Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini

12
KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINI Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Hossam, 1992). Etiologi Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebaigai berikut. 1. Trauma : amnio sintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual. 2. Peningkatan tekanan uterus, kehamilan kembar, atau poli hidronion. 3. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis streptococcus, serta bakteri vagina. 4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/selaput terlalu tipis. 5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi. 6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang pendek (kurang 25cm). 7. Multipara dan peningkatan usia ibu. 8. Defisiensi nutrisi. Manifestasi Klinis

description

askep maternitas

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Ketuban Pecah Dini

KONSEP DASAR KETUBAN PECAH DINIDefinisiKetuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi (Hossam, 1992).EtiologiPenyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah sebaigai berikut.1. Trauma : amnio sintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.2. Peningkatan tekanan uterus, kehamilan kembar, atau poli hidronion.3. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis streptococcus, serta bakteri vagina.4. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/selaput terlalu tipis.5. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.6. Kelainan pada serviks atau alat genitalia seperti ukuran serviks yang pendek (kurang 25cm).7. Multipara dan peningkatan usia ibu.8. Defisiensi nutrisi.Manifestasi KlinisIbu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan amnion/ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat terjadi korioamnionitis. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi infeksi ini adalah mula-mula dengan terjadinya takikardi pada janin. Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam. Jika ibu demam, maka diagnosis korioamnionitis dapat ditegakkan, dan diperkuat dengan terlihat adanya pus dan bau pada secret.Faktor predisposisiFaktor pencetus kejadian ketuban pecah dini harus diwaspadai jika : adanya kehamilan multiple, riwayat persalinan preterm sebelumnya, tindakan senggama : tidak berpengaruh kepada risiko, kecuali jika hygiene buruk, predisposisi terhadap infeksi, perdarahan pervaginam, bakteri dengan pH vagina di atas 4.5, servix tipis, flora vagina abnormal, kadar CRH (corticotrophin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.DiagnosaDengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior. Jangan lakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu diagnosis dan dapat mengundang infeksi.Jika mungkin lakukan : test lakmus (test nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu. Test pakis, dengan meneteskan cairan ketuuban pada obyek gelas dan biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan Kristal cairan amnion dan gambaran daun pukis.KomplikasiKomplikasi pada KPD antara lain dapat menyebabkan: infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine; persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm; komplikasi pada ibu mencakup peningkatan kejadian persalinan melalui bedah Caesar (akibat malpresentasi, prolaps tali pusat), infeksi intra amnion (15-30%) dan endometriris pasca persalinan; gawat janin dan kematian janin akiibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang); oligohidroamnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.Jenis dan penatalaksanaan KPDa. KPD saat preterm (< 37mg): insidensi 2-4% dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. KPD 34 minggu : penentuan pematangan paru-paru janin.b. KPD saat aterm (>37 minggu): insidensi 8-10% dari kehamilan cukup bulan: tatalaksana KPD aterm: tidak ada kontraindikasi terhadap tatalaksana observasi seperti gawat janin, perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya, proses melahirkan aktif, koriamnionitis. Segera induksi dengan atau tanpa pematangan servik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN KETUBAN PECAH DINIPengkajian1. Identitas ibu2. Riwayat penyakit.a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.b. Riwayat kesehatan dahulu. Adanya trauma sebelum akibat efek pemeriksaan amnion. Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual. Kehamilan ganda, polihidramnion. Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptococcus. Selaput amnion yang lemah/tipis. Posisi fetus tidak normal. Kelainan pada otot serviks/genital seperti panjang serviks yang pendek. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil kembar atau turunan kembar. 3. Pemeriksaan fisika. Kepala dan leher Mata perlu diperiksa sklera, konjungitivitas. Hidung: ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya hipersekresi mukosa. Mulut : gigi karies atau tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa gigi. Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.

b. Dada ToraksInspeksi kesimetrisan dada, jenis pernapasan torakoabdominal, dan tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan normal 16-24x/menit. Iktus cordis terlihat/tidak.Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan.Auskultasi : BJ II dan II di IC kiri / kanan. Bunyi nafas normal vesikuler. AbdomenInspeksi: ada/tidak bekas operasi, striae, dan linea.Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak.Auskultasi: DJJ ada/tidak.c. Genitalia Inspeksi: kebersihan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (red, edema, discharge, approximately); pengeluaran air ketuban (jumlah, warna, bau); dan lender merah muda kecokelatan. Palpasi: pembukaan serviks (0-4). Ekstremitas: edema, varises ada/tidak.4. Pemeriksaan diagnostica. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.b. Golongan darah dan faktor Rh.c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin.d. Tes Ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.e. Ultrasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi plasenta.f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin.

