Askep Waham

download Askep Waham

of 25

description

b

Transcript of Askep Waham

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

Untuk mendapatkan data waham, anda harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1.Waham Kebesaran. Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: saya ini pejabat di departemen kesehatan lho atau Saya punya tambang emas.

2.Waham Curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Saya tahu anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya.

3.Waham Agama. Meyakini keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Kalau saya mau masuk surge saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari.

4.Waham Somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Saya sakit kanker. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5.Waham Nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh roh.

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang bisa digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham:

1.Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang ulang diungkapkan dan menetap?

2.Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

3.Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda benda disekitarnya aneh atau tidak nyata?

4.Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?

5.Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

6.Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?

7.Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

(Keliat, 2011)

Pengkajian Pada Waham

Latihan

Dokumentasikan pengkajian dan diagnosis keperawatan pasien waham dengan menggunakan format yang tersedia.

Proses Pikir

( ) Sirkumstansial

( ) Tangensial

( ) Flight of Ideas

( ) Blocking

( ) Kehilangan asosiasi

( ) Pengulangan bicara

Isi Pikir

( ) Obsesi

( ) Fobia

( ) Depersonalisasi

( ) Ide terkait

( ) Hipokondria

( ) Pikiran Magis

Waham

( ) Agama

( ) Somatik

( ) Kebesaran( ) Curiga

( ) Nihilistik

( ) Sisip Pikir( ) Siat Pikir

( ) Kontrol pikir

(Keliat, 2011)ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

NoDiagnosaTujuanIntervensiRasional

1Gangguan proses pikir :

WahamPasien mampu :

berorientasi kepada realitas secara bertahap

berinteraksi denganorang lain dan lingkungan

menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

SP 1

identifikasi kebutuhan pasien bicara konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham pasien)

latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya

masukkan dalam jadwal harian pasien

mengetahui kebutuhan klien

memperdekat hubungan kontak dengan klien agar terpenuhi kebutuhan klien

SP 2

evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)

tanyakan program pengobatan

jelaskan pentingnya penggunaan obat p

ada gangguan jiwa

jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program

jelaskan akibat bila putus obat

jelaskan cara mendapatkan obat

jelaskan pengobatan dengan prinsip 5 B

latih pasien minum obat

masukkan dalam jdwal kegiatan pasien

mengetahui evaluasi / kemajuan klien dari sebelumnya

minum obat secara benar dengan prinsip 5 benar dapat mempercepat penyembuhan penyakit klien.

SP 3

evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan SP 2)

identifikasi potensi/ kemampuan yang dimiliki

pilih/ latih potensi /kemampuan lain yang dimiliki

masukkan dalam jadwal kegiatan

memperoleh dan menggali kemampuan yang dimiliki klien

SP 4

evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2, dan SP 3)

pilih kemampuan yang dapat dilakukan

pilih dan latih potensi kemampuan lain yang di miliki

masukkn dalam jadwal kegiatan pasien Untuk menggali dan memperdalam kemampuan klien secara mendalam yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari

RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

1. Definisi RBD

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).

Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995).2. Teori RBD

a.Oleh Emile Durkheim (1858-1917)

Durkheim menyatakan bahwa derajat integrasi sebuah masyarakat adalah berhubungan terbalik dengan tingkat bunuh dirinya.Tingkat bunuh diri akan rendah pada Negara-negara Katholik dimana agama menyediakan thema pemersatu.Disamping itu ia juga mengemukakan bahwa solidaritas social akan meningkat pada saat perang dan depresi ekonomi.

Durkheim menyatakan ada 4 jenis bunuh diri yang berbeda,yyaitu

1.Altruistic suicide

Bunuh diri ini muncul pada saat individu adalah sangat dekat mengidentifikasikan dirinya dengan kemlompok sosialnya dan individu merasa harus mengorbankan hidupnya untuk tujuan yang lebih mulia.Individu mengalami solidaritas yang ekstrem dengan system.Contoh : Kamikaze,dll

2.Egoistic Suicide

Bunuh diri muncul pada saat individu tidak dapat mengintegrasikan dirinya secara tepat pada kelompok sosialnya dan individu merasa ditolak atau kehilangan muka dihadapan kelompo sosialnya.

3.Fatalistic Suicide

Bunuh diri ini muncul pada saat individu merasakan terpojok dan tidak ada jalan keluar.Contohnya adalah narapidana yang dihukum pertama kali kemudian memutuskan untuk menggantung diri.

