Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen sangat penting dalam kelangsungan hidup sel dan juga jaringan tubuh.oksigen diperlukan oleh jaringan untuk proses metalbolisme tubuh secara terus menerus, melalui metabolisme aerob yang prosesnya membentuk energy dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup. Namun ada beberapa jaringan yang dapat bertahan tanpa oksigen melalui metabolism anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini menyediakan energy mereka sendiri tanpa adanya oksigen. Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, selain oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium. B. Tujuan 1. Mengetahui System pernapasan 2. Mengetahui mekanisme pernapasan 3. Mengetahui otot - otot pernapasan 4. Mengetahui pengaturan pernapasan 5. Mengetahui sistem hematologi 6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi oksigenasi 7. Mengetahui tipe kekurangan oksigen dalam tubuh 8. Mengetahui terapi oksigen 9. Mengetahui perubahan fungsi pernapasan 1

description

definisi, jenis jenis pengeluaran dan faktor yang mempengaruhi oksigen

Transcript of Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

Page 1: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangOksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada

oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen sangat penting dalam kelangsungan hidup sel dan juga jaringan tubuh.oksigen diperlukan oleh jaringan untuk proses metalbolisme tubuh secara terus menerus, melalui metabolisme aerob yang prosesnya membentuk energy dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk bertahan hidup. Namun ada beberapa jaringan yang dapat bertahan tanpa oksigen melalui metabolism anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini menyediakan energy mereka sendiri tanpa adanya oksigen.

Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, selain oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.

B. Tujuan1. Mengetahui System pernapasan

2. Mengetahui mekanisme pernapasan

3. Mengetahui otot - otot pernapasan

4. Mengetahui pengaturan pernapasan

5. Mengetahui sistem hematologi

6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi oksigenasi

7. Mengetahui tipe kekurangan oksigen dalam tubuh

8. Mengetahui terapi oksigen

9. Mengetahui perubahan fungsi pernapasan

1

Page 2: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian OksigenasiOksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan

jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Sebagai hasilnya , terbentuklah karbon dioksida, energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di atmosfer,gas selain oksigen juga terdapat CO2 , N2, dan unsur lain seperti argon dan helium. Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia/fisika).

Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami konsep oksigenasi pada manusia.

B. Konsep Dasar Oksigenasi1. System pernapasan

Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya oksigen akn di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam proses metabolisme.Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, brokus utama, brokus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembapkan gas. Sedangkan fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat masuknya oksigen, berperan juga dalam proses difusi gas.

2

Page 3: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

a. RespirasiRespirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang terjadi di paru-paru mapun di jaringan. Fungsi utama yaitu untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel.1) Respirasi eksternal

Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di paru-paru dan kapiler pulmona dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan dengan paru-paru. Konsentrasi gas di atmosfer terdiri atas nitrogen (78,62%), oksigen (20,84%), karbon dioksida (0,04%), dan air (0,5%). Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing gas tersebut.Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas campuran (hukum gas). Dengan demikian, perbedaan konsentrasi gas mengakibatkan perbedaan tekanan parsial gas. Misalnya, konsentrasi oksigen di alveoli lebih tinggi dari konsentrasi di kapiler pulmonal , sehingga tekanan parsial gas juga lebih tinggi pula. Keadaan ini mengakibatkan pergerakan oksigen masuk ke kapiler pulmonal. Sementara itu, tekanan parsial karbon dioksida di alveoli lebih rendah dibandingkan di kapiler pulmonal sehingga karbon dioksida akan bergerak ke luar kapiler.

Respirasi eksternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini.a) Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi

mekanik yang disebut ventilasib) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler

pulmonal melalui proses difusi.c) Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru ke

seluruh tubuh dan sebaliknya.d) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler

jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru.2) Respirasi internal

merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi di mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk pertukaran gas antara kapiler sistematik dengan ke jaringan.Tekanan parsial oksigen (pO2) di jaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg.Dengan demikian,oksigen akan masuk dari kapiler sistemik ke jaringan sampai terjadi keseimbangan,sedangkan karbon dioksida akan bergerak dengan cepat masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung.

3

Page 4: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

b. Mekanisme pernapasanPernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari

dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer).

