LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

21
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI OLEH I GUSTI NGURAH PUTU JAYA ANTARA P07120012075 1.2 REGULER POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2012/2013

description

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH

I GUSTI NGURAH PUTU JAYA ANTARA

P07120012075

1.2 REGULER

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. PENGERTIAN

Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia

atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang

sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal

merupakan pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.

Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %

pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.

Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O2) ke

dalam paru dengan alat khusus.

Tujuan pemberian oksigenasi:

1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan

2. Untuk menurunkan kerja paru-paru

3. Untuk menurunkan kerja jantung

Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam

mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk

memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan

upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode

pemberian oksigen:

a. Low flow oxygen system

Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada

umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya

bervariasi menurut pola pernafasan pasien.

b. High flow oxygen system

Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen

dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan

pola pernafasan pasien.

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

NILAI-NILAI NORMAL

Parameter Nilai normal

Tidal Volume (TV)

Volume Cadangan Inspirasi (VCI)

Volume Cadangan Ekspirasi (VCE)

Volume Residu

Kapasitas Inspirasi (KI)

Kapasitas Residu Fungsional (KRF)

Kapasitas Vital

Kapasitas Total Paru

500 cc

3000 ml

1100 ml

1200 ml

3500 ml

2300 ml

4600 ml

5800 ml

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN

OKSIGENASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :

1. Tahap Perkembangan

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang

kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan

masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan

proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak

diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada

bentuk thorak dan pola napas

2. Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.

Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang

dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman

pernapasan yang meningkat.

3. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman

pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.

Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi

predisposisi penyakit paru.

4. Status Kesehatan

Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat

menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan

tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada

terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-

penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap

oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang

mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi

membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi

transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.

5. Narkotika

Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam

pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila

memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan

kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan

Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat

mempengarhi pernapasan yaitu :

a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru

b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru

c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel

jaringan.

Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi

sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan

oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Sianosis dapat

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran

mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin.

Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral. Korteks

serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum

terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat

cemas, lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas

Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini

sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit

disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung

karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat.

Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk

dan berdiri seperti pada penderita asma.

8. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di

sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan

jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-

kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas

ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

C. FISIOLOGI PERNAFASAN

1. Struktur Sistem Pernafasan

a. Saluran pernafasan atas

Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara

yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis

b. Saluran Pernafasan bawah

Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,

memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.

Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2 dan

CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses ini

berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

a. Ventilasi Pulmoner.

Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses ventilasi

sehingga terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan

alveolus.

b. Pertukaran gas alveolar.

Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya adalah

difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah

proses pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan

tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area

berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membrane

kapiler.

c. Transpor oksigen dan karbondioksida.

Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan dan

karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-paru.

Transpor O2.

Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah dengan

hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk

Oksihemoglobin (HbO2), sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini

dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan perfusi

(aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara yang dibawa oksigen

dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah Hemoglobin (Hb),

dan ikatan O2 dengan Hb.

Transpor CO2.

Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut menuju paru-

paru melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut

dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat (HCO3-), sebanyak 23%

karbondioksida berikatan dengan hemoglobin membentuk

karbaminohemoglobin (HbCO2), Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk

larutan di dalam plasma dalam bentuk asam karbonat.

Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada

proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria, yang

menggunakan O2 dan menhasilkan CO2 selama proses penyerapan

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

energi molekul nutrient. Pada proses ini darah yang banyak mengandung

oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik.

Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan CO2 antara kapiler sistemik dan

sel jaringan. Seperti dari kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses

difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.

D. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI

1.  Hypoxia

Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang

diinspirasi ke jaringan.

Penyebab terjadinya hipoksia :

a. gangguan pernafasan

b. gangguan peredaran darah

c. gangguan sistem metabolism

d. gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).

2. Hyperventilasi

Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli,

sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti

bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan

peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.

Tanda dan gejala :

a. pusing

b. nyeri kepala

c. henti jantung

d. koma

e. Ketidakseimbangan elektrolit

3. Hypoventilasi

Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan

tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat

terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek

samping dari beberapa obat.

