saluran pencernaan
-
Upload
nia-suddin -
Category
Documents
-
view
667 -
download
7
Embed Size (px)
Transcript of saluran pencernaan

“SISTEM PENCERNAAN”
OLEH :
KURNIAWATI HESLI PRATIWI
10.2009.238
KELOMPOK B4
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
1

2009
Kata Pengantar
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis mengharapkan makalah
ini dapat berguna bagi para pembaca.
Atas perhatiannya penulis ucapakan limpah terima kasih.
Jakarta, 24 Juli 2010
Penulis
2

Daftar Isi
Kata pengantar.................................................................................................2
Daftar isi..........................................................................................................3
Pendahuluan....................................................................................................4
Latar belakang.................................................................................................4
Tujuan penulisan.............................................................................................4
Metode penulisan............................................................................................4
Pembahasan.....................................................................................................5
Skenario kasus.................................................................................................5
Identifikasi istilah............................................................................................5
Anatomi pencernaan........................................................................................6
Histologi pencernaan.......................................................................................14
Fungsi sistem pencernaan................................................................................18
Mekanisme pencernaan...................................................................................22
Enzim dan hormon pencernaan.......................................................................27
Penutup............................................................................................................31
Kesimpulan......................................................................................................31
Daftar pustaka..................................................................................................32
3

BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan,
penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari mulut sampai
anus. Perlu di ketahui bagaimana saluran pencernaan bekerja agar kita tahu cara untuk dapat
menjaga pencernaan kita selalu sehat. Melaui saluran pencernaan, manusia bisa menerima
dan memanfaatkan makanan yang sudah di makan untuk di proses lebih lanjut dan di
gunakan secara maksimal oleh tubuh kita. Untuk lebih jelasnya, kita akan membahasnya di
dalam makalah ini.
Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
Untuk mengetahui struktur makroskopik saluran pencernaan
Untuk mengetahui struktur mikroskopik saluran pencernaan
Untuk mengetahui fungsi dari setiap organ pencernaan
Untuk mengetahui mekanisme saluran pencernaan
Untuk mengetahui enzim dan hormon apa saja yang bekerja dalam sistem pencernaan
Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode penulisan kepustakaan.
4

BAB II
PEMBAHASAN
Skenario kasus :
Seorang pria 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan keluar darah dari duburnya dan merasa
lemas. Keluhan tersebut dialaminya sejak 3 bulan yang lalu. Pasien suka makan yang pedas-
pedas dan tidak suka makan sayuran sehingga BAB-nya keras dan harus mengedan terlebih
dahulu.
Identifikasi Istilah
Tidak ada istilah yang tidak di ketahui
5

I. Anatomi saluran pencernaan
Saluran pencernaan makanan secara umum terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut
: mulut – pharynx (tekak) – oesophagus (kerongkongan) – ventrikulus/gaster (lambung)
– usus halus – colon (usus besar) – anus.
A. Mulut (Oris)
Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu :
1. Bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, dan
pipi.
2. Bagian rongga mulut (bagian dalam), yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya
oleh tulang maxillaris, pallatum, dan mandibularis. Disebelah belakang
bersambung dengan faring.
Di mulut ada beberapa bagian yang perlu di ketahui yaitu antara lain :
1. Palatum
Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Palatum durum (palatum keras), yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maxillaris dan lebih ke belakang terdiri dari 2 tulang
palatum.
b. Palatum mole (palatum lunak), terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput
lendir.
2. Rongga mulut
a. Gigi
Manusia memiliki 2 susunan gigi yaitu gigi primer dan gigi sekunder.
- Gigi primer, di mulai dari ruang diantara dua gigi depan yang terdiri dari
dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), dan untuk total
keseluruhan 20 gigi.
- Gigi sekunder, terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar
(bicuspid) dan tiga geraham (tricuspid), untuk total keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 (dua) macam, yaitu :
6

- Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
- Gigi tetap (gigi permanen), tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah
b. Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan di lapisi oleh selaput lendir,
diletakkan pada frenulum lingua. Dibagian belakang lidah terdapat epiglotis.
3. Kelenjar ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus
wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ludah (saliva) dihasilkan didalam rongga
mulut, yang disarafi oleh saraf-saraf tak sadar (involunter).
Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu :
a. Kelenjar parotis, letaknya di bawah depan dari telinga diantara processus
mastoid kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni.
b. Kelenjar sub maxillaris (sub mandibular), terletak di bawah rongga mulut
bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga
mulut dekat dengan frenulun lingua. Ukuran kurang lebih sebesar kacang
kenari.
c. Kelenjar sub lingualis, letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut
bermuara didasar rongga mulut.1
B. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(oesophagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
7

kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Disini terletak persimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, yang letaknya di belakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Jalan udara dan jalan makanan pada faring terjadi penyilangan. Jalan udara masuk ke
bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke
belakang dari jalan nafas dan didepan dari ruas tulang belakang.
Makanan melewati epiglotis lateral melalui recessus piriformis masuk ke oesophagus
tanpa membahayakan jalan udara.1
C. Oesophagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung, panjang sekitar
9 sampai dengan 25 cm dengan diameter sekitar 2,54 cm, mulai dari faring sampai
pintu masuk kardiak di bawah lambung. Oesophagus berawal pada area
laringofaring, melewati diaphragma dan hiatus oesophagus. Oesophagus terletak di
belakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui toraks menembus
diaphragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.1-3
D. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri yang
berhubungan dengan oesophagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diaphragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
8

Lambung terbagi menjadi beberapa regio, yaitu :
1. Fundus ventikuli, bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri dari
osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2. Korpus ventrikuli, setinggi ostium kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
3. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk sphincter pylorus.
4. Kurvatura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari ostium
kardiak sampai ke pylorus.
5. Kurvatura major, lebih panjang dari kurvatura minor, terbentang dari sisi kiri
osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke
pylorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas
kurvatura major sampai ke limfa.
6. Osteum kardiakum, merupakan tempat di mana oesophagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pylorik.1-3
E. Usus halus
Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar, yang merupakan
tuba terlilit yang merentang dari sphincter pylorus sampai katup ileosekal, tempatnya
menyatu dengan usus besar. Susunan usus halus :
1. Duodenum
organ ini disebut juga usus 12 jari panjangnya 25-30 cm, berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pancreas yang menghasilkan
amilase. Duodenum merupakan bagian yang terpendek dari usus halus.
2. Jejunum
Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya kurang lebih 1-1,5 m.
9