4.Anomic Suicide

Bunuh diri muncul pada saat individu merasakan bahwa norma-norma sudah tidak dapat berfungsi sebagai akibat dan karakter dari masyarakat yang tidak berfungsi dengan baik,tidak ada kesatuan dan kelekatan.3. Klasifikasi RBD

Perilakubunuhdiriterbagimenjaditigakategori (Stuart, 2006):

Ancamanbunuhdiriyaituperingatan verbal atau nonverbal bahwaseseorangtersebutmempertimbangkanuntukbunuhdiri. Orang yang inginbunuhdirimungkinmengungkapkansecara verbal bahwaiatidakakanberada di sekitarkitalebih lama lagiataumengomunikasikansecaranon verbal.

Upayabunuhdiriyaitusemuatindakanterhadapdirisendiri yang dilakukanolehindividu yang dapatmenyebabkankematianjikatidakdicegah.

Bunuhdiriyaitumungkinterjadisetelahtandaperingatanterlewatkanataudiabaikan. Orang yang melakukanbunuhdiridan yang tidakbunuhdiriakanterjadijikatidakditemukantepatpadawaktunya.

Sementaraitu, Yosep (2010) mengklasifikasikanterdapattigajenisbunuhdiri, meliputi:

Bunuhdirianomik

Bunuhdirianomikadalahsuatuperilakubunuhdiri yang didasariolehfaktorlingkungan yang penuhtekanan (stressful) sehinggamendorongseseoranguntukbunuhdiri.

Bunuhdirialtruistik

Bunuhdirialtruistikadalahtindakanbunuhdiri yang berkaitandengankehormatanseseorangketikagagaldalammelaksanakantugasnya.

Bunuhdiriegoistik

Bunuhdiriegoistikadalahtindakanbunuhdiri yang diakibatkanfaktordalamdiriseseorangsepertiputuscintaatauputusharapan.4. Fase RBD

Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :

Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupundemikian, perawatperlumenyadaribahwapasienpadatahapinimemilikipikirantentangkeinginanuntukmati

Suicidal intent, Padatahapiniklienmulaiberpikirdansudahmelakukanperencanaan yang konkrituntukmelakukanbunuhdiri,

Suicidal threat, Padatahapiniklienmengekspresikanadanyakeinginandanhasratyandalam ,bahkanancamanuntukmengakhirihidupnya .

Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukanpadafaseinipadaumumnyatidakmematikan, misalnyameminumbeberapapilataumenyayatpembuluhdarahpadalengannya. Hal initerjadikarenaindividumemahamiambivalenantaramatidanhidupdantidakberencanauntukmati. Individuinimasihmemilikikemauanuntukhidup, ingin di selamatkan, danindividuinisedangmengalamikonflik mental. Tahapinisering di namakan Crying for help sebabindividuinisedangberjuangdengan stress yang tidakmampu di selesaikan.

Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

Suicide. Tindakan yang bermaksudmembunuhdirisendiri .halinitelahdidahuluiolehbeberapapercobaanbunuhdirisebelumnya. 30% orang yang berhasilmelakukanbunuhdiriadalah orang yang pernahmelakukanpercobaanbunuhdirisebelumnya. Suicide iniyakinimerupakanhasildariindividu yang tidakpunyapilihanuntukmengatasikesedihan yang mendalam.

5. Manifestasi Klinis RBD

Psikodinamika Bunuh Diri

Pikiran Ingin mati* (ex:Riwayat)

Respon (dilakukan atau tidak bergantung lingkungan, social, fisik dan jiwa)

Maladaptif

Adaptif Peningkatan diri

Motivasi

Niat (pergulatan, ex-catatan bd)

Destruksi secara tidak langsung

Pencideraan Diri

Bunuh Diri (destruksi langsung)

6. Proses Terjadi

Proses Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :

a. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati

b. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri,

c. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .

d. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan Crying for help sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.

e. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

f.Suicide, Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.7. Pohon Masalah RBD

8. Penatalaksanaan RBD

Penatalaksanaan Medis

1.Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.

2.Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.

Penatalaksanaan Keperawatan

1.Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2.Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:

a)Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

b)Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c)Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d)Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

e)Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3.Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a)Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

b)Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah

c)Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

Penatalaksanaan

1.Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :

-Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.

-Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan

2.Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi

-Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat.

-Mengidentifikasi dan mengamankan benda benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.

3.Membantu meningkatkan harga diri klien

-Tidak menghakimi dan empati

-Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya

-Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain

-Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah

-Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan.

4.Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social

-Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat

-Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

-Dorong klien untuk melakukan aktivitas social

5.Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

-Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif

-Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri.

-Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri

-Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping

-Explorasi perilaku alternative

-Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

Pemeriksaan dan penatalaksanaan

1.klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan pemeriksaan klinis. Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri

2.memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan mereka sendirian dan keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan

3.pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.

4.penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien dengan gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secar cepat.

5.ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan abstinensia dalam beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda psikologis dari putusnya alkohol yang menghilang dengan adanya kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat

6.ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius, karena mereka cendrung menggunakan kekerasan atau metode yang kacau dengan letalitas yang tinggi

7.pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi empatik dan bantuan dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab.

8.hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan mutilasi diri.

Psikoterapi dengan pedoman wawancara. Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau merasa mereka lebih baik meninggal. Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat dilakukan sebagian besar orang Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang difikirkan pasien dan catatlah fikirannya (Lontarkan pertanyaan pada pasien)

Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan apakah maksud pertanyaan pasien sesuai dengan caranya (Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien)

Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan pengobatan karena pasien dapat menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya.

9. Asuhan Keperawatan RBD

Pengkajian

Bunuh diri adalah tindakan secara sadar yang dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya, dengan mengatakan Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh atau segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

(Keliat, 2011)

Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diungkapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencan bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

(Keliat, 2011)

Percobaan bunuh diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis jenis bunuh diri ini dapat dilihat data data yang diharus dikaji tiap jenisnya.

(Keliat, 2011)

Pengkajian Risiko Bunuh Diri

1. Keluhan Utama:

2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:3. Konsep diri : Harga Diri(Umumnya pasien mengatakan hal hal negative tentang dirinya, yang menunjukkan harga diri rendah)

4. Alam Perasaan:

( ) Sedih

( ) Putus Asa

( ) Ketakutan

( ) Gembira Berlebihan

(Pasien umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat dalam)

5. Interaksi selama wawancara:

( ) Bermusuhan

( ) Kontak mata kurang

( ) Tidak kooperatif

( ) Defensif

( ) Mudah tersinggung

( ) Curiga

(Pasien biasanya menunjukan kontak mata kurang)

6. Afek:

( ) Datar

( ) Labil

( ) Tumpul

( ) Tidak sesuai

(Pasien biasanya menunjukan afek yang datar atau tumpul)

7. Mekanisme koping maladaptive (cara penyelesaian masalah yang tidak baik):

( ) Minum alcohol

( ) Menghindar

( ) Reaksi Lambat

( ) Mencederai

( ) Bekerja berlebihan

( ) Lainnya

(Pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan mencederai diri sendiri)

8. Masalah psikososial dan lingkungan:

( ) Masalah dengan dukungan keluarga

( ) Masalah dengan perumahan

(Keliat, 2011)

Diagnosa Keperawatan Risiko Bunuh Diri

1.Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)

2.Resiko Bunuh Diri

3.Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)

4.Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :

Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.

Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur, kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu berpikir, sering ingin mati.

Perencanaan. Tujuan :

1.Mencegah menyakiti diri sendiri.

2.Meningkat harga diri klien

3.Menggali masalah dalam diri klien.

4.Mengajarkan koping yang sehat.

Intervensi

Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap obyektif. I. Proteksi (mencegah menyakiti diri) Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk mencoba bunuh diri.

1.Verbal

2. Nonverbal : Menghilangkan benda- benda berbahaya seperti : Ikat pinggang, benda tajam.

3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)

4.Perhatikan verbal & nonverbal klien.

5.Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan 6

6.Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia dapat dipindahkan ketempat yang aman)

7.Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat

8.Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

9.Intervensi krisis klien tetap waspada.

10.Kadang- kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi

Pada klien yang anoreksia,

1. Awasi klien pada saat makan, agar banyak yang dimakan.

2.Meningkatkan harga diri

Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.

Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan

Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting

Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negative.

Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil

Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai

3.Menguatkan koping yang sehat.

Membuat klien bertanggung jawab terhadap perilakunya

Modifikasi Prilaku dibutuhkan dengan prilaku yg responsif. Misal : Pada anoreksia

Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik Kg.

Bila tidak mau makan, pasang NGT.

4.Eksplorasi perasaan.

Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.

Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.

Mengikuti terapi kelompok.

Mengarah pada masalahnya. Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif

5.Mengatur batasan dan control

Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.

Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha merusak diri.

6.Mengarahkan dukungan sosial. Karena Klien tidak punya sumberdaya internal dan eksternal, maka :

Melibatkan keluarga & teman.

Mengajarkan tentang pola-pola suicide & cara mengatasinya.

Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.

Kalau perlu terapi keluarga.

