Tn. M (luka bakar)

29
LUKA BAKAR DEFINISI Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia(chemycal), atau radiasi (radiation) .Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air panas, uap metal, zat kimia, dan listrik atau radiasi. 1,2 ETIOLOGI Ada enam penyebab timbulnya luka bakar: 3 1.Api: kontak dengan kobaran api. 2.Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas. 3.Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik. 4.Luka bakar listrik: Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh. 5.Luka bakar kontak: kontak langsung dengan obyek panas atau knalpot sepeda motor. 6.Luka bakar karena radiasi FASE LUKA BAKAR 1

description

doc

Transcript of Tn. M (luka bakar)

Page 1: Tn. M (luka bakar)

LUKA BAKAR

DEFINISI

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau

terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia(chemycal), atau

radiasi (radiation) .Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas kulit atau mukosa terputus

akibat trauma api, air panas, uap metal, zat kimia, dan listrik atau radiasi.1,2

 

ETIOLOGI 

Ada enam penyebab timbulnya luka bakar:3

1.Api: kontak dengan kobaran api.

2.Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas.

3.Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik.

4.Luka bakar listrik: Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik

memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh,

kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh.

5.Luka bakar kontak: kontak langsung dengan obyek panas atau knalpot sepeda motor.

6.Luka bakar karena radiasi

FASE LUKA BAKAR

Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan

dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga

tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan

demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap

harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase

selanjutnya.2,3

1. Fase akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman

gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).

1

Page 2: Tn. M (luka bakar)

Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun

masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca

trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal

yang berdampak sistemik.

2. Fase sub akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan

jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :

Proses inflamasi dan infeksi

Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak berepitel luas atau

pada struktur atau organ fungsional

Keadaan hipermetabolisme

3. Fase lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan

fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyakit berupa sikatrik yang hipertrofik,

keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.

DERAJAT KEDALAMAN

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas, sumber,

penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6

tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut :4

1. Luka bakar derajat I :

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak

dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi

secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2

Page 3: Tn. M (luka bakar)

2. Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses

eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dibedakan atas 2

(dua) bagian :

Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.

Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.

Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan

dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.

Derajat II dalam / deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan

epitel tinggal sedikit. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar

sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan

disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan

subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel.

Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna

hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker.

Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak. Penyembuhan

terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

3

Page 4: Tn. M (luka bakar)

PENANGANAN LUKA BAKAR

1. Pernapasan

Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian.

Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca

operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah

muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas

yang terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas

karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk

produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus

yang menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada percabangan trakheobronkhial.5,6

2. Sirkulasi

Pada luka bakar berat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan

ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial

mengakibatkan terjadinya hipovolemik intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan

tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat,

menyebabkan gangguan perfusi/sel/jaringan/organ. Pada luka bakar yang berat dengan

perubahan permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di

jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami

deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan.

Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,

untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah.7

3. Perawatan luka bakar

Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan perawatan luka.

Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka

bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.8

4

Page 5: Tn. M (luka bakar)

Setelah luka dibersihkan dan didebridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa

fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan

meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup

untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan

semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit.8

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar derajat I, merupakan luka

ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut,

cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit.

Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan

pembengkakan. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya,

pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan

dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara

yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) atau

bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra). Luka derajat II (dalam) dan luka derajat III,

perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting ).9

4. Skin graft8,9,10

Skin graft adalah penempatan lapisan kulit baru yang sehat pada daerah luka. Diantara donor dan

resipien tidak mempunyai hubungan pembuluh darah lagi sehingga memerlukan suplai darah

baru untuk menjamin kehidupan kulit yang dipindahkan tersebut.10

Indikasi

Skin graft dilakukan pada pasien yang mengalami kerusakan kulit yang hehat sehingga terjadi

gangguan pada fungsi kulit itu sendiri, misalnya pada luka bakar yang hebat, ulserasi, biopsi,

luka karena trauma atau area yang terinfeksi dengan kehilangan kulit yang luas. Penempatan

graft pada luka bertujuan untuk mencegah infeksi, melindungi jaringan yang ada di bawahnya

serta mempercepat proses penyembuhan. Dokter akan mempertimbangkan pelaksanaan prosedur

skin graft berdasarkan pada beberapa faktor yaitu: ukuran luka, tempat luka dan kemampuan

kulit sehat yang ada pada tubuh. Daerah resipien diantaranya adalah luka-luka bekas operasi

yang luas sehingga tidak dapat ditutup secara langsung dengan kulit yang ada disekitarnya dan

5

Page 6: Tn. M (luka bakar)

memerlukan tambahan kulit agar daerah bekas operasi dapat tertutup sehingga proses

penyembuhan dapat berlangsung secara optimal.