3. Ileum
Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang 2-2,5 m.
Lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan
perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk berbentuk kipas dikenal sebagai
mesenterium (penggantung usus). Ujung bawah ileum berhubungan dengan
caecum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,
orifisium ini di perkuat oleh sphincter, ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat
katup valvula seikalis atau valvula baukini.2,3
F. Hati (Hepar)
Organ yang paling besar di dalam tubuh kita, warnanya coklat dan beratnya 1500
kg. Letaknya di bagian atas dalam rongga abdomen disebelah kanan bawah
diaphragma. Hepar terletak di quadran kanan atas abdomen, di bawah diaphragma
dan terlindungi oleh tulang rusuk (costae), sehingga dalam keadaan normal (hepar
yang sehat tidak teraba). Hati menerima darah dari teroksigenasi dari arteri hepatica
dan darah yang tidak teroksigenasi tetapi kaya akan nutrien vena porta hepatica.
1. Pembagian hati
Hati di bagi atas 2 lapisan utama, yaitu :
a. Permukaan atas berbentuk cembung, terletak di bawah diaphragma.
b. Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fissura transversus
dan fissura longitudinal yang memisahkan belahan kanan dan kiri dibagian
atas hati, selanjutnya hati dibagi 4 bagian yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus
kaudata, dan lobus quadratus.
2. Pembuluh darah pada hati
Hati mempunyai 2 jenis peredaran darah yaitu :
10

a. Arteri hepatica, yang keluar dari aorta dan memberi 80% darah pada hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95-100% masuk ke hati akan membentuk
jaringan kapiler setelah bertemu dengan kapiler vena, akhirnya keluar sebagai
vena hepatica.
b. Vena porta, yang terbentuk dari lienalis dan vena mesenterika superior
menghantarkan 20% darahnya ke hati, darah ini mempunyai kejenuhan 70%
sebab beberapa O2 telah di ambil oleh limfe dan usus. Darah berasal dari vena
porta bersentuhan erat dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah
pembuluh sinusoid darah atau kapiler hepatika. Pembuluh darah halus
berjalan di antara lobulus hati disebut vena interlobuler.2
G. Kantung Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot, letaknya
dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati sampai pinggir depannya,
panjangnya 8-12 cm berisi 60 cm3. Empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati
memasuki kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan
kiri. Ductus hepatica menyatu untuk membentuk ductus hepatica communis yang
kemudian menyatu dengan ductus sisticus dari kantung empedu dan keluar dari hati
sebagai duktus empedu communis. Duktus empedu communis bersama dengan
duktus pancreas bermuara di duodenum atau di alihkan untuk penyimpangan di
kantung empedu.1,4
H. Pancreas
Pancreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar di balik kurvatura besar
lambung. Pancreas juga memiliki kelenjar, yang di sebut kelenjar pancreas.
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah
panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum sampai ke limfa dan
11

beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebra lumbalis I dan II di
belakang lambung.1
I. Usus Besar
Usus besar merupakan bagian akhir dari proses pencernaan. Panjangnya kurang
lebih 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar adalah
selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat.
Ukurannya lebih besar daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendics
apeploica. Serabut otot longitudinal dalam muskulus externa membentuk tiga pita,
taenia coli yang menarik colon menjadi kantong-kantong besar yang disebut haustra.
Di bagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara usus halus dan usus
besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk merespon gelombang peristaltik,
sehingga memungkinkan kimus mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran
sebanyak 500 ml/hari. Usus besar terdiri dari caecum, colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, colon sigmoid, rectum dan canalis ani serta sphincter
ani.1-3
J. Peritonium
Merupakan membran tipis, halus, dan lembab pada rongga abdomen dan
menutupi organ-organ abdomen serta terdiri dari membran serosa rangkap.
Peritoneum terbagi menjadi dua yaiu :
1. Peritoneum parietalis, yang melapisi dinding rongga abdomen.
2. Peritoneum visceralis, yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga
abdomen.
Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritonial atau kantung
peritonium. Pada laki-laki berupa kantung tertutup dan pada perempuan berupa
saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritonium. Didalam perotonium
banyak terdapat lipatan atau kantung. Lipatan besar (omentum major) banyak
terdapat lemak yang terdapat di sebelah depan lambung. Lipatan kecil (omentum
minus) meliputi hati, kurvatura minor dan lambung berjalan ke atas dinding abdomen
dan membentuk mesenterium usus halus.1,4
K. Rectum
Panjangnya 12-15 cm. rectum merupakan lanjutan dari colon sigmoideum yang
memanjang dari vertebra S3 sampai anus. Setinggi vertebra S3 taenia colon
12

sigmoideum berubah menjadi lapisan otot polos longitudinal dan appendices
epiploica menghilang. Lengkung pada rectum:
1. Pada bidang sagital :
a. Flexura sacralis→sesuai dengan lengkung os sacrum.
b. Flexura perinealis :
- Cembung ke depan sesuai dengan os. Coccygeus
- Letaknya ± 4cm dari anus
2. Pada bidang frontal :
a. Cembung keatas : setinggi vertebrae S3-4
b. Cembung kekiri: setinggi articulation sacro coccygeus
Bagian-bagian rectum berdasarkan bentuknya:
- Pars ampularis recti (bagian yang melebar)
- Pars analis recti (bagian yang menyempit/ pendek)
Hubungan rectum dengan peritoneum:
- 1/3 proximal : tertutup peritoneum (bagian anterior dan lateral)
- 1/3 tengah : sebagian tengah tertutup oleh peritoneum
- 1/3 distal: tidak tertutup peritoneum
Pendarahan
1. Arteri
- A.rectalis superior
Arteri ini merupakan cabang dari a.mesenterica inferior yang berfungsi untuk
memperdarahi rectum bagian proximal.
- A.rectalis media
Merupakan cabang dari a.vesicalis inferior/a. iliaca interna dan berfungsi
untuk memperdarahi rectum bagian tengah dan distal dan canalis analis.
- A.rectalis inferior
Arteri ini merupakan cabang dari a.pudenda interna yang keluar dari canalis
pundendali (alcock) melalui fossa ischiorectalis. Arteri ini berfungsi untuk
memperdarahi otot dan kulit sekitar anus.
13

