asuhan keperawatan oksigenasi

download asuhan keperawatan oksigenasi

of 94

Transcript of asuhan keperawatan oksigenasi

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    1/94

    ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

    I. PENGERTIAN OKSIGENASI

    Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1

    atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

    II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI

    1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

    2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

    3. Untuk menurunkan kerja jantung

    III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

    A. Saluran Nafas Atas1. Hidung

    Terdiri atas bagian eksternal dan internal

    Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

    Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung

    kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

    Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung

    vaskular yang disebut mukosa hidung

    Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus

    menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

    Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru

    Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan

    udara yang dihirup ke dalam paru-paru

    Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori

    terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

    2. Faring

    Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan

    rongga mulut ke laring

    Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring

    (laringofaring)

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    2/94

    Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

    3. Laring

    Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring

    dan trakea

    Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

    - Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan

    - Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

    - Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk

    jakun (Adam's apple)

    - Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di

    bawah kartilago tiroid)

    - Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

    - Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita

    suara melekat pada lumen laring)

    Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

    Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan

    memudahkan batu

    4. Trakea

    Disebut juga batang tenggorok

    Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

    B. Saluran Nafas Bawah

    1. Bronkus

    Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

    Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)

    Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri

    terbagi menjadi 9 bronkus segmental

    Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang

    dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

    2. Bronkiolus

    Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

    Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk

    selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

    3. Bronkiolus Terminalis

    Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    3/94

    kelenjar lendir dan silia)

    4. Bronkiolus respiratori

    Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

    Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan

    jalan udara pertukaran gas

    5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar

    Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar

    Dan kemudian menjadi alveoli

    6. Alveoli

    Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

    Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2

    Terdiri atas 3 tipe :

    - Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli

    - Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan

    (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

    - Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja

    sebagai mekanisme pertahanan

    PARU

    Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

    Terletak dalam rongga dada atau toraks

    Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa

    pembuluh darah besar

    Setiap paru mempunyai apeks dan basis

    Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris

    Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

    Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen

    bronkusnya

    PLEURA

    Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis

    Terbagi mejadi 2 :

    - Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

    - Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

    Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    4/94

    memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah

    pemisahan toraks dengan paru-paru

    Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah

    kolap paru-paru

    IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

    Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan

    lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).

    Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

    1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau

    sebaliknya.

    Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara

    atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume

    paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

    a. Tekanan udara atmosfir

    b. Jalan nafas yang bersih

    c. Pengembangan paru yang adekuat

    2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler

    paru-paru.

    Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke

    darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan

    dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang

    disebut membran respirasi.

    Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi

    sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli

    dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

    a. Luas permukaan paru

    b. Tebal membran respirasi

    c. Jumlah darah

    d. Keadaan/jumlah kapiler darah

    e. Afinitas

    f. Waktu adanya udara di alveoli

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    5/94

    3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan

    sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.

    Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus

    ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan

    berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai

    oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

    a. Curah jantung (cardiac Output / CO)

    b. Jumlah sel darah merah

    c. Hematokrit darah

    d. Latihan (exercise)

    V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN

    Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

    1. Tahap Perkembangan

    Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi

    cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.

    Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang

    berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak

    diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan

    pola napas.

    2. Lingkungan

    Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin

    rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya

    individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga

    kedalaman pernapasan yang meningkat.

    Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan

    mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan

    mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.

    Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya

    meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga

    mengurangi kebutuhan akan oksigen.

    3. Gaya Hidup

    Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    6/94

    demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat

    yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

    4. Status Kesehatan

    Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen

    yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem

    kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.

    Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya

    terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi

    oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida

    maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

    5. Narkotika

    Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi

    pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,

    perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

    6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

    Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi

    pernapasan yaitu :

    a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

    b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

    c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

    Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan

    napas.

    Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi

    sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas

    oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-

    bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak

    adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang

    berakumulasi didalam darah.

    Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa

    yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang

    adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia

    hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut

    biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

    7. Perubahan pola nafas

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    7/94

    Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit

    perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang

    terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung

    meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan

    berdiri seperti pada penderita asma.

    8. Obstruksi jalan napas

    Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di

    sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring

    atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang

    jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk

    disaluran napas.

    Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran

    napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan

    intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi

    sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

    VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

    1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)

    Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun

    psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan

    pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat

    berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

    2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

    Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat

    perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung

    unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

    3. Riwayat perkembangan

    a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt

    b. Bayi : 44 x/mnt

    c. Anak : 20 - 25 x/mnt

    d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt

    e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

    4. Riwayat kesehatan keluarga

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    8/94

    Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit

    yang sama.

    5. Riwayat sosial

    Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,

    rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

    6. Riwayat psikologis

    Disini perawat perlu mengetahui tentang :

    a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya

    b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup

    c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi

    d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

    7. Riwayat spiritual

    8. Pemeriksaan fisik

    a. Hidung dan sinus

    Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,

    darah), kesimetrisan hidung.

    Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

    b. Faring

    Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

    c. Trakhea

    Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah

    trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea

    dapat diketahui.

    d. Thoraks

    Inspeksi :

    Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi

    elevasi ke atas.

    Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk

    bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1).

    Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2

    Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai

    dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat

    menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan

    dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    9/94

    mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau

    perbandingannya 1 : 1.

    Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung

    melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung

    berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.

    Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan

    klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam

    dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat,

    frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya

    kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.

    Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara

    dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah

    hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan

    yang lambat.

    Perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu

    pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu

    pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.

    Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler,

    ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian

    menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang

    cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya

    tidak teratur dan diselingi periode apnea.

    Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap

    dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya

    bila dalam posisi duduk atau berdiri.

    Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang

    terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering

    dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang

    bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi,

    ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.

    Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk

    yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi,

    ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah

    Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    10/94

    denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60

    x/mnt.

    Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,

    ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.

    Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan

    jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah

    oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam

    jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada

    mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah

    clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu

    yang lama.

    Palpasi :

    Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan,

    kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.

    Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal

    selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding

    dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara

    pria besar

    VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan

    kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

    2. Pola napas tidak efektif

    3. Gangguan pertukaran gas

    4. Penurunan kardiak output

    5. Rasa berduka

    6. Koping tidak efektif

    7. Perubahan rasa nyaman

    8. Potensial/resiko infeksi

    9. Interaksi sosial terganggu

    10. Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

    1. Bersihan jalan napas tidak efektif

    Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    11/94

    Tanda-tandanya :

    Bunyi napas yang abnormal

    Batuk produktif atau non produktif

    Cianosis

    Dispnea

    Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

    Kemungkinan faktor penyebab :

    Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi

    Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)

    Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada

    Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan

    Hilangnya kesadaran akibat anasthesi

    Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran

    Immobilisasi

    Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

    2. Pola napas tidak efektif

    Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat

    Tanda-tandanya :

    Dispnea

    Peningkatan kecepatan pernapasan

    Napas dangkal atau lambat

    Retraksi dada

    Pembesaran jari (clubbing finger)

    Pernapasan melalui mulut

    Penambahan diameter antero-posterior

    Cianosis, flail chest, ortopnea

    Vomitus

    Ekspansi paru tidak simetris

    Kemungkinan faktor penyebab :

    Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri

    Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi

    Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru

    CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli

    Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    12/94

    Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial

    atau oedema

    Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

    3. Gangguan pertukaran gas

    Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis

    respiratori.

    4. Penurunan kardiak output

    Tanda-tandanya :

    Kardiak aritmia

    Tekanan darah bervariasi

    Takikhardia atau bradikhardia

    Cianosis atau pucat

    Kelemahan, vatigue

    Distensi vena jugularis

    Output urine berkurang

    Oedema

    Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

    Kemungkinan penyebab :

    Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner, penyakit jantung

    Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi alergi dan reaksi kegagalan

    jantung

    Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit

    Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam darah

    VIII. RENCANA KEPERAWATAN

    1. Mempertahankan terbukanya jalan napas

    A. Pemasangan jalan napas buatan

    Jalan napas buatan (artificial airway) adalah suatu alat pipa (tube) yang dimasukkan ke dalam

    mulut atau hidung sampai pada tingkat ke-2 dan ke-3 dari lingkaran trakhea untuk

    memfasilitasi ventilasi dan atau pembuangan sekresi

    Rute pemasangan :

    Orotrakheal : mulut dan trakhea

    Nasotrakheal : hidung dan trakhea

    Trakheostomi : tube dimasukkan ke dalam trakhea melalui suatu insisi yang diciptakan pada

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    13/94

    lingkaran kartilago ke-2 atau ke-3

    Intubasi endotrakheal

    B. Latihan napas dalam dan batuk efektif

    Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi

    Cara kerja :

    Pasien dalam posisi duduk atau baring

    Letakkan tangan di atas dada

    Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang

    Tahan napas untuk beberapa detik

    Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut dampai dada berkontraksi

    Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali

    Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan

    secara cepat disertai batuk yang bersuara

    Ulangi sesuai kemampuan pasien

    Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas

    operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya

    luka insisi dan mengurangi nyeri

    C. Posisi yang baik

    Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena

    isi abdomen tidak menekan diafragma

    Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi

    dan latihan

    D. Pengisapan lendir (suctioning)

    Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction

    dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

    E. Pemberian obat bronkhodilator

    Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan

    spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.

    Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap

    atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

    2. Mobilisasi sekresi paru

    A. Hidrasi

    Cairan diberikan 2secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang

    banyak - 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    14/94

    B. Humidifikasi

    Pengisapan uap panas untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.

    C. Postural drainage

    Adalah posisi khuus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam

    pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea,

    dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.

    Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.