Klasifikasi

Beberapa perbedaan jenis skin graft menurut adalah:

1.Autograft: Pemindahan atau pemotongan kulit dari satu lokasi ke lokasi lain pada orang

yang sama.

2.Allograft: Kulit berasal dari individu lain atau dari kulit pengganti.

3.Xenograft: Pencangkokkan dibuat dari kulit binatang atau pencangkokkan antara dua

spesies yang berbeda. Biasanya yang digunakan adalah kulit babi.

Klasifikasi skin graft berdasarkan ketebalan kulit yang diambil dibagi menjadi :

a. Split Thicknes Skin Graft ( STSG ) STSG mengambil epidermis dan sebagian dermis

berdasarkan ketebalan kulit yang dipotong, STSG sendiri menjadi 3 kategori yaitu :

a.Tipis (0,005 - 0,012 inci)

b.Menengah (0,012 - 0,018 inci)

c.Tebal (0,018 - 0,030 inci)

STSG dapat bertahan pada kondisi yang kurang bagus mempunyai tingkat aplikasi yang

lebih luas. STSG digunakan untuk melapisi luka yang luas, garis rongga, kekurangan

lapisan mukosa, menutup flap pada daerah donor dan melapisi flap pada otot. STSG juga

dapat digunakan untuk mencapai penutupan yang menetap pada luka tetapi sebelumnya

harus didahului dengan pemeriksaan patologi untuk menentukan rekonstruksi yang akan

dilakukan.Daerah donor STSG dapat sembuh secara spontan dengan sel yang disediakan

oleh sisa epidermis yang ada pada tubuh dan juga dapat sembuh secara total. STSG juga

mempunyai beberapa dampak negatif bagi tubuh yang perlu dipertimbangkan. Aliran

pembuluh darah serta jaringan pada STSG mempunyai sifat mudah rusak atau pecah

terutama bila ditempatkan pada area yang luas dan hanya ditunjang atau didasari dengan

jaringan lunak serta biasanya STSG tidak tahan dengan terapi radiasi. STSG akan

menutup selama penyembuhan, tidak tumbuh dengan sendirinya dan harus dirawat agar

dapat menjadi lebih lembut, dan tampak lebih mengkilat daripada kulit normal. STSG

akan mempunyai pigmen yang tidak normal salah satunya adalah berwarna putih atau

pucat atau kadang hiperpigmentasi, terutama bila pasien mempunyai warna kulit yang

lebih gelap. Efek dari penggunaan STSG adalah kehilangan ketebalan kulit, tekstur

6

Page 7: Tn. M (luka bakar)

lembut yang abnormal, kehilangan pertumbuhan rambut dan pigmentasi yang tidak

normal sehingga kurang sesuai dari segi kosmetik atau keindahan. Jika digunakan pada

luka bakar yang luas pada daerah wajah, STSG mungkin akan menghasilkan penampilan

yang tidak diinginkan. Terakhir, luka yang dibuat pada daerah donor dimana graft

tersebut dipotong selalu akan lebih nyeri daripada daerah resipien.

b.Full Thickness Skin Graft ( FTSG ) FTSG lebih sesuai pada area yang tampak pada

wajah bila flap (potongan kulit yang disayat dan dilipat) pada daerah setempat tidak

diperoleh atau bila flap dari daerah setempat tidak dianjurkan. FTSG lebih menjaga

karakteristik dari kulit normal termasuk dari segi warna, tekstur/ susunan, dan ketebalan

bila dibandingkan dengan STSG. FTSG juga mengalami lebih sedikit pengerutan selama

penyembuhan. Ini adalah sama pentingnya pada wajah serta tangan dan juga daerah

pergerakan tulang sendi. FTSG pada anak umumnya lebih disukai karena dapat tubuh

dengan sendirinya. Prosedur FTSG memiliki beberapa keuntungan antara lain : relatif

sederhan, tidak terkontaminasi / bersih, pada daerah luka memiliki vaskularisasi yang

baik dan tidak mempunyai tingkat aplikasi yang luas seperti STSG.

