ASUHAN KEPERAWATAN TN. H DENGAN GANGGUAN …
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN TN. H DENGAN GANGGUAN …
ASUHAN KEPERAWATAN TN. H DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN DASAR AKTUALISASI DIRI: HARGA
DIRI RENDAH KELURAHAN SARI REJO
MEDAN POLONIA
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh:
DESSI NATALIA SITANGGANG
142500007
PROGRAM STUDI DIIIKEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniaNya yang melimpah serta kesehatan dan kesempatan yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul :“Asuhan Keperawatan Tn. H Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aktualisasi Diri: Harga Diri Rendah Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia”.
Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan diploma bagi
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Medan .
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ilmu Keperawatan Sumatera Utara Medan.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku Pembantu Dekan
II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Pembantu Dekan
III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Prodi D III
Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu serta dengan sabar
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan kaarya tulis ilmiah ini.
6. Ibu Roxsana Devi Tumanggor S.Kep,Ns.MNurs(MntlHltH), selaku Dosen
Penguji yang dengan sabar telah menguji dan membimbing penulis.
7. Seluruh dosen dan Staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
8. Teristimewa dan tersayang untuk keluarga saya tercinta khususnya kedua
orangtua saya Bapak W. Sitanggang dan Ibunda D.Br Naibaho yang selalu
mendukung dan memberikan kasih sayang serta kakak saya yang saya
sayangi (Febriyanti, Charles, Valentin, Novi) yang tidak pernah lelah
Universitas Sumatera Utara
memberikan dukungan moril maupun materil dengan penuh kasih sayang
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan khususnya Teman-teman Program Studi D-III Keperawatan Stambuk
2014, terimakasih atas doa, dukungan dam kebersamaannya selama ini.
Penulis menyadar bahwa dalam Penulisan Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata sempurna, dan diharapkan ada kritikan yang membangun, penulis berharap
kiranya karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa Senantiasa melimpahkan rahmatnya dan karuniaNya bagi kita
semua.
Medan , Juli 2017
Penulis
Dessi Natalia Sitanggang
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................. 3
1.3 Manfaat ................................................................................ 4
BAB II PENGELOLAHAN KASUS ....................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri ....................................... 5
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri ...................................... 5
2.1.2 Definisi Harga Diri Rendah ...................................... 6
2.2 Definisi Harga Diri Rendah Kronis...................................... 7
2.2.1 Faktor Penyebab Harga Diri Rendah........................ 8
2.2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis .......... 9
2.2.3 Mekanisme Koping .................................................. 11
2.2.4 Penatalaksanaan Medis............................................. 12
2.3 Pengkajian ............................................................................ 13
2.3.1 Analisa Data ............................................................. 15
2.3.2 Rumusan Masalah .................................................... 17
2.3.3 Perencanaan .............................................................. 17
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus ................................................. 20
2.4.1 Pengkajian ................................................................ 20
2.4.2 Analisa Data ............................................................. 27
2.4.3 Intervensi Keperawatan ............................................ 28
2.4.4 Implementasi dan Evaluasi ....................................... 30
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 32
3.1 Kesimpulan .......................................................................... 32
3.2 Saran ..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 33
LAMPIRAN
Lampiran 1: Catatan Perkembangan
Lampiran 2: Lembar Konsultasi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan
sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan
bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan
jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang. Perkembangan
tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Febriani, 2008). Himpitan
hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua kalangan masyarakat
sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa (Intan, 2010).
Gangguan kejiwaan merupakan masalah klinis dan sosial yang harus diatasi
karena sangat meresahkan masyarakat baik dalam bentuk dampak penyimpangan
perilaku maupun semakin tinginya jumlah penderita gangguan jiwa. Penyakit
mental ini menimbulkan stress bagi penderita dan keluarga nya. Semakin
tingginya persaingan dan tuntutan dalam memenuhi kebutuhan dapat
menyebabkan seseorang mengalami stress merasa tertekan. Kebutuhan dapat
menyebabkan seseorang mengalami strees maka ia akan cenderung mengalami
atau menujukan gejala gangguan kejiwaan sehingga ia menjadi maladaptif
terhadap lingkungan. Gangguan atau masalah kesehatan jiwa yang berupa proses
pikir maupun ganguan sensori persepsi yang sering adalah harga diri rendah.
