ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M KHUSUSNYA TN. M …
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M KHUSUSNYA TN. M …
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. M KHUSUSNYA
TN. M DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA
AMAN NYAMAN : NYERI DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER “HIPERTENSI” DI WILAYAH RT 07
RW 002 KELURAHAN UTAN PANJANG KECAMATAN
KEMAYORAN JAKARTA PUSAT
Tanggal 22 Maret 2018 – 28 Maret 2018
Disusun Oleh :
RIDHA AZKIA
2015750037
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH JAKARTA
TAHUN 2018
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikumWr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
―Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. M Khususnya Tn. M Dengan
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Dan Nyaman Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler “HIPERTENSI” Di Wilayah Rt 07 Rw 002
Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat‖
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan
maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan dimasa yang akan datang. Dalam
penyeleasaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan, saran dan data-data baik secara penulisan maupun secara lisan, maka
pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan UMJ
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku Ka. Prodi D III Keperawatan
FIK UMJ
3. Ibu Ns. Nurhayati, Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing keperawatan keluarga
yang telah banyak memberi bantuan, bimbingan dan pengarahan yang sangat
berguna dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes. selaku wali akademik sekaligus penguji
sidang
5. Seluruh dosen dan staff pendidikan akademik yang telah memberikan
dukungan dalam menyusun kara tulis ilmiah
6. Ibu Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat dan
seluruh ibu kader yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan
selama praktek lahan dan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini
7. Keluarga Tn. M yang telah besikap kooperatif dan dapat bekerjasama dengan
baik selama dilakukan pembinaan dan dalam menyusun karya tulis ilmiah
iv
8. Kedua orang tua (Agusli Rosidin I. S. & Rosmanila Dewi), kakak dan adik,
yang selalu memberikan semua hal yang saya butuhkan dari awal hingga
akhir
9. Aplikasi wetppad, joox yang menjadi hiburan dikala lelah sehingga dapat
kembali bersemangat menyususun karya tulis ilmiah
10. Dan yang terakhir untuk semua yang saya sayangi, maaf tidak dapat
menyebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, arahan,
dukungan dan doa untuk keberhasilan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini
Akhir kata penulis menyadari dari karya tulis ini banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya masukan baik itu berupa saran ataupun
kritik yang membangun dari semua pihak dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama kesehatan.
Jakarta, Mei 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAAN
KATA PENGANTAR ………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….… v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………...... 1
B. Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 6
1. Tujuan Umum ………………………….…………………..... 6
2. Tujuan Khusus ………………………………..……………... 6
C. Ruang Lingkup …………………………..…………………….... 7
D. Metode Penulisan ………..…………………………………….... 7
E. Sistematis Penulisan ……..…………………………………….... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan ……………..……………... 10
1. Pengertian ……………………………………………………... 10
2. Etiologi ………………………………………………………... 11
3. Klasifikasi ……………………………………………………... 12
4. Factor resiko …………………………………………………... 13
5. Patofisiologi …………………………………………………… 15
6. Manifestasi klinik ……………………………………………... 15
7. Komplikasi ……………………………………………………. 16
8. Penatalaksanaan ………………………………………………. 17
9. Pemeriksaan penunjang ……………………………………….. 23
B. Pemenuhan Kebutuhan dasar rasa Aman Nyaman : Nyeri ……….. 23
1. Kebutuhan keamanan …………………………………………. 23
a. Definisi keamanan ………………………………………… 23
b. Klasifikasi kebutuhan keamanan …………………………. 24
c. Lingkup kebutuhan keamanan ……………………………. 25
d. Cara meningkatkan keamanan ……………………………. 26
2. Kebutuhan Aman Nyaman : Nyeri ……………………………. 26
a. Fisiologi nyeri …………………………………………….. 26
b. Jenis nyeri …………………………………………………. 27
c. Bentuk nyeri ………………………………………………. 29
d. Factor yang mempengaruhi nyeri …………………………. 30
C. Asuhan Keperawatan Keluarga …………………………………… 33
1. Konsep Keluarga ……………………………………………… 33
a. Pengertian …………………………………………………. 33
b. Jenis/Tipe Keluarga ……………………………………….. 34
c. Struktur dan fungsi Keluarga ……..….…………………… 37
d. Peran Keluarga ……………………………………………. 39
vi
e. Tahap dan tugas perkembangan keluarga ………………… 40
2. Konsep Proses KeperawatanKeluarga ……………………….... 43
a. Pengkajian Keperawatan ………………………………….. 44
b. Diagnosa Keperawatan ……………………………………. 46
c. Perencanaan Keperawatan ………………………………… 50
d. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………… 54
e. Evaluasi Keperawatan …………………………………….. 55
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan ………………………………………….. 58
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………. 75
C. Perencanaan Keperawatan ………………………………………… 79
D. Pelaksanaan Keperawatan ………………………………………… 90
E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………..……… 98
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan …………………………………... ……... 102
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………….. 105
C. Perencanaan Keperawatan ………………………………………… 105
D. Pelaksanaan Keperawatan ...………………………………………. 107
E. Evaluasi Keperawatan ……………………………………………... 108
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN…………………………………………………… 109
B. SARAN …………………………………………………………… 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi
penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara
berkembang lebih dari delapan decade terakhir. Hipertensi merupakan
gangguang sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah
di atas nilai normal yaitu 140/90 mmHg. (Triyanto Endang, 2014).
Berdasarkan 2x pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan
cukup istirahat/tenang. (Kemenkes, 2014). Hipertensi merupakan suatu
keadaan ketika tekanan darah dipembuluh darah meningkat secara kronis.
(Riskesdas, 2013)
Berdasarkan Data Statistik Kesehatan Dunia WHO (World Health
Organization) pada tahun 2012, hipertensi menyebabkan 51% kematian
akibat stroke dan 45% kematian akibat jantung koroner. Hipertensi yang tidak
diobati dapat menyebabkan kebutaan, irama jantung tidak beraturan, dan gagal
jantung. Hipertensi dapat mengakibatkan kematian pada 45% penderita
penyakit jantung dan 51% kematian penderita stroke pada tahun 2008. (WHO,
2013). Sedangkan pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus
Hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 atau
sekitarn 29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada dinegara berkembang.termasuk
Indonesia, Hipertensi juga menempati peringkat ke 2 dari 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di Indonesia. penderitanya
lebih banyak wanita (30%) dan pria (29%) sekitar 80 % kenaikan kasus
hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang. (Triyanto, 2014)
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90 – 95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
2
Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2017 mencapai 31,7% dari populasi
usia 18 tahun ke atas (berdasarkan pengukuran). Secara nasional, 10
kabupaten/kota dengan prevalensi Hipertensi Pada Penduduk Umur > 18
Tahun tertinggi adalah Natuna (53,3%), Mamasa (50,6%), Katingan (49,6%),
Wonogiri (49,5%), Hulu Sungai Selatan (48,2%), Rokan Hilir (47,7%),
Kuantan Senggigi (46,3%), Bener Meriah (46,1%), Tapin (46,1%), dan Kota
Salatiga (45,2%). Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). (Riskesdas,
2007). Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia
mencapai 25,8% dari populasi usia 18 tahun ke atas. Tertinggi di Bangka
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). (Riskesdas, 2013). Dari hasil tersebut
menunjukan bahwa prevalensi hipertensi terjadi penurunan sebesar 5,9% dari
31,7% tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013. Asumsi terjadi penurunan bisa
bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang berbeda sampai pada
kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan.
(Riskesdas, 2013)
Hasil pengkajian berdasarkan data di puskesmas kelurahan utan panjang tahun
2017 hipertensi termasuk urutan no 2 setelah ispa yang mengancam angka
harapan hidup yaitu sebanyak 2980 orang (21,8%) dari 13.641 orang.
Hasil penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu primer dan
sekunder. Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karna tidak
diketahui peyebabnya. Faktor yang mempengaruhi yaitu : genetika,
lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis, sistem renin. Faktor yang
meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan polisitemia. Sedangkan
hipertensi sekunder penyebabnya yaitu penggunann estrogen, penyakit ginjal,
sindrom cushing, penyakit renovaskuler, aldosteronism, dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. (Nanda NIC NOC, 2015) Hipertensi
ditemukan pada semua populasi dengan angka kejadian yang berbeda – beda,
3
sebab ada factor – factor genetika, ras, social budaya yang juga menyangkut
gaya hidup yang juga berbeda. Hipertensi akan makin meningkat bersama
dengan bertambahnya umur (Setiati siti, 2015)
Menurut penelitian Herwati dan Wiwi sartika tahun 2011, Tingginya
prevalensi ini disebabkan beberapa faktor penyebab hipertensi yaitu yang
tidak dapat dimodifikasi adalah factor genetika, usia, etnis dan faktor
lingkungan. Sedangkan yang dapat dimodifikasi adalah pola diet, kegemukan,
merokok dan stres. Para ahli umumnya bersepakat bahwa faktor resiko yang
utama meningkatnya hipertensi adalah perilaku atau gaya hidup (life style),
prilaku di Indonesia pada umumnya kurang makan buah dan sayur 93,6 % dan
24,5 % yang berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari,
ini merupakan salah satu penyebab dan faktor resiko meningkatnya penderita
hipertensi.
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya adalah multi factor,
sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal.
(Setiati Siti dkk, 2015 ). Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang
sering disebut silent killer karena pada umumnya pasien tidak mengetahui
bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu
tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk. 2004).
Pada umumnya tanda dan gejala hipertensi dijumpai yaitu : pusing, mudah
marah, telinga berdenging, mimisan, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang – kunang. Kadang – kadang
hipertensi berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung
(Purnama Basuri T, 2008). Hipertensi dapat mengakibatkan stroke, gagal
ginjal, penyakit jantung, gangguan penglihatan, dan yang paling parah bisa
mengakibatkan kematian.
4
Tanda gejala dan akibat yang dirasakan oleh penderita hipertensi dapat
meyebabkan masalah atau gangguan kebutuhan rasa Aman dan Nyaman :
Nyeri. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang.
Dalam konteks asuhan keperawatan ini, maka perawat harus memerhatikan
dan memenuhi rasa nyaman. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan
klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, dan bersifat
individual. Nyeri juga dapat diartikan sebagai suatu sensasi yg tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu
merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari –
hari, psikis, dan lain – lain. Nyeri yang dirasakan dikarenakan adanya
peningkatan darah yang tinggi yang menimbulkan rasa nyeri pada leher bagian
belakang dan nyeri pada kepala. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional.
Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan nyeri akut atau sementara yang
bersifat melindungi, memiliki sedikit kerusakan jaringan serta respon
emosional. Itu disebabkan karna nyeri akut dapat diprediksi waktu
penyembuhan dan penyebabnya dapat diidentifikasi. (Potter & Perry, 2010).
Tingginya angka hipertensi baik di Dunia maupun di Indonesia yang berakibat
pada menurunnya angka harapan hidup. Oleh karna itu pemerintah
mempunyai peran yang besar melalui kebijakan kementrian kesehatan yaitu:
dengan cara Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini
hipertensi secara aktif (skrining), meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu PT, meningkatkan akses
penderita terhadap pengobatan hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk
pengendalian PTM melalui Peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang
profesional dan kompenten dalam upaya pengendalian PTM khususnya
tatalaksana PTM di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas;
Peningkatan manajemen pelayanan pengendalian PTM secara komprehensif
(terutama promotif dan preventif) dan holistik; serta Peningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana promotif-preventif, maupun sarana
5
prasarana diagnostik dan pengobatan (Depkes, 2012). Upaya yang dilakukan
oleh pemerintah melalui pelayaanan kesehatan baik tenaga medis maupun para
medis, salah satunya perawat.
Perawat mempunyai tanggung jawab untuk membantu menurunkan angka
kesakitan akibat hipertensi. Menekankan masalah hipertensi. Peran perawat
melalui upaya promotif (promosi), preventif (pencegahan), kuratif
(pengobatan), dan rehabilitas (setelah pengobatan). Aplikasi yang dilakukan
perawat dalam upaya promotif adalah melakukan penyuluhan tentang penyakit
hipertensi. Upaya preventif (pencegahan) adalah menganjurkan keluarga
apabila pusing, lemas dan nyeri pada leher bagian belakang segera istirahat,
upaya kuratif (pengobatan) adalah menganjurkan keluarga untuk berobat ke
puskesmas dan minum obat antihipertensi (penurun darah tinggi) secara
teratur, upaya rehabilitative adalah menganjurkan keluarga apabila sudah
mendapatkan obat penurun darah tinggi. (Setadi, 2008). Upaya yang telah
dilakukan dalam rangka menurunkan prevelensi hipertensi tidak hanya
menjadi tanggung jawab perawat tetapi perlu peran serta keluarga.
Menurut friedman (1998) bahwa keluarga berperan dalam memelihara
kesehatan anggota keluarganya. Tugas keluarga dalam kesehatan yaitu
mengenal masalah penyakit hipertensi yang diderita oleh anggota keluarganya,
kemampuan keluarga mengambil keputusan bagian anggota keluarga yang
menderita hipertensi, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi, keluarga mampu memodifikasi lingkungan keluarga
yang menderita hipertensi dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan bagi penderita hipertensi. (Setiadi, 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang
asuhan keperawatan pada keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn. R dengan
pemenuhan kebutuhan dasar rasa Aman Nyaman : Nyeri pada gangguan
sistem kardiovaskular ―HIPERTENSI‖ di wilayah Rt 007 Rw 02 Kelurahan
Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.
6
B. Tujuan Penulis
1. Tujuan umum
Penulis mampu mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan
―hipertensi‖.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan keluarga
dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman pada
gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman
dan nyaman pada gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
c. Mampu merumuskan rencana tindakan keperawatan pada asuhan
keperawatan keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman
dan nyaman pada gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman
pada gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
e. Mampu melakukan evaluasi pada asuhan keperawatan keluarga
dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman pada
gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
f. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
keluarga dengan pemenuhan kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman
pada gangguan sistem kardiovaskuler ―hipertensi‖.
g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus.
h. Mampu mengidentifikasi factor – factor pendukung, penghambat
serta dapat mencari solusi.
7
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyaknya masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat terutama
pada sistem kardiovaskular, maka penulis membatasi makalah ini pada
pembahasan mengenai pemberian asuhan keperawatan pada keluarga Tn. M
khususnya Tn. M dan Tn. R dengan pemenuhan kebutuhan dasar pada
gangguan sistem kardiovaskular ―HIPERTENSI‖ di wilayah rt.07 rw.02
Keluarahan Utan Panjang Kecamata Kemayoran Jakarta Pusat
D. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ilmiah adalah metode
deskriptif yaitu suatu metode yang mempelajari, menganalisa, dan menarik
kesimpulan dari pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dan membandingkan dengan hasil studi keperpustakaan.
Adapun data diperoleh dengan menggunakan teknik:
1. Studi kepustakaan
Suatu kegiatan untuk memperoleh dengan cara mempelajari buku-buku
dan literature yang berhubungan dengan asuhan keperawatan keluarga dan
keperawatan sistem kardiovaskular : Hipertensi.
2. Studi kasus
a. Observasi kasus melalui partisipasi aktif terhadap klien yang
bersangkutan mengenai penyakit, pengobatan, dan keperawatan serta
hasil tindakan yang dilakukan.
b. Wawancara Yaitu dengan melakukan wawancara dengan keluarga
memperoleh data-data khususnya yang terkait dengan HIPERTENSI
dan tugas-tugas kesehatan serta faktor kesehatan dalam keluarga sesuai
dengan masalah yang dihadapi.
c. Pemeriksaan fisik Yaitu dilakukan pada seluruh anggota keluarga,
akan tetapi difokuskan pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.
8
E. Sitematis Penulis
Makalah ilmiah ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup, dan sistem penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis
A. Konsep dasar terdiri dari : pengertian, etiologi,tanda gejela,
factor resiko, patofisiologi, klasifikasi, menifestasi klinik,
komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang.
B. Pemenuhan Kebutuhan (rasa Aman dan Nyaman)
1. Kebutuhan Keamanan: Definisi Keamanan, Klasifikasi
Kebutuhan Keamanan, Lingkup Kebutuhan Keamanan dan
Cara Meningkatkan Keamanan
2. Kebutuhan aman dan nyaman : Nyeri : Fisiologi Nyeri,
Jenis Nyeri, Bentuk Nyeri dan Factor yang mempengaruhi
Nyeri
C. Asuhan keperawatan keluarga terdiri dari :
1. Konsep keluarga terdiri dari : pengertian, jenis/tipe
keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi
keluarga, tahap perkembangan dan tugas perkembangan
keluarga.
2. Konsep keperawatan keluarga terdiri dari : pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan
BAB III : Tinjauan Kasus
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnose Keperawatan
C. Perencanaan Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
9
BAB IV : Pembahasan
Membahas kesenjangan yang terjadi antara Bab II dan Bab III
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Masalah Keperawatan
1. Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO) dan The International
Society of Hypertension (ISH)
Hipertensi merupakan kondisi ketika tekanan darah sistolik > 140 mmHg
diastolic >90 mmHg. Nilai ini merupakan hasil rerata minimal 2x
pengukuran setelah melakukan 2x atau lebih kontak dengan petugas
kesehatan.
Menurut Endang Triyanto, 2014
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dang angka kematian (mortilitas).
Menurut Brunner & Suddarth, 2013
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada 2x
pengkuran atau lebih.
Diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Normal : sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kuran dari 80
mmHg.
b. Prahipertensi : sistolik 120 – 139 mmHg diastolic 80 – 89 mmHg.
c. Stadium 1 : sistolik 140 – 159 mmHg diastolic 90 – 99 mmHg.
d. Stadium 2 : sistolik >160 mmHg diastolic >100 mmHg.
Semua definisi hipertensi adalah angka kesepakatan berdasarkan bukti
klinis (evidence based) atau berdasarkan epidemologi studi meta analisis.
Sebab bila tekanan darah lebih tinggi dari angka normal yang disepakati,
maka resiko morbiitas dan mortilitas kejadian kardiovaskular akan
meningkat. Yang paling penting ialah tekanan darah harus persistens di
atas atau sama dengan 140/90 mmHg. (Siti Setiati dkk, 2015).
11
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi juga dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi primer dan hipertensi sekunder. (rencana askep medical bedah,
2017).
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial ini merupakan jenis
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Ini merupakan jenis
hipertensi yang paling banyak yaitu sekitar 90 – 95% dari insidensi
hipertensi secara keseluruahn. Hipertensi primer ini sering tidak
disertai dengan gejala dan biasanya gejala baru mucul saat hipertensi
sudah berat atau sudah menimbulkan komplikasi. Hipertensi adalah
factor resiko utama pada penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal
jantung. Genetic dan ras merupakan bagian yang menjadi penyebab
timbulnya hipertensi primer, termasuk factor lain yang diantaranya
adalah factor stress, intake alcohol moderat, merokok, lingkungan,dan
gaya hidup. Hal inilah yang kemudian menyebabkan hipertensi
dijuluki sebagai silent kiler.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat
proses dasar yang dapat diidentifikasi. Penyakit ini sekitar 5 – 10%
dari kasus hipertensi yang diidentifikasi. Seperti penyempitan arteri
renalis, penyakit kelenjar tiroid, hiperaldosteronisme (kelenjar
adrenal), medikasi tertentu, kehamilan, dan koarktasi aorta. Penyakit
ginjal adalah penyebab tersering tekanan darah tinggi yang
diidentifikasi baik pada dewasa maupun anak – anak (Huether &
McCance, 2008) Hipertensi jenis ini merupakan dampak sekunder dari
penyakit tertentu. Berbagai kondisi yang bisa menyebabkan hipertensi
antara lain penyempitan arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
hiperaldosteron maupun kehamilan. Selain itu, obat – obatan tertentu
bisa juga menjadi pemicu jenis hipertensi sekunder.
Jadi hipertensi disebut primer bila penyebabnya tidak diketahui (90%),
bila ditemukan sebabnya disebut sekunder (10%). (Siti Setiati dkk, 2015)
12
3. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa
Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic
Normal <130 mmHg <85 mmHg
Normal tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg
Stadium 1 (Hipertensi Ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (Hipertensi Sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (Hipertensi berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (Hipertensi Maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO – ISH, ESH – ESC, JNC 7
Klasifikasi tekanan
darah
Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic
WHO-
ISH
ESH-
ESC JNC 7
WHO-
ISH
ESH-
ESC JNC 7
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <120 <85 80-84 <80
Tinggi – normal 130–139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 1
(ringan) 140-159 140-159 90-99 90-99
Hipertensi kelas 2
(sedang) 160-179 160-179 100-109 100-109
Hipertensi kelas 3
(berat) >180 >180 >110 >110
Hipertensi sistolik
terisolasi >140 >180 <90 <90
Pre- hipertensi 120-139 80-89
Tahap 1 140-159 90-99
Tahap 2 >160 >100
JNC V menggolongkan hipertensi menjadi hipertensi emergensi dan
hipertensi urgensi/
13
a. Hipertensi emergensi. Kondisi ini ditandai oleh beberapa hal, antara
lain :
1) Tekanan darah diastolic >120 mmHg
2) Terdapat kerusakan organ sasaran yang disebabkan oleh satu atau
lebih penyakit atau kondisi akut tertentu.
b. Hipertensi urgensi. Kondisi ini ditandai oleh beberapa hal antara lain :
1) Tekanan dara diastolic >120 mmHg
2) Tidak terdapat kerusakan serius pada organ sasaran, kalaupun ada
derajatnya masih ringan
Tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam.
4. Factor risiko
a. Factor genetic mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.