Daerah Donor Skin Graft

Pilihan daerah donor biasanya berdasarkan pada penampilan yang diinginkan pada daerah

resipien. Hal ini lebih penting pada FTSG karena karakteristik kulit pada daerah donor akan

lebih terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru. Ketebalan, tektur,

pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat diperhatikan . Menurut Heriady (2005),

daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang

selangka (klavikula), kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor

ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher. Pemotongan yang dilakukan

pada daerah wajah sebaiknya harus berhati-hati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari

segi estetik. Bagian kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi tangan

dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan penyesuaian warna, tekstur dan

ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen yang lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup),

scrotum, dan labia minora . Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di

tubuh seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun, umumnya yang

sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha. Daerah donor dari paha lebih disukai karena

7

Page 8: Tn. M (luka bakar)

daerah ini lebih lebar dan lebih mudah sembuh . Daerah pantat juga dapat digunakan sebagai

daerah donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh nyeri setelah operasi dan akan memerlukan

bantuan untuk merawat luka. Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan pada prosedur

FTSG untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka bakar yang hebat

dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk luka pada tangan, daerah lengan atas

bagian dalam dapat dipertimbangkan untuk dijadikan daerah donor.

Daerah Resipien Skin Graft

Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan pada daerah resipien.

Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu menerima serta memelihara graft itu

sendiri. Skin graft tidak akan dapat bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin

graft akan dapat bertahan hidup pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan jaringan

granulasi. Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban (stasis vena) atau ketidakcukupan

arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup. Luka juga harus bebas

dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri. Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm²

akan berkumpul sehingga dapat menyebabkan graft gagal

Prosedur Operasi

Teknik operasi yang hati-hati adalah syarat penting agar graft dapat hidup. Setelah melakukan

prosedur anestesi dengan tepat baik menggunakan lokal, regional atau general anestesi, tindakan

selanjutnya adalah mempersiapkan luka untuk pemindahan kulit. Ini termasuk membersihkan

luka dengan larutan garam atau betadine yang diencerkan, kemudian membersihkan luka dengan

pengeluaran benda asing dan membuang jaringan yang rusak atau yang terinfeksi atau biasa

disebut debridement serta mencapai hemostasis dengan cermat. Kontrol hemostatik yang baik

dapat diperoleh dengan pengikatan, tekanan yang lembut, pemberian substansi topikal sebagai

vasokonstriksi, misalnya epinefrin atau alat bedah pembakar dengan tenaga listrik

(electrocautery). Penggunaan alat ini harus diminimalkan karena dapat mengganggu kehidupan

8

Page 9: Tn. M (luka bakar)

jaringan. Penggunaan obat topikal atau epinefrin yang disuntikkan pada daerah donor atau

resipien tidak akan membahayakan kelangsungan hidup graft . Teknik operasi yang dilakukan

pada tiap jenis skin graft tentunya akan berbeda-beda, tergantung pada jenis yang akan

digunakan. Menurut Rives (2006), teknik operasi yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Full Thickness Skin Graft (FTSG) FTSG dipotong menggunakan pisau bedah. Pada

awalnya dilakukan pengukuran pada luka, pembuatan pola serta pola garis yang dibuat

lebih besar pada daerah donor. Pola sebaiknya diperluas atau diperbesar kurang lebih 3-5

% untuk mengganti kerusakan dengan segera terutama terjadinya penyusutan atau

pengerutan akibat kandungan serat elastik yang terdapat pada graft dermis. Kemudian

daerah donor mungkin akan diinfiltrasi menggunakan anestesi lokal dengan atau tanpa

epinefrin. Infiltrasi sebaiknya dilakukan setelah sketsa graft dilukis pada kulit untuk

mencegah terjadinya penyimpangan. Setelah pola di insisi, kulit diangkat pada sisi

epidermis dengan tangan yang tidak dominan menggunakan penjepit kulit. Tindakan ini

akan memberikan ketegangan dan rasa pada ketebalan graft ketika tangan memotong

graft hingga ke dasar lemak subcutan. Beberapa sisa jaringan lemak harus dipotong dari

sisi bawah graft, karena lemak ini tidak mengandung pembuluh darah dan akan

mencegah hubungan langsung antara dermis graft dan dasar luka. Pemotongan sisa lemak

subcutan secara profesional menggunakan alat yang runcing, gunting bengkok, dan sisa-

sisa dermis yang berkilau pada bagian dalam.