Menurut WHO (2016), masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah
menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari 4
orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Data Riskesdas tahun 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di daerah khusus
pasien dengan HDR jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang
buruk bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya. Untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang optimal
dan cermat untuk melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan
masalah yang dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan. Penatalaksanaan
yang diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan obat-obatan
antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari harga diri rendah
dapat meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja, 2011).
Seseorang yang menderita harga diri rendah cenderumg mengalami gangguan
dalam pemenuhan kebutuhan gangguan konsep diri : harga diri rendah dimana
klien merasa tidak percaya diri. Selain itu klien merasa gagal mencapai keinginan
mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial
(Yosep, 2007).
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perlaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa
Universitas Sumatera Utara
syarat walaupun melakukan kesalahan,kekalahan tanpa merasa sebagai seseorang
yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen 1998). Kebutuhan dasar manusia
menurut H.Maslow pada dasarnya mempunyai lima hierarki (1) kebutuhan
fisiologis (physioogical needs) (2) kebutuhan rasa aman (safety needs)
(3) kebutuhan kasih sayang (love needs) (4) kebutuhan harga diri (esteem needs)
(5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Peran perawat dalam menangani pasien harga diri rendah di rumah sakit salah
satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang mencakup
penerapan strategi pelaksanaan harga diri rendah. Strategi pelaksanaan adalah
penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien
yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah mengidentifikasi aspek positif
yang masih dimiliki klien, mengoptimalkan aspek positif yang masih dimilikinya
serta minum obat dengan teratur (Akemat dan Keliat, 2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah demgan
prioritas masalah kebutuhan dasar aktualisasi diri di Sari Rejo Medan Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
2. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
Universitas Sumatera Utara
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
4. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.
1.3 Manfaat
1. Bagi klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien
mengatasi harga diri rendahnya,sehingga klien dapat melakukan kegiatan
sehari-hari dengan bekerja sama dengan orang lain dan mampu memandang
dirinya secara positif.
2. Bagi Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
yangbermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuahan keperawatan
pada kliendengan gangguan harga diri rendah sekaligus mahasiswa
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang cara pemenuhan kebutuhan
dasar yang terkait dengan gangguan harga diri rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Aktualisasi Diri
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi
juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika
individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu
juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk
tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, sehingga
perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian (Arianto, 2009).
Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of
Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan
dan pencapaian tertinggi seorang manusia.Maslow menemukan bahwa tanpa
memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap
peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya.
Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong
oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini
tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi.
Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu
sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam
hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi
diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Defenisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negative terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan(Herman, 2011). Gangguan
harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
yang menjadikan hilangnya rasa percaya diri seseorang karena merasa tidak
mampu dalam mencapai keinginan (Fitria, 2009).
Menurut Fitria (2009),harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai
diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
2. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama.
Etiologi harga diri rendah dan dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena
sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/ sakit/ penyakit.
Universitas Sumatera Utara
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit
dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada
klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam
tinjauan life span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007).
2.2 Definisi Harga Diri Rendah Kronis
Harga rendah kronis merupakan perasaan over negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri dan gagal mencapai tujuan yang di ekspresikan secara
langsung maupun secara tidak langsung melalui tingkat kecemasan yang sedang
sampai berat (Stuart dan Sundeen,2002).
Menurut Carpenito, L.J (2010), tanda dan gejala harga diri rendah kronis
adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya
segera ke rumah sakit, menyalahkan/mengejek dan mengkritik diri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu
dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.
2.2.1 Faktor Penyebab Harga Diri Rendah
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan individu yang meliputi :
1) Adanya penolakan dari orang tua.
2) Kurang pujian dan kurangnya pengakuan dari orang tua.
3) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor Prespitasi
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa rendah diri.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
penganiayaan fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan.