Ketiga arteri di atas akan saling beranatomosis dan membentuk circulasi collateral.
2. Vena
Darah dari rectum akan di alirkan melalui:
- V. rectalis superior→v.mesenterica inferior
- V. rectalis media → v.vesicalis inferior → v.iliaca interna → v.iliaca
communis → v.mesenterica inferior
- V. rectalis inferior → v.iliaca interna → v.iliaca communis→ v.mesenterica
inferior
Semua darah yang masuk ke dalam v.mesenterica inferior akan di masukkan
kedalam v.porta.2
II. Histologi saluran pencernaan
Sesuai dengan kasus yang kita bahas, permasalahan utama adalah di mulai dari usus
halus sampai ke anus. Untuk itu makalah ini akan membahas lebih jelas yang mengarah
pada kasus.
A. Duodenum
Tunika mukosa diliputi epitel selapis torak yang mempunyai mikrovil (brush
borders). Di antara sel epitel ada sel goblet yang jumlahnya di sini belum begitu
banyak. Tunika mukosa membentuk vilus intestinalis yang gemuk-gemuk. Lamina
propira terdapat di bawah epitel vilus intestinalis maupun di sekitar kriptus
Lieberkuhn. Di dasar kriptus dapat ditemukan sel Paneth, suatu sel berbentuk
kerucut dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat
granula kasar berwarna merah. Tunika muskularis mukosa tidak ikut membentuk
vilus intestinal. Lapisan ini sering terlihat terpenggal-penggal karena ditembusi
perluasan massa kelenjar Brunner. Tunika submukosa dipenuhi kelenjar Brunner.
Tunika mukosa dan submukosa bersama-sama membentuk plika sirkularis
Kerckringi. Artinya, pada stiap plika sirkularis terdapat banyak vilus intestinalis.
Pleksus submukosus Meissneri juga dapat ditemukan di sini. Tunika muskularis
sirkularis dan longitudinalis, diantaranya terdapat pleksus mienterikus Auerbachi.
Tunika adventisia berupa jaringan ikat jarang. Tunika mukosa. Pada pylorus,
epitelnya selapis torak dan pada duodenum epitelnya juga selapis torak tetapi sudah
mulai terdapat sel goblet di antara sel-sel epitelnya. Pada pylorus terdapat foveola
14

gastrika, sedangkan pada duodenum terdapat vilus intestinali. Pada pylorus terdapat
kelenjar pylorus di dalam lamina propria, sedangkan pada duodenum terdapat
kriptus Lieberkuhn, berupa kelenjar tubulosa simpleks. Dadang pada lamina propria
tampak nodulus limfatikus. Tunika submukosa. Pada pylorus tidak terdapat kelenjar,
sedangkan di duodenum dipenuhi kelenjar Brunner yang merupakan kelenjar
tubulosa bercabang dan bergelung dan bersifat mukosa. Tunika muskularis. Pada
pylorus, tunika muskularis sirkularis tebal,sedangkan di duodenum biasa. Tunika
muskularis longitudinalis gambarannya sama padakeduannya. Tunika
serosa/adventisia. Sama seperti lambung.5
B. Jejunum
Tunika mukosa jejunum gambarannya mirip duodenum tetapi vilus intestinalisnya
lebih langsing dan sel gobletnya lebih banyak. Sel paneth lebih mudah dikenali.
Tunika submukosa di sini tidak mengandung kelenjar. Hanya terdiri atas jaringan
ikat jarang dengan pleksus Meissneri di dalamnya. Lapisan ini juga ikut membentuk
plika sirkularis Kerckringi. Tunika muskularis susunannya sama seperti duodenum.
Tunika serosa berupa jaringan ikat jarang.
C. Ileum
Tunika mukosa mirip dengan jejunum, tetapi sel goblet jauh lebih banyak. Di dalam
lamina propria terdapat kelompokan nodulus limfatikus yang membentuk bangunan
khusus disebut plaque Peyeri. Kelompokan nodulus limfatikus ini sering terlihat
meluas ke dalam tunika submukosa sehingga sering menjadikan tunika muskularis
mukosa terpenggal-penggal.
Tunika submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang dengan pleksus Meissneri di
dalamnya. Di sini juga tidak terdapat kelenjar. Plika sirkularis Kerckringi tampak
lebih pendek disbanding yang terdapat pada duodenum maupun jejunum. Tunika
muskularis, gambarannya sama seperti duodenum dan jejunum. Tunika serosa juga
terdiri atas jaringan ikat jarang.6,7
D. Apendik vermiformis (Umbai cacing)
Tunika mukosa seperti juga usus lainnya, epitel mukosanya adalah epitel selapis
torak yang mempunyai sel goblet sangat banyak. Bagian usus ini tidak mempunyai
vilus, yang ada hanya kriptus Lieberkuhn saja. Di dalam lamina propria terdapat
banyak nodulus limfatikus, memenuhi sekeliling dindingnya. Tunika muskularis
mukosa juga dapat dikenali di sini.
15

Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang tanpa kelenjar dan terdapt banyak
sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria. Tunika muskularis tetap tampak
membentuk dua lapisan seperti pada usus lainnya, sekalipun garis tengah appendix
kecil. tunika adventisia/serosa organ ini juga sepadan dengan yang lain.7
E. Kolon rectum
Tunika mukosa bagian usus besar ini seperti juga usus lainnya dilapisi epitel
selapis torak. Usus besar tidak mempunyai vilus. Epitel sebagian besar terdiri atas
sel goblet. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di dalam lamina
propira. Tunika muskularis mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan tunika
submukosa. Tunika submukosa rectum terdiri ada jaringan ikat jarang yang di
dalamnya juga dapt ditemukan pleksus Meissneri. Tunika muskularis yang sirkular
mempunyai susunan seperti biasa.7
F. Peralihan rectum anus
Tunika mukosa. Peralihan perubahan epitel, dari epitel selapis torak dengan sel
goblet menjadi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang semakin ke distal
dapat dijumpai adanya lapisan tanduk. Kriptus tidak terlihat lagi di daerah anus.
Nodule limfatisi dapat ditemuka dalam lapisan ini.
Tunika muskularis mukosa tidak terlihat lagi setelah masuk daerah anus. Lamina
propira digantikan oleh dermis. Tunika submukosa berupa jaringan ikat jarang yang
menjadi satu dengan jaringan ikat jarang lamina propria pada tempat pertemuannya
dengan anus dan akhrinya digantikan oleh dermis dan hypodermis.
Tunika muskularis yang melingkar pada daerah rectum menebal membentuk otot
sirkular yaitu m. sfingter ani internus. Lapisan otot longitudinal tidak mengalami
perubahan. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang.6-8
G. Hepar, Pancreas, dan Vesica Velea
Ketiga organ ini disebut kelenjar besar saluran cerna, yang bersama dengan saluran
cerna menjadi bagian dari sistem pencernaan. Hati dan pankreas memang kelenjar
dan bahkan kelenjar ganda yaitu eksokrin dan endokrin, tetapi kandung empedu
sebenarnya bukan kelenjar, melainkan sebuah kantong tempat menyimpan empedu
sementara. Namun demikian kandung empedu tetap dibahas bersama dengan
kelenjar besar pencernaan.5
1. Hepar
Dalam mempelajari lobules klasik hati, pada sajian histology biasanya berbentuk
polygonal. Sisi bidang ini merupakan batas lobules yang dibentuk oleh jaringan
16

ikat longgar (jaringan ikat interlobular). Jaringan pembatas lobules ini tidak
selalu jelas pada setiap sajian. Pada sajian hati babi, jaringan ini lebih jelas
terlihat, tetapi pada sajian hati manusia atau tikus, batas jaringan ini seakan-akan
tidak ada jika tidak diamati dengan cermat.5
Perhatikan vena sentralis hepatis, biasanya terletak di tengah lobules. Diluar vena
sentralis terdapat deretan sel hati yang tersusun radier mengarah ke jaringan
interlobular. Di antara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang
nantinya bermuara ke dalam vena sentralis. Muaranya tidak selalu terlihat jelas,
karena tidak selalu terpotong. Dinding sinusoid berupa selapis sel endotel yang
terlihat melekat pada deretan sel hati. Sel endotel sinus ini berbentuk gepeng
dengan inti yang gepeng juga dan mempunyai kromatin padat. Pada beberapa
sajian dapat dilihat sebuah sel dengan inti yang berkromatin tidak terlalu padat,
sitoplasma bercabang-cabang dan menempel pada dinging sinusoid di
seberangnya. Dalam sitoplasmanya mungkin dapat dilihat benda-benda asing
yang telah difagosiot, sel ini disebut sel Kupffer. Tanpa adanya benda asing ini
sulit untuk memastikan bahwa yang terlihat itu benar-benar sel Kupffer.
Sel hati berbentuk polygonal dengan inti bulat atau sedikit loncong dan kromatin
agak padat. Dapat di temukan sel hati berinti dua.
Saluran Herring merupakan saluran empedu atau duktus biliaris intralobuluaris.
Letaknya di tepi lobules, dindingnya sebagian dibatasi oleh sel hati dan sebagian
lagi oleh epitel selapis kubis. Saluran ini pendek sehingga sering sukar dicari.
Dinding dalam jaringan interlobularis heptis, dapat ditemukan duktus biliaris
yang dindingnya terdiri atas epitel selapis kubis atatu berlapis kubis tergantung
pada besarnya saluran. Pada salah satu sudut jaringan interlobular biasanya dapat
ditemukan saluran empedu yaitu duktus biliaris, cabang arteri hepatica atau a.
interlobularis hepatis (suatu arteriol) dan cabang vena porta atau v. interlobularis
hepatis (suatu venula). Daerah ini disebut segitiga Kiernan yang sebenarnya
adalah kolom jaringan ikat yang kurang lebih berbentuk prisma tiga sisi. Karena
itu sering juga disebut sebagai kanalis portal atau portal tract. Di sini kadang-
kadang ditemukan vena yang lebih besar disebut vena sublobularis hepatis.3
2. Vesika Velea
Tunika mukosa organ ini dilapisi epitel selapis torak yang biasanya tidak
mempunyai sel goblet. Epitel bersama lamina propria membentuk lipatan mirip
vilus intestinalis. Di dalam lamina propria terdapat sejumlah bangunan bulat atau
17

lonjong yang dilapisi epitel yang sama dengan epitel mukosa. Ini adalah potongan
lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky-Aschoff. Dinding vesika velea tidak
mempunyai tunika muskularis mukosa.
Tunika muskularisnya terdiri ats berkas-berkas otot polos yang tidak teratur
seperti otot polos pada dinding usus.
Tunika serosa/adventisia terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada daerah yang
berhadapan dengan jaringan hati kadnag-kadang dapat dijumpai sisa saluran
keluar empedu yang rudimenter, disebut duktus aberans Luschka.3
3. Pankreas
Sepintas kelenjari ini mirip kelenjar parotis. Kelenjar pankreas merupakan
kelenjar ganda, terdiri atas kelenjar eksokrin yang terpulas lebih gelap dan bagian
endokrin yang lebih pucat.
Bagian eksokrin kelenjar pankreas mirip dengan kelenjar parotis karena pars
terminalisnya berupa asinus. Dalam asinus sering dapat dijumpai sel sentroasinar
yang membatasi lumen asinus. Sel ini merupakan awal dinding duktus
interlakaris yaitu saluran keluar kelenjar yang terkecil. Saluran ini pada awalnya,
dindingnya berupa epitel selapis kubis atau selapis kubis rendah. Duktus
sekretorius (intralobular)lebih sedikit jumlahnya daripada yang terdapat dalam
kelenjar parotis. Adanya sel sentroasinar dan sedikitnya duktus sekretorius pada
kelenjar pancreas dapat digunakan untuk membedakan dari kelenjar parotis.5
Bagian endokrein disebut juga pulau Langerhans, terdiri atas kelompokan sel
yang terpulas lebih pucat daripada asinus di sekitarnya (bagian eksokrin). Sel-seli
pulau Langerhans juga lebih kecil daripada asinus. Pada umumnbya sel kelihatan
bulat dan dinding selnya tidak mudah dilihat. Di antara sel-sel itu terdapat kapiler
darah. Kelompokan sel ini pun tidak mempunyai simpai jaringan ikat yang jelas.
III. Fungsi saluran pencernaan
Setiap organ dalam sistem pencernaan mempunyai fungsinya masing-masing antara
lain :
A. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori
yang berfungsi dalam proses awal pencernaan dan penerima makanan. Di dalam
mulut terdapat :
1. selaput lendir, berfungsi untuk melumasi rongga mulut serta mencerna
karbohidrat menjadi disakarida.
18

