Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

download Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

of 27

Transcript of Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    1/27

    BAB 2

    PEMBAHASAN

    2.1 Sistem Respirasi

    Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

    1. Pernapasan dalam (internal)Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut menggambarkan

    proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi O2 (digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi) dan

    pengeluaran CO2(terdapat dalam sitoplasma) sampai menghasilkan energy.

    1. Pernapasan luar (eksternal)Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses

    pernapasan eksternal adalah:

    1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses

    ventilasi.

    2) Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru-paru

    melalui proses difusi.

    3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya

    yang disebut proses transportasi.

    4) Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-sel jaringan melalui

    proses difusi.

    Gambar 1. Saluran nafas manusia

    Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu :

    1. Saluran nafas bagian atasPada bagian ini memiliki fungsi utama yaitu :

    1) Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas

    bagian bawah untuk pertukaran gas.

    2) Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar dari

    masuknya benda asing.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    2/27

    3) Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring, dan member

    kelembapan udara yang dihirup.

    1. Saluran nafas bagian bawahSecara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:

    1) Saluran udara konduktif, yang biasa disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis yang terdiri

    atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.

    2) Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi sebagai penyalur

    (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal yang merupakan tempat pertukaran

    gas yang sesungguhnya.

    2.2 Mekanisme Pernafasan

    Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usahakeras pernafasan yang

    tergantung pada:

    1. Tekanan intrapleuralDinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalamkeadaan normal paru

    seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karenaada perbedaan tekanan atau selisih

    tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intrapleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama

    berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar turun dibawah

    tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada

    mengecilmengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir

    sehingga udara mengalir keluar.

    1. ComplianceHubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal

    sebagai compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:

    1) Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanansaluran nafas (airway

    pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orangdewasa muda normal : 100 ml/cm H2O

    2) Effective Compliance: (tidal volume/peak pressure)selama fasepernafasan. Normal 50 ml/cm H2O

    Penurunan compliance akan mengakibatkan meningkatnya usaha nafas.Compliance dapat menurun

    disebabkan oleh:

    1) Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosisparu

    2) Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    3/27

    3) Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

    1. Airway resistance (tahanan saluran nafas)Resistensi saluran napas adalah oposisi terhadap mengalir disebabkan oleh kekuatan gesekan. Hal ini

    didefinisikan sebagai rasio dari tekanan mengemudi dengan laju aliran udara. Perlawanan mengalir di

    saluran udara tergantung pada apakah aliran adalah laminar atau turbulen, pada dimensi jalan napas,

    dan pada viskositas gas.

    Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya, tekanan mengemudi relatif kecil dibutuhkan

    untuk menghasilkan laju aliran tertentu. Perlawanan selama arus laminer dapat dihitung melalui

    penataan ulang Hukum Poiseuille ini:

    Variabel yang paling penting di sini adalah jari-jari, yang, berdasarkan elevasi dengan kekuatan keempat,

    memiliki dampak luar biasa pada perlawanan.Jadi, jika diameter tabung adalah dua kali lipat, ketahanan

    akan turun dengan faktor enam belas.

    Untuk aliran turbulen, resistensi relatif besar. Artinya, dibandingkan dengan aliran laminar, tekanan

    mengemudi jauh lebih besar akan diperlukan untuk menghasilkan laju alir yang sama. Karena hubungan

    tekanan-aliran berhenti menjadi linier selama aliran turbulen, tidak ada persamaan untuk menghitung

    rapi ada hambatannya.

    2.3 Proses Keperawatan

    Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat

    untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2005). Bandman dan Bandman

    (1995) menguraikan seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-

    ends). Cara adalah keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis, menangani klien, dan hasil

    adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan klien.

    Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:

    2.3.1 Pengkajian

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    4/27

    Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien.Adapun

    data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland

    & mc Farlane, 1997)

    Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:

    1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan caramemperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, social kultural, dan spiritual yang bisa

    mempengaruhi status kesehatannya.

    2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkansesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang

    lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang

    lain. (Gordon, 1994)

    3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan

    catatan kesehatan klien.

    Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data

    tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber

    primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk

    diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Metode pengumpulan data meliputi berikut ini :

    1. Melakukan wawancara.2. Riwayat kesehatan/keperawatan.3. Pemeriksaan fisik.4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan

    (rekam medik).

    Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :

    1. a. Riwayat KesehatanRiwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga mengkaji keadaan

    pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik keluhan utama, kejadian

    yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan

    riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya

    dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat

    tinggal.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    5/27

    1) Keluhan Utama

    Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang

    kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :

    a) Batuk (Cough)

    Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tanyakan berapa

    lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik atau

    hubungannya dengan aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non produktif.

    b) Peningkatan Produksi Sputum

    Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorokan.

    Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi sekitar 3ons mukus setiap hari sebagai

    bagian dari mekanisme pembersihan normal. Produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal.

    Tanyakan dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum. Jika terjadi infeksi, sputum dapat

    berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan jernih. Pada keadaan edema paru-paru, sputum

    berwarna merah muda karena mengandung darah dengan jumlah yang banyak.

    c) Dispnea

    Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan perasaan subjektif

    pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.

    d) Hemoptisis

    Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah darah

    tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru

    biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh reflek batuk.

    e) Chest Pain

    Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-paru.Gambaran lengkap dari

    nyeri dada dapat menolong perawat untuk membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak

    dan gastrointestinal.

    2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

    Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan adalah:

    a) Riwayat merokok

    Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisemia, dan bronkitis kronis.Semua

    keadaan itu sangat jarang menimpa. Anamnesis harus mencangkup usia mulainya merokok secara rutin,

    rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan merokok.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    6/27

    b) Pengobatan saat ini dan masa lalu

    c) Alergi

    d) Tempat tinggal

    3) Riwayat Kesehatan Keluarga

    Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu:

    a) Penyakit infeksi

    Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat menanyakan

    riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.

    b) Kelainan alergi

    Contohnya asma bronkial

    c) Pasien bronkitis kronis

    1. b. Kajian Sistem (Review of System)1) Inspeksi

    Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah:

    a) Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk.

    b) Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.

    c) Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.

    d) Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan gangguan

    tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).

    e) Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan

    pergerakan dada.

    f) Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma sertapenggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.

    g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). Rasio pada

    fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada

    jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic Airflow Limititation (CAL) / Chronic

    Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    7/27

    h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter

    lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi cairan tubuh

    pasien.

    i) Kelainan pada bentuk dada adalah:

    1) Barrel chest

    Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan diameter AP:T (1:1), sering

    terjadi pada pasien emfisemia.

    2) Funnel chest (pectus excavatum)

    Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan

    pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfans

    syndrome atau akibat kecelakaan kerja.

    3) Pigeon chest (pectus carinatum)

    Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi peningkatan diameter

    AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat.

    4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)

    Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat

    timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan musculoskeletal lain yang mempengaruhi toraks.

    Kifosis adalah meningkatnya kelengkungan normal columna vertebrae thoracalis menyebabkan pasien

    tampak bongkok. Sedangkan skoliosis adalah melengkungnya vertebrae thoracalis ke samping, disertai

    rotasi vertebrae.

    i) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi

    dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau pleura.

    j) Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan

    obstruksi jalan napas.

    2) Palpasi

    Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,

    mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks bergunauntuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan bengak. Perlu dikaji

    juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh nyeri.Perhatikan adanya getaran dinding dada

    yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus).

    3) Perkusi

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    8/27

    Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan

    pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:

    a) Suara perkusi normal

    1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung dan bersuara

    rendah.

    2) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru

    3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.

    b) Suara perkusi abnormal

    1) Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru-

    paru yang abnormal berisi udara.

    2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha, dimanaseluruh areanya berisi jaringan.

    4) Auskultasi

    Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar suara napas normal

    dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan

    napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.

    a) Jenis suara napas normal adalah:

    1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui

    suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya

    lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal

    terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.

    2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya

    terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi (E = I). Suara ini

    terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding dada.

    3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi,

    ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).

    b) Jenis suara napas tambahan adalah:

    1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musical, suara

    terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    9/27

    2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring,

    dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi

    sputum.

    3) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara

    seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saatbernapas dalam.

    4) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:

    1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti

    rambut yang digesekkan.

    2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekanterpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan

    berubah ketika pasien batuk.

    1. c. Pengkajian psikososialPengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang secara signifikan

    berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit

    pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang

    lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan

    mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah stres psikososial dan

    mencari jalan keluar.

    2.3.2 Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa

    keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang

    dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.

    Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons aktual atau potensial klien

    terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya

    (Carlson et al, 1991; Carpenito, 1995). Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat

    menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa dengan membuat

    peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk mengidentifikasi urutan intervensi

    keperawatan ketika klien mempunyai masalah atau perubahan multiple (Carpenito, 1995).

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    10/27

    Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa

    dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa

    syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan

    potensial dalam diagnosa keperawatan.

    Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :

    1. a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas1) Definisi

    Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna

    mempertahankan jalan napas yang bersih.

    2) Batasan Karakteristik

    a) Subjektif

    1) Dispnea.

    b) Objektif

    1) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah kasar, dan ronkhi kering).

    2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.

    3) Batuk tidak ada atau tidak efektif.

    4) Sianosis.

    5) Kesulitan untuk bersuara.

    6) Penurunan bunyi napas.

    7) Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan sering

    ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.

    8) Kegelisahan

    9) Sputum.

    10) Mata terbelalak (melihat).

    3) Faktor yang berhubungan

    a) Lingkungan

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    11/27

    Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.

    b) Obstruksi Jalan Napas

    Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas buatan, terdapat benda

    asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan eksudat pada alveoli.

    c) Fisiologis

    Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, Infeksi, asma, alergi jalan napas, dan

    trauma.

    4) Hasil yang Disarankan NOC

    a) Status Pernapasan ; Pertukaran Gas.

    Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.

    b) Status Pernapasan ; Ventilasi.

    Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.

    c) Perilaku Mengontrol Gejala

    Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang didapat pada fungsi fisik dan

    emosi.

    d) Perilaku Perawatan : Penyakit atau Cidera

    Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.

    1. b. Ketidakefektifan Pola Nafas1. Definisi

    Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yangadekuat, actual atau potensial, karena perubahan pola nafas.

    1. Batasan karakteristika) Mayor(harus ada):

    1) Perubahan frekuensi dan pola pernafasan (dari nilai dasar)

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    12/27

    2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)

    b) Minor(mungkin ada):

    1) Ortopnea

    2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi

    3) Pernafasan disritmik

    4) Pernafasan yang hati-hati

    1. Faktor yang berhubungana) Patofisiologis

    1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi, inflamasi,

    alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.

    2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder akibat:

    2.1 Penyakit system persarafan, misal: miastenia gravis

    2.2 Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala

    2.3 Cedera serebrovaskular (stroke)

    2.4 Kuadriplegia

    b) Terkait Pengobatan

    1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

    1.1 Efek sedative obat (sebutkan)

    1.2 Anestesia, umum atau spinal

    1.3 Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)

    1.4 Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)

    c) Situasional (Personal, Lingkungan)

    1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

    1.1 Pembedahan atau trauma

    1.2 Nyeri, takut, ansietas

    1.3 Kelelahan

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    13/27

    1.4 Gangguan persepsi/kognitif

    2) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah

    3) Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap

    4) Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.

    1. c. Gangguan Pertukaran Gas2. Definisi

    Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida dimembrane kapiler-

    alveolar.Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna

    mempertahankan jalan napas yang bersih.

    1. Batasan Karakteristik1. Subjektif

    1) Dispnea.

    2) Sakit kepala pada saat bangun.

    3) Gangguan penglihatan.

    1. Objektif1) Gas darah arteri yang tidak normal.

    2) pH arteri tidak normal.

    3) Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.

    4) Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau kehitaman).

    5) Konfusi.

    6) Cianosis (hanya pada neonates).

    7) Karbondioksida menurun.

    8) Diaphoresis

    9) Hiperkapnia.

    10) Hiperkarbia.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    14/27

    11) Hipoksia.

    12) Hipoksemia.

    13) Iritabilitas.

    14) Cuping hidung mengembang.

    15) Gelisah.

    16) Sputum.

    17) Takhikardia.

    18) Mata terbelalak.

    1. Faktor yang berhubungana) Lingkungan

    Merokok, menghirupasap rokok, dan perokok pasif.

    b) Obstruksi jalan napas

    Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan napas bantuan, sekresi pada

    bronki, eksundat pada alveoli.

    c) Fisiologis

    Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial, infeksi asma, alergi jalan naps, dan

    trauma.

