Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar ...
Transcript of Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar ...
Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar
Aman Nyaman: Ansietas pada Pasien Abses Hati
di RSUP H. Adam Malik
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi D-III Keperawatan
Oleh
Fiqih Hidayatullah
142500087
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah denga judul “Asuhan Keperawatan Tn. P Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Aman Nyaman : Ansietas pada Pasien Abses Hati di RSUP H. Adam Malik”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan ahli madya keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmia ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep. Ns, M.Kep, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Cholina T. Siregar, S.Kep. Ns, M.Kep, Sp KMB, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat selaku Pembantu Dekan III fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu , selaku ketua Prodi DIII Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 7. Yang paling penulis sayangi, kepada kedua orangtua penulis, Bapak Iman Lubis dan
Ibu Siti Fitri Suryawati dan adik penulis yang penulis kasihi Khairunnisa Lubis, beserta seluruh keluarga yang tidak lelah memberi motivasi, dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2017
Fiqih Hidayatullah
Universitas Sumatera Utara
iii
Daftar Isi
Lembar pengesahan..................................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 3
1.3 Manfaat.................................................................................................... 3
Bab II Pengelolaan Kasus
2.1 Konsep Dasar Aman Nyaman : Ansietas
2.1.1 Pengertian Aman dan Nyaman.................................................. 5
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempegaruhi Aman Nyaman..................... 6
2.1.3 Pengertian Ansietas....................................................................... 7
2.1.4 Tanda dan Gejala Ansietas............................................................ 8
2.1.5 Tingkatan Ansietas........................................................................ 8
2.1.6 Etiologi Ansietas........................................................................... 11
2.1.7 Mekanisme Koping untuk Mengatasi Ansietas............................ 12
2.1.8 Penatalaksanaan Ansietas............................................................. 13
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian................................................................................ 16
2.2.2 Analisa data.............................................................................. 17
2.2.3 Rumusan Masalah..................................................................... 18
2.2.4 Perencanaan.............................................................................. 19
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian................................................................................. 22
2.3.2 Analisa Data............................................................................. 33
2.3.3 Rumusan Masalah..................................................................... 34
2.3.4 Intervensi.................................................................................. 34
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi....................................................... 37
Universitas Sumatera Utara
iv
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 40
3.2 Saran........................................................................................................ 40
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 41
Lampiran
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gangguan fungsi hati masih menjadi masalah kesehatan terbesar di negara maju
maupun di negara berkembang. Indonesia merupakan negara dalam peringkat endemik tinggi
mengenai penyakit hati. (Depkes RI, 2007).
Menurut Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) insiden abses hati di rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 5-15% pasien pertahun. Dan penelitian epidemiologi di
Indonesia menunjukkan penderita abses hati pada pria memiliki rasio 3,4-8,5 kali lebih besar
dibandingkan dengan wanita.
Abses hati adalah penumpukan jaringan nekrotik dalam suatu rongga patologi yang
dapat bersifat soliter atau multipe pada jaringan hepar. (Dull JS dkk, 1999). Penyakit ini ini
telah ditemukan sejak zaman Hipocrates. (Chu KM dkk, 1996). Abses hati merupakan
penyakit serius yang membutuhkan diagnosis dan tatalaksana cepat yang umumnya
dikelompokkan berdasarkan etiologi, yaitu abses hati piogenik, dan abses hati amoeba.
(Helton WS dkk, 2003). Kedua kelompok tersebut memberikan gambaran klnis yang hampir
sama sehingga selama 40 tahun terakhir telah banyak perkembangan dalam menegakkan
diagnosis dan pengobatan abses hati. (Ahsan T dkk, 2002).
Abses hati banyak ditemukan di negara berkembang, terutama yang tinggal di daerah
tropis dan subtropis. (Mishra K dkk, 2010). Angka mortalitas abses hati masih tinggi yaitu
berkisar antara 10-40%. (Donovan AJ dkk, 1991). Insiden abses hepar jarang, berkisar antara
15-20 kasus per 100.000 populasi dan tiga per empat kasus abses hati di negara maju adalah
abses hati piogenik, sedangkan di negara yang sedang berkembang lebih banyak ditemukan
abses hati amoeba. (Helton WS dkk, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2
Pertama kali melaporkan suatu serial kasus abses hati piogenik dengan case fatality
rate 77%. Diagnosis dini dan terapi yang adekuat berhubungan dengan hasil yang lebih
bagus. Kemajuan di bidang radiologi diagnostik dan intervensi selama 3 dekade terakhir telah
menghasilkan suatu prosedur invasifyang minimal dalam tatalaksana penyakit ini. Kombinasi
antibiotik dengan teknik drainase perkutaneus merupakan terapi yang banyak digunakan,
namun sebagian kecil pasien tidak mengalami perbaikan dengan metode ini sehingga
tindakan pembedahan merupakan pilihan terakhirnya.(Nickloes TA, 2009).
