INFEKSI SALURAN PENCERNAAN
-
Upload
c-lock-armin-awaliah-nurul -
Category
Documents
-
view
153 -
download
6
Embed Size (px)
Transcript of INFEKSI SALURAN PENCERNAAN

LOGOLOGO
KELOMPOK III
INFEKSI SALURAN PENCERNAAN

MUH. AL ASRIN F1F111037 IRMANAYA SARI F1F111041 AMALIAH PUTRIANTI F1F111043 FADILA SYAFRANI F1F111047 MULIANI DIADI F1F111049 WA ODE SRI RAHMAWATI F1F111051 CERIA ATIKA FAJRIATI F1F111053 DINO SUHARNO F1F111055 LA ODE ABDUL SALIM F1F111057 ANDI IQMAL JAYAPUTRA F1F111058 PUTRI AGUSTIANI F1F111061 MUHAMMAD ADHA F1F111063 NASYRAH MUSABAR F1F111065

DEFINISI
Sistem pencernaan adalah sistem organ yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian sisa proses tersebut dari tubuh.
Infeksi saluran cerna adalah infeksi pada saluran pencernaan meliputi infeksi virus, infeksi bakteri dan infeksi parasit.
Infeksi saluran pencernaan antara lain diare, tukak lambung (maag) , konstipasi (sembelit) dan parotitis, disentri dan sebagainya. Salah satu infeksi pencernaan yang paling sering didengar adalah diare.
Gambar saluran pencernann manusia

lanjutan
Gastroentritis (Diare) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita.
Akut diare yang timbul dengan tiba-tiba dan
berlangsung selama beberapa hari

EPIDEMIOLOGI
Dehidrasi dari infeksi gastrointestinal adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia.Tahun 1992 sampai 2000, rata-rata
kejadian diare untuk semua anak berusia kurang dari 5 tahun adalah 3,2
periode/anak/tahun. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya
meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik karena diare.Profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10
penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan menempati urutan pertama
pada pasien rawat inap di rumah sakit.Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan
angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk
semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur
balita adalah sekitar 4 per 1000 balita.
Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. Soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871
penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan
dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227
(19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi.

PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis (Diare) dapat terjadi karena invasi virus, disentri basiler,
ulkustumor, zat iritan, makanan yang merangsang peristaltic (teralu
pedas, asam, tinggi serat, dan lemak)dan juga racun.
Usus akan meningkatkan peristaltic sebagai mekanisme
pertahanan untuk mengeluarakan benda asing dari dalam saluran dan perncernaan.
Dengan meningkatnya motilitas sehingga sejumlah besar cairan akan
menyapu agen infeksi kearah anus. Pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini kedepan
sehingga tingkat kotoran dari traktus intestinal bersih dari agen infeksi.

lanjutan
Faktor Infeksi • Mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi
peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat.
Faktor Malabsorbsi
• Makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat.
Faktor Makanan
• Makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus.
Faktor Psikologis
• Adanya rangsangan simpatis dan terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas.
• Hipermotilitas menyebabkan peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas menyebabkan pertumbuhan bakteri.
Penyebab gastroenteritis :

lanjutan
Gejala dehidrasi Kerusakan mukosa usus
Gejala gastroenteritis :

TANDA DAN GEJALA KLINISPenyakit Penyebab Gejala-gejala Pencegahan Tanda-tanda
Diare Infeksi oleh virus atau bakteri
Keracunan makanan (dapat dirasakan saat memakan makanan,tetapi makanan yang terkontaminasi biasanya kelihatan dan terasa normal)
Tertular dari orang yang diare
Kejang-kejang Pusing-pusing, muntah-muntah Demam
Dehidrasi
Meminum air (3-4 L sehari), lebih baik mengandung gulaMemakan makanan yang mengandung garamMenghindari konsumsi makanan yang mengandung susu untuk beberapa hari pemulihan Memakan sayur-sayuran yang telah direbus Orang yang dengan luka bakar ditangannya,sebaiknya tidak menyiapkan makanan
Muntah darahNanah Tidak mampu untuk minum disebabkan oleh muntah-muntahDehidrasi, tanda-tandanya air seni yang sedikit dan berwarna gelap,pusing dan haus Pusing-pusingDiareh yang parah pada anak-anak dan orang tua Diare berkelanjutan lebid dari1-2 minggu

lanjutan
KLASIFIKASI TANDA DAN GEJALA
Tak ada dehidrasi Tak ada tanda dan gejala dehidrasi :- Keadaan umum baik, sadar- Tanda vital (tekanan darah,suhu,nadi,pernapasan) dalam batas normal
Dehidrasi tak berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut :- Gelisah- Mata cekung- Air mata kurang- Haus (minum banyak)- Mulut dan bibir sedikit kering- Cubitan kulit perut kembali lambat- Tangan dan kaki hangat
Dehidrasi berat Dua atau lebih tanda-tanda berikut :- Kondisi umum lemas- Kesadaran menurun-tidak sadar- Mata cekung- Air mata tidak ada- Tidak mampu untuk minum- Mulut dan bibir kering- Tangan dan kaki dingin
Tabel tanda dan gejala Diare berdasarkan klasifikasinya