    Tekniknya :

    Sebelum postural drainage, lakukan :

    - Nebulisasi untuk mengalirkan sekret

    - Perkusi sekitar 1 - 2 menit

    - Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode

    Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

    3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru

    A. Latihan napas

    Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan

    efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan

    Jenis latihan napas :

    Pernapasan diafragma

    Pursed lips breathing

    Pernapasan sisi iga bawah

    Pernapasan iga dan lower back

    Pernapasan segmental

    B. Pemasangan ventilasi mekanik

    Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke

    ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam

    periode yang lama.

    Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

    C. Pemasangan chest tube dan chest drainage

    Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau

    lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan

    dihubungkan ke sistem drainage.

    Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks,

    flail chest.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    15/94

    Tujuannya :

    Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan

    rongga mediastinum

    Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi

    pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam

    rongga pleura.

    Tipenya :

    a. The single bottle water seal system

    b. The two bottle water

    c. The three bottle water

    4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia

    Dengan pemberian O2 dapat melalui :

    Nasal canule

    Bronkhopharingeal khateter

    Simple mask

    Aerosol mask / trakheostomy collars

    ETT (endo trakheal tube)

    5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output

    Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :

    A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas

    B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung

    C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan

    Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :

    a. Health promotion

    Ventilasi yang memadai

    Hindari rokok

    Pelindung / masker saat bekerja

    Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)

    Pakaian yang nyaman

    b. Health restoration and maintenance

    Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret

    Teknik batuk dan postural drainage

    Suctioning

    Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    16/94

    Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi

    lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM

    Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat,

    hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi

    Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah

    dikunyah dan dicerna

    Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan

    Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis

    Terapi O2

    Terapi ventilasi

    Drainage dada

    IX. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

    Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan

    kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.

    http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-kebutuhan-

    oksigenasi.html

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    17/94

    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

    KEBUTUHAN OKSIGEN

    A. Kebutuhan OksigenKapasitas ( daya muat ) udara dalam paru-paru adalah 4500 sampai 5000 ml. Udara

    yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10 % ( 500 ml ), yakni yang dihirup (

    inspirasi ) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.

    Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dassr pada manusia, yaitu

    kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenitas ditunjukan untuk menjaga

    kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan

    aktivitas bagi berbagai organ dan sel.

    B. Konsep Dasar Oksigenasi

    Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem ( kimia atau fiiska).

    Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan

    dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air.

    Akan tetapi penambahkan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan

    memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

    C. Organ-Organ Pernapasan

    Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi

    pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan.

    1. Hidung

    Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup

    udara melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus

    dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau bendalainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara

    sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap.

    Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain.

    Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Gas-gas tersebut

    ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan darah. Selain

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    18/94

    sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif.

    Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang

    beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit

    lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.

    2. Tenggorokan (Trakea)

    Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu

    pipa yang dimulai dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan

    cabang batang tenggorokan (bronkus).

    Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui

    faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara

    rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui

    laring, udara selanjutnya menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang

    tenggorokan ini terdapat suatu katup epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara

    membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup pada saat menelan makanan.

    Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju

    lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan makanan

    masuk ke paru-paru dan tenggorokan. Oleh karenanya, hindarilah makan sambil

    berbicara. Pada laring, di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati

    pita suara, pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Hal ini terjadi ketika

    berbicara.

    3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

    Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi

    menjadi dua, yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus

    bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada

    gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi

    oksigen ke dalam darah. Oleh karena itu, dinding alveolus mengandung banyak

    kapiler darah.

    4. Paru-paru

    Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut

    terdapat suatu pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar

    pembatas, tetapi berperan juga dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi

    paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-paru pada dasarnya merupakan cabang-

    cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung. Gelembunggelembung tersebut

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    19/94

    disebut alveoli (tunggal: alveolus). Dalam alveoli inilah sesungguhnya terjadi

    pertukaran gas-gas. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri

    hanya dua belahan. Paru-paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. Agar lebih

    jelas, perhatikan gambar penampang sistem pernapasan manusia berikut ini.

    D. Proses Pernapasan

    Saat bernapas, menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup mengandung

    oksigen dan juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan,

    kemudian ke dalam paru-paru. Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang

    merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar

    dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah

    alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin.

    Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh.

    Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang

    dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen.

    Selanjutnya, darah mengangkut karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus

    paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan napas.

    Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta

    mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma

    berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu,

    otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot

    tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada

    berkurang dan udara masuk. Saat kamu mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-

    otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di

    dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu diingat, bahwa udara

    mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.

    Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;

    1. Vertilisasi

    Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli

    ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh:

    a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.

    b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    20/94

    c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan

    ekspansi atau kembang kempis.

    Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dipengaruhi oleh proses

    vertilisasi

    2. Refusi, Penyaluran oksigen oleh darah keseluruh kapiler pulmonalis

    3. Difusi, Pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan karbon

    dioksida dari kapiler ke alveoli. Proses ini dipengaruhi oleh:

    a. Luasnya permukaan paru-paru.

    b. Tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan

    interstisial.

    c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen.

    d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

    4. Transportasi, Proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan

    karbon dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh:

    a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.

    b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivasi seperti olahraga, dan lain-lain.