    1. Hasil yang Disarankan NOCa) Status Pernapasan: pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan

    konsentrasi gas darah arteri.

    b) Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.

    c) Perilaku mengontrol gejala: tindakan seseorang yang yang meminimalkan perubahan

    sampingan yang di dapat pada fungsi fisik dan emosi.

    d) Perilaku perawatan: penyakit atau cidera tindakanseseorang untuk mengurangi atau

    menghilangkan patologi.

    1. d. Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    15/27

    1. DefinisiRisiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika individu berisiko mengalami

    ancaman pada jalan masuk udara menuju saluran pernapasan dan/ ancaman pada pertukaran gas (O2-

    CO2) antara paru-paru dan system vaskuler.

    1. Faktor resikoAdanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang berhubungan)

    1. Faktor yang berhubungana) Patofisiologis

    1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi, inflamasi,

    alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.

    2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder akibat:

    2.1 Penyakit system persarafan, missal: miastenia gravis

    2.2 Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala

    2.3 Cedera serebrovaskular (stroke)

    2.4 Kuadriplegia

    b) Terkait Pengobatan

    1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

    1.1 Efek sedative obat (sebutkan)

    1.2 Anestesia, umum atau spinal

    1.3 Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)

    1.4 Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)

    c) Situasional (Personal, Lingkungan)

    1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

    1.5 Pembedahan atau trauma

    1.6 Nyeri, takut, ansietas

    1.7 Kelelahan

    1.8 Gangguan persepsi/kognitif

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    16/27

    2) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah

    3) Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap

    4) Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.

    1. e. Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator2. Definisi:

    Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika individu tidak dapat

    menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik sehingga mengganggu dan

    memeperpanjang proses penyapihan.

    1. Batasan karateristik:1. a. Ringan

    Mayor

    1) Gelisah

    2) Frekuensi pernapasan sedikit meningkat dari nilai dasar

    Minor

    1) Mengekspresikan perasaan tentang peningkatan kebutuhan oksigen, pernapasan tidak nyaman,

    keletihan, dan hangat

    1. b. SedangMayor

    1) Tekanan darah meningkat

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    17/27

    5) Sedikit menggunakan otot aksesoris pernapasan

    1. c. BeratMayor

    1) Agitasi

    2) Penyimpangan yang signifikan dalam gas-gas darah arteri dari nilai dasar

    3) Peningkatan tekanan darah > 20 mmHg dari nilai dasar

    4) Peningkatan frekuensi jantung > 20 kali/menit dari nilai dasar

    5) Pernapasan cepat, dangkal > 25 kali/menit

    Minor

    1) Penggunaan sempurna otot aksesoris pernapasan

    2) Pernapasa abdomen paradoksikal

    3) Bunyi napas tambahan

    4) Sianosis

    5) Banyak berkeringat

    6) Pernapasan tidak terkoordinasi dengan ventilator

    7) Penurunan tingkat kesadaran

    1. Faktor yang berhubungan1. Patofisiologis

    1) Berhubungan dengan kelemahan dan keletihan sekunder akibat:

    1.1 Status hemodinamik tidak stabil

    1.2 Penurunan tingkat kesadaran

    1.3 Anemia

    1.4 Infeksi

    1.5 Abnormalitas metabolic atau keseimbangan asam basa

    1.6 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    18/27

    1.7 Proses penyakit berat

    1.8 Penyakit pernapasan kronis

    1.9 Ketidakmampuan neuromuscular kronis

    1.10 Penyakit multisystem

    1.11 Kurang nutrisi kronis

    1.12 Kondisi yang melemah

    2) Berhubungan dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

    1. Tindakan yang Berhubungan1) Berhubungan dengan obstruksi jalan napas

    2) Berhubungan dengan kelemahan dan keletihan otot sekunder akibat:

    2.1 Sedasi berlebihan

    2.2 Nyeri tidak terkontrol

    3) Berhubungan dengan ketidakadekuatan nutrisi (deficit kalori, kelebihan karbohidrat,

    ketidakadekuatan asupan lemak dan protein)

    4) Berhubungan dengan ketergantungan ventilator jangka panjang (> 1 minggu)

    5) Berhubungan dengan ketidakberhasilan upaya penyapihan ventilator sebelumnya

    6) Berhubungan dengan langkah yang terlalu cepat dalam proses penyapihan

    1. Situasional (Personal, Lingkungan)1) Berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang proses penyapihan

    2) Berhubungan dengan kebutuhan energy yang sangat berlebihan (aktivitas perawatan diri, prosedur

    diagnostic dan pengobatan, pengunjung)

