asuhan keperawatan ckd

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE) Kelompok 1 Amalina Andriani Cholifah Tri W. Dewi Trisnawati Hafis Muhsin

description

sistem perkemihan asuhan keperawatan ckd

Transcript of asuhan keperawatan ckd

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

Kelompok 1Amalina AndrianiCholifah Tri W.Dewi TrisnawatiHafis Muhsin

DEFINISI

CKD (Chronic Kidney Disease) atau gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah. (Arif Muttaqin)

ETIOLOGI 1. Penyakit dari ginjal

a. Penyakit pada glomerulus (glomerulonefritis).

b. Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.

c. Batu ginjal: nefrolitiasis.

d. Kista di ginjal: polcystis kidney.

e. Trauma langsung pada ginjal.

f. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/struktur

2. Penyakit umum di luar ginjala. Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi,

kolestrol tinggi.b. SLE.c. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis.d. Obat-obatan.e. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka

bakar).

PATOFISIOLOGI patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan,

penanganan garam, serta penimbunan zat- zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi di ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progesif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respons dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh.

MANIFESTASI KLINIS1. Ginjal dan gastrointestinal

Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan turgor kulit, kelemahan, dan mual.

2. KardiovaskulerBiasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomiopati, gagal jantung.

3. Respirtion systemBiasanya terjadi edema pulmonal, nyri pleura, sesak napas.

4. IntegumenKulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan dan kering.

5. NeurologisBiasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, kram otot dan refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,

6. EndokrinBisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorhea, gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma

7. HematopoitiecTerjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia

8. MuskuloskeletalNyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis

Pemeriksaan Diagnostik Foto polos abdomen Intra vena pielografi (IPV) USG Renogram EKG

Pemeriksaan Laboratorium Laju Endap Darah Ureum dan kretinin Hiponatremi Hipokalsemia dan hiperfosfatemia Hipokalsemia alkaline Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia Peninggian gula darah Hipertrigliserida Asidosis metabolic

TERAPI FARMAKOLOGI

Obat-obatan yang digunakan untuk terapi gagal ginjal kronis mencakup:

1. Diuretik lengkung seperti furosomid (jika fungsi ginjal masih ada sedikit)

2. Antihipertensi.3. Antiemetik.4. Antagonis reseptor histamine-2 seperti famotidin.5. Suplemen besi dan folat atau infus eritrosit (RBC).6. Eritropoietin sitetik.7. Antipruritik, seperti trimeprazin.8. Aluminium hidroksida.9. Vitamin suplemen, terutama vitamin B dan D, dan asam

amino esensial.

KOMPLIKASI

1. Penyakit tulang2. Penyakit kardiovaskuler3. Anemia4. Disfungsi seksual

WOC

Klik

ASUHAN KEPERAWATAN

PengkajianAnamnesa Identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama

dll. Keluhan utama : yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine

output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit.

Riwayat Kesehatan Sekarang : kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan sistem ventilasi, fatigue, bau urea pada napas.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, benign prostatic hyperplasia, dan prostatektomi.

Riwayat kesehatan keluarga : Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehinggga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter.

PEMERIKSAAN FISIK

1. B1 (Breathing) Aroma napas pasien berbau amonia. Respon uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi.

2. B2 (Blood)Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT>3 detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema penurunan perfusi perifer skunder dari penurunan curah jantung akibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot ventrikel.

3. B3 (Brain)Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless syndrome, kram otot, dan nyeri otot.

LANJUTAN.........4. B4 (Badder)

Penurunen urine output <400ml/hari sampai anuri, terjadi penuruna libido berat.

5. B5 (Bowel)Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau mulut amonia, peradangan mukosa ,mulut, dan ulkus saluran cerna shingga sering didapatkan penurunan intake dari kebutuhan.

6. B6 (Bone)Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium, pada kulit, jaringan lunak, dan sendi keterbatasan gerak sendi.

Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan frekuensi, irama jantung, beban kerja jantung meningkat.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan impuls saraf dan resiko tinggi kejang.

3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:kompensasi melalui alkalosis respiratorik.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal, supan cairan dan natrium berlebihan.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan penyakit kronis gagal ginjal.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi dan pruritus.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan gaya hidup kurang gerak.

8. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan, ancaman kematian.

INTERVENSI 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, gangguan frekuensi, irama jantung, beban kerja jantung meningkat.Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1X24 jam diharapkan keadaan pasien akan mempunyai haluaran urine, berat jenis urin, blood urea nitrogen (BUN) dan kreatin plasma dalam batas normal.Hasil NOC:

Tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu arah, dan pada tekanan darah yang sesuai melalui pembuluh darah besar aliran sistemik dan pulmonal.

Keadekuatan darah melalui pembuluh darah kecil visera untuk mempertahankan fungsi organ.

Keadekuatan aliran darah yang melalui pembuluh darah kecil ekstermitas untuk mempertahankan fungsi jaringan.Intervensi NIC:

1. Berikan dukungan temporer sirkulasi melalui penggunaan alat atau pompa mekanis.

2. Tingkatkan keadekuatan perfusi jaringan pasien yang mengalami gangguan fungsi pompa jantung.

3. Tingkatkan keadekuatan perfusi jaringan pasien yang mengalami gangguan volume intravaskular berat.

4. Kumpulkan dan analisis data kardiovaskular, pernapasan dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan mencegah komplikasi.

ANALISA JURNAL

Dalam jurnal Ejournalkeperawatan (e-Kp) Volume 1 Nomor 1 Agustus 2013 yang berjudul “mekanisme koping pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di rumah sakit prof. dr.r.d kandou manado”. Setiap pasien yang menjalani hemodialisis pada pasien penyakit ginjal kronik sangat berpengaruh terhadap keadaan dan kondisi pasien baik fisik maupun psikisnya, perasaan takut adalah ungkapan emosi dari pasien yang paling sering diungkapkan.

Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh keyakinan dari diri sendiri,serta perlindungan dari orang terdekat, khususnya keluarga dalam hal menumbuhkan kembali kepercayaan diri dan kondisi psikis yang baik.

ASPEK LEGAL ETIK

Menghargai otonomi (facilitate autonomy) Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/perilaku dan tujuan hidup individu. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut rencana pilihannya sendiri.

Non- maleficence Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada pasien. Perawat melakukan prosedur keperawatan dengan benar sehingga pasien terhindar dari hal yang merugikan.

ANALISA

Pasien laki-laki usia 45 tahun bekerja sebagai seorang kariawan swasta datang dengan keluhan utama urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit. Sebelumnya pasien sudah menderita gagal ginjal akut.Dokter menyarankan untuk melakukan hemodialisa karena hemodialisa merupakan alternative yang dapat memperbaiki keadaan kesehatan pasien. Sebelum melakukan tindakan hemodialisa sebelumnya ada yang disebut dengan informed consent. Informed consent adalah lembar persetujuan yang berisi suatu kesepakatan/ persetujuan pasien atas upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien mendapat informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk menolong dirinya, disertai informasi mengenai segala resiko yang mungkin terjadi.

MEMBUAT KEPUTUSAN

Hemodialisa akan dilakukan dengan persetujuan pasien dan keluarga pasien setelah diberi penjelasan tentang masalah penyakit, alternative yang dilakukan serta efek yang timbul jika tidak dilakukan hemodialisa ataupun efek setelah dilakukannya hemodialisa (informed consent). Karena sesuai dengan hak pasien, pasien berhak mengambil keputusan atas alternative yang akan dilakukan pada dirinya. Agar pasien bersedia melakukan tindakan hemodialisa dan pengobatan seorang perawat harus memberikan pendidikan terkait dengan kesehatan pasien maupun untuk pengetahuan keluarga pasien. Agar tidak terjadi kesalahan selama (malpraktik) pelaksanaan asuhan keperawatan.Seorang perawat apabila ingin mengatakan kebenaran harus melihat kondisi dan situasi pasien terlebih dahulu, berbicara kekeluargaan dan apabila ingin mengkonfirmasikan sesuatu sebaiknya kepada keluarga (informed consent). Sehingga dalam hal ini seorang perawat harus mengedepankan aspek legal etik.

TERIMAKASIH.......