ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM....

87
i ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI RUANG BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan WIJI APRIANI NIM : A01401992 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2017

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM....

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

i

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN

DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI RUANG BAROKAH

RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

WIJI APRIANI

NIM : A01401992

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2017

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ii

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN

DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI RUANG BAROKAH

RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan

Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

WIJI APRIANI

NIM : A01401992

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2017

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

iii

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

iv

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

v

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan pengetahuan

selama penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan

Masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan Diagnosa Medis Asma di

Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

terimakasih yang setulus tulusnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

2. Kedua Orangtua, kakak, keluarga serta sahabat tersayang yang selalu mendukung,

memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat, dan doa yang tiada putus-

putusnya serta pelajaran-pelajaran berharga bagi penulis.

3. Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keperawatan

4. Nurlaila, S.Kep. Ns.M. Kep. selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKes

Muhammadiyah Gombong

5. Fajar Agung Nugroho, MNS. selaku pembimbing penulisan karya tulis komprehensif yang

telah mendidik penulis

6. Hendri Tamara Yuda, M. Kep. Selaku penguji dalam sidang proposal.

7. Seluruh dosen dan staf Prodi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong, atas

segaa bantuan yang telah diberkan. Terimakasih atas segala kasih sayang selama ini, selalu

memberi semangat, do’a, pengorbanan bimbingan serta bantuan material dan spiritual,

sehingga putrimu ini menyelesaikan tugas akhir.

8. Pembimbing ruangan beserta staf medis dan karyawan yang telah memberikan izin dan

tempat untuk melaksanakan ujian akhir

9. Teman-teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII Keperawatan yang

ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat, serta doa untuk kelancaran tugas akhir

ini.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

vii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis

ini, oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat berarti bagi penulis untuk

menjadi lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat bagi

pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan. Terimakasih.

Gombong, 9 Agustus 2017

Penulis

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. ..... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

ABSTRAK .................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 3

C. Tujuan Penulisan ............................................................... 3

D. Manfaat Penulisan ............................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ............................................................... 5

1. Asma ...................................................................................... 5

a. Pengertian ........................................................................ ..6

b. Penyebab Asma ................................................................. 6

c. Manifestasi Klinis ............................................................ ..8

d. Patofisiologi ..................................................................... ..8

e. Pathway ............................................................................. 9

2. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi

a. Pengertian Oksigenasi ..................................................... ..9

b. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi .............. ..11

c. Asuhan Keperawatan gangguan pemenuhan

kebutuhan oksigenasi

1) Pengkajian ................................................................... 13

2) Diagnosa ..................................................................... 19

3) Perencanaan ................................................................ 20

4) Pelaksanaan ................................................................ .22

5) Evaluasi ....................................................................... 24

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis/ Desain/ Rancangan Studi Kasus ........................... 25

B. Subyek Studi Kasus ........................................................ 25

C. Fokus Studi Kasus ........................................................... 26

D. Definisi Operasional ........................................................ 27

E. Instrumen Studi Kasus ..................................................... 27

F. Metode Pengumpulan Data ............................................. 27

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ........................................ 28

H. Analisis Data dan Penyajian Data ................................... 28

I. Etika Studi Kasus ............................................................ 29

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ix

BAB IV PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus .................................................................... 31

1. Pengkajian ............................................................................ 31

2. Analisa Data ......................................................................... 36

3. Intervensi, implementasi, dan evaluasi ................................. 38

B. Pembahasan ............................................................................. 49

C. Keterbatasan Studi Kasus ........................................................ 58

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 59

B. Saran .................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

x

Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

KTI, Juli 2017

Wiji Apriani1, Fajar Agung Nugroho2, MNS

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN OKSIGENASI DENGAN DIAGNOSA MEDIS : ASMA DI

RUANG BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar belakang: Asma merupakan suatu penyakit radang saluran pernafasan yang ditandai

dengan batuk, dada terasa berat dan sesak nafas.

Tujuan Penulisan: tujuan umum penulisan yaitu menggambarkan asuhan keperawatan pada

pasien asma.

Hasil Studi Kasus: dari hasil studi kasus didapatkan masalah keperawatan bersihan jalan

nafas tidak efektif, pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas, dan defisit pengetahuan.

Implementasi yang sudah dilakukan sesuai dengan intervensi antara lain memonitor tanda-

tanda vital, memonitor respirasi dan status O2, mengajarkan batuk efektif, memberikan obat

bronkodilator, mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas,

mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan.

Pembahasan: tindakan non-farmakologi yang efektif untuk mengatasi diagnosa utama

bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu dengan batuk efektif. Cara ini efektif membantu pasien

dalam mengeluarkan dahak yang menyumbat jalan nafas.

Evaluasi: evaluasi terakhir yang dilakukan yaitu klien mengatakan sesak berkurang, masih

ada penggunakan otot bantu pernafasan, ronchi, ada pernafasan cuping hidung. Masalah

belum teratasi. Planning: ajarkan batuk efektif, monitor respirasi dan status O2.

Rekomendasi: Akan lebih baik dimasa mendatang ajarkan pasien untuk melakukan batuk

efektif 2x/hari

Kata kunci: Asma, batuk efektif, asuhan keperawatan

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

xi

Diploma III of Nursing Programme Study

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

Nursing Care Report, July 2017

Wiji Apriani1, Fajar Agung Nugroho2, MNS

ABSTRACT

NURSING CARE FOR INEFFECTIVE AIRWAY CLEARANCE

TO PATIENT WITH ASTHMA IN BAROKAH WARD

PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG HOSPITAL

Background: Asthma desease is one of problem breathing way, with sign are cough,

decreased lung expansion.

Purpose: General purpose of this writing is to describe nursing care to the asthma patient.

Result: the nursing problem were ineffective airway clearance, ineffective breathing pattern,

intolerance activity, and cognitive deficit. The nursing implementations that done as

appropriate intervention were monitoring vital sign, monitoring the respiration and oxygen

status, implementation of effective cough, giving bronchodilator drugs, observating patient in

daily activities, and discuss the therapy selection or handling.

Discussion: Non-pharmacology technique implemented in this case, this way can help patient

to put out secretions.

Evaluation: during gave nursing care as long 3 days, patients said decreased long expansion

more better, but still seen using chest muscle when patient took a breath.

Recommendation: In the future, teching patient about the cough effective technique at least

2 times per a day.

Keywords: Asthma, effective cough technique, nursing care

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan suatu penyakit inflamasi yang terjadi pada

saluran pernapasan yang menyebabkan pembengkakan kelenjar maupun

produksi secret berlebihan sehingga mengakibatkan aliran udara di saluran

pernapasan menjadi terhambat atau sedikit yang biasa disebut sesak nafas.

Penyempitan saluran napas yang terjadi pada asma bersifat reversibel,

ditandai oleh obstruksi pernapasan di antara dua interval asimtomatik

(Djojodibroto,2012)

Patogenesis dasar penyakit asma adalah proses peradangan kronik

pada saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemen seluler.

Peradangan ronik tersebut menyebabkan saluran napas menjadi

hiperresponsif dan menjadi sempit, sehingga mengganggu proses bernapas

yang normal, dan menimbulkan manifestasi klinis berupa sesak napas,

mengi, dada terasa berat serta batuk, terutama pada malam atau pagi hari

(GINA, 2012).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa asma

merupakan penyakit dimana saluran pernapasan mengalami peradangan

sehingga saluran nafas menyempit dan menyebabkan sesak nafas.Asma

merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjadi di negara

maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa jumlah

penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah

kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,

2012).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012,

sebanyak 300 juta penduduk di dunia menderita penyakit asma dari

berbagai golongan umur dan ras. Dalam 40 tahun terakhir prevalensi asma

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

2

telah meningkat disemua negara. Dan diperkirakan 250.000 orang

meninggal karena asma setiap tahunya.

Penyakit asma merupakan masalah kesehatan di dunia, karena

menurunkan kualitas hidup dan produktivitas pasiennya. Saat ini, pasien

asma di seluruh dunia mencapai 300 juta orang, dari kalangan semua usia

yang berasal dari berbagai latar belakang suku etnis. Jumlah ini

diperkirakan akan bertambah lagi 100 juta orang pada tahun 2025. Jumlah

ini menyerupai kecacatan akibat penyakit diabetes, sirosis hati dan

skizofrenia. Selain itu, diperkirakan kematian akibat asma adalah 1 dari

tiap 250 kematian (Global Burden Report of Asthma, 2013).

Jumlah kunjungan penderita asma di seluruh rumah sakit dan

puskesmas di ibu Kota Jakarta sebanyak 40% di tahun 2013 (Dkk, 2013).

Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering dijumpai,

dengan 300 juta orang penderita di seluruh dunia (GINA, 2014).

Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita asma

yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2013). Di Indonesia, berdasarkan

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 mendapatkan hasil

prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur adalah 4,5 %,

untuk prevalensi di Jawa Tengah menunjukkan angka sekitar 4,3%.

Berdasarkan hasil studi di atas, penulis tertarik untuk melakukan

studi kasus atau asuhan keperawatan pada pasien asma karena pada pasien

asma masalah utama yang muncul berkaitan dengan oksigenasi, dimana

oksigen sangat dibutuhkan dalam proses kehidupan. Oksigenasi yaitu

peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen dan

menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai

sisa dari oksidasi keluar dari tubuh (Riyadi dan Harmoko, 2012).

Kebutuhan oksigenasi harus dipenuhi karena merupakan kebutuhan dasar

yang paling penting dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen

akan menimbulkan dampak yang bermakna yaitu kematian. Oleh sebab itu

berbagai upaya harus dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan ini

terpenuhi.

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

3

Masalah yang berhubungan dengan oksigenasi harus segera

ditangani dan dilakukan perawatan termasuk pada pasien asma dengan

tujuan agar asma terkontrol dan terjadi penurunan gejala.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien asma

2. Tujuan Khusus

a. menggambarkan pengkajian pada pasien asma

b. menggambarkan dan menentukan diagnosa keperawatan pada

pasien asma

c. menggambarkan intervensi atau rencana tindakan keperawatan

pada pasien asma

d. menggambarkan implementasi atau tindakan keperawatan pada

pasien asma

e. menggambarkan evaluasi keperawatan pada pasien asma

D. Manfaat

Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

a. Masyarakat/ pasien :

Mampu memahami penyakit asma dan mengetahui cara

penanganan asma.

a. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :

Mengembangkan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien asma.

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

4

b. Penulis

Menambah wawasan dalam mengaplikasikan hasil studi kasus

asuhan keperawatan pada pasien asma.

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika

Budiarto. 2009. Metode dan Masalah Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Carpernito. 2006. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian Keperawatan. Jakarta:

EGC

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta:

Depkes RI

Deswani. 2009. Proses Keperawatan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika

Dianasari, Nur.2014. Pemberian Tindakan Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran

Dahak pada Asuhan Keperawatan Tn. W dengan PPOK di IGD RSUD Dr.