Hipertensi banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu
telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini
menyokong bahwa jika seorang dari orangtua kita memiliki hipertensi
maka sepanjang hidup kita memilik kemungkinan 25% terkena
hipertensi.
b. Factor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi ini sering
disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormone. Hipertensi pada
usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian premature (julianti, 2005).
c. Factor lingkungan seperti stress berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi esensial. Apabila stress berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, tetapi angka kejadian masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan di pedesaan.
d. Kegemukan merupakan ciri khas dari hipertensi. Karna daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
14
e. Pola makan tinggi kolesterol serta tinggi kandungan natrium atau
garam
f. Rendahnya aktivitas fisik dan olahraga
g. Kebiasaan merokok
h. Konsumsi alcohol yang berlebihan
i. Akibat lanjut dari hipertensi adalah gangguan fungsi ginjal hingga
gagal ginjal, dan stroke hingga kelumpuhan.
15
5. Patofisologi
6. Manifestasi klinik
Menurut Adinil (2004) gejala klinis yang dialami oleh para penderita
hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung,
sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata
berkunang – kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun –
tahun. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma peningkatan
nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah
otak dapat menimbulkan stroke atau seragan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (wijayakusuma, 2000).
16
Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun – tahun berupa nyeri kepala saat
terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intracranial. Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan
apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema
pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tibe – tibe, tengkuk terasa pegal dan lain – lain.
(Endang Triyanto, 2014)
7. Komplikasi
a. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri – arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran
darah ke daerah – daerah yang diperdarahinya berkurang.
b. Gagal jantung (kiri) yaitu ketidakmampuan jantung dalam memompa
darah yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru, kaki dan jaringan lainnya. Cairan di dalam paru –
paru menyebabkan sesak napas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan kaki bengkak atau edema. Tekanan yang tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron – neuron disekitarnya kolap dan terjadi koma.
c. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.
d. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler – kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya
membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga
17
tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
sering dijumpai pada hipertensi kronik.
(Endang Triyanto, 2014)
8. Penatalaksanaan
WHO memberi rekomendasi diuretic dosis kecil sebagai pilihan pertama
untuk pengobatan hipertensi dengan alasan sangat cost effective. Pilihan
obat pertama antihipertensi adalah golongan thiazid, dapat dikombinasi
dengan golongan antihipertensi lain, terutama apabila ada situasi yang
disebut dengan high risk condition, yang disertai compelling indication.
Pengobatan selalu dimulai denga cara modifikasi gaya hidup, kemudian
dilanjutkan dengan farmakoterapi secara individualistic sesuai dengan
komorbid atau compeling indication yang ada pada penderita. (Siti Setiati,
2015)
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan,
dengan menerapkan sebuah intervensi yang telah dibuktikan efektif.
a. Tahap Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi insiden
penyakit hipertensi dengan cara mengendalikan factor – factor resiko
agar tidak terjadi penyakit hipertensi. Contoh kegiatan yang dilakukan
adalah penyuluhan tentang hipertensi, pengaturaan diet, perubahan
gaya hidup, manajemen stress, dan lainnya.
Upaya – upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer terhadap
penyakit hipertensi antara lain :
1) Pola makan yang baik
Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
a) Sumber kalori : Beras, tales, kentang, macaroni, mie, bihun,
tepung-tepungan, gula.
b) Sumber protein hewani : Daging, ayam, ikan, semua terbatas
kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam, telur bebek paling
banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
18
c) Sumber protein nabati : Kacang-kacangan kering seperti tahu,
tempe, oncom.
d) Sumber lemak : Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e) Sayuran : Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam,
oyong, wortel.
f) Buah-buahan : Semua buah kecuali nangka, durian, hanya
boleh dalam jumlah terbatas.
g) Bumbu : Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang
putih, garam tidak lebih 15 gramperhari.
h) Minuman : Teh encer, coklat encer, juice buah.
Makanan yang dibatasi
a) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak,
paru, minyak kelapa, gajih
b) Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya
biscuit, craker
c) Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor
asin.
d) Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
e) Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis,
daging sapi, daging kambing.
f) Garam dapur :
a. Tekanan darah ringan >140 – 149/ >90 – 94 Mmhg
Diet rendah garam 3 gr = 1 sendok teh/ hari
b. Tekanan darah sedang > 150 – 179/ > 95 – 109 Mmhg
Diet rendah garam 2 gr = ½ sendok the / hari
c. Tekanan darah berat > 180/ >110 Mmhg
Diet rendah garam 1 gr = TANPA GARAM
g) Makan tinggi lemak dan kolesterol
h) Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan,
dll
19
2) Perubahan gaya hidup
a) Olahraga teratur
b) Menghentikan rokok
c) Membatasi alcohol
3) Mengurangi kelebihan berat badan
Dimaksudkan untuk pengendalian asupan kalori total untuk
mencapai atau mempertahankan BB yang sesuai dan
mengendalikan kadar glukosa.Tujuan diit untuk membantu
menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan darah
menuju normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih,
menurunkan kadar lemak kolesterol.
4) Teknik relaksasi progresif
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang
didasarkan pada cara kerja sistem syaraf simpatis dan parasimpatis.
Teknik ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasaan, mengatasi insomnia dan asma (Ramdhani, 2006).
Terapi relaksasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009). Agar
memperoleh manfaat dari respon relaksasi, ketika melakukan
teknik ini diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman
dan dapatmempergunakan rekaman latihan relaksasi berupa tape.
Alat ini akan membantu pasien memfokuskan perhatian
(konsentrasi) pada pelepasan ketegangan otot disetiap otot- otot
tubuh yang utama, sambil merasakan irama pernafasan.
Berikut adalah langkah yang dilakukan untuk terapi relaksasi
progresif :
Gerakan 1: mengepalkan tangan ditujukan untuk melatih otot
tangan
Genggam tangan kiri sambil membuat satu kepalan
Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi
20
Pada saat kepalan dilepaskan, Klien dipandu untuk merasakan
relaks se;ama 10 detik.
Gerakan pada tnagan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien
dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan
Gerakan 2 : Ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke
belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap
ke langit-langit.
Gerakan 3 : Ditujukan untuk melatih otot biseps ( Otot besar pada
bagian atas lengan )
Genggam kedua tangan sehingga membuat kepalan
Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehinnga otot
biseps akan menjadi tegang
Gerakan 4 :Ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur
Angkat kedua bahu setinggi tingginya seakan akan menyentuh
kedua telinga
Fokuskan perhatian gerakan pada kontras ketegangan yang
terjadi dibahu, punggung atas,dan leher.
Gerakan 5 dan 6 :Ditujukan untuk melemaskan otot otot wajah (
seperti otot dahi, mata, rahang ,dan mulut )
Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
Tutup keras keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot otot yang mengendalikan gerakan mata.
21
Gerakan 7 :Ditujukan untuk memgendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot rahang, katupan rahang, diikuti dengan mengigit
gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot otot sekitar
mulut, bibir di moncongkan sekuat kuatnya sehingga akan di
rasakan ketegangan disekitar mulut.
Gerakan 9 : Ditujukan untuk merelakskan otot leher bagian depan
maupun belakang.
Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian depan.
Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
Letakan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian
rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang
leher dan punggung atas.
Gerakan 10 :Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan
Gerakan membawa kepala ke muka
Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
Gerakan 11 :Ditujukan untuk melatih otot punggung
Angkat tubuh dari sandaran kursi
Punggung di lengkungkan
Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik,
kemudian relaks
Saat relaks, letakan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan
otot menjadi lemas.
22
Gerakan 12 :Ditujukan untuk melemaskan otot dada
Tari nafas panjang untuk mengisi paru paru dengan udara
sebanyak banyak nya.
Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut , kemudian di lepas.
Saat ketegangan di lepas, akukan nafas normal dengan lega.
Ulangi sekali lagi sehingga dapat di rasakan perbedaan antara
kondisi tegang dan relaks
Gerakan 13 :Ditujukan untuk melatih otot perut
Tari dengan kuat perut ke dalam
Tahan sampai menjadi kencang dank eras selam 10 detik, lalu
dilepaskan bebas
Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut ini.
Gerakan 14-15 :Ditujukan untuk melatih otot otot kaki (seperti
paha dan betis )
Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
Tahan posisi tegang selaa 10 detik.
Ulangi setiap gerakan masing masing 2 kali.
b. Tahap sekunder
Penanganan tahap sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang
sudah pernah terjadi akibat serangan berulang atau untuk mencegah
menjadi berat terhadap timbulnya gejala – gejala penyakit secara klinis
melalui deteksi dini. Dalam pencegahan tahap sekunder ini dilakukan
pemeriksaan tekanan darah secara teratur sebagai bentuk skrining dan
juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita
hipertensi.
23
c. Tahap tersier
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan penyakit kearah berbagai
akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien. Pencegahan tersier difokuskan pada rehabilitasi dan
pemulihan setelah terjadi sakit untuk meminimalkan kesakitan,
kecacatan, dan meningkatkan kualitas hidup.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
1) Hb/Ht : untuk menguji hubungan dari sel – sel terhadap volume
cairan dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti ;
hipokoagulabilitas, anemia
2) BUN / Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3) Glucose : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketoklamin.
4) Pemeriksaan urin : darah, protein, glucose, mengisaratkan
disfungsi ginjal da nada DM.
b. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
d. IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti ; batu ginjal,
perbaikan ginjal
e. Rotgen dada : menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
B. Pemenuhan Kebutuhan (rasa Aman dan Nyaman)
1. Kebutuhan Keamanan
a. Definisi Keamanan
Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera
fisik dan psikologis adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi.Lingkungan pelayanan kesehatan dan komunitas yang
24
aman merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup
klien.Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam keamanan
klien dan lingkungan, dan selanjutnya melakukan intervensi yang
diperlukan.Dengan melakukan hal ini, maka perawat adalah orang
yang berperan aktif dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan, dan peningkatan kesehatan.
b. Klasifikasi Kebutuhan Keamanan
1). Keselamatan Fisik
Keselamatan fisik tergantung dari keamanan Lingkungan.
Lingkungan klien mencangkup semua faktor fisik dan psikologis
yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Definisi yang luas tentang lingkungan
ini menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi antara
perawat dan klien. Keamanan yang ada didalam lingkungan ini
akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera,
memperpendek lama tindakan dan/atau hospitalisasi, meningkatkan
kesejahteraan klien. Lingkungan yang aman juga akan memberikan
perlindunngan kepada stafnya, dan memungkinkan mereka untuk
berfungsi pada tingkat yang optimal.
Lingkungan yang aman adalah salah satu kebutuhan dasar yang
terpenuhi, bahaya fisik akan berkurang, bahaya fisik yang ada
didalam komunitas dan tempat pelayanan kesehatan menyebabkan
klien beresiko mengalami cedera. Banyak bahaya fisik, khususnya
yang mengakibatkan jatuh, dapat diminimalkan melalui
pencahayaan yang tidak adekuat, pengurangan penghalang fisik.
Pengontrolan bahaya yang mungkin ada dikamar mandi, dan
tindakan pengamanan.
2). Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota
keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan. Seseorang
harus mengethuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman
25
yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap
orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis pada
pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal. (Kozeir,2011).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi
kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa
bantuan dari profsional pemberi perawatan kesehatan.
Bagaimanapun, orang yang sakit atau acat lebih renta
untukterncam kesejahteraan fisik dan emosinya, sehingga
intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu
melindungi mereka dari bahaya. (Kozier,2011).
c. Lingkup Kebutuhan Keamanan
Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan
hidup klien.
1). Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen,
kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan
mempengauhi kemampuan seseorang.
2). Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan
yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak
mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan
karbondioksida.
3). Kelembaban
Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien,
jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan
terevaporasi dengan lambat.
4). Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau
benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih
akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
26
d. Cara Meningkatkan Keamanan
1). Menjamin pencahayaan yang adekuat
Pencahayaan yang adekuat akan mengurangi bahaya fisik dengan
cara menerangi tempat klien bergerak dan bekerja. Karena dapat
membantu aktivitas klien terutama pada lansia akan membantu
memelihara keamanan mereka dengan cara mengurangi resiko
jatuh.
2). Mengurangi Penghalang Fisik
Cedera yang terjadi dirumah seringkali disebabkan oleh berbagai
benda, termasuk keset dan lantai.Noda basah dilantai yang
menyebabkan lantai licin.Dan barang barang rumah tangga yang
tidak ada pada tempatnya.Resiko terbesar dialami oleh
lansia.Untuk mengurangi resiko cidera, seluruh penghalang fisik
harus dipindahkan.Dan benda-benda yang dibutuhkan klien
ditempatkan dekat dengan klien.Perawatan juga harus dilakukan
untuk memastikan ujung meja telah aman dan meja mempunyai
kaki meja yang stabil dan lurus.Jika menggunakan keset, maka
keset harus dilindungi dengan alas yang tidak licin atau bahan
perekat yang tahan licin.
3). Mengontrol bahaya yang ada di kamar mandi
Kecelakaan sering terjadi dikamar mandi.Pegangan yang mudah
terlihat dan aman dan tidak licin yang ada didasar bak mandi
berguna untuk mengurangi resiko jatuh dalam bak mandi. Tempat
duduk toilet yang ditinggikan dengan pegangan tangan dan alas
yang tidak licin pada lantai depan toilet juga sangat berguna untuk
mengurangi bahaya yang ada dikamar mandi .
2. Kebutuhan aman dan nyaman : Nyeri
a. Fisiologi Nyeri
Terdapat empat proses fisiologis dari nyeri nosiseptif (saraf – saraf
yang menghantarkan stimulus nyeri ke otak) : transduksi, transmisi,
persepsi dan modulasi.
27
Stimulus suhu, kimia, atau mekanik, biasanya dapat menyebabkan
nyeri. Energy dari stimulus – stimulus ini dapat diubah menjadi energy
listrik. Perubahan energy ini dinamakan transduksi. Transduksi
dimulai di perifer, ketika stimulus terjadi nyeri mengirimkan implus
yang melewati serabut saraf nyeri perifer yang terdapat dipacaindra
maka akan menimbulkan potensial aksi. Setelah, proses transduksi
selesai, transmisi implus nyeri dimulai.
Kerusakan sel dapat disebabkan oleh stimulus suhu, mekanik, atau
kimiawi yang mengakibatkan pelepasan neurotrsnmitter eksitatori
seperti prostaglandin, bradikinin, kalium, histami, dan substansi P.
Substansi yang peka terhadap nyeri yang terdapat di sekitar serabut
nyeri di cairan ekstraseluler, menyebarkan ―pesan‖ adanya nyeri dan
menyebabkan inflamasi (peradangan) (Renn dan Dorsey, 2005).
Persepsi merupakan di mana seseorang sadar akan timbulnya nyeri.
Bersamaan dengan seseorang menyadari adanya nyeri, maka reaksi
kompleks mulai terjadi. Factor – factor psikologis dan kognitif
berinteraksi dengan neurofisiologi dalam mempersepsikan rasa nyeri.
Persepsi memberikan seseorang perasaan sadar dan makna terhadap
nyeri sehingga membuat orang tersebut kemudian bereaksi. Reaksi
terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan respon perilaku yang
terjadi setelah seseorang merasakan nyeri (Arbuck et al,. 2004).
Sesaat setelah otak menerima adanya stimulus nyeri, terjadi pelepasan
neutransmitter inhibitor seperti opoid endogenus (endofrin dan
enkefalin), serotin (5HT), norepinefrin, dan asam aminobutirik gama
(GABA) yang bekerja untuk menghambat transmisi nyeri dan
membantu menciptakan efek analgesic. Terhambatnya transmisi
impuls nyeri merupakan fase keempat dari proses nosiseptif yang
dikenal sebagai modulasi.
b. Jenis Nyeri
Nyeri dikategorikan dengan durasi atau lamanya nyeri berlangsung
(akut atau kronis) atau dengan kondisi patologis.
1) Nyeri Akut/Sementara
28
Nyeri akut bersifat melindungi, memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, berdurasi pendek, dan memiliki sedikit kerusakan
jaringan serta respon emosional. Nyeri akut dapat mengancam
proses pemulihan seseorang yang berakibat pada bertambahnya
waktu rawat, peningkatan resiko komplikasi karena imobilisasi dan
tertundanya proses rehabilitasi. Proses penyembuhan nyeri secara
menyeluruh tidak selalu dapat dicapai, tetapi mengurangi rasa nyeri
sampai dengan tingkat yang dapat ditoleransi mungkindilakukan.
Oleh karna itu, tujuan utama perawat adalah untuk memberikan
pertolongan terhadap nyeri yang memungkinkan klien dapat
berpartisipasi dalam proses pemulihannya.
2) Nyeri Kronis/Menetap
Nyeri kronis bukanlah suatu hal yang bersifat protektif, sehingga
menjadi tak bertujuan. Nyeri kronis berlangsung leih lama dari
yang diharapkan, tidak selalu memiliki penyebab yang dapat
diidentifikasi, dan dapat memicu penderitaan yang teramat sangat
bagi seseorang. Nyeri kronis nsa merupakan hal yang bersifat
kanker atau bukan. Seseorang dengan nyeri kronis bukan kanker
terkadang tidak menunjukan gejala yang jelas dan tidak bisa
beradaptasi terhadap nyeri; dengan kata lain, orang tersebut terlihat
lebih menderita seiring dengan waktu dapat menyebabkan
kelelahan secara fisik dan mental. Gejala – gejala yang
berhubungan dengan nyeri kronis bukan kanker mencakup
kelelahan, sukar tidur, anoreksia, penurunan berat bedan, apatis,
merasa putus asa, gelisah, dan marah.
3) Nyeri Kronis yang Tak Teratur (Episodik)
Nyeri yang sesekali terjadi dalam jangka waktu tertentu disebut
nyeri episodic. Nyeri berlangsung selama beberapa jam, hari, atau
minggu. Sebagai contoh, sakit kepala sebelah/migraine dan nyeri
yang berhubungan dengan penyakit talasemia (Gruener dan
Landar, 2006)
29
4) Nyeri Akibat Kanker
Tidak semua klien dengan kanker mengalami nyeri. Beberapa klien
dengan penyakit kanker mengalami nyeri akut dan atau nyeri
kronis. Nyeri tersebut terkadang bersifat nosiseptif dan atau
neuropatik. Nyeri kanker biasanya disebabkan oleh perkembangan
tumor dan berhubungan dengan proses patologis, prosedur invasf,
toksin – toksin dari pengobatan, infeksi, dan keterbatasan secara
fisik. Klien merasakan nyeri di lokasi tepat dimana tumor berada
atau lokasi yang berada jauh dari tumor, yang mengidentifikasi
adanya nyeri.
5) Nyeri Akibat Proses Patologis
Mengidentifikasi penyebab nyeri merupakan langkah pertama
untuk mencapai keberhasilan dengan pengobatan nyeri. Nyeri
nosiseptif mencakup nyeri somatic (musculoskeletal) dan nyeri
visceral (organ dalam). Nyeri neuropatik timbul dari adanya saraf
nyeri yang abnormal atau rusak.
6) Nyeri Idiopatik
Nyeri idiopatik adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab fisik
atau psikologis yang dapat diidentifikasi atau nyeri yang dirasakan
sebagai berlebihnya tingkat kondisi patologis suatu organ. Contoh
dari nyeri idiopatik adalah sindrom nyeri local yang kompleks.
c. Bentuk Nyeri
Secara umum, bentuk nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri kronis.
1) Nyeri Akut. Nyeri ini biasanya berlangsung tidak lebih dari enam
bulan. Awitan gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta
lokasi sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan
tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan
persepsi nyeri.
2) Nyeri Kronis. Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan. Sumber
nyeri bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderug hilang timbul dan
biasanya tidak dapat disembuhkan. Selain itu, penginderaan nyeri
menjadi lebih dalam sehingga penderia sukar untuk menunjukan
30
lokasinya. Dampak dari nyeri ini antara lain penderita menjadi
mudah tersnggung dan sering mengalami insomnia. Akibatnnya,
mereka menjadi kurang perhatian, sering merasa putus asa, dan
terisolir dari kerabat dan keluarga. Nyeri kronis biasanya hilang
timbul dalam periode waktu tertentu. Ada kalanya penderita
terbebas dari rasa nyeri (misalnya sakit kepala migran).
d. Factor yang mempengaruhi Nyeri
1) Factor Fisiologis
a) Usia
Usia dapat memengaruhi nyeri, terutama pada bayi dan dewasa
akhir. Perbedaan tahap perkembangan yang ditemukan di
antara kelompok umur tersebut memengaruhi bagaimana anak
– anak dan dewasa akhir berespon terhadap nyeri. Anak – anak
memiliki kesulitan dalam mengenal/memahami nyeri, anak –
anak yang kemampuan kosakatanya belum berkembang
memiliki kesulitan dalam menggambarkan dan
mengekspresikan nyeri secara verbal kepada orang tuanya atau
petugas kesehatan. Sedangkan dewasa akhir mengalami nyeri,
bisa saja terjadi kerusakan status fungsional yang serius. Nyeri
memiliki potensial terhadap penurunan mobilisasi, aktivitas
harian, aktivitas social diluar rumah, dan toleransi aktivitas.
b) Kelemahan (fatigue)
Kelemahan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan
menurunkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila
kelemahan terjadi di sepanjang waktu istirahat, persepsi
terhadap nyeri akan lebih besar.
c) Gen
Genetic yang diturunkan dari orang tua memungkinkan adanya
peningkatan atau penurunan sensitive sesorang terhadap nyeri.
Pembentukan sel – sel genetic kemungkinan dapa menentukan
ambang nyeri seseorang atau toleransi terhadap nyeri.
31
2) Factor Sosial
a) Perhatian. Tingkatan di mana klien memfokuskan perhatiannya
terhadap nyeri yang dirasakan memengaruhi persepsi nyeri.