2. Gigi, berfungsi untuk memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil.
3. Lidah, berfungsi untuk menggerakkan makanan saat di kunyah atau di telan.
Selain itu juga untuk pengecepan dan produksi wicara. Di bagian belakang
pangkal lidah terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan nafas pada
waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan nafas.1
B. Oesophagus
Merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dan lambung. Pada ujung
saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang disebut faring. Pada faring
terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur makanan agar tidak masuk ke trakea
(tenggorokan). Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar
makanan dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju ke lambung.1
C. Lambung
Lambung mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh
peristaltik lambung dan getah lambung. Kapasitas lambung normal
memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan
kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat
terakomodasi dibagian bawah saluran.
2. Produksi kimus, aktivitas lambung mengakibatkan terbentuknya kimus (massa
homogen setengah cair, berkadar asam tinggi yang berasal dari bolus) dan
mendorongnya kedalam doudenum.
3. Digesti protein, lambung memulai digesti protein melalui sekresi tripsin dan asam
klorida.
4. Produksi mukus, mukus yang dihasilkan dari kelenjar membentuk barier setebal 1
mm untuk melindungi lambung terhadap aksi pencernaan dari sekresinya sendiri.
5. Produksi faktor instrinsik, yaitu glikoprotein yang disekresi sel parietal dan
vitamin B12 yang didapat dari makanan yang di cerna di lambung yang terikat
pada faktor instrinsik. Kompleks faktor instrinsik vitamin B12 di bawa ke ileum
usus halus, dimana tempat vitamin B12 di absorpsi.
6. Absorpsi, dilambung hanya terjadi absorpsi nutrien sedikit. Beberapa zat yang
diabsorpsi antara lain adalah beberapa obat yang larut lemak (aspirin) dan alkohol
19

diabsorpsi pada dinding lambung serta zat yang larut dalam air terabsorpsi dalam
jumlah yang tidak jelas.1
4. Usus Halus
Fungsi dari usus halus adalah sebagai berikut :
1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-
kapiler darah dan saluran-saluran limfe dengan proses sebagai berikut :
- Menyerap protein dalam bentuk asam amino,
- Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakadarida.
2. Secara selektif mengabsorpsi produk digesti dan juga air, garam, dan vitamin.
5. Usus Besar (colon)
Fungsi usus besar antara lain adalah :
1. Menyerap air dan elektrolit 80% smapai 90% dari makanan dan mengubah dari
cairan menjadi massa
2. Tempat tinggal sejumlah bakteri coli, yang mampu mencerna sejumlah kecil
selulosa dan memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh setiap hari
3. Memproduksi vitamin antara lain vitamin K, ribovlafin, dan tiamin serta berbagai
gas
4. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat arang dalam tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan dan sayuran hijau.1,10
6. Hati (hepar)
Fungsi hati adalah sebagai berikut :
1. Sekresi
- Hati memproduksi empedu yang dibentuk dalam sistem retikulum
endoplasma yang dialirkan ke empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan
absorpsi lemak
- Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi glikogen
2. Metabolisme
- Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula darah
- Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali
menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
- Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak dan
hasil penguraian protein menghasilkan urea dalam asam amino berlebih dan
sisa nitrogen. Hati menerima asam amino diubah menjadi ureum dikeluarkan
dari darah oleh ginjal dalam bentuk urin.
20

- Hati mensitesis lemak dari karbohidrat dan protein
3. Penyimpanan
- Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A, D, E, K, dan zat besi yang
disimpan sebagai feritin, yaitu suatu protein yang mengandung zat besi dan
dapat dilepaskan bila zat besi diperlukan.
- Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan disimpan disuatu
tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan pemakaiannya dalam
jaringan
4. Detoksifikasi
- Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan obat dan
memfagositosis eritrosit dan zat asing yang ada dalam darah
- Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dieksresi dalam empedu dan
urin (mendetoksifikasi)
5. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan masa
kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang belakang.1
7. Kantung Empedu
Fungsi kantung empedu adalah sebagai berikut :
1. Sebagai persediaan getah empeu dan membuat getah empedu menjadi kental
2. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati jumlah setiap hari
dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 ml sehari yang digunakan untuk
mencerna lemak 80% dari getah empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya
8. Pancreas
Fungsi pancreas adalah :
1. Fungsi eksokrin (asinar), yang membentuk getah pancreas yang berisi enzim-
enzim pencernaan dan larutan berair yang mengandung ion bikarbonat dalam
konsentrasi tinggi.
2. Fungsi endokrin (pulau langerhans), sekelompok kecil sel epitelium yang
berbentuk pulau-pulau kecil atau kepulauan langerhans, yang bersama-sama
membentuk organ endokrin yang mengsekresikan insulin dan glukagon yang
langsung dialirkan ke dalam peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati
duktus untuk membantu metabolisme karbohidrat.
9. Peritonium
Fungsi peritonium adalah :
1. Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis
21

2. Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga
peritonium tidak saling bergesekan
3. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding
posterior abdomen
4. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap
infeksi
5. Tempat perlekatan organ-organ ke dinding abdomen posterior dan satu sama
lainnya
6. Memungkinkan pembuluh-pembuluh dan persarafan untuk mencapai organ-
organ tanpa harus dililit oleh lemak dan mengalami penekanan
10. Rectum dan anus
Merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh. Sebelum dibuang lewat
anus, feses ditampung terlebih dahulu pada bagian rectum. Apabila feses sudah siap
dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus. Otot
spinkter yang menyusun rektum ada 2, yaitu otot polos dan otot lurik.
IV. Mekanisme saluran pencernaan
Awal dari pencernaan adalah masuknya makanan ke mulut,di teruskan ke
oesophagus,lambung,usus halus,usus besar hingga akhirnya di keluarkan dalam bentuk
feses dan urin. Fungsi dari sistem pencernaan ini adalah untuk memindahkan zat gizi
atau neutrient, air, elektrolit, dari makanan le lingkungan internal tubuh. Proses
pencernaan sendiri melibatkan empat faktor penting yaitu motilitas atau gerakan,sekresi,
digesti atau pencernaan serta absorbs atau penyerapan. Pada faktor motilitas atau
gerakan terdapat dua jenis gerakan yang penting yaitu gerakan propulsif (mendorong)
dan gerakan mencampur. Sekresi pencernaan berupa air, elektrolit, enzim, garam
empedu, dan mucus. Dalam proses sekresi di butuhkan energi untuk transport bahan
mentah ke sel dan sintesis produk sekretorik oleh reticulum endoplasma. Tiga kategori
makanan yang kaya energy yang akan di cerna yaitu karbohidrat,lemak dan protein.
Sedangkan pada proses penyerapan hasil pencernaan di salurkan ke darah dan limfe.
Pada proses secara mekanik umumnya akan dibahas mastikasi dan menelan.
Mastikasi (mengunyah)
Proses mastikasi terutama dipernakan oleh gigi. Seperti yang telah kita ketahui gigi
sudah dirancang sangat tepat untuk menguyah, dimana gigi anterior (incisivus) bekerja
memotong dan gigi posterior (molar) bekerja menggiling. Semua otot rahang bawah
22

yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan 55 pound pada
incisivus dan 200 pound pada molar.
Pada umumnya otot-otot penguyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial
ke lima (N. trigeminus) dan proses menguyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak.
Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecap batang otak akan
menimbulkan pergerakkan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di
hipotalamus, amigdala dan korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecap dan
penghidu seringkali menimbulkan gerakan menguyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah yang dapat
dijelaskan sebagai berikut : adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya
menimbulkan penghambat refleks otot mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah
turun. Penurunan ini akan menimbulkan refleks regang pada otot-otat rahang bawah
yang menimbulkan kontraksi rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang
bawah yang menimbulkan pengatupan gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding
mulut, yang mengahambat otot rahang bawah sekali lagi, menyebabkan rahang bawah
turun dan kembali rebound pada saat yang lain dan ini terjadi berulang-ulang.
Mengunyah sangat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mempunyai membran
selulosa yang tidak mudah dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan
makanan, hal ini karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel
makanan; karena itu kecepatan pencernaan tergantung selurunya bergantung pada total
area permukaan yang terpapar dengan sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling
makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan konsistensi sangat halus akan
mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan kemudahan pengosongan
makanan dari lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua segmen usus halus
berikutnya.
Proses menelan (deglutisi)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu
fungsi pernapasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi
traktus untuk mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah respirasi tidak
terganggu karean proses menelan.
Pada umumnya menelan dapat dibagi manjadi tahap volunter; yang mencetuskan
proses menelan, tahap faringeal; yang bersifat involunter dan membantu jalannya
23

makanan melalui faring ke dalam oesofagus dan tahap oesophageal; fase involunter lain
yang mengangkut makanan dari faring ke lambung.
Pusat pengaturan penelanan oleh daerah di medula dan pons bagian bawah. Implus
motorik dari pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas dijalarkan secara berturut-
turut oleh saraf kranial ke-5, ke-9, ke-10 dan ke-12.
- Tahap volunteer
- Tahap faringeal
- Tahap esofageal
- Relaksasi reseptif dari lambung
Pergerakkan usus halus
Pergerakkan usus halus, seperti pergerkkan lainnya dalam traktus gastrointestinal,
dapat dibagi menjadi kontraksi pencampuran dan kontraksi propulsif.
- Kontraksi pencampur (kontraksi segmentasi)
Bila bagian tertentu usus halus teregang oleh kimus akan menimbulkan kontraksi
konsentris lokal dengan jarak interval tertentu sepanjang usus halus dan berlangsung
sesaat dalam semenit. Kontraksi ini menimbulkan segmentasi pada usus halus, sepetti di
tunjukkan pada Gambar. Artinya, kontraksi membagi usus menjadi segmen-segmen
ruang yang mempunyai bentuk rantai sosis. Bila satu rangkaian kontraksi segmentasi
berelaksasi, sering timbul satu rangkaian baru, tetapi kontraksi kali ini terjadi terutama
pada titik baru di antara kontraksi-kontraksi sebelumnya. Karena itu, kontraksi
segmentasi ini memotong kimus sekitar dua sampai tiga kali permenit, dengan cara ini
membantu pencampuran makanan dengan sekresi usus halus.6
Kontraksi pencampuran ini diawali oleh sel-sel pemacu usus halus yang
menghasilkan gelombang lambat dalam otot polos dan didukung oleh hormon gastrin
dan aktivitas saraf intrinsik.
- Gerak propulsif
Peristaltik dalam usus halus
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik. Gelombang
peristaltik pada usus halus secara normal sangat lemah dan biasanya berhenti sesudah
menempuh jarak 3 sampai 5 sentimeter, sehingga pergerakkan maju kimus juga sangat
lambat. Rata-rata waktu yang diperlukan kimus dalam perjalan dari pilorus sampai ke
katup ileosekal adalah 3 sampai 5 jam.
Pengaturan peristaltik
24