Mangun Sumarso Wonogiri.diakses dari

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul

09.35 WIB

Djojodibroto, Darmanto. 2012. Respirologi. Jakarta: EGC

Effendy. 2007. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Global Initiative for Asthma (GINA). 2012. Global Strategy for Asthma

Management and Prevention. Diakses dari http://jurnal.prafelensiAsma

pada tanggal 26 Mei 2017 pukul 10.49 WIB

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Herdman, T Heather. 2011. NANDA Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Herdman. 2015. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Ikawati. 2010. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Fakultas

Farmasi UGM

Katerine, Dkk. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Asma dengan

Tingkat Kontrol Asma. Artikel Penelitian. Diakses dari

http://jurnal.fk.unand.ac.id

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Muttaqin, A. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik.

Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. 2010. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nugroho, Ariyanti Tri. Kajian Asuhan Keperawatan dengan Gangguan

Oksigenasi. Diakses dari

http://stikespku.com/digilib/files/disk1/2/stikes%20pku--ariyantitr-79-1-

karyatu-h.pdf pada tanggal 3 Juni 2017 pukul 15.27 WIB

Nugroho, Heri. 2011. Pengertian etika studi kasus. Diakses dari

https://herynugrohoyes.files.wordpress.com/etika-dr-iriyanto.pdf

Nugroho & Kristani. 2011. Batuk Efektif dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien

dengan Ketidakefektifan Bersihan jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Diakses dari http://puslitz.petra.ac.id

pada tanggal 2 Agustus 2017 pukul 06.39 WIB

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika

Pranowo. 2010. Efektifitas Batuk Efektif dalam Pengeluaran Sputum untuk

Penemuan BTA pada Pasien TB Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Mardi Rahayu Kudus.

Purwaningsih. 2015. Penyakit Asma di Dunia. Diakses dari

http://jurnal.akper.ac.id pada tanggal 26 Mei 2017 pukul 10.50 WIB

Repository. 2012. Metodologi Penelitian. Diakses dari http://

repository.upi.edu/18503/7/D3_PER_1205413_Chapter3.pdf pada tanggal

9 Juni 2017 pukul 20.25 WIB

Riskesdas. 2016. Penyakit Asma di Indonesia. Diakses dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%

20203

Sary, Meyka Andyta. 2013. Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan

Oksigenasi. Jurnal Asuhan Keperawatan. Diakses dari

digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=493 pada tanggal 4

Juni 2017 pukul 10.06 WIB

Sulistaningsih, 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Wahit, Iqbal. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

(PSP)

1. Kami adalah Peniliti berasal dari STIKES Muhammadiyah Gombong,Program Studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untukberpartispiasi dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul “AsuhanKeperawatan dengan Masalah Gangguan Pemenuhan KebutuhanOksigenasi dengan Diagnosa Medis Asma di Ruang Barokah RS PKUMuhammadiyah Gombong”.

2. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan Asuhan Keperawatandengan Masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi denganDiagnosa Medis Asma yang dapat memberi manfaat yaitu meningkatkanpengetahuan, pemahaman masyarakat dalam menangani gangguanpemenuhan kebutuhan oksigenasi. Penelitian ini akan berlangsusng selama3 hari.

3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpinmenggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung 15-20 menit.Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlukhawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhanatau pelayanan keperawatan.

4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertakan pada penelitian iniadalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan atautindakan yang diberikan.

5. Nama jati diri anda seluruh informasi yang saudara sampaikan akan tetapdirahasiakan.

6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 081646985361.

Peneliti

Wiji Apriani

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

INFORMED CONSENT(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telahmendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yangakan dilakukan oleh Supriadi dengan judul “Asuhan Keperawatan denganMasalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan Diagnosa MedisAsma di Ruang Barokah RS PKU Muhammadiyah Gombong”.

Saya memutuskan setuju untuk ikiut berpartisipasi pada penelitian inisecara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkanmengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpasanksi apapun.

..................................2017Yang memberikan persetujuan

Saksi

............................. .............................

..................................2017Peneliti

.............................

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA MEDIS: ASMA DI RUANG

BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun oleh :

Nama : Wiji Apriani

NIM : A01401992

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2017

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA DI RUANG

BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Tanggal masuk : 10Juli 2017 Jam : 14.10

Tanggal Pengkajian : 10Juli 2017 Jam : 14.30

Ruang : Barokah

Pengkaji : Wiji Apriani

DATA SUBYEKTIF

1. Identitas Pasien

a. Nama : Ny. S

b. Umur : 29 Tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas

f. Pendidikan : SD

g. Pekerjaan : IRT

h. Diagnosa Medis : Asma

2. Identitas Penanggungjawab

a. Nama : Tn. S

b. Umur : 33 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas

f. Pekerjaan : Swasta

g. Hub. dengan klien : Suami

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

3. Keluhan Utama

Klien mengatakan merasa sesak nafas

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 10

Juli 2017 jam 11.45 dengan keluhan sesak nafas mengatakan mangalami

batuk sejak pagi sebelum masuk RS. Klien mengatakan sesak muncul

tiba-tiba karena udara dingin, klien mengatakan seperti ada dahak yang

menghalangi nafasnya dan sulit keluar. Di IGD telah dilakukan tindakan

pemberian oksigen 4 liter, pemberian infus Nacl 20tpm, injeksi

methilprednisolon 125 mg, injeksi ranitidin 50mg, dan nebulizer

ventolin+flexotide 1x. kemudian pasien dipindahkan ke Ruang Barokah

pada tanggal 10 Juli 2017 jam 14.10 WIB, pada saat dilakukan pengkajian

pada tanggal 10 Juli 2017 jam 14.30 WIB klien mengatakan masih sesak

nafas, batuk dan seperti ada dahak yang sulit keluar. Saat dilakukan

pemeriksaan didapatkan hasil TTV: TD: 120/90 mmHg, N: 94x/menit,

RR: 26x/menit, Suhu: 36,70C

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit sesak nafas atau asma

sudah sejak 5 tahun yang lalu . Klien mengatakan belum pernah dirawat

dirumah sakit dan jika kambuh biasanya minum obat dari apotek dan

langsung sembuh.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang

sama seperti yang diderita pasien dank lien mengatakan dalam keluaarga

tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV

dll atau penyakit yang mirip dengan keluhan sesak napas.

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

d. Genogram :

Keterangan : : laki-laki

: perempuan

: menikah

: meninggal

: klien

5. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Virginia Hendorson

a. Pola Oksigenasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat bernapas secara normal tanpa

menggunakan alat bantu pernafasan

Saat dikaji : Klien mengatakan sesak nafas, RR: 26x/menit,

inspirasi dan ekspirasi 3 : 2 , ada pernafasan cuping

hidung, klien tampak terpasang oksigen 3 liter.

Ny.SS

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

b. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 x/hari dengan sayur serta

lauk dan minum air putih 6-8 gelas/hari.

Saat dikaji : pasien mengatakan makan 3 kali diit yang disediakan

RS dan habis setengah porsi, minum 5-6 gelas/ hari.

c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan BAB

dan BAK, klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan

BAK 4-5 kali sehari

Setelah sakit : pasien mengatan tidak mengalami gangguan BAB dan

BAK

d. Pola Aktifitas

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktifitas seperti biasa

Saat dikaji : Pasien mengatakan membatasi aktivitas karena takut

sesak kambuh

e. Pola Istirahat

Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa tidur malam biasanya jam 21.00

WIB dan bangun jam 04.30 WIB

Saat dikaji : pasien mengatakan susah tidur karena terganggu dengan

batuknya dan lingkungan sekitar ruangan Rumah sakit

berbeda dengan di rumah.

f. Pola Berpakaian

Sebelum sakit : pasien mengatakan mampu memakai, memilih, dan

melepas pakaiannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Saat dikaji : pasien mengatakan memakaidan melepas pakaiannya

dibantu oleh keluarga.

g. Pola Menjaga Suhu Tubuh

Sebelum sakit : pasien mengatakan jika dingin memakai

selimut/pakaian tebal. Jika panas memakai pakaian

tipis dan menggunakan kipas.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Saat dikaji : pasien mengatakan jika dingin memakai selimut dan

jika panas menggunakan pakaian tipis dan kipas.

h. Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x/hari. Jika mandi sore

pasien terkadang keramas dan setiap mandi gosok

gigi.

Saat dikaji : pasien mengatakan mandi 2x/hari diseka keluarganya.

i. Pola Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )

Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyaman dirumah

dan berkumpul dengan keluarga.

Saat dikaji :pasien mengatakan merasa nyaman ditemani oleh

keluarganya.

j. Pola Komunikasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik

dengan keluarga dan tetangga menggunakan bahasa

Indonesia.

Saat dikaji : pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik

k. Pola Spiritual

Sebelum sakit : pasien mengatakan menyadari bahwa segala masalah

merupakan cobaan dari Allah SWT, klien dapat

beribadah dan sholat 5 waktu.

Saat dikaji : Pasien mengatakan menyadari bahwa sakitnya adalah

cobaan dan klien selalu berdoa memohon

kesembuhan.

l. Pola Rekreasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan senang berkumpul dengan

keluarga sebagai rekreasinya dirumah.

Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan

keluarga.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

m. Pola Bekerja

Sebelum sakit : pasien mengatakan masih dapat menyelesaikan

pekerjaan rumah secara mandiri

Saat dikaji : pasien mengatakan tidak dapat bekerja selama sakit.

n. Pola Belajar

Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa mendapatkan informasi

melalui televisi.

Saat dikaji : pasien mengatakan sudah mengerti tentang

penyakitnya tetapi belum tahu tentang terapi atau

tindakan yang bisa dilakukan selama di rumah.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum ( KU ) : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan Darah : 120/90 mmHg

Nadi : 94x/menit

Suhu : 36,7o C

RR : 26x/menit

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada luka bekas jahitan

Mata : mata simetris, conjungtiva ananemis, sclera

anikterik, fungsi penglihatan baik

Hidung : simetris, fungsi pembauan baik, ada pernafasan

cuping hidung

Mulut : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis

Telinga : Bersih, simetris, fungsi pendengaran baik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Dada :

Paru – Paru

Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri simetris,

tampak menggunakan otot bantu

penafasan

Palpasi : vocal vremitus melemah

Perkusi : terdengar redup

Auskultasi : suara nafas terdengar ronchi, mengi

Jantung

Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat pulsasi atau

denyutan

Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS

5 mid clavikula

Perkusi : pekak

Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara

tambahan

Abdomen :

Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Normal, tidak ada udema

Kulit : Tugor kulit kembali dengan cepat<2 detik

Genetalia : Tidak terpasang kateter

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

c. Pemeriksaan penunjang

Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 13.09

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 10.1 g/dL 11.7 - 15.5

Leukosit 6.29 µL 3.6 - 11

Hematokrit 32.8 % 35–47

Eritrosit 4.12 Juta/ µL 3.8– 5.2

Trombosit 277 µL 150- 440

MCV 79.6 fl 80– 100

MCH 24.6 pg 26- 34

MCHC 30.8 g/dL 32–36

Basofil 0.2 % 0.0 – 1.0

Eosinofil 1.1 % 2.0– 4.0

Netrofil 66.6 % 50.00– 70.00

Limfosit 24.3 % 25.0– 40.0

Monosit 7.8 % 1 – 6

DIABETES

Glukosa Darah

Sewaktu

63 mg/dL 70-105

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

d. Program terapi

1. Infus RL 20 tpm

2. Nebulizer forbiven 3x1 ampul

3. Salbutamol oral 3x1

4. Erytromyzin 500mg 3x1

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ANALISA DATA

No Data fokus Problem Etiologi1 DS:

Klien mengatakan sesak nafas,

batuk dan sulit keluar dahak

DO:

klien tampak sulit bernafas,

batuk

TTV : TD : 120/90 mmHg, N:

94x/menit, RR: 26x/menit, Suhu:

36,70C

Monosit : 7,8 %

Bersihan jalannafas tidak efektif

Obstruksi jalannafas (mukusberlebihan)

2 DS: Klien mengatakan sesak

nafas

DO:

klien tampak sesak nafas, tampak

pernafasan cuping hidung, ada

penggunaan otot bantu

pernafasan, suara nafas ronchi,

mengi, pernafasan 26x/menit

Pola nafas tidakefektif

hiperventilasi

3 DS:

Klien mengatakan sudah sedikit

tahu tentang penyakitnya tetapi

belum tahu tentang terapi atau

tindakan yang bisa dilakukan

selama di rumah

DO:

Defisitpengetahun

Kurang informasi

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

klien tampak bingung ketika

ditanya tentang terapi, cara

menangani asma saat di rumah

3 DS:

klien mengatakan mengatakan

sesak bertambah jika aktivitas

berat, klien mengatakan

membatasi aktivitas karena takut

sesak kambuh

DO:

Klien tampak hanya berbaring

ditempat tidur

Intoleransiaktivitas

Kelemahan fisik

Prioritas Diagnosa

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (mukus

berlebihan)

2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

4. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No

DX

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Senin, 10

Juli 2017

jam 14.30

WIB

1. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan masalah

bersihan jalan napas

tidak efektif dapat

teratasi dengan kriteria

hasil :

Menunjukkan

jalan nafas yang

paten (klien tidak

merasa tercekik,

irama nafas,

frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal,

tidak ada suara

nafas abnormal)

Mampu

mengidentifikasi

kan dan

mencegah faktor

yang dapat

menghambat

jalan nafas

1. Monitor TTV

2. Posisikan pasienuntukmemaksimalkanventilasi

3. Berikan Oksigen

4. Monitor status

oksigen pasien

5. Keluarkan sekretdengan batuk atausuction

6. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

7. Monitor respirasi danstatus O2

8. Berikan bronkodilatorbila perlu

Senin, 10 2. Setelah dilakukan 1. Monitor TTV

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Juli 2017

jam 14.30

WIB

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan masalah pola

nafas tidak efektif dapat

teratasi dengan kriteria

hasil :

Mendemonstrasikan

batuk efektif dan

suara nafas yang

bersih, tidak ada

sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan

sputum, mampu

bernafas dengan

mudah, tidak ada

pursed lips)

Menunjukkan jalan

nafas yang paten

(klien tidak merasa

tercekik, irama

nafas, frekuensi

pernafasan dalam

rentang normal,

tidak ada suara nafas

abnormal)

Tanda Tanda vital

dalam rentang

normal (tekanan

darah, nadi,

pernafasan)

2. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

3. Berikan Oksigen

4. Monitor status

oksigen pasien

5. Auskultasi suara

nafas, catat adanya

suara tambahan

6. Monitor respirasi dan

status O2

7. Berikan bronkodilator

bila perlu

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Senin, 10

Juli 2017

jam 14.30

WIB

3. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan masalah

intoleransi aktivitas

dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

Berpartisipasi

dalam aktivitas

fisik tanpa

disertai

peningkatan

tekanan darah,

nadi dan RR

Mampu

melakukan

aktivitas sehari

hari (ADLs)

secara mandiri

1. Observasi adanyapembatasan kliendalam melakukanaktivitas

2. Kaji adanya faktoryang menyebabkankelelahan

3. Bantupasien/keluarga untukmengidentifikasikekurangan dalamberaktivitas

4. Bantu untukmendapatkan alatbantuan aktivitasseperti kursi roda,krek

5. Monitor nutrisi dansumber energiyangadekuat

Senin, 10

Juli 2017

jam 14.30

WIB

4. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan masalah

defisit pengetahuan

dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

Pasien dan

keluarga

menyatakan

pemahaman

tentang penyakit,

1. Berikanpenjelasan

mengenai penyebab

tanda dan gejala, cara

mencegah

2. Sediakan bagi pasien

dan keluarga

informasi tentang

kemajuan pasien

dengan cara yang

tepat

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

kondisi,

prognosis dan

program

pengobatan

Pasien dan

keluarga mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan secara

benar

Pasien dan

keluarga mampu

menjelaskan

kembali apa yang

dijelaskan

3. Diskusikan pilihan

terapi atau

penanganan

4. Diskusikan

perubahan gaya hidup

yang mungkin

diperlukan untuk

mencegah komplikasi

di masa yang akan

datang dan atau

proses pengontrolan

penyakit

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No.

Dx

Hari, tanggal

dan JamImplementasi Respon Paraf

1, 2,3 Senin, 10

Juli 2017

14.30

15.00

Jam 16.00

WIB

- Memonitor TTV

- memposisikan pasien dalm

posisi senyaman mungkin ( semi

fowler ) untuk memaksimalkan

ventilasi

- memberikan oksigen 3 liter

- mengobservasi adanyapembatasan klien dalammelakukan aktivitas

- mengkaji adanya faktor yangmenyebabkan kelelahan

- Memonitor respirasi dan status

O2

- TD: 120/90 mmHg,

Nadi : 94x/menit,

RR: 26x/menit, Suhu:

36,70C

-Klien terlihat

nyaman

- Terpasang oksigen

dengan nasal kanul

3liter

- Klien tampak

membatasi aktivitas

dan hanya

berbaring ditempat

tidur

- Klien mengatakan

mudah lelah saat

beraktivitas berat

-Tidak terpasang

oksigen, klien

mengatakan sesak

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

- Memonitor TTV

- Memonitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat

berkurang

- TD : 120/80 mmHg,

Nadi: 85x/menit, RR:

24x/menit, Suhu:

36,50C

- klien mengatakan

makan setengan porsi

diit yang disediakan

RS

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

1, 2, 3 Selasa, 11

Juli 2017

Jam 08.30

WIB

Jam 10.00

WIB

Jam 13.30

WIB

Jam 14.00

Jam 14.30

WIB

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memonitor TTV

- Mendemonstrasikan batuk

efektif

- Memberikan inhalasi uap

forbiven 1 ampul

- mengobservasi adanya

pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

- Memonitor nutrisi dan

sumber energi yang adekuat

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memonitor TTV

- Klien mengatakan

sesak berkurang,

Sudah tidak

terpasang oksigen

- TD: 110/80 mmHg,

Nadi: 87x/menit,

RR: 24X/menit

- Dahak keluar

sedikit

- Obat masuk

melalui nebulizer

- Klien masih

membatasi aktivitas

- Klien mengatakan

menghabiskan satu

porsi diit dari RS

- Klien mengatakan

sesak berkurang,

tidak terpasang

oksigen

- TD : 120/70

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

1,2,3,4 Rabu, 12

Juli 2017

jam 07.30

Jam 12.30

WIB

Jam 13.00

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memonitor TTV

- Memberikan obat

bronchodilator

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memberikan obat

bronchodilator

- mengobservasi adanyapembatasan klien dalammelakukan aktivitas

mmHg, Nadi:

88x/menit, suhu:

36,20C, RR:

23x/menit

- Tidak terpasang

oksigen, RR :

23x/menit

- TD : 120/80

mmHg, Nadi :

79x/menit, Suhu:

360C, RR :

23x/menit

- Obat forbiven

masuk 1 ampul

melalui nebulizer

- Tidak terpasang

oksigen, RR :

24x/menit

- Obat masuk

melalui inhalasi

uap

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jam 14.30

15.00

- Memonitor nutrisi dan

sumber energi yang adekuat

- Memberikan penjelasanmengenai penyebab tandadan gejala, cara mencegah

- mendiskusikan pilihan terapiatau penanganan

- Klien mengatakan

sudah mulai duduk

tetapi aktivitas

masih dibantu

keluarga

- Klien mengatakan

sudah makan dan

habis satu porsi diit

RS

- Klien mengatakan

paham tentang

penyebab, tanda

dan gejala penyakit

asma

- Klien kooperatif

dan memperhatikan

saat diskusi

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

EVALUASI

Hari/tanggal No.

DX

Evaluasi Paraf

Senin, 10

Juli 2017

16.00 WIB

1

2

S:Klien mengatakan masih sesak, masih

batuk, dahak sulit keluar

O : klien terpasang oksigen 3 liter, TD:

120/90 mmHg, Nadi : 94x/menit,

RR: 26x/menit, Suhu: 36,70C

A : Masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor respirasi dan status O2

- Ajarkan batuk efektif

- Berikan bronkodilator bila perlu

S: mengatakan merasa sesak nafas, sesak

bertambah saat aktivitas berat

O: klien tampak masih sesak, tampak

menggunakan otot bantu

pernafasan, ada pernafasan

cuping hidung, perbandingan

inspirasi dan ekspirasi yaitu 3:2,

suara nafas ronchi, mengi

TTV: TD: 120/90 mmHg, nadi:

94x/menit, RR: 26x/menit

A: masalah pola nafas tidak efektif

belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- monitor respirasi dan status

- monitor tanda-tanda vital

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Selasa, 11

Juli 2017

Jam 14.30

WIB

3

1

2

- berikan bronkodilator bila perlu

S : klien mengatakan masih membatasi

aktivitas karena takut sesak kambuh

O : Klien tampak berbaring ditempat

tidur dan sesekali duduk, aktivitas

klien masih dibantu oleh keluarga

A : Masalah intoleransi aktivitas belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi adanya pembatasanklien dalam melakukan aktivitas

- Bantu pasien/keluarga untukmengidentifikasi kekurangandalam beraktivitas

S : Klien mengatakan sesak berkurang,

masih batuk

O: Sudah tidak terpasang oksigen, TD:

110/80 mmHg, Nadi: 87x/menit, RR:

24x/menit

A : masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor respirasi dan status O2

- Berikan bronkodilator bila perlu

S: klien mengatakan sesak berkurang

O: klien tampak tidak menggunakan

oksigen, masih tampak

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Rabu, 12

Juli 2017

Jam 14.30

WIB

3

1

menggunakan otot bantu penafasan,

ada pernafasan cuping hidung, TD:

110/80 mmHg, nadi: 87x/menit, RR:

24x/menit, suhu: 36,60C

A: masalah pola nafas tidak efektif

belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- monitor respirasi dan status O2

- auskultasi suara nafas

- berikan bronkodilator bila perlu

S : Klien mengatakan masih membatasi

aktivitas, aktivitas hanya dilakukan

ditempat tidur

O : klien masih tampak berbaring

ditempat tidur, aktivitas dibantu

keluarga

A : Masalah intoleransi aktivitas belum

teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Kaji adanya faktor yangmenyebabkan kelelahan

- Monitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat

-

S : Klien mengatakan sesak berkurang,

masih batuk

O : Tidak terpasang oksigen, RR :

24x/menit

A : masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif belum teratasi

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

2

3

P : Lanjutkan intervensi

- Monitor respirasi dan status O2

- Monitor TTV

- Berikan bronchodilator bila perlu

S: klien mengatakan sesak berkurang

O: klien tampak lebih tenang, tidak

terpasang oksigen, masih

menggunakan otot bantu

pernafasan, ada pernafasan

cuping hidung, TD: 120/80

mmHg, nadi: 83x/menit, suhu:

36,80C, RR: 24x/menit

A: masalah pola nafas tidak efektif

belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- monitor respirasi dan status O2

- berikan bronkodilator bila perlu

S : klien mengatakan sudah tidak

membatasi aktivitas, makan minum

sendiri tanpa batuan

O : Klien tampak sering duduk, TTV :

TD : 120/80 mmHg, N: 83x/menit,

RR: 24x/menit, Suhu : 36,80C

A : masalah intoleransi aktivitas teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi adanya pembatasanklien dalam melakukan aktivitas

- Monitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

4

S : Klien mengatakan sudah mengerti

tentang penyebab, tanda dan gejala,

cara mencegah asma

O : klien bisa ketika ditanya ulang apa

yang telah dijelaskan

A : Masalah defisit pengetahuan belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi

- Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA TN. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS: ASMA DI RUANG

BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Disusun oleh :

Nama : Wiji Apriani

NIM : A01401992

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2017

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

PADA TN. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA DI RUANG

BAROKAH RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Tanggal masuk : 10 Juli 2017 Jam : 09.15

Tanggal Pengkajian : 10 Juli 2017 Jam : 09.30

Ruang : Barokah

Pengkaji : Wiji Apriani

DATA SUBYEKTIF

1. Identitas Pasien

a. Nama : Tn. R

b. Umur : 87 Tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas

f. Pendidikan : SD

g. Pekerjaan : Petani

h. Diagnosa Medis : Asma

2. Identitas Penanggungjawab

a. Nama : Ny. M

b. Umur : 79 Tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Alamat : Sumpiuh, Banyumas

f. Pekerjaan : IRT

g. Hub. dengan klien : Istri

3. Keluhan Utama

Klien mengatakan merasa sesak nafas

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong pada tanggal 10

Juli 2017 jam 04.35 dengan keluhan sesak nafas mengatakan mangalami

batuk sejak 1 hari sebelum masuk RS. Klien mengatakan sesak muncul

setelah beraktivitas. Di IGD telah dilakukan tindakan pemberian oksigen

3 liter, pemberian infus RL 20tpm, injeksi methilprednisolon 125 mg,

injeksi ceftriaxone 1 gr, dan nebulizer ventolin+flexotide 1x. kemudian

pasien dipindahkan ke Ruang Barokah pada tanggal 10 Juli 2017 jam

09.15 WIB, pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 10 Juli 2017 jam

09.30 WIB klien mengatakan masih sesak nafas, batuk dan tidak keluar

dahak. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV: TD: 140/90

mmHg, N: 89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,50C

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan belum pernah sakit seperti sekarang, klien mengatakan

baru pertama dirawat dirumah sakit.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang

sama seperti yang diderita pasien dan klien mengatakan dalam keluarga

tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV

dll atau penyakit yang mirip dengan keluhan sesak napas.

d. Genogram :

TN.R

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Keterangan : : laki-laki

: perempuan

: menikah

: meninggal

: klien

5. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Virginia Hendorson

a. Pola Oksigenasi

Sebelum sakit : Klien mengatakan dapat bernapas secara normal tanpa

menggunakan alat bantu pernafasan

Saat dikaji : Klien mengatakan sesak nafas, RR: 28x/menit, , ada

pernafasan cuping hidung, ada penggunaan otot bantu

pernafasan, klien tampak terpasang oksigen 3 liter.

b. Pola Nutrisi

Sebelum sakit : pasien mengatakan makan 3 x/hari dengan sayur serta

lauk dan minum air putih 6-8 gelas/hari.

Saat dikaji : klien mengatakan nafsu makan berkurang, klien

makan 3 kali sehari diit dari Rumah sakit dan habis 1/4

porsi, minum 4-5 gelas per hari tidak mual muntah

c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan BAB

dan BAK, klien mengatakan BAB 1 kali sehari dan

BAK 6-8 kali sehari

Setelah sakit : pasien mengatakan belum BAB dan BAK selama di

RS

d. Pola Aktifitas

Sebelum sakit : Pasien mengatakan dapat beraktifitas seperti biasa

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Saat dikaji : Pasien megatakan membatasi aktivitas karena sesak

nafas

e. Pola Istirahat

Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa tidur malam dari jam 22.00

WIB sampai jam 04.30 WIB tetapi sering bangun

pada malam hari

Saat dikaji : pasien mengatakan susah tidur karena sesak nafas dan

terganggu dengan batuknya.

f. Pola Berpakaian

Sebelum sakit : pasien mengatakan mampu memakai, memilih, dan

melepas pakaiannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Saat dikaji : pasien mengatakan memakai dan melepas pakaiannya

dibantu oleh keluarga.

g. Pola Menjaga Suhu Tubuh

Sebelum sakit : pasien mengatakan jika dingin memakai

selimut/pakaian tebal. Jika panas memakai pakaian

tipis dan menggunakan kipas.

Saat dikaji : pasien mengatakan jika dingin memakai selimut dan

jika panas menggunakan pakaian tipis dan kipas.

h. Pola Personal Hygiene

Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x/hari secara mandiri.

Saat dikaji : pasien mengatakan mandi 2x/hari diseka keluarganya.

i. Pola Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )

Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa aman dan nyaman dirumah

dan berkumpul dengan keluarga.

Saat dikaji : pasien mengatakan merasa nyaman ditemani oleh

keluarganya.

j. Pola Komunikasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik

dengan keluarga dan tetangga menggunakan bahasa

Jawa.

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Saat dikaji : pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik

k. Pola Spiritual

Sebelum sakit : pasien mengatakan beribadah dan sholat 5 waktu.

Saat dikaji : Pasien mengatakan menyadari bahwa sakitnya adalah

cobaan dan klien selalu berdoa memohon

kesembuhan.

l. Pola Rekreasi

Sebelum sakit : pasien mengatakan senang berkumpul dengan

keluarga sebagai rekreasinya dirumah.

Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa berkumpul dengan

keluarga.

m. Pola Bekerja

Sebelum sakit : pasien mengatakan masih dapat bekerja di sawah

Saat dikaji : pasien mengatakan tidak dapat bekerja selama sakit.

n. Pola Belajar

Sebelum sakit : pasien mengatakan bisa mendapatkan informasi

tentang kesehatan di posyandu lansia.

Saat dikaji : pasien mengatakan sedikit tahu tentang penyakitnya

dari dokter dan perawat.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum ( KU ) : baik

Kesadaran : composmentis

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 89x/menit

Suhu : 36,50C

RR : 28x/menit

b. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bersih, tidak ada lesi, tidak ada luka bekas

jahitan

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Mata : simetris, conjungtiva ananemis, sclera

anikterik, fungsi penglihatan baik

Hidung : simetris, fungsi pembauan baik, ada

pernafasan cuping hidung

Mulut : bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada

stomatitis

Telinga : Bersih, simetris, ada gangguan fungsi

pendengaran

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

Dada :

Paru – Paru

Inspeksi : pergerakan dada kanan dan kiri simetris,

tampak menggunakan otot bantu

penafasan

Palpasi : vocal vremitus melemah

Perkusi : terdengar redup

Auskultasi : suara nafas terdengar ronchi, mengi

Jantung

Inspeksi : dada simetris, tidak terlihat pulsasi atau

denyutan

Palpasi : teraba denyut jantung ictus cordis pada ICS

5 mid clavikula

Perkusi : pekak

Auskultasi : S1> S2 reguler tidak ada bunyi suara

tambahan

Abdomen :

Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan

Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Normal, tidak ada udema

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Kulit : Tugor kulit kembali dengan cepat <2 detik

Genetalia : Tidak terpasang kateter

c. Pemeriksaan penunjang

Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 08.09 WIB

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Hemoglobin 13.5 g/dL 13.2 - 17.3

Leukosit 6.2 µL 3.8– 10,6

Hematokrit 42.6 % 40– 52

Eritrosit 4.8 Juta/ µL 4.4– 5.9

Trombosit 287µL 150- 440

MCV 79.7 fl 80– 100

MCH 24.4 pg 26- 34

MCHC 33.4 g/dL 32– 36

Basofil 0.4 % 0.0 – 1.0

Eosinofil 1.8 % 2.0– 4.0

Netrofil 68.6 % 50.00– 70.00

Limfosit 24.4 % 25.0– 40.0

Monosit 8.3 % 2 – 8

DIABETES

Glukosa Darah

Sewaktu

88 mg/dL 70-105

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

d. Program terapi

5. Infus RL 20 tpm

6. Nebulizer forbiven 3x1 ampul

7. Salbutamol oral 3x1

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ANALISA DATA

No Data fokus Problem Etiologi

1 DS:

klien mengatakan sesak nafas,

batuk dan tidak bisa

mengeluarkan dahak

DO:

klien tampak sesak nafas, batuk,

askultasi suara nafas ronchi,

mengi

TTV : TD : 140/90 mmHg, N:

89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu:

36,50C

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Obstruksi jalan

nafas (mukus

berlebihan)

2 DS: Klien mengatakan sesak

nafas

DO:

klien tampak sesak nafas, ada

pernafasan cuping hidung, ada

pengguanaan otot bantu

pernafasan, frekuensi pernafasan

28x/menit

Pola nafas tidak

efektif

hiperventilasi

3 DS :

klien mengatakan membatasi

aktivitas karena sesak nafas

DO :

klien tampak hanya berbaring

Intoleransi

aktivitas

Kelemahan fisik

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ditempat tidur dan aktivitas

dibantu oleh keluarga

TTV : TD : 140/90 mmHg, N:

89x/menit, RR: 28x/menit, Suhu:

36,50C

Prioritas Diagnosa

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (mukus berlebihan)

2. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No

DX

Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

Senin, 10 Juli

2017 jam

09.30 WIB

1. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah bersihan jalan

napas tidak efektif dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

Menunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak

merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas

abnormal)

Mampu

mengidentifikasikan dan

mencegah faktor yang

dapat menghambat jalan

nafas

9. Monitor TTV

10. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

11. Berikan Oksigen

12. Monitor status

oksigen pasien

13. Keluarkan sekret

dengan batuk atau

suction

14. Auskultasi suara

nafas, catat

adanya suara

tambahan

15. Monitor respirasi

dan status O2

16. Berikan

bronkodilator bila

perlu

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Senin, 10 Juli

2017 jam

09.30 WIB

2. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah pola nafas

tidak efektif dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang

bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan

mudah, tidak ada pursed lips)

Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas,

frekuensi pernafasan dalam

rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal)

Tanda Tanda vital dalam

rentang normal (tekanan

darah, nadi, pernafasan)

8. Monitor TTV

9. Posisikan pasien

untuk

memaksimalkan

ventilasi

10. Berikan Oksigen

11. Monitor status

oksigen pasien

12. Auskultasi suara

nafas, catat

adanya suara

tambahan

13. Monitor respirasi

dan status O2

14. Berikan

bronkodilator bila

perlu

Senin, 10 Juli

2017 jam

09.30 WIB

3. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan masalah intoleransi

aktivitas dapat teratasi dengan

kriteria hasil :

Berpartisipasi dalam

aktivitas fisik tanpa disertai

peningkatan tekanan darah,

nadi dan RR

Mampu melakukan

6. Observasi adanya

pembatasan klien

dalam melakukan

aktivitas

7. Kaji adanya

faktor yang

menyebabkan

kelelahan

8. Bantu

pasien/keluarga

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

untuk

mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

9. Bantu untuk

mendapatkan alat

bantuan aktivitas

seperti kursi roda,

krek

10. Monitor nutrisi

dan sumber energi

yang adekuat

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No.