Proses bernapas merupakan proses yang kompleks dan tergantung pada perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan tekanan. Hubungan antara tekanan dan volume gas dinyatakan dalam hukum Boyle, yang menyatakan bahwa volume suatu gas bervariasi ,berlawanan, atau berbanding terbalik dengan tekanan pada temperatur konstan tekanan. Tekanan yang berperan dalam proses bernapas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal atau intraalveoli , dan tekanan intrapleura. Adanya perbedaan tekanan yang terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi leih besar atau mengecil.

1) Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara luar, besarnya sekitar 760 mmHg. Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer.

2) Tekanan intrapulmonal atau intraalveoli, yaitu tekanan yang terjadi dalam alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi perbedaan tekanan dengan atmosfer. Pada saat inspirasi, tekanan intrapulmonal 759 mmHg, lebih rendah 1 mmHg dari atmosfer dan pada saat ekspirasi tekanannya menjadi lebih tinggi +1 mmHg menjadi 761 mmHg. Tekanan intrapulmonal akan meningkat ketika bernapas maksimum, pada inspirasi perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi + 100 mmHg.

3) Tekanan intrapleura, adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu ruang antara pleura pleura parietalis dan viselaris. Besarnya tekanan ini kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar 756 mmHg pada pernapasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada inspirasi dalam atau kuat.

4

Page 5: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

c. Inspirasi Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang

paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot interkosta eksterna. Ketika diafragma berkontrasi, bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga toraks dan paru-paru. Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan intrapleura sehingga paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut gradien tekanan dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum inspirasi dimulai, tekanan intraalveolus sama dengan tekanan atmosfer atau selisihnya 0.

d. Ekspirasi Selama pernapasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada

kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks, membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru. Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Relaksasi diafragma dan otot interkosta eksterna mengakibatkan recoil elastis dinding dada dan paru sehingga terjadi penekanan tingkatan alveolus dan menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke atmosfer.

e. Otot - Otot PernapasanPerubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal,

khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga toraks dan rongga abdomen. Otot-otot utama pernapasan adalah diafragma dan otot-otot interkosta eksterna pada keadaan pernapasan normal. Otot-otot tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernapasan kuat, peningkatan pernapasan seperti otot interkosta eksterna, sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, transversus thoracis, eksternal dan internal obliquus, dan rektus abdominalis.1) Otot-otot yang digunakan pada inspirasi

Inspirasi adalah proses aktif dengan peran satu atau lebih otot-otot berikut.a) Otot diafragma, otot ini berbentuk lengkung pada keadaan tidak

berkontraksi. Pada saat kontraksi diafragma menjadi datar dan menekan isi abdomen sehingga rongga toraks menjadi membesar. Diafragma memegang perasaan besar kira-kira 75% dalam pernapasan normal.

b) Kontraksi dari otot-otot interkosta eksterna, membantu dalam inspirasi dengan mengangkat iga-iga sehingga rongga toraks menjadi membesar. Otot ini memegang peranan sekitar 25% dari volume udara masuk ke paru-paru pada pernapasan normal.

5

Page 6: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

c) Otot-otot aksesori, seperti otot interkosta interna , sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, tranversus thoracis, obliquus eksternal dan internal, serta rektus abdominalis, memegang peranan dalam peningkatan kecepatan dan jumlah pergerakan iga.

2) Otot-otot ekspirasiEkspirasi merupakan proses pasif atau aktif,tergantung aktivitas pernapasan. Ketika ekspirasi, otot-otot yang berperan adalah otot-otot berikut ini.a) Otot interkosta interna dan transversus untuk menurunkan iga dan

rongga toraks.b) Otot intraabdominalis, termasuk obliquus eksterna dan interna,

transversus abdominalis, dan rektus abdominalis, berperan dalam membantu otot interkosta internal untuk ekspirasi dengan menekan abdomen dan mengangkat diafragma.

f. Pertukaran dan transpor gas pernapasanPertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran

respiratori. Pernapasan adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida pada alveolus dan tingkat kapiler (pernapasan eksternal) dan sel dalam jaringan (pernapasan internal). Selama pernapasan,jaringan tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan.Udara yang kita butuhkan dari atmosfer untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh membutuhkan proses yang kompleks, yang meliputi proses ventilasi, perfusi, difusi ke kapiler , dan transportasi.

