Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Pemeriksaan Fisik

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan dalam kebidanan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukansetelah anamneses. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui kesehatan pasien, serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pengkajian fisik kebidanan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum bidan dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, d lain-lain . Hal ini memungkinkan pengkajianyang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan. B. Tujuan 1. Tujuan umum !etelah mengikuti praktekdiharapkanmahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan fisik. ". Tujuan khusus !etelah melakukan praktek mahasiswa mampu a.#elakukan pemeriksaan umum b. #elakukan pemeriksaan TT$ c.#elakukan pemeriksaan fisik % Head To Toe& C. Manfaat 1. 'agi (nstitusi )gar institusi dapat memantau dan meningkatkan keterampilan pemeriksaan fisik. ". 'agi Pembimbing )gar meningkatkan bimbingannya agar mahasiswa lebihmahir dalam melakukan pemeriksaan fisik. *. 'agi #ahasiswa 1

description

pemeriksaan umumpemeriksaan TTVpemeriksaan Head to Toe

Transcript of Asuhan Kebidanan pada Ny. Y Pemeriksaan Fisik

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPemeriksaandalamkebidanan menggunakan pendekatan yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah anamneses. Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui kesehatan pasien, serta perubahan yang terjadi pada suatu pemeriksaan ke pemeriksaan berikutnya. Pengkajian fisik kebidanan harus mencerminkan diagnosa fisik yang secara umum bidan dapat membuat perencanaan tindakan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dan lain-lain . Hal ini memungkinkan pengkajian yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah yang ditemukan.B. Tujuan1. Tujuan umum :Setelah mengikuti praktek diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan fisik.2. Tujuan khusus :Setelah melakukan praktek mahasiswa mampu :a.Melakukan pemeriksaan umumb. Melakukan pemeriksaan TTV c.Melakukan pemeriksaan fisik ( Head To Toe) C. Manfaat1. Bagi Institusi Agar institusi dapat memantau dan meningkatkan keterampilan pemeriksaan fisik.2. Bagi Pembimbing Agar meningkatkan bimbingannya agar mahasiswa lebih mahir dalam melakukan pemeriksaan fisik.

3. Bagi MahasiswaAgar meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam melakukan pemeriksaan fisik yang berkualitas tinggi, sehigga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di masa yang akan datang.4. Bagi MasyarakatAgar masyarakat dapat mengetahui keadaan fisik mereka baik normal maupun abnormal.

BAB IITINJAUAN TEORIA. PengertianPemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan bagian-bagian tubuh untuk menentukan adanya kelainan di dalam sistem atau organ tubuh dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi (mendengarkan). (Lyndon Saputra, 2013).B. Cara- Cara Pemeriksaan Fisik.1. Inspeksi adalah pemeriksaan tubuh pasiendengan cara melihat langsung bagian-bagian tubuh pasien yang diperlukan.2. Palpasi adalah pemeriksaan pasien dengan cara meraba bagian-bagian tubuh dengan tangan, misalnya pemeriksaan nadi, kulit dan abdomen3. Perkusi adalah pemeriksaan pasien dengan cara mengetuk-ngetukkan tangan atau alat (misalnya perkusi hammer) pada tubuh tertentu untuk mendengarkan suara atau gerak reflex. Suara yang ditimbulkan dari perkusi tersebut digunakan untuk mengetahui keadaan organ-organ dalam.4. Auskultasi adalah pemeriksaan pasien dengan cara mendengarkan suara pada bagian tubuh tertentu dengan menggunakan alat bantu misalnya stetoskop. (Lyndon Saputra, 2013)C. Hal-Hal yang Dilakukan dalam Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan keadaan umum, meliputi:a. Kesan umum/keadaan sakit. Normalnya kesan umum baik, tidak tampak sakit baik ringan, sedang dan berat.b. Ekspresi wajah. Normalnya ekspresi wajahnya baik.c. Tingkat kesadaran. Normalnya kesadaran yang kompos mentis ( sadar sepenuhnya)d. Status gizi. Normalnya ideal,tidak kurus dan gemuk.e. Kebersihan. Normalnya bersih.f. Kondisi Psikologis. Normalnya tidak mudah marah atau stabil.g. Postur Tubuh. Normalnya tegak, tidak kifosis,lordosis dan skoliosis. (Vera Rokapinatih , 2013)2. Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :a. Pemeriksaan Suhu Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometer. Pemeriksaan suhu dapat dilakukan di beberapa tempat yakni pada mulut dengan menggunakan thermometer oral, ketiak dengan menggunakan thermometer aksila, rektum menggunakan thermometer rektal. Menurut Depkes, suhu normal : 36-37,5 0C Menurut WHO, suhu normal : 37,2-37,50C (Anonim, 2013)1) Persiapan alat dan bahana) Thermometer.b) Soft tissue atau lap bersihc) Tiga buah gelas:(1) Gelas pertama berisi larutan klorin 0,5 %(2) Gelas kedua berisi larutan sabun(3) Gelas ketiga berisi air bersih.d) vaseline) bengkokf) buku catatan dan alat tulis2) Cara pemeriksaan :a) Jelaskan prosedur pada klienb) Pengukuran suhu pada axial :(1) Buka lengan baju pasien jika perlu dan keringkan ketiak pasien terlebih dahulu.(2) Turunkan batas angka pada thermometer hingga menunjukkan angka 350C dengan cara menggoyang-goyangkan.(3) Jepitkan reservoir thermometer tepat ditengah ketiak dan lipatkan lengan pasien ke dada.(4) Setelah sekitar 10 menit, angka thermometer dan baca angka yang ditunjukkan oleh thermometer.(5) Catat hasilnya di buku catatan.(6) Cuci thermometer dengan air klorin, air sabun dan bilas dengan air bersing lalu keringkan.c) Pengukuran suhu pada mulut(1) Gunakan satu thermometer untuk setiap pasien.(2) Turunkan batas angka pada thermometer hingga menunjukkan 35oC.(3) Letakkan ujung thermometer sampai batas reservoir dibawah lidah pasien.(4) Minta pasien untuk mengatupkan mulutnya utuk menahan thermometer selama sekitar 5 menit.(5) Angkat thermometer, kemudian lap dengaan kertas atau tisu.(6) Baca angka yang ditunjukkan oleh thermometer.(7) Catat hasilnya di buku.(8) Bersihkan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.d) Pengukuran Suhu pada anus : (1) Miringkan pasien sehingga membentuk posisi sims.(2) Turunkan pakaian pasien sampai dibawah bokong.(3) Pastikan angka pada thermometer menunjukkan 350C.(4) Olesi reservoir dengan vaselin.(5) Masukkan thermometer melalui anus sampai batas reservoir.(6) Letakkan telapak tangan pada sisi bokong pasien bagian atas.(7) Angkat thermometer dan lap dengan kertas atau tisu.(8) Baca angka yang ditunjukkan pada thermometer.(9) Catat hasil pengukuran dan bersihkan peralatan lalu kembalikan ketempat semula. ( Lyndon saputra, 2013)b. Pengukuran denyut nadiPengukuran nadi adalah menghitung frekuensi denyut nadi (loncatan aliran darah yang dapat teraba pada berbagai titik tubuh) melalui perabaan pada nadi. (Ns. Eni Kusyati , S. Kep, dkk, 2006). Nadi normal dewasa menurut Depkes : 60-100x/menit (Anonim, 2013)

1). Persiapan alat dan bahan :a) Alat pengukur waktu/jam yang berdetik.b) Alat tulis danbuku catatan (Ns. Eni Kusyati , S. Kep, dkk, 2006). 2). Cara pemeriksaan :a) Jelaskan pada pasien prosedur pelaksanaanb) Lakukan pengukuran denyut nadi bersamaan dengan pengukuran suhuc) Pastikan pasien dalam kondisi istirahat (berbaring atau duduk)d) Tempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas arteri dan hitung nadi yang terasa selama setengah menit dan kalikan hasilnya dengan dua.e) Jika nadi tidak teratur lakukan pemeriksaan selama 1 menit.f) Catat hasilnya di buku catatan.c. Pengukuran laju penapasanPengukuran pernafasan merupakan mengitung jumlah pernapasan (inspirasi dan diikuti oleh ekspirasi dalam satu menit). (Ns.Eni Kusyati, S.Kep, dkk). Frekuensi pernafasan normal menurut Depkes : 16-20x/menit (Anonim, 2013).1) Persiapan alat dan bahana) Alat pengukur waktu/jam tangan berdetikb) Buku catatan2) Cara kerja :a) Menjelaskan prosedur pelaksanaanb) Lakukan pengukuran pernafasan bersamaan dengan pengukuran suhu dan denyut nadi.c) Hitung jumlah peernapasan selama 1 menit.d) Catat hasilnya dibuku catatan.d. Pengukuran tekanan darah Menghitung tekanan sistol (tekanan yang ditimbulkan ketika jantung berkontraksi) dan tekanan diastole (tekanan ketika jantung berelaksasi)Tekanan darah normal pada dewasa menurut Depkes: 90/60-120/80 mmH. (Anonim, 2013) dan rata-rata tekanan darah normal yaitu 120/80mmHg (Smeltzer, S.C. and Bare, B.G. 2001)1) Persiapan alat dan bahan :a) Tensimeter/ Spygnomanometerb) Stetoskopc) Alat tulis dan catatan2) Cara pemeriksaan :a) Membawa alat-alat ke dekat pasienb) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukanc) Atur posisi pasien duduk atau berbaring dengan nyaman , lengan disokong setinggi jantung, dan telapak tangan menghadap keatas.d) Membuka pakaian yang menutupi lengan atas.e) palpasi arteri brakialis dan tempatkan manset 2,5 cm diatas sisi denyut arteri brakialis.f) Pusatkan anak panah yang tertera pada manset ke arteri brakialis dan lingkarkan manset pada lengan atas secara rapid an tidak ketat.g) Pastikan manometer terletak setinggi titik pandang mata dan perawat