Dx

Hari, tanggal

dan JamImplementasi Respon Paraf

1,

2,3

Senin, 10 Juli

2017

09.30 WIB

10.00 WIB

Jam 12.30

WIB

- Memonitor TTV

- memposisikan klien semi

fowler

- memberikan oksigen 3 liter

- mengobservasi adanya

pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

- mengkaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan

- Memonitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat

- TD: 140/90 mmHg,

Nadi: 89x/menit, RR:

28x/menit, Suhu:

36,50C

-Klien terlihat

nyaman

- Terpasang oksigen

dengan nasal kanul

3 liter

- Klien tampak

membatasi aktivitas

dan hanya berbaring

ditempat tidur

- Klien mengatakan

mudah lelah saat

beraktivitas berat

- klien mengatakan

makan1/4 porsi diit

yang disediakan RS

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

1, 2,

3

1,2,3

Selasa, 11

Juli 2017

Jam 07.30

WIB

Jam 09.00

WIB

Jam 13.00

WIB

Jam 13.30

WIB

Rabu, 12 Juli

2017 jam

07.30

Jam 13.00

WIB

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memonitor TTV

- Memberikan inhalasi uap

forbiven 1 ampul

- mengobservasi adanya

pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

- Memonitor nutrisi dan

sumber energi yang adekuat

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memonitor TTV

- Memonitor respirasi dan

status O2

- Memberikan obat

bronchodilator

- Klien mengatakan

masih sesak nafas,

terpasang oksigen 3

liter

- TD: 130/80 mmHg,

Nadi: 86x/menit,

RR: 26x/menit

- Obat masuk melalui

nebulizer

- Klien masih

membatasi aktivitas

- Klien mengatakan

menghabiskan satu

porsi diit dari RS

- terpasang oksigen,

RR : 26x/menit

- TD : 130/80 mmHg,

Nadi : 87x/menit,

Suhu: 36,80C, RR:

26x/menit

- Masih terpasang

oksigen 3 liter,

RR:26x/menit

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jam 13.30

WIB

- mengobservasi adanya

pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

- Memonitor nutrisi dan

sumber energi yang adekuat

- Obat forbiven

masuk 1 ampul

melalui nebulizer

- Klien mengatakan

masih membatasi

aktivitas, aktivitas

masih dibantu

keluarga

- Klien mengatakan

sudah makan dan

habis satu porsi diit

RS

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

EVALUASI

Hari/Tanggal No.

DX

Evaluasi Paraf

Senin, 10 Juli

2017

14.30 WIB

1

2

S:klien mengatakan masih sesak nafas,

masih batuk dan belum bisa keluar

dahak

O : klien tampak sesak nafas, batuk,

terpasang oksigen 3 liter, suara nafas

ronchi,mengi, TD: 130/90 mmHg,

Nadi: 94x/menit, RR: 28x/menit,

Suhu: 36,50C

A : Masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor respirasi dan status O2

- Berikan bronkodilator bila perlu

S: klien mengatakan masih sesak nafas

O: klien tampak masih sesak, tampak

menggunakan otot bantu pernafasan,

ada pernafasan cuping hidungs, suara

nafas ronchi, mengi TTV: TD: 130/80

mmHg, nadi: 94x/menit, RR:

28x/menit

A: masalah pola nafas tidak efektif belum

teratasi

P: Lanjutkan intervensi

- monitor respirasi dan status

- monitor tanda-tanda vital

- berikan bronkodilator bila perlu

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

3 S: klien mengatakan masih membatasi

aktivitas karena sesak nafas.

O: klien tampak berbaring ditempat tidur,

aktivitas klien masih dibantu oleh

keluarga.

A: masalah intoleransi aktivitas belum

teratasi.

P:

- observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

- bantu klien dan keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan

dalam beraktivitas, monitor nutrisi

dan sumber energi yang adekuat.

Selasa, 11 Juli

2017 jam

14.30 WIB

1

2

S: klien mengatakan masih sesak nafas,

batuk, tidak bisa mengeluarkan dahak

O: klien tampak sesak nafas, batuk, masih

menggunakan oksigen 3 liter, TD

130/80 mmHg, nadi: 89x/menit,

RR:26x/menit.

A: masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif belum teratasi.

P:

- monitor respirasi dan status O2

- berikan bronkodilator bila perlu.

S: klien mengatakan masih sesak .

O: klien masih tampak terpasang oksigen 3

liter, masih tampak menggunakan otot

bantu penafasan, ada pernafasan

cuping hidung, TD: 130/80 mmHg,

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

3

Nadi: 89x/menit, RR: 26x/menit.

A: pola nafas tidak efektif belum teratasi.

P:

- monitor respirasi dan status O2

- auskultasi suara nafas

- berikan bronkodilator bila perlu

S: klien mengatakan masih membatasi

aktivitas, aktivitas hanya dilakukan

ditempat tidur.

O: klien masih tampak berbaring di tempat

tidur, aktivitas dibantu keluarga.

O: masalah intoleransi aktivitas belum

teratasi

P:

- kaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan

- monitor nutrisi dan sumber energi

yang adekuat.

Rabu, 12 Juli

2017 Jam

14.30 WIB

1 S: klien mengatakan masih sesak, klien

mengatakan masih batuk, tidak bisa

mengeluarkan dahak

O: klien tampak sesak nafas, terpasang

oksigen 3 liter, suara nafas ronchi,

frekuensi pernafasan 26x/menit

A: masalah bersihan jalan nafas belum

teratasi

P:

- monitor respirasi dan status O2

- monitor tanda-tanda vital

- berikan bronkodilator bila perlu

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

2

3

S: klien mengatakan masih sesak

O: klien tampak sesak nafas, terpasang

oksigen 3 liter, masih menggunakan

otot bantu pernafasan, ada pernafasan

cuping hidung, TD: 130/90 mmHg,

nadi: 87x/menit, suhu: 36,60C, RR:

26x/menit.

A: masalah pola nafas tidak efektif belum

teratasi

P:

- memonitor respirasi dan status O2

- berikan bronkodilator bila perlu

S: klien mengatakan masih membatasi

aktivitas, aktivitas dibantu keluarga

O: klien tampak berbaring di tempat

tidur, TD: 130/90 mmHg, nadi:

87x/menit, RR: 26x/menit, suhu:

36,80C

A: masalah intoleransi aktivitas teratasi

P:

- observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas

- monitor nutrisi dan sumber energi

yang adekuat

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.
Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.
Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.
Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

135

BATUK EFEKTIF DALAM PENGELUARAN DAHAK PADA PASIEN DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DI INSTALASI REHABILITASI

MEDIK RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

Yosef Agung Nugroho

Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri

Email :[email protected] Erva Elli Kristiani

Dosen STIKES RS. Baptis Kediri

Email :[email protected]

ABSTRACT

Backgorund : Sputum is a substance removed from the lower respiratory tract by coughing. The

impact of ineffectiveness of removing sputum make patients have difficulty in breathing and occurs

gas exchange disturbance in the lungs that may lead to cyanosis, fatigue, apathies and weakness.

Furthermore, this condition will experience a narrow of the airway as well as occur airway

obstruction. The objective of this study is to analyze the influence of effective cough in patient’s

removing sputum towards ineffectiveness of respiratory tract clearance in Medical Rehabilitation

Installation Kediri Baptist Hospital.

Method : The design used here was pre experiment. The population were patients with ineffective

airway clearance in installation of medical rehabilitation Kediri Baptist hospital using accidental

sampling. The sample was 15 respondents who met the criteria for inclusion. The dependent

variable was removing sputum. The data was collected using observation, then analyzed using “

Wilcoxon Statistical “ test with significance level α ≤ 0.05.

Conclusion : The result of the research showed that the result was p value = 0.003. because the

value of the data group was p <0.05, which means H0 accepted and H1 is rejected, therefore, there

was the influence before and after administrating of an effective cough with mean value of 15

respondents was 0.8, most of the 15 respondents there was a change up to 1 level, and some of the

15 respondents who did not happen some changes and other respondents place the greatest change

up 2 levels.

Keywords : sputum, effective cough, respiratory tract clearance

Pendahuluan

Dahak merupakan materi yang

dikeluarkan dari saluran nafas bawah oleh

batuk. ( Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2001 ).

Batuk dengan dahak menunjukkan adanya

eksudat bebas dalam saluran pernapasan

seperti pada bronchitis kronis, bronkietasis,

dan kavitas. Orang dewasa normal bisa

memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam

saluran napas setiap hari. Mukus ini digiring

ke faring dengan mekanisme pembersihan silia

dari epitel yang melapisi saluran pernapasan.

Keadaan abnormal produksi mukus yang

berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi,

atau infeksi yang terjadi pada membran

mukosa), menyebabkan proses pembersihan

tidak berjalan secara adekuat normal, sehingga

mukus ini banyak tertimbun dan bersihan jalan

nafas akan tidak efektif. Bila hal ini terjadi,

membran mukosa akan terangsang, dan mukus

akan dikeluarkan dengan tekanan intrathorakal

dan intra abdominal yang tinggi. Di batukkan,

udara keluar dengan akselerasi yang cepat

beserta membawa sekret mukus yang

tertimbun. Mukus tersebut akan keluar sebagai

dahak (Prince, 2000). Pengeluaran dahak

dapat dilakukan dengan membatuk ataupun

postural drainase. Pengeluaran dahak dengan

membatuk akan lebih mudah dan efektif bila

diberikan penguapan atau nebulizer.

Penggunaan nebulizer untuk mengencerkan

dahak tergantung dari kekuatan pasien untuk

membatuk sehingga mendorong lendir keluar

dari saluran pernapasan dan seseorang akan

merasa lendir atau dahak di sauran napas

hilang dan jalan nafas akan kembali normal.

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

137

Menurut data dari Instalasi

Rehabitasi Medik Rumah Sakit Baptis Kediri

3 bulan terakhir ( Juli – September 2010 )

sejumlah 87 pasien yang terbagi dalam bulan

Juli sebanyak 28 pasien, bulan Agustus 29

pasien, bulan September 30 pasien yang

mengalami gangguan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas dan semua pasien tersebut

mendapat terapi dan tindakan nebulizer. Studi

pendahuluan dengan wawancara pada 15

pasien yang dilakukan tindakan nebulizer di

Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan data 13

orang merasa lega saluran pernapasanya dan

bisa mengeluarkan dahak setelah dilakukan

tindakan nebulizer, dan 2 orang menyatakan

puas sudah bisa mengeluarkan dahak dengan

baik setelah di berikan tindakan nebulizer.

Dampak dari pengeluaran dahak

yang tidak lancar akibat ketidakefektifan jalan

nafas adalah penderita mengalami kesulitan

bernafas dan gangguan pertukaran gas di

dalam paru paru yang mengakibatkan

timbulnya sianosis, kelelahan, apatis serta

merasa lemah. Dalam tahap selanjutnya akan

mengalami penyempitan jalan nafas sehingga

terjadi perlengketan jalan nafas dan terjadi

obstruksi jalan nafas. Untuk itu perlu bantuan

untuk mengeluarkan dahak yang lengket

sehingga dapat bersihan jalan nafas kembali

efektif.