Buat pusat penanganan krisis.

7.Pendidikan mental

Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.

Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.

Penyakit kronis yand diderita.

Perawatan selama di rumah sakit Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri

1.Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri

a.Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

b.Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut :

1.Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman

2.Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)

3.Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat

4.Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

1.Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri

a.Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri

b.Tindakan:

1.Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian

2.Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien

3.Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar tidak sering melamun sendiri

4.Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

SP 1 Keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh diri.

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri.

1.Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri

a.Tujuan:

1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya

2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya

3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya

4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

b.Tindakan keperawatan

1.Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2.Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:

a.Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya

b.Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.

c.Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

d.Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien

e.Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan 3.

Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:

a.Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

b.Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah

c.Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

SP 3 Pasien :

1.Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri

a.Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.

b.Tindakan keperawatan:

1.Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri

2.Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah muncul pada pasien.

3.Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien berisiko bunuh diri.

4.Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

a.Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

b.Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:

1.Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah

2.barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.

3.Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

5.Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.

6.Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :

1.Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut

2.Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan bantuan medis

7.Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien

8.Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan

9.Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.

10.Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SP 2 Keluarga : Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh diri

Evaluasi

Perhatikan hari- demi hari.

Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.

1.Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?

2.Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?

3.Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?

4.Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?

5.Apakah sudah memakai koping positif ?

6.Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?

7.Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)1. Definisi DPDPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,dan kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Gondohutomo, 2008)2. Teori DPD

Teori Keperawatan Orem

Orem mendefinisikan perawatan diri sebagai kegiatan-kegiatan yaitu individu memulai dan melaksanakannya untuk diri sendiri,dalam hal mempertahankan kehidupan,kesehatan,dan kesejahteraan (Orem,1991). Orem menyatakan bahwa upaya perawatan diri dilakukan untuk memenuhi tiga macam kebutuhan perawatan diri : universal,perkembangan,dan deviasi kesehatan. Kebutuhan universal meliputi aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti udara,air,dan makanan ;eliminasi;istirahat dan aktivitas;mencari ketenangan (solitude) dan interaksi social;mendapat kesempatan untuk hidup dan sejahtera;dan kebutuhan untuk merasa normal.sedangkan kebutuhan perawatan diri secara perkembangan berfokus pada proses dan kejadian perkembangan manusia,seperti kehamilan atau kehilangan anggota keluarga.Terakhir deviasi kesehatan meliputi kegiatan yang muncul akibat adanya kecacatan pada struktur tubuh manusia (Orem,1991)

Orem (1991) menyatakan bahwa masalah deficit perawatan diri terjadi apabila seseorang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergantung pada orang lain (anggota keluarga yang lain).Defisit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (total aktivitas keseluruhan yag dilakukan untuk memenuhi kebutuhan universal,perkembangan dan deviasi kesehatan) melampaui kemampuan self-care (kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri).

3. Klasifikasi DPD

1.Kurangperawatandiri : Mandi / kebersihan

Kurangperawatandiri (mandi) adalahgangguankemampuanuntukmelakukanaktivitasmandi/kebersihandiri.

2.Kurangperawatandiri : Mengenakanpakaian / berhias.

Kurangperawatandiri (mengenakanpakaian) adalahgangguankemampuanmemakaipakaiandanaktivitasberdandansendiri.

3.Kurangperawatandiri : Makan

Kurangperawatandiri (makan) adalahgangguankemampuanuntukmenunjukkanaktivitasmakan.

4.Kurangperawatandiri : Toileting

Kurangperawatandiri (toileting) adalahgangguankemampuanuntukmelakukanataumenyelesaikanaktivitas toileting sendiri.(Nurjannah, 2004)4. Fase DPD

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.5. Manifestasi Klinis DPD

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mandi/hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

b. Berpakaian/berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

c. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.

d. BAB/BAK (toileting)

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor;

2) Rambut dan kulit kotor;

3) Kuku panjang dan kotor;

4) Gigi kotor disertai mulut bau;

5) penampilan tidak rapi.

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang;

2) Kegiatan kurang;

3). Tidak mampu berperilaku sesuai norma;

4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu6. Proses Terjadi DPD

Menurut DepKes (2000: 20) Proses penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor Predisposisi

Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitasyang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

1. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.

7. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.7. Pohon Masalah DPD

8. Penatalaksanaan DPD

1.Penatalaksanaan Medis

Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

2.Penatalaksanaan Keperawataan

Tindakan keperawatan

1.Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

b. Tindakan Keperawatan

1)Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a)Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b)Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c)Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d)Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2)Melatih pasien berdandan/berhias

Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a)Berpakaian

b)Menyisir rambut

c)Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

d)Berpakaian

e) Menyisir rambut

f)Berhias

3)Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4)Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:

a)Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b)Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c)Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

2.Tindakan keperawatan pada keluarga

Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri.

a.Tujuan

Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.

b.Tindakan keperawatan

Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri yaitu :

1.Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :

a.Bina hubungan saling percaya

b.Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

c.Kuatkan kemampuan klien merawat diri

2.Membimbing dan menolong klien merawat diri :

a.Bantu klien merawat diri

b.Ajarkan keterampilan secara bertahap

c.Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

3.Ciptakan lingkungan yang mendukung

a.Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi

b.Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien

c.Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien9. Asuhan Keperawatan DPD

Pengakajian

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat gangguan perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan eliminasi/toileting (buang air kecil/besar) secara mandiri.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah defisit perawatan diri maka tanda dan gejala yang dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:

1.Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.

2.Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

3.Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan secara mandiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

4.Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri, ditandai dengan defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/berkemih.

(Keliat, 2011)

Pengkajian Defisit Perawatan Diri

Status Mental

1.Penampilan tidak rapi

Penggunaan Pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan..............................................................................................................

Masalah Keperawatan........................................................................................

Kebutuhan Sehari hari

1.Makan

: bantuan minimal/bantuan total

2.Mandi

: bantuan minimal/bantuan total

3.Defekasi/berkemih: bantuan minimal/bantuan total

4.Berpakaian/Berhias: bantuan minimal/bantuan total

Jelaskan..............................................................................................................Masalah Keperawatan........................................................................................

(Keliat, 2011)Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagos keperawatan Defisit Perawatan Diri: (kebersiha diri, makan, berdandan, defekasi/berkemih)

Tindakan Keperawatan

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan Tindakan:

1.Pasien mamapu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2.Pasien mampu melakukan berhias atau berdanda secara baik

3.Pasien mampu melakukan makan dngan baik

4.Pasien mampu melakukan defekasi atau berkemih secara mandiri

Tindakan Keperawatan :

1.Melatih pasien tentang cara cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri. Perawat dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a.Menjelaskan pentingnya cara menjaga kebersihan diri

b.Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c.Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d.Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri

2.Melatih pasien berdandaan dan berhias. Perawat dapat mlatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki harus dibedakan dengan wanita.

a.Untuk pasien laki-laki meliputi:

-Berpakaian

-Menyisir rambut

-Bercukur

b.Untuk pasien wanita, latihannya meliputi:

-Berpakaian

-Menyisir rambut

-Berdandan

3.Melatih pasien makan dan minum sendiri. Untuk melatih pasien makan sendiri, kita dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a.Menjelaskan cara mempersiapkan makanan dan minuman

b.Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib dan baik

c.Menjelaskan cara merapihkan peralatan setelah makan dan minum

d.Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4.Mengajarkan pasien melakukan defekasi dan berkemih secara mandiri. Perawat dapat melatih pasien untuk defekasi dan berkemih mandiri sesuai tahapan berikut:

a.Menjelaskan tempat defekasi/berkemih yang sesuai

b.Menjelaskan cara membersihkan diri setelah defekasi dan berkemih

c.Menjelaskan cara membersihkan tempat defekasi dan berkemih

Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

Tujuan Tindakan:

1.Keluarga mampu mendukung pasien agar perawatan dirinya meningkat

2.Keluarga dapat melatih pasien

3.Keluarga dapat memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawata diri

Tindakan Keperawatan:

1.Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2.Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma

3.Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien

4.Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)

5.Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam merawat diri

6.Melatih keluarga mengenai cara merawat pasien defisit perawatan diri.

Apatis, dan Ragu-ragu

Kecewa karena orla atau tujuan tak tercapai

Pasien tampak Murung, tak bergairah,diam, putus asa, merasa bersalah, gagal, tak berguna, depresi, agirasi, gelisah, insomnia, bb turun, bicara lamban, letih, dan menarik diri

Merokok, Mengebut, Berjudi, Tindakan criminal, Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi, Penyalahgunaan zat, Perilaku yang menyimpang secara social, Perilaku yang menimbulkan stress, Gangguan makan

Pada Pasien tampak membakar kulit, melukai tubuh sedikit demi sedikit, , menggigit jari

Lompat gedung, minum racun, senjata api

Risiko tinggi menciderai diri, lingkungan dan orang lain

Risiko bunuh diri

Harga diri rendah kronis

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Defisit perawatan diri

Isolasi sosial

Harga diri rendah