RESIKO TINGGI PERILAKU KEKERASAN
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK: HALUSINASI
HARGA DIRI RENDAH
KOPING INDIVIDU
TIDAK EFEKTIF
TRAUMATIK TUMBUH KEMBANG
Gambar 2.1. Pohon Masalah
2.2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis
Individu yang kurang mengerti akan arti tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung
pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari
kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan
Universitas Sumatera Utara
dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal
diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah kronis adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,pola
asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak
tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi
pada individu dengan gangguan harga diri rendah adalah isolasi sosial : menarik
diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya diketahui oleh orang lain.
(Stuart dan Sundeen 2006).
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman
positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan dengan
mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan
yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memilki konsep diri yang positif adalah :
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa
percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada
jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri,tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
mengilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
Universitas Sumatera Utara
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari bahwa setiap
orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain
sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui
oleh masyarakat. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk
menginstropeksi dirinya sendiri sebelum menginstropekesi orang lain dan mampu
untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan
untuk melakukan dengan penyesuaian diri. (Stuart dan Sundeen 2006) .
2.2.3 Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri sendiri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi:
1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya:
menonton konser musik, menonton televisi secara obsesif.
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
dalam klub sosial, agama, kelompok, gerakan.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri yang
tidak menentu, misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademis,
kontes untuk mendapatkan popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di
luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalahgunaan obat.
Universitas Sumatera Utara
Pertahanan jangka panjang mencakup:
1. Penutupan identitas–adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat (Stuart, 2006).
2.2.4 Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan
sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat
yang termasuk golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL
(psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati
kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama.
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan
latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi
skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan
untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan
aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2.3 Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga
dipengaruhibeberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis,
sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang
dapatmempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di otak contoh kadar
serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin
besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak
berdaya.
b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat
berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan
peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami
Universitas Sumatera Utara
harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang penolakkan orang,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya
terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya
harga diri rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah
kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan
individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan
kejadian harga diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus
menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya
hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang
dihadapi individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah.
Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya.
Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan
kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola asuh anak tidak
tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai,
gagal tanggung jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen,1991).
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Ada tigajenistransisiperan:
a. Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan
dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-
nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
perubahan fisik yang berhubungan tumbuh kembang normal dan
prosedur medis dan keperawatan (Stuart,1998).
2.3.1 Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata
klien, kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data
tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatanya serta hal- hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap
klien (Potter & Perry 2005).
Universitas Sumatera Utara
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan
keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap
awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data
dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakn asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian
ulang untuk menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini
antra lain sebagai berikut :
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah – langkah
berikutnya
Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, peasaan malu (Potter dan Perry, 2005).
2. Data Objektif
Universitas Sumatera Utara
Data yang dapat diobservasi dan diukur , dapat diperoleh menggunakan pabca
indera (lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik . Misalnya :
Frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan
(Potter dan Perry, 2005).Sedangkan data yang diperoleh pada pengkajian
yang dilakukan Tn. H sebagai berikut :
a. Data objektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri.
b. Data subjektif
Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu
apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri
2.3.2 Rumusan Masalah
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
2.3.3 Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep,
2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
1) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Universitas Sumatera Utara
2) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut perawat dapat :
a) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapatdigunakan
b) Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan klien
c) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara
sukai, tanyakan nama dan nama panggilan klien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
4) Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang
saudara akan lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan
dan dimana tempatnya .
b. Menyadari penyebab isolasi sosial
1) Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
2) Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya
Universitas Sumatera Utara
3) Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa
sebabnya.
c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain
1) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3) Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman
dan tidak bergaul akrab dengan mereka
4) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
Universitas Sumatera Utara
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
2.4.1 Pengkajian
I. Biodata
Identitas
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : -
Alamat : Sari Rejo Medan Polonia
Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2017
Diagnosa medis : Skizofenia Paranoid
II. Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan sudah seminggu yang lalu klien mudah
tersinggung, emosi labil, marah-marah dan suka merasa curiga terhadap orang
lain, klien sulit diarahkan juga sering keluyuran tidak pulang kerumah.
Universitas Sumatera Utara
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Propocative / Palliative
1. Apa penyebabnya :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu lebih kurang
setahun yang lalu muncul dengan gejala tersebut (mudah
tersinggung, emosi labil, marah-marah dan suka merasa curiga
terhadap orang lain).
