau untuk menunjukkan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya:

(1) Anda ‘kan segera kusurati. (‘kan = akan)(2) Keputusan ini ditetapkan di Pangkalpinang, 21 Juni ’11. (’11 = 2011)

Namun, sebaiknya angka tahun ditulis lengkap.

Page 88: Mahir Berbahasa Indonesia

TERIMA KASIH