2. Split Thickness Skin Graft (STSG): Ada beberapa tahap pelaksanaan prosedur skin

graft dengan jenis STSG, antara lain: proses pemotongan, pemasukan graft, dan proses

pembalutan:

a.Pemotongan: Untuk memperoleh hasil pemotongan terbaik pada graft tentunya harus

ditunjang dengan teknik pemotongan yang benar. Pemotongan pada STSG dapat

ditempuh dengan beberapa cara yaitu:

1)Mata pisau dermatom: Biasanya teknik ini menggunakan mata pisau dermatom, yang

mampu memotong pada graft yang luas dengan ketebalan yang sama. Dermatom dapat

dioperasikan dengan tenaga udara atau manual. Dermatom yang biasa digunakan

termasuk Castroviejo, Reese, Padgett-Hood, Brown, Davol-Simon, dan Zimmer. Tanpa

memperhatikan alat yang digunakan, anestesi yang cukup harus segera ditentukan karena

pemotongan pada skin graft merupakan prosedur yang dapat menyebabkan nyeri.

9

Page 10: Tn. M (luka bakar)

Lidocain dengan epinefrin disuntikkan ke daerah donor untuk mengurangi hilangnya

darah dan memberikan turgor kulit yang bagus sehingga dapat membantu dalam

pemotongan.

2). Drum Dermatom: Drum dermatom ( Reese, Padgett-Hood ) akhir-akhir ini jarang

digunakan tetapi masih tersedia untuk keperluan pemindahan kulit tertentu. Alat ini

memiliki mata pisau yang bergerak dengan tenaga manual seperti drum yang berputar

diatas permukaan kulit. Alat ini dapat digunakan lembaran kulit yang luas dengan

ketebalan yang tidak teratur. Ini sangat berguna pada daerah donor dengan kecembungan,

kecekungan atau keadaan tulang yang menonjol (leher, panggul, pantat), karena potongan

kulit yang pertama menempel pada drum dengan menggunakan lem khusus atau plester

pelekat. Alat ini juga dapat mengikuti pola yang tidak teratur dengan tepat untuk

dipotong dengan perubahan pola yang diinginkan dengan direkatkan pada kulit dan drum.

Kerugian dari penggunaan alat ini adalah kemungkinan terjadinya cedera pada operator

sendiri akibat ayunan mata pisau, penggunaan agen yang mudah terbakar seperti eter atau

aseton untuk membersihkan daerah donor dan memindahkan permukaan minyak untuk

memastikan terjaminnya perlekatan yang kuat antara kulit dan drum dermatom serta

diperlukannya teknik keahlian yang tinggi agar dapat menggunakan peralatan operasi

dengan aman dan efektif.

3). Free-Hand: Metode pemotongan lain untuk jenis STSG adalah free hand dengan

pisau. Meskipun ini metode ini dapat dilakukan dengan pisau bedah, alat yang lain seperti

pisau Humby, mata pisau Weck dan pisau Blair. Kelemahan dari metode ini adalah tepi

graft menjadi tidak rata dan perubahan ketebalan. Sama seperti drum dermatom, keahlian

teknik sangat diperlukan dan perawatan kualitas graft lebih bergantung pada operator

daripada menggunakan dermatom yang menggunakan tenaga listrik atau udara.