    E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

    1. Faktor Fisiologis

    gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen

    seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernafasannya.

    PenurunZan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk

    membawa O2 ke jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah

    sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita

    anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan

    penurunan kapasitas pengikatan O2.

    Penurunan konsentrasi O2 inspirasi.Z Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan

    alat terapi pernafasan dan penurunann kadar O2 lingkungan.

    Hipovolemia, kondisi iniZ disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat

    kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan ( misal pada penderita syok atau

    dehidrasi berat ).

    Peningkatan laju Metabolik, kondisi ini dapat terjadiZ pada kasus infeksi dan demam

    yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya

    tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    21/94

    Kondisi lainnya,Z kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti

    kehamilan, obesitas, abnornalitas musculus sceletal ( misal pectus excavatum dan

    kifosis ), trauma, penyakit otot, penyakit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat dan

    penyakit kronis.

    2. Status Kesehatan

    Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang

    cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada kondisi sakit tertentu,

    proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan

    kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain: gangguan pada sisten

    pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernafasan atas,

    dll.

    3. Faktor Perkembangan

    Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem

    pernafasan individu.

    Z Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran

    serupa hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang

    membatasi ujung saluran pernafasan.

    Bayi danZ anak-anak. Beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti

    faringitis, influenza, tinsilitis, dan aspirasi benda asing ( misal makanan, permen, dan

    lain-lain )

    Anak usia sekolah dan remaja. Beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat

    kebiasaan buruk, seperti merokok.Z

    Z Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak

    sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resikopenyakit jantung dan paru pada usia ini.

    Z Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada

    fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus,

    dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru

    sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    22/94

    4. Faktor Perilaku

    Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernafasannya. Status

    nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolah raga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-

    zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan

    oksigen tubuh.

    Nutrisi. Kondisi berat badanZ berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru,

    sedangkan mal nutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang akan

    mengurangi kkeuatan kerja pernafasan

    Olah Raga. Latihan fiisk akanZ meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung,

    dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang meningkatkan kebutuhan oksigen.

    Z Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan

    dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:

    o Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan syaraf pusat

    sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.

    o Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat

    mendepresi pusat pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.

    Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marahZ yang tidak terkontrol akan merangsang

    aktivitas syaraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan

    frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat

    Gaya hidup. Kebiasaan merokokZ dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

    oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan

    penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa

    mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.

    5. Lingkungan

    Z Suhu. Faktor suhu ( panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau

    kekuatan ikatan Hb dan O2. dengan kata lain, suhu lingkungan juga mempengaruhi

    kebutuhan oksigen seseorang.

    Z Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara

    sehingga tekanan oksigen juga ikut menurun. Akibatnya orang yang tinggal di dataran

    yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut

    jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan mengalami peningkatan tekanan

    oksigen

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    23/94

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    24/94

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    25/94

    Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik

    Hindari penggunaan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis

    Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen

    1. Penatalaksanaan Sumber Oksigen

    Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan batang oksigen.

    a. Sumber Dinding, penata laksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding

    meliputi

    Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat

    Isi botol dengan kain steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter

    Pasangkan alat yang akan digunakan pada selang atau saluran oksigen.

    b. Tabung, meliputi :

    Lepas penutup pelindung tabung

    Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk

    membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan

    dengan hati-hati sebab tindakan teersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.

    Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggris

    atau tang.

    Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai

    terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.

    Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)

    Isi botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya

    Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

    2. Pemberian Terapi Oksigen

    Metode Pemberian Oksigen dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

    1. Sistem Aliran Rendah

    Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,

    menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan

    volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih

    mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume

    Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.

    Contoh sistem aliran rendah adalah :

    1. Kanula nasal

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    26/94

    2. Kateter nasal

    3. Sungkup muka sederhana,

    4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing,

    5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

    a. Kateter Nasal

    Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu

    dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

    - Keuntungan

    Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan

    nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan

    kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat

    terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat

    menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah

    tersumbat.

    b. Kanul Nasal

    Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan

    aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.

    - Keuntungan

    Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,

    pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak,

    berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen

    berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul

    hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.

    Kanul Nasal

    c. Sungkup Muka Sederhana

    Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8 liter/mnt dengan

    konsentrasi oksigen 40 60%.

    - Keuntungan

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    27/94

    Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem

    humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat

    digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan

    penumpukan CO2 jika aliran rendah.

    d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :

    Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80% dengan

    aliran 8 12 liter/mnt

    - Keuntungan

    Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan

    selaput lendir

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat

    menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

    e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing

    Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8

    12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi

    - Keuntungan :

    Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput

    lendir.

    - Kerugian

    Kantong oksigen bisa terlipat.

    masker non rebreathing

    2. Sistem Aliran Tinggi

    Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe

    pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang

    lebih tepat dan teratur.

    Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.

    Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan

    menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen

    sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara

    yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 liter/mnt

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    28/94

    dengan konsentrasi 30 55%.

    - Keuntungan

    Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan

    tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas

    dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2

    - Kerugian

    Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat

    menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

    H. Pernafasan Buatan

    Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar

    atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan

    sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam

    waktu yang sangat singkat (Rahmad, 2009).

    Prinsip utama RJP adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak

    berdetak (Henti Jantung)

    1. Orang yang tidak bernafas

    Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan

    dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan

    Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:

    Tenggelam

    Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)

    Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)

    Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)

    Overdosis obat-obatan

    Tersengat listrik

    Infark miokard (Serangan Jantung)

    Tersambar petir

    Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)

    Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa

    menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya,

    jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban

    dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    29/94

    2. Henti jantung

    Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah.

    Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan

    oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan

    terjadinya henti jantung.

    Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Ada dua prinsip penting, yaitu:

    Jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan

    partama yang selanjutnya perlu tindakan medis

    Pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan

    primer.

    a. Pemeriksaan Primer

    Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat

    mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C,

    yaitu :

    A airway (jalan napas)

    B breathing (bantuan napas)

    C circulation (bantuan sirkulasi)

    Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur

    awal pada korban/pasien, yaitu :

    1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong

    2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam

    keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan

    kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu

    korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang

    berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.

    3. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon

    terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak Tolong !!! untuk

    mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.

    4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif,

    korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata

    dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi

    korban ke posisi terlentang. penolong harus membalikkan korban sebagai satu

    kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    30/94

    sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur

    yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.

    5. Mengatur posisi penolong. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat

    memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau

    menggerakkan lutut.

    AIRWAY (Jalan Napas)

    Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan

    tindakan :

    Pemeriksaan jalan napas

    Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh

    benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa

    cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan

    sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan

    menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik

    Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut

    korban.

    Membuka jalan napas

    Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban

    tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink

    dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas

    oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild

    chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah).

    BREATHING (Bantuan napas)

    Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2

    kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :

    1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.

    Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan

    merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan

    telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan

    napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.

    2. Memberikan bantuan napas.

    Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    31/94

    mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan)

    dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang

    dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 2 detik dan volume udara yang

    dihembuskan adalah 7000 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien

    terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan

    menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen

    yang dapat diberikan hanya 16 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon

    dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.

    Cara memberikan bantuan pernapasan :

    o Mulut ke mulut

    Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan

    efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan

    hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam

    terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban

    dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga

    penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari

    telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang

    diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 1000 ml (10 ml/kg). Volume

    udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara

    memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.

    o Mulut ke hidung

    Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak

    memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka

    yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup

    mulut korban/pasien.

    o Mulut ke Stoma

    Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang

    menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan

    pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

    CIRCULATION (Bantuan sirkulasi)

    Terdiri dari 2 tahapan :

    1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.

    Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    32/94

    karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk

    dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea,

    kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 2 cm raba

    dengan lembut selama 5 10 detik.

    Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban

    dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan

    korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas

    pertahankan jalan napas.

    2. Memberikan bantuan sirkulasi.

    Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan

    sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik

    sebagai berikut :

    o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri

    sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).

    o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas.

    Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam

    memberikan bantuan sirkulasi.

    o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan

    di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada

    korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.

    o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan

    tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali

    kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 2 inci (3,8 5 cm).

    o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan

    mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang

    waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat

    melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).

    o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada

    saat melepaskan kompresi.

    o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30

    kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.

    Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 80

    mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output)

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    33/94

    hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien

    dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi

    (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.

    I. Nilai Normal Respiratory Rate ( RR )

    Respiratory rate (RR) alias tingkat respirasi, ventilasi paru-paru atau ventilasi menilai

    rate, adalah jumlah napas makhluk hidup, seperti manusia, mengambil dalam jangka

    waktu tertentu (sering diberikan dalam napas per menit). Hanya ada penelitian

    terbatas pada pemantauan tingkat pernapasan, dan penelitian ini berfokus pada isu-isu

    seperti ketidaktepatan pengukuran tingkat pernapasan dan laju pernafasan sebagai

    penanda untuk disfungsi pernafasan.

    Laju respirasi menilai biasanya diukur ketika seseorang beristirahat. Melibatkan

    menghitung jumlah napas dalam satu menit dengan menghitung berapa kali dada

    meningkat. Tingkat pernapasan dikenal untuk meningkatkan dengan demam atau

    penyakit atau kondisi medis lainnya. Jika individu memiliki kesulitan dalam bernapas,

    yang perlu dicatat. Nilai tingkat pernapasan sebagai indikator memiliki nilai yang

    terbatas.