    3) Berhubungan dengan ketidakadekuatan dukungan social

    4) Berhubungan dengan lingkungan tidak aman (bising, kejadian yang membingungkan, ruangan

    sibuk)

    5) Berhubungan dengan keletihan sekunder akibat gangguan pola tidur

    6) Berhubungan dengan kemanjuran diri tidak adekuat

    7) Berhubungan dengan ansietas sedang sampai berat yang berkaitan dengan upaya pernapasan

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    19/27

    8) Berhubungan dengan ketakutan akan perpisahan dari ventilator

    9) Berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan

    10) Berhubungan dengan perasaan keputusasaan

    1. f. Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator2. Definisi

    Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko untuk

    mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik tingkat rendah

    selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan atau psikologis terhadap

    penyapihan.

    1. Faktor Resikoa) Patofisiologis

    1) Berhubungan dengan obstruksi jalan napas

    2) Berhubungan dengan kelemahan otot dan keletihan sekunder akibat :

    2.1 Gangguan fungsi pernapasan

    2.2 anemia

    2.3 penurunan tingkat kesadaran

    2.4 Infeksi

    2.5 Abnormalitas metabolic dan asam basa

    2.6 Ketidakseimbangan cairan / elektrolit

    2.7 Status hemodinamik yang tidak stabil

    2.8 Disritmia

    2.9 Kekacaun mental

    2.10 Demam

    2.11 Proses penyakit yang berat

    2.12 Penyakit multisystem

    b) Tindakan yang berhubungan

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    20/27

    1) Dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

    2) Dengan sedasi yang berlebihan, analgesia

    3) Dengan nyeri tak terkontrol dan keletihan

    4) Dengan ketidakadekuatan nutrisi

    5) Dengan ketergantungan pada ventilator jangka panjang lebih dari 1 minggu

    6) Dengan ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya dan terlalu cepat melakukan proses

    penyapihan

    c) Personal/ Lingkungan

    1) Berhubungan dengan kelemahan otot dan keletihan sekunder

    2) Berhubungan dengan deficit pengetahuan tentang proses penyapihan

    3) Berhubungan dengan ansietas

    4) Berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan dan putus asa

    5) Berhubungan dengan dukungan sosial yang tidak memadai

    6) Berhubungan dengan ketidakpastian lingkungan ( bising, ruangan sibuk, dll)

    7) Berhubungan dengan ketakutan terlepas dari ventilator

    1. g. Gangguan Ventilasi Spontan2. Definisi

    Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang adekuat untuk

    mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja

    pernapasan dan penurunan energy.

    1. Batasan KarakteristikMAYOR

    Dispnea Peningkatan laju metabolic

    MINOR

    Peningkatan kegelisahan ketakutan Peningkatan penggunaan otot-otot

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    21/27

    Penurunan volume tidal Aksesori pernapasan

    Peningkatan frekuensi jantung Penurunan PO2

    Penurunan kerjasama ,

    Peningkatan PCO2

    Penurunan SaO2

    2.3.3 Intervensi

    Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau

    tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam

    mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga implementasi yang merupakan kategori dari

    perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang

    diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).

    Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.Pengkualifikasian seperti bagaimana,

    kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang direncanakan.Intervensi

    keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu

    yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.

    Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :

    1. 1. Intervensi Pernafasan, Resiko Gangguan2. Intervansi Generik

    1) Kaji adanya penurunan nyeri yang optimal dengan periode keletihan atau depresi pernapasan yang

    minimal

    2) Beri semangat untuk melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana perawatan

    medis

    3) Jika tidak dapat berjalan, tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk di kursi

    beberapa kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)

    4) Tingkatkan aktivitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dan

    dispnea akan menurun dengan melakukan latihan

    5) Bantu untuk reposisi, mengubah posisitubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang lainnya,

    (setiap jam jika mungkin)

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    22/27

    6) Beri semangat untuk melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol lima kali

    setiap jam

    7) Ajarkan individu untuk menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam saat bangun

    (pada kerusakan neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama malam hari)

    8) Auskultasi bidang paru setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi napas