Seseorang yang sedang mengidap penyakit tertentu, biasanya akan merasakan
kecemasan. Pada pasien yang didiagnosa mengalami penyakit abses hati akan timbul rasa
seperti tidak nyaman, mudah tersinggung, mulai berkeringat, kewaspadaan dan ketegangan
meningkat. Para pasien mengekspresikan ketakutan dengan berbagai cara seperti mimpi
buruk, insomnia, kecemasan akut, depresi dan memungkiri kenyataan (Black & Hwaks,
2005).
Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi
pada masa yang akan datang dengan ditandai adanya kekhawatiran karena tidak dapat
memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow & Durand, 2006).
Kecemasan sangat menganggu homeostatis dan fungsi individu, karena itu perlu segera
dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan
merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita
kecemasan (Gail, 2002).
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
3
Agar penulis mampu melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada Pasien
Abses Hepar dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Rasa Aman di RSUP H. Adam Malik
Medan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. K dengan kecemasan.
b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. K dengan kecemasan.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. K dengan kecemasan.
d. Mampu melakukan implementasi pada Tn. K dengan kecemasan.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. K dengan kecemasan.
1.3 MANFAAT PENULISAN
1.3.1 Bagi kegiatan belajar mengajar
Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi mahasiswa keperawatan serta pembaca pada umumnya dalam memberikan
asuhan keperawatan.
1.3.2 Bagi praktik keperawatan
Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berpikir kritis
dalam melakukan asuhan terhadap klien khususnya dengan prioritas masalah kebutuhan rasa
aman.
1.3.3 Bagi kebutuhan klien
Diharapkan menambah wawasan dan informasi dalam mengatasi dan mengurangi rasa takut
yang muncul akibat dari penyakit yang diderita.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 KONSEP DASAR AMAN NYAMAN : ANSIETAS
2.1.1 Pengertian aman dan nyaman
Aman mempunyai arti bebas dari ancaman bahaya, gangguan dan terlindungi, dan
terhindar dari rasa takut. (artikata.com, 2013). Sedangkan rasa aman menurut Potter dan
Perry adalah kondisi dimana seseorang bebas dari cedera fisik dan psikologis dan dalam
kondisi aman dan tenteram. (Potter dan Perry, 2006).
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologi (Potter & Perry,
2006). Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam keamanan klien dan lingkungan,
dan selanjutnya melakukan intervensi yang diperlukan. Dengan melakukan hal ini, maka
perawat adalah orang yang berperan aktif dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi
secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi
dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan
timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kenyamanan atau rasa aman adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
melebihi masalah). (Potter & Perry, 2006)
Kenyamanan dipandang secara holistik, yaitu :
a. Fisik berhubungan dengan sensasi tubuh.
b. Sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal keluarga dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
5
c. Psikospritual berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
d. Lingkungan berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa aman nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan,
harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
2.1.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman
Menurut Yusuf (2015), yang mempengaruhi aman dan nyaman, yaitu :
• Emosi kecemasan, depresi, dan marah yang tidak terkendali akan mudah terjadi dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan
• Status mobilisasi, keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran
menurut memudahkan terjadinya resiko injury menyebabkan klien selalu merasa tidak
aman dalam beraktivitas dan tidak nyaman dengan keterbatasan fisik yang dialaminya
• Gangguan persepsi sensori, mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang
berbahaya seperti gangguan penciuman, pendengaran, dan penglihatan yang lebih
sering tidak nyata menimbulkan rasa tidak nyaman saat gangguan datang
• Keadaan imunitas, gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang
sehingga mudah terserang penyakit
• Tingkat kesadaran, pada pasien koma respon akan menurun terhadap rangsangan
paralis, disorientasi, dan kurang tidur
• Informasi atau komunikasi, gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat
membaca dapat menimbulkan kecelakaan
• Gangguan tingkat pengetahuan, kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat di prediksi sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
6
• Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, antibiotik dapat menimbulkan resistensi
dan anafilaktik syok
• Status nutrisi, keadaan nutrisi yang kurang menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya kelebihan nutrisi beresiko terhadap
penyakit tertentu
• Usia, perbedaan usia membedakan akibat yang terjadi dari apa yang dilakukan
• Jenis kelamin, secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
respon terhadap tingkat kenyamanannya
• Kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
meningkatkan dan mengatasi kenyamanan dalam hidupnya
2.1.3Pengertian Ansietas
Ansietas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Pengertian
lain ansietas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam
beberapa tingkatan. Jadi, ansietas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya.(Farida, 2010).