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Perawatan selama dirumah sakit dan obat-obatan
B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan :
Klien merasa keluarga tidak memperdulikan dirinya lagi. Klien juga
merasa hidupnya tidak berguna lagi.
2. Bagaimana dilihat :
Klien merasa lemah, menolak terhadap kemampuan sendiri dan ingin
mencederai diri sendiri.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk rumah sakit jiwa
karena suka marah-marah, merusak alat rumah tangga serta bicara dan
tertawa sendiri.
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan
Universitas Sumatera Utara
C. Pernah dirawat / dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.
D. Lama dirawat
Sebelumnya klien di rawat tahun 2007 selama 6 bulan.
E. Alergi
Klien tidak mengalami riwayat alergi.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit seperti
dirinya.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan saudaranya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa seperti dirinya.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang meninggal.
F. Genogram
Klien anak 5 dari 5 bersaudara.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi klien tentang penyakitnya :
Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa .
Universitas Sumatera Utara
B. Konsep Diri
1. Gambaran diri :
Klien menyukai bagian muka dengan alasan klien kalau tanpa ada
muka seseorang itu tidak akan pantas dan pasti menakutkan.
2. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa
(membantu orang tuanya ) dan dapat berkerja
3. Harga diri :
Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna lagi dengan keadaan
sekarang dan tidak mampu membantu ibunya yang sudah tua
4. Peran diri :
Klien sebagai anak dalam keluarganya
5. Identitas :
Klien seorang dan belum menikah
C. Keadaan Emosi
Pasien dapat menggontrol emosi nya
D. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti :
Bagi klien orang yang berarti adalah orang tua nya (ibu)
2. Hubungan dengan keluarga :
Klien mengatakan hubungan dengan kelurga nya baik
3. Hubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan hubungan dengan tetangga nya baik dan
hubungan dengan masyarakat nya baik .
Universitas Sumatera Utara
4. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain .
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Klien berpakaian rapi yang sesuai, kuku tangan pendek karena orang
tua klien selalu memotang nya kuku klien saat panjang.
2. Pembicaraan :
Klien berbicara kooperatif, klien dapat menjawab pertanyaan perawat
dengan baik dan jawabannya sesuai dengan pertanyaan.
3. Interaksi selama wawancara :
Selama wawancara dengan perawat, klien tampak kooperatif dan
kontak mata mudah beralih kearah yang tak menentu dan sulit
konsentrasi.
4. Alam perasaan :
Klien tampak sedih dan tidak bergairah serta iri dengan teman-
temannya karena klien belum bisa membahagiakan ibunya seperti
teman-teman lainnya
Universitas Sumatera Utara
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan klien sadar, dengan tanda-tanda vital.
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80x/i, Pernapasan : 18x/i dan suhu
tubuh 37oC. Bentuk kepala bulat,simetris,kulit kepala bersih dan penyebaran
rambut merata, wajah klien oval. Klien memiliki dua mata dengan simetris,
dua telingga dengan simetris dan tidak ada kelainan pendengaran, posisi
hidung simetris dan terdapat dua lubang hidung, keadaan bibir simetris dan
lembab klien juga dapat membedakan rasa asam, manis, pahit,dan asin,
keadaan leher simetris tidak kelainan pada leher klien, kulit klien bersih
tidak kelainan kulit.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI
1. Pola makan dan minum
Frekuensi makan /hari : 3 kali sehari.Nafsu / selera makan : klien tidak
nafsu makan. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati. Alergi : klien tidak
memilki alergi. Mual dan muntah :tidak ada mual dan muntah. Tampak
makan memisahkan diri : klien tidak ada memisahkan diri saat makan ,
klien makan dengan keluarga nya. Waktu pemberian makan : pagi, siang
dan malam. Jumlah dan jenis makan : 1 porsi , jeni nasi + lauk pauk dan
sayur dan klien apa yang dimasak keluarga nya dimakan. Waktu
pemberian cairan : tidak ditentukan. Masalah makan dan minum : klien
dapat menyebutkan makan 3x sehari, jumlahnya 1 piring dan tanpa ada
bantuan.
