Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR 1. Pengertian a. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001). b. Luka bakar merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis. Kerusakan yang terjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain. Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik, bahkan kimia radiasi, dll ( Moenajat, 2001 ). c. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi. d. Luka bakar merupakan luka yang unuik diantara bentuk- bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan yang mati (eskar) yang tetap pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama ( Brunner & Suddart , 2001 ). e. Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365) 2. Etiologi a. Luka bakar listrik (Electrical Injury) Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

1. Pengertian

a. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan

kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna

Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).

b. Luka bakar merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis. Kerusakan yang

terjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi juga organ lain.

Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik, bahkan kimia radiasi,

dll ( Moenajat, 2001 ).

c. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus

akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat kimia dan listrik atau radiasi.

d. Luka bakar merupakan luka yang unuik diantara bentuk-bentuk luka lainnya

karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan yang mati (eskar) yang tetap

pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama ( Brunner & Suddart , 2001 ).

e. Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air

panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh

bite). (Mansjoer 2000 : 365)

2. Etiologi

a. Luka bakar listrik (Electrical Injury)

Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi akibat arus

listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena adanya loncatan

arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain akibat petir. Arus

listrik menimbulkan gangguan karena rangsangsan terhadap saraf dan otot. Energi

panas yang timbul akibat tahanan jaringan yang dilalui arus menyebabkan luka

bakar pada jaringan tersebut. Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan

tinggi yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka bakar yang dalam karena

suhu bunga api listrik dapat mencapai 2500oC, arus bolak – balik menimbulkan

rangsangan otot yang hebat berupa kejang – kejang.

Urutan tahanan jaringan dimulai dari yang paling rendah yaitu saraf,

pembuluh darah, otot, kulit, tendo dan tulang. Pada jaringan yang tahanannya

tinggi akan lebih banyak arus yang melewatinya, maka panas yang timbul akan

lebih tinggi. Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai

tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi juga lebih berat bila

daerah ini terkena arus listrik.

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

b. Luka bakar kimia (Chemical Burn)

Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat produksi

petroleum. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh asam, karena

penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan lebih berat.

Sedang asam umumnya berefek pada permukaan saja.

Zat kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan

asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa seperti

kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi protein.

Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam formiat, asetat, tanat,

flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena bersifat cepat menarik air.

Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan sistemik. Asam florida dan oksalat

dapat menyebabkan hipokalsemia. Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat

merusak hati dan ginjal kalau diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan

methemoglobinemia.

c. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn):

a. Gas

b. Cairan

c. Bahan Padatan (Solid)

d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :

1. Keluasan luka bakar

2. Kedalaman luka bakar

3. Umur pasien

4. Agen penyebab

5. Fraktur atau luka – luka lain yang menyertai

6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll

7. Obesitas

8. Adanya trauma inhalasi.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi luka bakar dapat dilihat dari derajat luka bakar, yaitu :

a. Derajat I

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal disekitarnya, kulit kering,

sangat nyeri dan sering disertai sensasi “menyengat”. Jaringan yang rusak hanya

epidermis, lama sembuh ± 5 hari dan hasil kulit kembali normal.

b. Derajat II

1) Derajat IIa jaringan yang rusak sebagian epidermis, dimana folikel rambut dan

kelenjar keringat utuh disertai rasa nyeri dan warna lesi merah atau kuning,

lepuh, luka basah, lama sembuh ± 7 – 14 hari dan hasil kulit kembali normal

atau pucat.

2) Derajat IIb jaringan yang rusak sampai epidermis, dimana hanya kelenjar

keringat saja yang utuh. Tanda klinis sama dengan derajat Iia, lama sembuh

±14-21 hari. Hasil kulit pucat, mengkilap, kadang ada cikatrix atau hipertrofi.

c. Derajat III

Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis. Kulit tampak pucat, abu –

abu gelap atau hitam, tampak retak – retak atau kulit tampak terkelupas,

avaskuler, sering dengan bayangan trombosis vena, tidak disertai rasa nyeri. Lama

sembuh >21hari dan hasil kulitnya menjadi cikatrik dan hipertropi.

4. Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh

kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas tinggi. Sel darah yang ada

didalamnya ikut rusak sehingga dapat menjadi anemia. Mengingat permeabilitas

menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan serta elektrolit. Hal itu

menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka

bakar menyebakan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan,

cairan masuk kebula yang terbentuk pada luka bakar derajat III dan pengeluaran

cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Akibat luka bakar, fungsi kulit yang hilang berakibat terjadi perubahan fisiologi.

Diantaranya adalah :

a. Hilang daya lindung terhadap infeksi

b. Cairan tubuh terbuang

c. Hilang kemampuan mengendalikan suhu

d. Kelenjat keringat dan uap

e. Banyak kehilangan reseptor sensori

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah

sehingga air, natrium, klorida dan protein akan keluar dari sel dan menyebabkan

terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemo

konsentrasi. Donna (1991) menyatakan bahwa kehilangan cairan tubuh pada pasien

luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :

a. Peningkatan mineralo kortikoid

1) Retensi air, natrium dan klorida

2) Ekskresi kalium

b. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah ; keluarnya elektrolit dan protein dari

pembuluh darah.

c. Perbedaan tekan osmotik intra dan ekstrasel.