    Sebuah metode sistematis dilatih pernapasan dikenal untuk menurunkan tingkat

    respirasi di jantung pasien dan membantu mereka untuk menjaga kadar oksigen darah

    yang sehat. Rata-rata rentang usia pernapasan diberikan di bawah ini:

    Bayi yang baru lahir - Rata-rata 44 napas per menit

    Bayi - 20-40 napas per menit

    Anak-anak pra sekolah - 20-30 napas per menit

    Anak-anak - 16-25 napas per menit

    Dewasa - 12-20 napas per menit

    Dewasa selama latihan berat - 35-45 napas per menit

    Atlet puncak - 60-70 napas per menit

    http://rismalia.blogspot.com/2010/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-

    dengan.html?zx=eacd260c7c58f6ba

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    34/94

    Askep kebutuhan oksigen

    Oleh :

    Ajeng Dian Fiqih

    Anggraini Tri Saputri

    Arif Kurniawan

    Arna Bintaria

    KONSEP KEBUTUHAN OKSIGEN

    Pengertian

    Oksigen adlh zat atau gas yg tdk brwarna, tdk ada rasa dan mdh trbakar. Terapi oksigen

    slh st tndkan dlm menangani tindakan g3an oksigenasi

    Tujuan terapi oksigen

    1. me(-)i atau mengatasi hipoksemia atau hipoksia

    2. me(-)I respon kompensasi

    3. meneggkan diagnosis dr prtukaran gas

    Indikasi

    1. Keadaan hipoksemia atau hipoksia

    2. Vase akut penyakit jantung dan pernapasan

    3. Gagal nafas akut

    4. Syok

    5. Selama dan sesudah operasi

    6. Anemi yang berat

    7. Peningkatan. Kebutuhan oksigen atau metabolisme

    Gejala Klinis

    SSP

    - Ketidaksadaran, Bingung / gelisah, mudah terangsang, keringat meningkat

    Kardiovaskuler

    - Peningkatan co2, peningkatan tensi diiikuti penurunan tekanan darah bila tdk dpt

    trtanggulangi

    Pernapasan

    - RR meningkt, Dipsnea, Cuping hdng, Penggunaan otot bantu pernapasan

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    35/94

    Sianosis

    - Hipoksia dan hipoksemia

    5. Macam2 pemberian O2

    a. Kanul Nasal

    b. Kateter Nasal

    c. Pemasangan masker

    Pengkajian

    Biodata : nama,umur, jenkel,agama,alamat,status perkawinan, pendidikan, tgl MRS, diagnosa

    medis

    Keluhan utama : sesak nafas

    Riwayat penyakit sekarang

    K sesak slkah melkukan aktivitas , hwa dingin, adax bnda asing , trauma dada, K tdk dpt

    beraktifitas , sesak sprti trtekan benda brat t.u dsaluran pernafasn bawah drsa saat istirahat /

    aktivitas.

    Upaya yg dlkukan adlh dbwa kedokter praktek, diberi obat oleh keluarga coz sesak tdk

    ber- dbwa ke RS & dberi terapi O2, terpai infus dan obat

    Riwayat Penyakit Masa Lalu

    Asma, dekompensasi cordis, TBC , dan sudah diberikan terapi coz jrg atau tdk kontrol

    penyakit kambuh lg.

    Riwayat Keluarga

    Ada anggota keluarga yg menderita penyakit yg sm / asma

    Aspek Psikologis

    Pola Kebiasaan Sehari-hari

    a. Nutrisi

    K yg mengalami sesak nafsu mkan menurun smpai anorexia, sebah , mual, muntah akibat

    peningkatan asam lambung

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    36/94

    b. Eliminasi Urin

    frekuensi BAK meningkat

    c. Kebersihan Diri

    d. Pola Aktivitas

    e. Pola istirahat tidur

    Pemeriksaan Fisik

    a. KU : gelisah,berkerngat bxk, nmpak sianosis,

    b. Kesadaran : composmetis,sesak berat K apatis

    c. TTV : RR meningkat, N meningkat, tensi meningkat, ditandai dng kontraksi jantung,

    d. Pemeriksaan fisik

    1. kepala dan rambut

    2. mata : conjunctiva anemis

    3. hidung : pernafasan cuping hdng

    4. mulut : Bibir sianosis mukosa kering

    5. telinga : sianosis

    6. Leher : JVP meningkat

    7. dada :

    1. pemeriksaan pernafasan : inspeksi ( bentuk dada barel chest ) menggunakan otot

    bantu prnafasan , tmpk retraksi intercosta RR > 24 x /mnt, pernafasan abdominal

    Palpasi : slh st paru K menglami ketinggalan grk ( sesak coz tmor) , vokal premitus

    meningkat (pneumoni), vokal premitus menurun (pneumo torax)

