Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

27
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SALURAN PENCERNAAN “DEMAM THYPOID” Tugas mata kuliah : Keperawatan Anak II Dosen Pengampu : Titis Sensussiana,S.Kep.,Ns. DISUSUN OLEH : ASEP AMINUDDIN K.004.008.002 IKA ARIYATININGSIH K.004.008.008 MIATUN KHIKMAH K.004.008.009 RATIH KARTIKAWATI K.004.008.010 EKA ANGUDI UTAMI K.005.009.023 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DUTA GAMA KLATEN 2011 1

description

f

Transcript of Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

Page 1: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SALURAN

PENCERNAAN “DEMAM THYPOID”

Tugas mata kuliah : Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Titis Sensussiana,S.Kep.,Ns.

DISUSUN OLEH :

ASEP AMINUDDIN K.004.008.002

IKA ARIYATININGSIH K.004.008.008

MIATUN KHIKMAH K.004.008.009

RATIH KARTIKAWATI K.004.008.010

EKA ANGUDI UTAMI K.005.009.023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DUTA GAMA KLATEN

2011

1

Page 2: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa

kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan

dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan teman-teman.

10 April 2011

Penyusun

2

Page 3: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

DAFTAR ISI

Halaman judul.................................................................................................................

Kata Pengantar...................................................................................................................2

Daftar isi............................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan.............................................................................................................4

A. Latar belakang........................................................................................................4

B. Tujuan penulisan....................................................................................................4

Bab II Tinjauan Teori.........................................................................................................5

a. Definisi.......................................................................................................5

b. Etiologi........................................................................................................5

c. Tanda dan Gejala.........................................................................................6

d. Manifestasi klinis.........................................................................................7

e. Patofisiologi.................................................................................................7

f. Pathway........................................................................................................8

g. Pemeriksaan penunjang...............................................................................8

h. Asuhan keperawatan....................................................................................9

i. Komplikasi.................................................................................................14

j. Diet makanan.............................................................................................15

k. Terapy obat-obatan....................................................................................15

l. Cara pencegahan........................................................................................15

Bab III Penutup..................................................................................................................17

A. Kesimpulan............................................................................................................17

B. Saran......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3

Page 4: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam tifoid terdapat di seluruh dunia dan penyebarannya tidak

tergantung pada iklim, tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang

berkembang di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena penyediaan air bersih,

sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang kurang baik. Di Indonesia

demam tifoid jarang dijumpai secara epidemic, tetapi lebih sering bersifat

seporadis, terpencar-pencar di suatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari

satu kasus pada orang-orang serumah. Demam tifoid dapat di temukan sepanjang

tahun. Insiden tertinggi didapatkan pada anak-anak dan tidak ada perbedaan yang

nyata anatra insidensi demam tifoid pada wanita dan pria. Tifoid Abdominalis

adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan

gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan

dan gangguan kesadaran. Gejala kilnis pada anak biasanya lebih ringan jika

dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10 sampai 20 hari.

Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodroma, yaitu perasaan tidak

enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Relaps dapat terjadi

pada minggu ke-2 setelah suhu badan normal kembali. Komplikasi pada usus

halus jarang terjadi,akan tetapi sering fatal, yaitu perdarahan usus, perforasi usus

dan peritonitis. Komplikasi diluar usus dapat terjadi oleh karena lokalisasi

peradangan akibat sepsis, terjadinya infeksi sekunder, masukan makanan yang

kurang atau suhu tubuh yang tinggi.

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan pada

anak dengan Demam Thypoid ini adalah :

1. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan penunjang dari demam typhoid.

2. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan kasus Demam typhoid

dan dapat melaksanakannya dengan baik.

4

Page 5: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

1. Tifoid  adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

Salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman

yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi

kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

2. Tifoid adalah penyakit infeksi  usus halus, Tifoid disebut juga paratyphoid

fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman,

1996).

3. Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman Salmonella thypi dan Salmonella para thypi A,B,C. Sinonim dari

penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah

Noer, 1996 ).

4. Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman Salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 1999 ).

5. Tifoid adalah suatu penyakit usus yang menimbulkan gejala-gejala

sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhosa, Salmonella type

A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

6. Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai

dengan bakterimia, perubahan  sistem retikuloendotelial yang bersifat

difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum.

(Soegeng Soegijanto, 2002).

7. Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit

kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran

dari limpa, hati atau kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

5

Page 6: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

B. Etiologi

Penyebab  tifoid dan  paratifoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi B dan

S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997) ada dua sumber penularan

Salmonella typhi yaitu pasien dengan  tifoid dan pasien dengan carier. Carier

adalah orang yang sembuh dari  tifoid dan masih terus mengekresi salmonella

typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

C. Tanda dan gejala

Gejala klinis

Pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan

orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi

secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan

saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan

dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri

kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang

meningkat. Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,

berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung,

bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan

tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak

lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001). Menjelang akhir minggu

pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

Gambaran Klinik

6

Page 7: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

D. Manifestasi klinis

Masa tunas typhoid 10 – 14 hari

a. Minggu I

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.

Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,

batuk, epitaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu II

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang

khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,

penurunan kesadaran.