    1. Intervensi Pediatrik1) Observasi terhadap pernapasan cuping hidung, retraksi, atau sianosis

    2) Izinkan anak untuk memilih warna air dalam botol tiup

    3) Pantau masukan, keluaran, dan berta jenis urine

    4) Beri penjelasan sesuai usia untuk latihan napas dalam

    1. 2. Intervensi Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator2. Intervensi Generik

    1) Jika memungkinkan, kaji faktor penyebab ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya

    a) Ketidakadekutan substrat energi: oksigen nutrisi dan istirahat

    b) Status kenyamanan takadekuat

    c) Kebutuhan aktivitas berlebihan

    d) Penurunan harga diri, rasa percaya diri, kontrol pernapasan

    e) Kurangnya pengetahuan tentang perannya

    f) Kurangnya hubungan saling percaya dengan staf

    g) Keadaan emosional negatif

    h) Lingkungan penyapihan yang merugikan

    2) Tetapkan kesiapan penyapihan (Geisman, 1989)

    a) Konsentrasi oksigen pada ventilator 50% atau kurang

    b) Tekanan ekspirasi-akhir positif kurang dari 5 cm tekanan air

    c) Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali permenit

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    23/27

    d) Ventilasi menit kurang dari 10 liter per menit

    e) Tekanan dinamik dan statik rendah, dengan komplains sedikitnya 35 cm tekanan air

    f) Kekuatan otot pernapasan adekuat

    g) Istirahatkan, kontrol rasa tak nyaman

    h) Keinginan untuk mencoba penyapihan

    3) Jika kesiapan penyapihan ditetapkan ada, libatkan klien dalam penetapan rencana

    a) Jelaskan proses penyapihan

    b) Bekerja sama dalam negosiasi tujuan penyapihan progresif

    c) Jelaskan bahwa tujuan akan ditelaan kembali setiap hari bersama individu

    4) Rujuk ke protokol unit untuk prosedur penyapihan yang khusus

    5) Jelaskan perannya dalam proses penyapihan

    a) Perkuat perasaan harga diri, kemanjuran diri dan kontrol diri

    b) Perlihatkan kepercayaan pada kemampuan pasien untuk penyapihan

    c) Pertahankan kepercayaan pasien dengan mengadopsi langkah penyapihan (membutuhkan intruksi

    dokter) yang akan menjamin keberhasilan dan meminimalkan kemunduran

    d) Tingkatkan kepercayaan dalam staf dan lingkungan.

    6) Kurangi pengaruh negatif dari ansietas dan keletihan

    a) Pantau status dengan teratur untuk menghindari keletihan dan ansietas yang tidak semestinya

    b) Beri periode istirahat yang teratur sebelum keletihan berlanjut

    c) Jika individu mulai gelisah, bicaralah padanya untuk menennagkan sementara tetap di samping

    tempat tidur

    d) Jika percobaan penyapihan dihentikan, arahkan persepsi pasien pada kegagalan penyapihan.

    Yakinkan pasien bahwa percobaan adalah latihan yang baik dan bentuk latihan yang sangat berguna.

    7) Ciptakan lingkungan penyapihan yang positif, yang meningkatkan perasaan aman individu.

    8) Koordinasikan aktivitas yang perlu untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksaai yang

    adekuat.

    9) Koordinasikan jadwal analgesik dengan jadwal penyapihan.

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    24/27

    10) Mulai percobaan penyapihan saat individu cukup istirahat, biasanya pada pagi hari setelah tidur

    malam.

    11) Diskusikan elemen proses penyapihan dengna petugas kesehatan lain untuk memaksimalkan

    kemungkinan keberhasilan penyapihan.

    1. Intervensi pediatrikTunda pemberian makan per oral 2 jam sebelum upaya penyapihan dan setelah ekstubasi.

    1. 3. Intervensi Resiko Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator2. Intervensi Generik

    1) Kaji faktor penyebab dan penunjang dari ketidakadekuatan keefektifan diri tentang diri tentang

    kesiapan penyapihan

    a) Ungkapkan kebutuhan lanjut untuk dukungan ventilator

    b) Meminta untuk menunda dimulainya penyapihan

    c) Merasa prihatin tentang kemempuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator derajat rendah

    atau tentang kemungkinan keberhasilan penyapihan

    d) Agitasi ketika penyapihan dibicarakan

    e) Peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan ketika membicarakan penyapihan.