4). Dermatom dengan tenaga udara dan listrik: Bila menggunakan dermatom jenis ini,

ahli bedah harus terbiasa dengan pemasangan mata pisau dan bagaimana mengatur

ketebalan graft serta memeriksa peralatan sebelum operasi dimulai. Terdapat dua

pemahaman yang tepat dan kurang tepat mengenai mata pisau. Hal ini akan

membingungkan bagi anggota ruang operasi yang kurang berpengalaman. Penempatan

mata pisau bedah nomor 15 digunakan pada ketebalan 0,015 inci dan dapat digunakan

untuk memeriksa penempatan ketebalan yang sama dan tepat. Langkah awal pada proses

10

Page 11: Tn. M (luka bakar)

pemotongan adalah dengan mensterilisasi daerah donor menggunakan betadine atau

larutan garam yang lain. Kemudian daerah donor diberi minyak mineral untuk melicinkan

kulit dan dermatom sehingga dermatom akan mudah bergerak diatas kulit. Dermatom

dipegang dengan tangan dominan dengan membentuk sudut 30-45º dari permukaan

daerah donor. Tangan yang tidak dominan berfungsi sebagai penahan dan diletakkan di

belakang dermatom. Asisten operasi bertugas sebagai penahan pada bagian depan

dermatom, memajukan dan mengaktifkan dermatom dengan lembut serta melanjutkan

gerakan pada seluruh permukaan kulit dengan tekanan yang menurun dengan lembut.

Setelah ukuran yang sesuai dipotong, dermatom dimiringkan menjauhi kulit dan diangkat

dari kulit untuk memotong tepi distal graft dan tahap pemotongan selesai. Bila pada

proses pemotongan terjadi pembukaan pada lapisan lemak, ini mengindikasikan bahwa

insisi yang dilakukan terlalu ke dalam atau mungkin karena teknik yang salah dalam

pemasangan dermatom.

b.Pelubangan: Teknik ini berguna untuk memperluas permukaan area graft hingga 9 kali

permukaan area donor. Teknik ini juga sangat berguna jika kulit donor tida cukup untuk

menutup area luka yang luas, misalnya pada luka bakar mayor atau ketika daerah resipien

memiliki garis yang tidak teratur. Bagian graft dilubangi agar cairan pada luka dapat

keluar melalui graft daripada berakumulasi dibawah graft. Perluasan bagian graft ini tidak

akan dapat mengatasi adanya hematom pada dasar graft. Bila telah mengalami proses

penyembuhan, graft akan tampak seperti kulit buaya. Karena teknik ini kurang baik dari

segi estetika dan terjadinya pengerutan yang lebih lanjut, maka penggunaan teknik ini

harus dihindari pada daerah pergerakan dan wajah, tangan dan area lain yang terlihat.

c.Pemasukan graft: Setelah graft dipotong, tindakan selanjutnya adalah mengamati

hemostasis. Setelah semuanya sempurna, kemudian graft ditempatkan pada dasar luka.

Pada tahap ini perhatian harus difokuskan pada sisi bawah kulit. Meskipun terlihat

sederhana dan nyata, dermis dan epidermis kadang tampak serupa bila tidak dilakukan

inspeksi dengan sangat dekat dan teliti pada kulit individu yang berwarna terang.

Perawatan juga harus dilakukan untuk mencegah pengkerutan atau peregangan yang

berlebihan pada graft. Graft harus benar-benar diletakkan dengan benar pada daerah

resipien untuk menjamin perlekatan dasar serta proses penyembuhan. Tahap ini diakhiri

dengan penjahitan atau penggunaan staples untuk menjaga agar graft menempel kuat

11

Page 12: Tn. M (luka bakar)

pada kulit disekitar dasar luka. Staples sangat berguna untuk luka yang lebih dalam

daripada permukaan kulit sekitarnya. Efek dari penggunaan staples adalah rasa nyeri

yang hebat dan dapat mengganggu perlekatan graft pada luka ketika dilakukan

pengambilan kira-kira 7 – 10 hari setelah operasi.Kemampuan penyerapan benang juga

perlu diperhatikan. Biasanya benang dengan empat sudut digunakan untuk menahan graft

dengan beberapa pertimbangan, kemudian penjahitan dilakukan disekitar perifer. Ini

membantu sebagai jalan keluar pertama jarum melewati graft kemudian melalui margin

disekitar luka untuk mencegah pengangkatan graft dari dasar luka.