Meningkatnya perhatian berhubungan dengan meningkatnya
nyeri, sebaliknya distraksi berhubungan dengan kurangnya
respons nyeri. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi
klien terhadap stimulus lain, kesadaran merekan akan adanya
nyeri menjadi menurun.
b) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi
nyeri individu dan kepekaanya terhadap nyeri. Individu yang
pernah mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan
peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain
yang belum pernah mengalaminya. Selain itu, keberhasilan atau
kegagalan metode penanganan nyeri sebelumnya juga
berpengaruh terhadap harapan individu terhadap penangan
nyeri saat ini.
c) Keluarga dan Dukungan Sosial
Orang dengan nyeri terkadang bergantung kepada anggota
keluarga yang lain atau teman dekat untuk dukungan, bantuan,
atau perlindungan. Meskin nyeri masih terasa, tetapi kehadiran
keluarga ataupun teman terkadang dapat membuat pengalaman
nyeri yang menyebabkan stress sedikit berkurang.
3) Factor Psikologis
a) Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat kompleks. Wall
dan Melzack melaporkan bahwa stimulus nyeri yang
mengaktivasi bagian dari sistem limbic dipercaya dapat
mengontrol emosi, terutama kecemasan. Sistem limbic
memproses reaksi emosional terhadap nyeri, apakah dirasa
mengganggu atau berusaha untu mengurangi nyeri tersebut.
32
b) Teknik Koping
Teknik koping memengaruhi kemampuan untuk mengatasi
nyeri. Seseorang yang memiliki control terhadap situasi
internal merasa bahwa mereka dapat mengontrol kejadian –
kejadian dan akibat yang terjadi dalam hidup mereka.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki control terhadap situasi
internal merasa bahwa factor – factor lain dalam hidupnya
bertanggung jawab terhadap akibat suatu kejadian. Penting bagi
perawat untuk mengerti sumber koping yang digunakan klien
selama terjadi pengalaman yang menyakitkan. Sumber –
sumber tersebut seperti komunikasi dengan keluarga yang
mendukung, latihan fisik, atau berdoa.
4) Factor Budaya
Arti dari nyeri yaitu sesuatu yang diartikan seseorang sebagai nyeri
akan memengaruhi pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang
beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Hal ini terkadang erat
kaitannya dengan latar belakang budaya seseorang. Seseorang akan
merasakan sakit yang berbeda apabila hal tersebut terkait dengan
ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan.
Nilai –nilai dan kepercayaan terhadap budaya memengaruhi
bagaimana seorang individu mengatasi rasa sakitnya. Individu
belajar tentang apa yang diharapkan dan diterima oleh budayanya,
termasuk bagaimana rekasi terhadap nyeri. (Davidhizar dan Giger,
2004; Lasch, 2002).
Nyeri merupakan fenomena biopsikososial. Budaya membentuk
pengalaman menghadapi rasa sakit, eksperi terhadap sakit, perilaku
yang mengindikasi adanya rasa sakit atau respon koping. Budaya
juga memengaruhi pemberian obat – obatan, perilaku mencari
pertolongan, dan penerimaan terhadap pengobatan medis.
Beberapa budaya percaya bahwa menunjukan rasa sakit merupakan
suatu hal yang wajar. Sementara yang lain lebih introvert.
33
Skala Nyeri Menurut Hayward
C. Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family Health Nursing)
dapat dinyatakan berdasarkan berbagai sumber sebagai berikut :
Dep Kes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Murray & Zentner (1997)
Keluarga adalah suatu sistem social yang berisi dua atau lebih orang
yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah perkawinan
atau adopsi, atau tinggal bersama dan saling menguntungkan,
mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus, saling
pengertian dan saling menyanyangi.
Friedman (1998)
Keluarga merupakan yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social dari individu – individu yang ada
Skala Keterangan
0 Tidak Nyeri
1-3 Nyeri Ringan
4-6 Nyeri Sedang
7-9 Sangat Nyeri, tetapi masih bisa di control dengan
aktivitas yang biasa di lakukan
10 Sangat Nyeri dan tidak bisa di control
34
didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama.
Allender dan Spradley (2001)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
intelerasi social, peran dan tugas.
Departemen kesehatan (2000)
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikatkan oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggta keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing – masing
mempunyai peran social, seperti : suami, istri, anak, kaka, adik.
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan social anggota.
b. Tipe keluarga
Keluarga merupakan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan social, maka
tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,
dibedakan berdasarkan keluarga tradisonal dan keluarga non
tradisional seperti :
1) Tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
35
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak yang sudah memisahkan diri
d) The childless family
Keluarga tanpa anak karna terlambat menikah dan untuk
memdapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan.
f) The single – perent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
―weekends‖ atau pada waktu – waktu tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang – barang
dan pelayanan yang sama. contoh : dapur, kamar mandi,
televisi, telepon, dan lain – lain.
36
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
k) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihan atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian
atau ditinggal mati.
2) Non tardisional
a) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune family
Beberapa pasang keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, dan
failitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak
bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family
keluarga yang hidup melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks hidup bersama
sebagaimana ‗martial partners‘.
f) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group – marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat – alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
37
dengan yang lainya, berbagai sesuatu termasuk seksual dan
membesarkan anaknya.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan / nilai – nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang deskrutif dari orang – orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.
c. Stuktur dan Fungsi keluarga
Menurut Friedman, Browden & Jones (2003) fungsi dalam keluarga
merupakan apa yang dikerjakan dalam keluarga, sedangkan struktur
keluarga meliputi proses yang digunakan dalam keluarga untuk
mecapai tujuan yang diharapkan.
Struktur keluarga :
1) Pola komunikasi keluarga
Komunikasi dalam keluarga dapat berupa komunikasi secara
emosional, komunikasi verbal dan non verbal, komunikasi sirkulasi
(Wright & Leahey, 2000). Komunikasi emosional memungkinkan
setiap individu dalam keluarga dapat mengekspresikan perasaan
38
seperti bahagia, sedih, atau marah diantara para anggota keluarga.
Pada komunukasi verbal individu dalam keluarga dapat
mengungkapakan sesuatu yang diinginkan melalui kata – kata yang
dapat diiringin dengan adanya komunikasi non verbal yang dapat
berupa gerakan tubuh. Komunikasi sirkular mencakup sesuatu
yang melingkar dua arah dalam keluarga, misalnya apabila istri
marah pada suami, maka suami akan melakukan klarifikasi kepada
istri tentang sesutau yang membuat istrinya marah kepada suami.
2) Pola peran keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi yang diberikan sehingga pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Peran formal didalam keluarga merupakan
kesepakatan bersama yang dibentuk dalam suatu norma keluarga.
Peran didalam keluarga menunjukan pola tingkah laku dari semua
anggota didalam keluarga (Wright & Leahey 2000).
3) Pola Norma dan nilai keluarga
Nilai merupakan presepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah peran – peran
yang dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait. Norma
mengarahkan sesuai dengan nilai yang dianut oleh masyarakat,
dimana norma – norma dipelajari sejak kecil. (DeLaune, 2002).
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.
4) Pola Kekuatan Keluarga
Friedman, Bowden, & Jones (2003) kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif. Tipe struktur kekuatan – kekuatan dalam
keluarga antara lain: legimate power/authority (hak untuk
mengontrol) seperti orang tua terhadap anak, referent power
39
(seseorang yang ditiru), resource or expert power (pendapat, ahli
dan lain – lain), reward power (pengaruh kekuatan karena adanya
harapan yang akan diterima), coercive power (pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginan), informational power (pengaruh yang
dilalui melalui persuasi), affective power (pengaruh yang diberikan
melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan
seksual). Hasil kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengambilan keputusan dalam keluarga.
Fungsi keluarga :
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones (2003) dibagi
menjadi 5 yaitu:
1) Fungsi afektif dan koping : keluarga memberikan kenyamanan
emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas
dan mempertahankan saat terjadi stress.
2) Fungsi sosialisasi : keluarga sebagai guru, menanamkan
kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan
feedback dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
3) Fungsi reproduksi : keluarga melakukan anaknya.
4) Fungsi ekonomi : keluarga memberikan financial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
5) Fungsi fisik atau perawatan kesehatan : keluarga memberikan
keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat terasuk untuk
penyembuhan dari sakit.
d. Peran keluarga
Peran Keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga, jadi peranan keluarga adalah
mengambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Setiap anggota keluarga
mempunyai peran masing-masing, antara lain adalah :
40
1) Ayah
Ayah sebagai pmimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman
bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
sosial tertentu.
2) Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat sosial tertentu.
3) Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.
e. Tahapan dan tugas perkembangan keluarga
Menurut Duvall (1985) tahapan dan tugas perkembangan terbagi
menjadi 8 yaitu :
1) Keluarga baru, pasangan baru menikah yang belum mempunyai
anak. Tugas perkembangan keluarga ditahap ini adalah :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Menetapkan tujuan bersama
c) Membina hubungan dengan keluarga lain,teman, kelompong
social.
d) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB
e) Persiapan menjadi orangtua
f) Memahami prenatal care ( pengertian kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bln ( Child bearing ) Masa ini
merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan
krisis keluarga. Stdui Klasik Le Master (1957) dari 46 orangtua
dinyatakan 17% tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal
: suami merasa diabaikan, peningkatan perselihan dan argument,
interupsi dalam jadwal kantinu, kehidupan seksual, sosial
terganggu dan menurun. Tugas perkembangan tahap ini adalah :
41
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual
dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
c) Memabagi peran dan tanggung jawab
d) Bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e) Konseling KB postpartum 6 minggu
f) Menata ruang untuk anak
g) Biaya/daya child bearing
h) Memfasislitasi role learing anggota keluarga
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
3) Keluarga dengan anak pra sekolah, Tugas perkembangannnya
adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak prasekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun
diluar keluarga (keluarga lain dan lingkuungan sekitar)
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot)
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tubuh dan kembang anak.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), Tugas
perkembangan saat ini adalah :
a) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
42
b) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatnkan
kesehatan anggota keluarga.
c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
d) Menyediakan fasilitas untuk anak
e) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak
5) Keluarga dengan anak reamaja (13-20 tahun), Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
meningat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan
orang tua. Hindari perdebatan, permusuhan, dan kecurigaan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6) Keluarga dengan dewasa awal, Tugas perkembangan keluarga
mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya,menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga,berperan sebagai suami-istri, kakek dan nenek.Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua, suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7) Keluarga dengan dewasa akhir, Tugas perkembangan keluarga
pada saat ini adalah :
43
a) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
mengolah minat sosial dan waktu santai.
b) Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
c) Keakraban dengan pasangan.
d) Memelihara hubungan/ kontak dengan anak dan keluarga.
e) Persiapan masa tua/ pensiun.
8) Keluarga dengan usia lanjut, Tugas perkembangan keluarga pada
saat ini adalah :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan social
masyarakat.
5) Melakukan life review masa lalu.
Menurut Carter & Mc Goldrick (1989) terbagi menjadi 5 tahap
perkembangan yaitu :
1) Keluarga antara (masa bebas/pacaran) dengan usia dewasa
muda.
2) Terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan.
3) Keluarga dengan memiliki anak usia muda (anak usia bayi
sampai usia sekolah).
4) Keluarga yang memiliki anak dewasa.
5) Keluarga yang mulai melepas anaknya untuk keluar rumah.
6) Keluarga lansia .
2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga disesuaikan dengan fokus perawatan. Jika ia
melihat keluarga sebagai latar belakang atau konteks dari keluarga maka
keluarga merupakan fokus utama tetapi jika ia melihat didalam keluarga
ada individu yang rawat, maka anggota keluarga secara individu
merupakan fokus utama (Setiadi, 2008).
44
a. Pengkajian
Tahap pengkajian ini merupakan proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan keluarga (Lyer et al., (1996) dalam
Setiadi, (2008)). Dasar pemikiran dari pengkajian adalah suatu
perbandingan, ukuran atau penilaian mengenai keadaan keluarga
dengan menggunakan norma, nilai, prinsip, aturan, harapan, teori dan
konsep yang berkaitan dengan permasalahan. Cara pengumpulan
pengkajian data tentang keluarga yang dapat dilakukan antara lain
dengan:
1) Wawancara
Wawancara yaitu menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi keluarga dan merupakan suatu
komunikasi yang direncanakan. Tujuan wawancara adalah:
a) Mendapatkan informasi yang diperlukan.
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi.
c) Membantu keluarga untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan
Wawancara dengan keluarga dikaitkan dalam hubungan dengan
kejadian – kejadian pada waktu lalu dan sekarang.
2) Pengamatan
Pengamatan dilakukan yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan (ventilasi, penerangan, kebersihan).
3) Studi Dokumentasi
Yang biasa dijadikan acuan antara lain adalah KMS, kartu keluarga
dan catatan kesehatan lainnya misalnya informasi – informasi
tertulis maupun lisan dari tujukan dari berbagai lembaga yang
menangani keluarga dan dari anggota tim lainnya.
4) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik hanya dilakukan pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.
45
Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik
dengan keluarga dengan cara:
1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
dikeluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat
dilakukan.
5) Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang
menjadi jaringan perawat.
Dalam pengkajian keluarga terdapat tahap-tahap pengkajian yang
disebut sebagai penjajakan untuk mempermudah proses pengkajian.
1) Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain:
a) Data umum.
b) Riwayat dan tahap perkembangan.
c) Lingkungan.
d) Struktur keluarga.
e) Fungsi keluarga.
f) Stress dan koping keluarga.
g) Harapan keluarga.
h) Data tambahan.
i) Pemeriksaan fisik.
2) Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
46
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam diagnosa
keperawatan keluarga antara lain:
1) Analisa data
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori
dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara
menganalisa data adalah:
a) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul
dalam format pengkajian
b) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial
dan spiritual
c) Mengembangkan standart
d) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang diketemukan
Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan
kesehatan keluarga untuk melakukan analisa data, yaitu:
a) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota keluarga,
yang meliputi:
(1) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota
keluarga
(2) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga
(3) Keadaan gizi anggota keluarga
(4) Status imunisasi anggota keluarga
(5) Kehamilan dan KB
47
b) Keadan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi:
(1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya
(2) Sumber air minum
(3) Jamban keluarga
(4) Tempat pembuangan air limbah
(5) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya
c) Karakteristik keluarga, yang meliputi:
(1) Sifat-sifat keluarga
(2) Dinamika dalam keluarga
(3) Komunikasi dalam keluarga
(4) Interaksi antar anggota keluarga
(5) Kesanggupan keluarga dalam membawa perkembangan
anggota keluarga
(6) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga
Dalam proses analisa, data dikelompokan menjadi 2 yaitu data
subyektif dan objektif.
No. DATA ETIOLOGI MASALAH
Data subjective :
Data objective :
2) Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
a) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat
48
mungkin. Daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan
NANDA NIC NOC (2015) adalah sebagi berikut :
(1) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi.
(a) Penurunan curah jantung
(b) Nyeri akut
(c) Kelebihan volume cairan
(d) Intoleransi aktivitas
(e) Ketidakefektifan koping
(f) Ansietas
(2) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan
mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak
segera ditangani.
(a) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
(b) Resiko cidera
(c) Resiko penurunan curah jantung
(d) Resiko kelebihan volume cairan dan elektrolit
(3) Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
(a) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
(b) Potensial peningkatan proses keluarga
(c) Potensial peningkatan koping keluarga
(d) Resiko terhadap tindakan kekerasan
(4) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan
resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/ situasi tertentu. Menurut NANDA ada 2 diagnosa
keperawatan sindrom, yaitu:
49
(a) Syndrom trauma pemerkosaan (rape trauma syndrome)
Pada kelompok ini menunjukan adanya tanda dan
gejala, seperti cemas, takut, sedih gangguan istirahat
tidur dan lain-lain.
(b) Resiko sindrom penyalahgunaan (risk for disuse
syndrome) Misalnya resiko gangguan proses pikir,
resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain.
b) Penyebab (Etiologi)
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas
keluarga, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
2) Mengambil keputasan untuk melakukan tindakan yang
tepat
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usiannya yang terlalu muda
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga
dan lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada)
c) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung
masalah dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan
kata-kata ― yang dimanifestasikan dengan‖.
3) Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagi berikut :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
50
Skor x Bobot
Angka tertinggi
c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
d) Skor tinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot
c. Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proseskeperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan
(jangka panjang/ pendek), penepatan standart dan kriteria serta
menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga.
1) Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa
keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu. Maka
tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:
NO KRITERIA NILAI BOBOT
1. Sifat masalah
Skala: Aktual
Risiko
Potensial
3
2
1
1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah
Sedang
Rendah
2
1
0
2
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Mudah
Cukup
Tidak dapat
3
2
1
1
4. Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan perlu
penanganan segera
Masalah dirasakan tidak perlu
ditangani segera
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
51
a) Tujuan Jangka panjang
Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada
kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang ditentukan,
contoh: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari
seluruh keluarga Tn. M dapat merawat anggota keluarga yang
sakit.
b) Tujuan Jangka Pendek
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan.
Contoh: keluarga Tn. M dapat mengenal dampak permasalahan
penyakit Tn. M dan Tn. R dengan menjelaskan akibat yang
terjadi bila Tn. M dan Tn. R tidak segera diobati.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah:
a) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
b) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
c) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung
dari kedua belah pihak (keluarga dan perawat)
d) Mencangkup kriteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
2) Penetapan Kriteria dan Standart
Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan digunakan dalam
membuat pertimbangan. Bentuk dari standart dan kriteria ini adalah
pernyataan verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor.
No. KRITERIA STANDAR
1. Pengetahuan Keluarga mampu menyatakan pengertian ….
Keluarga mampu menyebutkan penyebab …
Keluarga dapat menyebutkan akibat …
2. Sikap Keluarga mampu memutuskan untuk membuat
rencana control selama ….
Keluarga mampu …
52
3. Psikomotor Keluarga mengolah makanan …
Keluarga menyajikan makanan …
Keluarga mampu melakukan ….
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart adalah:
a) Berfokus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada
keadaan keluarga.
b) Singkat dan jelas, perawat harus menghindari kata-kata yang
terlalu panjang dan bermakna ganda
c) Dapat diobservasi dan diukur, perawat harus menghindari
penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah
tersebut sulit untuk diukur.
d) Realistik, harus disusun disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dirumah.
e) Ditentukan oleh perawat dan keluarga
3) Pembuatan rencana keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana
tindakan keperawatan adalah:
a) Sebelum menulis cek sumber informasi data
b) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti
c) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil
sesuai dengan identifikasi masalah
d) Memulai intruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja
e) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah
penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan
f) Menggunakan kata kerja
g) Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan
digunakan
h) Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan
i) Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia
j) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku
53
k) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana
yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian
sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasikan.
Fokus dari intervensi keperawatan keluarga anatara lain meliputi
kegiatan yang bertujuan :
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
(1) Memberi informasi yang tepat
(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan
(3) Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung
upaya kesehatan masalah
b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
keluarga yang tepat, dengan cara:
(1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara:
(1) Mendemonstrasikan cara perawatan
(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah
(3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana
membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara:
(1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga
(2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara:
(1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
54
(2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada
Rencana tindakan keperawatan keluarga diarahkan untuk
mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga, sehingga
pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
angota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat.
c. Implementasi
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada
3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu:
1) Tahap I : Persiapan
Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :
a) Kontrak dengan keluarga
b) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
c) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif
d) Mengidentifikasi aspek-aspek hokum dan etik Kegiatan ini
bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan fisik
dan psikis pada saat implementasi
2) Tahap II : Intervensi
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional adalah :
a) Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai
dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah
dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan independent
ini adalah:
(1) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat
keperawatan dan pemeriksaan fisik
(2) Merumuskan diagnosa keperawatan
(3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan
(4) Melaksanakan rencana pengukuran
(5) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain
55
(6) Mengevaluasi respon klien
(7) Partisipasi dengan consumer atau tenaga kesehatan lainnya
Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat dikategorikan
menjadi 4 yaitu:
(1) Tindakan diagnostic
(a) Wawancara
(b) Observasi dan pemeriksaan fisik
(c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana dan
membaca hasil dari pemeriksaan laboratorium
(2) Tindakan terapeutik
Tindakan untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi
masalah klien
(3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi
kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada klien.
(4) Tindakan merujuk
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya
b) Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya.
c) Dependent
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis sesuai dengan
kebutuhan klien.
3) Tahap III : Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
d. Evaluasi
Adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatab
keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara
operasional dengan tahap sumatif dan formatif
56
1) Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan deengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. Format yang dipaka adalah format SOAP
2) Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerakan dengan cara membandingkan antara
tuuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu
ditinjau kembali, agar dapat data-data, masalah atau rencana yang
perlu dimodifikasi.
Metode yang dipaki dalam evaluasi antara lain :
a) Observasi langsung
b) Wawancara
c) Memeriksa laporanm
d) Latihan stimulasi
Faktor yang perlu dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :
1) Kognitif (pengetahuan)
Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
a) Pengetahuan keluarga mengenai penyakkit
b) Mengontrol gejala-gejalnya
c) Pengobatan
d) Diit
e) Risiko komplikasi
f) Gejala yang harus dilaporkan
g) Pencengahan
2) Afektif (status emosional)
Dengan cara observasi langsung yaitu dengan cara observasi
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan secara verbal
pada waktu melakukan wawancara
3) Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakuakn keluarag sesuai
dengan yang diharapkan.
57
Penentuan keputusan ada 3 kemungkinan yaitu :
a) Keluarga telah mencapai hasil ditentukan tuuan sehingga
rencana telah dihentikan
b) Keluarga masih dalam proses mecapai hasil yang telah
ditentukan, sehinnga perlu penambahan waktu, resource, dan
intervensi sebelum tujuan berhasil
c) Keluarga tidak dapat mecapai hasil yan g telah ditentukan,
sehingga perlu mengkai ulang masalah, membuat outcome
yang baru, dan intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam
hal ketepatan untuk memcapai tuuan sebelumnya.
