Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

download Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

of 32

description

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

Transcript of Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    1/32

    ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

    Definisi Luka Bakar

    Luka bakar merupakan luka yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karena

    luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada

    tempatnya untuk jangka waktu yang lama (Smeltzer, 2002). Luka bakar merupakan jenis

    luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas

    ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, dan radiasi

    (en.wikipedia.org).

    Penyebab Luka Bakar

    Luka bakar dapat disebabkan oleh:

    a) Panas (misal api, air panas, uap panas)

    b) Radiasi

    c) Listrik

    d) Petir

    e) Bahan kimia (sifat asam dan basa kuat)

    f) Ledakan kompor, udara panas

    g) Ledakan ban, bom

    h) Sinar matahari

    i) Suhu yang sangat rendah (frost bite)

    (en.wikipedia.org)

    Patofisiologi Luka Bakar

    Luka bakar mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga air,

    klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang

    dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock (syok

    hipovolemik) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh

    terhadap kondisi ini adalah:

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    2/32

    a) Respon Kardiovaskuler

    Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah

    terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume

    vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.

    Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respon, sistem saraf simpatik

    akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer (vasokontriksi) dan

    frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan

    curah jantung (Smeltzer, 2002).

    b) Respon Renalis

    Ginjal berfungsi untuk menyaring darah jadi dengan menurunnya volume intravaskuler

    maka aliran darah ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun

    dan bisa berakibat gagal ginjal (Smeltzer, 2002).

    c) Respon Gastro Intestinal

    Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu ileus paralitik (tidak adanya

    peristaltik usus) dan ulkus curling. Berkurangnya peristaltik usus dan bising usus

    merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi lambung

    dan nausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan dekompresi

    lambung (dengan pemasangan sonde lambung). Perdarahan lambung yang terjadi

    sekunder akibat stres fisiologik yang masif dapat ditandai oleh darah dalam feses atau

    vomitus yang berdarah. Semua tanda ini menunjukkan erosi lambung atau duodenum

    (ulkus curling) (Smeltzer, 2002).

    d) Respon Imonologi

    Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Sebagian basis

    mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya

    gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka(Smeltzer, 2002).

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    3/32

    e). Respon Pulmoner

    Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali

    lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme dan respon lokal. Cedera pulmoner

    dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu cedera saluran napas atas terjadi

    akibat panas langsung, cedera inhalasi di bawah glotis terjadi akibat menghirup produk

    pembakaran yang tidak sempurna atau gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur

    oksida, nitrogen oksida, senyawa aldehid, sianida, amonia, klorin, fosgen, benzena, dan

    halogen. Komplikasi pulmoner yang dapat terjadi akibat cedera inhalasi mencakup

    kegagalan akut respirasi dan ARDS (adult respiratory distress syndrome) (Smeltzer,

    2002).

    Klasifikasi Luka Bakar

    a). Berdasarkan Tingkat Keseriusan Luka

    American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:

    Luka bakar mayor

    -Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada

    anak-anak

    - Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.

    - Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

    - Terdapat trauma inhalasi dan multipel injuri tanpa memperhitungkan derajat dan

    luasnya luka.

    - Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

    Luka bakar moderat

    - Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.

    -Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.

    -Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

    Luka bakar minor

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    4/32

    - Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada

    anak-anak.

    - Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.

    - Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki

    - Luka tidak sirkumfer

    - Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

    Ukuran luas luka bakar

    Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu :

    Rule of nine

    - kepala dan leher : 9%

    - Dada depan dan belakang : 18%

    - Abdomen depan dan belakang : 18%

    - Tangan kanan dan kiri : 18%

    - Paha kanan dan kiri : 18%

    -Kaki kanan dan kiri : 18%

    -Genital : 1%

    b. Berdasarkan Dalamnya Jaringan Yang Rusak

    Derajat I (Superficial partial thickness)

    -Dapat diakibatkan karena tersengat matahari, terkena api dengan intensitas yang

    rendah.

    - Bagian kulit yang terkena pada lapisan epidermis

    Derajat II (Partial thickness)

    - Dapat diakibatkan tersiram air mendidih dan terbakar oleh api.