Tabel Peranan otot-otot respirasi

Otot Hasil kontraksi otot Waktu dan stimulasi kontraksi

Otot-otot inspirasi

Diafragma

Menurunkan posisi dan menekan ke bawah rongga perut,meningkatkan ruang toraks pada posisi vertikal.

Setiap inspirasi merupakan otot utama pada inspirasi.

Interkosta eksterna

Mengangkat tulang-tulang iga keatas dan keluar , membesarkan rongga

toraks ke depan , belakang dan kesamping/sisi.

Setiap inspirasi,merupakan peran sekunder membantu

otot diafragma.

Otot leher(skalenus sternokleidomastoideus)

Mengangkat sternum,meningkatkan iga,dan meningkatkan

rongga toraks pada posisi vertikal.

Hanya pada inspirasi kuat,merupakan otot

aksesori.

6

Page 7: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

Otot-otot Ekspresi

Otot abdominal

Meningkatkan tekanan intraabdomen dengan

mendesak diafragma ke atas dan menurunkan

rongga toraks pada posisi vertikal.

Hanya selama ekspirasi aktif, dengan kekuatan.

Interkosta interna

Mendatarkan toraks dengan menarik iga ke bawah, menurunkan

dimensi depan belakang, dan sisi rongga toraks.

Hanya selama ekspirasi aktif.

Sumber: Sherwood,2001

1) Ventilasi, adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga kekuatan yang berperan dalam ventilasi, yaitu : compliance ventilasi dan dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus, dan dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat dapat

diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume dan tekanan pada paru-paru. Struktur paru-paru yang elastis memungkinkan paru-paru dapat meregang dan mengempis menimbulkan perbedaan tekanan dan volume, sehingga udara dapat keluar masuk paru-paru.

b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus memengaruhi kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II. Pada bayi prematur surfaktan berkurang dan dapat menyebabkan infant respiratory distress syndrome.

c) Otot-otot pernapasan.Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot pernapasan untuk mengembangkan rongga toraks.

2) Difusis adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paru-paru antara oksigen dan karbon dioksida melewati 6 rintangan (barier), yaitu : melewati surfaktan , membran alveolus, cairan interstitial, membran kapiler, plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen berdifusi masuk dari alveolus ke darah dan karbon dioksida berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon dioksida didifusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi keempatan difusi adalah sebagai berikut.a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan

maka semakin cepat pula proses difusi.

7

Page 8: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

b) Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi makasemakin cepat difusi melewati membran.

c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka semakin cepat proses difusi.

d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan membran paru.Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat pula difusi terjadi.Misalnya,karbon dioksida koefisiennya 20,3; oksigen 1; dan nitrogen 0,53; maka karbon dioksida adalah gas yang paling cepat terjadi difusi.

3) Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk ke arteri pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua (kanan atau kiri) selanjutnya masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas.

Sirkulasi pulmonal mempunyai tekanan sistemik yang rendah, sehingga memungkinkan banyak terjadi pertukaran gas sebelum masuk ke atrium kiri. Kekuatan utama distribusi perfusi dalam paru-paru adalah gravitasi, tetapi juga dipengaruhi oleh tekanan arteri pulmonal dan tekanan alveolus.

Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada keadekuatan ventilasi dan perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi alveolar (V) dan perfusi (Q). Pada orang dewasa yang normal, sehat dan dalam keadaan istirahat; ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya sekitar 5,0 liter/menit. Dengan demikian,rasio ventilasi dan perfusi adalah :

Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Apabila terjadi penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio V/Q meningkat, berarti proses pertukaran gas akan meningkat. Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (V/Q) dapat terjadi karena tidak adekuatnya ventilasi atau perfusi atau keduanya.

g. Volume dan Kapasitas Paru-ParuPengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran gas dan fungsi paru.