d.Pembalutan: Pembalutan dilakukan untuk memberikan tekanan yang sama pada seluruh

area graft tanpa adanya perlekatan. Pembalutan juga bertujuan untuk mengimobilisasikan

area graft dan mencegah pembentukan hematom pada bagian bawah graft. Pembalutan

awal dilakukan pada daerah resipien segera setelah pemindahan kulit dilakukan dan baru

diganti setelah 3 hingga 7 hari berikutnya. Pembalutan yang baru dapat dilakukan pada

seluruh daerah graft hingga skin graft benar-benar sembuh. Biasanya pada lokasi donor

ditempatkan langsung lembaran kasa yang halus dan tidak melekat. Kemudian diatasnya

dipasang kasa absorben untuk menyerap darah atau serum dari luka. Kasa selaput (seperti

Op-Side) dapat digunakan untuk memberikan manfaat tertentu, yaitu kasa ini bersifat

transparan dan memungkinkan pemeriksa untuk melihat luka tanpa menggangu kasa

pembalutnya semantara pasien tidak perlu khawatir ketika mandi karena kasa pembalut

tersebut tidak menyerap air. Setelah skin graft dilakukan, proses yang terjadi selanjutnya

adalah regenerasi termasuk pertumbuhan kembali rambut, kelenjar keringat dan kelenjar

sebasea. Pada prosedur STSG, kelenjar keringat tidak akan dapat sembuh secara total

sehingga akan berdampak pada masalah pengaturan panas. Tidak adanya kelenjar sebasea

pada kulit dapat menyebabkan kulit menjadi kering, gatal dan bersisik. Untuk mengatasi

masalah ini, biasanya dilakukan pemberian lotion dengan frekuensi sering.

Proses Penyembuhan

Masa penyembuhan dan kelangsungan hidup graft terdiri dari beberapa tahap yaitu:

12

Page 13: Tn. M (luka bakar)

1.Perlekatan dasar: Setelah graft ditempatkan, perlekatan dasar luka melalui jaringan

fibrin yang tipis merupakan proses sementara hingga sikulasi dan hubungan antar

jaringan telah benar-benar terjadi.

2.Penyerapan Plasma: Periode waktu antara pemindahan kulit dengan revaskularisasi

pada graft merupakan fase penyerapan plasma. Graft akan menyerap eksudat pada luka

dengan aksi kapiler melalui struktur seperti spon pada graft dermis dan melalui pembuluh

darah dermis.Ini berfungsi untuk mencegah pengeringan terutama pada pembuluh darah

graft dan menyediakan makanan bagi graft. Keseluruhan proses ini merupakan respon

terhadap kelangsungan hidup graft selama 2–3 hari hingga sirkulasi benar-benar adekuat.

Selama tahap ini berlangsung, graft akan mengalami edema dan beratnya akan meningkat

hingga 30-50%.

3.Revaskularisasi: Revaskularisasi pada graft dimulai pada hari ke 2-3 post skin graft

dengan mekanisme yang belum diketahui. Tanpa memperhatikan mekanisme, sirkulasi

pada graft akan benar-benar diperbaiki pada hari ke 6 – 7 setelah operasi. Tanpa adanya

perlekatan dasar, imbibisi plasma dan revaskularisasi, graft tidak akan mampu bertahan

hidup.

4.Pengerutan luka: Pengerutan pada luka merupakan hal yang serius dan merupakan

masalah yang berhubungan dengan segi kosmetik tergantung pada lokasi dan tingkat

keparahan pada luka. Pengerutan pada wajah mungkin dapat menyebabkan terjadinya

ektropion, serta retraksi pada hidung. Kemampuan skin graft untuk melawan terjadinya

pengerutan berhubungan dengan komponen ketebalan kulit yang digunakan sebagai graft.

5.Regenerasi: Epitel tubuh perlu untuk beregenerasi setelah proses pencangkokkan kulit

berlangsung. Pada STSG, rambut akan tumbuh lebih jarang atau lebih sedikit pada daerah

graft yang sangat tipis. Graft mungkin akan kering dan sangat gatal pada tahap ini. Pasien

sering mengeluhkan kulit yang tampak kemerahan. Salep yang lembut mungkin akan

diberikan pada pasien untuk membantu dalam menjaga kelembaban pada daerah graft

dan mengurangi gatal.