58
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini penulis menguraikan laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar
nyeri dengan masalah hipertensi pada keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn. R
yang berada diwilayah RT 007 RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran, asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada tanggal 22 Maret 2018
sampai dengan 28 Maret 2018, dengan melakukan kunjungan sebanyak 7 kali
pertemuan. Pemenuhan kebutuhan dasar nyeri pada keluarga dilakukan melalui
pendekatan proses keperawatan-keperawatan dengan langkah-langkah sebagai
berikut : pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, prioritas diagnosa
keperawatan dengan teknik skoring, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengumpulan data merupakan lagkah awal pengkajian dalam pengumpulan
data penulis menggunakan teknik wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
pada seluruh anggota keluarga dalam melaksanakan asuhan keperawatan dari
hasil pengumpulan data pada keluarga diperoleh data sebagai berikut :
Penjajakan I : PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
b. Jenis Kelamin : L
c. Umur/tanggal lahir : 81 tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SD
f. Pekerjaan : -
g. Alamat : rt. 07 rw. 02 Kelurahan Utan Panjang
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
59
h. Komposisi anggota keluarga :
No Nama Umur Gender Agama Hub.dgn
KK
Pendidika
n Pekerjaan
Status
imunisasi
1. Ny. A 56 th P Islam Anak SD IRT
2. Tn. R 53 th L Islam Anak SMA -
3. Ny. S 50 th P Islam Anak SMA Karyawan
4. Tn. R 48 th L Islam Anak SMA -
5. Tn. R 46 th L Islam Anak STM Enginering
i. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal dunia
: Perempuan : Garis Keturunan
- - - - - : Tinggal serumah : Pasien/klien
j. Tipe keluarga
Keluarga Tn. M termasuk keluarga single parents dimana keluarga
tersebut hanya terdiri dari Tn. M seorang ayah dan anak – anaknya.
Istri bapak Tn. M sudah meninggal sejak tahun 2001 karna penyakit
stroke.
60
k. Suku
Keluarga Tn. M berasal dari suku sunda, bahasa yang digunakan sehari
– hari adalah bahasa Indonesia. Didalam keluarga tidak ada nilai –
nilai yang bertentangan dengan kesehatan dan jika ada anggota
keluarga yang sakit. Keluarga Tn. M akan menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggal.
l. Agama
Agama yang dianut oleh seluruh keluarga Tn. M adalah agama Islam,
anggota keluarga rajin menjalankan ibadah sholat wajib 5 waktu, puasa
hanya dibulan ramadhan, sedekah jarang.
m. Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga Tn. M sederhana. Tn. M sudah tidak
bekerja dikarenakan faktor usia, anak ke 4 (Tn. R) dari Tn. M yang
tinggal serumah juga sudah tidak bekerja sejak tahun 2012 semenjak
terkena penyakit ini, Tn. M mengandalkan anak ke 3 (Ny. S) sebagai
tulang punggung keluarga. Penghasilan selama sebulan sekitar 2 jt.
Dari penghasilan terebut di keluarkan untuk bayar kontrakan,
kebutuhan sehari – hari, dan biayanya berobat.
n. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak punya kebiasaan rutin untuk rekreasi keluarga.
Keluarga Tn. M melakukan rekreasi dengan jalan – jalan sekitar rumah
dan mengobrol dengan tetangga.
2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah dengan anak usia lansia.
Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia lansia adalah.
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Tn. M tinggal bersama anaknya dikarnakan istrinya sudah
meninggal dan tidak ada yang menjaganya
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
61
Tn. M sudah tidak bekerja karna faktor usia, Tn. M hanya
mengandalkan anak ke 3 (Ny. S) sebagai tulang punggung
keluarga, walaupun pendapatan sekarang tidak seberapa tetapi Tn.
M tetap bersyukur
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
Istri Tn. M sudah meninggal sejak tahun 2001 karna penyakit
stroke
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Istri Tn. M sudah meninggal sejak tahun 2001 karna penyakit
stroke, kegiatan Tn. M saat ini membantu anaknya dalam
membersihkan rumah seperti angkat cucian, menyapu dll.
5) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi
Anak dan cucunyalah yang memdorong Tn. M tetap semangat
menjalankan kehidupan dengan penuh kasih sayang.
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup)
Keluarga Tn. M merasa bersyukur kepada allah swt dan selalu
mendekatkan diri kepada allah swt dalam situasi apapun
b. Tugas keluarga yang belum terpenuhi/terlaksana pada tahap
perkembangan
Keluarga Tn. M sudah mampu melakukan tugasnya dengan baik sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga yaitu keluarga dengan anak
lansia. Tugas yang belum terlaksana yaitu melihat anak ke 4 nya
memperluas keluarga (menikah). Adapun tugas yang sudah terlaksana
yaitu mempertahankan ikatan keluarga antara generasi, menjaga
keitiman hal ini terlihat ketika kunjungan, Tn. M dan Tn. R terlihat
harmonis dan saling membantu.
c. Riwayat keluarga Inti
Tn. M menikah dengan Ny. R atas dasar suka sama suka, tahun 2001
Ny. R meninggal karna penyakit stroke, Tn. M sangat sedih karna
beliau menganggap tidak ada yang menemaninya lagi. Tn. M memiliki
5 anak. Anak pertama bernama Ny. A beliau seoang ibu rumah tangga
62
tinggal di daerah pulo gadung dan sudah memiliki 5 anak yang sudah
dewasa, anak yang ke 2 bernama Tn. R tinggal didaerah komplek
sebelumnya bekerja sebagai kenek metro mini namun sekarang sudah
tidak bekerja. Anak ke 3 bernama Ny. S tinggal satu rumah dengan Tn.
M, Ny. S memiliki 2 anak yang sudah dewasa dan sudah menikah, Ny.
S adalah seorang janda karna suaminya meninggal, Ny. S juga sebagai
sumber ekonomi dalam keluarga. Anak ke 4 Tn. R tinggal satu rumah
dengan Tn. M dan Ny. S, dulu Tn. R pernah bekerja sebagai turismen,
semenjak ibu dari Tn. R meninggal tahun 2001 Tn. R memutuskan
untuk berhenti bekerja, lalu Tn. R pernah bekerja sebagai pedagang
kopi bersama Tn. M sampai tahun 2012 memutuskan berhenti dagang
karna mengalami penyakit ini. Anak ke 5 bernama Tn. R sudah
menikah dan memiliki 2 anak
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Tn. M anak ke 4 dari 5 bersaudara, dalam keluarga Tn. M hanya Tn. M
yang memiliki riwayat hipertensi dan hanya Tn. M yang masih hidup.
Ny. R anak pertama dari 3 bersaudara, dalam keluarga Ny. R hanya
Ny. R yang mengalami stroke.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah (termasuk denah rumah)
Rumah keluarga Tn. M sangat sederhana, luas rumah ukuran 7 x 3 m2,
tidak memiliki perkarangan rumah, status kepemilikan rumah adalah
63
ngontrak, atap rumah terbuat dari asbes, terdapat ventilasi, cahaya
matahari dapat masuk kerumah pada pagi, siang, dan sore hari
(walaupun sedikit karena jarak antar rumah sangat berdekatan),
penerangan dalam rumah menggunakan cahaya matahari dan listrik,
lantai rumah tersebut terbuat dari kramik, terdapat ruang untuk
beristirahat yang langsung menyambung dengan kamar mandi dan
dapur, kondisi rumah secara keseluruhan dengaan lantai bersih,
perabotan bersih, dan kurang rapi
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn. M bertetangga dengan beberapa keluarga dilingkungan
rumah. Tetangga Tn. M bermacam agama dan suku, meskipun berasal
dari berbagai daerah tetapi mempunyai hubungan yang baik antar
tetangga. Dalam lingkungan rumah Tn. M selalu menerapkan sistem
tolong menolong antar tetangga. Lingkungan rumah keluarga Tn. M
sangat berdekatan dengan tetangganya, tampak kumuh dan berantakan
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. M sudah tinggal dilingkungan kurang lebih 50 tahun
yang lalu
d. Perkumpulan keluarga & interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. M tidak mengikuti perkumpulan apapun dimasyarakat
karena faktor usia yang sudah tidak muda lagi. Jika berinteraksi hanya
sebatas di lingkungan sekitar rumah saja.
e. Sistem pendukung keluarga
Lingkungan tempat tinggal Tn. M memang tidak berdampingan
dengan saudaranya atau anak – anaknya yang sudah menikah, namun
tetangganya sangat baik. Bila keluarga Tn. M ada masalah seperti
keuangan untuk berobat anak – anaknya yang membantu untuk
memenuhi kebutuhan keluarga Tn. M. Terlebih antara jarak rumah dan
puskesmas tidak terlalu jauh sehingga memudahkan keluarga untuk
kontrol jika kondisi keluarga Tn. M terjadi masalah kesehatan.
64
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi terbuka,
sehingga anak-anaknya dapat memberi masukan tentang suatu hal
kepada mereka tanpa mengurangi rasa hormat terhadap orang tua, bila
ada anggota yang mempunyai masalah mereka selalu terbuka dengan
anggota keluarga lain dan menyelesaikan masalah bersama.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pemegang keputusan adalah Ny. S namun sebelum mengambil
keputusan Ny. S meminta pendapat kepada Tn. M dan mendengarkan
dulu masukan dari anggota keluarga yang lain dan mendiskusikannya
terlebih dahulu. Ny. S adalah seorang anak sekaligus pencari nafkah
utama bagi keluarga.
c. Struktur peran
1) Tn. M mampu menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dan
seorang bapak sekaligus kakek yang baik
2) Ny. S mampu menjalankan perannya sebagai anak yang menjaga
dan membantu orang tuanya dalam ekonomi keluarga, sekaligus
menjadi seorang ibu yang baik meskipun dengan segala
keterbatasannya
3) Tn. R mampu membatu merawat orang tuanya, membantu
kakaknya ketika kakanya bekerja.
d. Nilai dan norma budaya
Menurut keluarga Tidak ada nilai atau norma dalam keluarga yang
mempengaruhi penyakit. Tn. M dan Tn. R sakit menganggap sakit
merupakan pemberian dari Allah SWT dan jika ada yang sakit
keluarga membawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Tn. M
menanamkan kepada anak – anaknya untuk selalu bersyukur,
menghargai orang lain dan bersikap yang sopan.
65
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga Tn. M harmonis, keluarga Tn. M merasa
nyaman dengan keadaan saat ini walapun dengan sekedarnya. Antara
anggota keluarga saling menyanyangi, menghargai, meghormati dan
tidak memaksakan kehendak
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan keluarga Tn. M dengan lingkungan sekitarnya berjalan baik,
tidak ada pertengkaran antara tetangga sekitarnya dengan Keluarga Tn.
M
c. Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan jika salah satu keluarga ada yang sakit biasanya
beli obat warung terlebih dahulu jika makin parah baru dibawa
kepuskesmas. Dalam kehidupan sehari – hari keluarga Tn. M untuk
kebutuhan minum dimasak terlebih dahulu dan untuk kebutuhan nutrisi
memasak sendiri dengan cara dipotong terlebih dahulu baru dicuci,
komposisi makanannya : makanan pokok, lauk pauk, dan sayur, kalau
buah dan susu jarang dikonsumsi. Jika Ny. S tidak sempat memasak
biasanya membeli makanan diluar. Dalam penyajian kadang tertutup
dan makan sendiri - sendiri. Pada keluarga Tn. M tidak ada pantangan
makanan yang berkaitan dengan suku tetapi karna keluarga Tn. M
khususnya Tn. M dan Tn. R terkena penyakit hipertensi jadi agak
sedikit dikurangi penggunaan garam. Dalam kebutuhan istirahat tidur
keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn. R tidur di satu tempat yang
sama dan Ny. S memiliki tempat tidur sendiri, keluarga Tn. M tidak
memiliki pola tidur siang, kebiasaan tidur Tn. M dan Tn. R dimalam
hari kurang lebih 8 jam, sedangkang Ny. S 6 jam. Jika Tn. M dan Tn.
R sulit tidur karna gelisah dan nyeri ditengkuk biasanya diolesi minyak
hangat atau dikompres dan minum air putih. Keluarga Tn. M tidak
memiliki kebiasaan untuk rekreasi rutin karna faktor usia, dalam
kebutuhan kebersihan diri keluarga Tn. M memiliki riwayat mandi 2x
sehari, sikat gigi setiap mandi, keramas 2 hari 1x.
66
6. Stressor Dan Koping
a. Stressor jangka pendek
Stressor jangka pendek yang sedang dialami keluarga Tn. M
khususnya Tn. M mengalami sakit hipertensi dan Tn. R mengalami
sakit hipertensi, DM, dan stroke mengharapkan agar cepat sembuh.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn. R berobat atau kontrol
kembali jika obatnya habis
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Tn. M menyatakan bila ada masalah selalu dibicarakan
bersama untuk mecari jalan keluarnya
d. Strategi adaptasi disfungsional
Setiap ada masalah dihadapi, diterima, dan menganggap setiap
masalah adala cobaan dari yang maha kuasa
e. Pemeriksaan fisik
Keluhan utama Ny. R : pusing dikepala dan ditengkuk, cepat lelah.
No Pemeriksaan
Fisik
Tn. M Ny. S Tn. R
1 Kepala Simetris, rambut
berwarna putih, tidak
ada ketombe.
Simetris, rambut
berwarna hitam,
tidak ada ketombe
Simetris, rambut
berwarna hitam,
tidak ada ketombe.
2. Leher leher tidak nampak
adanya peningkatan
tekanan vena
jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba
adanya pembesaran
kelenjar tiroid
(struma).
leher tidak nampak
adanya peningkatan
tekanan vena
jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba
adanya pembesaran
kelenjar tiroid
(struma).
leher tidak nampak
adanya peningkatan
tekanan vena
jugularis dan arteri
carotis, tidak teraba
adanya pembesaran
kelenjar tiroid
(struma).
3. Mata Konjungtiva tidak
terlihat anemis, tidak
Konjungtiva tidak
terlihat anemis, tidak
Konjungtiva tidak
terlihat anemis, tidak
67
ada katarak,
penglihatan jelas
ada katarak,
penglihatan jelas
ada katarak,
penglihatan jelas
4. Telinga Simetris, keadaan
bersih, Fungsi
pendengaran baik
Simetris, keadaan
bersih, Fungsi
pendengaran baik
Simetris, keadaan
bersih, Fungsi
pendengaran baik
5. Hidung Simetris, keadaan
bersih, Tidak ada
kelainan yang
ditemukan
Simetris, keadaan
bersih, Tidak ada
kelainan yang
ditemukan
Simetris, keadaan
bersih, Tidak ada
kelainan yang
ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut
lembab, keadaan
bersih, Tidak ada
kelainan
Mukosa mulut
lembab, keadaan
bersih, tidak ada
kelainan
Mukosa mulut
lembab, keadaan
bersih, Tidak ada
kelainan
7. Dada Pergerakan dada
terlihat simetris,
suara jantung S1 dan
S2 tunggal, tidak
terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-),
ronchi (-), wheezing
(-).
Pergerakan dada
terlihat simetris,
suara jantung S1 dan
S2 tunggal, tidak
terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-),
ronchi (-), wheezing
(-)
Pergerakan dada
terlihat simetris,
suara jantung S1 dan
S2 tunggal, tidak
terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-),
ronchi (-), wheezing
(-)
8. Abdomen Pada pemeriksaan
abdomen tidak
didapatkan adanya
pembesaran hepar,
tidak kembung,
pergerakan
peristaltik usus
35x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi
Pada pemeriksaan
abdomen tidak
didapatkan adanya
pembesaran hepar,
tidak kembung,
pergerakan
peristaltik usus
35x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi
Pada pemeriksaan
abdomen tidak
didapatkan adanya
pembesaran hepar,
tidak kembung,
pergerakan
peristaltik usus
35x/mnt, tidak ada
bekas luka operasi
68
9. Ekstermitas
atas dan bawah
Ke dua tangan dan
kaki normal, tidak
ada lesi, tidak ada
bengkak tidak ada
perubahan bentuk
5555 5555
5555 5555
Ke dua tangan dan
kaki normal, tidak
ada lesi, tidak ada
bengkak, tidak ada
bengkak tidak ada
perubahan bentuk
5555 5555
5555 5555
Terdapat perubahan
bentuk pada
pergelangan tangan
tangan
3333 5555
5555 5555
10. TTV TD: 160/110 mmHg,
N : 100x/m,
S : 360C
R: 20x/mnt
TD: 120/70 mmHg
R: 18 x/mnt
N: 84 x/mnt
S: 36.5OC
TD: 120/80 mmHg
R: 18 x/mnt
N: 84 x/mnt
S: 37,2OC
Kesimpulan
dan respon
Keadaan fisik Tn. M
baik, tidak ada
gangguan, tekanan
darahnya tinggi.
Kesimpulannya Tn.
M memiliki penyakit
Hipertensi
Keadaan fisik Ny. S
baik, tidak ada
gangguan.
Kesimpulannya Ny.
S tidak memiliki
penyakit yang serius
Keadaan fisik Tn. R
baik, terdapat
perubahan bentuk
pada pergelangan
tangan kanan,
pergelangan sedikit
kaku dan tidak bisa
digerakan, tekanan
darahnya normal.
Kesimpulannya Tn.
M memiliki penyakit
riwayat stroke
7. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga.
Keluarga Tn. M mengahrapkan agar penyakit yang diderita cepat sembuh
dan tidak kambuh lagi. Keluarga mengharapkan jauh lebih baik lagi.
69
Pedoman Penjajakan II
Hipertensi
1. Kemampuan keluarga dalam mengenal Masalah kesehatan
Tn. M mengatakan ― Hipertensi adalah darahnya tinggi. Tanda gejala
Hipertensi adalah sering marah – marah, pusing, leher sakit, dan cepat
lelah. Penyebabnya karna kelelahan dan sering makan yang asin – asin.‖
2. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Tn. M mengatakan ―Jika sakit atau pusing yang berlebihan keluarga
membawa ke pelayanan kesehatan terdekat.‖ Tn. R mengatakan ―kadang
suka minum obat yang dibeli secara bebas‖
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
Keluarga Tn. M mengatakan ―Jika Tn. M dan Tn. R sakit atau pusing
perawatan yang dilakukan biasanya hanya istirahat tidur untuk meredakan
atau menghilangkan rasa pusing atau rasa sakit tersebut jika tidak hilang
biasanya minum obat metformin.‖
4. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Tn. M dan Tn. R mengatakan ―Dengan cara merapikan barang – barang
sesuai tepatnya agar terlihat rapi dan dapat menghilangkan stress‖
5. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. M mengatakan ―Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada dimasyarakat seperti klinik atau puskemas untuk mengatasi
masalah penyakitnya.‖
Stroke
6. Kemampuan keluarga dalam mengenal Masalah
Tn. R mengatakan ―Stroke adalah tubuh terasa kaku terutama pada kaki
dan tangan, tidak berasa apa – apa (baal). Tanda gejala stroke yaitu
70
kelemahan pada persendian dan perubahan bentuk pada tubuh.
Penyebabnya karna dari diabetes ada juga karna dari merokok‖
7. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Keluarga Tn. M mengatakan ―saya tidak mengerti jadi saya langsung
membawa Tn. R ke pelayanan kesehatan terdekat‖
8. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
Keluarga Tn. M mengatakan ―Perawatan yang dilakukan khususnya untuk
Tn. R biasanya hanya memberikan/mengoleskan minyak zaitun untuk
membantu agar tidak lecet dan tidak kaku seperti memijat untuk
meregangkan persendian pergelangan tangan untuk membantu
mempercepat pemulihan.‖
9. Kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
Keluarga Tn. M mengatakan ―Dengan cara membersihkan lantai agar tidak
licin, penerangan yang cukup, lingkungan yang nyaman‖
10. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan
Keluarga Tn. M mengatakan ‖Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
yang ada dimasyarakat seperti klinik atau puskemas untuk mengatasi
masalah penyakitnya.‖
Analisa Data, Perumusan masalah dan Diagnosa Keperawatan
Data Masalah
Kesehatan
Diagnose
Keperawatan
DS:
- Pasien mengatakan ―pusing,
leher terasa berat lemas, cepat
kelelahan.‖
- Tn. M dan Tn. R mengatakan
―kalau saya (Tn. R) sudah dari
Hipertensi
Ketidakefektifan
manajemen
regiment terapeutik
keluarga Tn. M
71
lama kurang lebih 1,5 tahun
tapi saya rajin minum obatnya
kalau bapak (Tn. M) baru 6
bulan menderita penyakit
hipertensi. Karena merasa
sudah sehat bapak (Tn. M)
jarang lagi meminum obatnya
lagi.‖
- Tn. M dan Tn R mengatakan
―jarang berolah raga‖
- Tn. M dan Tn. R mengatakan
―suka mengkonsumsi
makanan yang asin – asin,
gorengan, bersantan‖
- Ny. S mengatakan ―bahwa Tn.
M susah dibilangin suka
ngambil garam sendiri‖
- Tn. M dan Tn. R mengatakan
―hipertensi adalah darah
tinggi, penyebabnya karna
kelelahan, sering makan yang
asin – asin, tanda dan gejala :
sering marah – marah,
tengkuk terasa berat, dan
cepat lelah‖
- Dalam mengambil keputusan
Jika Tn. M dan Tn. R sakit
atau pusing yang berlebihan
keluarga Tn. M mengatakan
―membawanya ke pelayanan
kesehatan terdekat ―
- Keluarga Tn. M mengatakan
72
―Jika Tn. M dan Tn. R sakit
atau pusing perawatan yang
dilakukan biasanya hanya
istirahat tidur untuk
meredakan atau
menghilangkan rasa pusing
atau rasa sakit tersebut‖
- Dalam memodifikasi
lingkungan Tn. M dan Tn. R
mengatakan ―Dengan cara
Merapikan barang – barang
sesuai tepatnya agar terlihat
rapi dan dapat menghilangkan
stress‖
- Keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat seperti klinik
atau puskemas untuk
mengatasi masalah
penyakitnya.