Diagnosis Keperawatan1. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasive, pemeriksaan, vagina berulang, dan rupture membrane amniotik.2. Kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit.3. Risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi premature/tidak matur.4. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/ janin.5. Risiko tinggi penyebaran infeksi/sepsis yang berhubungan dengan adanya infeksi, prosedur invasive, dan peningkatan pemahaman lingkungan.6. Risiko tinggi keracunan karena toksis yang berhubungan dengan dosis/efek samping tokolitik.7. Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan, penggunaan obat tokolitik.8. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas otot.9. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan cairan.Interensi keperawatan 1. Diagnosis 1 : reio ntinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasive, pemeriksaan vagina berulang, atau rupture membrane amniotic.Tujuan : infeksi maternal tidak terjadi.Kriteria hasil : dalam waktu 3x24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi(tidak demam, cairan amnion jernih, hamper tidak berwarna, dan tidak berbau).Intervensi dan rasional :a. Lakukan pemeeiksaan vagina awal,ulangi bila pola kontraksi atau prilaku ibu menandakan kemajuan.Rasional : pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asendens.b. Gunakan teknik aseptic selama pemeriksaan vagina.Rasional : mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi pada vagina.c. Anjurkan perawatan perineum setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi.Rasional : menurunkan resiko infeksi saluran asendens.d. Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotic.Rasional : pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning pekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.e. Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih sesuai indikasi.Rasional : dalam 4 jam setelah membrane rupture, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukkan melalui TTV.f. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dengan benar.Rasional : mengurangi perkembangan mikroorganismeg. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi. Berikan enema pembersih bula sesuai indikasi.Rasional : meski tidak boleh sering dilakukan, namun evaluasi usus dapat meningkatkan kemajuan persalinan dan menurunkan resiko infeksi.h. Berikan antibiotik profilaktik bila diindikasikan.Rasional : antibiotic dapat melindungi perkembangan korioamnionitis pada ibu beresiko.i. Dapatkan kultur darah bila gejala sepsis ada.Rasional : mendeteksi dan mengidentifikasi organism penyebab terjadinya infeksi.

2. Diagnosis 2 : gangguan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan proses penyakit.Tujuan : pertukaran gas pada janin kembali normal.Kriteria Hasil yang diharapkan dalam waktu 1x24 jam:a. Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.b. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.Intervensi dan rasionala. Pantau DJJ setiap 15-30 menit.Rasional : takikardi atau bradikardi janin adalah indikasi dari kemungkinan penurunan yang mungkin perlu diintervensi.b. Periksa DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 5 menit kemudian, observasi perineum ibu untuk mendeteksi prolaps tali pusat.Rasional : mendeteksi distress janin karena polaps alveoli.c. Perhatikan dan catat warna serta jumlah cairan amnion dan waktu pecahnya ketuban.Rasional : pada presentasi vertex, hipoksia yang lama mengakibatkan cairan amnion berwarna seperti mekonium karena rangsangan vagal yang merelaksasikan sfingter anus janin.d. Catat perubahan DJJ selama kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicarakan pada ibu/pasangan dan berikan informasi tentang situasi tersebut.Rasional : mendeteksi beratnya hipoksia dan kemungkinan penyebab janin rentan terhadap potensi cidera selama persalinan karena menurunnya kadar oksigen.e. Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi bedah bila tidak terjadi perbaikan.Rasional : dengan penurunan viabilitas mungkin memerlukan kelahiran seksio caesarea untuk mencegah cedera janin dan kematian karena hipoksia.

3. Diagnosis 3 : ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin.Tujuan: mengurangi kecemasan.Kriteria Yang Diharapkan dalam waktu 1 x24 jam :a. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektifb. Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkanPada panggul yang normal, pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan. Pada letak sungsang janin harus dilahirkan denga ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan dengan tekanan yang cukup pada fundus uteri ketika his, agar kepala janin masuk dalam rongga panggul dan segera dapat dilahirkan, bila perlu tindakan ini dapat dibantu dengan melakukan ekstraksi cunam.Pada keadaan di mana janin sudah meninggal, tidak ada alasan untuk menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan diawassi, sehingga berlangsung spontan dan tindakan hanya dilakukan jika diperlukan demi kepentingan ibu. Ibu ditidurkan dengan posisi Trendelenburg dengan harapan bahwa ketuban tidak pecah terlalu dini dan tali pusat masuk kembali ke dalam cavum uterus. Selama menunggu, denyut jantung janin diawasi dengan saksama, sedangkan kemajuan persalinan hendaknya selalu dinilai dengan pemeriksaan dalam untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.

Implementasi keperawatanImplementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

Evaluasi keperawatanMerupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.