6.Reinnervasi: Reinnervasi pada graft terjadi dari dasar resipien dan sepanjang perifer.

Kembalinya sensibilitas pada graft juga merupakan proses sentral. Proses ini biasanya

akan dimulai pada satu bulan pertama tetapi belum akan sempurna hingga beberapa

tahun.

13

Page 14: Tn. M (luka bakar)

7.Pigmentasi: Pigmentasi pada FTSG akan berlangsung lebih cepat dengan pigmentasi

yang hampir serupa dengan daerah donor. Pigmentasi pada STSG akan terlihat lebih

pucat atau putih dan akan terjadi hiperpigmentasi dengan kulit tampak bercahaya atau

mengkilat. Untuk mengatasi hal ini biasanya akan dianjurkan untuk melindungi daerah

graft dari sinar matahari secara langsung selama 6 bulan atau lebih.

Komplikasi

Skin graft banyak membawa resiko dan potensial komplikasi yang beragam tergantung dari jenis

luka dan tempat skin graft pada tubuh. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :

1.Kegagalan graft: Menurut Revis (2006), skin graft dapat mengalami kegagalan karena

sejumlah alasan. Alasan yang paling sering terjadi adalah adanya hubungan yang kurang

baik pada graft atau kurangnya perlekatan pada dasar daerah resipien. Timbulnya

hematom dan seroma dibawah graft akan mencegah hubungan dan perlekatan pada graft

dengan lapisan dasar luka. Pergerakan pada graft atau pemberian suhu yang tinggi pada

graft juga dapat menjadi penyebab kegagalan graft. Sumber kegagalan yang lain

diantaranya adalah daerah resipien yang buruk. Luka dengan vaskularisasi yang kurang

atau permukaan luka yang terkontaminasi merupakan alasan terbesar bagi kegagalan

graft. Bakteri dan respon terhadap bakteri akan merangsang dikeluarkannya enzim

proteolitik dan terjadinya proses inflamasi pada luka sehingga akan mengacaukan

perlekatan fibrin pada graft. Teknik yang salah juga dapat menyebabkan kegagalan graft.

Memberikan penekanan yang terlalu kuat, peregangan yang terlalu ketat atau trauma pada

saat melakukan penanganan dapat menyebabkan graft gagal baik sebagian ataupun

seluruhnya.

2.Reaksi penolakan terhadap skin graft

3.Infeksi pada daerah donor atau daerah resipien.

4.Cairan yang mengalir keluar dari daerah graft.

5.Munculnya jaringan parut

6.Hiperpigmentasi

7.Nyeri: Nyeri dapat terjadi karena penggunaan staples pada proses perlekatan graft atau

juga karena adanya torehan, tarikan atau manipulasi jaringan atau organ. Hal ini diduga

bahwa ujung-ujung saraf normal yang tidak menstransmisikan sensasi nyeri menjadi

14

Page 15: Tn. M (luka bakar)

mampu menstransmisikan sensasi nyeri. Reseptor nyeri yang merupakan serabut saraf

mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel mast, folikel rambut, kelenjar

keringat dan melepaskan histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam

yang tergolong stimuli kimiawi terhadap nyeri. Nosiseptor berespon mengantar impuls ke

batang otak untuk merespon rasa nyeri.

8.Hematom: Hematom atau timbunan darah dapat membuat kulit donor mati. Hematom

biasanya dapat diketahui lima hari setelah operasi. Jika hal ini terjadi maka kulit donor

harus diambil dan diganti dengan yang baru. Hematom juga menjadi komplikasi tersering

dari pemasangan graft.

9.Kulit berwarna kemerahan pada sekitar daerah graft

PROGNOSIS

Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang

terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan

medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka

bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka

bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.

Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan

diperlukan untuk membuang jaringan parut.

Hipertrofi scar sebagai akibat deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh.

Beratnya hipertrofi scar bergantung pada kedalaman luka bakar, ras, uisa dan tipe autografi.

Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertrofi scar adalah dengan terapi tekan (pressure

theraphy) yaitu dengan menggunakan pembungkus dan perban elastik. Sedangkan tindakan

pembedahan untuk mengatasi kontraktur dan scar hipertrofik adalah dengan skin graft atau

pencangkokan kulit.10

15

Page 16: Tn. M (luka bakar)

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Umur : 23 thn

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Pekerjaan : Montir

Anamnesis

Anamnesis dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta pada

tanggal 6 Juli 2015 secara autoanamnesis.

Keluhan Utama:

Bercak kecoklatan pada wajah

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan keluhan scar pada wajah. Scar tersebut merupakan akibat dari

kecelakaan kerja. Pada awalnya pada tanggal 17 Juni 2015 wajah pasien tertimpa knalpot panas

yang baru di celupkan dalam cairan besi panas. Pasien langsung di larikan ke UGD dan

mendapat penanganan medis. Oleh dokter UGD, luka ditutup dengan kassa dan pasien di beri

obat minum serta obat oles untuk wajahnya. 1 minggu kemudian luka sudah mulai mengering

dan pasien merasakan gatal di luka tersebut. Pasien sering menggaruknya. Hingga 2 minggu

kemudian luka sudah mengering dan menimbulkan bercak kecoklatan pada wajahnya.

Riwayat Penyakit Dahulu:

• Pasien tidak pernah memiliki keluhan seperti ini sebelumnya

• Riwayat alergi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga: -

16

Page 17: Tn. M (luka bakar)

Status Generalis (6 Juli 2015)

Kesadaran : Compos mentis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Jantung : Dalam batas normal

Paru : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada edema, tidak ada deformitas.

KGB : Tidak teraba pembesaran KGB

Status Dermatologis

Gambar 1

Plak hiperpigmentasi di wajah, unilateral, susunan polisiklik, ukuran plakat, berbatas tegas,

bentuk lesi tidak teratur. (Gambar 1)

Diagnosis Kerja:

• Luka bakar wajah

Diagnosis Banding: -

Tata Laksana :

1. Bedah plastik : skin grafting

17

Page 18: Tn. M (luka bakar)

Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad fungsionam : bonam

Ad sanationam : bonam

18

Page 19: Tn. M (luka bakar)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakar, I. A. (2003). Cangkok kulit merupakan alternatif pilihan. (Online), (www.

kompas.com/ver1/Muda/0606/14/192815.htm-17k- diakses tanggal 11 Juli 2006)

2. Blanchard, D. K, Lin, P & Lumsden, A. (2006). Skin graft. (Online),

(www.debakeydepartmentofsurgery.org/home/content.cfm?proc_name=Skin+Graft+&conte

t_id=272-19k- diakses tanggal 31 Juli 2006)

3. Brooker, C. (2001). The nurse’s pocket dictionary (31st ed.). Terjemahan oleh Andry Hartono.

Jakarta: EGC.Carpenito, L. J. (2001). Handbook of nursing diagnosis (8th ed.). Terjemahan oleh

Monika Ester. Jakarta: EGC.

4. Departemen Kesehatan RI. (2000). Informatorium obat nasional indonesia 2000. Jakarta:

Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan 2000.

5. Doenges, M. E. (2000). Application of nursing process and nursing diagnosis an intervensive

text for diagnostic reasoning (2nd ed.). Terjemahan oleh Made Karisa. Jakarta: EGC.

7. Long, B. C. (1996). Perawatan medikal bedah: Suatu pendekatan proses keperawatan.

Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan UNPAD.

Potter, P. A & Perry, G. A. (2006). Fundamentals of nursing: concepts, process and practice (4th

ed.). Terjemahan oleh Monika Ester. Jakarta: EGC. 

8. Gallagher JJ, Wolf SE, Herndon DN. Burns. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,

Mattox KL. Editors. Sabiston Textbook of Surgery. 18th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

2008.

9. Gibran NS. Burns. In: Mulholland MW, Lillemoe KD, Doherty GM, Gerard M, Ronald V,

Upchurch GR. Editors. Greenfield’s Surgery: Scientific Principles and Practice. 4 th Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2006.

10. Klein MB. Thermal, Chemical and Electrical Injuries. In: Thorne CH, Beasley RW, Aston

SJ, Bartlett SP, Gurtner GC, Spear SL. Editors. Grab and Smith’s Plastic Surgery. 6 th Ed.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. 2007.

19