Ansietas adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya.(Suliswati, 2009)
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai
gangguan kesehatan. (Suliswati, 2009)
Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus yang mengancam dan objeknya jelas. (Suliswati, 2009)
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.4Tanda dan Gejala Ansietas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas
(Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
• Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
• Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
• Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
• Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
• Gangguan konsentrasi dan daya ingat
• Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala, dan sebagainya
2.1.5Tingkatan Ansietas
Menurut Suliswati (2009), ada empat tingkat ansietas yang dialami oleh individu,
yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat
ini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong
untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas
Respon Fisiologi Respon Kognitif Respon perilaku dan
emosional
• Sesekali nafas pendek
• Nadi dan tekanan
• Lapang persepsi
melebar
• Tidak dapat duduk
tenang
Universitas Sumatera Utara
8
darah naik
• Gejala ringan pada
lambung
• Muka berkerut dan
bibir bergetar
• Mampu menerima
rangsangan yang
kompleks
• Konsentrasi pada
masalah
• Menjelaskan masalah
secara afektif
• Tremor halus padaa
tangan
• Suara kadang-kadang
meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
Respon Fisiologi Respon Kognitif Respon Perilaku dan Emosi
• Sering nafas pendek
• Nadi (ekstra sistole)
dan tekanan darah
naik
• Mulut kering
• Anoreksia
• Diare/konstipasi
• Gelisah
• Lapang persepsi
menyempit
• Rangsang luar tidak
mampu diterima
• Berfokus pada apa
yang menjadi
perhatian
• Gerakan tersentak-
sentak (meremas
tangan)
• Bicara banyak dan
lebih cepat
• Susah tidur
• Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berpikir
realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Universitas Sumatera Utara
9
Respon Fisiologi Respon Kognitif Respon Perilaku dan Emosi
• Nafas pendek
• Nadi dan tekanan
darah naik
• Berkeringat dan sakit
kepala
• Penglihatan kabur
• Ketegangan
• Lapang persepsi
sangat sempit
• Tidak mampu
menyelesaikan
masalah
• Perasaan ancaman
meningkat
• Verbalisasi cepat
• Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah
terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak melakukan apa-apa
walaupun telah diberikan pengarahan.
Respon Fisiologi Respon Kognitif Respon Perilaku dan Emosi
• Nafas pendek
• Rasa tercekik dan
palpitasi
• Sakit dada
• Pucat
• Hipotensi
• Koordinasi motorik
rendah
• Lapang persepsi
sangat sempit
• Tidak dapat berpikir
logis
• Agitasi, mengamuk
dan marah
• Ketakutan, berteriak-
teriak, blocking
• Kehilangan kendali
atau kontrol diri
• Persepsi kacau
2.1.6Etiologi Ansietas
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Farida Kusumawati (2010) ada dua faktor penyebab ansietas, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (pendukung)
Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut.
• Peristiwa traumatik
• Konflik emosional
• Gangguan konsep diri
• Frustasi
• Gangguan fisik
• Pola mekanismes koping keluarga
• Riwayat gangguan kecemasan
• medikasi
2. Faktor Presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik
• Sumber internal
• Sumber eksternal
b. Ancaman terhadap harga diri
• Sumber internal
• Sumber eksternal
2.1.7Mekanisme Koping untuk Mengatasi Ansietas
Kemampuan individu menanggulangi ansietas secara konstruksi merupakan faktor
utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
ansietas ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan ansietas dengan
Universitas Sumatera Utara
11
mengembangkan pola koping. Pada ansietas ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati,
2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas sedang, berat dan panik membutuhkan
banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua
jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin
dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan
tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
• Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan
• Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress
• Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
personal seseorang
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri,
sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu
untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai penggunaan mekanisme pertahanan
individu apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
Universitas Sumatera Utara
12
• Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan
klien
• Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya
terhadap disorganisasi kepribadian
• Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan
klien
• Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan
2.1.8Penatalaksanaan Ansietas
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial, dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian
berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
• Makan makanan yang bergizi dan seimbang
• Tidur yang cukup
• Cukup olahraga
• Tidak merokok
• Tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk ansietas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neurotransmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
Universitas Sumatera Utara
13
yang sering dipakai adalah obat anti ansietas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari ansietas yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
• Psikoterapi suportif : untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri
• Psikoterapi re-edukatif : memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan
• Psikoterapi re-konstruktif : dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor
• Psikoterapi kognitif : untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat
• Psikoterapi psikodinamik : untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan
• Psikoterapi keluarga : untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung
5. Terapi psikoreligius
Universitas Sumatera Utara
14
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yaitu usaha
yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari pasien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat, dan berkesinambungan (Muttaqin, 2009)
a. Faktor Predisposisi
• Teori Psikoanalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu ide, ego,
dan super ego. Ide melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego.
Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu
segera diatasi.
• Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Berhubungan juga
dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan
harga diri rendah biasanyasangat mudah mengalami ansietas berat.
• Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
15
• Kajian biologis
Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal, seperti :
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya
kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari.
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan integritas fungsi
sosial.
c. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku
secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari ansietas. Identitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas. (Dalami dkk, 2009).