berdiri tidak lebih dari satumeter jauhnya.h) Palpasi arteri brakialis sambil memompa manset sampai tekanan 30mmHg diatas titik hilangnya denyut arteri.Perlahan kempiskan manset perhatikan sampai denyut kembali teraba (sistolik palpasi)i) kempiskan manset sepenuhnya dan tunggu selama 30 detik.j) Tempatkan bagian telinga stetoskop pada telinga pemeriksak) Cari kembali arteri brakialis dan tempatkan diafragma stetoskop diatasnya.l) tutup kantong tekanan searah putaran jarum jam sampai kencang.m) Pompamanset sampai tekanan 30mmHg diatas hasil palpasi sistolik pasien.n) buka katup secara perlahan sehingga memungkinkan air raksaturun kira-kira 2-3 mmHg per detik.o) perhatikan titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.p) Lanjutkan membuka katup secara bertahap dan perhatikan titik hilangnya bunyi.q) kempiskan manset dengan cepat dan total.r) Jika prosedur diulang, tunggu sampai 30 detik.s) Buka manset dan lipat serta simpan dengan baikt) Tutup lengan atas dan bantu pasien untuk posisi yang diinginkanu) Desinfeksi bagian telinga stetoskop dan bagian diafragma stetoskop dengan kapas alkoholv) Menginformasikan hasil kepada pasienw) Mencuci tanganx) Dokumentasi hasil tindakan.y) Mencuci tangane. Pengukuran BB : Menghitung berat badan menggunakan timbangan berat badan.1) Persiapan alat dan bahan :a) Penimbang BBb) Alat tulis dan buku catatan (Ns.Eni Kusyati, S.Kep, 2006).2) Cara Pemeriksaan :a) Beri tahu pasien prosedur tindakanb) Tempatkan handuk kertas diatas timbanganc) Beri tahu klien untuk memakai baju yang tidak tebal dan melepas sandal.d) Bantu pasien naik ke atas timbangane) Mengamati jarum pada timbangan yang menunjukkan hasil pengukuranf) Bantu pasien turun dari timbangan dan catat hasil pemeriksaan. . (Ns.Eni Kusyati, S.Kep, 2006).f. Pengukuran TBMenghitung tinggi badan menggunakan alat pengukur tinggi badan.1) Persiapan alat dan bahan :a) Penimbang TBb) Alat tulis dan buku catatan2). Cara pemeriksaan :a) Beri tahu pasien prosedur tindakanb) Beri tahu pasien untuk menghadap perawat (posisi berhadapan) dan minta pasien utnuk berdiri tegak. Jika pasien menggunakan alas kaki, minta pasien untuk melepasnya.c) Ukur tinggi badan pasien dan catat hasil pemeriksaannya. (Ns.Eni Kusyati, S.Kep,dkk, 2006)g. Pengukuran LILA Menghitung berapa lingkar lengan atas dari os. Akromnion sampai os. Olikranon dan membagi dua antara kedua tulang tersebut dan menghitung diameternya. Pada pengukuran LILA, tanyakan kepada ibu, tangan mana yang sering digunakan untuk beraktifitas. Jika tangan yang sering digunakan adalah tangan kiri, maka lakukan pemeriksaan pada tangan kanan dan sebaliknya. LILA normal : 23,5 cm (Weni, 2010) 1) Persiapan alat dan bahana) Pengukur LILA atau metlinb) Alat tulis dan buku catatan2) Cara Mengukur LILA:a) Tetapkan posisi bahu dan sikub) Letakkan pita antara bahu dan siku.c) Tentukan titik tengah lengan.d) Lingkaran pita LILA pada tengah lengan.e) Pita jangan telalu ketat.f) Pita jangan terlalu longgar.g) Cara pembacaan skala yang benar. (Arisman, 2004)3. Pemeriksaan fisik Head to Toea. Pemeriksaan kulit, kuku dan rambut1) Persiapan alat dan bahana) Pencahayaan yang cukup/lampub) Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair) (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)

2) Cara pemeriksaan :1) Inspeksi kulit : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.Normal: kulit tidak ada ikterik, pucat,sianosis.2) Palpasi kulit : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema. Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.3) Inspeksikuku: kebersihan, bentuk, dan warna kuku. Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik dan sianosis.4) Palpasi kuku: ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ). Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.e) Inspeksi rambut : kebersihan, kekuatan rambut, warna rambut, distribusi rambut. Normal : rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak ronto,warna hitam, tidak ada tanda-tanda mal nutrisi dan distribusi merata. (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)b. Pemeriksaan kepala1) Persiapan alat dan bahana) Lampub) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka) (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)2) Cara pemeriksaan :a) Inspeksi : (1) Atur posisi pasien duduk atau berdiri.(2) Anjurkan untuk membuka penutup kepala.(3) Lakukan inspeksi dengan mengamati bentuk kepala, kacamata, dll.(4) Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebersihan dan tekstur, warna rambut. Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)b) Palpasi: (1) Atur posisi duduk atau berdiri.(2) Anjurkan untuk melepas penutup kepala,kacamata, dll.(3) Pakai sarung tangan (jika ada lesi atau luka di kepala )(4) Lakukan palpasi dengan gerakan memutar. lembut menggunakan ujung jari, lakukan mulai depan turun ke bawah garis tengah kemudian palpasi setiap sudut garis kepala (5) Rasakan adanya terdapat benjolan/massa, tanda bekas luka dikepala, pembengkakan, nyeri tekan,dll. jika ditemukan perhatikan berapa besarnya/luasnya, bagaimana konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakah didalam kulit, pada tulang atau dibawah kulit terlepas dari tulang. Normal tidak ada penonjolan /pembengkakan/massa dan tidak ada nyeri tekan.c) Auskultasi : tempatkan difragma stetoskop pada daerah oksipitalis, temporalis dan orbital, lalu dengarkan apakah ada siara bruit. Normalnya tidak terdengar suara bruit. (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)c. Pemeriksaan wajah1) Inspeksi: warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan. Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.2) Palpasi: nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang. Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema. (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)d. Pemeriksaan mata1) Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya. Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.e.Pemeriksaan telinga1) Persiapan alat dan bahana) Arloji berjarum detikb) Garpu talac) Speculum telingad) Lampu kepala (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)2) Cara kerja :a) Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.b) Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus. Normal: tidak ada nyeri tekan.Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala1) Pemeriksaan Rinnea)Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang berlawanan.b) Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.c) Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi.d) Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.e) Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.f) Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.2) Pemeriksaan Webbera) Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan.b) Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .c) Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.d) Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)f. Pemeriksan hidung dan sinus1) Persiapan Alata) Spekulum hidungb) Senter kecilc) Lampu penerangd) Sarung tangan (jika perlu)2) Cara kerja :a) Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi) Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.b) Palpasi dan Perkusifrontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi). Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.g. Pemeriksaan mulut dan bibir1) Persiapan Alata) Senter kecilb) Sudip lidahc) Sarung tangan bersihd) Kasa2) Cara kerja a) Inspeksi dan palpasi struktur luar: warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitisb) Inspeksi dan palpasi strukur dalam: gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit-langit. Normal:gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi. h. Pemeriksaan leher1) Inspeksi leher:warna integritas, bentuk simetris. Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.2) Inspeksi dan auskultasi arteri karotis:lokasi pulsasi Normal:arteri karotis terdengar.3) Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid(nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba) Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.i. Pemeriksaan dada dan payudara1) Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik dan sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema2) Palpasi: a) Lakukan palpasi disekeliling putting susu untuk mengetahui adanya keluaran.b) Palpasi daerah klavikula dan ketiak terutama pada area limfenodic) Palpasi setiap payudara, untuk payudara yang berukuran besar terlebih dahulu palpasi dengan cara menekankan telapak tangan/tiga jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi menuju aerola dan memutarsearah jatum jam.d) Palpasi payudara sebelahnya.e) Catat hasil pemeriksaan. (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006) Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa, tidak ada pembesaran nodus limfe.j. Pemeriksaan Abdomen1) Persiapan alat dan bahana) Stetoskopb) Penggaris kecilc) Pensil gambard) Bntal kecile) Pita pengukur2) Cara kerja :a) Inspeksi: kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut. Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ada, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.b) Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell). Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.c) Perkusi : Lakukan perkusi pada kesembilan regio abdomen. Jika perkusi terdengar timpani berarti perkusi dilakukan di atas organ yang berisi udara. Jika terdengar pekak, berarti perkusi mengenai organ padat.d) Palpasi(1) Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.(2) Palpasi dalam:Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan(a) Cara kerja palpasi pada hepar : Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.(b) Cara kerja palpasi pada limpa: Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar. Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa. Pada orang dewasa normal tidak teraba(c) Cara kerja palpasi pada ginjal : Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan. Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri. Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri. Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan. (Armelia Pangestika,2012) k. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)1) Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan,massa/benjolan3) Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan tricepsPemeriksaan Refleks Otot Biseps1. Posisi pasien tidur terlentang dan siku kanan yang akan diperiksa, diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 60 derajat dan rileks.2.Pemeriksa berdiri dan menghadap pada sisi kanan pasien.3.Carilah tendon biseps dengan meraba fossa kubiti, maka akan teraba keras bila siku difleksikan.4.Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot biseps.5. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan, diatas jari telunjuk kiri pemeriksa.6.Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot biseps dan terasa tarikan tendon otot biseps dibawah telunjuk pemeriksa.Pemeriksaan Refleks Otot Triseps1.Posisi pasien tidur terlentang.2.Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 90 derajat dan rileks.3.Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien.4.Carilah tendon triseps 5 cm diatas siku ( proksimal ujung olecranon ).5. Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot triseps.6. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas jari telunjuk kiri pemeriksa.7. Terlihat gerakan ektensi pada siku akibat kontraksi otot triseps dan terasa tarikan tendon otot triseps dibawah telunjuk pemeriksa.(Armelia Pangestika, 2012)l.Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)1) Inspeksi struktur muskuloskletal :simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan letak,dab melihat ada tidaknya varieses. Normal:simetris kika, integritas kulit baik dan tidak ada varieses.2) Palpasi: adanya tidaknya edema di bagian sakral, os.tibia,os. maleolus dan os. meta tarsal.3) Tes reflex: tendon patella dan archilles. Normal: reflex patella dan archiles positifPemeriksaan Refleks Tendon Patela1. Posisi pasien tidur terlentang atau duduk.2. Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien.3. Bila posisi pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi 60 derajat dan bila duduk lutut fleksi 90 derajat.4. Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea.5. Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patela inferolateral/ inferomedial, diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela yang terasa keras dan tegang.6. Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan pergelangan tangan diatas tendon patella.7. Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot quadriseps femoris.Pemeriksaan Refleks Tendon Achiles1. Pasien tidur terlentang atau duduk.2. Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila pasien duduk pemeriksa jongkok disisi kiri pasien.3. Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90 derajat dan disilangkan diatas kaki berlawanan, bila pasien duduk kaki menggelantung bebas.4. Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien.5. Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit yang terasa keras dan makin tegang bila posisi kaki dorsofleksi.6. Ayunkan reflek hammer diatas tendon achiles.7. Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong tangan kiri pemeriksa dan tampak kontraksi otot gastrocnemius. (Armelia Pangestika, 2012)m. Pemeriksaan Genitalia 1) Persiapan alat dan bahana) Lampu yang dapat diatur pencahayaannyab) Sarung tagan2) Cara kerja (inspeksi dan palpasi)a) Beri kesempatan pasien untukmengosongkan kandung kemihnya sebelum pemeriksaanb) Anjurkan pasien membuka celana, mengatur posisi litotomi dan menutupi bagian yang tidak diamati.c) Atur pencahayaan sehingga area perineal mendapat penyinaran dengan baik.d) Pakai sarung tangane) Jangan menyentuh area perineal tanpa member tahu pasien, atatu sentuh salah satu paha terlebih dahulu.f) Inspeksi kuantitas dan penyebaran pertumbuhan bulu pubis dan bandingkan sesuai masa perkembangan pasien.g) Observasi kulit dan area pubis, perhatikan adanya lesi,eritema, fisura,leukoplakia, dan ekskoriasi.h) Tarik lembut labia mayor dengan jari-jari dari satu tangan untuk menginspeksi keadaan klitoris, labia minora, orifisium uretra,selaputr dara, orifisium vagina vdan perineum.i) Perhatikan setiap pembengkakan, ulkus, keluaran, nodula, dllj) Palpasi kelenjar skene untuk mengetahui adanya rabas maupun kekuatan.k) Palpasi kelenjar bartholin. (Ns. Eni Kusyati, S.Kep, dkk,2006)Melakukan Vulva Hygine1) Persiapan alatdan bahan :a) kapas desinfektan dengan tempatnya.b) Bak instrument sterilc) Sarung tangan sterild) Bengkoke) Perlak kecil dan alasnyaf) pispotg) korentang steril dan tenpatnyah) sampirani) Pembalut dan pakaian dalam.2) Cara Kerja :a) Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiranb) Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang akan dilakukanc) Perawat mencuci tangand) Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.e) Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal recumbentf) Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)g) Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektanh) Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, perineum.i) Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.j) Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainyak) Jahitan perineum dikompres dengan betadinl) Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembalim) Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula. (Wulandary, 2011)

BAB IIITINJAUAN KASUS

Mata Kuliah : Kebutuhan Dasar ManusiaJenis Keterampilan : Pemeriksaan Fisik DewasaNama Mahasiswa: Yulia Ulfa/P07124014036Tanggal Pelaksanaan : 4 Desember 2014 A. Data SubjektifNama : Ny.YUmur : 18 tahun Agama : IslamPendidikan : DIIIPekerjaan : MahasiswaSuku/bangsa : SasakAlamat : Karang SukunB. Data Objektif1. Pemeriksaan umum :a. Kesan Umum : Baik b. Wajah : Baikc.Kesadaran :Kompos mentisd. Status Gizi: Bersihf. Kondisi psikologis : Stabilg. Postur tubuh : Tegak.2. Pemeriksaan TTV:TB : 152cmBB : 38 kgTD :120/80 mmHgT : 36,60CN: 78x/menitRR : 17x/menitLILA : 20 cm.3. Pemeriksaanfisik (Head to Toe)a. Kulit : Kulit bersih, warna tidak pucat/ikterik, lesi (-), lembab, turgorbaik/elastic dan edema (-).b. Rambut : Bersih, distribusi merata, warna hitam dan mal nutrisi (-) dan tidak rontok.c. Kuku : bersih, bentuk normal, tidak ikterik dan sianosis. Aliran darah kuku kembali < 3 detik.d. Kepala : simetris, bersih, warna wajah tidak pucat, tidak ada lesi dan edemae. Mata : gerakan menutup dan membuka kelopak mata normal, konjungtiva merah segar/normal, sklera putih/tidak ada ikterus dan pupil normal/ ada reflex cahaya.f. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sekret.g. Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran cairan, perdarahan, sekret dan tidak ada pernapasan cuping hidung.h. Mulut : gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, dan tidak ada tanda infeksi. h. Leher : warna sama dengan kulit lain, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis.i. Payudaradan ketiak : ukuran sama, bentuk simetris, tanda-tanda kehamilan (-), warna kulit sama dengan kulit lainnya, tidak ada retraksi, tidak ada benjolan dan nyeri ketika di palpasi, dan tidak ada pembesaran kelenjar limpe ketika di palpasi.j. Tangan : tidak ada nyeri ketika mengenggam, tidak ada edema pada jari tangan dan telapak tangan.k. Kaki : tidak ada edema pada os. tibia, maleolus dan meta tarsus, Varices (-) dan reflex patella (+)l. Punggung : tidak ada edema di daerah sacral dan deformitas (-)m. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, bentuk dan ukuran simetris kiri dan kana, tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan cairan.n. Lipat paha : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran limfe.o. Genitalia : kulitnya lembut, tidak ada perbedaan warna mencolok, bersih, terdapat rambut pubis, bentuk dan ukuran labia mayora simetris, konsistensi lembut, tidak ada benjolan/luka/bekas garukandan tidak ada nyeri tekan ketika dipalpasi.