Batuk efektif merupakan satu upaya

untuk mengeluarkan dahak dan menjaga

paru – paru agar tetap bersih, disamping

dengan memberikan tindakan nebulizer dan

postural drainage. Batuk efektif dapat di

berikan pada pasien dengan cara diberikan

posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak

dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan

bagian tindakan keperawatan untuk pasien

dengan gangguan penapasan akut dan kronis

(Kisner & Colby, 1999). Batuk efektif yang

baik dan benar dapat mempercepat

pengeluaran dahak pada pasien dengan

gangguan saluran pernafasan. Diharapkan

perawat dapat melatih pasien dengan batuk

efektif sehingga pasien dapat mengerti

pentingnya batuk efektif untuk mengeluarkan

dahak. Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh batuk efektif, maka peneliti tertarik

unutuk meneliti tentang “ Pengaruh batuk

efektif terhadap pengeluaran dahak pada

pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah

Sakit Baptis Kediri “.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, desain yang

digunakan adalah pra eksperiment one grup

pretest – post test. Dimana didalam desain ini

observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu

sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen.

Observasi yang dilakukan sebelum

eksperimen disebut pre-test, dan observasi

sesudah eksperimen disebut post-test.

Populasi dalam penelitian ini adalah

semua pasien yang akan melakukan tindakan

nebulizer di Instalasi Rehabilitasi Medik

Rumah Sakit Baptis Kediri selama 3 bulan

terakhir berjumlah 87 Pasien. Pada penelitian

ini sampel diambil dari pasien yang akan di

lakukan tindakan nebulizer di Rehabilitasi

Medik Rumah Sakit Baptis Kediri yang

memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 27

pasien.

Dalam penelitian ini sampling yang

digunakan adalah Dalam penelitian ini

sampling yang digunakan adalah Accidental

Sampling, dimana suatu responden dijadikan

sampel karena kebetulan dijumpai di tempat

dan waktu secara bersamaan pada

pengumpulan data .

Hasil Penelitian

Data Umum

Tabel 1. Tabel Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin di

Instalasi Rehabilitasi Medik

RS Baptis Kediri

No Jenis

Kelamin Frekuensi %

1. Laki – laki 9 60%

2. Perempuan 6 40%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

lebih dari 50% responden berjenis kelamin

laki - laki sebanyak 9 responden

( 60%).

Tabel 2. Tabel Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden

Berdasarkan Usia di Instalasi

Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

138

No Umur Frekuensi %

1. 13 – 23 Tahun 3 20%

2. 25 – 35 Tahun 0 0%

3. 36 – 45 Tahun 1 6,67%

4. > 46 Tahun 11 73,34%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan lebih

dari 50 % responden berumur > 46 tahun

sebanyak 11 responden ( 73,33 %).

Tabel 3. Tabel Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden

Berdasarkan Riwayat

Pekerjaan di Instalasi

Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri

No Riwayat

Pekerjaan Frekuensi %

1. Pelajar 2 13,33%

2. PNS 2 13,33%

3. Wiraswasta 5 33,34%

4. Tidak Bekerja 6 40%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan paling

banyak responden mempunyai riwayat

pekerjaan tidak bekerja sebanyak 6 responden

(40%).

Tabel 4. Tabel Distribusi Frekuensi

Karakteristik Responden

Berdasarkan Riwayat

Pendidikan di Instalasi

Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri

No Riwayat

Pendidikan Frekuensi %

1. SD 6 40%

2. SMP 4 26,67%

3. SMA 1 6,67%

4. P T 2 13,33%

5. Tdk sekolah 2 13,33%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 4 menujukkan

paling banyak responden menpunyai riwayat

pendidikan SD yaitu sebanyak 6 responden

(40%).

Data Khusus

Tabel 5. Pengeluaran Dahak sebelum

perlakuan batuk efektif pada

Pasien dengan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas di

Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri

No

Pengeluaran

Dahak

(Adanya

Sekret)

Pengeluaran Dahak

Sebelum Perlakuan

Batuk Efektif

Frekuensi %

1. Banyak 2 13,33%

2. Sedikit 8 53,33%

3. Tidak Ada 5 33,34%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan

pengeluaran dahak sebelum perlakuan batuk

efektif pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas lebih dari 50% sedikit

sebanyak 8 responden

( 53,33% ).

Tabel 6. Pengeluaran Dahak setelah perlakuan

Batuk Efektif pada Pasien dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik

RS Baptis Kediri

No

Pengeluaran

Dahak

(Adanya

Sekret)

Pengeluaran Dahak

Setelah Perlakuan

Batuk Efektif

Frekuensi %

1. Banyak 10 %

2. Sedikit 4 26,67%

3. Tidak Ada 1 6,66%

Jumlah 15 100%

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan

pengeluaran dahak pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas setelah

diberikan perlakuan Batuk Efektif pada pasien

lebih dari 50% dapat mengeluarkan dahak

dengan banyak sebanyak 10 responden (

66,66% ).

Tabel 7. Tabulasi Silang Pengeluaran Dahak sebelum dan Setelah perlakuan Batuk Efektif pada

Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

139

Tabulasi Silang

Sebelum Setelah

Jumlah Tidak Ada Sedikit Banyak

Tidak Ada 1 2 2 5

Sedikit 0 2 6 8

Banyak 0 0 2 2

Jumlah 1 4 10 15

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan pengeluaran dahak sebelum dan sesudah perlakuan

batuk efektif mengalami perubahan sebagian besar dari sedikit ke banyak yaitu 6 responden.

Tabel 8. Hasil Uji Statistik dengan Wilcoxon dengan menggunakan Software Computer

Setelah dilakukan uji statistik

Wilcoxon dengan Software computer dengan

taraf signifikansi yang ditetapkan adalah α =

0,05 serta nilai p = 0,003, maka hasil nilai

kelompok data tersebut adalah p < 0,05 yang

berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa ada

pengaruh yang signifikan sebelum dan

sesudah pemberian batuk efektif.

Pembahasan

1. Pengeluaran Dahak Sebelum

Perlakuan Batuk Efektif pada Pasien

dengan Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Nafas di Instalasi Rehabiitasi

Medik RS Baptis Kediri

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan hasil yaitu pengeluaran dahak

awal pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas di instalasi rehabilitasi

medik RS Baptis Kediri. Frekuensi

pengeluaran dahak awal adalah sedikit 8

(53,33%). Dahak adalah materi yang

dikeluarkan dari saluran napas bawah oleh

batuk (FKUI,2001). Orang dewasa normal

bisa memproduksi mukus (sekret kelenjar)

sejumlah 100 ml dalam saluran napas setiap

hari. Mukus ini digiring ke faring dengan

mekanisme pembersihan silia dari epitel yang

melapisi saluran pernapasan. Keadaan

abnormal produksi mukus yang berlebihan

(karena gangguan fisik, kimiawi, atau infeksi

yang terjadi pada membran mukosa),

menyebabkan proses pembersihan tidak

berjalan secara adekuat normal seperti tadi,

sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila

hal ini terjadi, membran mukosa akan

terangsang, dan mukus akan dikeluarkan

dengan tekanan intrathorakal dan intra

abdominal yang tinggi (Darmanto, 2006).

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan

pengeluaran dahak sebelum perlakuan batuk

efektif pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas lebih dari 50% sedikit

sebanyak 8 responden ( 53,33% ). Lebih dari

50% responden mengeluarkan dahak sedang

kemungkinan dipengaruhi keadaan pasien

sehingga pasien sulit mengeluarkan dahak,

karena disebutkan pada teori pasien

memproduksi dahak setiap hari sebanyak 100

ml di saluran pernapasan sehingga memicu

dahak menumpuk di saluran pernapasan dan

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

pglranpos – pglarndhkpre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 10b 5.50 55.00

Ties 5c

Total 15

Test Statisticsb

pglranpos - pglarndhkpre

Z -2.972a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

140

responden dengan keadaan yang kurang baik

seperti sesak, lemas, dan susah untuk batuk

bisa memungkinkan responden kesulitan

untuk mengeluarkan dahak. Oleh karena itu

kebanyakan responden mengeluarkan dahak

dalam jumlah yang sedikit. Berdasarkan

observasi pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien

mengalami sesak, terdengar suara nafas

seperti mengi, pusing, lemas. Hal ini

dibutuhkan solusi untuk mengatasinya salah

satunya dengan melakukan batuk efektif.

1. Pengeluaran Dahak setelah Diberikan

Batuk Efektif pada Pasien dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

di Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri.

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan hasil yaitu Pengeluaran Dahak

setelah Diberikan Batuk Efektif pada Pasien

dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan

Nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik RS

Baptis Kediri adalah sebanyak 10

(66,66% ).

Batuk efektif adalah tindakan yang

diperlukan untuk membersihkan secret

(Hudak & Gallo, 1999). Batuk efektif

merupakan suatu metode batuk yang benar,

dimana klien dapat menghemat energi

sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal dengan

tujuan menghilangkan ekspansi paru,

mobilisasi sekresi, mencegah efek samping

dari retensi ke sekresi (Hudak & Gallo 1999).

Berdasarkan data dari tabel 5

menunjukkan pengeluaran dahak seseorang

mengalami perubahan sebagian besar dari

sedikit ke banyak. Pengeluaran dahak

seseorang setelah di berikan perlakuan batuk

efektif terjadi perubahan yang lebih baik dari

sebelum dilakukan batuk efektif. Langkah –

langkah perlakuan batuk efektif meliputi

pasien diberi posisi duduk tegak di tempat

tidur dengan kaki disokong, kemudian

Inhalasi maksimal dengan mengambil nafas

dalam dan pelan menggunakan pernafasan

diafragma sambil meletakkan 2 jari tepat di

bawah procesus xipoideus dan dorong dengan

jari saat mendorong udara, lalu pasien

disuruh tahan nafas selama 3-5 detik

kemudian hembuskan secara perlahan – lahan

melalui mulut, ambil nafas kedua dan tahan,

lalu suruh pasien untuk membatukkan dengan

kuat dari dada (bukan dari belakang mulut

atau tenggorokan) dan gunakan 2 batuk

pendek yang benar-benar kuat, setelah itu

istirahat 2 – 3 menit kemudian diulang

kembali untuk latihan mulai langkah dari

awal. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan

batuk efektif bisa membantu pasien untuk

mengeluarkan dahak. Dengan mengetahui

metode batuk efektif setelah diberikan

penjelasan maka responden menjadi

memahami teknik pengeluaran dahak

sehingga terjadi peningkatan frekuensi

pengeluaran dahak Berdasarkan observasi

pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas setelah perlakuan batuk efektif

keadaan sesak, terdengar suara nafas seperti

mengi, pusing, lemas berkurang dan keadaan

umum responden terlihat lega dan rileks.

2. Pengeluaran Dahak Sebelum dan

Setelah perlakuan Batuk Efektif pada

Pasien dengan Ketidakefektifan

Bersihan Jalan Nafas di Instalasi

Rehabilitasi Medik RS Baptis Kediri.