    - Bagian yang terkena adalah lapisan dermis dan epidermis

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    5/32

    - Luka bakar derajat II dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

    * Derajat IIa yang mengenai sebagian kecil dermis

    * Derajat IIb yang mengenai sebagian besar dermis

    Derajat III (full thickness)

    -Luka bakar yang diakibatkan nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang

    lama, tersengat arus listrik.

    -Bagian yang terkena epidermis, keseluruhan dermis, dan kadang-kadang jaringan

    subkutan.

    Gejala Klinis Luka Bakar

    a). Luka bakar derajat I:

    - Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial).

    - Rasa nyeri mereda jika didinginkan

    - Kesemutan

    - Hiperestesia (super sensitivitas)

    - Penampilan luka memerah dan menjadi putih jika ditekan.

    - Minimal atau tanpa edema (tanpa bullae)

    b). Luka bakar derajat II

    -Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis

    - Hiperestesia

    - Sensitif terhadap udara dingin

    -Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.

    -Penampilan luka melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah.

    -Edema (terdapat bullae)

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    6/32

    Derajat II dangkal (superficial).

    -Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.

    -Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih

    utuh.

    - Penyembuhan spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa skin graft

    Derajat II dalam (deep).

    - Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.

    - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian

    besar masih utuh.

    -Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya

    penyembuhan lebih dari satu bulan. Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit

    (skin graft).

    c). Luka bakar derajat III

    - Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

    -Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik

    mengalami kerusakan/kematian.

    - Syok

    - Hematuria dan kemungkinan hemolisis (detruksi sel darah merah).

    - Kering: luka bakar berwarna putih atau gosong

    - Edema

    (Smeltzer, 2002).

    Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

    -Hitung darah lengkap: peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi

    sehubungan dengan perpindahan/kehilangan cairan.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    7/32

    -Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/kerusakan SDM dan

    penurunan fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.

    -Alkalin fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitiil/ganguan

    pompa natrium.

    -Urine: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam

    dan kehilangan protein.

    -Foto rontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi

    - Skan paru: untuk menentukan luasnya cedera inhalasi

    - EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.

    - BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

    - Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.

    - Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

    -Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.

    -Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.

    (Doenges, 2000)

    Penatalaksanaan

    Secara sistematik dapat dilakukan 6c: clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis,

    covering, dan comforting (contoh pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat

    dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas

    kesehatan.

    -Clothing: singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang

    menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase

    cleaning.

    - Cooling: Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir

    selama 20 menit, hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama

    pada anak dan orang tua). Cara ini efektif sampai dengan 3 jam setelah kejadian luka

    bakar. Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan

    rasa dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    8/32

    Jangan pergunakan es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut

    (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko

    hipotermia. Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram

    dengan air mengalir yang banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka

    bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari kulit baru disiram air yang

    mengalir.

    -Cleaning: Pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit.

    Dengan membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat

    dan risiko infeksi berkurang.

    -Chemoprophylaxis: Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih

    dalam dari superficial partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk

    penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh

    diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu

    menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan

    -Covering: Penutupan luka bakar dengan kasa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka

    bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya.

    Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi

    pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar.

    Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat

    penyembuhan dan meningkatkan risiko infeksi.

    -Comforting: Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri, berupa

    Paracetamol dan codein (PO-per oral) 20-30mg/kg

    Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus

    Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

    (Rosfanty, 2009)

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    9/32

    Selanjutnya pertolongan diarahkan untuk mengawasi tanda-tanda bahaya dari ABC yaitu

    - Airway and breathing

    Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwana jelaga (black

    sputum), gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar

    pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan

    pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas

    yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.

    - Circulation

    Penilaian terhadap keadaan cairan harus dilakukan. Pastikan luas luka bakar untuk

    perhitungan pemberian cairan. Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan

    bila luas luka bakar >10%. Bila kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut.

    Cairan merupakan komponen penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan

    cairan baik melalui penguapan karena kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah

    rusak dan mekanisme dimana terjadi perembesan cairan dari pembuluh darah ke

    jaringan sekitar pembuluh darah yang mengakibatkan timbulnya pembengkakan

    (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah yang banyak dan tidak tergantikan maka

    volume cairan dalam pembuluh darah dapat berkurang dan mengakibatkan

    kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi organ-organ tubuh. Cairan

    infus yang diberikan adalah cairan kristaloid (ringer laktat, NaCl 0,9%/normal Saline).