BAB IVPEMBAHASAN

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan umum pada Ny. Y didapatkan data bahwa kesan umum pasien baik, ekspresi wajah pasien baik, kesadaran kompos mentis, status gizi kurus, kebersihan bersih, kondisi psikologis stabil dan postur tubuh tegak. Sedangkan menurut teori (Vera Rokapinatih, 2013) kesan umum pasien normal adalah baik atau tidak sakit baik sakit ringan,sedang atau berat, ekspresi wajah pasien normal baik atau ekspresi tidak datar, kesadaran pasien normal adalah kompos mentis ( kesadaran sepenuhnya, merespon apa yang ditanyakan),Status gizi pasien normal adalah ideal atau tidak kurus dan tidak gemuk, kebersihan pasien normal adalah bersih atau tidak kotor, kondisi psikologis pasien normal adalah stabil atau tidak cemas dan gelisah dan postur tubuh normal adalah tegak, tidak lordosis, kifosis dan skoliosis. Maka dapat disimpulkan dari data real dan teori bahwa Ny. Y memiliki keadaan yang normal kecuali pada status gizinya. 2. Sesuai hasil pemeriksaan pada Ny. Y diperoleh data bahwa tekanan darah Ny. Y 120/80mmHg, suhu 36,60C, denyut nadi 78x/menit, laju respirasi 17x/menit,LILA 20cm, sedangkan menurut teori (Depkes dan WHO), tekanan darah normal dewasa adalah 90/60-120/80 mmHg, suhu normal suhu normal : 36-37,5 0C denyut nadi normal 60-100x/menit, RR normal 16-20x/menit, LILA 23,5 cm. Maka dapat disimpulkan bahwa antara data real dengan teori terjadi kesenjangan pada kondisi LILA,kemungkinan yang terjadi pada Ny. Yadalah KEK (Kekurangan Energi Kronik).3. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Head to toe pada Ny. Y diperoleh data atau hasil pemeriksaan pada :a. Kulit, kuku dan rambut : Kulit bersih, warna tidak pucat/ikterik, lesi (-), lembab, turgor baik/elastic dan edema (-). Rambut Bersih, distribusi merata, warna hitam dan mal nutrisi (-) dan tidak rontok. Kuku bersih, bentuk normal, tidak ikterik dan sianosis. Aliran darah kuku kembali < 3 detik. Sedangkan menurut teori (Ns.Kusyani,dkk,2013) keadaan kulit, kuku dan rambut normal adalah kulit memiliki warna yang sama dengan bagian tubuh lainnya, bersih, tidak ada lesi, lembab, elastic,tidak ada ikterik dan edema. Rambut berwarna hitam, distribusi merata, tidak adaketombe,tidak rontok dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Kuku tidak ikterik, CRT (Capillary refill time) kembali pada< 3detik. Maka antara data real dengan teori dapat disimpulkan bahwa kondisi rambut, kuku dan kulit Ny.Y normal.b. Kepala : simetris, bersih, warna wajah tidak pucat, tidak ada lesi dan edema serta tidak ada nyeri tekan, sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati dkk, 2013) kepala yang normal adalah simetris; kulit kepala bersih; wajah tidak pucat; tidak ada lesi, edema dan nyeri tekan. Maka dapat disimpulkan antara data real dan teori tidak ada kesenjangan atau keadaan kepala Ny. Y normal.c. Mata : gerakan menutup dan membuka kelopak mata normal, konjungtiva merah segar/muda, sklera normal/tidak ada ikterus dan pupil normal/ ada reflex cahaya, sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyani, 2013) mata yang normal adalah : kelopak mata simetris, dapat membuka menutup mata dengan baik, konjungtiva merah muda,sklera berwarna putih dan ada reflex cahaya pada pupil. Maka dapat disimpulkan bahwa antara data real dan teori tidak ada kesenjangan ataukeadaan mata Ny. Y termasuk dalam keadaan normal.d. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada secret, sedangkan dalam teori (Ns.Eni Kusyati, 2013) keadaan telinga yang normal adalah simetris antara kanan dan kiri, bersih, serumen sedikit atau tidak ada, tidak ada nyeri dan tidak ada secret. Maka dapat disimpulkan bahwa antara data real dan teori tidak ada kesenjangan atau keadaan telinga Ny. Y normal.e. Hidung : simetris, tidak ada pengeluaran cairan, perdarahan, sekret dan tidak ada pernapasan cuping hidung, sedangkan dalam teori (Ns.Eni Kusyati, 2013) keadaan hidung normal adalah simetris (lubang hidung), tidak ada sumbatan (pernapasan cuping hidung) , tidak ada perdarahan, sekret atau cairan, nyeri. Maka dapat disimpulkan antara data real dan teori tidak ada kesenjangan atau keadaan hidung Ny. Y termasuk normal.f. Mulut : bibir lembab, tidak sumbing, tidak ada lesi, gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlubang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan, lidah simetris, warna pink, dan tidak ada tanda infeksi, sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati, 2013) keadaan mulut normal adalah bibir lembab, tidak ada lesi atau inflamasi, tidak sumbing, gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlubang atau kerusakan gigi,tidak ada perdarahan, lidah simetris, berwarna pinkdan tidak ada tanda infeksi. Maka dapat disimpulkan bahwa keadaan mulut Ny. Y termasuk keadaan yang normal.g. Leher : warna sama dengan kulit lain, tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan bendungan vena jugularis, Sedangkan menurut teori (Ns.Eni Kusyati dkk, 2013) leher normal adalah