E. Patofisiologi

Penularan Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal

dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),

Fly(lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat

menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat

ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang

akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang

memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang

7

Page 8: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui

mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian

distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman

berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel

retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke

dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk

limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala

toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan

penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan

penyebab utama demam typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis

typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan

pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Masa inkubasi

demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari)

bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi

penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)

F. Pathway

8

Page 9: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

G. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap. Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula

leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun

tanpa disertai infeksi sekunder.

2.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT. SGOT dan SGPT

sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan

SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus

3.  Pemeriksaan Uji Widal. Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya

antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam Tifoid. Akibat

adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi

(aglutinin) yaitu:

9

Page 10: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

a. Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh

bakteri

b. Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela

bakteri

c. Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai

bakteri.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk

diagnosis demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar

kemungkinan menderita demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

H. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian pada anak dengan demam Tifoid

1.      Riwayat keperawatan

2.     Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama

pada malam hari,nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,

penurunan kesadaran

b. Diagnosa Keperawatan demam Tifoid

1.    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Salmonella thypi

2.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan

dengan kurang informasi atau informasi yang tidak adekuat

c. Intervensi Keperawatan

10

Page 11: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi Salmonella thypi

Tujuan : Hipertermi teratasi

Kriteria hasil : Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan

dan tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.

Intervensi :

a. Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien,

beri kompres dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha,

temporal bila terjadi panas

b. Anjurkan pada keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap

keringat seperti katun, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti

piretik.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu

makan, mual, dan kembung.

Tujuan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi

Kriteria hasil : Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai

bising usus/peristaltik usus normal (6-12 kali per menit) nilai

laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir tidak

pucat.

Intervensi:

a. Kaji pola nutrisi klien

b. Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien

c. Anjurkan tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut

d. Timbang berat badan tiap hari

11

Page 12: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

e. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

f. Catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi lambung,

g. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan

laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin

h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik seperti (ranitidine).

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau

informasi yang tidak adekuat

Tujuan: Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil: Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan

gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.

Intervensinya:

a. Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya,

b. Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien

c. Beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti

d. Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat

e. Pilih berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan

demonstrasi dan tanyakan apa yang tidak di ketahui klien

f. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

d.Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan

untuk klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital

stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi

12

Page 13: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi

tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya

Perencanaan Keperawatan anak dengan demam Tifoid

1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

a. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia

b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

c. Beri minum yang cukup

d. Berikan kompres air hangat

e. Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat

f. Pemberian obat antipireksia

g. Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

a. Menilai status nutrisi anak

b. Ijinkan anak  untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi anak saat selera makan

anak meningkat.

c. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

d. Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan

teknik porsi kecil tetapi sering

e. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan

dengan skala yang sama

f. Mempertahankan kebersihan mulut anak

13

Page 14: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

g. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk

penyembuhan penyakit

h. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika

pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi

anak.

3. Mencegah kurangnya volume cairan

a. Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap

4 jam

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak

elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan

mukosa kering, bibir pecah-pecah

c. Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama

dan dengan skala yang sama

d. Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

e. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible

Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin.

f. Memberikan antibiotik sesuai program (Suriadi & Rita Y, 2001)

Rencana keperawatan

1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi

2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari  untuk mengelola makanan

3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.

4. Penderita memerlukan istirahat

5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat (Samsuridjal D dan Heru

S, 2003)

14

Page 15: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak.

7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping

8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut

9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan. (Suriadi &

Rita Y, 2001)

10. Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk

mencegah komplikasi perdarahan usus.

11. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila

ada

I. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perforasi usus

3) Ilius paralitik

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),

miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma

uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan

arthritis.

15

Page 16: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

7) Komplikasi neuropsikiatrik :delirium,meningitis, polineuritis

perifer,sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

c. Komplikasi perdarahan.

J. Diet makanan yang diberikan untuk pasien anak-anak :

1) Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.

2) Pada  penderita yang akut dapat diberi bubur saring.

3) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.

4) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama

7 hari.

K. Terapy Obat-obatan.

1) Klorampenikol

2) Tiampenikol

3) Kotrimoxazol

4) Amoxilin dan ampicillin

L. Cara pencegahan

Pencegahan dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari

toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari

minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air mentah,

rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

16

Page 17: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu infeksi yang menyerang di sistem pencernaan pada anak salah satunya

adalah Demam Thypoid. Infeksi ini disebabkan oleh Salmonella thyposa yang

menginfeksi pada bagian usus halus anak. Tindakan Keperawatan yang dapat kita

lakukan antara lain : memantau suhu tubuh pasien, mempertahankan intake

makanan yang masuk, dan menjelaskan proses penyakit yang terjadi pada pasien

tersebut.

B. Saran

Makalah ini kami tujukan untuk mahasiswa keperawatan sekalian agar :

1. Menambah wawasan mahasiswa keperawatan tentang penyakit demam

typhoid

2. Mengetahui cara penatalaksanaan yang dilakukan untuk membuat asuhan

keperawatan yang baik.

3. Dan terakhir semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

17

Page 18: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:n41HUkL_Pk4J:www.medical-journal.co.cc/2010/03/askep-pada-anak-dgn-thypoid.html+askep+demam+thypoid+pada+anak&cd=35&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id

Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

 Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.

Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

 Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

  Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta. 2003.

  Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

   Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

18

Page 19: Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Saluran Pencernaan

  Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawata pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

19