2.2.2 Analisa Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi
dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang perubahan-
perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam
proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-
Universitas Sumatera Utara
16
masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk rumah
sakit (initial assessment), selama pasien dirawat secara terus menerus (on going assessment),
serta pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data (re-assessment). (Potter &
Perry, 2005).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam penulisan tulisan ilmiah ini antara lain
sebagai berikut :
a. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya
2.2.3 Rumusan Masalah
Perumusan masalah keperawatan didasarkan pada identikasi kebutuhan kebutuhan
klien. Bila data pengkajian mulai menunjukkan masalah, perawat diarahkan pada pemilihan
diagnosa untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat terlebih dahulu menentukan apa
masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual. (Potter & Perry,
2005).
Faktor yang berhubungan dengan ansietas (NANDA), yaitu:
• Konflik yang tidak disadari tentang hal yang bersifat esensial, tujuan dan nilai
kehidupan
• Krisis situasional atau maturasional
Universitas Sumatera Utara
17
• Stress
• Hubungan keluarga atau hereditas
• Transmisi atau penularan interpersonal
• Ancaman terhadap konsep diri
• Ancaman kematian
• Ancaman terhadap atau perubahan status kesehatan, pola interaksi, fungsi atau status
peran, lingkungan, status ekonomi
• Kebutuhan yang tidak terpenuhi
• Pajanan terhadap toksin
• Penyalahgunaan zat
2.2.4 Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah
perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah teori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas.
Pentingnya berkolaborasi dengan klien dan keluarganya untuk menelaah literatur yang
berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan
perawatan kesehatan klien. (Potter & Perry, 2005).
Untuk menentukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC
(Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Cassificaation), adapun NOC
dan NIC untuk ansietas adalah sebagai berikut :
A. NOC (Nursing Outcome Classification)
NOC pada ansietas terdiri atas kecemasan kontrol dan mekanisme koping, yaitu
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
18
a. Ansietas kontrol
Dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan
indikator :
• Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ansietas
• Memonitor durasi tiap episode cemas
• Memantau lamanya waktu antara tiap episode ansietas
• Mempertahankan penampilan peran
• Mempertahankan hubungan sosial
• Mempertahankan konsentrasi
• Memantau penyimpangan persepsi sensori
• Mempertahankan tidur adekuat
• Memantau manifestasi fisik dari ansietas
• Memantau manifestasi perilaku dari ansietas
• Mengendalikan respon ansietas
b. Koping
Dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, konsisten), dengan
indikator:
• Memantau intensitas ansietas
• Mengurangi penyebab ansietas
• Mengurangi rangsang lingkungan ketika cemas
• Mencari informasi untuk mengurangi ansietas
• Merencanakan strategi koping untuk situasi yang menimbulkan stres
• Menggunakan strategi koping yang efektif (Sue Moorhead dkk, 2013).
Universitas Sumatera Utara
19
B. NIC (Nursing Intervensi Classification)
NIC pada klien yang mengalami ansietas, yaitu :
a. Reduksi ansietas : Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, firasat, atau kegelisahan
yang berkaitan dengan sumber yang tidak dapat diidentifikasi atau bahaya yang
diantisipasi
b. Manajemen demensia : Memberikan lingkungan yang di modifikasi untuk klien yang
mengalami kondisi konfusi kronis
c. Teknik penenangan : Mengurangi ansietas pada klien yang mengalami distres akut
Universitas Sumatera Utara
20
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
2.3.1 PENGKAJIAN
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
Identitas klien
Nama : Tn. P
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan KM 07 Desa Pinggir Bengkalis, Riau
Tanggal masuk RS : 02 Mei 2017
No. Register : 00.70.68.65
Ruangan/kamar : RB 2 RSUP. H. Adam Malik Medan
Tanggal pengkajian : 03 Mei 2017
Diagnosa medis : Abses hati
Universitas Sumatera Utara
21
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh gelisah dan susah tidur dikarenakan memikirkan penyakit yang di
deritanya.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative / Palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengatakan sering memikirkan tentang penyakitnya yang semakin
parah takut apabila tidak bisa disembuhkan.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Keluarga yang selalu mendampingi klien.
B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan
Keluarga mengatakan klien sering terlihat gelisah dan susah untuk tidur.
2. Bagaimana dilihat
Klien tampak lelah dan gelisah.
C. Severity
Keluarga klien mengatakan klien merasa khawatir dengan kondisinya saat ini.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan pernah ada riwayat hipertensi setahun yang lalu.
B. Pengobatan / tindakan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
22
Klien mengatakan sudah pernah berobat ke rumah sakit.
C. Pernah dirawat / dioperasi
Klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dumai, kemudian dirujuk ke rumah
sakit rantau prapat, dan dirujuk kembali ke rumah sakit tanjung balai, dan akhirnya
dirawat di rumah sakit adam malik medan.
D. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Orang tua klien tidak memiliki penyakit berat.
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien tidak ada yang mengalami riwayat sakit.
C. Penyakit keturunan yang ada
Pada garis keturunan, keluarga klien tidak memiliki penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa
Tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat atau mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien berpersepsi bahwa penyakit yang dideritanya sekarang berupa ujian dari Yang
Maha Kuasa, agar tetap selalu ingat pada-Nya dan mensyukuri bahwa sehat itu
merupakan kekayaan.
Universitas Sumatera Utara
23
B. Konsep diri
• Gambaran diri : klien menerima segala bagian tubuhnya, tanpa merasa ada yang
kurang.
• Ideal diri : idealnya klien ingin sembuh, agar bisa melaksanakan semua aktivitas
rutinnya.
• Harga diri : klien cukup dihargai di lingkungan sekitar dan dalam pengambilan
keputusan di lingkungan keluarga
• Peran diri : klien berperan sebagai orangtua dan kepala keluarga yang memiliki
dua anak.
• Identitas : semenjak sakit klien tidak bekerja lagi.
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi klien kurang stabil dikarenakan cemas dan gelisah.
D. Hubungan sosial
• Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidupnya
adalah istrinya dan anaknya, karena mereka selalu setia menemani, merawat
dan menjaganya.
• Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan yang baik dengan semua keluarga.
• Hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia memiliki hubungan baik dengan orang lain
• Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan ia tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
24
E. Spiritual
• Nilai dan keyakinan
Klien meyakini Allah SWT sebagai tuhan yang berkuasa atas segala
sesuatunya dan hanya kepada-Nya tempat memohon.
• Kegiatan ibadah
Sebelum sakit klien rajin mengerjakan sholat 5 waktu, namun semenjak klien
sakit sudah jarang mengerjakan sholat.
VII. STATUS MENTAL DAN EMOSI
A. Penampilan
Klien tampak gelisah, ekspresi wajah sedih.
B. Tingkah laku
Klien selalu memikirkan penyakitnya dan bahkan klien pun menanyakan tentang
kematiannya.
C. Pola komunikasi
Dalam berkomunikasi klien lebih sering diam.
D. Mood dan afek
Klien merasa cemas dengan penyakit yang di deritanya dan selalu mengeluh akan
keadaannya.
E. Proses pikir
Klien memikirkan apa yang akan dialaminya apabila mengalami kematian.
F. Persepsi
Klien mengalami penurunan perhatian.
Universitas Sumatera Utara
25
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Tingkat kesadaran composmentis dengan GCS : 15 (E4V5M6). Pasien tampak cemas
dan gelisah. Pasien juga terlihat lemas dan menahan nyeri.
B. Tanda-tanda vital
TD : 100/60 mmHg
N : 80x/i
P : 20x/i
S : 37,7 oC
BB : 59 kg
TB : 164 cm
C. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
• Bentuk : bulat dan simetris
• Kulit kepala : kulit kepala pasien bersih
• Penyebaran rambut : penyebaran rambut merata
• Bau : rambut pasien tidak berbau
• Warna rambut : rambut klien berwarna hitam
Wajah
• Warna kulit : warna kulit pasien pucat
• Struktur wajah : struktur wajah simetris
Universitas Sumatera Utara
26
Mata
• Kelengkapan dan kesimetrisan : struktur mata lengkap dan simetris
• Palpebra : tidak ada edema
• Konjungtiva : anemis
• Sklera : berwarna putih
• Pupil : isikor kanan dan kiri
• Kornea : tidak terjadi pengapuran katarak
• Iris : tidak ada peradangan pada mata
Hidung
• Tulang hidung : simetris
• Posisi septum : posisi septum ditengah
• Lubang hidung : bersih dan simetris
Telinga
• Bentuk telinga : normal
• Ukuran telinga : simetris kiri dan kanan
• Lubang telinga : normal
• Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
• Keadaan bibir : mukosa bibir kering
• Keadaan gusi dan gigi : kurang bersih
• Keadaan lidah : normal
• Orofaring : normal
Universitas Sumatera Utara
27
Leher
• Posisi trakea : normal
• Thyroid : tidak ada pembesaran
• Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran
• Vena jugularis : tidak ada distensi
• Denyut nadi karotis : teraba