SASARAN DAN STRATEGI TERAPI
1 •Ketidakseimbangan cairan
2 •Keluhan/gejala pasien (misalnya : demam, nyeri perut dll)
3 •Factor penyebab diare (bakteri, virus, parasit)
4 •Komplikasi (disentri, demam tifoid)
Sasaran terapi

lanjutan
Terapi non farmakologi
Mengonsumsi makanan yang bersih dan bergizi
Istrahat yang cukup
Minum air putih atau cairan untuk mengganti kehilangan cairan
Cuci tangan setiap sesudah buang air besar atau sebelum menyediakan makanan
Strategi Terapi

lanjutan
Tabel Antibiotik empiris untuk Diare Infeksi Bakteri

PENATALAKSANAAN
Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan• Jenis cairan yang
akan digunakan• Jumlah cairan yang
akan diberikan • Kembali makanan
semula secara bertahap, setelah dehidrasi hilang
Memberikan terapi simptomatik• Pemberian anti
motilitas seperti loparmid diberikan dalam jangka pendek (1-2 hari saja) dengan jumlah sedikit.
• Pemberian antiemetik seperti Metoklopropamid menimbulkan kejang
• Pada penderita diare mungkin disertai denganLactose intolerance, hindari makanan/ minuman yang mengandung susu sapi dan hindari makanan yang pedas atau banyak mengandung lemak.
Memberikan terapi defenitif• S.aureus:
Kloramfenikol 4x500 mg/ hari
• Salmonellosis: Ampisilin 4x1g/ hari atau Kortimoksazol 2x2 tab atau Gol. Fluoroquinolon seperti Siprofloksasin 2x500 mg selama 3-5 hari
• Virus : simtomatik dan suportif
Terapi • Obat-obatan Anti
Sekresi : Asetosal dosis 25 mg / hari dengan dosis minimal 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari
• Obat Spasmolitik : Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, tidak boleh di gunakan
• Obat Antibiotik : Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas.

EVALUASI OBAT
Indikasi•Sebagai alternatif untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionnaire, sifilis, uretritis non gonokokus, prostatis kronik, akne vulgaris, dan profilaksis difetri dan pertuasis.
Efek samping •Mual, muntah, nyeri perut, diare, urtikaria, ruam dan reaksi alergi lainnya, gangguan pendengaran yang reversibel pernah dilaporkan setelah pemberian dosis besar, ikaterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri dada).
Dosis•Oral : Dewasa dan anak-anak di atas 8 tahun : 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5 – 1 g tiap 12 jam (lihat keterangan di aatas) ; pada infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4g/hari. Anak sampai 2 tahun : 125 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat dosis dapat digandakan. Akne : 250 mg dua kali sehari, kemudian satu kali sehari setelah 1 bulan
MAKROLIDA

lanjutan
Mekanisme kerja
•Tetrasiklin akan berikatan secara reversibel dengan subunit 30S dan mencegah terbentuknya ikatan tRNA-aminoasil pada komleks mRNA-ribosom. Hal ini, mencegah tRNA sebagai pembawa asam amino berikut untuk memperpanjang rantai peptida dan berakibat terhentinya sintesa protein.
Indikasi•eksaserbasi bronkitis kronis, bruselosis, klamidia, mikro-plasma dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulgaris, bruselosis (kombinasi engan tetrasiklin), sinusitis kronis, prostatitis kronis,penyakit radang pelvis (bersama metronidazol)
Efek samping
•lihat tetrasiklin, boleh digunakan oada gangguan fungsi ginjal, tidak dianjurkan pada porfiria
Dosis•200 mg ada hari pertama, kemudian 100 mg perhari. Pada infeksi berat 200 mg per hari. Akne : 50 mg per hari selama 6-12 minggu atau lebih lama
GOLONGAN TETRASIKLIN : DOKSISIKLIN

lanjutan
Mekanisme kerja
•obat ini bekerja menghambat sinesi protein kuman dengan cara berikatan pada ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan rantai peptida. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap kuman yang peka seperti riketsia, klamidia, mikoplasma dan beberapa strain kuman gram positif dan gram negative.
Indikasi•Kloramfenikol merupakan antiiotik dengan spektrum luas, namun bersifat toksis.obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat Haemophilus influenzae demam tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.
Efek samping
•kelainan darah yang reversibel dan irreversibel seperti anemia aplastik (dapat belanjut menjadi leukimia), neuritis, muntah, diare, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nocturnal
Dosis•oral, injeksi intravena aau infus : 50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis (pada infeksi berat seperti septikemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera diturunkan bila terdapat perbaikan klinis). Anak : epilogitis hemofilus, mengitis purulenta, 50-100 mg/kg/hari dalam dosis terbagi ; Bayi dibawah 2 minggu : 25 mg/kg/hari (diabgi dalam 4 dosis). 2 minggu-1 tahun, 0 mg/kg/hari (dibagi 4 dosis)
GOLONGAN TETRASIKLIN : KLORAMFENIKOL