Universitas Sumatera Utara
2. Perawatan diri / personal hygiene
Klien mengatakan mandi 2x sehari, menggunakan sabun dan dilakukan
secara mandiri.
3. Pola kegiatan / aktivitas
Kegiatan aktivitas klien : mandi, makan, eliminasi,ganti pakaian
dilakukan mandiri. Kegiatan ibadah klien : klien terkadang sholat,dan
sering orang tua klien membaca kan Alquran pada klien
X. POLA ELIMINASI
1. BAB:
Pola BAB : 2x/ sehari.
Karakter feses : lembek.
Riwayat pendarahan : klien tidak memiliki riwayat pendrahan.
BABTerakhir : malam hari.
Diare : klien tidak mengalami diare.
Penggunaan laksatif : klien tidak menggunakan laksatif
2. BAK :
Pola BAK : 5-6 x/sehari.
Kateter urine : klien tidak menggunakankateter urine. Nyeri / kesulitan
BAK : tidak ada rasa nyeri ataukesulitan BAK.
XI. MEKANISME KOPING
Adaptif : Ketika klien mengalami masalah klien lebih memilih
pergi keluyuran dari rumah.
Maladaptif : Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti masih
menganggap belum sembuh oleh keluarganya
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
1. DS:
Klien mengatakan merasa malu pada
dirinya sendiri dan orang lain karena
penyakitnya.
Klien merasa sedih karena orang tuanya menggangap bahwa klien belum
sembuh.
DO :
Ketika klien menceritakan masalah klien tampak lesu dan tidak
bersemangat selalu menunduk dan
menghindari kontak mata dengan
perawat.
Harga diri rendah kronis
2 DS :
Klien mengatakan ia jarang bergaul maupun
bersosialisasi dengan orang lain karena
malu akan penyakitnya.
DO :
Klien sering pergi keluyuran dari rumah ketika klien mengalami masalah.
Kurang dalam kontak mata.
Afek sedih.
Isolasi Sosial
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Harga Diri
Rendah Kronis Tujuan : klien akan menunjukkan harga diri.
Indikator NOC Harga diri (1205) 1. Verbalisasi penerimaan diri dengan skala 3.
2. Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3.
3. Mempertahankan kontak mata dengan skala 3.
4. Penerimaan terhadap kritik yang membangun dengan
skala 3.
5. Mempertahankan penampilan dan kebersihan diri dengan
skala 3.
Rencana Tindakan
NIC Peningkatan harga diri
(5400)
Rasional
Monitor pernyataan klien mengenai harga diri.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
Bantu klien untuk menemukan penerimaan
diri.
Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan
meningkatkan harga diri.
Berikan penghargaan atau
pujian terhadap klien atas
kemajuan klien.
Pernyataan klien tentang pandangan harga diri
klien.
Kemampuan positif yang
dimiliki klien dapat
meningkatkan percaya
diri.
Klien dapat menerima keadaans ekarang.
Penghargaan atau pujian akan memotivasi klien
dalam kemajuan yang
telah dilakukan.
Kritik diri akan membuat
klien mampu mengenali
dirinya.
Diagnosa Perencanaan
Isolasi Sosial Tujuan : klien dapat menerima peran.
Indikator NOC Penampilan peran (1501)
1. Penampilan perilaku peran orang tua.
2. Melakukan peran sesuai harapan.
3. Pengetahuan tentang masa perubahan peran.
Rencana Tindakan
NIC Peningkatan peran
(5370)
Rasional
Fasilitasi diskusi mengenai bagaimana adaptasi peran
keluarga untuk dapat
mengkompensasi peran
anggota keluarga yang
sakit.
Penghargaan atau pujian akan memotivasi
klien dalam kemajuan
menghargai peran.
Universitas Sumatera Utara
Bantu pasien untuk mengidentifikasi periode
transisi peran pada
keseluruhan rentang
kehidupan.
Fasilitasi diskusi mengenai harapan diantara pasien dan
orang yang penting bagi
pasien dalam hal peran
yang saling bergantung satu
sama lain.
Dukung pasien untuk
mengidentifikasi gambaran
realistik dari adanya
perubahan peran.