8

Ventilasi (V) = 4,0 liter/menit = 0,8

Perfusi (Q) =5,0 liter/menit

Page 9: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

1) Volume parupengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru selama berbagai siklus pernapasan. Aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru. Volume udara yang masuk dan keluar paru-paru sekali bernapas disebut volume tidal. Besarnya total volume pertukaran udara antara sistem pernapasan dengan udara luar/atmosfer selama satu menit disebut ventilasi pulmonal. Dengan demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung pada volume tidal dan jumlah pernapasan per menit. Jika rata-rata volume tidal sekitar 500ml dan jumlah pernapasan 12 kali per menit maka besarnya ventilasi pulmonal 500 ml x 12 sama dengan 6000 ml/menit. Namun demikian, tidak semua udara yang masuk ke alveolus terjadi pertukaran gas. Sekitar 150 ml dari volume tidal terperangkap dalam ruang mati dan dikeluarkan kembali pada saat ekspirasi.

Dengan demikian, dari besarnya ventilasi pulmonal 6000 ml/menit,hanya 4200 ml yang mengalami pertukran gas di alveolus. Pengukuran jumlah pertukaran udara selama bernapas di ukur dengan menggunakan spirometer. Volume paru-paru terdiri atas berikut ini.

a) Volume tidal (vt), yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat sekali bernapas normal, besarnya sekitar 500 ml atau 5-10 ml/kg BB.

b) Volume dengan cadangan inspirasi (VCI), yaitu jumlah udara yang dapat dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal jumlahnya sekitar 3000 ml.

c) Volume cadangan ekspirasi (VCE), merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan sekuat-kuatnya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar 1100 ml.

d) Volume resitu (VR), merupakan volume udara yang masih dapat tersisa setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200 ml.

2) Kapasitas ParuPengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru, terdiri atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas total paru.a) Kapasitas Vital (KV), adalah total jumlah udara maksimum yang dapat

dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Jumlahnya penambahan Volume Tidal (TV), volume cadangan inspirasi (vci), dan volume cadangan respirasi = 500 ml + 3000 ml + 1100 ml= 4600 ml.

b) Kapasitas Inspirasi (KI), merupakan total jumlah Volume Tidal (VT) dan Volume Cadangan Inspirasi (VCI), jumlahnya sekitar 3500 ml/

9

Jumlah pernapasan per menit x (volume tidal – ruang mati).Jika pernapasan 12x/menit x (500 ml-150 ml) =4200 ml/menit.

Page 10: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

c) Kapasitas Residual Fungsional (KRF), merupakan jumlah udara sisa setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual (VR) dengan volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2300 ml.

d) Kapasitas Total Paru (KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat ditampung dala paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital (KV) ditambah dengan volume residual (VR) sekitar 5800 ml.

h. Pengaturan PernapasanPengendalian dan pengaturan pernapasan dilakukan sistem persarafan, mekanisme kimia,dan mekanisme non-kimia.1) Pengendalian pernapasan oleh sistem persarafan

Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks serebri, medulla oblongata, dan pons.

a) Korteks SerebriKorteks serebri berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan menahan napas, misalnya pada saat bicara atau makan.

b) Medulla OblongataTerletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan otomatis atau spontan. Pada medulla oblongata terdapat dua kelompok neuron, yaitu : Dorsal Respiratory Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla, dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada ventrolateral medulla. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernafasan. Kedua kelompok neuron ini dibedakan saat pernafasan tenang dan pernafasan kuat. Saat pernafasan tenang atau normal aktivitas DRG meningkat sekitar 2 detik dan memberikan stimulasi pada otot inspirasi sehingga terjadi proses inspirasi. Setelah 2 detik, neuron DRG kembali tidak aktif dan otot inspirasi rileks dan ekspirasi terjadi. Saat pernafasan kuat terjadi peningkatan aktivitas neuron yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot aksesori inspirasi. Setelah inspirasi selesai, secara otomatis terjadi ekspirasi dengan menstimulasi otot-otot aksesori.

c) PonsPada pons terdapat dua pusat pernapasan, yaitu pusat apneutik dan pusat pneumotaksis. Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah mengoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan implus pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat penumotaksis menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi dihentikan dan terjadi ekspirasi. Fungsi dari pusat pneomotaksis membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula.

10

Page 11: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

2) Kendali kimiawi Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan ke dalam pernapasan yang sudah di set oleh pusat pernapasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari sensor yang disebut kemoreseptor. Ada dua jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla, dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. a) Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon

dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal, peningkatan ion hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan ke dalam pernapasan.

b) Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen. Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida, dan peningkatan ion hidrogen, maka pernapasan menjadi meningkat.