DO:
- Tn. M tampak lemas.
- TD Tn. M : 160/110mmH, N
: 100x/m, S : 36,50C , R:
20x/m
- TD Tn. R : 120/80 mmHg, R:
18 x/mnt, N: 84 x/mnt, S:
37,2OC
- P : pada saat istirahat
- Q : tertimpah benda berat
- R : leher belakang, dan kepala
- S : 6
73
- T : hilang timbul
DS
- Tn. R mengatakan
―mengetahui stroke sejak 1
tahun lalu, ini sudah terapi
yang ke 18x‖
- Tn. R mengatakan ―tinggal
pergelangan tangan kanan
yang masih lemah‖
- Keluarga Tn. M khusunya
Tn. R dalam mengetahui
penyakit Tn. R mengatakan
―kaki dan tangan kaku
semua, tidak berasa apa – apa
(baal) lalu dibawa kerumah
sakit bahwa terkena penyakit
stroke. Penyebab : Tn. R
mengatakan penyebab dari
stroke saya karna dari
diabetes. Ada juga karna dari
merokok dan minum alcohol.
Tanda dan gejala : Tn. R
mengatakan Wajah tidak
simetris dan kelemahan pada
tangan atau kaki‖
- Dalam mengambil keputusan
Keluarga Tn. M mengatakan
―karna saya tidak mengerti
jadi saya langsung membawa
Tn. R ke pelayanan kesehatan
terdekat‖
- Keluarga Tn. M mengatakan
Stroke
Kurang efektifnya
koping keluarga
Tn. M khususnya
merawat Tn. R
74
―Perawatan yang dilakukan
khususnya untuk Tn. R
biasanya hanya memberikan /
mengoleskan minyak zaitun
untuk membantu agar tidak
lecet dan tidak kaku‖
- Keluarga Tn. M mengatakan
―Perawatan yang dilakukan
khususnya untuk Tn. R
biasanya hanya
memberikan/mengoleskan
minyak zaitun untuk
membantu agar tidak lecet
dan tidak kaku seperti
memijat untuk meregangkan
persendian pergelangan
tangan untuk membantu
mempercepat pemulihan.‖
- Dalam memodifikasi
lingkungan Keluarga Tn. M
mengatakan ―Dengan cara
membersihkan lantai agar
tidak licin, penerangan yang
cukup, lingkungan yang
nyaman‖
- Keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat seperti klinik
atau puskemas untuk
mengatasi masalah
penyakitnya.
75
DO :
- Tangan tampak kaku
- Tidak dapat digerakan
- Terjadi perubahan bentuk
3333 5555
5555 5555
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Skoring adalah tahapan yang dilalui dalam masing-masing masalah
keperawatan atau diagnosa
Hipertensi
1. Ketidakefektifan manajemen regiment terapeutik keluarga Tn. M
Stroke
2. Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya merawat Tn. R
Untuk menentukan skala prioritas pemecahan masalah dalam rencana
perawatan keluarga Tn. M terlebih dahulu dibuat sistem skoring masalah
kesehatan sbb :
1. Ketidakefektifan manajemen regiment terapeutik keluarga Tn. M
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1. Sifat masalah
1. Actual
2. Resiko tinggi
3. Potensial
3
2
1
1
3/3 x 1 = 1
Berdasarkan hasil
pengkajian Tn. M TD :
160/110 mmHg jika tidak
ditangani secara segera akan
berlanjut pada akibat yaitu
pecahnya pembuluh
darah/stroke
2. Kemungkinan masalah
dapat diubah
1. Tinggi
2. Sedang
2
1
2
2/2 x 2 = 2
Masalah untuk diubah
mudah karena dalam hal ini
keluarga mampu
mengetahui dan mengenal
76
3. Rendah 0 hipertensi dengan baik,
keluarga memotivasi untuk
menjaga pola makan, pola
kesehatan dengan runtin
minum obat yang
dianjurkan dan
memeriksakan kesehatannya
dipuskesmas terdekat
3. Potensi untuk
mencegah masalah
1. Mudah
2. Cukup
3. Tidak dapat
3
2
1
2/3 x 1 = 2/3
Masalah hipertensi pada Tn.
M cukup untuk dicegah
karena pola makan yang
suka mengkonsumsi asin
masih bisa dikontrol dengan
cara ditegur/diingatkan dan
jarangnya melakukan
olahraga karna factor usia
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah dirasakan
dan perlu
penanganan segera
2. Masalah dirasakan,
tidak perlu di
tangani segera
3. Masalah tidak di
rasakan
2
1
0
1
2/2 x 1 = 1
Tn. M dan Tn. R
mengatakan ― masalah
dirasakan jika pusing
langsung istirahat dan
minum obat amlodipine,
jika pusing sudah berhari –
hari langsung dibawa ke
puskesmas terdekat
Total Skor 4 2/3
77
2. Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya Tn. R dalam
penyakit stroke
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
Sifat masalah
1. Actual
2. Resiko tinggi
3. Potensial
3
2
1
1
3/3 x 1 = 1
Tn. R mengatakan
―pergelangan masih lemah,
sebelumnya tidak bisa jalan
sama sekali‖
Kemungkinan masalah
dapat diubah
1. Tinggi
2. Sedang
3. Rendah
2
1
0
2
2/2 x 2 = 2
Masalah untuk diubah
mudah karena dalam hal ini
keluarga mampu
mengetahui penyebab
pusing tersebut. Keluarga
juga sudah menerima saran
Potensi untuk
mencegah masalah
1. Mudah
2. Cukup
3. Tidak dapat
3
2
1
3/3 x 1 = 1
Pada Tn. R potensial
masalah untuk dicegah
sangat mudah karna Tn. R
memiliki kesadaran yang
baik untuk segera sembuh
dengan mengikuti terapi
yang dianjurkan dan pada
keluarga sudah melakukan
upaya-upaya pencegahan
secara mandiri
Menonjolnya masalah
1. Masalah dirasakan
dan perlu
penanganan segera
2. Masalah dirasakan,
tidak perlu di
tangani segera
3. Masalah tidak di
2
1
1
2/2 x 1 = 1
Ketika Tn. R mendapat
serangan stroke pertama
kali, upaya yang dilakukan
keluarga Tn. M khususnya
di bawa ke rumah sakit, dan
setelah membaik Tn. R di
rawat di rumah oleh bapak
dan kakanya dengan baik,
78
rasakan 0 seperti membantu
melakukan gerakan ringan
pada seluruh anggota
tubuhnya, dan membuat
tangan kanan dan kaki
kanannya dapat di fungsikan
kembali dan sering control
ke rumah sakit terdekat.
Total Skor 5
Dari hasil skoring diagnosa keperawatan keluarga, maka prioritas diagnosa
keperawatan keluarga sebagai berikut :
Hipertensi
1. Ketidakefektifan manajemen regiment terapeutik keluarga Tn. M
Stroke
2. Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya merawat Tn. R
Tabel diagnosa keperawatan berdasarkan nilai skoring :
No Diagnosa Keperawatan Skor
1. Ketidakefektifan manajemen regiment terapeutik keluarga Tn.
M
4 2/3
2. Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya merawat
Tn. R
5
79
C. Rencana Keperawatan
RENCANA PERAWATAN KELUARGA Tn. M
HIPERTENSI
No.
Diagnose
keperawatan
keluarga
Tujuan Kriteria evaluasi
Rencana intervensi Umum Khusus Kriteria Standart
1. Ketidakefektifan
manajemen
regiment
terapeutik
keluarga Tn. M
Setelah
dilakukan
kunjungan
keperawata
n selama I
minggu
ketidak
efektifan
manajemen
regiment
terapeutik
keluarga
Tn. M
khususnya
Tn. M
dapat
1. Setelah dilakukan
kunjungan selama 1
x 30 menit, Keluarga
dapat mengenal
masalah hipertensi
dengan cara
1.1 Menyebutkan
pengertian
1.2 Menyebutkan
penyebab
hipertensi
Verbal :
Verbal :
a. Pengertian hipertensi :
hipertensi adalah
peningkatan tekanan
dalam pembuluh darah
dimana melewati dalam
batas normal yaitu
120/80 mmHg.
Biasanya tekanan darah
penderita hipertensi
diatas 140/90 mmHg.
b. Penyebab :
- Keturunan
- Kelelahan
- Kurang olah raga
1. Diskusikan bersama keluarga pengertian
Hipertensi dengan menggunakan lembar
bolak balik.
2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang
pengertian hipertensi
3. Berikan pujian atas jawaban yang tepat
1. Diskusikan dengan keluarga tentang
penyebab hipertensi dengan
menggunakan lembar bolak balik
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab hipertensi
80
teratasi
1.3 Menyebutkan
tanda dan gejala
hipertensi
Verbal
- Penyakit tekanan
darah tinggi
- konsumsi garam
berlebihan
c. menyebutkan 3 dari 5
tanda – tanda hipertensi :
- Rasa sakit kepala
- berat ditengkuk
- Mata berkunang –
kunang
- Gelisah sukar tidur
- Keletihan, napas
pendek, terenggah
enggah, sesak napas
3. Beri reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
1. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda
– tanda hipertensi
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda – tanda hipertensi
3. Beri reinforcement positif atas usaha yang
dilakukan keluarga
2. Setelah 1 x 30 menit
kujungan keluarga
mampu mengambil
keputusan untuk
merawat anggota
keluarga yang
menderita hipertensi
Verbal d. Menyebutkan 3 dari 5
akibat lanjut dari
hipertensi yang tidak
diobati :
- penyakit jantung
- Serangan otak / stroke
- Penglihatan menurun
1. Jelaskan pada keluarga akibat lanjut
apabila hipertensi tidak diobati dengan
menggunakan lembar balik
2. Motivasi untuk menyebutkan kembali
akibat lanjut dari hipertensi yang tidak
diobati
81
dengan cara :
2.1 Menyebutkan
akibat lanjut tidak
diobatinya
hipertensi
- Gangguan gerak dan
keseimbangan
- Kerusakan ginjal
kematian
3. Beri reinforcement positif atas jawaban
keluarga yang tepat
3. Setelah 1 x 30 menit
kunjungan keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
dengan hipertensi
dengan cara
3.1 Menyebutkan
cara perawatan
hipertensi
dirumah
Verbal
e. Menyebutkan 3 dari 6
cara perawatan
hipertensi:
- jaga berat badan ideal
- Kurangi konsumsi
garam berlebiham
dalam makanan
seperti ikan asing
- Batasi konsumsi
makanan kolestrol
tinggi, seperti jeroan
- Jangan merokok
- Banyak makan sayur
dan buha
- Batasi minum kopi
1. Diskusikan dengan keluaraga tentang
pencegahan hipertensi
2. Motivasi keluaraga untuk menyebutkan
pencegahan hipertensi
3. Beri reinforcememnt positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
82
3.2 Melakukan tehnik
relaksasi
Psikomoto
r
f. Keluarga dapat
melakukan 2 dari 4 cara
melakukan tehnik
relaksasi
- Napas dalam
- Kompres hangat
- Relaksasi otot
- Teknik progresif
1. Demonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik relaksasi
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mencoba melakukan tehnik relaksasi
3. Beri reinforcement positif atas usaha
keluarga
4. Pastikan keluarga akan melakukan
tindakan yang diajarkan jika diperlukan
4. Setelah 1 x 30 menit
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
dapat mencegah
hipertensi:
4.1 Menyebutkan
cara – cara
memodifikasi
lingkungan
Verbal g. Menyebutkan 2 dari 3
cara memodifikasi
lingkungan untuk
mencegah hipertensi :
- Menciptakan
lingkungan yang
tenang
- Pencahayaan yang
cukup
- Ventilasi yang baik
1. Jelaskan lingkungan yang dapat
mencegah hipertensi
2. Motifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
3. Beri reinforcement positif atas jawaban
keluarga
5. Setelah 1 x 30 menit
kunjungan keluarga
mampu
memanfaatkan
Verbal h. Manfaat kunjungan ke
fasilitas kesehatan :
- Mendapatkan
1. Informasikan mengenai pengobatan dan
pendidikankesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
83
pelayanan kesehatan
dengan cara :
5.1 Menyebutkan
kembali manfaat
kunjungan ke
fasilitas
kesehatan
pelayanan kesehatan
pengobatan hipertensi
- Mendapatkan
pendidikan kesehatan
tentang hipertensi
kembali hasil diskusi
3. Beri reinforcement positif atas hasil yang
dicapai keluarga
84
RENCANA PERAWATAN KELUARGA Tn. M KHUSUSNYA Tn. R
STROKE
No.
Diagnose
keperawatan
keluarga
Tujuan Kriteria evaluasi
Rencana intervensi Umum Khusus Kriteria Standart
1. Kurang
efektifnya
koping keluarga
Tn. M
khususnya
merawat Tn. R
Setelah
dilakukan
kunjungan
keperawata
n selama 1
minggu,
tidak
terjadi
1. Setelah dilakukan
kunjungan selama 1
x 30 menit, Keluarga
dapat mengenal
masalah stroke
dengan cara
1.1 Menyebutkan
pengertian
1.2 Menyebutkan
penyebab stroke
Verbal :
Verbal :
a. Pengertian stroke : Stroke
adalah suatu keadaan
yang timbul karena terjadi
gangguan peredaran darah
di otak, yang
menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan
seseorang menderita
kelumpuhan atau bahkan
kematian
b. Dapat menyebutkan 3 dari
7 Penyebab stroke
- hipertensi,
- diabetes
- penyakit jantung
1. Diskusikan bersama keluarga pengertian
stroke dengan menggunakan lembar
bolak balik.
2. Tanyakan kembali pada keluarga tentang
pengertian hipertensi
3. Berikan pujian atas jawaban yang tepat
1. Diskusikan dengan keluarga tentang
penyebab stroke dengan menggunakan
lembar bolak balik
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali penyebab stroke
85
1.3 Menyebutkan
tanda dan gejala
stroke
Verbal
- merokok
- kolesterol tinggi
- kurang olahraga
- alkohol dan narkoba
c. menyebutkan 2 dari 3
Tanda dan gejala stroke
- Wajah tidak simetris
- kelemahan pada
tangan atau kaki
- bicara pelo
3. Beri reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
1. Diskusikan dengan keluarga tentang
tanda – tanda stroke
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali tanda – tanda stroke
3. Beri reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
2. Setelah 1 x 30 menit
kujungan keluarga
mampu mengambil
keputusan untuk
merawat anggota
keluarga yang
menderita stroke
dengan cara :
2.1 Menyebutkan
akibat lanjut
tidak diobatinya
Verbal d. Menyebutkan akibat
lanjut dari stroke yang
tidak diobati :
- Mengalami
Kelumpuhan
(Kelemahan pada
bagian ekstermitas,
sehingga tidak bisa
berjalan)
- Mengakibatkan
kematian karena
1. Jelaskan pada keluarga akibat lanjut
apabila stroke telah diobati dengan
menggunakan lembar balik
2. Motivasi untuk menyebutkan kembali
akibat lanjut dari stroke yang tidak
diobati
3. Beri reinforcement positif atas jawaban
keluarga yang tepat
86
stroke kurangnya suplai darah
keotak yang
diakibatkan adanya
sumbatan pada aliran
darah ke otak
3. Setelah 1 x 30 menit
kunjungan keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
dengan stroke
dengan cara
3.1 Dapat
Melakukan
ROM
Psikomot
or
e. Keluarga
mendemonstrasikan
kembali cara melakukan
ROM seperti yang
dicontohkan oleh perawat
:
- Leher : fleksi,
ekstensi, hiperektensi,
rotasi
- Bahu : fleksi,
ekstensi, hiperektensi,
abduksi, adduksi,
rotasi dalam, rotasi
luar, sirkumduksi
- Siku : fleksi, ektensi
- Lengan bawah :
supinasi, pronasi
1. Demonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik ROM
2. Berikan kesempatan pada keluarga untuk
mencoba melakukan tehnik ROM
3. Beri reinforcement positif atas usaha
keluarga
4. Pastikan keluarga akan melakukan
tindakan yang diajarkan jika diperlukan
87
- Pergelangan tangan :
fleksi, ekstensi,
hiperekstensi,
abduksi, adduksi
- Jari – jari tangan :
fleksi, ekstensi,
hiperektensi, abduksi,
adduksi
- Ibu jari : fleksi,
ekstensi, abduksi,
adduksi, oposisi
- Pinggul : fleksi,
ekstensi,
hiperekstensi,
abduksi, adduksi,
rotasi dalam, rotasi
luar, sirkumduksi
- Lutut : fleksi, ekstensi
- Pegelangan kaki :
dorsifleksi,
plantarfleksi
- Kaki : inverse, eversi
88
3.2 Dapat
Menyebutkan
Pencegahan
stroke
Verbal
- Jari – jari kaki :
fleksi, ekstensi,
abduksi, adduksi
f. Menyebutkan 3 dari 8
Pencegahan stroke:
- Menghindari stress
- makan-makanan yang
bergizi
- mengontrol kesehatan
secara rutin
- kontrol gula darah,
mengontrol berat
badan
- kontrol tekanan darah
- minum obat secara
teratur
- rutin berolahraga.
1. Diskusikan dengan keluaraga tentang
pencegahan stroke
2. Motivasi keluaraga untuk menyebutkan
pencegahan stroke
3. Beri reinforcememnt positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
4. Setelah 1 x 30 menit
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan yang
Verbal g. Menciptakan lingkungan
rumah yang bersih
seperti: menjaga
kebersihan lantai supaya
1. Menjelaskan lingkungan yang dapat
mencegah stroke
2. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
89
dapat mencegah
stroke:
4.1 Menyebutkan
cara – cara
memodifikasi
lingkungan
tidak kotor dan tidak licin 3. Beri reinforcement positif atas jawaban
keluarga
5. Setelah 1 x 30 menit
kunjungan keluarga
mampu
memanfaatkan
pelayanan kesehatan
dengan cara :
5.1 Menyebutkan
kembali manfaat
kunjungan ke
fasilitas
kesehatan
Verbal h. Manfaat kunjungan ke
fasilitas kesehatan :
- Mendapatkan
pelayanan kesehatan
pengobatan stroke
- Mendapatkan
pendidikan kesehatan
tentang stroke
1. Informasikan mengenai pengobatan dan
pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali hasil diskusi
3. Beri reinforcement positif atas hasil yang
dicapai keluarga
90
D. Implementasi Keperawatan Keluarga
Setelah menyusun perencanaan, langkah berikutnya adalah melaksanakan rencana tindakan
bersama keluarga, adapun tindakan yang telah dilakukan dalam bentuk tabel antara lain :
Hipertensi
No. Hari/tgl/jam Dx Tindakan keperawatan Paraf
1.
Kamis
22 maret 18
09.00
1.1 a. Menggali pengetahuan keluarga tentang
Hipertensi
Ds : Tn. M mengatakan ―Hipertensi adalah
darahnya tinggi. Tanda gejala Hipertensi
adalah sering marah – marah, pusing, leher
sakit, dan cepat lelah. Penyebabnya karna
kelelahan dan sering makan yang asin –
asin.‖
Do : Tn. M tampak terbata – bata saat
menjawab
b. Memberi motivasi keluarga untuk
mengemukakan pendapatnya tentang
Hipertensi
Ds: Tn. M mengatakan ‖bingung
mengungkapkannya‖
Do: Tn. M tampak mendengarkan
c. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
pengertian penyebab dan tanda gejala
Hipertensi
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―setuju‖
Do : keluarga Tn. M tampak memperhatikan
dan mendengarkan
d. Menanyakan kembali pada keluarga tentang
pengertian, penyebab dan tanda gejala
hipertensi
Ds : Tn. M mengatkan ― hipertensi adalah
Ridha
91
peningkatan tekanan dalam pembuluh darah
dimana melewati dalam batas normal yaitu
120/80 mmHg. Biasanya tekanan darah
penderita hipertensi diatas 140/90 mmHg,
disebabkan karna gaya hidup yang tidak
sehat, merokok, minum alcohol, kurang
olahraga, kegemukan, dan stress. Tanda dan
gejala yaitu rasa sakit dikepala, tengkuk
terasa berat, mata berkunang – kunang,
gelisah, sukar tidur, dan kelelahan.‖
Do : Tn. M tampak lebih lancar menjawab
daripada sbelumnya
e. Memberikan reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
1.2 a. Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut dari
hipertensi
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―saya baru
tahu akibat tersebut‖
Do : keluarga tampak memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
b. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari hipertensi yang
tidak diobati
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―dapat
mengakibatkan penyakit jantung, Serangan
otak / stroke, Penglihatan menurun dan
kematian‖
Ridha
92
Do : Tn. M tampak senang dapat mengulang
kembali
c. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
2.
Senin
26 maret 18
10.00
1.3 a. Mendiskusikan dengan keluaraga tentang
pencegahan hipertensi
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―setuju‖
Do : keluarga Tn. M tampak memperhatikan
dan mendengarkan
b. Memotivasi keluaraga untuk menyebutkan
kembali pencegahan hipertensi
Ds : Tn. M mengatakan ―jaga berat badan
ideal, Kurangi konsumsi garam berlebiham
dalam makanan seperti ikan asing, Jangan
merokok, Banyak makan sayur dan buha,
Batasi minum kopi‖
Do : Tn. M tampak senang dan bersemangat
c. Mendemonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik relaksasi
Ds : -
Do: keluarga Tn. M tampak memperhatikan
d. Memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba melakukan tehnik relaksasi
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―mau
mencoba teknik relaksasi tersebut‖
Do : Keluarga Tn. M melakukan teknik
relaksasi
Ridha
93
3.