Klien dapat menerima peran dan periode
transisi dalam
kehidupan
Berikan penghargaan atau pujian dalam
memotivasi klien
mengenai peran antar
saling bergantung
dengan yang lainnya.
Memberikan
kenyamanan dalam
mengidentifikasi
adanya perubahan
peran serta gambaran
yang realistik.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Implementasi dan Evaluasi
Hari /
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)
Selasa
13 Juni
2017
Harga Diri
Rendah
Kronis
1. Mengkaji
pemahaman klien
tentang harga diri
dengan
menanyakan
kepada klien
bagaimana
pendapat orang lain
tentang klien
menurut klien.
2. Mengkaji
kemampuan positif
yang dimiliki klien.
3. Memotivasi dalam
menetapkan tujuan
yang realistis.
4. Fasilitasi
lingkungan dan
kegiatan yang akan
meningkatkan
harga diri.
5. Memberikan
penghargaan atau
pujian kepada klien
atas kemajuan
klien.
S:
Klien mengatakan bahwa
keluarga menggangap
mengalami gangguan
jiwa.
Klien dapat melakukan pekerjaan positifnya
dengan baik.
Klien mengatakan ingin segera sembuh dan
kembali berkumpul
dengan keluarga.
O:
Klien terlihat baik melakukan pekerjaanya.
Klien menunjukkan
ekspresi senang ketika
diberi pujian.
A:
Mengungkapkan penerimaan diri secara
verbal dengan skala 3.
Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3.
Mempertahankan kritik
dari orang lain skala 3.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Melatih perilaku yang dapat meningkatkan
harga diri.
Pantau Aktivitas.
Rabu
14 Juni
2017
Harga Diri
Rendah
Kronis
1. Mengkaji klien
untuk mengenali
dan mendiskusikan
pemikiran dan
perasaan.
2. Membantu klien
untuk menyadari
bahwa semua orang
adalah unik.
3. Membantu klien
untuk
S:
Klien mengatakan perasaannya masih sedih.
Klien mengatakan
dampak penyakit yang dialaminya adalah dia
tidak dapat melakukan
pekerjaan dengan percaya
diri.
Klien mengatakan sumber
motivasinya adalah
Universitas Sumatera Utara
mengidentifikasi
dampak penyakit
atas harga diri.
4. Membantu klien
untuk sadar akan
hal negatif tentang
diri.
5. Membantu klien
untuk
mengidentifikasi
sumber motivasi.
keluarga.
O:
Klien tampak senang dengan perbincangan
yang dilakukan.
A:
Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan
dengan skala 4.
P:
Intervensi dilanjutkan
Menyatakan perasaan ke orang lain dengn skala 4
Pantau Aktivitas.
Kamis
15 Juni
2017
Isolasi
Sosial
1. Memotivasi klien
untuk
meningkatkan
hubungan interaksi.
2. Membantu klien
untuk
meningkatkan
harga diri.
3. Ajarkan
bersosialisasi agar
meningkatkan
harga diri.
4. Mendorong klien
untuk terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
individu seperti
TAK atau
beribadah.
5. Mengajarkan klien
untuk melakukan
aktivitas menyapu
dan mengepel.
S:
Klien mengatakan sudah mampu berkenalan dan
bersosialisasi dengan
teman-temannya.
Klien mampu mengerjakan aktivitas
sesuai dengan jadwal
yang telah disusun.
Klien mengatakan
berkomitmen akan
mengikuti segala aktivitas
yang telah disusun
dengan baik.
O:
Klien mulai berinteraksi dengan teman-temannya.
Wajah klien mengalami perubahan suasana ceria.
A:
Berpartisipasi sebagai sukarelawan, pada
aktivitas organisasi, atau
pada kegiatan keagamaan.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Berpartisipasi dalam aktivitas pengalihan
dengan orang lain.