3) Pengaturan oleh mekanisme non- kimiawiBeberapa faktor non-kimiawi yang mempengaruhi peraturan pernapasan diantaranya pengaruh baroreseptor, peningkatan temperatur tubuh, hormon epinefrin, dan reflek Hering- Breuer.a) Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta-atrium, ventrikel,

dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi. Menurutnya, tekanan darah arteri di bawah tekanan arteri rata-rata akan akan menstimulasi pernapasan.

b) Peningkatan temperatur tubuh, misalnya karena demam atau olahraga, maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi.

c) Hormon epinefrin, peningkatan hormon epinefrin akan meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi.

d) Refleks Hering-Breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor renggangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktivitas neuron inspirasi. Dengan demikian, refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktivitas berat.

C. Sistem Hematologi

11

Page 12: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen.1. Transpor oksigen

Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen dibawah ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi sistematik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawah dalam darah melalui dua jalur yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin (HB) sekitar 97% dan larut melalui plasma sekitar 3%. Hemoglobin merupakan molekul yang mengandung empat subunit protein globular dan unit heme.setiap molekul hb dapat mengikat empat molekul oksigen dan membentuk ikatan oxy-hemoglobin (Hb O2) dengan reaksi :

Hb+O2 ↔Hb O2

Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen sangat besar.presentasi hemoglobin yang mengandung oksigen disebut satu rasi hemoglobin. Jika semua melokul hb dapat mengikat oksigen, maka satu rasinya menjadi 100%. Jika rata-rata setiap hb membawa dua molekul oksigen,maka satu rasinya menjadi 50%. Ada beberapa faktor yang memperngaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen, diantaranya tekanan parsial oksigen dalam darah(pO2), Ph darah, temparatur, dan aktivitas metabolisme dalam sel darah merah.a. Hemoglobin dengan pO2

Peningkatan dan penguraian oksigen dengan hemoglobin merupakan reaksi yang refersibel. Jika Po2 meningkat, maka reaksi akan bergeser ke kanan, ini berarti makin banyak oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Jika po2

menurun maka reaksi akan bergeser ke kiri, berarti banyak oksigen yang dilepaskan oleh hemoglobin dengan demikian jika po2 meningksat maka satu rasi Hb juga meningkat, tetapi jika po2 menurun maka satu rasi Hb menurun karena banyaknya oksigen yang dilepas. Misalnya pada tekanan oksigen di alveolus sekitar 100 mmHg, sehingga satu rasi Hb di kapiler pulmonal sangat tinggi sekitar 97,5%. Hubungan antara po2 dengan satu rasi hemoglobin memberikan mekanis regulasi otomatis dari kebutuhan oksigen tubuh. Jaringan yang tidak aktif membutuhkan lebih sedikit oksigen dibandingkan jaringan yang aktif.Pada hemoglobin fetal, ikatan oksigen dengan hemoglobin sangat kuat dan pada po2 yang sama Hb fetal mengikat oksigen lebih banyak. Oksigen masuk ke fetal melalui pembuluh darah plsental ibunya.darah dari ibu mempunyai po2 relatif lebih rendah antara 35-50 mmHg. Jika sampai ke plasenta, po2 menjadi 40 mmHG dengan satu rasi hemoglobin 75%. Satu rasi hemoglobin pada ibu hamil kurang dari 60%, dan satu rasi Hb fetal lebih dari 80%.

b. Hemoglobin dan pH Keadaan ph darah memengaruhi saturasi hemoglobin. Jika ph nya turun atau dalam keadaan asam, maka saturasinya menjadi turum.misalnya pada ph 7,4-7,2, maka saturasinya menjadi sekitar 75-60 %, berarti molekul hb akan melepaskan 20% lebih oksigen pada jaringan perifer.

c. Hemoglobin dan temperatur

12

Page 13: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

Perubahan temperatur berakibat pada saturasi hemoglobin. Pada temperatur yang meningkat, Hb melepaskan lebih banyak oksigen. Namun demikian, efek temperatur hanya signifikan pada jaringan aktif yang menghasilkan panas, seperti pada otot skeletal aktif, darah menjadi hangat dan hemoglobin melepaskan banyak oksigen.

d. Hemoglobin dan aktifitas metabolisme selPeningkatan metabolisme sel akan mempengaruhi peningkatan konsumsi oksigen, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Misalnya pada peningkatan hormon tiroid, hormon pertumbuhan, epinefrin, dan androgen.