Rabu
28 maret 18
09.00
1.4 a. Menjelaskan lingkungan yang dapat
mencegah hipertensi
Ds : -
Do : keluarga Tn. M tampak memperhatikan
dengan serius
b. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Tn. M mengatakan ―Menciptakan
lingkungan yang tenang, Pencahayaan yang
cukup dan Ventilasi yang baik‖
Do : Tn. M tampak lancer menjawab
c. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
Ridha
1.5 a. Menginformasikan mengenai pengobatan
dan pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
Ds : -
Do : keluarga Tn. M tampak memperhatikan
dengan serius
b. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Tn. M mengatakan ―Mendapatkan
pelayanan kesehatan pengobatan hipertensi
dan Mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi‖
Do : Tn. M tampak lancer menjawab
c. Memberikan reinforcement positif atas
Ridha
94
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. M mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
Stroke
No. Hari/tgl/jam Dx Tindakan keperawatan Paraf
1.
Kamis
22 maret 18
09.00
2.1 a. Menggali pengetahuan keluarga tentang
Stroke
Ds : Tn. R mengatakan ―Stroke adalah tubuh
terasa kaku terutama pada kaki dan tangan,
tidak berasa apa – apa (baal). Tanda gejala
stroke yaitu kelemahan pada persendian dan
perubahan bentuk pada tubuh. Penyebabnya
karna dari diabetes ada juga karna dari
merokok‖
Do : Tn. R tampak terbata – bata saat
menjawab
b. Memberi motivasi keluarga untuk
mengemukakan pendapatnya tentang Stroke
Ds: Tn. R mengatakan ‖bingung
mengungkapkannya‖
Do: Tn. R tampak mendengarkan
c. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai
pengertian penyebab dan tanda gejala stroke
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―setuju‖
Do : keluarga Tn. R tampak memperhatikan
dan mendengarkan
d. Menanyakan kembali pada keluarga tentang
pengertian, penyebab dan tanda gejala stroke
Ridha
95
Ds : Tn. R mengatakan ―Stroke adalah suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak, yang menyebabkan
terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau bahkan kematian,
penyebabnya bisa dari hipertensi, diabetes,
penyakit jantung, merokok, kurang olahraga.
Tanda gejala nya yaitu Wajah tidak simetris,
kelemahan pada tangan atau kaki dan bicara
pelo‖
Do : Tn. R tampak lebih lancar menjawab
daripada sbelumnya
e. Memberikan reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan keluarga
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
2.2 a. Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut dari
stroke
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―saya baru
tahu akibat tersebut‖
Do : keluarga tampak memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
b. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari stroke yang tidak
diobati
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―Mengalami
Kelumpuhan (Kelemahan pada bagian
ekstermitas, sehingga tidak bisa berjalan),
Ridha
96
Mengakibatkan kematian karena kurangnya
suplai darah keotak yang diakibatkan adanya
sumbatan pada aliran darah ke otak‖
Do : Tn. R tampak lancer saat menjawab
c. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
2.
Senin
26 maret 18
10.00
2.3 a. Mendiskusikan dengan keluaraga tentang
pencegahan stroke
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―setuju‖
Do : keluarga Tn. R tampak memperhatikan
dan mendengarkan
b. Memotivasi keluaraga untuk menyebutkan
kembali pencegahan stroke
Ds : Tn. R mengatakan ―Menghindari stress,
makan-makanan yang bergizi, mengontrol
kesehatan secara rutin, kontrol tekanan darah,
minum obat secara teratur dan rutin
berolahraga‖
Do : Tn. R tampak lancer saat menjawab
c. Mendemonstrasikan pada keluarga cara
melakukan tehnik ROM
Ds : -
Do : Tn. R tampak memperhatikan
d. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk
mencoba melakukan tehnikROM
Ds : Tn. R mengatakan ―mau mencoba teknik
relaksasi tersebut‖
Ridha
97
Do : Tn. R melakukan teknik relaksasi dan
dibantu oleh keluarga
3.
Rabu
28 maret 18
09.00
2.4 a. Menjelaskan lingkungan yang dapat
mencegah Stroke
Ds : -
Do : Tn. R tampak memperhatikan dengan
serius
b. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Tn. R mengatakan ―menjaga kebersihan
lantai supaya tidak kotor dan tidak licin‖
Do : Tn. R tampak lancer menjawab
c. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
Ridha
2.5 a. Menginformasikan mengenai pengobatan
dan pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
Ds : -
Do : Tn. R tampak memperhatikan dengan
serius
b. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : Tn. R mengatakan ―Mendapatkan
pelayanan kesehatan pengobatan hipertensi
dan Mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang hipertensi‖
Do : Tn. R tampak lancer menjawab
Ridha
98
c. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. R mengatakan ―terima
kasih‖
Do : keluarga tampak senang
E. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria hasil dan standar yang telah di tetapkan untuk melihat keberhasilan.
Evaluasi disusun dengan menggunakan pedoman SOAP dengan uraian tabel dibawah ini:
Hipertensi
No. Hari/tgl/jam Dx Evaluasi (SOAP) Paraf
1. Rabu
28 maret 18
09.00
1 S:
Tn. M mengatakan ―mau menjaga
kesehatannya secara mandiri‖
Tn. M mengatakan ―akan minum obat
secara rutin‖
Tn. M mengatakan ―akan rutin
memeriksakan kesehatannya di
puskesmas terdekat‖
Tn. M dan Tn. R mengatakan ―sudah
tidak pusing‖
O:
Keluarga Tn. M tampak kooperatif
dan memperhatikan
Tn. M mampu memperagakan cara
pembuatan obat tradisional untuk
mengurangi penyakit hipertensi
Keluarga Tn. M tampak serius dan
Ridha
99
memeperhatikan apa yang
disampaikan oleh perawat.
Keluarga tampak antusias dalam
memodifikasi lingkungan dan perawat
ikut membantu bersama keluarga
dalam memodifikasi lingkungan
dengan jalan sehat dihalam rumah
Keluarga Tn. M tampak kooperatif
dan menikuti anjuran perawat.
Tn. M dan Tn. R tampak sehat
TD Tn. M : 130/90mmH, N : 100x/m,
S : 36,50C , R: 20x/m
Skala : 1
T : -
A: Masalah Teratasi
P: Memotivasi kepada keluarga Tn.M
khususnya Tn. M agar selalu menjaga
pola kesehatan dan mempertahankan
pengetahuan tentang hipertensi
Melakukan teknik relaksasi Progresif.
S: Tn. M mengatakan ―saya mengerti dan
akan memperaktekkannya setiap hari bila
pekerjaan rumah sudah selesai dan ad
waktu senggang.‖
O: Tn. M tampak mengerti, kooperatif,
antusias, dan mampu mengulang gerakan
sesuai dengan tahapan yang telah perawat
ajarkan.
A: Masalah Teratasi
P: memotivasi agar selalu mempraktekan
Ridha
100
teknik relaksasi progresif agar sendi dan
otot rilaks
Stroke
No. Hari/tgl/jam Dx Tindakan keperawatan Paraf
1. Rabu
28 maret 18
09.00
1 Mengkaji ulang tingkat pengetahuan
keluarga tentang stroke
S :
Tn. R mengatakan ―Stroke adalah
suatu keadaan yang timbul karena
terjadi gangguan peredaran darah di
otak, yang menyebabkan terjadinya
kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita
kelumpuhan atau bahkan kematian,
penyebabnya bisa dari hipertensi,
diabetes, penyakit jantung, merokok,
kurang olahraga. Tanda gejala nya
yaitu Wajah tidak simetris, kelemahan
pada tangan atau kaki dan bicara pelo‖
Tn. R mengatakan ―mengerti
bagaimana caranya menciptakan
lingkungan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya penyakit stroke
seperti menciptakan lingkungan yang
tenang, pencahayaan yang cukup,
lantai yang bersih dan tidak licin‖
O :
TD Tn. R : 120/80 mmHg
R: 18 x/mnt
Ridha
101
N: 84 x/mnt
S: 37,2OC
Tn. R tampak kooperatif
keluarga Tn. M khususnya Tn. R
sangat antusias saat diberikan
penjelasan tentang penyakit stroke
A : masalah teratasi
P : memotivasi kepada keluarga Tn. M
khususnya Tn. R agar tetap
mempertahankan pengetahuan yang ada
Melakukan teknik ROM
S: Tn. R mengatakan ―saya mengerti dan
akan memperaktekkannya setiap hari bila
pekerjaan rumah sudah selesai dan ada
waktu senggang‖
O: Tn. R tampak mengerti, kooperatif,
antusias, dan mampu mengulang gerakan
sesuai dengan tahapan yang telah perawat
ajarkan.
A: Masalah Teratasi
P: Memotivasi keluarga Tn. M khususnya
Tn. R agar tetap melakukan teknik ROM
Ridha
102
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan antara tinjauan teoritis dengan laporan kasus
penelitian. Dalam pembahasan ini penulis mencoba membandingkan antara tinjauan teoritis dan
laporan kasus tentang pemenuhan kebutuhan dasar pada keluarga Tn. M khususnya Tn. M
dengan Hipertensi di RT 007/RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran, dengan
mengikuti tahap-tahap proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis, dalam pengkajian penulis
melakukan pengumpulan data. Data diperoleh dengan menggunakan format pengkaijan dan
teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan keluarga, observasi dan
pemeriksaan fisik. Setelah penulis melakukan pendekatan untuk menjalin hubungan saling
percaya, keluarga Tn. M dapat menerima kedatangan penulis. Dalam pengkajian tidak
ditemukan kesulitan dikarenakan keluarga Tn. M bersikap kooperatif dalam menjawab
semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis sehingga mempermudah mendapatkan
informasi. Selain karena faktor keluarga yang kooperatif, penulis terbantu dengan adanya
format pengkajian sehingga dapat mengumpulkan data secara lengkap sesuai yang
dibutuhkan.
Dari hasil pengkajian didapatkan data sebagai berikut bahwa tipe Tn.M adalah single parent
family. Pada tipe keluarga tidak ada kesenjangan antara teori, dimana didalam teori menurut
Friedman, Bowden, & Jones (2003) dijelaskan bahwa keluarga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian,
atau karna ditinggalkan.
Tahap perkembangan keluarga Tn. M saat ini adalah tahap perlkembangan keluarga anak
usia lansia karna aak pertama Tn. M berusia 56 tahun. Keluarga Tn. M sudah melakukan
tugasnya sesuai dengan teori. Pada tahap perkembangan keluarga lansia yaitu :
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan : Tn. M tinggal bersama anaknya
103
dikarnakan istrinya sudah meninggal dan tidak ada yang menjaganya, Menyesuaikan
terhadap pendapatan yang menurun : Tn. M sudah tidak bekerja karna faktor usia dan
mengandalkan anak ke 3 (Ny. S) sebagai tulang punggung keluarga, Mempertahankan
hubungan perkawinan, Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan : istri Tn M sudah
meninggal sejak tahun 2001 karna sakit stroke, Mempertahankan ikatan keluarga antara
generasi : hubungan Tn M dengan anak dan cucunya baik, Meneruskan untuk memahami
eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup). Dalam tahap perkembangan ini terdapat
kesenjangan dengan kasus dilapangan, dimana tugas perkembagan pada tahap perkembangan
keluarga lansia terdapat tugas yang belum terpenuhi yaitu melihat anak ke 4 belum
memperluas keluarga (menikah) dikarenakan malu sudah tidak memiliki pekerjaan dan
penyakit yang diderita.
Peran keluarga pada keluarga Tn. M telah sesuai, dimana masing – masing anggota keluarga
memiliki peran yang berbeda, terutama Tn.M sebagai kepala keluarga tetapi Tn. M sudah
tidak bekerja karna faktor usia, Ny. S anak ke 3 sebagai yang membantu ayahnya (Tn. M)
menjadi tulang punggung keluarga, Tn. R anak ke 4 sebagai yang membantu dalam
mengurusi rumah
Fungsi perawatan keluarga di dalam keluarga Tn. M terdapat dengan teori dikarenakan Tn.
M dalam memasak makanan selalu menyediakan sendrii tetapi tidak dipisahkan makanan
bagi yang menderita sakit dengan anggota keluarga yang sehat
Status lingkungan mulai dari karakteristik, rumah yang ditempati keluarga Tn. M adalah
ngontrak. Rumah yang ditempati keluarga Tn. M berjenis petak dan permanent dengan
ukuran bangunan 7 m² x 3 m² tanpa pekarangan, Atap rumah terbuat dari asbes, terdapat
ventilasi, cahaya matahari dapat masuk kerumah pada pagi, siang, dan sore hari (walaupun
sedikit karena jarak antar rumah sangat berdekatan), penerangan dalam rumah menggunakan
cahaya matahari dan listrik, lantai rumah terbuat dari kramik, terdapat ruang untuk
beristirahat yang langsung menyambung dengan kamar mandi dan dapur, kondisi rumah
secara keseluruhan dengaan lantai bersih, dan perabotan bersih.
104
Dari hasil pengkajian didapatkan data penyebab dari hipertensi yaitu Genetik, usia,
ras/budaya, stress, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, lingkungan, gaya
hidup, dengan tanda gejala sakit kepala, biasanya di tengkuk dan leher, pusing, sukar tidur,
gelisah, mata berkunang – kunang, dan marah - marah. Sedangkan penyebab yang ditemukan
pada Tn. M adalah pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik karna factor usia. Tn. M di
diagnosa hipertensi sejak 6 bulan yang lalu dengan tanda gejala sakit kepala, biasanya di
tengkuk dan leher, data sering pusing, leher terasa kaku, dan lemas.
Keluarga Tn. M memiliki kesenjagan pada tugas keluarga dalam bidang kesehatan antara
kasus dan teori, dimana dalam teori menurut Friedman tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan dibagi 5 yaitu : mengenal masalah kesehatan setiap
anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga,
memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Pada keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn.
R tidak mampu merawat anggota keluarga yang sakit karena mereka tidak dapat merawat
satu sama lain disebabkan sudah faktor usia dan anggota keluarga yang lain khususnya Ny. S
sibuk bekerja.
Pada tinjauan teoritis menurut Abraham Maslow terdapat kebutuhan dasar manusia yaitu,
fisiologis (oksigen, cairan (minum), nutrisi (makan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi,
istirahat tidur, serta kebutuhan seksual) rasa aman nyaman, kebutuhan rasa dicintai, harga
diri, kebutuhan aktualisasi diri, sedangkan pada kasus Tn. M dari kebutuhan fisiologisnya
tidak ditemukan gangguan pada Tn. M karena pernafasan Tn. M masih dalam batas normal.
Saat eliminasi Bak dan BAB lancar, saat makan dan minum tidak ada masalah.
Kebutuhan dasar yang terganggu menurut teori maslow yang ada pada kasus Tn. M adalah
kebutuhan rasa aman nyaman : nyeri, hal ini terjadi klien mengatakan sering merasakan sakit
kepala, sering pusing, merasa lemas dan lesu. pada konsep teori hipertensi, hipertensi yang
terjadi pada Tn. M terjadi karena faktor pola hidup yang sering mengkonsumsi makanan asin
yang mempengaruhi seperti adanya penyumbatan pada diding pembuluh darah, katup jantung
105
menjadi tebal dan kaku, sehingga kemampuan jantung memompa darah menurun, sehingga
elastisistas pada pembuluh darah hilang dan terjadi trombosisme pembuluh darah perifer.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan NANDA NIC NOC (2015), diagnose yang muncul terbagi menjadi 3 yaitu :
Aktual (terjadi deficit/gangguan kesehatan) adalah Masalah ini memberikan gambaran
berupa tanda dan gejala yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi seperti Penurunan
curah jantung, Nyeri akut, Kelebihan volume cairan, Intoleransi aktivitas, Ketidakefektifan
koping dan Ansietas. Resiko (ancaman kesehatan) adalah Masalah ini sudah ditunjang
dengan data yang akan mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera
ditangani seperti : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, Resiko cidera, Resiko
penurunan curah jantung, Resiko kelebihan volume cairan dan elektrolit. Pontensial/sejahtera
adalah status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin meningkat lebih optimal seperti :
Pontesial peningkatan pemeliharaan kesehatan, Pontensial meningkat proses keluarga,
Potensial peningkatan koping keluarga, Resiko terhadap tindakan kekerasan.
Sedangkan pada kasus penulis memiliki kesenjangan dalam memunculkan diagnose actual
dengan hipertensi yaitu : Ketidakefektifan manajemen regiment terapeutik keluarga Tn. M
karna Tn. M sudah mengetahui tentang penyakitnya dan obatnya tetapi jarang untuk minum
obat secara rutin. Pada kasus pasca stroke penulis memunculkan diagnose actual yaitu
Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya merawat Tn. R, Penulis mengangkat
diagnosa aktual karena Tn. M dan Tn. R mengalami masalah yang nyata, hal tersebut dapat
dilihat dari keluhan keluarga yang mengatakan bahwa Tn. M sudah pernah berobat tetapi
tidak rutin dalam meminum obat, sehingga tidak perlu mengangkat diagnosa keperawatan
resiko. Sementara diagnosa potensial tidak ditegakan karena saat ini keluarga belum dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan dan belum mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan untuk ditingkatkan
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakkan keperawatan keluarga diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan
tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
106
anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat. Perencanaan adalah bagian dari
fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan
perawatan (jangka panjang/ pendek), penempatan standart dan kriteria serta menentukan
perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga (Setiadi, 2008).
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan yang ada pada tinjauan teoritis
yaitu diawali dengan menyusun penepatan tujuan, kriteria hasil serta membuat rencana
tindakan yang akan dilakukan pada semua diagnose yang muncul.
Pada kasus ini untuk menetapkan tujuan dapat disusun sesuai dengan tujuan yaitu tujuan
jangka pendek yang ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang
dihubungkan dengan keadaan yang mengancam kehidupan, sedagkan jangka panjang
sifatnya menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri
dan dengan waktu yang ditentukan.
Pada penetapan kriteria dan stadar berdasarakan pengetahuan seperti keluarga mampu
mengenal pengertian, keluarga dapat mengetahui akibat lanjut, keluarga mampu melakukan
pemeriksaan kesehatan sendiri, lalu sikap yang harus dimiliki seperti keluarga mampu
memutuskan untuk membuat pemeriksaan kesehatan terdekat, keluarga mampu mengatasi
masalah penyakitnya, kemudian dari segi psikimotorik seperti keluarga mampu menyediakan
jenis makanan untuk kesehatannya, mengolah makan dan melakukan pengukuran
pemeriksaan kesehatannya
Penulis melakukan rencana tindakan kepasien sesuai dengan TUK 1-5 mulai dari mengenal
masalah seperti pengertian, tanda dan gejala, mengambil keputusan seperti akibat lanjut dan
cara perawatan, kemudian melakukan kegiatan psikomotorik seperti teknik relaksasi
progresif, memodifikasi lingkungan yang sehat seperti lantai tidak licin, keadaan rumah yang
bersih dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seperti puskesmas atau dokter.
Tidak terdapat kesenjangan antara rencana tindakan keperawatan keluarga pada kasus
maupun teori, dimana penulis melibatkan keluarga dalam penyusunan rencana keperawatan
107
keluarga dan dapat diterima oleh keluarga. Selain itu penulis merencanakan untuk melakukan
penyuluhan disetiap masalah pada keluarga untuk mencegah resiko terjadinya masalah
dengan tindakan promotif seperti penyuluhan kesehatan.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2008). Pada tahap pelaksanaan ini,
penulis melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan atau
ditentukan. pelaksanaan dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau kondisi pasien dan
sarana yang tersedia. Pelaksanaan dalam pemenuhan kebutuhan dasar dilakukan oleh penulis.
Alat yang mendukung dalam melaksanakan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis
untuk memberikan asuhan keperawatan untuk pelaksanan teknik relaksasi otot progresif, dan
penkes sendiri juga dilakukan oleh penulis sebagai mahasiswa perawat. Perawat bersama
keluarga memberikan motivasi dan dukungan untuk kesembuhan Tn. M dengan memberikan
semangat dan saling mengingatkan untuk menjaga pola kesehatan ataupun pola makan,
keluarga Tn. M khususnya Tn. M mengatakan akan menjaga kesehatan dan memeriksakan
kesehatan dipuskemas terdekat.
Dalam kasus ini penulis melaksanakan tidakan sesuai dengan tuk 1-5 tentang hipertensi
mulai dari pengertian, tanda dan gejala, akibat dan cara perawatan hipertensi. kemudian
melakukan kegiatan psikomotorik berupa teknik relaksasi otot progresif, memodifikasi
lingkungan dengan jalan sehat dan menjaga pola kebersihan dirumah, dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada seperti puskesmas atau klinik. pada diagnosa kedua yaitu kurang
efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya merawat Tn. R yang sakit pasca stroke. penulis
bersama keluarga merencanakan untuk melakukan tuk 1-5 tentang stroke mulai dari
pengertian, tanda dan gejala, akibat lanjut. kemudian memodifikasi lingkungan dengan baik
yaitu lingkungan bersih, lantai tidak licin, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
seperti puskesmas dan dokter.
Dalam pelaksanaan keperawatan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus,
namun saat pelaksanaan tindakan keperawatan mengalami sedikit hambatan dikarenakan
108
setiap melakukan tindakan tidak semua anggota keluarga Tn. M hadir. Namun penulis
memberikan saran kepada anggota keluarga Tn. M yang hadir agar dapat memberitahu
kepada anggota keluarga yang tidak hadir. Selain itu penulis juga memberikan leaflet untuk
bisa dibaca dan dipelajari oleh seluruh anggota keluarga Tn. M.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan. Tahap kelima
ini dimana dilakukan pengukuran keberhasilan dari suatu tindakan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan oleh penulis dari tanggal 22 – 28 Maret 2018. Adapun dalam evaluasi
menulis menggunakan SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa, Planning).