    Perkusi : normal sonor , bila redup ada tumor, ateletaksis dan hipersonor bila K mengalami

    emphysema, pniumotorax

    Askutasi : rales karena TBC dan pneumoni, ronchi pd decompensasi cordis, wezing pd sesak

    coz asma , edema saluran nafas dan adax bnda asing pd saluran nafas

    Pemeriksaan jantung

    a. Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS 5 mid klavicula sinestra

    b. Palpasi : Thrill

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    37/94

    c. Perkusi : pembesaran jantung kekiri dan kebawah

    d. Auskultasi : Bising jantung sistol ( stenosis katup aorta atau insufisiensi katup mitral) ,

    bising diastol (stenosis katup mitral atau isufisiensi katup aorta ) dan adax bunyi jantung 3 pd

    dikom cordis

    Abdomen

    a. Inspecsi

    b. Auskultasi

    c. Perkusi

    d. Palpasi : nyeri tekan pengaruh patologis penyakit

    Genitalia

    Ekstremitas : sianosis

    Pemeriksaan penunjang

    a. laboratorium :

    - AGD : Pco2 > 45 mmHg, pHco3 < 22 mmHg, Pco2 < 80 mmHg, saturasi oksigen < 95

    - Hb < 10 gr %

    - Rontgen

    - Bronchus copy

    - Biopsi Paru

    - Pemeriksaan Sputum

    Diagnosa Keperawatan

    Ketidakefektifan bersihan jalan nafas B.D :

    - Penumpukan sputum sekunder infeksi mikro organisme

    - adanya benda asing

    - edema dan spasme bronchus / trachea

    - batuk tidak efektif sekunder penyakit saraf ( GBS, stroke )

    Perencanaan

    -7an : meningkatkan & mempertahankan kefektifan jln nafas

    -Kriteria hasil : bunyi nafs trdengar bersih, ronchi, reles wezing tdk ada, frekuensi irama

    nafas normal, batuk efektif, tdk menggunakan otot bntu pernafasan

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    38/94

    Intervensi

    1. Atur posisi klien semifowler

    2. Latih nafas dalam & btauk efektiv ( 5 : 1) tiap 2 jam bila kondisi K baik

    3. Pertahankan Hidrasi yg adekuat .jk tdk ada kontraindikasi

    4. Berikan obat mukolitik / nebulizer s.i program

    5. Lakukan fisio terapi dada

    6. Lakukan pengisapan atau section bl batuk tdk efektiv

    7. Kaji suara nafas dan obs TTV

    8. Kolaborasi dng tim medis

    a. Pemberian antibiotik

    b. Pemberian oksigen

    c. Pemberian vasodilator / aminophilin

    9. Monitor & pertahankan humidifikasi yg adekuat

    Ketidakefektifan Pola nafas B.D depresi sesak nafas, efek obat anestesi, penurunan O2 dlm

    udara inspirasi, kecemasn ditandai dng : frekuensi pernafasan abnormal, orthopnea, takipnea,

    bradipnea, hipo / hiper ventilasi

    Perencanaan :

    7an : meningkatkan dan mempertahankan pola nafas efektiv

    Intervensi : u/ hiperventilasi

    1. alihkan perhatian individu dr keadaan cemas

    2. pertimbangkan penggunaan kantong jka brmaksud mengeluarkan udara

    3.jelaskan cara mengatasi hiperventilasi mell kontrol pernafasan

    4. Diskusikan penyebab

    5. Obs TTV

    6. berikan O2 S.I program

    Intervensi : u/ hipoventilasi

    1.berikan o2 dng / sesuai program

    2. Obs TTV

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    39/94

    3. Monitor dan perthankan humidifikasi yg kuat

    4. ajarkan individu u/ mmprgunakan balon tiup

    5. ajarkan nafas dlm & batuk efektiv

    6. berikan alat bantu pernafasan

    Gangguan pertukaran gas berhubungan dng

    Infeksi pd alveoli

    Adax cairan pd rongga pleura

    Odema pulmonal sekunder

    Dekom cordis

    Ditandai :

    dipsnea saat melakukan latihan, bingung, keletihan, AGD PO2 menurun, Pco2 naik

    sianosis

    Perencanaan

    7an : meninngkatkan & memperthankan pertukaran gas yg adekuat

    Kriteria hasil : sianosis tdk ada, gas drh arteri normal, dispenia tdk ada

    Intervensi

    1. Mengatur posisi fowler / semifowler

    2. Berikan o2 s.i program pertahankan humidifier adekuat

    3. tingkatkan aktivitas secara bertahap

    4. kolaborasi dng tim medis ttg pemberian terapi

    http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-kebutuhan-

    oksigen.html

    Asuhan keperawatan Oksigenasi

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    40/94

    I. PENGERTIAN OKSIGENASI

    Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1

    atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

    II. TUJUAN PEMBERIAN OKSIGENASI

    1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

    2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

    3. Untuk menurunkan kerja jantung

    III. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

    A. Saluran Nafas Atas

    1. Hidung

    Terdiri atas bagian eksternal dan internal

    Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

    Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung

    kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum

    Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung

    vaskular yang disebut mukosa hidung

    Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terusmenerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia

    Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru

    Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan

    udara yang dihirup ke dalam paru-paru

    Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori

    terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia

    2. Faring

    Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan

    rongga mulut ke laring

    Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    41/94

    (laringofaring)

    Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

    3. Laring

    Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faringdan trakea

    Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

    - Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan

    - Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

    - Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk

    jakun (Adam's apple)

    - Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di

    bawah kartilago tiroid)- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

    - Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita

    suara melekat pada lumen laring)

    Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

    Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan

    memudahkan batu

    4. Trakea

    Disebut juga batang tenggorok

    Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina

    B. Saluran Nafas Bawah

    1. Bronkus

    Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri

    Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)

    Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri

    terbagi menjadi 9 bronkus segmental

    Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang

    dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf

    2. Bronkiolus

    Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    42/94

    Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk

    selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

    3. Bronkiolus Terminalis

    Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyaikelenjar lendir dan silia)

    4. Bronkiolus respiratori

    Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori

    Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan

    jalan udara pertukaran gas

    5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar

    Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar

    Dan kemudian menjadi alveoli

    6. Alveoli

    Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2

    Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2

    Terdiri atas 3 tipe :

    - Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli

    - Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan

    (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

    - Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja

    sebagai mekanisme pertahanan

    PARU

    Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut

    Terletak dalam rongga dada atau toraks

    Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapapembuluh darah besar

    Setiap paru mempunyai apeks dan basis

    Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris

    Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    43/94

    Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen

    bronkusnya

    PLEURA

    Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis Terbagi mejadi 2 :

    - Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada

    - Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

    Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk

    memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah

    pemisahan toraks dengan paru-paru

    Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah

    kolap paru-paru

    IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

    Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan

    lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).

    Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :

    1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau

    sebaliknya.

    Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara

    atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume

    paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :

    a. Tekanan udara atmosfir

    b. Jalan nafas yang bersih

    c. Pengembangan paru yang adekuat

    2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler

    paru-paru.

    Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke

    darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan

    dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang

    disebut membran respirasi.

    Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    44/94

    sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli

    dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :

    a. Luas permukaan paru

    b. Tebal membran respirasi

    c. Jumlah darah

    d. Keadaan/jumlah kapiler darah

    e. Afinitas

    f. Waktu adanya udara di alveoli

    3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan

    sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.

    Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harusditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan

    berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai

    oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :

    a. Curah jantung (cardiac Output / CO)

    b. Jumlah sel darah merah

    c. Hematokrit darah

    d. Latihan (exercise)

    V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN

    Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

    1. Tahap Perkembangan

    Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi

    cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek.

    Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang

    berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorakdiasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan

    pola napas.

    2. Lingkungan

    Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin

    rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    45/94

    individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga

    kedalaman pernapasan yang meningkat.

    Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan

    mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan

    mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat.

    Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya

    meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga

    mengurangi kebutuhan akan oksigen.

    3. Gaya Hidup

    Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,

    demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat

    yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.

    4. Status Kesehatan

    Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen

    yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem

    kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh.

    Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya

    terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi

    oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida

    maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

    5. Narkotika

    Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi

    pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik,

    perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

    6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

    Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi

    pernapasan yaitu :

    a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

    b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

    c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.

    Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi sebagian jalan

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    46/94

    napas.

    Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi

    sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas

    oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-

    bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak

    adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang

    berakumulasi didalam darah.

    Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa

    yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang

    adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia

    hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut

    biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.

    7. Perubahan pola nafas

    Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit

    perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang

    terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung

    meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan

    berdiri seperti pada penderita asma.

    8. Obstruksi jalan napas

    Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di

    sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring

    atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang

    jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk

    disaluran napas.

    Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran

    napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan

    intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksisebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

    VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

    Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :

    1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)

    Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    47/94

    psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan

    pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat

    berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.

    2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)

    Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat

    perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung

    unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)

    3. Riwayat perkembangan

    a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt

    b. Bayi : 44 x/mnt

    c. Anak : 20 - 25 x/mnt

    d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt

    e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

    4. Riwayat kesehatan keluarga

    Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami masalah / penyakit

    yang sama.

    5. Riwayat sosial

    Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,

    rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.

    6. Riwayat psikologis

    Disini perawat perlu mengetahui tentang :

    a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya

    b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup

    c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi

    d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi

    7. Riwayat spiritual

    8. Pemeriksaan fisik

    a. Hidung dan sinus

    Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,

    darah), kesimetrisan hidung.

    Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris

    b. Faring

    Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak

    c. Trakhea

  • 8/6/2019 asuhan keperawatan oksigenasi

    48/94

    Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah

    trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea

    dapat diketahui.

    d. Thoraks

    Inspeksi :

    Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi

    elevasi ke atas.

    Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk

    bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1).

    Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2

    Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai

    dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat

    menonjol ke depan. Funnel chest meru