Tanda dan gejala:

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

a. napas pendek

b. nyeri dada

c. sakit kepala ringan

d. pusing dan penglihatan kabur

4. Cheyne Stokes

Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat

dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif,

dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun

pathologis.

Fisiologis :

a. orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki

b. pada anak-anak yang sedang tidur

c. pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi

Pathologis :

a. gagal jantung

b. pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)

5. Kussmaul’s ( hyperventilasi)

Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per

menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.

6. Apneu

Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

7. Biot’s

Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan

gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan

sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAPASAN.

1. Metode Morfologis

a. Radiologi

Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil

terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang

lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member

kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.

b. Bronkoskopi

Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea dan

cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma

bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini

pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul

reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke

dalam cabanga trakeobronkeal.

c. Pemeriksaan Biopsi

Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru

yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

d. Pemerikasaan Sputum

Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai

penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme

penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta

jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses

diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum

adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus

cenderung berkumpul waktu tidur.

2. Metode Fisiologis

Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:

a. Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang

keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).

b. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu

volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal

setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.

c. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu

jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700

ml.

d. Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa

dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml.

Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau

lebih dalam satu kesatuan.

e. Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang

dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV

+ TV)

f.  Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC),

yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV)

g. Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal

yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu

setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV)

Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumalh

udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ±

6000 ml, P = ± 4200 ml.

h. Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran

napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.

i. Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit

(±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun

bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi

perut menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru

menungkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.

j. Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah

yang digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Bunyi nafas tambahan ( misalnya ronki basah halus, ronki basah kasar )

2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan

3. Batuk tidak ada atau tidak efektif

4. Sianosis

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

5. Kesulitan untuk bersuara

6. Penurunan bunyi nafas

7. Ortopnea

8. Sputum

G. FOKUS PENGKAJIAN

1. Riwayat Keperawatan

a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.

Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan

Pernah mengalami batuk dengan sputum

Pernah mengalami nyeri dada

Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas

b. Riwayat penyakit pernafasan

Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC

Bagaimana frekuensi setiap kejadian

c. Gaya Hidup

Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok

2. Pemeriksaan Fisik

a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena

hipoksia)

b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor

c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan

mengerutkan mulut

d. Dada

Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas

pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan)

Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan

Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara

melewati saluran/rongga pernafasan)

Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Suara nafas tidak normal

Bunyi perkusi ( resonansi

e. Pola pernafasan

pernafasan normal

pernafasan cepat

pernafasan lambat

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan

pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/

banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,

Kelelahan

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,

perubahan membran kapiler alveolar.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret,

adanya benda asing dijalan nafas.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dengan

Kriteria hasil: mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas

bersih, tidak ada sianosis dan dispnea, menunjukan jalan nafas yang

paten.

Intervensi:

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal:

semifowler.

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas dan  catat adanya suara nafas

tambahan misal ronkhi

Berikan bronkodilator bila perlu

Kolaborasi dalam pemberian terapi 02.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,

kelelahan.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien

menunjukan  keefektifan pola nafas , dengan

Kriteria hasil: Suara nafas bersih, tidak ada siaonsis, dispnea,

menunjukan jalan nafas yang paten (tidak merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara

nafas abnormal) dan TTV dalam rentang normal

Intervensi:

Monitor vital sign

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultasi suara nafas dan  catat adanya suara nafas

tambahan

Pertahankan jalan nafas yang paten

Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

Berikan bronkodilator bila perlu

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI

Kolaborasi dalam pemberian terapi 02

3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,

perubahan membran kapiler alveolar.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi dengan

Kriteria hasil: mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan

oksigenasi yang adekuat, suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan

dispneu, TTV dalam rentang normal

Intervensi:

Beri posisi ventilasi maksimal.

Keluarkan sekret dengan batuk atau section

Auskultasi suara nafas, dan catat adanya suara nafas

tambahan

Monotor pola nafas bradipnea, takipnea,

Monitor TTV, AGD

Observasi sianosis

Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi oksigenasi

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007. Jakarta :

EGC

International, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

2013. Jakarta : EGC