    Kristaloid dengan dekstrosa (gula) di dalamnya dipertimbangkan untuk diberikan

    pada bayi dengan luka bakar. Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan formula dari

    Parkland : 3-4 cc/kgBB/%TBSA + cairan rumatan (maintenance per 24 jam). Cairan

    rumatan adalah 4cc/kgBB dalam 10 kg pertama, 2cc/kgBB dalam 10 kg ke 2 (11-20kg)

    dan 1cc/kgBB untuk tiap kg diatas 20 kg. Cairan formula parkland (3-

    4cc/kgBB/%TBSA) diberikan setengahnya dalam 8 jam pertama dan setengah sisanya

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    10/32

    dalam 16 jam berikutnya. Pengawasan kecukupan cairan yang diberikan dapat dilihat

    dari produksi urin yaitu 1cc/kgBB/jam (Rosfanty, 2009).

    Komplikasi

    - Gagal ginjal akut

    - Gagal respirasi akut

    - Syok sirkulasi

    - Sindrom kompartemen

    - Ilius paralitik

    - Ulkus curling

    Prognosis

    Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5 tahun, dan pada dewasa dengan

    usia kurang dari 40 tahun. Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka

    bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.

    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    a) Pengkajian Luas Luka Bakar

    Metode Rule of Nines

    Gambar 4: Pengkajian Rule of Nines

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    11/32

    Sistem ini menggunakan prosentase kelipatan sembilan terhadap luas permukaan

    tubuh.

    - Adult: kepala = 9 %, tangan kanan-kiri = 18%, dada dan perut = 18%, genetalia =

    1%, kaki kanan-kiri = 36%, dan punggung = 18%

    - Child: kepala = 18%, tangan kanan-kiri = 18% , dada dan perut = 18%, kaki

    kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%

    - Infant: kepala = 18%, tangan kanan-kiri =18%, dada dan perut = 18%, kaki

    kanan-kiri = 28%, dan punggung = 18%

    b) Pengkajian Awal

    Pengkajian ini dibuat dengan cepat selama pertemuan pertama dengan pasien yang

    meliputi ABC (Airway, Breathing, dan Circulation)

    Airway

    - Data subjektif

    pasien mengeluh sesak , pasien mengeluh nyeri .

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    12/32

    - Data objektif

    terdengar suara krekels dan stridor , terdapat edema pada laring

    Breathing

    - Data subjektif

    Pasien mengeluh sesak .

    - Data objektif

    terdapat adanya gerakan otot bantu nafas , RR lebih dari 20 kali permenit, nampak

    pernafasan cuping hidung

    Circulation

    - Data subjektif

    pasien mengeluh pusing

    - Data objektif

    nadi klien meningkat > 100 x permenit .

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    13/32

    c) Pengkajian Berdasarkan 6B

    Breathing

    - Data subjektif

    Pasien mengatakan susah untuk bernafas.

    - Data objektif

    Pasien telihat sesak (RR> 20 x/menit), pernafasan cuping hidung, menggunakan otot

    bantu pernafasan

    Blood

    - Data subjektif

    Klien mengeluh pusing .

    - Data objektif

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    14/32

    Nadi klien meningkat > 100 x permenit , hematokrit meningkat , leukosit meningkat ,

    trombosit menurun.

    Brain

    - Data subjektif

    Pasien merasa pusing, pasien mengeluh nyeri kepala.

    - Data objektif

    Pasien mungkin disorientasi.

    Bladder

    - Data subjektif

    Pasien mengatakan sedikit kencing

    - Data objektif

    Haluaran urin menurun.

    Bowel

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    15/32

    - Data subjektif

    Pasien mengeluh susah BAB .

    - Data objektif

    Pasien mungkin mengalami penurunan berat badan dan konstipasi.

    Bone

    - Data subjektif

    Pasien mengeluh letih dan pegal-pegal.