Berdasarkan hasil penelitian

pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran

dahak pada pasien dengan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas sehingga uji pengaruh

menggunakan uji Wilcoxon untuk melihat

kemaknaan pengaruh batuk efektif dengan α

= 0,05 didapatkan p=0,003 (p<0,05) berarti

bahwa berarti ada pengaruh sebelum dan

sesudah perlakuan batuk efektif

Batuk efektif penting untuk

menghilangkan gangguan pernapasan dan

menjaga paru – paru agar tetap bersih.

Batuk efektif dapat di berikan pada pasien

dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar

pengeluaran dahak dapat lancar. Batuk efektif

ini merupakan bagian tindakan keperawatan

untuk pasien dengan gangguan penapasan

akut dan kronis (Kisner & Colby, 1999).

Batuk efektif yang baik dan benar akan dapat

mempercepat pengeluaran dahak pada pasien

dengan gangguan saluran pernafasan.

Hasil penelitian menunjukkan ada

perubahan yang signifikan sebelum dan

sesudah diberikan tindakan batuk efektif,

dengan riwayat penyakit responden yang

berbeda – beda seperti asma bronchial,

bronkopneumonia, bronchitis, efusi pleura.

Dengan melihat data riwayat pendidikan

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

141

responden juga mempengaruhi dengan

didapatkan pengeluaran dahak paling banyak

dengan riwayat pendidikan SD yaitu

sebanyak 6 responden (40%) dan berdasarkan

tabel 4 menunjukkan lebih dari 50 %

responden berumur > 46 tahun sebanyak 11

responden ( 73,33 %). Hal tersebut

kemungkinan disebabkan oleh faktor – faktor

yang mempengaruhi pengeluaran dahak

seseorang. Pengeluaran dahak seseorang

kemungkinan disebabkan oleh faktor

pendidikan yang menunjukkan bahwa

sebagian besar reponden mempunyai riwayat

SD sehingga mungkin dipengaruhi oleh

minimnya informasi dan pengetahuan tentang

batuk efektif pada responden sehingga

berdampak pada pengeluaran dahak

responden. Sementara itu usia responden juga

mempengaruhi pengeluaran dahak seseorang

karena kemungkinan responden pada usia

lanjut terjadi penurunan fungsi tubuh

sehingga sulit untuk mengeluarkan dahak.

Oleh karena itu diberikan perlakuan batuk

efektif dan membuktikan bahwa tindakan

batuk efektif terbukti efektif dan dapat

memberikan perubahan pada pengeluaran

dahak seseorang, karena dengan batuk efektif

responden bisa mengeluarkan dahak dengan

maksimal dan banyak serta dapat

membersihkan saluran pernapsan yang

sebelumnya terhalang oleh dahak. Kondisi

responden saat sebelum dan sesudah

perlakuan batuk efektif mengalami

perbedaan. Hal tersebut dapat membuktikan

bahwa penatalaksanaan nonfarmakologis

tindakan batuk efektif dapat membuat

bersihan jalan nafas seseorang menjadi lebih

baik.

Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan pada 15

responden tanggal 15 Mei – 15 Juni 2011 di

Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit

Baptis Kediri dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengeluaran dahak pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas di

Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri sebelum diberikan tindakan batuk

efektif adalah banyak sebanyak 2 ( 13,3%

) responden

2. Pengeluaran dahak setelah diberikan

tindakan batuk efektif pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas di

Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri adalah banyak sebanyak 10 (

66,66% ) responden.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan /

bermakna sebelum dan sesudah perlakuan

batuk efektik pada pasien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas di

Instalasi Rehabilitasi Medik RS Baptis

Kediri

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. ( 2000 ). Ketrampilan Dasar

Praktik Klinik Kebidanan ed.2.

Jakarta : Salemba.

Ahira,Annie. (2010). Memahami Batuk

Efektif dan

Manfaatnya.http://www.anneahira

.com/pengertian-batuk-

efektif.htmDiakses tanggal 16

desember 2010 jam 3pm

Hudak & Gallo. ( 1999 ). Keperawatan

Kritis. Jakarta : EGC.

Dempsey, Patricia Ann & Dempsey Arthur

D. ( 2002 ).Riset

Keperawatan.Jakarta : EGC.

Djojodibroto, Darmanto. ( 2006 ).

Respirologi. Jakarta : EGC

FKUI. ( 2001 ) Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta

: Gaya Baru

Hough, Alexandra. ( 2001 ). Physiotherapy in

respiratory care: an evidence-

based approach to respiratory and

cardiac management. Washington

: Nelson Thornes.

Kevin Felner, Meg Schneider. ( 2008 ).

COPD For Dummies. London :

For Dummies.

Notoatmodjo, S. ( 2002 ). Metodologi

Penelitian Kesehatan. Yogyakarta

: Rineka Cipta.

Nursalam & Siti Pariani. ( 2001 ).

Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta : CV. Asdi Mahastya.

Nursalam. ( 2003 ). Konsep & Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu

keperawatan.Jakarta : Salemba

Medika.

Richard F. Lockey, Dennis K. Ledford

(2008). Allergens and allergen

immunotherapy. Informa

Healthcare.

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri

Volume 4, No. 2, Desember 2011

142

Somantri, Irman. ( 2008 ). Asuhan

Keperawatan Pada Pasien dgn

Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta : Salemba.

SutadinataHudaya.(2010)PosturalDrainage.h

ttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/fil

es/07PosturalDrainage024.pdf/07

PosturalDrainage024.html.

Diakses tanggal 2 April 2011 Jam

4pm.

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

EFEKTIFITAS BATUK EFEKTIF DALAM PENGELUARAN SPUTUM UNTUK

PENEMUAN BTA PADA PASIEN TB PARU

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS

CHRISANTHUS WAHYU PRANOWO

NIM G2B308006

ABSTRACT

Lung tuberculosis disease nowadays constitute health problem of world society

include in Indonesia. The effort to build diagnosis as correctly one of them by sputum

examination. It is important to get correct sputum, not saliva or nose secret so could find

positive acid proof bacillus. For that reason needed effort to get sputum by doing effective

cough. Objective of effective cough is to increasing lung expansion, secretion mobilization

and prevent side effect from secretion retention like pneumonia, atelectaxis and fever. By

effective cough lung tuberculosis patient haven’t to explore many energy to excretion of

secret.

The research objection to know effectiveness of effective cough to sputum

secretion to find acid proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu

Hospital of Kudus. This research used quantitative method by statistic of Paired Sample t-

test and data collecting done by observation of sputum volume at 30 respondent of lung

tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus.

Result of the research show there is effectiveness of cough effective in sputum

excretion at care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus that is from specimen 1 (pre

effective cough) and specimen 2 (post effective cough) 21 respondents (70%) experience

increasing of sputum volume. Based on specimen 1 (pre effective cough) and specimen 3

(post effective cough) 24 respondents (80%) experience increasing of sputum volume.

Finding of acid proof bacillus of lung tuberculosis patient experience increasing from

specimen 1 (pre effective cough) are 6 respondents, specimen 2 are 17 respondents, and

specimen 3 are 21 respondents. Analyzed result of Paired Sample t-Test both specimen 1

and specimen 2 or specimen 1 and specimen 3 show significant level 0,000 < (0,05) so

can concluded that there is effectiveness of effective cough in sputum excretion to find acid

proof bacillus of lung tuberculosis patient in care unit of Mardi Rahayu Hospital of Kudus

Keywords : Effective cough, Sputum, Acid Proof Bacillus.

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

ABSTRAK

Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan

masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Upaya untuk menegakkan diagnosis secara

tepat salah satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak). Penting untuk

mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat

diketemukan Basil Tahan Asam yang positif. Untuk itu diperlukan upaya mendapatkan

sputum dengan cara melakukan batuk efektif. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk

meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi

sekresi seperti pneumonia, atelektasis dan demam. Dengan batuk efektif penderita

tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas batuk efektif dalam

pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi

Rahayu Kudus. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif uji statistik Paired Sample t-

test dan pengambilan data dilakukan dengan pengukuran volume sputum pada 30

responden pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus.

Hasil penelitian menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran

sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus

yaitu dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) dan spesimen 2 (sesudah batuk efektif) 21

responden (70%) mengalami peningkatan volume sputumnya.. Berdasarkan spesimen 1

(sebelum batuk efektif) dan spesimen 3 (setelah batuk efektif) 24 responden (80%)

mengalami peningkatan volume sputumnya. Penemuan BTA pasien TB Paru mengalami

peningkatan dari spesimen 1 (sebelum batuk efektif) sebanyak 6 responden, specimen 2

sebanyak 17 responden, dan spesimen 3 sebanyak 21 responden. Hasil analisis dengan

uji Paired Sample t-Test baik untuk spesimen 1 dan spesimen 2 maupun spesimen 1 dan

specimen 3 menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < (0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA

pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.

Kata kunci : Batuk Efektif, Sputum, BTA

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis (TBC) sampai saat ini merupakan masalah kesehatan

masyarakat didunia termasuk Indonesia. Word Health Organization (WHO) dalam Annual

Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara dikategorikan sebagai

high-burden countries terhadap TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah India dan

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

China dalam menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi incidence rate untuk

pemeriksaan dahak didapatkan Basil Tahan Asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000.

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 estimasi prevalensi

angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejala tanpa

pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan survey ini juga didapatkan bahwa TB menduduki

rangking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit

sistem sirkulasi dan sistem pernafasan. Hasil survey prevalensi tuberkulosis di Indonesia

tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi tuberculosis BTA positif secara nasional

110 per 100.000 penduduk.

Di Negara Indonesia yang merupakan salah satu Negara berkembang, penyakit TB

mencapai 25% diseluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah dan 75% penderita TB

adalah kelompok usia produktif yaitu umur 15 – 50 th. Sejak tahun 200, Indonesia telah

berhasil mencapai dan mempertahankan angka kesembuhan sesuai dengan target global

yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2006 adalah 76%.

Resiko penularan setiap tahun atau Annual Risk of Tuberculosis Infection / ARTI di

Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%

berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari

orang yang terinfeksi tidak akan penderita tuberculosis, hanya 10% dari yang terinfeksi

yang akan menjadi penderita tuberkulosisi. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan

seseorang menjadi penderita tuberkulosisi adalah daya tahan tubuh yang rendah,

diantaranya karena gizi buruk atau HIV/ AIDS disamping faktor pelayanan yang belum

memadai.

Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit kronis yang

berkepanjangan dan kerusakan status nutrisi. Anoreksia, penurunan berat badan dan

malnutrisi umum terjadi pada pasien TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin

terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status

kelemahan secara umum.

Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung

Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal

sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy (DOTS) dan

terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-

efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara tepat menekan

penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis (MDR-

TB). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan

kepada pasien menular. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

dalam upaya pencegahan TB. WHO telah m,erekomendasikan strategi DOTS sebagai

strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995. 2

Upaya untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah satu diantaranya adalah dengan

pemeriksaan sputum (dahak). Penting untuk mendapatkan sputum yang benar, bukan

ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat diketemukan Basil Tahan Asam yang positif.