Kehilangan volume cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan

elektolit tubuh yang selanjutnya akan terlihat dari hasil laboratorium. Luka bakar akan

mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit tetapi juga mempengaruhi sistem tubuh

pasien. Seluruh sistem tubuh menunjukkan perubahan reaksi fisiologis sebagai respon

kompensasi terhadap luka bakar, yang luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk

mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi. Burn shock atau

shock luka bakar merupakan komplikasi yang sering dialami pasien dengan luka

bakar luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi. Manifestasi sistemik tubuh

terhadap kondisi ini (Burgess 1991) adalah berupa :

a. Respon kardiovaskuler

Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran

kapiler yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema

jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah

merah, penurunan perfusi pada organ mayor dan edema menyeluruh.

b. Respon renalis

Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan

GFR (laju filtrasi glomelular) mengakibatkan haluaran urine akan menurun. Jika

resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat atau terlambat

diberikan, maka akan memungkinkan terjadinnya gagal ginjal akut. Dengan

resusitasi cairan yang adekuat, maka cairan interstitial dapat ditarik kembali ke

intravaskuler dan akan terjadi fase diuresis.

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

c. Respon gastro intestinal

Respon umum yang biasa terjadi pada pasien luka bakar >20% adalah

penurunan aktifitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek

respon hipovolenik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya

perlukaan luas. Pemasangan NGT akan mencegah distensi abdomen, muntah dan

potensi aspirasi. Dengan resusitasi yang adekuat, aktifitas gastrointestinal akan

kembali normal pada 24 – 48 jam setelah luka bakar.

d. Respon imunologi

1) Respon barier mekanik

Kulit berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang penting dari

organisme yang mungkin masuk. Terjadi gangguan integritas kulit akan

memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh.

2) Respon imun seluler

5. Komplikasi

a. Burn shock (shock hipovolemik)

Merupakan komplikasi yang pertama kali dialami oleh klien dengan luka bakar

luas karena hipovolemik yang tidak segera diatasi.

b. Sepsis

Kehilangan kulit sebagai pelindung menyebabkan kulit sangat mudah terinfeksi.

Jika infeksi ini telah menyebar ke pembuluh darah, dapat mengakibatkan sepsis.

c. Pneumonia

Dapat terjadi karena luka bakar dengan penyebab trauma inhalasi sehingga rongga

paru terisi oleh gas (zat-zat inhalasi).

d. Gagal ginjal akut

Kondisi gagal ginjal akut dapat terjadi karena penurunan aliran darah ke ginjal.

e. Kontraktur merupakan gangguan fungsi pergerakan.

f. Dekubitus

Terjadi karena kurangnya mobilisasi pada pasien dengan luka bakar yang

cenderung bedrest terus.

g. Pemeriksaan Penunjang

a. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah

yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht

turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap

pembuluh darah. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi

atau inflamasi.

b. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.

Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2 )

mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

c. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan

dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan

cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila

mulai diuresis.

d. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang

dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

e. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan

interstisial atau gangguan pompa, natrium.

f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,

tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

i. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya

cedera.

j. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

k. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

h. Penatalaksanaan

1. Penanganan keperawatan :

a) Penanganan awal ditempat kejadian. Tindakan yang dilakukan terhadap luka

bakar :

1) Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan

korban berlari, anjurkan korban untuk berguling – guling atau bungkus

tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan

yang cukup berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.

2) Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban

3) Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korbam dan

oksigen bila diperlukan

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

4) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu

200C selama 15 – 20 menit segera setelah terjadinya luka bakar.

5) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air

sebanyak – banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhnya.

6) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera

lain yang menyertai luka bakar. Segera bawa korban ke rumah sakit untuk

penanganan lebih lanjut.

b) Penanganan luka bakar di unit gawat darurat. Tindakan yang harus dilakukan

terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu :

1) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B :

Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi).

2) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar.

3) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan.

4) Kaji adanya faktor – faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya

fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal

ginjal, dll)

5) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya

dipasang CVP (kolaborasi dengan dokter)

6) Pasang kateter urin

7) Pasang NGT jika diperlukan

8) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan

9) Berikan suntikan ATS / toxoid

2. Penanggulangan terhadap shock

a) mengatasi gangguan keseimbangan cairan.

1) Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah

dimodifikasi yaitu :

24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.

½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).

½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.

24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.

- Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka Bakar

• Mengatasi gangguan pernafasan

• Mengataasi infeksi

• Eksisi eskhar dan skin graft.

• Pemberian nutrisi

• Rahabilitasi

• Penaggulangan terhadap gangguan psikologis