Dalam membuat evaluasi tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus. Karena pada
tinjauan kasus, penulis telah membuat evaluasi proses setiap hari (evaluasi formatif) setelah
melakukan tindakan. Kemudian setelah waktu 3 x 24 jam yang telah ditentukan saat
membuat perencanaan melakukan asuhan keperawatan, penulis membuat evaluasi akhir
berupa SOAP (evaluasi sumatif). Adapun hasil dari evaluasi tersebut adalah dua diagnose
yang teratasi. Seperti : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung pada keluarga Tn. M
khususnya Tn. M. Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari, karena klien mengatakan sudah
tidak pusing, TD 130/90mmHg dan Kurang efektifnya koping keluarga Tn. M khususnya
merawat Tn. R yang sakit pasca stroke. Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari, karena
klien mengatakan sudah jauh lebih baik, klien mampu menggerakan pergelangan tangannya
fleksi dan ekstensi (ke atas dan kebawa).
Tindak lanjut dari penulis menyarankan kepada keluarga Tn. M khususnya Tn. M dan Tn. R
selalu menjaga kesehatan pada seluruh anggota keluarga serta melakukan teknik relaksasi
otot progesif serta memodifikasi lingkuangan yang bersih, mejaga pola makan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesma ataupun dokter.
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah membahas mengenai laporan kasus pemenuhan kebutuhan dasar nyeri dengan masalah
hipertensi, dimana penulis melakukan perbandingan antara teori dengan kasus dilapangan,
kemudian penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian pada keluarga Tn. M dengan masalah Hipertensi dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik sehingga didapatkan keluhan yang sedang
dirasakan. Tn. M mengatakan ―pusing, leher terasa berat, lemas dan cepat kelelahan‖.
Pengkajian pada keluarga Tn. M khususnya Tn. R dengan masalah pasca stroke
didapatkan keluhan ―stroke sejak 1 tahun lalu, ini sudah terapi yang ke 18x, tinggal
pergelangan tangan kanan yang masih lemah‖
2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah Ketidakefektifan manajemen
regiment terapeutik keluarga Tn. M dengan Hipertensi dan Kurang efektifnya koping
keluarga Tn. M khususnya merawat Tn. R dengan pasca stroke
3. Perencanaan tindakan keperawatan disusun bersama keluarga yaitu memberikan
penyuluhan tentang hipertensi, perencanaan menggunakan skoring dan sesuai dengan
teori. Penulis juga berdasarkan dengan TUK 1-5 dengan megetahui pegertian, tanda dan
gejala, akibat. Penulis juga mengajarkan teknik relaksasi otot progresif sesuai degan
recana yang tersedia dan sesuai masalah yag ada.
4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi. pada tahap ini penulis
melakukan pelaksanaan pada 2 diagnosa yang muncul, yaitu mengkaji ulang tingkat
pengetahuan keluarga, mendiskusikan tentang pengertian, penyebab dan tanda gejala
peyakit, akibat lanjut, memodifikasi lingkungan yang baik dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yag ada seperti puskesmas ataupun dokter.
5. Evaluasi yang dilakukan berdasarkan SOAP yang dilakukan selama 3 hari sampai tanggal
28 Maret 2018. Evaluasi yang diperoleh adalah masalah teratasi. Tindak lanjut dari
penulis menyarankan kepada keluarga Tn. M selalu menjaga kesehatan pada seluruh
anggota keluarga serta memotivasi keluarga agar merawat anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
110
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan keluarga yang tertara
diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk memperbaiki serta
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatanpada keluarga dengan hipertensi :
1. Intitusi Pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi buku sebagai referensi yang berkaitan dengan Konsep
penyakit HIPERTENSI, asuhan keperawatan keluarga dengan masalah HIPERTENSI,
sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam menyusun karya tulis ilmiah
2. Profesi perawat
Diharapkan dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya perawat setelah melakukan
penyuluhan ataupun tindakan lainnya memberikan leaflet atau bacaan tertulis sehingga
bisa dibaca kembali oleh keluarga serta dapat bermanfaat untuk keluarga yang tidak hadir
saat dilakukan tindakan.
3. Petugas puskesmas
diharapkan mampu melakukan kunjungan rutin secara terjadwal untuk meningkatkan
derajat kesehatan keluarga di wilayah Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Kemayoran
khususnya di RW 002 terutama pada penyakit hipertensi memberikan pendidikan
kesehatan terutama dalam melakukan modifikasi lingkungan di wilayah Utan panjang
karena berdasarkan data dan hasil kajian yang dilakukan oleh mahasiswa yang praktek di
wilayah Utan Panjang khususnya di RW 002 menunjukkan angka kejadian yang cukup
tinggi dari penyakit-penyakit lain yang ada di RW 002.
4. Keluarga
Diharapakan mampu menjaga kesehatan dengan baik, mejaga pola makan dan selalu
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia, motivasi untuk keluarga Tn. M
khususnya Tn. M dan Tn. R agar selalu tetap sehat dan saling merawat anggota keluarga
yang sakit.
5. Bagi penulis
Mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga secara teori maupun mandiri dari
penulis mampu menyusun strategi agar data tentang keluarga dapat terkumpul sesuai
teori serta mampu meningkatkan derajat kesehatan terhadap keluarga binaan karena pada
bab sebelumnya masih terdapat masalah yang belum teratasi.
111
DAFTAR PUSTAKA
Hemawati dan Sartika, W. jurnal kesehatan masyarakat : terkontrolnya tekanan darah penderita
hipertensi berdasarkan pola diet dan kebiasaan olahrag dipadang tahun 2011. September
2013 – maret 2014, vol. 8, no. 1
Kemenkes RI. (2012). Masalah Hipertensi Di Indonesia. Diakses pada tanggal 14 maret 2018
jam 11:05 WIB Jakarta : http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-
indonesia.html.
Kemenkes RI. (2014). Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (INFODATIN)
HIPERTENSI. Diakses pada tanggal 13 Februari 2018 jam 12:05 WIB. Jakarta :
www.depkes.go.id / file://F:bahan%20kti/infodatin-hipertensi.pdf.
Laporan nasional riskesdas. (2007). Prevelensi Hipertensi. Diakses pada tanggal 4 Mei 2018 jam
19:20 WIB. file:///F:/bahan%20kti/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf.
Laporan nasional riskesdas. (2013). Prevelensi Hipertensi. diakses pada tanggal 13 Februari
2018 jam 12:08 WIB. file:///F:/bahan%20kti/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
LeMone, Priscilla dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC.
Potter, P dan Perry , A. (2010). Fundamental Of Nurshing Buku 3 Edisi 7. Singapore : Elsevier.
Purnama, Basuri T dkk. (2008). Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus+.
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setiati, Siti dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke 6 Jilid II. Jakarta : Interna
Publishing.
Smeltzer, Susan C. (2013). Keperawatan Medical Bedah (Handbook For Brunner & Syddarth’s
Textbook Of Medical-Surgical Nursing) Edisi 12. Jakarta : EGC.
Susanto, Tantut. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Aplikasi Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta : TIM.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
112
Daftar Riwayat Hidup
I. Riwayat Diri
Nama Lengkap : Ridha Azkia
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 2 Februari 1998
Agama : Islam
No HP : 082113988156
E-mail : [email protected]
Alamat : Jl. Mindi Blok O Gg. 3 No. 1 Rt.004 Rw.06 Kec. Koja
Kel. Lagoa Jakarta Utara 14270
Riwayat Pendidikan
A. Pendidikan Umum
1. TK Al – Khariyah 2002-2003
2. MI Al – Khairiyah 2003-2009
3. SMP Al – Khairiyah 1 Pagi 2009-2012
4. SMA Negeri 114 Jakarta Utara 2012-2015
5. Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta 2015-2018
B. Pendidikan Tambahan
1. Pelatihan Baitul Arqam 2015
2. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Prodi Tahun 2016
3. Pelatihan Basic Trauma & Cardiac Life Support Tahun 2017
4. Course National English Center Tahun 2015-2018
II. Pengalaman Organisasi
1. Pengurus Silat Kombinasi Bhusite Bima Sakti sebagai anggota dari tahun 2006 –
sekarang
2. OSIS SMP Al – Khairiyah sebagai sekretaris tahun 2013-2014
3. Pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa FIK UMJ periode 2016-2017
113
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
Disusun Oleh :
RIDHA AZKIA
2015750037
D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH JAKARTA
Kampus C UMJ Jl. Cempaka Putih Tengah I No.1 Cempaka Putih Jakarta Pusat
10510
Tahun ajaran 2017/2018
114
Pokok pembahsan : Hipertensi
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Hipertensi
Penyaji : Ridha Azkia
Sasaran : Keluarga Tn. M
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 28 Maret 2018
Tempat : Rumah Tn. M
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 1 x 30 menit masyarakat dapat
memahami tentang penyakit darah tinggi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit keluarga dapat :
a. Menjelaskan pengertian darah tinggi
b. Menyebutkan 3 dari 5 penyebab darah tinggi dengan baik.
c. Mengetahui tanda dan gejala darah tinggi dengan baik.
d. Mengetahui makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita
Darah tinggi
e. Mengetahui komplikasi dari hipertensi
f. Mendemonstarsikan tehnik relaksasi/napas dalam
B. SASARAN
Keluarga Tn. M
C. MATERI
Terlampir
115
D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit o Salam perkenalan
o Menjelaskan
kontrak dan tujuan
pertemuan
o Menyamakan
persepsi
2. Pelaksanaan 20 menit o Menjelaskan
tentang :
o Pengertian darah
tinggi
o Penyebab darah
tinggi
o Tanda dan gejala
darah tinggi
o Diet darah tinggi
o Mengetahui
komplikasi yang
terjadi akibat
hipertensi
o Mendemonstrasikan
tehnik
relaksasi/napas
dalam
o Membuka sesion
pertanyaan
o Diskusi dengan
keluarga
Leaflet
Dan Lembar
Balik
3. Penutup 5 menit o Menyimpulkan dari
pembelajaran yang
diberikan
o Mengevaluasi
pembelajaran yang
diberikan
o Menutup
pembelajaran
dengan salam
116
E. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi
F. MEDIA DAN ALAT
Lembar Balik dan Leaflet
G. SUMBER
Benowitz, L. 2002. Obat Antihipertensi, dalam Katzung, B.G., 2002, Basic and Clinical
Farmacology, ed ke-3, Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika
Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC.
Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan Kardiovaskuler.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeljer,S.C Bare, B.G .2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, *Brunner &
Suddarth, Ed 8.Penerbit EGC Jakarta
Smeltzer, C. S & Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical Medah edisi 8.
Jakarta. EGC
Soeparman dkk.1987.Ilmu Penyakit Dalam Ed 2. Penerbit FKUI. Jakarta
Sofyan, Andy.2012. Hipertensi. Kudus
Wiryowidagdo, S & Sitanggang, M. (2002). Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah
Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: PT Argomedia Pustaka
H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam acara penyuluhan.
b. Kesiapan materi penyaji.
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan 2/3 dari jumlah
masyarakat di wilayah rt.007 rw.02 Keluarahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat
b. Masyarakat antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
c. Masyarakat menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
117
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam melaksanakan implementasi
keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang darah tinggi yang diterima oleh audience
dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir ceramah.
I. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kembali pengertian tekanan darah tinggi ?
2. Jelaskan kembali penyebab tekanan darah tinggi?
3. Apa tanda dan gejala tekanan darah tinggi?
4. Apa saja makanan yang dianjurkan dan makanan yang dibatasi untuk penderita tekanan
darah tinggi?
5. Sebutkan pengobatan darah tinggi ?
6. Jelaskan komplikasi darah tinggih?
LAMPIRAN 1
MATERI
A. Pengertian
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif
Muttaqin, 2009).
Menurut Wiryowidagdo (2002) mengatakan bahwa hipertensi merupakan suatu keadaan
tekanan darah seseorang berada pada tingkatan di atas normal.
Sedangkan menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai darah
tinggi (Soeparman, 1999).
B. Penyebab
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh darah
118
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
1. Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, stres psikologis
2. Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
3. Hipertensi hormonal
4. Bentuk hipertensi lain: obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)
C. Tanda Dan Gejala
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun,
dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan
tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
6. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera.
(Elizabeth J. Corwin, 2000)
D. Penatalaksanaan
1. Diit
Diit merupakan pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau
mempertahankan BB yang sesuai dan mengendalikan kadar glukosa.Tujuan diituntuk
membantu menurunkan tekanan darah, mempertahankan tekanan darah menuju
normal,penurunan faktor resiko BB yang berlebih, menurunkan kadar lemak
kolesterol.Diit untuk penderita Hipertensi:
2. Makanan yang dianjurkan untuk penderita Darah tinggi
1. Sumber kalori
b. Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
1. Sumber protein hewani
c. Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur
bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak
1. Sumber protein nabati
d. Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
1. Sumber lemak
e. Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
1. Sayuran
f. Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam, kangkung, buncis, kacang
panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
119
1. Buah-buahan
g. Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
1. Bumbu
h. Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15
gramperhari.
1. Minuman
i. Teh encer, coklat encer, juice buah.
3. Makanan yang dibatasi
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi misalnya otak, paru, minyak kelapa, gajih
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan natrium misalnya biscuit, craker
c. Makanan dalam kaleng : sarden, abon, asinan, ikan asin, telor asin.
d. Makanan yang mengandung alkohol misalnya durian dan tape.
e. Daging-daging warna merah segar seperti hati ayam, sosis, daging sapi, daging
kambing.
f. Garam dapur :
1) Tekanan darah ringan >140 – 149/ >90 – 94 Mmhg
Diet rendah garam 3 = 1 sendok teh/ hari
2) Tekanan darah sedang > 150 – 179/ > 95 – 109 Mmhg
Diet rendah garam 2 = ½ sendok the / hari
3) Tekanan darah berat > 180/ >110 Mmhg
Diet rendah garam 1 = TANPA GARAM
g. Makan tinggi lemak dan kolesterol
h. Buah/sayur yang diawetkan dengan garam : ikan asin, asinan, dll
4. Jenis teknik relaksasi
a. Relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi napas dalam bertujuan untuk meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas
nyeri dan menurunkan kecemasan. Prosedur teknik relaksasi :
1) Ciptakan lingkungan yang tenang
2) Usahakan tetap rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1,2,3
4) Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstermitas
atas dan bawah rileks
5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan – lahan
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8) Usahakan agar tetap konsentrasi/mata sambal terpejam
9) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
120
10) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
b. Relaksasi progresif
Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan cara duduk di kursi yang nyaman atau
berbaring dengan nyaman di ruangan yang sejuk dan tenang.
Mulai bernapas perlahan dan dalam hingga paru – paru terisi penuh kemudian tahan
napas selama beberapa detik. Perlahan – lahan keluarkan napas sehingga rongga dada
kembali mengendur hingga paru – paru mengempis sempurna.
Setelah sekitar 5 – 10 menit membentuk pola pernapasan, mulai latihan berikutnya
yaitu menegakan setiap bagian tubuh saat menarik napas. Pertahankan ketegangan otot
selama 10 detik kemuadian kendurkan otot dan keluarkan napas bersamaan. Setelah
itu dilanjutkan dengan tahapan berikut :
1) Tekuk kuat jari kaki dan tekan kaki ke bawah
2) Tekan tumit ke bawah dan lekukan kaki ke atas
3) Tegakan otot betis
4) Tegangkan otot paha, luruskan lutut dan kekukan tungkai
5) Tegangkan otot bokong
6) Tegangkan perut
7) Tekuk siku dan tegangkan otot lengan
8) Naikkan bahu dan tekan kepala ke bantal
9) Katupkan rahang, kenyitkan alis dan tutuplah mata rapat – rapat
10) Regangkan seluruh otot bersama – sama
Tarik napas dalam, relaksasi terjadi jika klien mengalami perasaan yang nyamandan
berat menyebar ke seluruh tubuh.
c. Guided Imagery
Guided imagery adalah proses yang mneggunakan kekuatan fikiran dan
mengarahkan tubuh untuk rileks melalui komunikasi dalam tubuh dan melibatkan
semua indera (sentuhan, penglihatan, dan pendengaran).
Tekhnik guided imagery dilkukan dengan cara berhayal atau membayangkan
sesuatu. Tekhnik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya, yaitu meminta
kepada klien untukperlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka,
klien di dorong untuk relaksasi mengosongkan fikiran dan memenuhi fikiran dengan
bayangan untuk membuat damai dan tenang.
d. Thermotheraphy
Superficial thermotherapy atau kompres hangat merupakan salah satu terapi
modalitas dengan cara memberikan rasa panas pada permukaan jaringan sekitar
kedalaman 1 cm. kompres hangat pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan
dan pemulihan jaringan.
Efek terapeutik :
1) Vasodilatasi
2) Penurunan viskositas darah
121
3) Penurunan ketegangan otot
4) Peningkatan metabolisme jaringan
5) Peningkatan permeabilitas kapiler
Caranya :
1. Botol air panas
Berupa botol yang didalamnya diisi oleh air panas. Kerugiannya adalah panas tidak dapat
bertahan lama yaitu kurang dari 5 menit.
2. Kenny Pack
Kompres ini berbahan dasar wol yang diberi uap panas dan dikeringkan, memiliki panas
awal yang intens namun mendingin dengan cepat (sekitar 5 menit)
3. Handuk Panas
Berupa handuk yang dicelupkan kedalam air yang bersuhu 40-46oC, panas bertahan
cukup lama, sekitar 5-10 menit.
4. Hydrocolator Pack
Terbuat dari bahan kanvas yang berisi jel. Jel dapat menyerap sejumlah besar air dan
dengan demikian dapat mempertahankan panas untuk jangka waktu yang lama. Panas
bisa bertahan hingga 30 menit jika dipanaskan sampai suhu 60-70 oC, menyediakan suhu
sekitar 45 oC untuk kulit.
Kemampuan klien unutk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan cedera (kaji apakah klien
menyadari rasa panasserta dapat membedakan suhu yang terlalu panas). Tingkat keasadaran
dan kondisi fisik umum klien (klien lansia beresiko untuk tidak dapat mentoleransi panas
dengan baik)
Area yang dikompres dengan memeriksa :
1. Perubahan integritas kulit (edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, perdarahan)
2. Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi) jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat
atau kebiruan dan kurangnya sensasi atau mati rasa mengindikasiskan kerusakan sirkulasi
3. Denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah (penting dikaji sebelum tindakan diberikan
pada area tubuh yang luas. (Berman et al, 2002)
E. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga
menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh
yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya
komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan
terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang
dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada 19 organ, atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II,
122
stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet
tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan
organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming
growth factor-β (TGF-β). Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui
pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. hipertrofi ventrikel kiri
b. angina atau infark miokardium
c. gagal jantung
2. Otak - stroke atau transient ishemic attack
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
123
124
125
SATUAN ACARA PENYULUHAN STROKE
Disusun Oleh :
RIDHA AZKIA
2015750037
D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYYAH JAKARTA
Kampus C UMJ Jl. Cempaka Putih Tengah I No.1 Cempaka Putih Jakarta Pusat
10510
Tahun ajaran 2017/2018
126
Pokok Pembahasan : Stroke dan ROM (mobilisasi)
Sub Pokok Bahasan : Penanganan Strok
Penyaji : Ridha Azkia
Sasaran : Keluarga Tn. M
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Rabu, 28 Maret 2018
Tempat : Rumah Tn. M
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 45 menit, diharapkan keluarga mampu
memahami tentang penyakit Stroke.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan melaui pemberian materi dan demonstrasi diharapkan
keluarga mampu :
a. Menyebutkan Pengertian Stroke
b. Menyebutkan Penyebab Penyakit Stroke
c. Menyebutkan tanda dan gejala stroke
d. Menyebutkan komplikasi stroke
e. Menyebutkan pencegahan stroke
f. Menjelaskan mobilisasi pada pasien stroke
B. SASARAN
Keluarga Tn. M
C. MATERI
Terlampir
127
D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan 5 menit o Salam perkenalan
o Menjelaskan
kontrak dan tujuan
pertemuan
o Menyamakan
persepsi
2. Pelaksanaan 20 menit o Menjelaskan
tentang :
o Pengertian stroke
o Penyebab stroke
o Tanda dan gejala
stroke
o Mengetahui
komplikasi yang
terjadi akibat stroke
o Mendemonstrasikan
tehnik ROM
o Membuka sesion
pertanyaan
o Diskusi dengan
keluarga
Leaflet
Dan Lembar
Balik
3. Penutup 5 menit o Menyimpulkan dari
pembelajaran yang
diberikan
o Mengevaluasi
pembelajaran yang
diberikan
o Menutup
pembelajaran
dengan salam
128
E. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi
F. MEDIA DAN ALAT
Lembar Balik dan Leaflet
G. SUMBER
Purwanti dan Arina. 2008. Rehabilitasi Klien Pasca Stroke. Kartasura:FIK UMS
Smeltzer, Suzanne.(2001). Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC STIKES
Potter, Patricia A dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses Dan Praktek. Jakarta: EGC
Priscillaa Le Mone, Karen (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bedah;
Gangguan Neorologi. Jakarta : EGC
H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Semua anggota masyarakat hadir dalam acara penyuluhan.
b. Kesiapan materi penyaji.
c. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung.
2. Evaluasi Proses
a. Masyarakat hadir sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan 2/3 dari jumlah
masyarakat di wilayah rt.007 rw.02 Keluarahan Utan Panjang Kecamatan
Kemayoran Jakarta Pusat
b. Masyarakat antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
c. Masyarakat menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
3. Mahasiswa
b. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
c. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
129
b. Adanya kesepakatan masyarakat dengan perawat dalam melaksanakan
implementasi keperawatan selanjutnya.
c. Adanya tambahan pengetahuan tentang stroke yang diterima oleh audience
dengan melakukan evaluasi melalui tes lisan di akhir ceramah.
I. DAFTAR PERTANYAAN
1. Jelaskan kembali pengertian stroke ?
2. Jelaskan kembali penyebab stroke?
3. Apa tanda dan gejala stroke?
4. Sebutkan pengobatan stroke?
5. Jelaskan komplikasi stroke?
LAMPIRAN
MATERI
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah otak mengalami gangguan
(berkurang), akibatnya nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhidengan
baik.