lanjutan
Mekanisme kerja
• berinteraksi dengan DNA tenyebabkan perubahan struktur helik DNA dan putusnya rantai sehingga sintesa protein dihambat dan kematian sel.
Indikasi
• infeksi protozoa, infeksi anaerob (termasuk gigi)
Efek samping • mual, muntah, gangguan pengecapan, lidah kasar, gangguan saluran cerna, ruam urtikaria dan angioudem, kadang-kadang timbul rasa lesu, mengantuk pusing, ataksia, urin berwarna gelap dan anafilaksi. Neuritis perifer pada penggunaan jangka panjang, serangan epilepsi transien, leukopenia.
Dosis•infeksi anaerob (biasanya selama 7 hari) oral, dosis awal 800 mg, kemudian 400 mg tiap 8 jam atau 500 mg tiap 8 jam, rektal, 1 gram tiap 8 jam selama 3 hari, kemudian 1 gram tiap 12 jam. Infus intravena : 500 mg tiap 8 jam. Anak : untuk semua cara pemberian : 7,5 mg/kg tiap 8 jam
METRONIDAZOL

MONITORING
Monitoring dilakukan setelah penggunaan antibiotik habis. (Monitoring konsistensi tinja)
Apabila terapi antibiotik tidak memberikan respon maka dilakukan monitoring terhadap pemeriksaan kultur tinja, untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi, sehingga dapat digunakan antibiotik yang tepat dan spesifik.
Konsultasi, Informasi & Edukasi Pasien (KIE)

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang harus diminum.
Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapi non farmakologi guna menunjang keberhasilan terapi.
Memberikan informasi kepada pasien mengenai efek samping yang bisa muncul.
Bila belum membaik konsultasikan ke dokter.
Memberitahukan kepada pasien cara pencegahan dan penatalaksanaan diare secara tepat agar tidak terulang kembali.

CONTOH KASUS
Bapak BB (40 tahun) menderita diare. Selama seharian buang air besar (BAB) sebanyak 3 kali, mencret dan berlendir. Dia juga mengeluhkan mules diperutnya. Hasil pemeriksaan fisik :
•TD : 117/80 (normal 120/80)•Nadi : 70x/menit (normal 60-100x/menit)•Tugor kulit : normal, •Ekstrimitas : hangat•Suhu badan : 37,5° C (normal 37° C)
Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya leukosit dalam tinjanya. Riwayat alergi : golongan betalaktam dan turunannya.
1. Uraian Kasus

lanjutan
• SUBYEKTIFNama : Bapak BBUmur : 40 thn Jenis kelamin : laki-laki Keluhan :selama sehariaan buang air
besar (BAB) sebanyak 3 kali, mencret dan berlendir.
2. Penyelesaian Kasus

lanjutan
• OBYEKTIF

lanjutan
• ASSIGMENTBerdasarkan keluhan dan pemeriksaan
laboratorium pasien mengalami diare spesifik yang mana adanya infeksi yang diakibatkan karena adanya bakteri, parasit dan virus yang dapat didiagnosa karena adanya leukosit dalam tinja pasien. Diare yang diderita pasien merupakan diare akut yang mana kejadiannya mendadak dan pasien mengalami kurang dari 2 minggu. Dan pasien tidak mengalami dehidrasi karena tidak adanya keluhan yang menandakan pasien termasuk kategori dehidrasi.

lanjutan
Tujuan Terapi
• Mencegah dehidrasi
• Menyembuhkan diare
• Mencegah bertambah parahnya diare
• Mencegah kekambuhan
Sasaran Terapi
• Mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan elektrolit
• Menghilangkan faktor penyebab diare
Strategi Terapi
•Terapi Non Farmakologi: memperbanyak meminum air putih, menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, menghindari soda dan minuman tinggi kadar glukosa.•Terapi Farmakologi: Oralit 400ml setiap setelah BAB hingga konsistensi tinja pasien normal, Tablet ciprofloxacin, 500 mg 2x sehari selama 5 hari, diminum sebelum makan.
Analisa Kerasionalan Obat
• Tepat Indikasi• Tepat obat• Tepat Pasien• Tepat dosis• Waspada
terhadap efek samping obat
• PLANNING

lanjtutan

lanjtutan

lanjtutan