Aktivitas usus halus sangat menigkat sesudah makan. Hal ini sebagian disebabkan
oleh awal masuknya kimus ke dalam duodenum yang menyebabkan perengangan
dinding duodenum dan juga oleh refleks gastroenterik yang dimulai dengan distensi
lambung dan diteruskan terutama melalui pleksus mienterikus dari lambung turun di
sepanjang dinding usus halus.
Fungsi peristaltik dalam usus halus tidak hanya menyababkan pendorongan kimus
ke arah katup iloesekal tetapi juga menyebarkan kimus disepanjang mukosa usus.
- Fungsi katup ileosekal
Fungsi utama katup ileosekal adalah mencegah aliran balik isi fekal dari kolon ke
dalam usus halus. Seperti yang ditunjukkan Gambar, katup ileosekal itu sendiri menonjol
ke dalam lumen sekum dan karena itu tertutup erat bila terbentuk tekanan yang
berlebihan di dalam sekum dan mencoba mendorong isi fekal ke belakang melawan bibir
katup.
Selain itu, dinding ileum beberapa sentimeter sedikit di atas katup ileosekal
mempunyai penebalan otot sirkular yang disebut sfingter ileosekal. Sfingter ini dalam
keadaan normal tetap berkontriksi dalam tingkat sedang dan mengosongkan isi ileum ke
dalam sekum.
Tahanan untuk pengosongan pada katup iloesekal memperlama tinggalnya kimus
dalam ileum dan dengan demikian mempermudah absorpsi. Normalnya, hanya 1500
sampai 2000 militer kimus dikosongkan ke dalam sekum setiap harinya. 7
Usus besar
Usus besar terdiri atas kolon (asendens, transversus, desendens), sigmoid, sekum,
apendiks dan rektum. Berikut akan dibahas gerakan-gerakan yang terjadi pada bagian-
bagian usus halus ini.
- Gerakan kolon
Fungsi utama kolon adalah 1) absorpsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat 2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan.
Setengah bagian proksimal kolon, ditunjukkan pada Gambar, terutama berhuubungan
dengan absorpsi dan setengah bagian distal berhubungan dengan penyimpanan. Karena
tidak diperlukan pergerakkan kuat dari dinding kolon untuk fungsi-fungsi ini, maka
pergerakkan kolon secara normal sangat lambat. Meskipu lambat, pergerakannya masih
punya karakteristik yang serupa dengan pergerakkan usus halus dan sekali lagi dapat
dibagi menjadi gerakkan mencampur dan gerakkan mendorong.8
Gerakan mencampur –haustrasi
25

Melalui cara yang sama dengan terjadinya gerakkan segmentasi dalam usus halus,
kontriksi-kontriksi sirkular yang besar terjadi dalam usus besar. Pada setiap kontriksi ini,
melibatkan otot sirkular dan otot longitudinal yang berkontraksi bersama memberikan
bentuk serupa kantung yang didebut haustrasi.
Kontraksi ini sangat lambat, sehingga memungkinkan bahan feses dalam usus besar
secara lambat diaduk dan diputar, sehingga setiap bahan feses secara bertahap
bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar dan cairan serta zat-zat terlarut secara
progresif diabsorpsi hingga hanya terdapat 80 sampai 200 militer feses yang dikeluarkan
setiap hari.
Gerakkan massa (mass movement)
Pergerakkan merupakan jenis peristaltik yang termodifikasi dan ditandai dengan
serangkaian peristiwa sebagai berikut: pertama, timbul sebuah cincin konstiksi sebagai
respon dari tempat yang teregang atau teriritasi di kolon, biasanya pada kolon
transversum. Kemudian dengan cepat kolon pada bagian distal cincin konstriksi tadi
akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai suatu unit, mendorong maju
materi feses pada segmen ini. Serangkaian pergerakan masa biasanya menetap selama 10
sampai 30 menit. Lalu meredah dan mungkin muncul setengah hari kemudian. Bila
pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum akan terasa keinginan untuk
defekasi.7
Pencetus pergerakkan massa oleh refleks gastrokolik dan refleks
Pergerakkan sesudah makan dipermudah oleh refleks gastrokolik dan duodenokolik.
Refleks ini disebebkan oleh distensi lambung dan duodenum. kedua refleks ini
dijalarkan melalui sistem saraf otonom.
Defekasi
Bila pergerakkan massa mendorong feses masuk ke dalam rektum, segera ingin
timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rektum dan refleks sfingter
anus.
Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh kontriksi
tonik dari sfingter ani internus dan sfinhter ani eksternus. Sfingter eksternus diatur oleh
serabut-serabut saraf dalam nervus pudendus yang merupakan bagian dari sistem saraf
somatis dan karena dibawah pengaruh volunter sehingga dapat dikendalikan secara
sadar.
26

Defekasi biasanya ditimbulkan oleh refleks defekasi. Salah satu dari refleks ini
adalah refleks intrinstik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam
dinding rektum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal
aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gerakkan
peristaltik di kolon desenden, sigmoid dan rektum sehingga mendorong feses mendekati
anus, sfinter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus
mienterikus; jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan berelaksasi secara
volunter pada saat yang bersamaan terjadi defekasi.9-11
V. Enzim dan hormon pencernaan
A. Enzim
Macam-macam enzim pencernaan yaitu :
- Enzim ptyalin
Enzim ptialin terdapat di dalam air ludah, dihasilkan oleh kelenjar ludah. Fungsi
enzim ptialin untuk mengubah amilum (zat tepung) menjadi glukosa.
- Enzim amylase
Enzim amilase dihasilkan oleh kelenjar ludah (parotis) di mulut dan kelenjar
pankreas. Kerja enzim amilase yaitu :
Amilum sering dikenal dengan sebutan zat tepung atau pati. Amilum merupakan
karbohidrat atau sakarida yang memiliki molekul kompleks. Enzim amilase
memecah molekul amilum ini menjadi sakarida dengan molekul yang lebih
sederhana yaitu maltosa.
- Enzim maltase
Enzim maltase terdapat di usus dua belas jari, berfungsi memecah
molekul maltosa menjadi molekulglukosa. Glukosa merupakan sakarida
sederhana (monosakarida). Molekul glukosa berukuran kecil dan lebih ringan
dari pada maltosa, sehingga darah dapat mengangkut glukosa untuk dibawa ke
seluruh sel yang membutuhkan.
- Enzim pepsin
27