2. Transpor karbon dioksidaKarbon dioksida merupakan metabolisme aerob pada jaringan perifer. Normalnya sekitar 200 ml karbon dioksida diproduksi setiap menit. Telah masuk ke peredaran darah, CO2 ditransportasikan melalui tiga jalur,yaitu :a. terlarut dengan plasma sekitar 7-8%.b. berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaninohemoglobin atau (HbCO2 )

sekitar 25-30%.c. Sekitar 60-70% berikatan dengan air membentuk asam karbonat, lalu dengan

cepat akan dipecah menjadi ion hidrogen(H+) dan ion dikarbonat dengan bantuan enzim karbonik anhidrase.

D. Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi 1. Faktor fisiologi

Faktor fisiologi terdari dari :a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran

napas bagian atas.c. Hipovelemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2

terganggu.d. Meningkatnya metabolime seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil dan lain-

lain .e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,

obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru.

2. Faktor PerkembanganFaktor perkembangan terdiri dari :a. Bayi prematur, yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.b. Bayi dan toddler, adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.d. Dewasa muda dan pertengahan,diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan

stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.

13

Page 14: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

3. Faktor PerilakuFaktor perilaku mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi, antara lain :a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,gizi

yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b. Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

koroner.d. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake

nutrisi-Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.

e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan oksidasi, antara lain :a. Tempat kerja (polusi).b. Temperatur lingkungan.c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.

E. Tipe Kekurangan Oksigen dalam TubuhJika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai sebagai

manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan gagal napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dan oksimetri.1. Hipoksemia

Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal. Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah ,dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hopoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.

2. HipoksiaMerupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan.penyebab lain hipoksia adalah :a. Menurunnya hemoglobin.b. Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada pada puncak

gunung.c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida.d. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada

pneumonia e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.f. Perusakan atau gangguan ventilasi

14

Page 15: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta clubbing finger.

3. Gagal napas Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol sistam penapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, ganggun metabolisme, kelmahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.

4. Perubahan pola napasPada keadaan normal, frekuensi penapasana pada orang dewasa sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea. Perubahan pola napas daapat berupa :

a. Dispnea, yaitu kesulitan napas, misalnya pada pasien dengan asma.b. Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.c. Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari

24x/menit.d. Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi

kurang dari 16 x/menit.e. Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sma,

sehingga pernapaan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus dan uremia.

f. Cheyne – stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudia berangsur – angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

g. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.

F. Perubahan Fungsi Pernapasan 1. Hiperventilasi

Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh :a. Kecemasan;b. Infeksi atau sepsis;c. Keracunan obat-obatan;d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik.Tanda –tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, dan tinitus.

15

Page 16: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

2. Hipoventilasi Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).Tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiak arrest.

G. Terapi OksigenTerapi okesigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun 1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach pada tahun 1920 untuk pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru obstruktif kronik. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2¿21%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2¿60mmHg atau SaO2¿90%.Indikasi terapi ksigen diberikan pada :1. perubahan frekuensi atau pola napas;2. perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan (V/G);3. hipoksemia;4. menurunnya kerja napas;5. menurunnya kerja miokard;6. trauma berat.Pemberian oksigen/terapi oksigen dapat dilakukan melalui metode berikut ini.

1. Sistem aliran rendahPemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditunjukan pada pasien yang membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernapas normal, karena teknik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi atau tidak konstan, sangat dipengaruhi oleh aliran, reservoir, dan pola napas pasien. Contoh pemberian oksigen dengan aliran rendah adalah sebagai berikut.a. Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan

konsentrasi oksigen 24-44%.b. Sungkup muka sederhana(simple mask), diberikan kontinu atau selang-seling 5-

10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki kantong

yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8-12 liter/menit, dengan konsentrasi 60-80%.

d. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Sungkup ini mempunyai dua katup; 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12 liter/menit, dengan konsentrasi oksigen 80-100%.