Menurut kriteria WHO stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun
global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak. Stroke adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya
aliran darah dan oksigen ini dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya
pembuluh darah di otak (Smeltzer, 2001).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.( Batticaca, Fransisca B.2008hlm:56)
Stroke (cedera vaskuler serebral, atau serangan otak), adalah kondisi kedaruratan ketika
terjadi deficit neurologis akibta dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke otak yang
terlokalisasi. Stroke dapat iskemik (ketika suplai darah ke bagian otak tiba-tiba terganggu
oleh thrombus, embolus, stenosis pembuluh darah), atau hemorogik ketika pembuluh
darah mengalami rupture, darah meluber dalam ruang di sekitar neuron. Deficit
neurologis di sebabkan oleh iskemi dan menghasilkan nekrosis sel dalam otak beragam
130
tergantung pada area otak yang terlibat, ukuran area yng terkena, dan lama waktu aliran
darah menurun atau berhenti. Kehilangan suplai darah yang hebat ke otak dapat
memyebabkan disabilitas berat atau kematian. Ketika durasi aliran darah menurun singkat
dan are anatomis yang terlibat kecil, orang mungkin tidak menyadari kerusakan yang
telah terjadi.
B. Penyebab Stroke
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri
iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah
serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi
melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral
c. Arteritis( radang pada arteri )
131
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong
sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
132
Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor tidak terkendali
atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang dapat dikendalikan atau faktor tidak
tetap.
1. Faktor tidak terkendali
Yang dimaksud faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah, terdiri
atas faktor genetik (ras), usia, gender, serta riwayat penyakit yang dialami oleh
orangtua atau saudara sekandung.
Faktor Genetik
Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke. Sifat genetik
yang terbawa oleh bangsa berkulit hitam beresiko tinggi terhadap stroke.
Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif yang rawan mereka alami
menjadi faktor kuat yang menyebabkan merekan rentan terhadap stroke. Penyakit
yang dimaksud antara lain anmemia sel bulan sabit , hipertensi, kadar asam urat
tinggi (hiperurisemia), diabetes tipe-1, dan sejumlah penyakit lainnya yang secara
tidak langsung berpotensi memicu stroke darah kental, laju aterosklerosis yang
tinggi, hipertensi, serta meningkatnya tingkat peradangan di tingkat sel di dalam
tubuh mereka.
Terlepas dari faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko tunggal, pola hidup
suatu bangsa yang tidak sehat turut memengaruhi tingginya resiko stroke dalam
diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda menyebabkan resiko stroke
meningkat ketika usia beranjak tua.
Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut memengaruhi
tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu pemicu tingginya insiden
stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan kebiasaan mengonsumsi alkohol yang
menjadi tradisi suatu bangsa. Kebiasaan merokok diduga kuat turut mendongkrak
tingginya insiden stroke di kalangan bangsa Asia. Selain itu, tingkat stres yang
tinggi terutama yang dialami masyarakat pekerja sibuk juga menjadi penyebab
tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup dalam komunitas modern.
Cacat Bawaan
Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil) beresiko tinggi
terhadap stroke. Jika seseorang mengalami kondisi seperti ini, maka mereka
umumnya akan mengalami stroke pada usia yang terbilang muda. Stroke di usia
133
mudabanyak penyebabnya, namun cacat bawaan membuat seseorang lebih
beresiko terhadap stroke dibanding individu lain yang normal.
Usia
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini disebabkan
melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas
pembuluh darah. Sekitar dua pertiga penderita stroke adalah mereka yang berusia
diatas 65 tahun. Proses penuaan sel sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit
yang dialami orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10 tahun. Pada
wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke meningkat karena
esterogen yang semula berperan sebagai pelindung mengalami penurunan. Itu pula
yang menjadi jawaban pertanyaan stroke lebih banyak dialami oleh wanita tua
daripada pria tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli
mengelompokkan stroke kelompok kaum muda menjadi dua—— kelompok yang
pertama dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15 tahun, adapun kelompok
kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44 tahun. Stroke pada kaum muda
umumnya merupakan stroke hemoragik dan jarang yang merupakan stroke
iskemik.
Gender
Pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita. Sejumlah faktor turut
memengaruhi mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih
banyak dilakukan oleh kaum pria menjadi slah satu pemicu stroke pada sebagian
besar kaum pria. Resiko hipertensi, hiperurisemia, dan hipertrigliseridemia yang
tinggi pada kaum pria juga turut mendongkrak tingginya resiko stroke pada kaum
adam. Pola hidup tidak teratur yang umumnya dilakukan oleh kaum pria
tampaknya merupakan sebuah alasan mengapa kaum pria lebih beresiko terhadap
stroke dibanding kaum wanita.
Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali lebih
tinggi dibanding kaum wanita. Meskipun demikian, kaum wanita tidak bisa begitu
saja merasa aman—— faktanya, angka kematian akibat stroke pada kaum wanita
jauh lebih tinggi dibanding yang terjadi pada kaum pria. Dengan kata lain,
harapan hidup yang dimiliki pasien stroke pria jauh lebih besar dibanding kaum
134
wanita. Semua itu terjadi karena kerentanan tubuh kaum wanita tua tidak sanggup
mengatasi komplikasi akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat menyebabkan
wanita cenderung mengalami stroke parah karena wanita cenderung mengalami
stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang memperburuk kondisi
kesehatannya.
Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko stroke
yang lebih rendah dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki resiko yang cukup
tinggi terhadap stroke jika mereka merupakan pengguna pil KB yang memiliki
kandungan esterogen tinggi, menjalani terapi sulih hormon (hormon replacement
therapy) pasca menopause, serta kehamilan dan persalinan. Pengaruh pil KB dan
terapi sulih hormon dapat diminimalisir dengan pengaturan kadar hormon yang
tepat. Adapun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang perlu
mendapat perhatian lebih serius. Perlu diketahui bahwa resiko stroke relatif tinggi
6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat perubahan hormon
reproduksi yang terjadi pada wanita yang bersangkutan merupakan faktor
pemicunya.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Resiko terhadap stroke juga terkait dengan garis keturunan. Para ahli menyatakan
adanya gen resesif yang memengaruhinya. Gen tersebut terkait dengan penyakit-
penyakit yang merupakan faktor resiko pemicu stroke. Penyakit terkait dengan
gen tersebut antara lain diabetes, hipertensi, hiperurisemia, hiperlipidemia,
penyakit jantung koroner, dan kelainan pada pembuluh darah yang bersifat
menurun.
Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup yang
terbentuk dalam sebuah keluarga. Pola diet dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-
hari yang menjadi tradisi dalam sebuah keluarga yang dijalani sejak masih kecil
ternyata patut dijadikan sebagai suatu peringatan untuk mempertimbangan resiko
stroke pada diri seseorang. Kebiasaan diet yang tidak sehat yang diajarkan
orangtua, kebiasaan jajan makanan yang tidak sehat, dan hidup bermalas-malasan
merupakan faktror stroke yang perlu diwaspadai. Faktor-faktor yang
sesungguhnya dapat dikendalikan tersebut dapat dianggap sebagai faktor tidak
terkendali jika telah merekat erat dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan buruk
inilah yang dalam pandangan ilmu nutrigenomik (ilmu yang mengaitkan status
kesehatan dengan kebiasaan hidup terutama pola diet) dianggap turut bertanggung
135
jawab memicu terbentuknya gen resesif—— gen yang rentan terhadap stroke.
Dengan merebaknya insiden stroke di abad modern seperti saat ini, para ahli
sepakat untuk mengungkap fakta bahwa evolusi pola hidup yang tidak sehat
merupakan pendorong terbentuknya gen yang rentan terhadap sejumlah faktor
resiko pemicu stroke.
2. Faktor yang dapat Dikendalikan
Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya dapat dikendalikan.
Dengan kata lain, jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka resiko stroke menjadi
rendah atau bahkan dapat ditiadakan. Faktor-faktor yang bisa dikendalikan ini terdiri
atas gaya hidup yang tidak sehat yang memicu terjadinya penyakit-penyakit tertentu
yang mendorong serangan otak. Mengeliminasi faktor resiko stroke yang dapat
dikendalikan tentu sangat bermakna untuk meminimalisir kemungkinan terkena
stroke.
Berikut faktor resiko yang dapat dicegah :
a. Kegemukan (obesitas)
b. Hiperlipidemia
c. Hiperurisemia
d. Penyakit jantung
e. Kebiasaan merokok
f. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
g. Malas berolahraga
h. Konsumsi obat bebas dan obat-obatan golongan psikotropika
i. Cidera pada kepala dan leher
j. Kontrasepsi berbasis hormon
k. Stress
C. Tanda dan gejala
Manifestasi stroke beragam berdasarkan pada arteri serebral yang terkena dan area
otak yang terkena. Wanita yang mengalami stroke lebih cenderrung melaporkan
manifestasi nontradisional (khususnya disorientasi, konfusi, atau kehilangan
kesadaran) daripada pria (interntional stroke conference, 2009). Manifestasi selalu
tiba-tiba dalam hal awutan, fokal dan biasanya satu sisi. Berbagai defisiti yang
136
berkaitan dengan keterlibatan arteri serebral yang spesifik secara kolektif dikenal
sebagai syndrome stroke, meskipun deficit ssering kali tumpang tindih.
1. Arteri carotid internal
a. Paralysis kontralateral pada lengan, tuanopia homonimus
b. Defisit sensori kontralateral pada lengan, tungkai, dan wajah Jika hemisfer
dominan yang terkena: afsia
c. Jika hemisfer nondominan yang terkena: apraksia, agnosiapengabaian
unilateral
2. Arteri serebral tengah
a. Mengantuk, stupor, koma
b. Hemiplegia kontrangkai, dan wajah
c. Defisit sensori kontralateral pada lengan, tungkai, dan wajah
d. Afasia global (jika hemisfer dominan terkena)
e. Hemianophia homonimus
3. Arteri serebral anterior
a. kelemahan atau paralysis kontralateral pada kaki dan tungkai
b. Kehilangan sensori kontralateral pada jari kaki, kaki, dan tungkai
c. Kehilangan kemampuan untuk membuat keputusan atau bertindak secara
volunteer
d. Inkontinensia urine
4. Arteri serebral
a. Nyeri pada wajah, hidung, atau ,mata
b. Kebas dan kelemahan pada wajah disisi yang terkena
c. Masalah dengan gaya berjalan
d. diafagia
D. Komplikasi
Komplikasi khas mencakup deficit sensori persepsual, perubahan kognitif dan
perilaku, gangguan komunikasi, deficit motoric, dan gangguan eliminasi. Hal ini
dapat sementara atau permanen, bergantung pada derajat iskemia dan nekrosis dan
juga waktu terapi. Sebagai akibat deficit neurologis, pasien yang mengalami stroke
mengalami komplikasi yang melibatkan banyak system tubuh berbeda disabilitas
akibat stroke sering kali menyebabkan perubahan serius pada stastus kesehatan
fungsional.
137
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini
dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus.
5. Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
E. Pencegahan
Stroke merupakan penyakit pemicu kematian yang serius, namun sebenarnya dapat
dicegah. Perubahan gaya hidup perlu ditingkatkan guna mengurangi risiko stroke.
Berikut beberapa perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan :
a. Konsumsi makanan sehat
Konsumsi makanan dengan tinggi serat. Makanan tinggi serat akan membantu
dalam pencegahan penyakit stroke ini dan juga turut andil mengendalikan lemak
dalam darah. Kurangi kolesterol "jahat" sehingga dapat meningkatkan kesehatan
jantung dan mengurangi risiko stroke.
b. Kurangi konsumsi garam
Mengurangi konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah sehingga
mengurangi risiko stroke.
c. Hindari Kebiasaan buruk seperti : merokok dan minum alkohol Perokok
memiliki risiko stroke dua kali lipat. Merokok dapat merusak pembuluh darah
dan meningkatkan tekanan darah, serta mempercepat penyumbatan di
pembuluh darah. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan atherosclerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah) dan membuat darah menjadi mudah
untuk menggumpal dan darah menggumpal akan meningkatkan resiko penyakit
stroke ini.
d. Hidup aktif dan olahraga yang teratur
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki risiko yang lebih besar
memiliki kadar kolesterol tinggi, hipertensi, diabetes, dan stroke. Olahraga dapat
138
mengurangi berat badan sehingga mengurangi risiko penyakit-penyakit tersebut.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan berolahraga termasuk dalam salah
satu tips dan cara dalam membantu menurunkan tensi darah dan menciptakan
keseimbangan lemak yang sehat dalam darah.
e. Perbanyak konsumsi serat dan banyak minum air putih
Para peneliti menemukan risiko stroke bisa berkurang sampai 7 persen untuk
setiap 7 gram penambahan serat yang dikonsumsi setiap hari. Dengan kata lain
mereka yang paling rajin mengonsumsi serat risikonya paling rendah terkena
stroke.
F. Mobilisasi Pada Pasien Stroke
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh untuk
meningkatkan fleksibilitas sendi atau mencegah terjadinya kekakuan pada sendi.
Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur
Berbaring telentang
- Posisi kepala, leher, dan punggung harus lurus.
- Letakkan bantal dibawah lengan yang lemah/lumpuh secara berhati-hati,
sehingga bahu terangkat keatas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar
kearah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan.
- Letakkan pula bantal di bawah paha yang lemah/lumpuh, dengan posisi agak
memutar ke arah dalam, dan lutut agak ditekuk.
Miring kesisi yang sehat
- Bahu yang lumpuh harus menghadap kedepan
- Lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan siku diluruskan
- Kaki yang lumpuh diletakkan didepan
- Dibawah paha dan tungkai diganjal bantal
- Lutut diteku
Miring kesisi yang lumpuh/lemah
- Lengan yang lumpuh menghadap kedepan, pastikan bahu pasien tidak memutar
secara berlebihan
- Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang
lumpuh/lemah dengan diganjal bantal
139
G. Latihan Gerak Sendi (Range of Motion)
Latihan gerak sendi ini bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung dengan
keadaan pasien.
Gerakan-Gerakan dalam latihan gerak sendi ini adalah sebagai berikut:
a. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan Cara:
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi
sisi tubuh dan siku menekuk dengan
lengan.
- Pegang tangan pasien dengan satu tangan
dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
- Tekuk tangan pasien ke depan sejauh
mungkin.
b. Fleksi dan Ekstensi Siku Cara:
- Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi
sisi tubuh dengan telapak mengarah ke
tubuhnya.
- Letakkan tangan di atas siku pasien dan
pegang tangannya mendekat bahu.
- Lakukan dan kembalikan ke posisi
sebelumnya
c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah Cara:
- Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien
dengan siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan
pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
- Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya
menjauhinya.
- Kembalikan ke posisi semula.
140
- Putar lengan bawah pasien sehingga telapak
tangannya menghadap ke arahnya.
- Kembalikan ke posisi semula.
d. Pronasi Fleksi Bahu Cara:
- Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku
pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
- Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e. Abduksi dan Adduksi Bahu Cara:
- Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
- Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien
dan pegang tangan pasien dengan tangan
lainnya.
- Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya
kearah perawat (Abduksi).
- Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya
(Adduksi)
- Kembalikan ke posisi semula.
f. RotasiBahu Cara :
- Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan
siku menekuk.
- Letakkan satu tangan perawat di lengan atas
pasien dekat siku dan pegang tangan pasien
dengan tangan yang lain.
- Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai
menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke bawah.
- Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
141
- Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai
menyentuh tempat tidur, telapak tangan
menghadap ke atas.
- Kembalikan lengan ke posisi semula.
g. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari Cara:
- Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan,
sementara tang lain memegang kaki.
- Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
- Luruskan jari-jari kemudian dorong ke
belakang.
- Kembalikan ke posisi semula.
h. Infersi dan efersi kaki Cara:
- Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan
satu jari dan pegang pergelangan kaki dengan
tangan satunya.
- Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki
menghadap ke kaki lainnya.
- Kembalikan ke posisi semula
i. Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki Cara:
- Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki
pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
- Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki
ke arah dada pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.
- Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
142
j. Fleksi dan Ekstensi lutut. Cara:
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan
pegang tumit pasien dengan tangan yang lain.
- Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
- Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh
mungkin.
- Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan
mengangkat kaki ke atas.
- Kembali ke posisi semula.
k. Fleksi dan Ekstensi lutut. Cara:
- Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan
pegang tumit pasien dengan tangan yang lain.
- Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.
- Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh
mungkin.
- Kebawahkan kaki dan luruskan lutut dengan
mengangkat kaki ke atas.
- Kembali ke posisi semula.
l. Abduksi dan Adduksi pangkal paha. Cara :
- Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut
pasien dan satu tangan pada tumit.
- Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang
lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan kaki
menjauhi badan pasien.
- Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
- Kembalikan ke posisi semula.
143
PROGRAM PENDIDIKAN D III
KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH
APA ITU STROKE ?
Stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah otak mengalami gangguan (berkurang), akibatnya nutrisi
dan oksigen yang dibutuhkan otak tidak terpenuhidengan baik.
APA PENYEBAB STROKE ?
1. Bekuan darah didalam pembuluh darah atau leher.
2. Bekuan darah atau material lain yang dibawa keotak dari bagian tubuh yang lain.
3. Penurunan aliran darah kearea otak. 4. Pecahnya pembuluh darah otak dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
SIAPA YANG BERISIKO TERKENA STROKE ?
Faktor risiko yang tidak bisa dirubah : 1. Usia diatas 55 th. 2. Jenis kelamin, pria lebih berisiko daripada
wanita. 3. Riwayat keluarga terkena stroke. 4. Ras, orang kulit berwarna lebih berisiko.
Faktor risiko yang dapat dirubah :
1. Hipertensi, factor risiko utama. 2. Penyakit jantung. 3. Kolesterol tinggi. 4. Diabetes mellitus. 5. Obesitas. 6. Merokok. 7. Konsumsi alcohol. 8. Penyalahgunaan obat.
9. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen tinggi).
BAGAIMANA ANDA MENGENALI STROKE? 1. Pusing, sakit kepala tanpa sebab yang jelas. 2. Kelemahan atau kelesuan pada wajah, lengan,
kaki terutama yang sesisi pada tubuh. 3. Kebingungan, gangguan berbicara atau gangguan
pemahaman. 4. Gangguan berjalan, pusing atau hilangnya
keseimbangan , koordinasi pada gerak. 5. Gangguan penglihatan. 6. Kesulitan menelan. 7. Kesemutan. 8. Penurunan konsentrasi, kehilangan memori
jangka panjang dan pendek. 9. Kehilangan control diri, emosi labil, depresi. 10. Rasa takut, bermusuhan dan marah.
APA AKIBAT STROKE? 1. Gangguan gerak
2. Gangguan sensori (kepekaan penginderaan berkurang)
3. Ganngguan penggunaan dan pemahaman bahasa
144
4. Gangguan berpikir dan memori/ingatan
5. Gangguan emosional
BAGAIMANA MENCEGAH STROKE?
1. Hipertensi merupakan factor risiko penting karena sering timbul tanpa gejala. Hipertensi dapat diatasi dengan obat anti hipertensi, diet rendah garam kaya sayur dan buah, olah raga teratur dan cukup.
2. Gangguan irama jantung sering diderita usia lanjut diatas 60 th, juga pada penderita hipertensi. Pada gangguan irama jantung ini, penting bagi pasien mendapatkan pengobatan bertujuan mencegah timbulnya bekuan darah.
3. Kadar kolesterol yang tinggi dapat diatur dengan obat kolesterol, diet yang baik dan benar.
4. Penderita diabetes mellitus diharapkan dapat menjaga kadar gulanya senormal mungkin. Nutrisi dan diet dianjurkan agar membatasi asupan kalori dari lemak jenuh. Karbohidrat yang digunakan sebaiknya dari jenis yang mengandung
5. Obesitas dapat diatasi dgn diet sehat dan olahraga.
6. Hindari/stop rokok. Merokok dapat meningkatkan risiko stroke hingga 50 %, risiko bekas perokok akan sama dengan orang tidak merokok.
7. Konsumsi alkohol sebaiknya dihindari. Kalau bisa kebiasaan itu dihilangkan.
8. Penghentian pemakaian kontrasepsi oral pada wanita yang merokok
PERAWATAN YANG DILAKUKAN DIRUMAH
PASCA STROKE
1. Konsumsi makanan yang seimbang dan bergizi
2. Aktivitas/olah raga dengan teratur.
3. Hindari stress
4. Lakukan pergerakan untuk menghindari kekakuan
otot (ROM: Range of Motion)
APA ITU ROM PASCA STROKE?
Latihan ringan dengan menggerakan tiap sendi tubuh sesuai kemampuan dan tidak menyebabkan
sakit/nyeri.
APA GUNA ROM BAGI ORANG POST STROKE?
1. Mempertahankan sendi tetap berfungsi lebih baik 2 . Bagi yang sudah kaku sendi bisa membantu
melemaskan sendi tersebut
BAGAIMANA GERAKAN ROM ?
1. Leher Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh kesamping kanan dan kiri
2. Lengan/pundak Angkat tangan keatas lalu kembaliu ke bawah, setelah itu ke saming dan ke bawah lagi
3. Siku Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke atas dan kebawah.
4. Pergelangan tangan Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar lalu samping kiri dan kanana
5. Jari Tangan Tekuk keempat jari tangan ke arah dalam lalu regangkan kembali. Kepalkan seluruh jari lalu buka. Tekuk tiap jari satu persatu.
6. Lutut Ankat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian diturunkan lagi. Gerakan kaki ke sampinG kanan dan kiri lalu putar kearah dalam dan luar.
7. Pergelangan kaki Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan. Tekuk jari kaki ke atas dan kebawah.
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan membungkuk kemudian putar pinggang ke samping kanan dan kiri.
INGAT !!!
Tidak dipaksakan dalam latihan, lakukan seringan
mungkin.
SELAMAT MENCOBA
TERIMA KASIH Semoga bisa bermanfaat
145