    - Data objektif

    2. Disagnosa Keperawatan

    a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi mekanis laring

    dan faring

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    16/32

    b. Pola nafas tidak efektif b/d kebutuhan oksigen meningkat ditandai dengan ; DS :

    pasien mengeluh susah bernafas, DO : frekuensi napas 32 x/mnt, ada retraksi dada,

    pasien terlihat sesak napas

    c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan oksihemoglobin

    d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penguapan cairan tubuh yang

    berlebihan

    e. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan curah jantung

    f. Nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar ditandai dengan ;

    DS : pasien mengeluh nyeri, DO : wajah pasien tampak menringis, skala nyeri : 7, nadi

    meningkat sampai 120 x/ mnt

    g. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri,

    penurunan kekuatan dan tahanan otot

    h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma ;kerusakan permukaan

    kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial /luka bakar dalam)

    3. Rencana Tindakan

    a. Dx: Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanis laring dan

    faring

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    17/32

    Tujuan: setelah diberikan askep selama 1 x 10 menit diharapkan jalan nafas pasien

    efektif (paten) dengan kriteria hasil:

    - tidak ada suara nafas tambahan (snowring).

    - tidak ada dispnea

    - tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

    Intervensi:

    - Pertahankan posisi tubuh/ posisi kepala (head til-chin lift) dan gunakan jalan

    nafas tambahan bila perlu (pemasangan endotrakeal tube).

    R/: membuka jalan nafas

    - Kaji suara nafas pasien

    R/: mengetahui ada atau tidak suara nafas tambahan yang menandakan adanya

    sumbatan jalan nafas.

    - Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada.

    R/: pernafasan dangkal dan gerakan dada yang tidak simetris menandakan masih

    terdapat gangguan pernafasan.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    18/32

    - Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan

    R/: meringankan usaha untuk bernafas

    - Pasang monitor (bedside monitor: EKG, tekanan darah, nadi, frekuensi

    pernafasan, dan saturasi oksigen)

    R/: membantu dalam pemantauan setiap saat jika tiba-tiba terjadi kegawatan.

    b. Dx: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan atelektasis paru

    Tujuan: setelah diberikan askep selama 1 x 6 jam diharapkan pola nafas pasien kembali

    normal dengan kriteria hasil:

    - Pasien tidak tampak sesak

    - Pernafasan pasien teratur

    - RR dalam batas normal (30-40 x/mnt)

    - Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    19/32

    Intervensi:

    - Kaji tanda-tanda vital terutama frekuensi pernafasan

    R/: mengetahui keadaan umum pasien

    - Kaji usaha pernafasan, pengembangan dada, keteraturan pernafasan, dan

    pengggunaan otot bantu nafas

    R/: untuk mengetahui tindakan mengoptimalkan oksigen untuk bernafas.

    - Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan

    R/: meringankan usaha untuk bernafas

    c. Dx: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

    oksihemoglobin

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    20/32

    Tujuan: setelah diberikan askep selama 115 mnt diharapkan pertukaran gas kembali

    normal dengan kriteria hasil:

    - Pasien tidak tampak sesak

    - Frekuensi nafas dalam batas normal

    - Sianosis tidak ada

    - Hasil AGD dalam batas normal

    Intervensi:

    - Kaji status pernapasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi/upaya

    pernapasan/perubahan pola napas.

    R/: Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan upaya

    pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia.

    - Kaji adanya sianosis

    R/: penurunan oksigenasi bermakna (desaturasi 5 g hemoglobin) terjadi sebelum

    sianosis. Sianosis sentral dari organ hangat, contoh lidah, bibir, dan daun telinga,

    adalah paling indikatif dari hipoksemia sistemik. Sianosis perifer kuku/ekstremitas

    sehubungan dengan vasokonstriksi.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    21/32

    - Observasi kecenderungan tidur, apatis, tidak perhatian, gelisah, bingung,

    somnolen.

    R/: Dapat menunjukkan berlanjutnya hipoksemia dan/atau asidosis.

    - Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang.

    R/: Menghemat energi pasien, menurunkan kebutuhan oksigen.

    - Kaji seri foto dada.

    R/: Menunjukkan kemajuan/kemunduran kongesti paru.

    - Awasi/gambarkan seri GDA/oksimetri nadi.

    R/: Menunjukkan ventilasi/oksigenasi dan status asam/basa. Digunakan sebagai dasar

    evaluasi keefektifan terapi/indikator kebutuhan perubahan terapi.

    - Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan

    R/: meringankan usaha untuk bernafas

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    22/32

    d. Dx: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penguapan cairan tubuh

    yang berlebihan

    Tujuan: stelah diberikan askep selama 1 x 24 jam diharapkan paien tidak mengalami

    kekurangan cairan dengan kriteria hasil:

    - Tanda-tanda vital stabil

    - Produksi urine 0,5-1cc/kgBB/jam, warna jernih kekuningan, tidak ada darah

    - Intake dan output cairan tubuh pasien seimbang

    Intervensi:

    - Kaji tanda-tanda vital

    R/: mengetahui kondisi umum pasien

    - Awasi haluaran urine dan berat jenis. Observasi warna urine dan hemates

    sesuai indikasi

    R/: secara umum, penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata

    haluaran urine 30-50 ml/jam (pada oranmg dewasa). Urine dapat tampak merah

    sampai hitam, pada kerusakan otot massif sehubungan dengan adanya darah dan

    keluarnya mioglobin. Bila terjadi mioglobinuria mencolok, minimum haluaran urine

    harus 75-100 ml/jam untuk mencegah kerusakan nekrosis tubulus.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    23/32

    - Perkirakan drainase luka dan kehilangan cairan yang tak tampak

    R/: peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi, dan

    kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi volume sirkulasi dan haluaran

    urine, khususnya selama 24-72 jam pertama setelah terbakar.

    - Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan

    R/: penggantian massif/ cepat dengan tipe cairan berbeda dan fluktuasi kecepatan

    pemberian memerlukan penghitungan ketat untuk mencegah ketidakseimbangan

    dan kelebihan cairan.

    - Timbang berat badan tiap hari.

    R/: penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan

    selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam pertama selama

    penggantian cairan dapat diantisipasi untuk mengembalikan ke berat sebelum

    terbakar kira-kira 10 hari setelah terbakar.

    - Selidiki perubahan mental

    R/: penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan ketidakadekuatan

    volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral

    Kolaborasi

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    24/32

    - Pasang/pertahankan kateter urine tak menetap

    R/: memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks urine.

    Retensi urine dengan produk sel jaringan yang rusak dapat menimbulkan disfungsi

    dan infeksi ginjal.

    - Pasang/pertahankan ukuran kateter IV

    R/: memungkinkan infuse cairan cepat

    - Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin

    R/: resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/ elektrolit dan membantu

    mencgah komplikasi contoh, syok. Penggantian formula bervariasi (contoh Brook,

    Evans, Parkland) tetapi berdasarkan luasnya cedera, jumlah haluaran urine, dan BB.

    - Awasi pemeriksaan laboratorium (contoh : Hb/Ht, elektrolit, natrium urine

    random)

    R/: mengidentifikasi kehilangan darah/kerusakan SDM, dan kebutuhan penggantian

    ciran dan elektrolit. Natrium urine kurang dari 10 mEq/L diduga ketidakadekuatan

    penggantian cairan.

    - Berikan obat sesuai indikasi (diuretic : manitol /osmotrol)

    - R/: diindikasikan untuk meningkatan haluaran urine dan membersihkan tubulus

    dari debris/ mencegah nekrosis.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    25/32

    e. Dx: Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan curah

    jantung

    Tujuan: setelah diberikan askep selama 16 jam diharapkan perfusi jaringan pasien

    kembali efektif dengan kriteria hasil:

    - Sianosis tidak ada

    - Tanda-tanda vital stabil

    - Menunjukan peningkatan perfusi yang sesuai

    Intervensi:

    - Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Catat adanya bunyi jantung tambahan

    R/: Takikardia merupakan akibat hipoksemia dan kompensasi upaya peningkatan aliran

    darah dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia,

    ketidakseimbangan elektrolit, dan atau peningkatan regangan jantung kanan. Bunyi

    jantung ekstra, mis. S3 dan S4 terlihat sebagai peningkatan kerja jantung/ terjadinya

    dekompensasi.

    - Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    26/32

    R/: Kulit pucat atau sianosis, kuku, membrane mukosa dingin, kulit burik menunjukan

    vasokonstriksi perifer (shok) dan/atau gangguan aliran darah sistemik

    - Kaji tanda-tanda vital

    R/: mengetahui kondisi umum pasien

    - Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai indikasi

    R/: Peningkatan cairan berguna untuk mendukung volume sirkulasi/ perfusi jaringan.

    f. Dx : nyeri akut b/d kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar ditandai

    dengan ; DS : pasien mengeluh nyeri, DO : wajah pasien tampak menringis, skala

    nyeri : 7, nadi meningkat sampai 120 x/ mnt

    Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan nyeri pasien berkurang

    Kriteria hasil :

    * Pasien mengatakan nyeri berkurang

    * Pasien tampak relax

    * Skala nyeri = 3

    * nadi = 80-100 x/mnt

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    27/32

    Intervensi :

    - tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan

    pada udara terbuka

    R/ : suhu berubah dan gerakan udara dapat menybabkan nyeri hebat pada pemajanan

    ujung saraf

    - tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodik

    R/ : peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan pembentukan

    edema; setelah perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan

    serta risiko kontraktur sendi

    - berikan tempat tidur ayunan sesuai indikasi

    R/ : peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri

    - ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi

    R/ : gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe

    latihan tergantung pada lokasi dan luas cedera

    - pertahankan suhu linhkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup

    tubuh hangat.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    28/32

    R/ : pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakat mayor. Sumber panas eksternal

    untuk mencegah menggigil

    - kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter (skala 0-10)

    R/ : nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan atau

    kerusakan tetapi paling berat selama penggantian balutan dan debridemen.

    Perubahan lokasi/ karakter/ intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya

    komplikasi atau perbaikan kembalinya fungsi saraf.

    - Dorong ekpresi perasaan tentang nyeri.

    R/ : pertanyaan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan

    mekanisme koping.

    - Libatkan pasien dalam penentuan jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian

    obat.

    R/ : meningkatkan rasa kontrol pasien dan kekuatan mekanisme koping.

    - Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh pijatan pada area yang tidak sakit,

    perubahan posisi dengan sering.

    R/ : dukungan empati dapat membantu menghilangkan nyeri atau meningkatkan

    relaksasi.

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    29/32

    - Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, nafas

    dalam, bimbingan imajinasi, dan visualisasi.

    R/ : memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa

    kontrol yang dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.

    - Berikan analgesik sesuai indikasi.

    R/ : metode IV sering digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek otot.

    4. Evaluasi

    a. Bersihan jalan nafas pasien kembali efektif (paten)

    - tidak ada suara nafas tambahan (snowring).

    - tidak ada dispnea

    - tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

    b. Pola nafas pasien kembali efektif

    - Pasien tidak tampak sesak

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    30/32

    - Pernafasan pasien teratur

    - RR dalam batas normal (30-40 x/mnt)

    - Tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan

    c. Pertukaran gas pada pasien kembali normal

    - Pasien tidak tampak sesak

    - Frekuensi nafas dalam batas normal

    - Sianosis tidak ada

    - Hasil AGD dalam batas normal

    d. Pasien tidak kekurangan volume cairan

    - Tanda-tanda vital stabil

    - Produksi urine 0,5-1cc/kgBB/jam, warna jernih kekuningan, tidak ada darah

    - Intake dan output cairan tubuh pasien seimbang

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    31/32

    e. Perfusi jaringan kembali efektif

    - Sianosis tidak ada

    - Tanda-tanda vital stabil

    - Menunjukan peningkatan perfusi yang sesuai

    f. Nyeri akut berkurang atau hilang.

    - Melaporkan nyeri pasien berkurang/terkontrol

    - Menujukkan ekspresi wajah rileks.

    DARTAR PUSTAKA

    Anonim. 2009. Luka Bakar (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Luka_bakar, diakses 6

    November 2010).

    Anonim. 2009. Askep Combustio (Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Luka

    Bakar/Combustio. (online) (http://nursingbegin.com/askep-combustio/, diakses 6

    November 2010).

  • 5/23/2018 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Luka Bakar

    32/32

    Doenges, M E. 200. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

    Rosfanty. 2009. Luka Bakar. (online) (http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/03/luka-

    bakar.html, diakses 6 November 2010).

    Smeltzer, S.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta: EGC