• Suara : jelas namun lemah
Pemeriksaan integumen
• Kebersihan : kebersihan kulit terjaga
• Kehangatan : ektremitas teraba hangat
• Warna : warna kulit pucat
• Kelembaban : kelembaban kulit kurang
Pemeriksaan thoraks
• Inspeksi thoraks : normal
• Pernafasan (frek, irama) : 45x/i, cepat
• Tanda kesulitan bernafas : pasien ada sesak
• Bunyi nafas : vesikuler
Abdomen
• Inspeksi (bentuk) : ikut gerak nafas
• Auskultasi : peristaltik menurun
• Palpasi : nyeri tekan, pembengkakan hepar
• Perkusi : terdengar suara timpani
Universitas Sumatera Utara
28
Kelamin dan sekitarnya
• Rambut pubis : ada
• Lubang anus : ada
• Kelainan pada anus : tidak ada
Muskuloskeletal / ekstremitas
• Kesimetrisan : simetris antara dextra dan sinistra
• Kekuatan otot : sinistra 5 dan dextra 5
• Edema : tidak ada edema
Pemeriksaan neurologi
• Nervus Olfaktorius (N I)
Pasien dapat membedakan bau
• Nervus Optikus (N II)
Pasien dapat melihat ke segala arah
• Nervus Okulomotoris (N III), Nervus Trochlearis (N IV), Nervus Abdusen (N
VI)
Pasien dapat menggerakkan bola mata
• Nervus Trigeminus (N V)
Pasien dapat merasakan sentuhan di pipi, dagu, dan dahi
• Nervus Fasialis (N VII)
Pasien dapat menggembungkan kedua pipi
• Nervus Vestibulocochlearis (N VIII)
Pasien tidak tahan berdiri tegak
• Nervus Glossopharingeus (N IX), Nervus vagus (N X)
Pasien dapat menelan
Universitas Sumatera Utara
29
• Nervus Asesorius (N XI)
Pasien dapat mengangkat kedua bahu bersamaan tetapi tidak dapat menahan
tekanan yang diberikan pada pasien, pasien dapat menoleh ke kanan dan ke
kiri dan dapat menahan tekanan yang diberikan kepada pasien
• Nervus Hipoglossus (N XII)
Pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat menggerakkan lidah ke segala arah
Fungsi motorik
Klien dapat mengangkat tangan, mengangkat kaki, namun tidak mampu duduk
dan berganti posisi
Fungsi sensorik
Klien mampu membedakan benda yang bertekstur halus dan kasar, dapat
membedakan panas dan dingin
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
• Frekuensi : 3 kali sehari
• Selera makan : tidak selera makan
• Nyeri ulu hati : ada
• Alergi : tidak ada
• Mual dan muntah : pasien mengatakan mual
• Jenis makanan : nasi bubur
• Kebutuhan cairan : minum ketika haus, dan pemberian infus
Universitas Sumatera Utara
30
II. Personal hygiene
• Kebersihan tubuh : pasien terlihat bersih
• Kebersihan gigi dan mulut : kurang bersih
• Kebersihan kuku : kurang bersih
III. Pola kegiatan dan aktifitas
• Pasien mandi dengan bantuan dari perawat/keluarga
• Pada saat makan pasien disuapi
• Untuk eliminasi pasien menggunakan kateter urin
• Pada saat ganti pakaian pasien dibantu oleh perawat/keluarga
• Pasien jarang menunaikan ibadah sholat
IV. Pola Istirahat
• Pasien tidur mulai dari pukul 24.00-05.00 namun sering terbangun di tengah
malam karena gelisah
• Pasien harus tidur dalam posisi semi fowler untuk mengurangi rasa nyeri
• Pasien selalu merasa keletihan karena insomnia dan waktu tidur yang kurang
IX. POLA ELIMINASI
1. BAB
• Pola : 1 kali dalam 1-2 hari
• Karakter feses : sedikit dan berwarna hitam
• Riwayat perdarahan : tidak ada
• Diare : tidak ada
Universitas Sumatera Utara
31
2. BAK
• Pola : terpasang kateter 1500/12 jam
• Karakter urin : kuning
• Nyeri saat BAK : tidak ada
X. MEKANISME KOPING
Adaptif, menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dengan anggota keluarga,
berpasrah pada Yang Maha Kuasa, dan menerima keadannya yang sekarang.
2.3.2ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH
1. Pasien mengatakan masih
memikirkan keadannya,
merasa cemas seandainya
penyakitnya tidak bisa
disembuhkan
2. Pasien mengatakan tidak
merasa nyaman dengan
kondisinya
3. Pasien mengatakan susah
tidur dan sering terbangun
tengah malam
1. TTV pasien
Suhu : 37,7 oc
Nadi : 80xx/i
RR : 40x/i
TD : 100/60 mmHg
2. Pasien tampak cemas
3. Pasien tampak gelisah
4. Pasien tampak tidak
nyaman dengan kondisinya
5. Pasien tampak lemas
Ansietas
Gangguan pola tidur
Universitas Sumatera Utara
32
2.3.3 RUMUSAN MASALAH
• Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan
pasien merasa cemas akan penyakitnya.
• Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor eksternal ditandai dengan insomnia
dan pasien tampak lemas
2.3.4 INTERVENSI
No. Dx Perencanaan Keperawatan
1. Tujuan : Pasien mampu melakukan kontrol kecemasan diri, dengan indikator
NOC
1. Mengurangi penyebab kecemasan
2. Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
3. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
Rencana Tindakan NIC Pengurangan
Kecemasan
Rasional
• Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan
• Jelaskan semua prosedur termasuk
sensasi yang akan dirasakan yang
mungkin akan dialami klien selama
prosedur dilakukan
• Berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan, dan
• Agar pasien percaya dan mau
bercerita dengan kita masalah
kecemasannya
• Agar pasien paham tindakan yang
akan dilakukan dan tidak terkejut
dengan sensasi yang akan
dirasakan
• Semakin paham pasien akan
Universitas Sumatera Utara
33
prognosis
• Dorong keluarga untuk
mendampingi pasien dengan cara
yang tepat
• Bantu klien mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan\
• Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
penyakit dan cara perawatannya
maka rasa cemasnya akan
berkurang
• Agar pasien merasa aman apabila
didampingi keluarga
• Agar kita mengetahui cara yang
tepat untuk mengurangi
kecemasannya apabila kita
mengetahui penyebabnya
• Untuk merilekskan pasien
sehingga kecemasannya berkurang
No. Dx Perencanaan Keperawatan
2. Tujuan : Pasien dapat mempertahankan kebutuhan tidur dalam batas normal,
dengan indikator NOC
1. Pola tidur, skala 3
2. Kualitas tidur, skala 3
3. Perasaan segar setelah tidur, skala 3
Rencana Tindakan NIC Peningkatan Tidur Rasional
• Tentukan pola tidur/aktivitas pasien
• Monitor pola tidur pasien, dan catat
kondisi fisik (misalnya, apnea tidur,
sumbatan jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan, dan
• Untuk memperbaiki pola tidur
pasien
• Untuk mengetahui masalah yang
menggangu tidur pasien
Universitas Sumatera Utara
34
frekuensi buang air kecil) dan/atau
psikologis (misalnya, ketakutan atau
kecemasan) keadaan yang
mengganggu tidur
• Sesuaikan lingkungan (misalnya,
cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan
tempat tidur) untuk meningkatkan
tidur
• Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot autogenik
atau bentuk non farmakologi
lainnya untuk memancing tidur
• Untuk meningkatkan kualitas tidur
pasien
• Untuk memberikan rasa nyaman
dan mempercepat proses tidur
pasien
Universitas Sumatera Utara
35
2.3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
03 Mei
2017
• Kecemasan
sedang
berhubungan
dengan
perubahan
dalam status
kesehatan
ditandai
dengan pasien
merasa cemas
akan
penyakitnya.
• Gangguan pola
tidur
berhubungan
dengan faktor
eksternal
ditandai
dengan
insomnia dan
pasien tampak
lemas
1. Berikan salam,
perkenalkan diri, bina
hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Membantu klien
mengetahui situasi yang
menciptakan kecemasannya
3. Menjelaskan tentang
penyakit yang di deritanya
dan tindakan pengobatan
apa saja yang telah dan
akan dilakukan
4. Membantu klien
mengetahui situasi yang
membuatnya susah tidur
5. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
S : Pasien mengatakan ia
sudah paham dengan
penyakit yang di deritanya
dan rasa cemasnya mulai
berkurang apabila
dilakukan tindakan
pengobatan, dan merasa
lebih nyaman ketika tidur
O : Pasien kooperatif saat
diajak berbicara tapi masih
tampak gelisah
TD : 110/90 mmHg
HR : 90x / menit
RR : 30 x / menit
A : Pasien mampu
menjelaskan kembali apa
yang sudah perawat
jelaskan tentang
penyakitnya dan tentang
kecemasan yang ia rasakan
Universitas Sumatera Utara
36
P : Intervensi dilanjutkan
04 Mei
2017
1. Berikan salam kepada
pasien
2. Cek tanda-tanda vital
pasien
3. Ajarkan pasien teknik
napas dalam untuk
mengurangi kecemasannya
4. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
5. Ajarkan pasien teknik
relaksasi otot autogenik
untuk mempermudah tidur
S : Pasien mengatakan
senang bertemu dengan
penulis lagi, dan
mengatakan kecemasannya
sudah berkurang, dan
tidurnya lebih nyenyak
dari sebelumnya
O : Pasien kooperatif,
terlihat lebih tenang
TD : 120/90
HR : 80x / menit
RR : 25x/ menit
A : Pasien paham dan
mampu mengulangi teknik
relaksasi yang diajarkan
P : Intervensi dilanjutkan
05 Mei
2017
1. Berikan salam pada
pasien
2. Cek tanda-tanda vital
pasien
3. Ajarkan pasien
S : Pasien mengatakan
senang berbicara dengan
penulis, dan mengatakan ia
sudah tidak cemas lagi
akan penyakitnya, dan
Universitas Sumatera Utara
37
mendengarkan musik serta
mengerutkan dan
mengendurkan otot untuk
pengalihan perhatian pasien
dari kecemasannya
4. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
tidurnya sudah nyenyak
O : Pasien kooperatif,
wajah dan sikapnya lebih
tenang, tanda-tanda vital
pasien dalam batas normal
A : Pasien mampu
melakukan teknik
mengontrol kecemasan
P : Intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara
38
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kecemasan, akan
ditemukan adanya perilaku kecemasan dan cara berkomunikasi yang kurang jelas akibat
pasien gugup. Sehingga diperlukan kesabaran dalam berkomunikasi dengan pasien. Dan juga
bina hubungan saling percaya sehingga menciptakan suasana yang terapeutik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien, khususnya dengan kecemasan
dibutuhkan kehadiran keluarga disisinya untuk menemani dan menguatkan pasien.