Pantau Aktivitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. H seseorang
dengan harga diri rendah terlihat dari kurang memperhatikan perawatan
diri,berpakaian tidak rapi dan selera makan berkurang. Tn. H juga tidak berani
menatap lawan bicara. Tn. H nampak tidak bersemangat dan kurang kosentrasi,
tampak lesu. Klien juga mengatakan dia malu terhadap dirinya sendiri akibat
penyakitnya. Klien juga merasa merendahkan martabat seperti : “saya tidak bisa”,
“saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa”. Dari data diatas Tn. H mengalami
isolasi sosial dan gangguan konsep diri : harga diri rendah.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih
dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan masalah
harga diri rendah sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan
yang bersifat komprehensif.
3.2.2 Bagi Klien
Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses penyembuhan
klien sekaliogus meningkatkan kesiapan keluarga dalam merawat klien di rumah
sehingga kesehatan klien membaik.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. (2009). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Carpenito , L.J. (2010). Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis.
Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.
Febriani. (2008). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC
Fitria dan herman. (2009). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 4.
Jakarta:EGC
Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.
Potter.P.A dan Perry, A.G, (2005). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.
Potter.P.A dan Perry, A.G, (2006). BukuAjar : Fundamental Keperawatan.
Prabowo. E (2016). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.
Purba, J. M (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Masalah
Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Stuart dan Sundeen (2006). Asuhan Keperawatan Jiwa :Graha Ilmu.
WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
Yosep. (2007). Konsep dasar dan Aplikasi Keperawatan Jiwa.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
CATATAN PERKEMBANGAN
No
Dx
Hari /
Tanggal Pukul Tindakan keperawatan
1 Selasa/
13 Juni 2017
09.00-11.00 1. Strategi Pertemuan 1
Membina hubungan saling percaya
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
Membantu klien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
kemampuan klien
Melatih klien sesuai dengan kemampuan yang dipilih
Memberi pujian yang wajar terhadap
keberhasilan klien
Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
S :
Klien mengatakan merasa senangdan
lega bisa menceritakan tentang
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki seperti : merapikan tempat
tidur dan menyapu rumah
O :
Klien mampu mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
A :
Masalah teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan : SP2
2 Rabu/
14 Juni 2017
11.00-12.00
2. Strategi Pertemuan 2
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
Melatih kemampuan kedua
Menganjurkan klien untuk memasukan dalam jadwal kegiatan
harian pasien
S :
Klien merasa tidak berguna karena
sudah lama tidak bekerja
O :
Klien mendemonstrasikan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
yang sudah dilakukan
A :
Masalah teratasi, klien mampu
memvalidasi masalah dan melakukan
kegiatan sesuai dengan kemampuan
P :
Intervensi dilanjutkan SP3
3 Kamis 15/
Juni 2017
12.00-13.00
3. Strategi Pertemuan 3
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
Melatih kemampuan ketiga
Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian pasien
S :
Klien sudah mampu melakukan
kegiatan harian
O :
Klien tampak tenang dan bersemangat
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dilanjutkan SP4
4 Jumat/
16 Juni 2017
13.00 –
15.00
4. Strategi Pertemuan 4
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Menjelaskan kegunaan obat
Melatih pasien minum obat dengan prinsip 5 benar
S :
Klien sudah mampu melakuakan
kegiatan harian
O :
Klien tampak mengerti
A :
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : DESSI NATALIA SITANGGANG
NIM : 142500007
JUDUL : “Asuhan Keperawatan Tn. H Dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri Pada: Harga Diri
Rendah Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia
No Tanggal Manteri Konsul Saran Paraf
1 18 Mei 217 Menjumpai dosen
pembimbing untuk
bmbingan KTI
Mencari kasus
2 28 Mei 2017 Konsultasi pemilihan
judul KTI
Memilih judul
sesuai kasus
3 3 Juni 2017 Konsultasi judul KTI ACC judul
4 22 Juni 2017 Konsultasi Bab 1 Revisi Bab 1
5 7 Juli 2017 Konsultasi Bab 1, 2, 3 Revisi Bab 1, 2, 3
6 12 Juli 2017 Konsultasi Bab 1, 2, 3 Revisi Bab 1, 3
7 17 Juli 2017 Konsultasi Bab 1, 2, 3 Revisi pengkajian
data
8 18 Juli 2017 Konsultasi Bab 1, 2, 3 Revisi askep
9 20 Juli 2017 Konsultasi Bab 1, 2, 3 ACC
Universitas Sumatera Utara