bentuknya simetris, warna sama dengan warna kulit lainnya, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan tidak ada peningkatan vena jugularis serta pergerakan bebas ke semua arah,tidak nyeri. Maka dapat disimpulkan bahwa antara data real dan teori tidak ada kesenjangan atau keadaan mulut Ny. Y normal.h. Payudara atau dada : ukuran sama, bentuk simetris, tanda-tanda kehamilan (-), warna kulit sama dengan kulit lainnya, tidak ada retraksi, tidak ada benjolan dan nyeri ketika di palpasi, dan tidak ada pembesaran kelenjar limpe ketika di palpasi, sedangkan pada teori ( Ns.Eni Kusyati,dkk, 2013) payudara normal adalah tidak ada retraksi atau dimpling, ukuran dan bentuk simetris,warna kulit sama dengan warna kulit lainnya, tidak ikterik dan sianosis, tidak ada edema,benjolan, nyeri tekan atau massa dan tidak ada pembesaran nodus limfe. Maka dapat disimpulkan antara datareal dan teori tidak ada kesenjangan atau keadaan payudara dan ketiak Ny. Y normal.i. Tangan : tidak ada nyeri ketika mengenggam, tidak ada edema pada jari tangan dan punggung tangan ,sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati, dkk, 2013) kondisi tangan normal adalah warna telapak tangan tidak pucat atau ikterik, tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema pada jari tangan dan telapak tangan.Maka dapat disimpulkan antara data real dengan teori sudah sesuai atau kondisi tanga Ny.Y normal.j. Kaki : tidak ada edema pada os. tibia, maleolus dan meta tarsus, Varices (-) dan reflex patella (+), sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati, dkk , 2013) kaki normal adalah simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada varieses, tidak ada edema ketika di palpasi dibagian tulang tibia, meleolus dan meta tarsus. maka dapat disimpulkan antara data real dan teori sudah sesuai atau kondisi kaki Ny. Y normal.k. Punggung : tidak ada edema di daerah sakral dan deformitas (-),sedangkan dalam teori (Ns.Eni Kusyani, dkk, 2013) kondisi punggung yang normal yaitu bentuknya tegak, tidak lordosis, kifosis dan skoliosis, ketika di palpasi tidak ada edema dibagian sakral. Maka dapat disimpulkan antara data real dan teori tidak ada kesenjangan atau kondisi punggung Ny.Y termasuk normal. l. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, bentuk dan ukuran simetris kiri dan kana, tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan pembesran hati, Sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati, dkk, 2013) abdomen normal adalah simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada tonjolan, tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan pembesaran hati saat di palpasi.m. Lipat paha : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran limfe, sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati,dkk,2013) kondisi lipat paha yang normal adalah tidak ada benjolan, nyeri tekan ketika saat di palpasi dan pembesaran kelenjar limfe.Maka dapat disimpulkan antara teori dan praktek tidak ada kesenjangan.n. Genitalia : kulitnya lembut, tidak ada perbedaan warna mencolok, bersih, terdapat rambut pubis, bentuk dan ukuran labia mayora simetris, konsistensi lembut, tidak ada benjolan/luka/bekas garukan dan tidak ada nyeri tekan ketika dipalpasi,sedangkan pada teori (Ns.Eni Kusyati, dkk,2013) kondisi genitalia yang normal adalah bentuk dan ukuran labia mayora simetris, warna sama dengan warna kulit lainnya,terdapat rambut pubis, tidak ada benjolan atau luka atau bekas garukandan tidak ada pengeluaran cairan,tidak berbau dan tidak ada nyeri tekan ketika di palpasi.4. Berdasarkan teori dan praktek ditemukan kesenjangan pada pemeriksaan :a. Telinga : pada teori menggunakan otoskop dan garpu tala, sedangkan pada prakteknya hanya menggunakan penlight, karena otoskop dan garpu talatidak tersedia.b. Hidung : pada teori, pemeriksaan hidung dilakukan menggunakan speculum hidung sedangkan pada prakteknya hanya menggunakan penlight karena keterbatasan alat-alat tersebut.c. Vulva Hygine :pada teori memasangkan perlakkecil tetapi pada prakteknya tidak digunakankarena tempat tidur atau bed di puskesmas dilapisi oleh lapisan perlak yang besar.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanPemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan bagian-bagian tubuh untuk menentukan adanya kelainan di dalam sistem atau organ tubuh dengan cara inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi (mendengarkan). (Lyndon Saputra, 2013).Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik head to toe. yang dilakukan secara inspeksi, perkusi, auskultasi dan palpasi.Dalam melakukan pemeriksaan fisik terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan prakteknya.B. SaranDiharapkan kepada pembimbing lahan maupun pembimbing pendidikan untuk lebih meningkatkan bimbingannya agar mahasiswa menjadi lebih mahir dan bagi mahasiswa diharapkan lebih meningkatkan kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik dengan benar sesuai dengan persiapan, teknik dan prosedur yang benar.1