Enzim pepsin dihasilkan oleh kelenjar di lambung berupa pepsinogen.
Selanjutnya pepsinogen bereaksi dengan asam lambung menjadi pepsin. Cara
kerja enzim pepsin yaitu :
Enzim pepsin memecah molekul protein yang kompleks menjadi molekul yang
lebih sederhana yaitupepton. Molekul pepton perlu dipecah lagi agar dapat
diangkut oleh darah.
- Enzim tripsin
Enzim tripsin dihasilkan oleh kelenjar pancreas dan dialirkan ke dalam usus dua
belas jari (duodenum). Cara kerja enzim tripsin yaitu :
Asam amino memiliki molekul yang lebih sederhana jika dibanding
molekul pepton. Molekul asam aminoinilah yang diangkut darah dan dibawa ke
seluruh sel yang membutuhkan. Selanjutnya sel akan merakit kembali asam
amino-asam amino membentuk protein untuk berbagai kebutuhan sel.
- Enzim renin
Enzim renin dihasilkan oleh kelenjar di dinding lambung. Fungsi
enzim renin untuk mengendapkan kaseindari air susu. Kasein merupakan protein
susu, sering disebut keju. Setelah kasein diendapkan dari air susu maka zat dalam
air susu dapat dicerna.
- Asam khlorida (HCl)
Asam khlorida (HCl) sering dikenal dengan sebutan asam lambung, dihasilkan
oleh kelenjar didalam dinding lambung. Asam khlorida berfungsi untuk
membunuh mikroorganisme tertentu yang masuk bersama-sama makanan.
Produksi asam khlorida yang tidak stabil dan cenderung berlebih, dapat
menyebabkan radang lambung yang sering disebut penyakit ”mag”.
- Cairan empedu
Cairan empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung dalam kantong empedu.
Empedu mengandung zat warna bilirubin dan biliverdin yang menyebabkan
kotoran sisa pencernaan berwarna kekuningan. Empedu berasal dari rombakan sel
28

darah merah (erithrosit) yang tua atau telah rusak dan tidak digunakan untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Fungsi empedu yaitu memecah molekul
lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk
suatu emulsi. Lemak yang sudah berwujud emulsi ini selanjutnya akan dicerna
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana lagi.
- Enzim lipase
Enzim lipase dihasilkan oleh kelenjar pankreas dan kemudian dialirkan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum). Enzim lipase juga dihasilkan oleh lambung,
tetapi jumlahnya sangat sedikit. Cara kerja enzim lipase yaitu :
Lipid (seperti lemak dan minyak) merupakan senyawa dengan molekul kompleks
yang berukuran besar. Molekul lipid tidak dapat diangkut oleh cairan getah
bening, sehingga perlu dipecah lebih dahulu menjadi molekul yang lebih kecil.
Enzim lipase memecah molekul lipid menjadi asam lemak dan gliserolyang
memiliki molekul lebih sederhana dan lebih kecil. Asam lemak dan gliserol tidak
larut dalam air, maka pengangkutannya dilakukan oleh cairan getah bening
(limfe).
B. Hormon
Ada 4 macam hormon pencernaan, yaitu :
- Hormon Gastrin
Hormon gastrin bersumber dari sel – sel G di daerah kelenjar pilorus lambung.
Stimulus utamanya untuk sekresi ialah protein di dalam lambung. Hormon gastrin
berfungsi untuk merangsang sekresi sel parietal dan sel utama serta meningkat
motilitas lambung.
- Hormon Sekretin
Hormon sekretin bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus
utamanya untuk sekresi adalah asam di lumen duodenum. Hormon sekretin
berfungsi untuk merangsang motilitas ileum, melemaskan sfingter ileosekum,
menginduksi gerakan massa di kolon, bersifat trofik bagi mukosa lambung dan
usus halus, serta menghambat pengosongan lambung.
- Hormon Kolesistokinin
29

Hormon kolesistokini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum.
Stimulus utamanya untuk sekresi adalah nutrien di lumen duodenum, terutama
produk lemak dan dengan tingkat yang lebih rendah, dan produk protein.
Hormon ini berfungsi untuk menghambat sekresi lambung, Merangsang sekresi
empedu kaya NaHCO3 encer oleh sel-sel duktus pankreas, bersifat trofik bagi
pankreas eksokrin, menghambat pengosongan lambung, menghambat sekresi
lambung, merangsang sekresi enzim-enzim pencernaan oleh sel-sel asinus
pankreas dan juga menyebabkan kontraksi kandung empedu.
- Hormon Gastric inhibitory peptide
Hormon ini bersumber dari sel-sel endokrin di mukosa duodenum. Stimulus
utamanya untuk sekresi adalah lemak, endokrinasam, hipertonisitas, glukosa dan
peregangan di duodenum. Hormon ini berfungsi untuk menyebabkan relaksasi
sfingter oddi, bersifat trofik bagi pankreas eksokrin, dapat menimbulkan
perubahan-perubahan adaptif jangka panjang proporsi enzim-enzim pencernaan
pankreas, berperan dalam rasa kenyang, menghambat pengosongan lambung,
menghambat sekresi lambung, dan merangsang sekresi insulin oleh pankreas.
30

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembelajaran yang telah kita telaah lebih jauh. Kita dapat menyimpulkan
bahwa kerja system pencernaan melibatkan organ,enzim dan kelenjar saliva.
31

Daftar Pustaka
1. Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Graha ilmu
2. Wati WW, Kindangen K, Kasim YI. 2010. Buku ajar traktus digestivus. Edisi
ke-2. Jakarta: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana
3. Gunardi S. 2009. Anatomi sistem pencernaan. Cetakan ke-2. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
4. Wibowo S Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo
5. Gunawijaya Arifin Fajar, Kartawiguna Elna. 2009. Penuntun Praktikum
Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi
6. Tambanjong J, Wonodirekso S.1990. Buku Ajar Histologi. 5th ed. Jakarta :
EGC
7. Dany Frans dr. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 10 ed. Jakarta: EGC
8. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto
mikroskopik histologi. Cetakan ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti; 2009.
9. Sherwood Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd ed. Jakarta : EGC
10. Ganong .W, F. 1981. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
11. Silbernagl Stefan, Lang Florian. 2006. Teks dan atlas berwarna patofisiologi.
Jakarta : EGC
32

33