Disamping itu juga dibutuhkan kehadiran keluarga untuk memberikan data dan membina
kerjasama dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien.
3.2 SARAN
Dalam memberikan asuhan keperawatan, hendaknya perawat mengikuti proses
keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan keperawatan
berhasil dan optimal.
Dalam menangani kasus ansietas hendaknya perawat lebih tenang dan bersabar karena
respon masing-masing individu memiliki kecemasan yang berbeda.
Bagi keluarga hendaknya selalu bergantian untuk menjaga pasien yang berada di
rumah sakit, agar pasien merasa selalu diperhatikan dan lebih tenang dalam menjalani proses
keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
39
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (Terjemahan). Indonesia :
Elsevier Inc
Ernawati, D dkk. 2009.Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta :
Trans Info Media
Kusumawati & Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Malang : Salemba Medika
Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (Terjemahan). Indonesia : Elsevier Inc
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Jakarta : EGC
Riyadi & Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu
LAMPIRAN
Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
03 Mei
2017
• Kecemasan
sedang
berhubungan
dengan
perubahan
dalam status
kesehatan
ditandai
dengan pasien
merasa cemas
1. Berikan salam,
perkenalkan diri, bina
hubungan saling percaya
dengan pasien
2. Membantu klien
mengetahui situasi yang
menciptakan kecemasannya
3. Menjelaskan tentang
penyakit yang di deritanya
dan tindakan pengobatan
S : Pasien mengatakan ia
sudah paham dengan
penyakit yang di deritanya
dan rasa cemasnya mulai
berkurang apabila
dilakukan tindakan
pengobatan, dan merasa
lebih nyaman ketika tidur
O : Pasien kooperatif saat
diajak berbicara tapi masih
Universitas Sumatera Utara
40
akan
penyakitnya.
• Gangguan pola
tidur
berhubungan
dengan faktor
eksternal
ditandai
dengan
insomnia dan
pasien tampak
lemas
apa saja yang telah dan
akan dilakukan
4. Membantu klien
mengetahui situasi yang
membuatnya susah tidur
5. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
tampak gelisah
TD : 110/90 mmHg
HR : 90x / menit
RR : 30 x / menit
A : Pasien mampu
menjelaskan kembali apa
yang sudah perawat
jelaskan tentang
penyakitnya dan tentang
kecemasan yang ia rasakan
P : Intervensi dilanjutkan
04 Mei
2017
1. Berikan salam kepada
pasien
2. Cek tanda-tanda vital
pasien
3. Ajarkan pasien teknik
napas dalam untuk
mengurangi kecemasannya
4. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
S : Pasien mengatakan
senang bertemu dengan
penulis lagi, dan
mengatakan kecemasannya
sudah berkurang, dan
tidurnya lebih nyenyak
dari sebelumnya
O : Pasien kooperatif,
terlihat lebih tenang
TD : 120/90
Universitas Sumatera Utara
41
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
5. Ajarkan pasien teknik
relaksasi otot autogenik
untuk mempermudah tidur
HR : 80x / menit
RR : 25x/ menit
A : Pasien paham dan
mampu mengulangi teknik
relaksasi yang diajarkan
P : Intervensi dilanjutkan
05 Mei
2017
1. Berikan salam pada
pasien
2. Cek tanda-tanda vital
pasien
3. Ajarkan pasien
mendengarkan musik serta
mengerutkan dan
mengendurkan otot untuk
pengalihan perhatian pasien
dari kecemasannya
4. Mengkondisikan
lingkungan yang nyaman,
merapikan tempat tidur,
meredupkan lampu,
mengatur suhu ruangan
sebelum pasien tidur
S : Pasien mengatakan
senang berbicara dengan
penulis, dan mengatakan ia
sudah tidak cemas lagi
akan penyakitnya, dan
tidurnya sudah nyenyak
O : Pasien kooperatif,
wajah dan sikapnya lebih
tenang, tanda-tanda vital
pasien dalam batas normal
A : Pasien mampu
melakukan teknik
mengontrol kecemasan
P : Intervensi dihentikan
Universitas Sumatera Utara