Berdasarkan dari data rekam medik RS Mardi Rahayu Kudus tahun 2007 – 2008, telah

ditemukan kasus TB sebanyak 757 dengan 94 penderita BTA positif, dimana sputum yang

didapatkan merupakan dari hasil konvensional yang diperoleh dari pasien dengan cara

mengeluarkan dahak semampu pasiren, sehingga sputum yang didapatkan kadang-

kadang berupa air ludah. Petugas pun kadang-kadang-kadang langsung saja memeriksa

tanpa melihat apakah bahan yang dikirim itu ludah atau sputum, sehingga banyak kasus

TB Paru diketemukan BTA negatif. Padahal kemungkinan besar jika spesimen yang dikirim

benar akan diketemukan BTA positif. Disisi lain jika petugas laborat meminta ulang

spesimen (karena yang dikirim ludah) , perawat ruangan selalu memberikan alasan yang

bermacam-macam sehingga petugas laborat pun langsung memeriksa walaupun bukan

sputum. Dan tentunya hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Efeknya

pengobatan tidak tepat sasaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan metode kuantitatif uji statistik Paired Sample t-test, dimana

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran

sputum untuk penemuan BTA pasien TB Paru di ruang rawat inap RS Mardi Rahayu

Kudus.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita TB Paru yang ada di ruang

rawat inap RS Mardi Rahayu Kudus selama bulan November.Sampel penelitian yang

digunakan adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang ada di ruang rawat inap RS

dengan jumplah sampel 30 responden. Analisa data yang digunakan dalam penelitian

Analisis Univariat data pribadi pasien yang akan digunakan secara distribusi frekuensi, dan

Analisis Bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkorelasi dengan menggunakan uji statistik paired sample t-test.

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Pengeluaran sputum pasien sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif.

Dari hasil pemeriksaan pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) didapatkan rata-rata

volume sputum dari 30 responden 0,23 cc, sebanyak 20 responden (66,6%) tidak dapat

mengeluarkan sputum dan hanya mengeluarkan ludah. Hal ini dikarenakan pasien belum

tahu bagaimana cara batuk efektif. Mereka hanya melakukan batuk dengan cara biasa

sehingga tidak bisa maksimal.

Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan

saluran nafas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat involunter, namun

juga dapat bersifat volunter. Batuk yang involunter merupakan gerakan reflek yang

dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai dari faring hingga

alveoli.

Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran

pernafasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau

dari suatu iritan yang dibawa oleh udara seperti asap, kabut, debu atau gas. Batuk adalah

proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam bronki dan bronkiolus.

Batuk dapat dipicu secara reflek ataupun disengaja. Sebagai reflek pertahanan diri,

batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam

diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma dan kontraksi oto melawan glotis yang

menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan yang positif pada intra rorak yang menyebabkan

penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, bersama dengan penyempitan trakea akan

menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksposif ini akan menyapu

sekret dan benda asing yang ada di saluran nafas.

Pasien sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif seluruhnya tidak bisa

mengeluarkan sputum yang maksimal, sebagian besar yang dikeluarkan adalah ludah

sehingga tidak dapat diperiksa secara seksama oleh petugas laborat. Pemeriksaan yang

tidak seksama tersebut menyebabkan tidak tuntasnya pengobatan terhadap pasien. Hal ini

juga memberikan resiko penularan yang lebih besar karena pasien dengan BTA positif

memiliki resiko menularkannya pada orang lain. Pasien yang menjadi subyek penelitian

tidak dapat mengeluarkan sputum karena mereka sebelumnya tidak pernah mendapat

pelatihan bagaimana mengeluarkan sputum dengan benar dari petugas kesehatan.

b. Pengeluaran sputum pasien setelah mendapatkan pelatihan batuk efektif.

Untuk mendapatkan sputum yang baik dalam pemeriksaan terdapat metode

khusus untuk mengeluarkan sekret yaitu salah satunya dengan cara batuk efektif. Tehnik

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran

nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi

sekresi dan mencegah efek samping dari retensi skresi seperti pneumonia, atelektasis dan

demam. Dengan batuk efektif penderita tuberkulosis paru tidak harus mengeluarkan

banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret.8

Caranya adalah sebelum dilakukan batuk, klien dianjurkan untuk minum air hangat

dengan rasionalisasi untuk mengencerkan dahak. Setelah itu dianjurkan untuk inspirasi

dalam. Hal ini dilakukan selama dua kali. Kemudian setelah insipirasi yang ketiga, anjurkan

klien untuk membatukkan dengan kuat.5

Pemeriksaan specimen menunjukkan adanya peningkatan rata-rata volume sputum

yaitu pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) sebesar 0,23 cc menjadi 0,93 cc pada

specimen 2 (setelah batuk efektif), sedangkan pada specimen 3 (setelah batuk efektif)

rata-rata volume sputum menjadi 2,43 cc.

Pemeriksaan specimen menunjukkan adanya peningkatan volume sputum yang

dihasilkan dari pasien TB paru yang telah diajarkan bagaimana batuk efektif. Berdasarkan

hasil penelitian perbandingan specimen 1 (sebelum batuk efektif) dengan specimen 2

(setelah batuk efektif) sebanyak 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume

sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif, sedangkan 9 responden (30%) tidak

mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif.

Berdasarkan hasil penelitian perbandingan specimen 1 (sebelum batuk efektif)

dengan specimen 3 (setelah batuk efektif) sebanyak 24 responden (80%) mengalami

peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan setelah batuk efektif, sedangkan 6

responden (20%) tidak mengalami peningkatan volume sputum (cc) yang dihasilkan

setelah batuk efektif.

Batuk efektif memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume

sputum. Dengan batuk efektif pasien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan

sputum. Orang sehat tidak mengeluarkan sputum; kalau kadang-kadang ada, jumlahnya

sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya yang dikeluarkan bukan saja

ditentukan oleh penyakit yang tengah diderita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Jumlah

yang besar, yaitu lebih dari 100 cc per 24 jam, mungkin melebihi 500 cc ditemukan pada

edema pulmonum, abces paru-paru, brochiectasi, tuberculosis pulmonum yang lanjut dan

pada abces yang pecah menembus ke paru-paru.7

Pada penemuan BTA terjadi peningkatan jumlah penemuan BTA yang sebelumnya

merupakan BTA negatif pada specimen 1 pada specimen 2 dan 3 menjadi BTA positif.

Jumlah penemuan BTA positif pada specimen 1 adalah sebanyak 6 responden, BTA positif

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

pada specimen 2 adalah sebesar 17 responden, sedangkan BTA positif pada specimen 3

adalah sebesar 21 responden.

Jumlah volume sputum yang dihasilkan menyebabkan lebih mudahnya petugas

laborat memeriksa BTA pasien. Karena untuk menegakkan diagnosis secara tepat salah

satu diantaranya adalah dengan pemeriksaan sputum (dahak). Penting untuk

mendapatkan sputum yang benar, bukan ludah ataupun sekret hidung sehingga dapat

diketemukan Basil Tahan Asam yang positif.

Indikasi pemeriksaan sputum yang lazim adalah untuk menemukan adanya infeksi,

biasanya pneumonia dan memperoleh bahan untuk diagnosa sitologik. Biakan sputum

merupaka pemeriksaan mikrobiologik yang biasanya diminta, tetapi hasil yang didapat

sering tidak informatif atau bahkan menyesatkan. Yang pertama-tama memerlukan

perhatian adalah pengumpulan bahan yang betul-betul sputum dan bukan sekret dari

saluran nafas bagian atas. Hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan sediaan apus yang

diwarnakan dengan cara Gram. Sputum yang benar mengandung leukosit

polimorfonuklear (PMN) dan atau makrofag alveolar serta mengandung beberapa sel epitel

bersisik. Sel epitel dalam jumlah besar atau tidak terlihatnya PMN di beberapa

laboratorium merupakan alasan untuk membuang bahan yang didapat tanpa

memeriksanya lebih lanjut.7

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan Pair Sample t-Test terdapat

peningkatan volume sputum specimen 1 (sebelum batuk efektif) terhadap specimen 2

(setelah batuk efektif) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran

sputum untuk menemukan BTA pasien TB Paru. Hal ini dapat dilihat dari uji Paired Sample

t-Test didapat t tabel adalah 2,021. Maka daerah penerimaan Ho antara -2,021 sampai

2,021. Bila t hitung berada dalam daerah penerimaan Ho, berarti Ho diterima dan Ha

ditolak. Pada penelitian ini, nilai t hitung -4,700, maka nilai diluar daerah penerimaan Ho,

artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas

batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang

rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus.

Berdasarkan signifikansi menunjukkan nilai 0,000 < (0,05) berarti Ho diterima dan

Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam

pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit

Mardi Rahayu Kudus.

Analisis data peningkatan volume sputum specimen 1 (sebelum batuk efektif)

terhadap specimen 3 (setelah batuk efektif) menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif

dalam pengeluaran sputum untuk menemukan BTA pasien TB Paru. Dari uji Paired

Sample t-Test didapat t tabel adalah 2,021. Maka daerah penerimaan Ho antara -2,021

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

sampai 2,021. Bila t hitung berada dalam daerah penerimaan Ho, berarti Ho diterima dan

Ha ditolak. Pada penelitian ini, nilai t hitung -9,805, maka nilai di luar daerah penerimaan

Ho, artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas

batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang

rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus.

Berdasarkan signifikansi menunjukkan nilai 0,000 < (0,05) berarti Ho ditolak dan Ha

diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas batuk efektif dalam

pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit

Mardi Rahayu Kudus.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tentang efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum

untuk penemuan BTA pada pasien TB Paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi

Rahayu Kudus,ada efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan

BTA pasien TB paru di ruang rawat inap rumah sakit Mardi Rahayu Kudus hal ini dapat

dilihat dari 21 responden (70%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari

specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 2 (setelah batuk efektif), sedangkan

sebanyak 24 responden (80%) mengalami peningkatan volume sputum (cc) dari

specimen 1 (sebelum batuk efektif) dan specimen 3 (setelah batuk efektif). Hasil analisis

statistik menunjukkan adanya efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk

menemukan BTA pasien TB Paru yaitu berdasarkan signifikansi (0,000) < 0,05.

Dan dari 30 pasien rawat inap yang dijadikan subyek penelitian setelah diajarkan batuk

efektif mengalami peningkatan jumlah pasien yang ditemukan dengan BTA positif yaitu

pada specimen 1 (sebelum batuk efektif) ditemukan 6 responden, pada specimen 2

(setelah batuk efektif) ditemukan 17 responden, sedangkan pada specimen 3 (setelah

batuk efektif) ditemukan 21 responden.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf, H. Mukty H.A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University

Press. 2005.

Asih, N.G. dan Efendi, C. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2003.

Brunner, Suddart. Pemeriksaan Fisis Dada dan Paru. EGC. 2004.

Budiarto E. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

2001.

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :

2007.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :

2007.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta.

2002.

Ganda Subrata. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Diam Rakyat. 2006.

Husain U. Purnomo. R. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara. 2001.

Ikawati Z. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan : Jakarta; Pustaka Adipura. 2007.

Notoatmojo S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2002.

Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Burnner & Suddarth,

Jakarta : EGC. 2001.

Somantri. Irman. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. 2008.

Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta. 2003.

Taufan, Mei 2008. (5 September 2009). Diakses dari http ://www.gizi.net.

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.
Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN …elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI APRIANI NIM. A01401992.pdf · PEMENUHAN KEBUTUHAN . OKSIGENASI DENGAN . DIAGNOSA MEDIS : ASMA.