16

Page 17: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

2. Sistem Aliran TinggiSistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya; warna biru 24%, putih 28%, jingga atau orange 31%, kuning 35%, merah 40% dan hijau 60%.

17

Page 18: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian1. Riwayat keperawatan

a. Masalah pernapasan yang pernah dialami1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan 2) Pernah mengalami batuk dengan sputum3) Pernah mengalami nyeri dada4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas

b. Riwayat penyakit pernapasan1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dll?2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?

c. Riwayat kardiovaskuler1) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah

d. Gaya hidup1) Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan perokok

2. Pemeriksaan fisika. Mata

1) Konjungtiva pucat (karena anemia)2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)3) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli lemak atau endocarditis)

b. Kulit 1) Sianosis periver (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah periver)2) Sianosis secara umum (hipoksemia)3) Penurunan turgor (dehidrasi)4) Edema5) Edema periorbital

c. Jari dan kuku1) Sianosis 2) Clubbing finger

d. Mulut dan bibir1) Membran mukosa sianosis2) Bernapas dengan mengerutkan mulut

e. Hidung1) Pernapasan dengan cuping hidung

f. Vena leher1) Adanya distensi atau bendungan

18

Page 19: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

g. Dada1) Retrasi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,

dyspnea, atau obstruksi jalan pernapasan)2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan3) Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara atau suara

melewati saluran atau rongga pernapasan)4) Suara napas normal (vesicular bronkovesikular, bronkial)5) Suara napas tidak normal (crakles/rales, ronki, wheezing,

frictionrub,/pleural friction)6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,dullness)

h. Pola pernapasan1) Pernapasan normal2) Pernapasan cepat3) Pernapasan lambat

3. Pemeriksaan penunjanga. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung

1) EKG2) Exercise stress test

b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah1) Echocardiography2) Kateterisasi jantung3) Angiografi

c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi1) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri2) Tes astrup3) Oksinetri4) Pemeriksaan darah lengkap

d. Melihat struktur system pernapasan1) Foto toraks (X-ray)2) Bronkoskopi3) CT Scan paru

e. Menentukan sel abnormal atau infeksi system pernapasan1) Kultur apus tenggorok2) Sitology3) Specimen sputum (BTA)

B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi 1. Tidak efektifya pola pernapasan

Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.Kemungkinan berhubungan dengan:a. Obstruksi trakealb. Perdarahan aktifc. Menurunnya ekspansi parud. Infeksi paru

19

Page 20: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

e. Depresi pusat pernapasanf. Kelemahan otot pernapasanKemungkinan data yang ditemukan:a. Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasanb. Dispneac. Penggunaan otot tambahan pernapasand. Suara pernapasan tidak normale. Batuk disertai dahakf. Menurunnya kapasitas vitalg. KecemasanKondisi klinis kemungkinan terjadi pada:a. Penyakit kanker, infeksi pada dada;b. Pengguanaan obat dan keracunan alcohol;c. Trauma dadad. Myasthenia gravis, Guillian Barre Syndrome.Tujuan yang diharapkana. Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif.b. Data objektif menunjukkan pola pernapassan yang efektif.c. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas.

No INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan oksigen sesuai program Mempertahankan oksigen arteri 2. Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot

bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD

Mengetahui status pernapasan

3. Laksanakan program pengobatan Meningkatkan pernapasan 4. Posisi psien lowler Meningkatkan pengembangan paru 5. Bantu dalam terapi inhalasi Membantu mengeluarkan secret 6. Alat-alat emergensi disiapkan dengan baik Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang

akut 7. Pendidikan kesehatan:

a. Perubahan gaya hidupb. Menghindari alergenc. Teknik bernapasd. Teknik relaksasi

Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

20

Page 21: Makalah Keperawatan Dasar Oksigenasi

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanOksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan

jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-menerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, selain oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.

Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer).

Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen, yang berperan yaitu: transpor oksigen dan transpor karbon dioksida.

Adapun tipe kekurangan oksigen dalam tubuh yaitu: Hipoksemia, yaiut keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal. Hipoksia, merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan. Gagal napas, merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen dan perubahan pola napas.

21