    2) Kurangi faktor risiko

    Negosiasikan dengan staf medis untuk menunda dimulainya penyapihan dan rencana penyapihan

    dengan langkah perlahan sehingga dapat memastikan keberhasilan setiap langkah.

    1. 4. Intervensi Ketidakefektifan Pola Pernafasan2. Intervensi Generik

    Untuk Hiperventilasi

    1) Pastikan individu bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan

    2) Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta individu

    mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan, Sekarang perhatikan Saya dan bernapaslah

    perlahan-lahan bersama Saya seperti ini

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    25/27

    3) Pertimbangkan penggunaan kantong kertas jika bermaksud mengeluarkan kembali ekspirasi udara

    4) Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif

    5) Jelaskan seorang dapat belajar untuk mengatasi hiperventilasi melalui kontrol pernapasan secar

    sadar apabila penyebabnya tidak diketahui

    6) Mendiskusikan kemungkinan penyebab, fisik dan emosional dan metoda penanganan yang efektif

    1. Intervensi PediatrikJika anak cenderung bronkospasme, obat-obatan dapat diindikasikan

    1. 5. Intervensi Gangguan Pertukaran Gas2. Aktivitas Utama

    1) Kaji bunyi paru, frekuensi napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum

    2) Pantau saturasi O2 dengan oksimeter nadi

    3) Pantau hasil gas darah (misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran tingkat

    respirasi)

    4) Pantau kadar elektrolit

    5) Pantau status mental

    6) Peningkatan frekuensi pemantauan pada saat pasien tampak somnolen

    7) Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa mulut

    8) Identifikasi kebutuhan pasien akan insersi jalan napas aktual/potensial

    9) Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi

    tambahan

    10) Pantau status pernapasan dan oksigenasi

    11) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan (oksigen, pengisap,spirometer)

    12) Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi

    13) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu tindakan dilakukan misal: terapi oksigen

    14) Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan, aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang perlu

    dilaporkan)

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    26/27

    15) Ajarkan batuk efektif

    1. Aktivitas Kolaboratif1) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan

    penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien

    2) Laporkan perubahan sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas, analisa

    gas darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)

    3) Berikan obat yang diresepkan (misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankan kesiembangan

    asam-basa

    4) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanis

    5) Berikan oksigen sesuai dengan keperluan

    6) Berikan bronkodilator, aerosol, nebulasi

    1. Aktivitas Lain1) Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan

    meningkatkan rasa kendali

    2) Beri jaminan kepada pasien selama periode disstres atau cemas

    3) Lakukan higiene mulut secara teratur

    4) Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen (misal mengurangi kecemasan,

    pengendalian demam dan nyeri)

    5) Atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi dan mengurangi dispnea

    6) Masukkan jalan napas buatan melalui hidung atau nasofaring

    7) Lakukan fisioterapi dada sesuai kebutuhan

    8) Bersihkan sekret dengan suctioning atau batuk efektif

    9) Rencanakan perawatan pasien yang menggunakan ventilator:

    a) Meyakinkan keadekuatan pemberian oksigen dengan melaporkan ketidaknormalan gas darah

    arteri, menggunakan ambubeg yang dilekatkan pada sumber oksigen di sisi bed dan melakukan

    hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan

    b) Meyakinkan keefektifan pola napas dengan megkaji sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan

    sedasi

  • 7/29/2019 Asuhan Keperawtan Pada Gangguan Sistem Napas

    27/27

    c) Memertahankan kepatenan jalan napas dengan melakukan pengisapan dan memertahankan

    selang endotrakea atau pindahkan ke sisi tempat tidur

    d) Memantau komplikasi (pneumotoraks)

    e) Memastikan ketepatan penempatan selang ET

    2.3.4 Evaluasi

    Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan

    penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994).Evaluasi

    adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

    ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan

    lainnya (Griffith & Christensen, 1986).

    Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan

    menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan

    merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan

    kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi

    keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara

    perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).

    Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan

    beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan

    mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan

    pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.

    Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehinggadapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang

    sebelumnya tidak berhasil.

    Pasien mempertahankan patensi jalan napas yang ditunjukkan dengan:

    1. Peningkatan jalan napas2. Frekuaensi dan kedalaman napas sesuai3. Gas-gas darah dalam batasan normal

    Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan

    normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.